Free Matery “Mahfudz Suaidi Khozaini”
JELMAAN JIWA DAN KETAKUTAN Estetika hanyalah ilustrasi manusia maya, syimpony dan segala macam bentuknya termasuk kelihaian manusia mengoleksi nyata yang diolah oleh kata-kata Darwinisme adalah hakikat jatidiri ummat manusia yang pada dasarnya memberi ruang ultimate sebelum nikmat melekat sangat dalam merasuk kedalam jiwa-jiwan retak ummat manusia. Pertayaan yang muncul adalah : “Apa benar nikmat ada disaat cinta bukan milik siapasiapa…?, atau cinta terlahir sebgai kaligrafi indah yang tak mampu dinikmati siapa-siapa…?” Sedang kita sendiri “bahwa keabsahan nikmat itu hanyalah keindahan dan paling sakralnya keindahan hanyalah cinta…?” Lalu mengapa harus memiliki hidup yang tak sempurna…!!!, bukankah telah nyata “Adam kurang sempurna menjalankan arti hidup ketika beliau hidup terpisahkan dengan cintanya” Mengapa kita harus takut, sementara aturan dan the rule of live untuk siapa…!!!, hanya komonitas-komonitas sosialis tak menghendaki intervensi sebuah At-Random (Pedoman). Dengan sendirinya kehidupan ini telah sempurna, dan tak harus lebih disempurnakan dengan upaya manusia-manusia lainnya, terkecuali manusia itu adalah “Kanjeng”. Pertanyaannya : “Apakah kita mau kembali ke zaman batu disaat Muhammad sebagai “Kanjeng”, atau mengikuti perkembangan yang “Obama” sebagai kanjengnya. Sadarlah…!!! Hidup hanya sekali maka butuh prestasi, bukan kreasi yang tak pasti. Kembalilah kealam sadar dimana hanya allah sebagai juragan besarnya…!!! Amin…… Dan sekarang kita masih berfikir tentang keindahan yang tercipta dari dosa “Dosa Terindah”, tapi semua itu ….sah-sah aja, tapi semakin hari esok tercipta, semakin terkuras waktu untuk memikirkan hal yang kayak gitu. Semua orang menjadi sesuatu karena keterbelakangan dirinya, tak ada yang tahu alasan apa yang pantas untuk orang seperti itu meskipun orang itu sendiri, tak ada yang tahu alasan Mahfudz kenapa dia seperti itu…?. Dan akhirnya hanyalah ke hakikian yang menyatu denga tuhan yang dapat menjawab semua rahasia yang telah tercipta demi kebaikan kita sendiri. Maka dari iru kita berfikir bukan untuk bertanya…, tapi kita berfikir untuk menjawab. Jadikanlah hati sebagai Voice Consoller yang terus mengingatkan kita terhadap makna keindahan dalam keadaan sakit, karena dengan seperti itu kita akan menjadi manusia yang hidup dan seakan tak pernah mengenal dosa……!!!
Free Matery “Mahfudz Suaidi Khozaini” Wujudmu….!!! sulit kuungkapkan kuungkapkan Lewat Lewat tutur kata, tulusmu hanya kumampu tela’ah lewat kesucian abdi sejati. Telah kupahat sebuah nama terukir megah di sepanjang sejarah Dimana posisi hatii saat itu bersatu dalam jubah putih saling saling berpautan Aku hanyalah nada dan secuil pengorbanan, Aku hanyalah potret yang mampu kau lihat, Dan sesekali kau rengkuh bila haya mengenang menabur bungabunga-bunga harapan Tapi jangan kau damba dan k au pujua sebelum kau tahu seberapa jauh keikhlasan yang tersirat tersirat dihati, tersurat dalam sanubari sanubari Memang kesungguhan itu bukanlah patamurgana yang menyibak waktu sesekali berlalu, Dan bukanlah duar yang sesekali hinggap lalu hilang tak ada. Tapi dengan apa ku harus meyakinkanmu…? Dan kau meyakinkan ku…! Jangan kau kau jawab bila hanya dentuman nadanada-nada, Karena pada saat seperti ini ku tak yakin membulatkan gelora hatimu Tapi, benarkah pengobanan itu ikhlas darimu, sebelum tersingkap tabir penghalang semu yang sesekali laksana dekorasi hati dalam jiwa dan ragaku, Kutahu…………………. Kutahu…………………. Maka kubiarkan sebuah pengertian mengarahkanku kearah muaa nyata sebuah harapan. Ku berharap sorga itu tak berlalu, Ku berharap……………. neraka itu mengajariku yang pada akhirnya membuatku jerah dan kembalai sepenuhnya siuman. Serta menyadari segala segala sesuatu yang selama ini jiwa raga insan pecinta, Pengabdi dan pengorban