Jadi Profesor

  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Jadi Profesor as PDF for free.

More details

  • Words: 846
  • Pages: 2
jadi profesor rektor ini cerita mengenai obrolan santai … kemarin saya menerima email yang mengatakan bahwa itb sedang krisis profesor. saya rasa ini benar. ada banyak alasan mengapa hal ini terjadi. entah kenapa, memang sulit menjadi profesor di itb. ada banyak pihak yang sepertinya ingin mengganjal, termasuk dari internal! nah lho. ada guyonan bahwa dosen muda di itb banyak yang “dibina” (plesetan dari “dibinasakan”). ha ha ha. guyonan kedua adalah karena dosen itb lebih suka menjadi “guru besar kepala” daripada “guru besar” (profesor). hi hi hi. selain hal di atas, saya melihat bahwa banyak dosen muda di itb yang tidak tertarik untuk menjadi profesor. mungkin karena melihat kenyataan sulitnya menjadi profesor dan melihat kualitas dan sifat profesor (tidak hanya di itb, tapi di indonesia) yang kurang baik. saya mungkin termasuk yang ini juga. kalau mengingat-ingat hal ini, saya merasa kehilangan profesor sungguhan seperti prof. kudrat dan prof. samaun samadikun. minggu lalu saya bertemu dengan kawan smp dan sma saya, ahmad ramli. dia saat ini menjadi staf ahli di kominfo, dekan di fakultas hukum unpad, dan … tentu saja sudah profesor. kami seumur. kebetulan dia sedang jalan-jalan dengan keluarganya dan saya sedang jalan-jalan dengan istri saya. kami ngopi dulu. dia kemudian bertanya: “kapan jadi profesor?” saya jawab: “moal jigana mah” (bahasa sunda, yang artinya, “kayaknya nggak bakalan”.) “eh, tong kitu atuh” (jangan gitu dong) jawabnya. kemudian dia menyarankan saya agar menjadi profesor. ini bukan pertama kalinya saya dikuliahi untuk menjadi profesor. beberapa tahun yang lalu, prof. mieke komar - yang juga merupakan guru besar di bidang hukum - sempat marah ke saya. waktu itu di acara resepsi ahmad menjadi guru besar. bu mieke menanyakan kepada saya pertanyaan yang sama, “kapan menjadi profesor”. jawaban saya waktu itu juga sama, tidak tertarik. beliau kemudian memberi saya “kuliah” (alias memarahi), bahwa saya tidak boleh begitu. ampun bu. ya, saya memang egois dan tidak mau menjadi profesor. bagi saya profesorship adalah sebuah amanah dan tanggung jawab yang besar. dia bukan sekedar gelar yang diberikan begitu saja. dia harus mengemban tugas yang berat untuk bidang dia. bagaimana meningkatkan bidang ilmu tersebut, jumlah orang yang paham dan pandai di bidang ilmu tersebut, bagaimana pemanfaatannya, dan seterusnya. dia harus mengabdi kepada ilmunya tersebut. it’s his/her responsibility. i am not ready for this. meskipun saya sudah banyak memberikan kontribusi di dunia security, saya masih malu untuk menyandang tanggung jawab ini. mungkin suatu saat? entahlah. saat ini saya belum memiliki keinginan dan belum ada tuntutan (keharusan) untuk itu. sembari ngopi, saya sodorkan majalah “acm queue” (architecting tomorrow’s computing) edisi desember/januari 2006/2007. (ya, kemana-mana biasanya saya bawa bacaan. kali ini saya baru dapat majalah acm ini. saya bukan member dari acm, hanya ieee.) di edisi ini ada interview dengan hennessy dan patterson. bagi yang bergerak di bidang elektro, apalagi yang fokus di bidang hardware, mungkin ingat buku teks computer architecture karangan mereka berdua. buku tersebut menjadi buku klasik dalam kuliah di seluruh dunia. yang menariknya adalah mereka sekarang memegang peranan penting di perguruan tinggi. patterson adalah chairman (apakah sekarang masih?) dari computer science, berkeley university. sementara itu hennessy adalah rektor stanford university! kebetulan ahmad ramli pernah kuliah di berkeley dan saya masih tergila-gila dengan stanford university. jadi saya sodorkan majalah itu. komentar ahmad, “wah kayaknya jadi rektor harus tua-an ya.” ha! saya baru ingat bahwa kemarin ahmad merupakan salah satu (dari 3) calon rektor unpad. saya rasa dia kalah karena … terlalu muda. usia kami baru 45 tahun. nampaknya memang faktor usia berpengaruh. kemudian dia bilang, “bud, mau jadi rektor?” ha ha ha. jawaban saya tetap sama, “moal, jigana mah“. tidak tertarik. lagi-lagi, bagi saya pekerjaan rektor memiliki beban yang

berat. kadang-kadang kesal juga melihat perubahan di kampus itb yang tidak sesuai dengan opini saya. tentu saja opini saya bukan selalu yang benar, tapi kadangkala banyak perubahan yang tidak logis. beda bisa dan biasa. yang penting adalah logis alurnya. kalau melihat begini memang ada keinginan untuk mengubah. i’ll lead them to change the world. or, at least to change indonesia! tapi, saya merasa masih terlalu muda. harus banyak belajar dulu agar menjadi lebih bijaksana. maybe someday? who knows. tapi, sekarang tidak ada roadmap saya yang menuju ke sana. lucu juga kalau ahmad jadi rektor unpad dan saya jadi rektor itb. two friends leading the country. yang pasti, jika ini terjadi, kerjasama kedua perguruan tinggi ini akan lebih banyak dan lebih smooth. i’ll make sure of that. wah, asyik juga kalau kedua perguruan besar ini bekerjasama untuk membangun indonesia! masing-masing memiliki keunggulan sendiri dan komplementer. itb dengan keunggulan sisi teknis (engineering) dan unpad dengan keunggulan sisi non-teknis (sosial, ekonomi, budaya, hukum). terbayang indonesia melaju ke depan meninggalkan negara tetangganya. ah, ini mah ngimpi … untuk sementara itu hanya jadi khayalan saja. sementara ini kami akan berkolaborasi, nulis lagu dulu saja. ha ha ha. dari sma memang kami sering menulis (puisi) bersama. saya harus akui bahwa ahmad lebih jago dalam menulis puisi / lirik, tapi saya mungkin lebih baik dari sisi nada. let’s make songs! eh, udah ngelantur, kembali kerja hoi! gimana indonesia bisa maju kalau kita hanya nongkrong aja bacain blog gak mutu kayak ini? hi hi hi

Related Documents

Jadi Profesor
November 2019 29
Profesor
May 2020 15
Profesor
October 2019 41
Profesor Vladimir.docx
June 2020 17
Profesor 2
October 2019 48
Espondiloartritis Profesor
November 2019 19