Jawaban Curhat Sorang Hululiyah THE REAL ENEMIES OF ISLAM AND HOW TO RECOGNIZE THEM Oleh Abu Luthfi Ar-Rasyid
Seorang sahabat mengirimkan pesan kepadaku tentang emailmu yang berjudul “The Real Enemies Of Islam And How To Recognize Them” yang di dalam emailmu itu tercatat tulisan orang yang sangat engkau banggakan, mawlana syaikh hisyam kabbani. Sahabatku itu meminta pendapatku tentang isi dari emailmu. Padahal sudah ku katakan padanya siapa engkau sebenarnya, hanya saja dia tetap memintaku untuk memberikan pendapatku tentang emailmu ini. Jujur saja, amat sedih diriku setelah membaca curhatmu dalam email, tak ku sangka dirimu yang ku sangka memiliki banyak ilmu ternyata banyak melemparkan tuduhan yang engkau belum tentu dapat membuktikannya. Wahai temanku Apakah engkau pernah memikirkan bagaimana jika mereka menanyakan apa alasanmu saat engkau mengatakan, “Berkumpul bersama mereka, berdiskusi, atau bahkan hanya melihat mereka, dapat membawa kegelapan dihati kita. Berdebat dengan mereka adalah tindakan yang terburuk.” Apa yang akan engkau katakan? Bagaimana jika mereka mengatakan, “Tentu saja engkau akan mengatakan demikian, sebab kami sangat keras terhadap apa yang engkau lakukan. Engkau banyak membuat tata cara baru dalam beribadah yang Rasulullah Shollallahu'alaihi Wa Sallam melarangnya 1, bagaimana mungkin kami membiarkan apa yang engkau lakukan sedangkan kami mengetahui hukumnya dalam islam. Tentulah ini menjadikan masa yang gelap bagi engkau karena apa yang engkau lakukan terlarang dalam agama. Tentulah ini menjadi hal yang terburuk bagi engkau karena jika engkau berdiskusi dengan kami maka akan terkuaklah berbagai kesalahan engkau dengan jelas dan nyata.” Wahai temanku, bagaimana jika mereka menanyakan apa alasanmu saat engkau mengatakan, “Dibalik perhatian mereka yang baik terhadap ibadah mereka, dan hanya Allah swt dan Nabi saw yang mengetahuinya, mereka tak dapat menolong diri mereka sendiri untuk menjadi korban dari ibadahnya sendiri. Muslim yang tumbuh dalam lngklungan islam dan semenjak kecil dalam didikan sekolah Islam hingga ketingakt universitas, kurikulum agama islam yang mereka pelajari berdasarkan akidah yang akan menghancurkan Islam itu sendiri. Media massa, televise, radio , surat kabar, walaupun merupakan program yang sangat relijius, juga artikel mereka di surat kabar merupakan hal yang sangat mendistorsikan Jauhilah oleh engkau perkara baru, karena sesuatu yang baru (di dalam agama) adalah bid'ah, dan setiap bid'ah adalah sesat. [Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, Tirmidzi dan Hakim] 1
--- halaman 1 dari 20 ---
Jawaban Curhat Sorang Hululiyah THE REAL ENEMIES OF ISLAM AND HOW TO RECOGNIZE THEM Oleh Abu Luthfi Ar-Rasyid
pemahaman keislaman. Dan hal ini tak dapat mengangkat citra islam bahkan membuat perpecahan dikalangan umat Islam sendiri. Tetapi mereka masih mengatakan hal itu sesuatu yang islami.” Apa yang akan engkau jawab jika mereka bertanya, “Adakah yang salah dari ibadah yang kami lakukan, sehingga engkau mengatakan kami menjadi korban dari ibadah kami sendiri. Jika engkau mengetahui kesalahan dalam ibadah kami maka katakanlah yang mana, InsyaAllah akan kami buktikan dengan dalil yang jelas. Mengapa engkau tidak mengoreksi dulu ibadah-ibadah yang engkau lakukan, teliti dari mana dalilnya. Jika engkau mendapati dalilnya tentulah engkau tidak akan kami nasihati sedemikian keras. Ibadah yang engkau ciptakan sendiri justru akan mencelakaimu di yaumul akhir nanti. Telitilah.” Apa yang akan engkau jawab bila mereka bertanya, “Bagaimana mungkin aqidah islam menghancurkan islam? Sudahkah engkau mengerti Apakah arti dari aqidah islam? Kami jelaskan kepadamu, Aqidah Islam adalah2 : Keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid3 dan ta’at kepada-Nya, beriman kepada Malaikat-Malaikat-Nya, Rasul-Rasul-Nya, Kitab-Kitab-Nya, hari akhir, taqdir baik dan buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang sudah shahih tentang Prinsip-Prinsip Agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang menjadi ijma’ (konsensus) dari Salafush Shalih, serta seluruh berita-berita qath’i (pasti), baik secara ilmiah maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut alQur'an dan as-Sunnah yang shahih serta ijma’ Salafush Shalih.4 Mengapa engkau tidak meneliti aqidahmu dulu?, bagaimana mungkin bisa dikatakan aqidah islam yang engkau pegang telah lurus sedangkan engkau bagaikan tidak mempercayai Illah yang seharusnya engkau ibadahi dengan membuat ibadah yang baru padahal Illah yang engkau sembah berfirman bahwa Islam telah sempurna5. Bagaimana bisa engkau mengatakan aqidahmu selamat jika Rasulullah yang engkau sanjung ternyata engkau tolak apa-apa yang telah disampaikannya. Rasulmu melarangmu berbuat sesuatu yang baru namun engkau melanggarnya” Apa yang akan engkau jawab apabila mereka bertanya tentang, “Bagaimana mungkin kami memecah belah umat islam, sedangkan kami tidak membentuk kelompok-kelompok, firqah-firqah, partai-partai, tarekat-tarekat baru. Kami muslim, dan tidak
Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Oleh Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, Po Box 264 Bogor 16001, Cetakan Pertama Jumadil Akhir 1425H/Agustus 2004M 3 Tauhid Rububiyyah, Uluhiyyah dan Asma’ dan Shifat Allah. 4 Lihat Buhuuts fii ‘Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah (hal. 11-12) oleh Dr. Nashir bin ‘Abdil Kariem al-‘Aqil, cet. II, Daarul ‘Ashimah-1419 H, ‘Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah (hal. 13-14) karya Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd dan Mujmal Ushuul Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah fil ‘Aqiidah oleh Dr. Nashir bin ‘Abdil Kariem al-‘Aqil 5 Qs Al-Maidah : 3 “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” 2
--- halaman 2 dari 20 ---
Jawaban Curhat Sorang Hululiyah THE REAL ENEMIES OF ISLAM AND HOW TO RECOGNIZE THEM Oleh Abu Luthfi Ar-Rasyid
membentuk kelompok baru, kami hanya ingin berjalan sebagaimana para sahabat memahami apa yang disampaikan Rasulullah Shollallahu'alaihi Wa Sallam kepada mereka. Mengapa engkau tidak mengoreksi dirimu, mengapa engkau memecah belah islam dengan membuat tarekat baru? Apakah ini yang engkau sebut dengan persatuan Islam? Telitilah” Selain itu temanku, apa alasanmu jika mereka menanyakan tulisanmu, “Dalam pandangan saya , saya hanya melihat satu cara bagaimana menghadapi mereka di Amerika dan didunia barat, dan hal itu adalah dengan cara menjauh dari mereka dan peringati masyarakat tentang mereka. Seorang syaikh yang saya ketahui mengatakan kepada pra murid-muridnya untuk menjauhi mereka, mereka adalah musuh sesungguhnya bagi Islam, dan berbicara dengan mereka akan membawa kegelapan pada hati, bahkan pada seluruh sisa umur kehidupan mereka. Dan butuh waktu seratus tahun untuk membersihkan racun dari hati akibat racun dari ibadah mereka.” Apa yang akan engkau jawab jika mereka berkata, “Engkau dekati kami atau engkau jauhi kami. Kami tidak mendapati keburukan yang akan terjadi pada kami. Bilangan pengikut ataupun kepopuleran bukanlah tujuan kami. Tujuan kami adalah bagaimana kami dapat dicintai Allah dan Rasulnya sehingga kami akan mendapati kami sebagai pewaris surga sebagai ganjaran atas ketaatan kami kepada-Nya dan Rasul-Nya. Lalu, sudahkah engkau mempelajari masalah Tauhid? Ketaatanmu terhadap apa yang diperintahkan Allah dan apa yang disampaikan Rasulullah Shollallahu'alaihi Wa Sallam adalah salah satu bagian dari Tauhid. Bagaimana bisa engkau dikatakan taat jika engkau melanggar Allah yang telah menciptakan hukum untukmu dan Rasulullah Shollallahu'alaihi Wa Sallam yang memberikan paduannya bagimu dengan cara membuat ibadah baru dalam agamamu. Engkau bebas memilih, dengan tetap berada pada posisimu saat ini dengan berbagai ibadah baru dan aturan baru yang engkau buat sendiri, dengan konsekuensi engkau melanggar apa yang Allah dan Rasul melarangnya. Atau engkau merubah haluan dengan beraqidah yang lurus dan berbuat sesuatu sesuai dengan apa yang Allah perintahkan dan sesuai dengan apa yang telah dicontohkan Rasulullah Shollallahu'alaihi Wa Sallam.” Lalu apa yang akan engkau jawab bila mereka bertanya, “Adakah bukti yang dapat dijadikan dasar terhadap tuduhan yang engkau berikan kepada kami bahwa butuh 100 tahun untuk membersihkan racun ibadah kami? Bagaimana mungkin ibadah yang kami lakukan menjadi beracun padahal kami meneliti semua ibadah kami dengan apa yang dicontohkan Rasulullah. Apakah engkau mengatakan bahwa ibadah yang dicontohkan Rasulullah Shollallahu'alaihi Wa Sallam itu beracun? Sungguh aneh engkau ini, lalu siapakah Rasulmu jika apa yang Ia sampaikan ternyata beracun? Mengapa engkau tidak meneliti ibadah baru yang engkau lakukan? Dari manakah asalnya? Bukankah justru itu yang menjadi racun? Mengotori ibadah-ibadah yang Rasulullah --- halaman 3 dari 20 ---
Jawaban Curhat Sorang Hululiyah THE REAL ENEMIES OF ISLAM AND HOW TO RECOGNIZE THEM Oleh Abu Luthfi Ar-Rasyid
Shollallahu'alaihi Wa Sallam contohkan kepadamu? Pernahkah engkau pikirkan berapa ratus tahun kotaran-kotoran itu bisa dibersihkan? Telitilah ibadahmu, telitilah ibadahmu, sudahkah sesuai dengan apa yang dicontohkan Rasulullah, teladan kita..” Wahai temanku aku kuatir denganmu, apalagi yang akan kau katakan jika mereka bertanya tentang tulisanmu yang ini, “Bagaimana cara mengenali mereka? Disini ada beberapa elemen dasar ciri-ciri mereka sehingga kita dapat menghindari mereka dalam kehidupan didunia maupun diakherat nanti. Insya Allah. Satu-satunya harapan untuk Islam di bumi ini adalah….dst 1. Salat mereka tidak sesuai dari salah satu dari ke empat mazhab dalam islam. Khususnya ketika mereka mengangkat tangan mereka setelah ruku dan menyilangkan tangan mereka diantara ruku dan sujud. Cara mereka ketika Tashahhud ( ketika duduk tahiyat) dan menggerakan jari telunjuk mereka terus menerus selama tasahud tersebut. Pemahaman mereka terhadap sunah Mustafa, hadist Nabi saw, sangat kontradiksi dengan dengan seluruh mazhab meskipun mereka menggunakan hadist yang sama yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad,” Nabi saw menggerakkan telunjuknya ketika tashahud. Beberapa mazhab hanya menggerakkan tangan sekali saja, kecuali mazhab Maliki dalam seluruh tashahud tetapi hanya menggerakkan kekiri dan kekanan tidak keatas dan kebawah. Mereka membuat cara yang baru dengan menggerakn telunjuk kesegala arah yang sangat bertentangan dengan cara-cara yang disebutkan dalam ke 4 mazhab. Mereka tidak mengangkat tangan mereka ketika berdoa, mereka tidak menutup kepala mereka ketika solat atau dalam keseharian mereka, meskipun telah diketahui selama berabad-abad, bahwa lelaki yang tidak menutupi kepalanya adalah seperti mereka yang telah kehilangan harga diri dan kehormatannya ( Makhrum al –Muru’a). Mereka tak pernah memakai surban, yang merupakan sunnah Nabi saw, yang selalu digunakan oleh para sahabah dan tabi’in. Dalam beberapa acara mereka memakai Iq’al. Yang sangat bertentangan dengan sunah, tidak pernah Nabi saw menggunakan Iq’al selama hidupnya. Mereka tidak pernah melakuakn Shalat Israq, 2 rakaat sunah setelah matahari terbit, Bila hal ini masih belum cukup untuk mengenali tanda-tanda mereka dan menghindari berkumpul bersama mereka bahkan menjauh dari mereka, maka ada beberapa cirri-ciri mereka lainnya seperti disebutkan dibawah ini. Mereka berkata, bahwa solat mereka hanya mengikuti Quran dan sunah saja. Berarti kehidupan Islam yang dibangun muslim selama lebih dari 13 abad, sebelum faham mereka muncul pada tahun 1930 an mereka katakan tidak mengikuti Quran dan Sunah. --- halaman 4 dari 20 ---
Jawaban Curhat Sorang Hululiyah THE REAL ENEMIES OF ISLAM AND HOW TO RECOGNIZE THEM Oleh Abu Luthfi Ar-Rasyid
Tetapi mereka juga mengatakan kembali kepada sunah adalah keharusan, jangan dengarkan para Imam 4 mazhab atau ulama islam lainnya, siapapun mereka.” Bagaimana jika mereka bertanya, “Apa yang dapat engkau buktikan dengan semua yang engkau katakan ini? Ketahuilah Keempat orang Imam mazhab yang engkau sebutkan itu adalah imam-imam kami, namun kami tidak fanatik kepada mereka, dari mereka yang paling kuat dalilnyalah yang kami pilih. Lalu bagaimana mungkin kami tidak mengikuti mereka? Sudahkah engkau teliti mazhabmu, jika engkau mengikuti salah satu dari mazhab mereka mengapa engkau membuat sesuatu yang baru sedangkan mereka tidak pernah mengatakan dan mencontohkannya? Telitilah apakah engkau benar-benar mengikuti mereka?” Lalu bagaimana jika mereka membongkar ketidaktahuamu tentang sholat mereka, saat mereka mengatakan, “Dapatkah engkau membuktikan semua perkataanmu? Baiklah, begini saja, karena engkau menggunakan buku “Sifat Sholat Nabi” dari Syaikh kami Muhammad Nasiruddin Albani, maka kami bantah perkataan yang engkau katakan dengan menggunakan buku yang engkau salahkan isinya. [1] Tidak kami dapati dalam buku Syaikh kami Albani perkataan menyilangkan tangan mereka diantara ruku dan sujud6. Mengapa engkau menjadi pendusta? Berhati-hatilah, karena jika engkau tidak dapat membuktian tulisamu itu engkau bisa terjerumus pada memfitnah saudara muslimmu. [2] Tidak kami dapati dari buku Syaikh kami Albani bahwa hadits menggerakkan jari merupakan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Mengapa engkau berdusta? Baiklah, sebaiknya kami jelaskan saja matan haditsnya agar engkau menjadi jelas, yaitu, “Beliau mengangkat jari telunjuk dan menggerakkanya sambil membaca doa”. Jika engkau ingin mengetahui perawinya, dalam buku tersebut dikatakan : Diriwayatkan oleh Muslim, Abu ‘Awanah dan Ibnu Khuzaimah, Al-Humaidi, dan Abu Ya’la. [3] Kami tidak dapati pula dalam buku tersebut bahwa kami “menggerakkan ke kiri dan ke kanan tidak ke atas dan ke bawah.” Sungguh engkau telah memfitnah kami agar kami dibenci. Semoga Allah menolong kami. [4] Lalu perkataanmu, “Mereka membuat cara yang baru dengan menggerakan telunjuk kesegala arah yang sangat bertentangan dengan cara-cara yang disebutkan dalam ke 4 mazhab”, sungguh buktikanlah wahai pendusta yang memfitnah.”
Dalam buku Sifat Sholat Nabi pada bab Gerakan dan Bacaan Sholat, bagian Ruku’ terdapat penjelasan terhadap hadits, “Kemudian angkatlah kepalamu, sampai engkau berdiri tegak [sehingga tiap-tiap ruas tulangku mengambil tempatnya kembali]. (Dalam riwayat lain disebutkan : “Jika kamu berdiri I’tidal, luruskanlah tulangpunggungmu dan angkatlah kepalamu, sampai ruas tulang punggungmu kembali ke tempatnya). Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dalam kalimat pertamanya saja, juga selengkapnya diriwayatkan oleh ad-Darimi, al-Hakim, asy-Syafi’I dan Ahmad. Peringatan (dalam buku tersebut tulisan ini ditebalkan) : Hadits ini maksudnya sudah jelas sekali, yaitu tuma’ninah selama berdiri. Adapun saudara kita penduduk Hijaz dan lain-lain yang menjadikan hadits ini sebagai dalil disayaratkannya bersedekap ketika berdiri I’tidal adalah hal yang sangat jauh menyimpang dari sekian banyak riwayat hadits. Bersedekap semacam ini sama sekali tidak disebutkan oleh hadits manapun. Dan seterusnya…. 6
--- halaman 5 dari 20 ---
Jawaban Curhat Sorang Hululiyah THE REAL ENEMIES OF ISLAM AND HOW TO RECOGNIZE THEM Oleh Abu Luthfi Ar-Rasyid
Dan jika mereka menanyakan ini, “Berikanlah bukti bahwa kami tidak menggunakan penutup kepala selama berabad-abad. Pernahkah engkau mendatangi pengajian kami? Pernahkah engkau sholat bersama kami? Buktikalah jika engkau mampu! Juga berikan dalil kepadaku tentang wajibnya memakai surban atau penutup kepala lainnya jika ini sampai-sampai membuat engkau benci terhadap kami. “ Ketahuilah jika engkau ingin mengatahui perihal tentang penutup kepala kami saat sholat bacalah buku karya Syaikh Masyhur bin Hasan bin Mahmud bin Salman (Al Qawl Mubiin fii Akhtaa' Al Mushalin). Di dalam kuatnya dikatakan “Boleh melakukan sholat dengan membuka kepala bagi kaum laki-laki, sebab kepala hanya menjadi aurat bagi kaum wanita bukan untuk kaum pria. Namun demikian, disunahkan bagi setiap orang yang melakukan shalat untuk mengenakan pakaian yang layak dan paling sempurna. di antara kesempurnaan busana shalat adalah dengan memakai 'imamah (kain surban yang dikaitkan di kepala), songkok atau yang lainnya yang biasa dikenakan di kepala ketika beribadah. Kemudian, “Tidak memakai penutup kepala tanpa udzur (keadaan yang terpaksa) makruh hukumnya. terlebih ketika melakukan shalat fardhu dan teristimewa lagi ketika mengerjakannya dengan berjamaah.” (Fatawa Muhamad Rasyid Ridha dan Synan Wa al Mubtadi'aat). Juga, Syaikh kami Albani mengatakan, "Menurut pendapatku, sesungguhnya shalat tanpa memakai tutup kepala hukumnya adalah makruh, karena merupakan sesuatu yang disunahkan jika seorang muslim melakukan shalat dengan memakai busana yang islami yang sangat sempurna, sebagaimana hadits : "...........karena sesungguhnya Allah yang paling berhak untuk dihadapi dengan berias diri". Di dalam kitab tersebut juga dinyatakan bahwa : Tidak memakai tutup kepala bukan kebiasaan baik yang dikerjakan oleh para ulama salaf, baik ketika mereka berjalan di jalan maupun ketika memasuki tempat-tempat ibadah. Kebiasaan tidak memakai tutup kepala sebenarnya tradisi yang dikerjakan orang-orang asing. Ide ini memang sengaja diselundupkan ke negara-negara muslim ketika mereka melancarkan kolonialisasi. Mereka mengajarkan kebiasaan-kebiasaan buruk dan malah sayangnya diikuti oleh umat islam. Selanjutnya disebutkan pula : tidak pernah ada sebuah riwayat yang menyatakan Rasululloh tidak memakai tutup kepala ketika shalat kecuali hanya ketika ihram. Demikian sedikit nukilan dari kitab Syaikh Masyhur bin Hasan bin Mahmud bin Salman jika engkau tidak memiliki kitabnya (Al Qawl Mubiin fii Akhtaa' Al Mushalin). Tentang sesuatu yang kau katakan Iq’al, ”Dalam beberapa acara mereka memakai Iq’al. Yang sangat bertentangan dengan sunah, tidak pernah Nabi saw menggunakan Iq’al selama hidupnya.” --- halaman 6 dari 20 ---
Jawaban Curhat Sorang Hululiyah THE REAL ENEMIES OF ISLAM AND HOW TO RECOGNIZE THEM Oleh Abu Luthfi Ar-Rasyid
Mereka pasti akan bingung, karena ketidak tahuanmu masalah ini, ”Mungkin yang engkau maksudkan adalah ’Iqal, yaitu lingkaran hitam di kepala yang biasa di pakai oleh orang-orang Saudi. Cukup terkejut kami saat engkau tidak mengetahui hukum tentang masalah ini. Baiklah kami katakan saja padamu, apakah menurutmu orang-orang yang memakai ’Iqal itu berbuat bid’ah? Apakah engkau belum mengetahui hukum asal dari pakaian dan makanan? Sebaiknya kami beritahu saja agar pembahasan ini lebih singkat. Ketahuilah diluar masalah ibadah hukum asalnya adalah dibolehkan, kecuali engkau temukan dalil yang melarangnya. Beberapa hadits berikut sebagai contoh agar engkau mengerti, Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Dawud dan An Nasa'i dengan sanad yang baik (Jayyid), dari Amirul Mu'minin Ali bin Abi Thalib radiayallahu'anh, bahwa Nabi Sallallahu 'Alaihi wassalam, mengambil sutera, kemudian di letakkan di tangan kanannya dan mengambil emas, kemudian di letakkan di tangan kirinya, lalu beliau bersabda, "Sesungguhnya kedua benda ini (sutera dan emas) diharamkan bagi laki-laki dari umatku." Hadits ini menunjukkan keharaman penggunaan sutera dan emas bagi laki-laki. Dan beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda :"Semoga Allah melaknat wanita yang memakai pakaian laki-laki dan laki-laki yang memakai pakaian wanita."[Hadits Riwayat Ahmad, Abu Daud, Nasa'i, Ibnu Majah, dan Ibnu Hiban dan beliau mensahihkannya, serta Al Hakim, beliau berkata : Hadits ini shahih menurut syarat Muslim]. Hadits ini menunjukkan larangan laki-laki memakai pakaian perempuan dan sebaliknya. Lalu, apakah engkau memiliki dasar baik hadits atau apa saja yang shahih yang bisa dijadikan sandaran bahwa ’Iqal adalah bid’ah. Lalu bagaimana pula jika mereka bertanya tentang, “Wahai saudaraku, sesungguhnya amat benci bagiku mengungkapkan aib (kesalahanmu), namun karena engkau yang melemparnya maka kewajiban bagi kami untuk meluruskannya. Berikut ini kami salinkan untukmu ringkasan dari buku, “Kesalahan Dalam Berdoa”, oleh Ismail bin Marsyud bin Ibrahim Ar-Rumaih, agar engkau lebih mengerti mengenai tatacara dalam mengangkat tangan dalam berdoa. Sehingga engkau tidak selalu berburuk sangka dan memfitnah7. Mengangkat tangan dalam berdoa merupakan etika yang paling agung dan memiliki keutamaan mulia serta penyebab terkabulnya doa. Dari Salman Al-Farisi Radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda. "Artinya : Sesungguhnya Rabb kalian Maha Hidup lagi Maha Mulia, Dia malu dari hamba-Nya yang mengangkat kedua tangannya (meminta-Nya) dikembalikan dalam keadaan kosong tidak mendapat apa-apa". [Sunan Abu Daud, kitab Shalat bab Doa 2/78 No.1488, Sunan At-Tirmidzi, bab Doa 13/68. Musnad Ahmad 5/438. Dishahihkan Al-Albani, Shahih Sunan Abu Daud]. 7
Dari Anas Radhiyalahu 'anhu berkata bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak berdoa dengan mengangkat tangan kecuali dalam shalat Istisqa. [Shahih Al-Bukhari, bab Istisqa' 2/12. Shahih Muslim, kitab Istisqa' 3/24]. Imam Hafizh Ibnu Hajar berkata bahwa hadits tersebut tidak menafikan berdoa dengan mengangkat tangan akan tetapi menafikan sifat dan cara tertentu dalam mengangkat tangan pada saat berdoa, artinya mengangkat tangan dalam doa istisqa' memiliki cara
--- halaman 7 dari 20 ---
Jawaban Curhat Sorang Hululiyah THE REAL ENEMIES OF ISLAM AND HOW TO RECOGNIZE THEM Oleh Abu Luthfi Ar-Rasyid
tersendiri mungkin dengan cara mengangkat tangan tinggi-tinggi tidak seperti pada saat doa-doa yang lain yang hanya mengangkat kedua tangan sejajar dengan wajah saja. Berdoa dengan mengangkat tangan hingga sejajar dengan kedua pundak tidaklah bertentangan dengan hadits di atas sebab beliau pernah berdoa mengangkat tangan hingga kelihatan putih ketiaknya, maka boleh mengangkat tangan dalam berdoa hingga kelihatan ketiaknya, akan tetapi di dalam shalat istisqa dianjurkan lebih dari itu atau mungkin pada shalat istisqa kedua telapak tangan diarahkan ke bumi dan dalam doa selainnya kedua telapak tangan diarahkan ke atas langit. Imam Al-Mundziri mengatakan bahwa jika seandainya tidak mungkin menyatukan hadits-hadits diatas, maka pendapat yang menyatakan berdoa dengan mengangkat tangan lebih mendekati kebenaran sebab banyak sekali hadits-hadits yang menetapkan mengangkat tangan dalam berdoa, seperti yang telah disebut Imam Al-Mundziri dan Imam An-Nawawi dalam Syarah Muhadzdzab dan Imam Al-Bukhari dalam kitab Adabul Mufrad. Adapun hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari 'Amarah bin Ruwaibah bahwa dia melihat Bisyr bin Marwan mengangkat tangan dalam berdoa, lalu mengingkarinya kemudian berkata : "Saya melihat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak lebih dari ini sambil mengisyaratkan jari telunjuknya. Imam At-Thabari meriwayatkan dari sebagian salaf bahwa disunnahkan berdoa dengan mengisyaratkan jari telunjuk. Akan tetapi hadits di atas terjadi pada saat khutbah Jum'at dan bukan berarti hadits tersebut menafikan hadits-hadits yang menganjurkan mengangkat tangan dalam berdoa. [Fathul Bari 11/146-147]. Akan tetapi dalam masalah ini terjadi kekeliruan, sebagian orang ada yang berlebihan dan tidak pernah sama sekali mau meninggalkan mengangkat tangan, dan sebagian yang lainnya tidak pernah sama sekali mengangkat tangan kecuali waktu-waktu khusus saja, serta sebagian yang lain di antara keduanya, artinya mengangkat tangan pada waktu berdoa yang memang dianjurkan dan tidak mengangkat tangan pada waktu berdoa yang tidak ada anjurannya. Imam Al-'Izz bin Abdussalam berkata bahwa tidak dianjurkan mengangkat tangan pada waktu membaca doa iftitah atau doa diantara dua sujud. Tidak ada satu haditspun yang shahih yang membenarkan pendapat tersebut. Begitupula tidak disunahkan mengangkat tangan tatkala membaca doa tasyahud dan tidak dianjurkan berdoa mengangkat tangan kecuali waktu-waktu yang dianjurkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk mengangkat tangan. [Fatawa Al-Izz bin Abdussalam hal. 47]. Syaikh Bin Bazz berkata bahwa dianjurkan berdoa mengangkat tangan karena demikian itu menjadi penyebab terkabulnya doa, berdasarkan hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. "Artinya : Sesungguhnya Tuhan kalian Maha Hidup lagi Maha Mulia, Dia malu kepada hamba-Nya yang mengankat kedua tangannya (meminta-Nya), Dia kembalikan dalam keadaan kosong tidak mendapat apa-apa". [Hadits Riwayat Abu Dawud]. Dan sanda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. "Artinya : Sesungguhnya Allah Maha Baik tidak menerima kecuali yang baik dan sesungguhnya Allah memerintahkan kepada orang-orang beriman seperti memerintahkan kepada para rasul, Allah berfirman. "Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rizki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah". [Al-Baqarah : 172]. Dan firman Allah : "Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan". [Al-Mukminuun : 51] Kemudian beliau menyebutkan seseorang yang lusuh mengangkat kedua tangannya ke arah langit berdoa : 'Ya Rabi, ya Rabbi tetapi makanannya haram, minumannya haram dan pakaiannya haram serta darah dagingnya tumbuh dari yang haram, bagaimana doanya bisa dikabulkan .?" [Shahih Muslim, kitab Zakat 3/85-86] Tidak dianjurkan berdoa mengangkat tangan bila Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak mengangkat kedua tangannya pada waktu berdoa seperti berdoa pada waktu sehabis salam dari shalat, membaca doa di antara dua sujud dan membaca doa sebelum salam dari shalat serta pada waktu berdoa dalam khutbah Jum'at dan Idul fitri, tidak pernah ada hadits yang menyebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengangkat tangan pada waktu waktu tersebut. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah panutan kita dalam segala hal, apa yang ditinggalkan dan apa yang dilaksanakan semuanya suatu yang terbaik buat umatnya, akan tetapi jika dalam khutbah Jum'at khatib membaca doa istisqa', maka dianjurkan mengangkat tangan dalam berdoa sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah Shallallah 'alaihi wa sallam. [Shahih AlBukhari, bab Istisqa', bab Jamaah Mengangkat Tangan Bersama Imam 2/21]. Dianjurkan mengangkat tangan dalam berdoa setelah shalat sunnah tetapi lebih baik jangan rutin melakukannya karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak rutin melakukan perbuatan tersebut dan seandainya demikian, maka pasti kita menemukan riwayat dari beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam terlebih para sahabat selalu menyampaikan segala tindakan dan ucapan beliau baik dalam keadaan mukim atau safar.
--- halaman 8 dari 20 ---
Jawaban Curhat Sorang Hululiyah THE REAL ENEMIES OF ISLAM AND HOW TO RECOGNIZE THEM Oleh Abu Luthfi Ar-Rasyid
Bagaimana jika mereka merendahkanmu saat memberikan penjelasan pada tulisanmu tentang, “Shalat Isyraq? Apakah engkau memiliki pengetahuan tentangnya? Baiklah kami jelaskan kepadamu mengenainya supaya engkau tidak menuduh tanpa dalil yang jelas, yang mengakibatkan dirimu berpredikat pendusta karena dusta yang engkau ucapkan. Ketahuilah, banyak orang membedakan antara sholat dhuha dengan sholat isyraq ini (mungkin juga engkau saudaraku). Mereka mengira bahwa keduanya adalah dua jenis sholat yang berbeda, padahal sesunguhnya adalah sama. Penulis kitab Tuhfatul Ahwadzi bi Syarhi Jami'At-Tirmidzi (3/194) mengatakan: Sholat ini dinamakan shalat isyraq dan merupakan awal waktu sholat dhuha. Syaikh Abdurrahman Al-Hasyim mengatakan bahwa shalat tersebut termasuk sholat dhuha. Adapun sebab lebih dikenalnya sholat ini dikalangan muslimin dengan sholat isyraq adalah barangkali karena waktunya yang berdekatan dengan syuruq (terbit) nya matahari.8 Adapun hadits yang berbunyi : "Artinya : Shalat adalah ibadah yang membutuhkan khusyu' dan berserah diri, maka angkatlah kedua tanganmu dan ucapkanlah : Ya Rabbi, ya Rabbi". [Hadits Dhaif, Fatawa Muhimmmah hal. 47-49]. Dan tidak dianjurkan mengangkat tangan dalam membaca doa thawaf sebab Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berkali-kali melakukan thawaf tidak ada satu riwayatpun yang menjelaskan bahwa beliau berdoa mengangkat tangan pada saat thawaf. Sesuatu yang terbaik adalah mengikuti ajaran Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan sesuatu yang terburuk adalah mengikuti perbuatan bid'ah. Cara Mengangkat Tangan Dalam Berdoa. Ibnu Abbas berpendapat bahwa cara mengangkat tangan dalam berdoa adalah kedua tangan diangkat hingga sejajar dengan kedua pundak, dan beristighfar berisyarat dengan satu jari, adapun ibtihal (istighasah) dengan mengangkat kedua tangan tinggi-tinggi. [Sunan Abu Daud, bab Witir, bab Doa 2/79 No. 14950. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Daud]. Imam Al-Qasim bin Muhammad berkata bahwa saya melihat Ibnu Umar berdoa di Al-Qashi dengan mengangkat tangannya hingga sejajar dengan kedua pundaknya dan kedua telapak tangannya dihadapkan ke arah wajahnya. [Dishahihkan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 11/147. Dinisbatkan kepada AL-Bukhari dalam kitab Adabul Mufrad tetapi tidak ada]. Jika ingin lebih lengkap lagi silahkan baca di http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=93&bagian=0 Shalat Isyraq adalah permulaan shalat Dhuha, di mana waktu shalat Dhuha itu dimulai dari terbitnya matahari. Penetapan penamaan shalat ini pada waktu shalat Dhuha sebagai shalat Isyraq diperoleh dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu. Dari Abdullah bin Al-Harits bin Naufal, bahwa Ibnu Abbas tidak shalat Dhuha. Dia bercerita, lalu aku membawanya menemui Ummu Hani' dan kukatakan : "Beritahukan kepadanya apa yang telah engkau beritahukan kepdaku". Lalu Ummu Hani berkata : "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah masuk ke rumahku untuk menemuiku pada hari pembebasan kota Mekkah, lalu beliau minta dibawakan air, lalu beliau menuangkan ke dalam mangkuk besar, lalu minta dibawakan selembar kain, kemudian beliau memasangnya sebagai tabir antara diriku dan beliau. Selanjutnya, beliau mandi dan setelah itu beliau menyiramkan ke sudut rumah. Baru kemudian beliau mengerjakan shalat delapan rakaat, yang saat itu adalah waktu Dhuha, berdiri, ruku, sujud, dan duduknya adalah sama, yang saling berdekatan sebagian dengan sebagian yang lainnya". Kemudian Ibnu Abbas keluar seraya berkata : "Aku pernah membaca di antara dua papan, aku tidak pernah mengenal shalat Dhuha kecuali sekarang. Firman Allah, "Artinya : Untuk bertasbih bersamanya (Dawud) di waktu petang dan pagi" [Shaad : 18] 8
Dan aku pernah bertanya : "Mana shalat Isyraq ?" Dan setelah itu dia berkata : "Itulah shalat Isyraq" [Diriwayatkan oleh AthThabari di dalam Tafsirnya dan Al-Hakim] Mengenai keutamaan shalat Dhuha di awal waktunya yang ia adalah shalat Isyraq, telah diriwayatkan beberapa hadits berikut ini. Dari Abu Umamah, dia bercerita, Rasulullah Shallalllahu 'alaihi wa sallam bersabda. "Artinya : Barangsiapa mengerjakan shalat Shubuh di masjid dengan berjama'ah, lalu dia tetap diam di sana sampai dia mengerjakan shalat Dhuha, maka baginya seperti pahala orang yang menunaikan ibadah haji atau umrah, (yang sempurna haji dan umrhanya)" [Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani] [Diringkas dari kitab Bughyatul Mutathawwi fii Shalaatit Tathawwu, Edisi Indonesia Meneladani Shalat-Shalat Sunat Rasulullah Shallalalhu 'alaihi wa sallam, Oleh Muhammad bin Umar bin Salim Bazmul, Pustaka Imam Syafi'i]. Jika ingin leih lengkap lagi silahkan baca di http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1934&bagian=0
--- halaman 9 dari 20 ---
Jawaban Curhat Sorang Hululiyah THE REAL ENEMIES OF ISLAM AND HOW TO RECOGNIZE THEM Oleh Abu Luthfi Ar-Rasyid
Lalu bagaimanakah caranya engkau membuktikan kami tidak melakukuan Sholat Isyraq/Dhuha? Jangan..., jangan sampai engkau menuduh tanpa menunjukkan bukti.” Aku juga merasa aneh denganmu temanku, bagaimana mungkin engkau mengatakan, ”Mereka berkata, bahwa solat mereka hanya mengikuti Quran dan sunah saja. Berarti kehidupan Islam yang dibangun muslim selama lebih dari 13 abad, sebelum faham mereka muncul pada tahun 1930 an mereka katakan tidak mengikuti Quran dan Sunah. Tetapi mereka juga mengatakan kembali kepada sunah adalah keharusan, jangan dengarkan para Imam 4 mazhab atau ulama islam lainnya, siapapun mereka.” Apakah engkau tidak kuatir mereka justru akan membuka aibmu dengan mengatakan, ”Lagi-lagi engkau membuat kesalahan dengan ini. Ketahuilah Islam telah sempurna sejak Allah menurunkan Qs Al-Maidah : 3 “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” Apakah engkau tidak pernah membaca sirah Nabimu? Maka tidak ada lagi syariatsyariat baru yang dibuat setelah sempurnanya Qur’an dan selesainya Rasulullah memberikan contoh apa yang harus dilakukan, sehingga cukuplah Qur’an dan Sunnah untuk kita. Tidak ada lagi hukum baru dalam ibadah. Jika engkau merasa dengan membuat hal-hal baru dalam agama berarti menolong agamamu, ketahuilah berarti engkau telah mengingkari Allah yang telah berfirman bahwa telah sempurnanya Islam sejak saat itu. Tentu jika demikian kelurusan aqidahmu perlu dipertanyakan. Ketahuilah jika selama 13 abad itu engkau dan orang-orang dibarisan terdahulumu telah membuat berbagai hal baru dalam ibadah berarti selama itu pula engkau dan orang-orang dibarisan terdahulumu telah membuat kesalahan selama itu pula.” Dan tentang..., ”Engkau pikir hanya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab yang berjuang menegakkan sunnah? Sungguh, ini menunjukkan kejauhanmu terhadap sejarah-sejarah para ulama terdahulu. Pernahkan engkau membaca sirah Imam Ahmad bagaimana ia terdzolimi karena menegakkan sunnah? Hendaklah engkau membaca sirah-sirah mereka, sirah Rasulmu Muhammad Shollallahu’alaihi wasallam, para sahabatnya, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan para ulama selanjutnya yang teguh memegang sunnah dan menjauhi bid’ah.” Lalu dengan tulisanmu yang ini temanku, setelah kuselidiki aku belum menemui tuduhanmu ini dalam buku-buku mereka. Justru mereka sangat menghormati para imam madzhab. Lalu mengapa engkau menulis ini,
--- halaman 10 dari 20 ---
Jawaban Curhat Sorang Hululiyah THE REAL ENEMIES OF ISLAM AND HOW TO RECOGNIZE THEM Oleh Abu Luthfi Ar-Rasyid
”Mereka juga berkata,”Mereka adalah manusia biasa dan kita juga manusia”. Kita tahu saat ini yang mereka tak tahu. Yang paling moderat diantara mereka adalah mereka yang tidak berbicara negative mengenai Imam ke 4 mazhab, meskipun demikian mereka tetap tidak mengikuti kebiasaan Imam ke-empat Madzhab tsb. Imam tsb. Mereka mengikuti cara mereka sendiri berdasarkan buku terkenal Sifat Salat Nabi saw, oleh Nasrudin al Albani, Albani bahkan tidak pernah bisa membuktikan bahwa ia telah mendapat Ijazah untuk mengajar dari gurunya, tentu saja saya lebih mengikuti Imam Malik, Abu Hanifa, Imam Syafi’I atau Ibn Hambali” Bagaimana jika mereka bertanya, ”Kami amat menghormati mereka, para imam madzhab, tapi ketahuilah kami tidak taqlid/fanatik dengan membabi buta, ini kami dasari dari perkataan mereka sendiri, dimana mereka mengatakan, ”Jika kami sesuai dengan sunnah maka ikutilah”, jika engkau telah membaca buku Sifat Sholat Nabi tentu engkau telah membaca tulisan ini.9 Kiranya ada baiknya saya paparkan disini apa yang telah sebagian yang saya uraikan diatas, mudah-mudahan menjadi nasihat dan pengingat bagi orang yang bertaklid terhadap meraka. Bahkan bertaklid buta [Taklid inilah yang dimaksud oleh imam Thahawi dalam ucapannya, “Tidak bertaklid kecuali orang yang fanatis dan bodoh”. Disadur oleh Ibnu Abidin dalam Rasmu alMufti (1/32) dari kumpulan risalahnya.] kepada orang-orang yang kelasnya jauh dibawah mereka, berpegang kepada pendapatpendapat mereka seakan-akan pendapat itu datang dari langit, sedangkan Alloh berfirman dalam surat al-A’raaf ayat 3 (artinya) ”Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amatlah sedikitlah kamu mengambil pelajaran (dari padanya)” Abu Hanifah Yang pertama adalah Imam Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit. Telah diriwayatkan darinyapendapat-pendapat dan ungkapanungkapan beragam yang semuanya bermuara pada satu makna. Yaitu kewajiban mengambil hadits sebagai dalil dan meninggalakan pendapat-pendapat yang bertentangan dengannya. [a] Bila suatu hadits itu benar maka itulah mazhabku, [b] Tidak dibolehkan bagi seseorang untuk mengambil pendapat kami bila tidak mengetahui darimana kami mengambilnya. Dalam sebuah riwayat disebutkan ”Haram bagi orang yang tidak mengetahui dalilku berfatwa dengan pendapatku.” Dalam riwayat lain ditambahkan ”Sesungguhnya kita adalah manusia yang mengemukakan pendapat hari ini dan berubah pendapat pada keesokan harinya”. Disebutkan juga dalam riwayat lain ”Apa-apaan engkau wahai Ya’kub! (Abu Yusuf), jangan engkau tulis semua yang kau dengan dariku. Karena aku mengemukakan pendapat hari ini dan keesokan harinya mungkin aku meninggalkannya. Besok aku berpendapat sesuatu dan lusanya aku tinggalkan” [c] Apabila aku mengemukakan suatu pendapat yang bertentangn dengan kitab Alloh dan khabar dari Rasulullah Shollallahu'alaihi Wa Sallam, hendaknya kalian meninggalkan pendapatku. Malik bin Anas Ia berkata sebagai berikut. [a] Sesungguhnya aku adalah manusia yang terkadang salah dan terkadang benar, maka lihatlah pendapatku. Apabila sesuai dengan Al-Qur’an dan sunnah maka ambillah. Setiap yang tidak sesuai dengan Al-Qur’an dan sunnah, tinggalkan. [b] Setiap perkataan orang boleh dipakai atau ditinggalkan kecuali perkataan Nabi Shollallahu'alaihi Wa Sallam. [c] Ibnu Wahab berkata : ”Aku mendengar Malik ditanya tentang menyela-nyela jari-jari kedua kaki dalam wudlu. Ia berkata ’Hal itu tidak wajib’. Lalu saya meninggalkannya sampai orangorang yang mengelilinginya sedikit. Saya katakan kepadanya, ’Hal ini menurut kami sunnah’ Malik bertanya ’Apa haditsnya?’ Saya menjawab ’Dikatakan Laits bin Sa’ad, Ibnu Luhai’ah dan Amru bin Harits, dari Yazid bin Amru al-Ma’afiri, dari Abu Abdurrahmanal-Habli, dari al-Mustaurid bin Syadad al-Qurasyi, ia berkata ’Aku melihat Rasulullah Shollallahu'alaihi Wa Sallam menggosokkan jari-jari manisnya pada cela-cela jari kedua kakinya’ Lalu Malik menyela ’Hadits ini hasan, aku tidak pernah mendengarnya kecuali sekarang ini.’ Kemudian di lain waktu ia ditanya dengan masalah yang sama dan ia menyuruh agar menyela-nyela jari-jari kedua kakinya.” Imam Syafi’i Ucapan Imam Syafi’i dalam masalah ini lebih banyak dan lebih baik. Para pengikutnyapun lebih banyak mengamalkannya dan lebih menyenangkan. Diantara ucapannya adalah sebagai berikut. [a] Tidak ada seorangpun yang bermazhab melainkan mazhab Rasulullah Shollallahu'alaihi Wa Sallam. Apapun pendapat yang saya kemukakan atau yang saya sarikan sedangkan terdapat hadits yang bertentangan dengan pendapatku maka yang benar adalah sabda Rasulullah Shollallahu'alaihi Wa Sallam. Itulah pendapatku. [b] Umat Islam telah berijma bahwa orang yang telah mengetahui sebuah hadits dari Rasulullah SAW maka tidak boleh meninggalkannya untuk mengambil pendapat seseorang. [c] Jika kalian mendapati dalam kitabku yang bertentangan dengan sunnah Rasulullah Shollallahu'alaihi Wa Sallam maka ambillah sunnah Rasulullah Shollallahu'alaihi Wa Sallam dan tinggalkanlah pendapatku. Dalam sebuah riwayat dikatakan ’Maka ikutilah dan janganlah kalian mengikuti pendapat siapapun’ , [d] Bila sebuah hadits dinyatakan sahih, maka itulah mazhabku. [e] Kalian lebih mengetahui hadits dan rawi-rawinya daripada aku. Bila suatu hadits dinyatakan sahih maka beritahukanlah kepadaku darimanapun asalnya, dari Kufah, Basrah atau Syam. Bila benar sahih aku akan menjadikannya mazhabku. [f] Setiap masalah yang ada haditsnya dari Rasulullah Shollallahu'alaihi Wa Sallam menurut ahli 9
--- halaman 11 dari 20 ---
Jawaban Curhat Sorang Hululiyah THE REAL ENEMIES OF ISLAM AND HOW TO RECOGNIZE THEM Oleh Abu Luthfi Ar-Rasyid
Sehingga apa-apa dari mereka yang sesuai dengan sunnah maka tidak ada hujjah bagi kami untuk menolak, kami akan dengar dan kami taat” Temanku, inilah yang paling mengerikan menurutku, engkau menuduh seorang Imam yang memiliki keutamaan ilmu yang telah tiada, dengan tuduhan palsu, bagaimana jika tuduhanmu salah, kepada siapa engkau akan meminta maaf? Terlebih apabila dari mereka para murid Syaikh Nasiruddin Albani bertanya kepadamu, ”Wahai pendusta yang memfitnah, tunjukkanlah bukti jika engkau benar. Begini saja, apakah engkau pernah membaca kitab Mukhtasar al-‘Uluw atau Tahdzir as-Sajid?kami katakan kepadamu, dalam kitab Mukhtasar al-‘Uluw (hal 72) dan kitab Tahdzir as-Sajid (hal 63) engkau akan mendapatkan bukti bahwa Syaikh kami Albani memiliki ijazah hadits dari ‘Allamah Syaikh Muhammad Raghib at-Tabbagh yang kepadanya beliau mempelajari ilmu hadits, dan mendapatkan hak untuk menyampaikan hadits darinya. Atau engkau ingin yang lebih baik lagi, cobalah engkau lihat di buku Hayah al-Albani (biografi Al-Albani) karangan Muhammad Asy-Syaibani. Engkau akan dapati beliau memiliki ijazah tingkat lanjut dari Syaikh Bahjatul Baytar (dimana isnad dari Syaikh terhubung ke Imam Ahmad). Ijazah ini hanya diberikankepada mereka yang benar-benar ahli dalam hadits dan dapat dipercaya untuk membawakan hadits secara teliti. hadits yang bertentangan dengan pendapatku, niscaya aku cabut pendapatku baik selama aku masih hidup atau setelah matiku. [g] Bila kalian melihatku mengemukakan suatu pendapat, dan ternyata ada hadits sahih yang bertentangan dengan pendapatku maka ketahuilah bahwa pendapatku tidak pernah ada. [h] Semua yang aku ucapkan sedangkan ada hadits Rasulullah Shollallahu'alaihi Wa Sallam yang sahih bertentangan dengan pendapatku maka hendaknya diutamakan hadits Rasulullah Shollallahu'alaihi Wa Sallam, janganlah bertaklid kepadaku. [i] Setiap hadits yang sahih dari Rasulullah SAW adalah pendapatku, sekalipun kalian tidak mendengarnya dariku. Ahmad bin Hambal Imam Hambali adalah seorang imam yang terbanyak mengumpulkan hadits dan yang paling teguh memegangnya. Bahkan ia tidak mau menyusun buku yang mencakup furu’ dan ra’yu. Karena itu ia berkata sebagai berikut. [a] Janganlah bertaklid kepadaku, Malik, Syafi’i, Auza’i dan tidak pula Tsuri, ambillah dari apa yang meraka ambil. (Dalam sebuah riwayat dikatakan : Janganlah bertaklid dalam masalah agama kepada para Imam, ikutilah apa yang dapat dari Rasulullah Shollallahu'alaihi Wa Sallam dan para sahabatnya. Sedangkan dari tabi’in boleh memilihnya (menolak atau menerima). [b] Al-Auza’i berpendapat, Malik berpendapat, dan Abu Hanifah berpendapat. Menurutku semuanya adalah ra’yu, sedangkan yang dapat dijadikan hujjah dalam masalahmasalah agama adalah atsar (hadits). [c] Barangsiapa menolak hadits Rasulullah SAW maka ia berada di tepi kehancuran. Demikian pendapat-pendapat para imam dalam masalah berpegang teguh pada hadits, dan larangan bertaklid tanpa pengetahuan. Masalahnya sangat jelas tanpa perlu perdebatan dan penakwilan. Yaitu barangsiapa berpegang teguh terhadap hadits, seklipun bertentangan dengan pendapat para imam, tidak berarti menyalahi pendapat mazhab yang dianut dan juga tidak berarti telah keluar dari jalan yang ditempuh mazhabnya. Bahkan dengan demikian telah mengikuti jalan dan pendapat para imam, telah berpegang pada tali yang kuat yang tidak dapat dipisahkan. Akan tetapi tidak demikian dengan sebaliknya. Barangsiapa yang meninggalkan sunnah yang sahih hanya dikarenakan tealh berbeda dengan pendapat para imam maka bearti telah melanggar para imam dan telah menentang pendapat para imam sebagaimana tersebut diatas. Alloh berfirman dalam QS. an-Nisaa’ : 65 (artinya) ”Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan. Kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan dan mereka menerima dangan sepenuhnya” Dan QS. An-Nur : 63 (artinya) ”Hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahNya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih”. Al-Hafidz Ibnu Rajab berkata ”Hendaknya orang yang telah mengetahui hadits Rasulullah SAW menjelaskannya kepada umat, menasihatinya dan menyeru mereka mengikuti dan ber-ithba’ meski bertentangan dengan pendapat orang yang berpengaruh sekalipun. Sesungguhnya hagist Rasulullah SAW lebih layak untuk diagungkan dan diteladani daripada pendapat orang yang paling berpengaruh dan terkenal dikalangan umat yang berselisih pendapat, yang terkadang pendapat mereka itu salah.
--- halaman 12 dari 20 ---
Jawaban Curhat Sorang Hululiyah THE REAL ENEMIES OF ISLAM AND HOW TO RECOGNIZE THEM Oleh Abu Luthfi Ar-Rasyid
Lalu bagaimana dengan syaikhmu, tempat engkau menimba ilmu, pernahkah engkau tanyakan kepadanya tentang ijazahnya untuk mengajari ilmu hadits? Mintalah kepadanya bukti yang nyata agar engkau tidak didustainya. Dan jika engkau merasa lebih mengenal Syaikh kami Albani, aku ajukan pertanyaan padamu,”Siapakah syaikhnya yang pertama yang mengajarinya belajar Quran, tajwid dan bahasa Arab, dan juga fiqh Hanafiyah.? Aku menunggu jawabanmu! ” Wahai temanku, kali ini aku mengatakan padamu, dan sebelumnya aku meminta maaf karena harus mengatakannya, aku katakan kepadamu, ”Sungguh perbuatan bodoh bila engkau mengatakan hal ini yang kau tulis dibawah kepada mereka sebab ini akan menunjukkan betapa jelasnya terlihat engkau tidak memiliki pengetahuan tentang agamamu.”, lihatlah tulisanmu, ”Satu dari argument terburuk mereka, adalah bertanya mengenai dalil dari Al-Quran dan Sunah yang menjadi pedoman para Ulama Besar tadi. Mereka tidak mengerti bahwa Al-Quran dan Sunah adalah pilar yang mana antaralainnya terbukti termasuk juga Qiyas, Ijma’a, Qaul para Sahabat. Dan juga yang tak kalah pentingnya adalah Maaruf, atau berdasarkan pendapat orang yang memiliki moral yang baik dan setuju bahwa amalan tersebut adalah baik.” Mengapa engkau tidak takut mereka berkata, ”Innalillah... betapa dangkalnya ilmu yang kau miliki. Engkau pikir darimana datangnya agamamu? Dari langit langsung turun ke syaikhmu? Atau dari Allah yang memberikan Qur’an kepada Rasulmu Muhammad dimana ia mencontohkan semua yang diperintahkan dalam Qur’an dengan Sunnahnya. Engkau pikir darimana para sahabat, tabii’n, tabi’ut tabi’in berpedoman dalam agama mereka? Engkau pikir darimana imam dan ulama memberikan fatwa mereka jika bukan dengan Qur’an dan Sunnah? Apakah semua itu datang dari Syaikhmu langsung? Ketahuilah yang menurutmu baik bahkan yang menurut seluruh manusia itu baik namun jika menurut Al-Qur’an dan Sunnah itu buruk maka itu adalah suatu keburukan. Sebagaimana Allah berfirman, ”Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.” (QS. Al-An’am : 116). Perhatikanlah nasihatku, engkau harus belajar tentang agamamu dengan nash yang shahih jika engkau tidak mau terus menerus tersesat. Perhatikan hadits berikut, "Telah kutinggalkan untuk kalian dua perkara yang (selama kalian berpegang teguh dengan keduanya) kalian tidak akan --- halaman 13 dari 20 ---
Jawaban Curhat Sorang Hululiyah THE REAL ENEMIES OF ISLAM AND HOW TO RECOGNIZE THEM Oleh Abu Luthfi Ar-Rasyid
tersesat, yaitu Kitabullah dan Sunnah-ku." Diriwayatkan oleh Hakim (I/172), dan Daruquthni (hadits no. 149). Diriwayatkan oleh Hakim (I/172), dan Daruquthni (hadits no. 149).” Sungguh, setelah membaca suratmu, kutemui banyak kesalahan. Apa yang engkau sampaikan banyak menyelisihi hadits-hadits yang shahih. Coba engkau perhatikan tulisanmu yang ini, ”Jika kalian bertanya kepada mereka mengenai kebiasaan muslim di seluruh dunia memperingati hari kelahiran atau Mawlid Nabi, maka mereka akan mengatakan Bid’ah. Masjid-masjid mereka hanya memiliki dinding yang putih saja, padahal rumah dan kantor mereka penuh hiasan kaligrafi. Tak perlu bertanya kepada mereka mengapa demikian, karena mereka tak akan menjawabnya. Mereka mungkin saja sangat dermawan dan kaya, tetapi berhati-hatilah apa yang mereka katakan dibelakang kalian jika kalian mengatakan bahwa kalian adalah murid dari Syaikh ini. Itulah adalah salah satu dosa terbesar dalam pandangan mereka jika kalian memiliki Syaikh. Mereka mungkin memaafkan kalian jika kalian tak tahu ilmu agama, tetapi mereka tak akan memaafkan kalian jika kalian mempelajari agama melalui seseorang Mursyid. Mereka lebih memilih belajar melalui buku, video tape atau melalui universitas mereka.” Mereka pasti akan menanyakan ini padamu, ”Apakah engkau tidak letih mencari perkara-perkara baru dalam agama? Apakah belum sampai kepadamu pembahasan masalah ini? Pernahkah engkau membaca sebuah buku yang berjudul, ”Maa hukmul Ihtifal bi maulidin Nabiy”, ditulis oleh Imam Syaukani? Jika belum sampai kepadamu baiklah kami nukilkan beberapa diantaranya apa yang ada di dalamnya saat Imam Syaukani ia ditanya tentang maulid, [1]. Saya (Imam Syaukani) tidak mendapatkan sebuah dalilpun akan disyariatkannya perayaan ini, baik dalam Al Qur’an atau As Sunnah atau qiyas atau yang dalil lainnya. [2]. Beliau menukilkan ijma’ kaum muslimin bahwa perayaan ini tidak pernah dilaksanakan pada generasi yang paling mulia, generasi sahabat, tabiin, tabiit tabiin, dan juga tidak pada generasi setelahnya. [3]. Tidak ada seorang ulama-pun yang menukilkan dari ulama sebelumnya bahwa acara ini bukanlah acara bid’ah, bersamaam dengan itu mereka sepakat bahwa setiap perbuatan bid’ah merupakan kesesatan. [4]. Perjuangan ahli bid’ah untuk menyebarluaskan kehinaan dan simbol-simbol yang berbau khurofat di tengah-tengah masyarakat, serta mereka akan marah apabila masyarakat enggan untuk menerimanya, sebagaimana diungkapkan oleh pengarang: ”Masyarakat tidak menyadari bahwa hal-hal tersebut dijadikan perantara untuk dilakukannya segala bentuk kemungkaran, dan sebagai penghalang bagi setiap orang yang akan mengingkarinya, dan mereka akan melakukan dalam perayaan maulid mereka yang tidaklah dihadiri kecuali oleh orang-orang rendahan- segala kemungkaran, dengan beralasan : Telah hadir dalam perayan maulid si fulan dan si fulan dan seterusnya. --- halaman 14 dari 20 ---
Jawaban Curhat Sorang Hululiyah THE REAL ENEMIES OF ISLAM AND HOW TO RECOGNIZE THEM Oleh Abu Luthfi Ar-Rasyid
[5]. Perayaan maulid seperti ini pasti disertai dengan berbagai bentuk kemungkaran dan hal-hal ang diharamkan dalam agama. [6]. Usaha untuk menutup semua celah yang akan menghantarkan kepada hal-hal yang diharamkan, dan ini merupakan salah satu dari tujuan syariat ini. [7]. Semua orang yang mengarang buku tentang maulid Nabi tidak mampu mendatangkan satu alasanpun yang berdasarkan kepada dalil yang syar’i dan kuat, bersamaan dengan itu mereka semua mengakui bahwa perayaan maulid adalah sebuah bid’ah, sehingga mereka membikin syarat-syarat yang sangat sulit dalam perayaannya. Silahkan engkau baca di footnote pendapat para ulama tentang maulid.10” Kemudian mereka juga akan menyampaikan ini kepadamu, ”Apakah belum sampai kepadamu tentang hadits ini, Al-Hakim At-Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Darda’ Radhiyallahu ’anhu, ia berkata, ”Apalagi kamu sudah menghiasi (memperindah) masjid-masjidmu dan mushaf-mushafmu, maka kehancuran akan menimpamu” [Shahih Al-Jami Ash-Shagir 1 : 220]
Diantara pernyataan mereka : Syaikhul Islam Ibnu Taymiyyah dalam kitabnya ‘Iqtidlous Sirotul Mustaqim Mukholafata Ashabil Jahim’ Hal: 295 tentang Maulid Nabawy: “Tidak pernah dilakukan oleh as salafus sholeh padahal dorongan untuk diadakannya perayaan ini sudah ada, dan tidak ada penghalangnya, sehingga seandainya perayaan ini sebuah kebaikan yang murni atau lebih besar, niscaya as salaf (ulama terdahulu) semoga Allah meridloi mereka- akan lebih giat dalam melaksanakannya daripada kita, sebab mereka lebih dari kita dalam mencintai Rosulullah dan mengagungkannya, dan mereka lebih bersemangat dalam mendapatkan kebaikan. Dan sesungguhnya kesempurnaan rasa cinta dan pengagungan kepada beliau terletak pada sikap mengikuti dan mentaati perintahnya, dan menghidupkan sunnah-sunnahnya, baik yang lahir ataupun batin, serta menyebarkan ajarannya, dan berjuang dalam merealisasikan hal itu dengan hati, tangan dan lisan. Sungguh inilah jalannya para ulama terdahulu dari kalangan kaum muhajirin dan anshor yang selalu mengikuti mereka dalam kebaikan. Dan silahkan baca pernyataan beliau dalam kitab ‘Al Fatawa Al Misriyah’ 1/312. Ungkapan Syaikh Abdul Latif bin Abdur Rahman bin Hasan cucu dari Syaikh Islam Muhammad bin Abdul Wahab dalam keterangannya tentang apa yang dilakukan oleh Syehk Muhammad bin Abdul Wahab dalam berda’wah kepada kebenaran, inilah ungkapan beliau tersebut: Sang imam Muhammad bin Abdul Wahab melarang kebiasaan orang-orang di negri tersebut dan daerah lainnya dari membesarkan hari maulid dan hari-hari besar jahiliyah lainnya, yang tidak ada dalil yang memerintahkan untuk membesarkannya, dan tidak pula keterangan dan hujah syar’iyah, karena hal yang demikian adalah menyerupai umat nasroni (kristen) yang sesat dalam hari besar mereka baik secara waktu maupun tempat, ini adalah kebatilan yang ditolak dalam syari’at penghulu segala rasul (agama Islam), di kutib dari “Kumpulan risalah dan masalah para ulama nejed” hal: (4 / 440). Jawaban Syaikh Abdur Rahman bin Hasan terhadap sebuah pertanyaan yang dikemukakan kepada beliau tentang mengkhususkan hari maulid dengan berkorban, yang mereka sebut ‘nafilah’, dan apa yang dilakuakn pada tanggal 27 rajab mengkhususkannya dengan berpuasa dan berkoban pada hari tersebut, kemudian amalan malam nisfu sya’ban seperti itu juga, apakah hal tersebut haram dilakukan atau makruh atau mubah (boleh)?, apakah wajib bagi pemerintah dan ulama untuk mencegahnya?, apakah mereka berdosa bila diam terhadap hal tersebut?, beliau menjawab: “semua hal tersebut adalah Bid’ah, sebagaimana yang terdapat dalam sabda Nabi , bahwa beliau berkata: “Barang siapa yang menambah-nambah dalam urusan kami ini (agama ini), sesuatu yang tidak termasuk kedalamnya, maka hal tersebut adalah ditolak”. Dan dalam sabda beliau yang lain disebutkan: “Hati-hatilah kalian terhadap sesuatu hal yang baru dalam agama ini, sesungguhnya segala hal yang baru dalam agama adalah Bid’ah, dan setiap Bid’ah itu adalah sesat”. 10
Dan segala ibadah harus berdasarkan pada perintah atau larangan serta mengikuti sunnah, sedangkan perkara yang di singgung di atas (pelaksanaan maulid), tidak pernah disuruh oleh Rasulullah, dan tidak pernah dilakukan oleh khalifah ar-rasyidin, sahabat dan para tabi’in. Sebagaiman firman Allah Subahanhu wa Ta'ala: “Apakah mereka itu memiliki tandingan-tandingan yang membuat syari’at agama bagi mereka yang tidak pernah diizinkan Allah” [Asy syuura: 12]. Sedangkan segala macam ibadah yang disebut di atas adalah bikinan orang-orang bodoh tanpa petunjuk dari Allah, hanya Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang lebih mengetahui. (Dinukil dari kumpulan risalah dan masalah para ulama nejed bag 2 Hal: [ 4 /357-358]. Silahkan lihat di : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=293&bagian=0
--- halaman 15 dari 20 ---
Jawaban Curhat Sorang Hululiyah THE REAL ENEMIES OF ISLAM AND HOW TO RECOGNIZE THEM Oleh Abu Luthfi Ar-Rasyid
Apakah belum sampai kepadamu riwayat Umar bin Khaththab Radhiyallahu ’anhu yang melarang menghiasi masjid dan memperindahnya, karena yang demikian itu dapat mengganggu shalat seseorang. Dan ketika beliau memerintahkan merehab Masjid Nabawi, beliau berkata, ”Lindungilah manusia dari hujan, dan janganlah engkau beri warna merah atau kuning karena akan memfitnah (mengganggu) manusia” [Shahih Bukhari 1 : 539] Apakah Syaikhmu belum menyampaikan perkataan Al-Munawi11 yang berkata , ”Maka memperindah masjid dan menghiasi mushaf itu terlarang, sebab dapat menggoda hati dan menghilangkan kekhusyu’an, perenungan, dan perasaan hadir di hadapan Allah Ta’ala. Menurut golongan Syafi’iyah, menghiasi masjid atau Ka’bah dengan emas atau perak adalah haram secara mutlak, dan dengan selain emas dan perak hukumnya makruh” [Faidhul Qadir 1 : 367] Sungguh, ketidaktahuanmu ini sangat memalukan.” Juga fitnahmu yang ini temanku mereka pasti akan bertanya padamu, ”Aduhai! apakah kami harus riya’ dalam bersedekah? Apakah kami harus mengatakanya terlebih dahulu kepadamu untuk memberikan derma? Kuberikan beberapa keterangan padamu tentang riya’ agar engkau berhati-hati sehingga amalmu selamat dan menolongmu di yaumul hisab nanti. Riya : adalah bagian dari perbuatan syirik menyekutukan Allah, sementara Ujub (Al-'Alamah As-Safarini menyebutkan perbedaan yang mendetail antara ujub dan takabur, bagi yang berkeinginan lihat bukunya Ghadza ' Al-Albab 2/222) : adalah bagian dari perbuatan syirik terhadap diri sendiri, kedua sikap ini menyatu pada diri orang yang takabur. [Majmu 'AlFatawa 10/277] Said bin Jabir berkata : "Sesungguhnya seorang hamba melakukan perbuatan kebaikan lalu perbuatan baiknya itu menyebabkan ia masuk neraka, dan sesungguhnya seorang hamba melakukan perbuatan buruk lalu perbuatan buruknya itu menyebabkan dia masuk neraka, hal itu dikarenakan perbuatan baiknya itu manjadikan ia bangga pada dirinya sendiri sementara perbuatan buruknya menjadikan ia memohon ampun serta bertobat kepada Allah karena perbuatan buruknya itu". [Majmu 'Al-Fatawa 10/277] Setelah memberikan keterangan diatas, apakah aku harus mengikutimu dengan menyiarkan apaapa yang kami infaqkan dalam agama? Apakah aku harus memberitahukan kepada khalayak umum tentang shadaqah kami?”
Belaiu adalah Zainuddin Muhammad bin Abdur Ra’uf bin Tajul Arifin bin Ali bin Zainul Abidin Al-Haddadi Al-Munawi. Beliau memiliki delapan buah kitab, terutama dalam bidang hadits, biografi, dan sejarah. Beliau wafat di Kairo pada tahun 1031H. Semoga Allah merahmati beliau. Lihat Al-A’lam 6 : 204 11
--- halaman 16 dari 20 ---
Jawaban Curhat Sorang Hululiyah THE REAL ENEMIES OF ISLAM AND HOW TO RECOGNIZE THEM Oleh Abu Luthfi Ar-Rasyid
Lalu mereka akan mengatakan, ”Dusta, dusta, dusta, selalu kedustaan yang engkau sebarkan. Bagaimana engkau membuktikannya? Berikan pada kami. Mengapa engkau tidak datang saja disetiap kajian yang kami adakan. Apakah perlu aku beritahukan kepadamu jadwal-jadwal kajian kami? Baiklah jika engkau memerlukannya, semoga ini mendatangkan manfaat untukmu baik duniamu dan akhiratmu, kunjungilah http://jadwalkajian.wordpress.com/ maka engkau akan mengatahui dimana dan kapan diadakan kajian. Sehingga engkau tidak perlu lagi berdusta tentang kami.” Terakhir temanku, tentang tulisamu yang ini, ”Poin terakhir dalam bagian ini adalah interpretasi literal mereka dalam sebuah hadis Nabi saw seperti,” Apa yang terdapat di bawah engkel adalah neraka!. Disisi lain mereka cenderung untuk mencari interpretasi sendiri, tetapi paling obvious dari hadist kewalian,” "Aku akan menjadi mata baginya bagi apa yang dilihatnya, menjadi pendengarannya ketika ia mendengar, menjadi tangannya untuk memegang, dan menjadi kakinya dimana ia melangkah”. Pernah saya katakan hadist ini kepada seorang teman di perpustakaan Islamic Center dan satu dari mereka yang duduk disebelahku berkata,” Ini adalah Hululiya!”. Saya tak dapat menahan berkata,” Jika Nabi saw berkata ini adalah hululiya maka saya hululiya!”.” Tentang isbal, kurasa engkau telah salah, kurasa mereka tidak mengintepretasikan sendiri, mereka pasti akan menjawab, ”Bagaimana mungkin kami mengintepretasikan hadits dengan sembarangan? Semoga engkau tidak bosan. Kami berikan penjelasan padamu tentang isbal dan dasar-dasarnyanya sehingga ini akan membantah perkataanmu yang tidak berdasar, Isbal adalah menurunkan pakaian di bawah mata kaki. Allah Ta’ala berfirman : "Dan janganlah engkau berjalan diatas muka bumi ini dengan sombong, karna sesungguhnya Allah tidak suka kepada setiap orang yang sombong lagi angkuh." [Luqman: 18 ] Rasullullah Shalallahu ’alaihi wa salam bersabda : "Ada tiga golongan yang tidak akan diajak bicara oleh Allah di hari kiamat. Tidak dilihat dan dibesihkan (dalam dosa) serta akan mendapatkan azab yang pedih, yaitu seseorang yang melakukan isbal (musbil), pengungkit pemberian, dan orang yang menjual barang dagangannya dengan sumpah palsu." [Hadits Riwayat Muslim, Abu Daud, Turmudzi, Nasa'i, dan Ibnu Majah] Rasullullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Sarung seorang mukmin sebatas pertengahan kedua betisnya. Tidak mengapa ia menurunkan dibawah itu selama tidak menutupi kedua mata kaki. Dan yang berada dibawah mata kaki tempatnya di neraka. [Hadits Riwayat Malik dalam Muwaththa' ,dan Abu Daud dengan sanad yang sahih] Dalam riwayat Imam Ahmad dan Bukhari dengan bunyi : ”Apa saja yang berada di bawah mata kaki berupa sarung, maka tempatnya di Neraka." --- halaman 17 dari 20 ---
Jawaban Curhat Sorang Hululiyah THE REAL ENEMIES OF ISLAM AND HOW TO RECOGNIZE THEM Oleh Abu Luthfi Ar-Rasyid
Dari Umar Radiyallahu’anhuma, ia berkata : Rasullulah Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda : "Siapa yang menyeret pakaiannya karena sombong, Allah tidak akan melihatnya di hari kiamat." [Hadits Riwayat Bukhari dan yang lainnya] Dan dari Ibnu Umar juga, Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda : "Isbal berlaku bagi sarung, gamis, dan sorban. Barang siapa yang menurunkan pakaiannya karena sombong, tidak akan dilihat oleh Allah di hari kiamat." [Hadits Riwayat Abu Daud, Nasa'i, dan Ibnu Majah. Dan hadits ini adalah hadits yang sahih] Dari Abu Hurairah, dari Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda : "Allah tidak akan melihat orang yang menyeret sarungnya karena sombong". [Muttafaq 'alaihi] Maka telah nyatalah temanku, siapa sesungguhnya dirimu, engkau merasa bisa melebihi nabimu dengan menisbatkan diri kepada kaum hululiyah. Mereka pasti akan berkata, ”Aduhai, betapa celakanya dirimu, engkau menisbatkan diri pada kaum hululiyah. Ah.. kami lupa engkau penganut sufi dengan tasawufnya, tentu engkau bermanhaj hulul yang menurut kalian : Bahwasanya Allah memilih sejumlah tubuh manusia kemudian bersemayam (hulul) disana sehingga tubuh-tubuh tersebut memiliki esensi ketuhanan, lepas dari esensi ke”manusiaan”nya, seperti tubuh orang-orang yang arif dari kalangan para wali dan orangorang yang suci jiwanya.12 Ketahuilah tidak ada satupun Rasul dan Nabi yang memiliki keistimewaan seperti kalian wahai kaum hululiyah. Mereka para Rasul dan Nabi tidak memiliki sifat hulul (Allah bersatu dengan makhluknya). Dengan demikian tentulah engkau dan kaummu telah melampaui kemampuan Para Utusan Allah, karena kalian memiliki kemampuan menyatu dengan Tuhan yang mereka tidak mampu. Jika engkau telah menyajikan hadits tentang ini, berikanlah kami keterangan tentang para perawinya, lalu beri kami pula derajat hadits yang engkau sajikan. Kemudian beri kami keterangan pula siapa yang memberimu keterangan tentang kekuatan sanad dan derajat hadits yang engkau punya, agar kami dapat menyelidiki secara obyektif apakah memang Rasulullah pernah menyampaikan hadits itu pada kalian. Dan yang juga penting adalah engkau berikan pada kami syarah/penjelasan terhadap hadits tersebut.
Ini adalah persangkaan kelompok hululiyah, ‘abdul qoohir Al-Baghdadi menyebutkan bahwa hululiyah memiliki sepuluh sekte yang berinduk kepada ekstremis rafidhah, Ibnu Taimiyah membaginya kedalam dua kelompok, yang pertama : mereka yang menyebutnya sebagai hulul khusus, ini adalah pendapat para penganut Kristen Nestorian dan ekstremis rafidhah yang mengatakan bahwasanya Allah bersemayam di tubuh ‘Ali bin Abi Thalib dan para imam Ahlilbait juga sebagian ekstremis lainnya yang mengatakan bahwa Allah bersemayam di tubuh para waliNya .[ Mu’jam Mushtotholah As-shufiyah hal.86, Al-farqu bainal firoq 253,Majmu’ fatawa 2/171-172. Dinukil dari Ma’aalimil jarh wa ta’dil karya Abu ‘Abdurrohman Muhammad Al-mahdi.] dan meyakini bahwa Allah bersatu dengan makhluknya, dan paham-paham sufistik yang lancang dan melenceng. 12
--- halaman 18 dari 20 ---
Jawaban Curhat Sorang Hululiyah THE REAL ENEMIES OF ISLAM AND HOW TO RECOGNIZE THEM Oleh Abu Luthfi Ar-Rasyid
Ketahuilah, barangsipa berdusta atas nama Rasulullah Shallallahu'alaihi Wassallam maka ia telah menentukan tempat duduknya di neraka, telitilah hadits ini [ini kami berikan sebagai contoh singkat agar engkau dapat menjelaskan hadits tentang hulul], Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Artinya : Barangsiapa berdusta atas (nama)ku dengan sengaja, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya dari Neraka.” Hadits ini berderajat MUTAWATIR, karena menurut penyelidikan hadits ini diriwayatkan lebih dari 60 (enam puluh) orang Shahabat ridhwanullahi ‘alaihim jami’an, di antaranya adalah: 1. Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. 2. Anas radhiyallahu ‘anhu. 3. Zubair radhiyallahu ‘anhu. 4. ‘Ali radhiyallahu ‘anhu. 5. Jabir radhiyallahu ‘anhuma. 6. Salman al-Farisi radhiyallahu ‘anhu. 7. Abu Dzarr radhiyallahu ‘anhu dan lainnya. Dan hadits di atas pun telah dicatat oleh lebih dari 20 (dua puluh) Ahli Hadits, di antaranya: Imam Ahmad, al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Majah, ad-Darimy, dan lainnya. Di antara hadits-hadits tersebut adalah: [1]. Dari ‘Ali, ia berkata: “Telah bersabda Rasulullah, ‘Janganlah kamu berdusta atas (nama)ku, karena se-sungguhnya barangsiapa yang berdusta atas namaku, maka pasti ia masuk Neraka.’” [HSR. Ahmad (I/83), al-Bukhari (no. 106), Muslim (I/9) dan at-Tirmidzi (no. 2660)] [2]. Dari Mughirah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: Sesungguhnya berdusta atas (nama)ku tidaklah sama seperti berdusta atas nama orang lain. Barangsiapa berdusta atas (nama)ku dengan sengaja, maka hendak-lah ia mengambil tempat duduknya dari Neraka.” [ HSR. Al-Bukhari (no. 1291) dan Muslim (I/10), diriwayatkan pula semakna dengan hadits ini oleh Abu Ya’la (I/414 no. 962), cet. Darul Kutub al-‘Ilmiyyah dari Sa’id bin Zaid.)] Syarah : Maksud berdusta atas nama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam itu ialah: “Membuat-buat omongan atau cerita dengan sengaja yang disandarkan atas Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu ia mengatakan: ‘Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda atau mengerjakan begini dan tidak mengerjakan hal yang demikian.’” Baiklah, kutunggu keterangan darimu tentang hadits hulul yang kau sajikan tadi.”
--- halaman 19 dari 20 ---
Jawaban Curhat Sorang Hululiyah THE REAL ENEMIES OF ISLAM AND HOW TO RECOGNIZE THEM Oleh Abu Luthfi Ar-Rasyid
Maka temanku, amat jelaslah engkau telah salah saat berkata, ”Musuh Islam sebenarnya saat ini bukan hanya Yahudi, Nasrani, Komunis tetapi juga sesame muslim sendiri. Kebanyakan dari golongan muslim yang menghancurkan Islam, mereka tidak menyadari bahwa tindakannya hanya akan menghancurkan Islam itu sendiri.” Namun, bisa juga benar, dengan catatan ’golongan muslim yang menghancurkan Islam’ itu justru dari golonganmu, ’kaum hululiyah’. Engkaulah yang telah membelot dari jamaah kaum muslimin dengan membuat tarekat baru. Engkaulah yang merusak islam dengan membuat tata cara ibadah baru. Dan engkaulah yang merusak aqidah islam dengan tidak melaksanakan apa yang disampaikan Rasulmu dari Allah. Dan yang paling berbahaya adalah sangkaanmu tentang hulul, sungguh engkau telah melampaui batas. Temanku, sungguh tidak ada hal lain yang mampu kulakukan selain memberimu balasan curhatmu ini, setelah itu bukanlah menjadi kewajibanku apakah engkau mengerti dan mendapatkan hidayah sehingga engkau kembali meluruskan apa-apa yang salah darimu atau tidak. Sungguh hidayah hanyalah milik Allah. Satu hal lagi temanku, cobalah engkau teliti lagi curhat yang kau kirimkan. Semuanya tidak memiliki bukti. Dan cobalah kau bandingkan dengan jawaban mereka nantinya, mereka selalu menggunakan bukti yang jelas dan shahih. Semoga balasan curhat ini berguna bagimu.
--- halaman 20 dari 20 ---