Itm Adi Cup - Copy.docx

  • Uploaded by: Adi Lukmana
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Itm Adi Cup - Copy.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,226
  • Pages: 48
PERHITUNGAN PABRIK Untuk melengkapi tugas mata kuliah Instalasi Tegangan Menengah yang dibimbing oleh Bapak Lukman Hakim, ST.,MT

Oleh : Adi Lukmana 1641150121 Muhammad Rafli Yafi 1641150107 D4 SISTEM KELISTRIKAN 2B

POLITEKNIK NEGERI MALANG JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM STUDI D4 SISTEM KELISTRIKAN 2018

RENCANA INSTALASI TM/TM/TR INDUSTRI Suatu instalasi industri TM/TM/TR pada MDP (Main Distribution Panel) terbagi menjadi 4 kelompok, yaitu :  Kelompok 1 = 500 kVA  Kelompok 2 = 400 kVA  Kelompok 3 = 300 kVA  Kelompok 4 = 200 kVA  Kelompok 5 = 100 kVA Dengan Faktor Kebutuhan 0,7 – 0,9 = Dipilih 0,7 DEFINISI TM/TM/TR adalah Pelanggan TM (20 kV), Pengukuran TM (20 kV), Pemakaian pada sisi TR (380 V). Jadi trafo milik pelanggan, pengukuran disisi TM (20kV), maka trafo ditempatkan pada Gardu Dustribusi. PERHITUNGAN, PERENCANAAN, DESAIN TRAFO A. PERHITUNGAN TRAFO Untuk memilih trafo yang akan digunakan dalam instalasi TM/TM/TR maka harus memperhatikan ketentuan-ketentuan diantaranya: 1. Harus mengetahui nilai beban total. Pemilihan harus memperhatikan hubungan daya terpasang (real) dan daya tersambung (dari PLN) dengan daya pada trafo. Hal ini ditujukan untuk menentukan nilai daya tersambung yang sesuai dengan nilai daya yang tersedia pada tarif dasar listrik (TDL). Nilai total daya terpasang diperoleh dari penjumlahan kelima kelompok beban yang sudah ditentukan, sebagai berikut : S = Kelompok 1 + Kelmpok 2 + Kelmpok 3 + Kelmpok 4 + Kelompok 5 S = 500 kVA + 400 kVA + 300 kVA + 200 kVA + 100 kVA S = 1500 kVA

2. Kebutuhan Beban Maksimum = FK x Daya Total = 0,7 x 1500 kVA = 1050 kVA 3.

Hubungan dengan prediksi pertambahan beban mendatang. Dalam penggunaan energi listrik pada masa mendatang nilai beban dapat kita prediksi akan bertambah. Pertambahan beban harus diantisipasi dari sekarang dengan memberikan kuota daya lebih dari total nilai daya terpasang. Oleh karena itu daya terpasang dapat dipertimbangkan agar dibebankan sebesar 80% dari nilai daya maksimum trafo. Dan diperkirakan penambahan beban sebesar 20 % Sehingga daya trafo yang dibutuhkan sebesar : Kapasitas Daya Terpasang : = Kebutuhan Beban Maksimum x 120 % = 1050 x 120 % = 1260 kVA Sehingga trafo harus memenuhi nilai daya sebesar 1260 kVA

4. Karena daya yang tersambung diatas 200 kVA, maka trafo tidak memakai GTT (Gardu Trafo Tiang), melainkan Gardu Distribusi. Penyediaan trafo ditanggung pelanggan dan rugi-rugi (kVARh) pada jaringan di tanggung pula oleh pelanggan. Dari kebutuhan daya terpasang sebesar 1260 kVA, sesuai TDL dan perpres No. 8 Tahun 2011 industri ini tergolong tarif I-3/TM. 5. Pelanggan TM/TM/TR dengan golongan tarif I-3, menggunakan alat ukur dengan KWH meter kode sambungan 412 dan kVARH meter kode sambungan 402 yaitu: 412

= 4 kawat, double tariff dan register sekunder, register sekunder

menggunakan CT dan PT. 402

= 4 kawat, single tariff dan register sekunder, register sekunder

menggunakan CT dan PT.

6. Keandalan system yang dikehendaki -

pada industri ini direncanakan dengan menggunakan 2 sumber yaitu PLN dan satu buah genset yang akan menghidupkan 2 kelompok beban jika sumber listrik dari PLN mati. Karena 2 kelompok tersebut tidak boleh berhenti saat pekerjaan berlangsung.

-

Menggunakan system yang mudah dalam perawatan dan pengoperasian mesin

-

Jika

pada sisi

bawah ada

gangguan, pengaman terdekat

akan

mengamankannya. Hal itu dilakukan agar tidak mengganggu system kerja yang lain.

B. PEMILIHAN TRAFO Dalam pemilihan trafo ada hal-hal terpenting yang perlu diperhatikan antara lain adalah faktor keandalan, kualitas produk trafo, faktor ekonomis (harga & tempat trafo tersebut diproduksi) dan rugi – rugi pada trafo. Oleh karena itu paling tidak dibutuhkan dua data trafo untuk dibandingkan.

No.

Pembanding

Traffindo

Siemens Transformer

1.

Daya (kVA)

1600

1600

2.

HV/LV (V)

20000 / 400

20000 / 400

3.

No Load Losses (W)

2200

2200

4.

Load Losses (W)

19000

11700

5.

Total Losses (W)

212000

13000

6.

Impedansi %

6

6

7.

Dimensi Lebar (mm)

1340

945

Tinggi (mm)

1725

2340

Panjang (mm)

1940

1790

Berat (kg)

3785

4000

8.

Noise Level (dB)

61

68

9.

Bushing



X

NB: keterangan lebih lengkap ada pada lampiran

Dari hasil perbandingan trafo di atas maka trafo yang dipilih merk traffindo dengan keunggulan secara mekanik maupun elektrik. Dan yang paling penting adalah pada trafo traffindo terdapat keterangan bushing, ukuran bushing tersebut menentukan ukuran dan jumlah kabel yang dapat disambungkan dengan trafo. C. PEMILIHAN GENSET Di dalam pabrik terdapat beban – beban prioritas, maksudnya adalah saat suplai dari PLN mati beban ini tidak boleh mati juga. Oleh karena itu beban prioritas akan disuplai oleh generator set. Besar daya prioritas kelompok 3, 4 dan 5 maka kapasitas genset yang dipilih harus memenuhi besar beban tersebut. Kapasitas daya dari genset adalah sebagai berikut: Kapasitas daya = 0,7 x 600 x 120% = 504 kVA Berdasarkan besarnya kapasitas daya di atas, maka genset yang digunakan dayanya sebesar 1000 kVA berjumlah satu buah dengan spesifikasi sebagai berikut: Merk

: BaiFa BF-P660

Genset power rating

: Prime 650 kVA , standby :575

Kecepatan

: 1500 rpm

Frekuensi

: 50 Hz

Tegangan output

: 380V / 220 V

NB: keterangan lebih lengkap ada pada lampiran PENGAMAN GENSET Untuk pengaman genset disesuaikan dengan rating arus dari genset itu sendiri sebesar 987 A. Maka pengaman yang dipilih adalah type sebagai berikut Pengaman yang digunakan adalah MCCB type Compact NS MCCB dengan rated 800 sampai 1600 A.

1. Arus Nominal Primer Faktor penempatan : 1 ( pemasangan menggunakan kabel tray ) Faktor suhu : 1 ( Menggunakan AC, suhu dipertahankan 28°C ) 𝐼𝑛 = =

𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑛𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑡𝑟𝑎𝑓𝑜 √3 × 𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟 1500 × 103 √3 × 20000

= 43.3 𝐴 𝐾𝐻𝐴 = 125% 𝑥 43.3 𝐴 = 54.13 𝐴 2. Dari perhitungan arus di atas penghantar yang digunakan dari outgoing kubikel pelanggan menuju trafo menggunakan kabel 2

N2XSY 3 x (1 x 25 mm ) dengan KHA 147 A di udara, suhu keliling 30°

3. Arus Nominal Sekunder 𝐼𝑛 =

=

𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑛𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑡𝑟𝑎𝑓𝑜 √3 × 𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 1500 × 103 √3 × 400

= 2165.1 KHA = 125% 𝑥 2165.1 𝐴 = 2706.4 A Dari perhitungan arus dan KHA di atas, maka penghantar yang digunakan adalah kabel NYY 6 (1 x 185 mm2) per phasa dengan KHA 490 A di udara dengan suhu keliling 30˚C dan tegangan pengenal 1,2 kV. Untuk kabel netral menggunakan kabel NYY 3 (1 x 185 mm2). Busbar yang digunakan adalah tembaga dengan lapisan konduktif ukuran (100 x 5) mm2 jumlah 3 batang dengan dengan pembebanan kotinue = 2950 A.

4. Arus Nominal Cabang  Kelompok 1 𝐼𝑛 =

500 × 103 √3 × 400

= 721.7 𝐴 𝐾𝐻𝐴 = 125% × 721.7 𝐴 = 902.1 𝐴 Untuk penghantar menggunakan kabel NYY 2x (1 x 185 mm2) per phasa dan untuk kabel netral menggunakan kabel NYY 1 x (1 x 185 mm2) dengan KHA 490 A di udara, dengan suhu keliling 30˚C dan tegangan pengenal 1,2 kV. Busbar yang digunakan adalah tembaga dengan lapisan konduktif 2 x (40 x 5) mm2dengan pembebanan kotinue = 1000 A.  Kelompok 2 𝐼𝑛 =

400 × 103 √3 × 400

= 577.4 𝐴 𝐾𝐻𝐴 = 125% × 577.4 𝐴 = 721.8 𝐴 Untuk penghantar menggunakan kabel NYY 2 x (1 x 120 mm2) per phasa dan untuk kabel netral menggunakan kabel NYY 1 x (1 x 120 mm2) dengan KHA 375 A di udara, dengan suhu keliling 30˚C dan tegangan pengenal 1,2 kV. Busbar yang digunakan adalah tembaga telanjang 1 x (40 x 10) mm2 dengan pembebanan kotinue = 760 A.  Kelompok 3 𝐼𝑛 =

300 × 103 √3 × 400

= 433 𝐴 𝐾𝐻𝐴 = 125% × 433 𝐴 = 541.3 𝐴



Untuk penghantar menggunakan kabel NYY 2 x (1 x 95 mm2) per phasa dan untuk kabel netral menggunakan kabel NYY 1 x (1 x 95 mm2) dengan KHA 320 A di udara,dengan suhu keliling 30˚C dan tegangan pengenal 1,2 kV. Busbar yang digunakan adalah tembaga dengan lapisan konduktif 2 x (20 x 5) mm2dengan pembebanan kotinue = 550 A.

 Kelompok 4 𝐼𝑛 =

200 × 103 √3 × 400

= 288.7 𝐴 𝐾𝐻𝐴 = 125% × 288.7 𝐴 = 360.9 𝐴 Untuk penghantar menggunakan kabel NYY 2 x (1 x 50 mm2) per phasa dan untuk kabel netral menggunakan kabel NYY 1 x (1 x 50 mm2) dengan KHA 205 A di udara,dengan suhu keliling 30˚C dan tegangan pengenal 1,2 kV. Busbar yang digunakan adalah tembaga telanjang 1 x (20 x 3) mm2dengan pembebanan kotinue = 425 A. 

Kelompok 5 𝐼𝑛 =

100 × 103 √3 × 400

= 158.8 𝐴 𝐾𝐻𝐴 = 125% × 158.8 𝐴 = 198.5 𝐴 Untuk penghantar menggunakan kabel NYY 2 x (1 x 16 mm2) per phasa dan untuk kabel netral menggunakan kabel NYY 1 x (1 x 16 mm2) dengan KHA 100 A di udara,dengan suhu keliling 30˚C dan tegangan pengenal 1,2 kV. Busbar yang digunakan adalah tembaga dengan lapisan konduktif 1 x (12 x 2) mm2dengan pembebanan kotinue = 225 A.

5. Arus Nominal Genset

𝐼𝑛 =

650×103 √3×400

= 938.2 𝐴

𝐾𝐻𝐴 = 125% 𝑥 938.2 𝐴 = 1172. 8 𝐴

Menggunakankabel NYY 4 x (1 x 95 mm2) berinti tunggal 3 fasa dengan KHA 320 A di udaradengan suhu keliling 30˚C. Busbar tembaga telanjang ukuran 50 x 5 dilapisi lapisan konduktif 2 batang dengan dengan pem bebanan kotinue = 1200 A.

A. PERHITUNGAN Isc Untuk menghitung besarnya Breaking Capasity dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:

1. Menulis data – data kelistrikan yang ada di penyulang. 2. Dengan perhitungan melalui rumus yang sudah ditetapkan. Untuk Jawa Timur besarnya P = 500∠81,37 MVA

Resistansi (mΩ)

Reaktansi (mΩ)

A. Sisi Atas TM 20 kV 𝑉 2 4002 𝑍1 = = = 320 𝑃 500

𝑠𝑖𝑛 𝜃 = 0,98

𝐶𝑜𝑠 𝜃 = 0,8

𝑋1 = 𝑍1 × 𝑆𝑖𝑛 𝜃 × 10−3

𝑅1 = 𝑍1 × 𝐶𝑜𝑠 𝜃 × 10−3

𝑋1 = 320 × 0,978 × 10−3 = 0,3136 𝑚Ω

𝑅1 = 320 × 0,8 × 10−3 = 0,256 𝑚Ω

B. Transformator 𝜔𝐶 × 𝑉02 × 10−3 𝑅2 = 𝑆2 𝑅2 =

24600 × 4002 × 10−3 = 1.75 𝑚Ω 15002

𝑍2 =

𝑉𝑆𝐶 𝑉02 7 160000 × = × 100 𝑆 100 1500 = 7.5 𝑚Ω

𝑋2 = √𝑍22 − 𝑋22 = √7.52 − 1.752 = 7.3 𝑚Ω

C. Koneksi kabel dari trafo menuju MDP 𝑅3 = 𝜌

𝐿 15 = 22,5 = 0,18 𝑚Ω 𝐴 6 × 300

Untuk sistem 1 phasa 𝑋3 =

0,12 × 𝐿 0,12 × 15 = = 0,3 𝑚Ω 6 6

D. Busbar Busbar Utama 𝑅4 = 𝜌

𝐿 2 = 22,5 = 0,045 𝑚Ω 𝐴 10 × 100

𝑋4 = 0,15 × 𝐿 = 0,15 × 2 = 0,3 𝑚Ω

Kelompok I 𝑅𝐺1 = 𝜌

𝐿 1 = 22,5 = 0,1125 𝑚Ω 𝐴 40 × 5

𝑋𝐺1 = 0,15 × 𝐿 = 0,15 × 1 = 0,15 𝑚Ω

Kelompok 2 𝑅𝐺2 = 𝜌

𝐿 1 = 22,5 = 0,056 𝑚Ω 𝐴 40 × 10

𝑋𝐺2 = 0,15 × 𝐿 = 0,15 × 1 = 0,15 𝑚Ω

Kelompok 3 𝑅𝐺3 = 𝜌

𝐿 1 = 22,5 = 0. 225 𝑚Ω 𝐴 20 × 5

𝑋𝐺3 = 0,15 × 𝐿 = 0,15 × 1 = 0,15 𝑚Ω

Kelompok 4 𝑅𝐺4 = 𝜌

𝐿 1 = 22,5 = 0.38 𝑚Ω 𝐴 20 × 3

𝑋𝐺4 = 0,15 × 𝐿 = 0,15 × 1 = 0,15 𝑚Ω

Kelompok 5 𝑅𝐺5 = 𝜌

𝐿 1 = 22,5 = 0.93 𝑚Ω 𝐴 12 𝑋 2

𝑋𝐺5 = 0,15 × 𝐿 = 0,15 × 1 = 0,15 𝑚Ω

Arus Hubung Singkat Pengaman Utama  Resistansi dan reaktansi total untuk menentukan Isc pada trafo dapat dihitung: 𝑅𝑡1 = 𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3 + 𝑅4 = 0,256 + 1,75 + 0,18 + 0,045 = 3,692 𝑚Ω 𝑋𝑡1 = 𝑋1 + 𝑋2 + 𝑋3 + 𝑋4 = 0,3136 + 7,3 + 0,3 + 0,3 = 8,214 𝑚Ω

 Arus hubung singkat pada pengaman utama dapat dihitung dengan rumus : 𝑰𝑯𝑺 =

𝑽𝟎 √𝟑 × 𝒁

𝑽𝟎

=

=

√𝟑 × √𝑹𝒕𝟏𝟐 + 𝑿𝒕𝟏𝟐

𝟒𝟎𝟎 √𝟑 × √𝟑, 𝟔𝟗𝟐𝟐 + 𝟖, 𝟐𝟏𝟒 𝟐

= 𝟐𝟔, 𝟔𝒌𝑨 In = 3608 A Pengaman yang digunakan adalah ACB type Masterpact NW 40 tipe H1 + Micrologic 2.0A dengan arus nominal 4000 A dan Ihs = 65 kA. Arus hubung singkat pengaman cabang a. Kelompok 1 𝑅𝑡2 = 𝑅𝑡1 + 𝑅𝐺1 = 3,692 + 0,1125 = 3,8 𝑚Ω 𝑋𝑡2 = 𝑋𝑡1 + 𝑋𝐺1 = 8,214 + 0,15 = 8,4 𝑚Ω 𝑰𝑯𝑺 =

𝑽𝟎 √𝟑 × 𝒁

𝑽𝟎

=

=

√𝟑 × √𝑹𝒕𝟐𝟐 + 𝑿𝒕𝟐𝟐

𝟒𝟎𝟎 √𝟑 × √𝟑, 𝟖𝟐 + 𝟖, 𝟒 𝟐

= 𝟐𝟓, 𝟏𝟓 𝒌𝑨 In = 721,7 A Pengaman yang digunakan adalah MCCB Compact NS800 tipe N Micrologic 2.0 dengan arus nominal 800 A dan Ihs = 50 kA

b. Kelompok 2 𝑅𝑡3 = 𝑅𝑡1 + 𝑅𝐺2 = 3,692 + 0,056 = 3,75 𝑚Ω 𝑋𝑡3 = 𝑋𝑡1 + 𝑋𝐺2 = 8,214 + 0,15 = 8,36 𝑚Ω 𝑰𝑯𝑺 =

𝑽𝟎 √𝟑 × 𝒁

=

= 𝟐𝟓, 𝟏𝟓 𝒌𝑨

𝑽𝟎 √𝟑 × √𝑹𝒕𝟐 + 𝑿𝒕𝟐

=

𝟒𝟎𝟎 √𝟑 × √𝟑, 𝟕𝟓𝟐 + 𝟖, 𝟑𝟔 𝟐

In = 577,4 A Pengaman yang digunakan adalah MCCB Compact NS630 tipe N Micrologic 2.3 dengan arus nominal 630 A dan Ihs = 50 kA.

c. Kelompok 3 𝑅𝑡4 = 𝑅𝑡1 + 𝑅𝐺3 = 3,692 + 0,225 = 3,9 𝑚Ω 𝑋𝑡4 = 𝑋𝑡1 + 𝑋𝐺3 = 8,214 + 0,15 = 8,36 𝑚Ω 𝑰𝑯𝑺 =

𝑽𝟎 √𝟑 × 𝒁

=

𝑽𝟎

=

√𝟑 × √𝑹𝒕𝟐 + 𝑿𝒕𝟐

𝟒𝟎𝟎 √𝟑 × √𝟑, 𝟗𝟐 + 𝟖, 𝟑𝟔 𝟐

= 𝟐𝟓, 𝟏𝟓 𝒌𝑨 In = 433 A Pengaman yang digunakan adalah MCCB Compact NS1250 tipe N Micrologic 2.3 dengan arus nominal 630 A dan Ihs = 50 kA.

d. Kelompok 4 𝑅𝑡5 = 𝑅𝑡1 + 𝑅𝐺4 = 3,692 + 0,38 = 4,07 𝑚Ω 𝑋𝑡5 = 𝑋𝑡1 + 𝑋𝐺4 = 8,214 + 0,15 = 8,36 𝑚Ω 𝑰𝑯𝑺 =

𝑽𝟎 √𝟑 × 𝒁

=

= 𝟒𝟐, 𝟑𝟔 𝒌𝑨

𝑽𝟎 √𝟑 × √𝑹𝒕𝟐 + 𝑿𝒕𝟐

=

𝟒𝟎𝟎 √𝟑 × √𝟒, 𝟎𝟕𝟐 + 𝟖, 𝟑𝟔 𝟐

In = 288,7 A Pengaman yang digunakan adalah MCCB Compact NS630 tipe N Micrologic 2.3 dengan arus nominal 400 A dan Ihs = 50 kA. e. Kelompok 5 𝑅𝑡5 = 𝑅𝑡1 + 𝑅𝐺5 = 3,692 + 0,93 = 4,62 𝑚Ω 𝑋𝑡5 = 𝑋𝑡1 + 𝑋𝐺5 = 8,214 + 0,15 = 8,36 𝑚Ω 𝑰𝑯𝑺 =

𝑽𝟎 √𝟑 × 𝒁

=

𝑽𝟎 √𝟑 × √𝑹𝒕𝟐 + 𝑿𝒕𝟐

=

𝟒𝟎𝟎 √𝟑 × √𝟒, 𝟔𝟐𝟐 + 𝟖, 𝟑𝟔 𝟐

= 𝟐𝟒, 𝟒 𝒌𝑨 In = 158,8 A Pengaman yang digunakan adalah MCCB Compact NS630 tipe N Micrologic 2.3 dengan arus nominal 160 A dan Ihs = 50 kA.

A. ARRESTER Arrester dipakai sebagai alat proteksi utama dari tegangan lebih. Oleh karena pemilihan arrester harus sesuai dengan peralatan yang dilindunginya. Karena kepekaan arrester terhadap tegangan, maka pemakainya harus disesuikan dengan tegangan sistem. Pemilihan lightning arrester dimaksudkan untuk mendapatkan tingkat isolasi dasar yang sesuai dengan Basic Insulation Level (BIL) peralatan yang dilindungi, sehingga didapatkan perlindungan yang baik. Pada pemilihan arrester ini dimisalkan tegangan impuls petir yang datang berkekuatan 400 KV dalam waktu 0,1μs, jarak titik penyambaran dengan transformator 5 Km.  Tegangan dasar arrester Pada jaringan tegangan menengah arrester ditempatkan pada sisi tegangan tinggi (primer) yaitu 20 KV. Tegangan dasar yang dipakai adalah 20 KV sama seperti tegangan pada sistem. Hal ini dimaksudkan agar pada tegangan 20 KV arrester tersebut masih bisa bekerja sesuai dengan karakteristinya yaitu tidak bekerja pada tegangan maksimum sistem yang direncanakan, tetapi masih tetap mampu memutuskan arus ikutan dari sistem yang effektif.  Tegangan sistem tertinggi umumnya diambil harga 110% dari harga tegangan nominal sistem. Pada arrester yang dipakai PLN adalah : Vmaks

= 110% x 20 KV = 22 KV, dipilih arrester dengan tegangan teraan 28 KV.

 Koefisien Pentanahan Didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan rms fasa sehat ke tanah dalam keadaan gangguan pada tempat dimana penagkal petir, dengan tegangan rms fasa ke fasa tertinggi dari sistem dalam keadaan tidak ada gangguan Untuk menetukan tegangan puncak (Vrms) antar fasa dengan ground digunakan persamaan:

Vrms =

=

Vm 2

22 2

= 15,5 KV Dari persamaan di atas maka diperoleh persamaan untuk tegangan phasa dengan ground pada sistem 3 phasa didapatkan persamaan :

Vm(L - G) =

=

Vrms  2 3 15,5  2 3

= 12,6 KV Koefisien pentanahan

=

12,6 KV 15,5KV

= 0,82 Keterangan : Vm = Tegangan puncak antara phasa dengan ground (KV) Vrms = Tegangan nominal sistem (KV)  Tegangan pelepasan arrester Tegangan kerja penangkap petir akan naik dengan naiknya arus pelepasan, tetapi kenaikan ini sangat dibatasi oleh tahanan linier dari penangkap petir. Tegangan yang sampai pada arrester :

E

=

E

=

e K .e.x 400KV 0,0006  5Km

= 133,3 KV Keterangan : I

= arus pelepasan arrester (A)

e

= tegangan surja yang datang (KV)

Eo

= tegangan pelepasan arrester (KV)

Z

= impedansi surja saluran (Ω)

R

= tahanan arrester (Ω) Harga puncak surja petir yang masuk ke pembangkit datang dari saluran

yang dibatasi oleh BIL saluran. Dengan mengingat variasi teganagn flasover dan probabilitas tembus isolator, maka 20% untuk faktor keamanannya, sehingga harga e adalah : e =1,2 BIL saluran Keterangan : e

= tegangan surja yang datang (KV)

BIL

= tingkat isolasi dasar transformator (KV)

 Arus pelepasan nominal (Nominal Discharge Current) I

=

2e  Eo ZR

Z adalah impedansi saluran yang dianggap diabaikan karena jarak perambatan sambaran tidak melebihi 10 Km dalam arti jarak antara GTT yang satu dengan yang GTT yang lain berjarak antara 8 KM sampai 10 KM. ( SPLN 52-3,1983 : 11 ) R

=

tegangankejutimpuls100% aruspemuat

=

105KV 2,5KA

= 42 

I

=

2  400 KV  133,3KV 0  42

= 15,8 KA Keterangan : E = tegangan yang sampai pada arrester (KV) e = puncak tegangan surja yang datang K = konsatanta redaman (0,0006) x = jarak perambatan Jatuh tegangan pada arrester dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : V =IxR Sehingga tegangan pelepasan arrester didapatkan sesuai persamaan : ea = Eo + (I x R)

(25)

Keterangan : I

= arus pelepasan arrester (KA)

Eo

= tegangan arrester pada saat arus nol (KV)

ea

= tegangan pelepasan arrester (KV)

Z

= impedansi surja (Ω)

R

= tahanan arrester (Ω)

 Pemilihan tingkat isolasi dasar (BIL) “Basic Impuls Insulation Level (BIL) level yang dinyatakan dalam impulse crest voltage (tegangan puncak impuls) dengan standart suatu gelombang 1,5 x 40 μs. Sehingga isolasi dari peralatan-peralatan listrik harus mempunyai karakteristik ketahanan impuls sama atau lebih tinggi dari BIL tersebut.

 Pemilihan tingkat isolasi dasar (BIL) Harga puncak surja petir yang masuk ke pembangkit datang dari saluran yang dibatasi oleh BIL saluran. Dengan mengingat variasi tegangan flasover dan probabilitas tembus isolator, maka 20% untuk faktor keamanannya, sehingga harga E adalah : e =1,2 BIL saluran e = 1,2 x 150 KV e = 180 KV Basic Impuls Insulation Level (BIL) level yang dinyatakan dalam impulse crest voltage (tegangan puncak impuls) dengan standart suatu gelombang 1,2/50 μs. Sehingga isolasi dari peralatan-peralatan listrik harus mempunyai karakteristik ketahanan impuls sama atau lebih tinggi dari BIL tersebut. Sehingga dipilih BIL arrester yang sama dengan BIL transformator yaitu 150 KV  Margin Perlindungan Arrester Untuk mengitung dari margin perlindungan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : MP

= (BIL / KIA-1) x 100%

MP

= (150 KV/ 133,3 – 1) x 100% = 125.28 %

Keterangan : MP

= margin perlindungan (%)

KIA = tegangan pelepasan arrester (KV) BIL

= tingkat isolasi dasar (KV) Berdasarkan rumus di atas ditentukan tingkat perlindungan untuk tafo

daya. Kriteria yang berlaku untuk MP > 20% dianggap cukup untuk melindungi transformator .

 Jarak penempatan Arrester dengan Peralatan Penempatan arrester yang baik adalah menempatkan arrester sedekat mungkin dengan peralatan yang dilindungi. Jarak arrester dengan peralatan Yang dilindungi digunakan persamaan sebagai berikut :

Ep = ea +

2 A x v

125 = 133,3 KV+

2  4000 KV / s  x 300m / s

8,3 = 26,6x x

= 0,31 m

jadi jarak arrester sejauh 31 cm dari transformator yang dilindungi. Perhitungan jarak penempatan arrester di atas digunakan untuk transformator tiang. Namun di wilayah Malang juga terdapat penempatan transformator di permukaan tanah dengan menggunakan kabel tanah. Transformator tersebut berada dalam tempat terpisah dengan pengaman arresternya. Transformator diletakkan di atas tanah dan terhubung dengan arrester yang tetap diletakkan di atas tiang melalui kabel tanah. Tabel Batas Aman Arrester IMPULS

BIL

BIL

PETIR

ARRESTER

TRAF0

(KV)

(150 KV)

(125 KV)

KONDISI

KETERANGAN

Tegangan masih di bawah rating transformator 120 KV

< 150 KV

<125 KV

Aman

maupun arrester Tegangan masih

125 KV

<150 KV

=125 KV

Aman

memenuhi

batasan keduanya Tegangan 130 KV

<150 KV

>125 KV

Aman

lebih

diterima arrester dan dialirkan ke tanah Masih memenuhi batas

tegangan

tertinggi 150 KV

=150 KV

>125 KV

Aman

bisa

yang diterima

arrester.

200 KV

>150 KV

>125 KV

Tidak

Arrester

rusak,

aman

transformator rusak

Berdasarkan keterangan diatas maka pemilihan BIL arrester harus mempunyai kemampuan yang sama atau diatas tegangan BIL petir (150 kV), sedangkan untuk BIL trafo dapat menggunakan BIL yang lebih rendah yaitu 125 kV. B. Karakteristik dan Pemilihan Cut-Out Karakteristik utama suatu cut-out adalah sehubungan dengan kebuuhan antara waktu dan arus. Hubungan antara minimum melting dan maksimim clearing time, ditentukan dari test data yang menghasilkan karakteristik waktu dan arus. Kurva minimum melting time dan maksimum clearing time adalah petunjuk yang penting dalam penggunaan fuse link pada system yang dikoordinasikan. Melting time adalah interval waktu antara permulaan arus gangguan dan pembusuran awal. Interval selama dalam masa pembusuran berakhir adalah arching time. Sedangkan clearing time adalah melting time ditambah dengan arching time. Factor-faktor dalam pemilihan fuse cut-out

Penggunaan cut-out tergantung pada arus beban, tegangan, type system, dan arus gangguan yang mungkinterjadi. Keempat factor diatas ditentukan dari tiga buah rating cut-out, yaitu : 1) Pemilihan rating arus kontinyu Rating arus kontinyu dari fuse besarnya akan sama dengan atau lebih besar arus arus beban kontinyu maksimum yang diinginkan akan ditanggung. Dalam menentukan arus beban dari saluran, pertimbangan arus diberikan pada kondisi normal dan kondisi arus beban lebih ( over load ). Pada umumnya outgoing feeder 20 kV dari GI dijatim mampu menanggung arus beban maksimum 630 A, maka arus beban sebesar 100 A. 2) Pemilihan Rating tegangan Rating tegangan ditentukan dari karakteristik sebagai berikut : 

Tegangan system fasa atau fasa ke tanah maksimum.



System pentanahan.



Rangkaian satu atau tiga fasa. Sesuai dengan teganga sisitem dijatim maka rated tegangan cut-out dipilih

sebesar 20 kV dan masuk ke BIL 150. 3) Pemilihan rating Pemutusan. Setiap transformator berisolasi minyak harus diproteksi dengan gawai proteksi arus lebih secara tersendiri pada sambungan primer, dengan kemampuan atau setelan tidak lebih dari 250 %dari arus pengenal transformator. Setelah melihat data- data diatas maka perhitungan pemilihan fuse cut-out adalah sebagai berikut :  Arus

I co 

Dayatrafo

I co 

1500kVA

3  20kV

3  20kV

= 108,4 A

 2,5

 2,5

Rating arus kontinyu dari fuse besarnya dianggap sama atau lebih besar dari beban kontinyu maksimal yang diinginkan / ditanggung. Oleh karena itu dipilih HUBBELL CO dengan arus sebesar 200 A, yang mempunyai spesifikasi umum sebagai berikut: o Type

: CP710342

o Voltage Nominal

: 27 Kv

o Current continuous

: 200 A

o Interupting RMS Asym

: 10 kA

NB: Keterangan lebih lengkap dapat dilihat pada katalog

SANGKAR FARADAY Medan listrik berpengaruh dan berbahaya bagi pekerja yang bekerja pada atau dekat sekali dengan bagian dari jaringan yang bertegangan. Pekerja dapat mempergunakan perlindungan untuk hal tersebut seperti sangkar faraday dimana kuat medan listrik didalam pelindung konduktor ini merupakan fungsi dari derajat perlindungannya Sangkar pelindung terbuat dari bahan konduktor dan beberapa tahun yang lalu Faraday telah menunjukkan bahwa kuat medan listrik didalam sangkar adalah nol (0) bila sangkar berbentuk kotak penuh. Namun jika sangkar tersebut berbentuk kotak penuh sehingga pekerja didalamnya bebs terhadap medan listrik, maka hal ini tidak dapat dipakai untuk bekerja. Perlindungan terhadap medan ini hanya dilakukan oleh sangjar yang hanyaberbentuk setengah kotak atau sangkar yang tidak berbentuk kotak penuh, tergantung pada derajat perlindungan yang kita inginkan Dalam perhitungan ini yang perlu diperhatikan adalah system pengaman dari sisi TR maupun TM pada trafo. Sesuai dengan catalog yang ada jarak aman sisi tegangan tinggi adalah = 750 mm. Dengan perkiraan panjang tangan manusia sekitar kurang lebih 600 mm dan jarak aman trafo dengan atap kurang lebih 1000 mm. Sehingga dapat terhitung sangkar faraday sesuai dengan dimensi trafo yang digunakan. Dimensi trafo yang digunakan dengan data sebagai berikut : Panjang (A)

:

1940 mm

Lebar (B)

:

1340 mm

Tinggi (C)

:

1725 mm

Sehingga diperoleh dimensi sangkar faraday terpasang sebagai berikut : Panjang

:

(jarak aman trafo+panjang tangan manusia) x 2 + panjang trafo

:

( 600 + 750 ) x 2 + 1940 mm

Lebar

Tinggi

:

4640 mm

:

(jarak aman trafo+panjang tangan manusia) x 2 + lebar trafo

:

( 600 + 750 ) x 2 + 1340 mm

:

4040 mm

:

(jarak aman trafo dengan atap) + tinggi trafo

:

1000 mm + 1725 mm

:

2725 mm

PEMILIHAN KOMPONEN KUBIKEL Kubikel 20 kV adalah komponen peralatan untuk memutuskan dan menghubungkan, pengukuran, tegangan, arus maupun daya, peralatan proteksi dan control. Didalam perencanaan ini, pelanggan memesan daya kepada PLN sebesar 10000 kVA, pelanggan ini termasuk pelanggan TM / TM / TR sehinga trafo milik pelanggan, rugi-rugi di tanggung pelanggan, pengukuran di sisi TM dan trafo ditempatkan di gardu distribusi. Kubikel terdiri dari dua unit. Pertama adalah milik PLN (yang bersegel) dan kubikel milik pelanggan (hak pelanggan sepenuhnya). Setiap kubikel terdiri dari incoming, metering dan outgoing. Pada perencanaan ini, kubikel pelanggan dan PLN disamakan spesifikasinya, karena selain PLN, pelanggan juga perlu memonitoring metering milik pelanggan itu sendiri. Spesifikasi kubikel ialah: 1. Incoming : IMC 2. Metering : CM2 3. Outgoing : DM1-A Dari schneider / Merlin Gerin 1. INCOMING (IMC) Terdiri atas LBS (load break switch), coupling kapasitor dan CT - LBS Ialah pemutus dan penyambung tegangan dalam keadaan berbeban, komponen berbeban terdiri atas beberapa fungsi yaitu: 1. Earth Switch 2. Disconnect Switch 3. Load Break Switch Untuk meng-energized, proses harus berurutan (1-2-3) dan memutus beban harus dengan urutan kebalikan (3-2-1). - Coupling Capasitor Dalam penandaan kubikel membutuhkan lampu tanda dengan tegangan kerja 400 kV. Karena pada kubikel mempunyai tegangan kerja 20 kV, maka

tegangan tersebut harus diturunkan hingga 400 V menggunakan coupling capasitor dengan 5 cincin yang menghasilkan output tegangan = 20 kV/5 = 400 V - Current Transformator (CT) Trafo yang digunakan adalah trafo dengan daya 2500 kVA. Sehingga arus nominalnya ialah: 𝐼𝑛 = =

𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑟𝑎𝑓𝑜 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙 √3 × 𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛𝑚𝑒𝑛𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ 1500𝑘𝑉𝐴 √3 × 20𝑘𝑉

= 43,3 𝐴 meter yang digunakan hanya mampu menerima arus sampai 5 A. Sehingga dibutuhkan trafo arus (CT) dengan spesifikasi: 1. Transformer ARJP2/N2F 2. Single Primary Winding 3. Double Secondary Winding Untuk Pengukuran dan Pengaman 4. Arus rating : 50 / 5 A 5. Burden : 15 VA 6. Class : 0,5 NB: Keterangan lebih lengkap bisa dilihat katalog kubikel

2. METERING (CM2) Terdiri atas LBS type CS, busbar 3 phasa, LV circuit isolation switch, LV fuse, 3 fuse type UTE atau DIN 6.3 A, heater 150 W (karena daerah dengan tingkat kelembaban tinggi). - Load Break Switch type CS Dioperasikan dengan pengungkit yang terdiri atas : 1. Earth switch 2. Disconnect switch

- Auxiliary kontak untuk CM2 yaitu 10 + 2c - Voltage transformator

- Fuse Fuse yang digunakan pada kubikel metering tergantung dari tegangan kerja dan transformator yang digunakan. Setelah melihat tabel seleksi fuse (katalog kubikel), Pemilihan Fuse Fuse = 400% x In = 4 x 43,3 = 173,2 A - Heater 150 W Heater digunakan sebagai pemanas dalam kubikel. Sumber listrik heater ini berdiri sendiri 220 V-AC. Difungsikan untuk menghindari flash over akibat embun yang ditimbulkan oleh kelembaban di sekitar kubikel. 3. OUTGOING (DM1-A) Terdiri atas: 

SF1 atau SF set circuit breaker (CB with SFG gas)



Pemutus dari earth switch



Three phase busbar



Circuit breaker operating mechanism



Dissconector operating mechanism CS



Voltage indicator



Three ct for SF1 CB



Aux- contact on CB



Connections pads for ary-type cables



Downstream earhting switch.

Dengan aksesori tambahan: 

Aux contact pada disconnector



Additional enclosure or connection enclosure for cabling from above



Proteksi menggunakan stafimax relay atau sepam progamable electronic unit for SF1 –CB.



Key type interlock



150 W heating element



Stands footing



Surge arrester



CB dioperasikan dengan motor mekanis.

 Lihat katalog kubikel

PERHITUNGAN KOMPONEN KUBIKEL 1)

Pemilihan Disconnecting Switch (DS). Disconnecting switch merupakan peralatan pemutus yang dalam kerjanya (menutup dan membuka) dilakukan dalam keadaan tidak berbeban, karena alat ini hanya difungsikan sebagai pemisah bukan pemutus. Jika DS dioperasikan pada saat keadaan berbeban maka akan terjadi flash over atau percikan-percikan api yang dapat merusak alat itu sendiri. Fungsi lain dari disconnecting switch adalah difungsikan sebagai pemisah tegangan pada waktu pemeliharaan dan perbaikan, sehingga dperlukan saklar pembumian agar tidak ada muatan sisa. Karena DS dioperasikan sebagai saklar maka perhitungannya adalah :

I 

I 

KVA(trafo) 3  20kV

1500kV 3  20kV

 1,15

 1,15

= 49,9 A Sehingga dipilih DS dengan type OT63F3 dengan kemampuan 60 A. 2)

Pemilihan Load Break Switch. Kemampuan pemutus ini harus disesuaikan dengan rating nominal

dari

tegangan kerja, namun LBS juga harus mampu beroperasi saat arus besar ( Ics ) tanpa mengalami kerusakan. Cara pengoperasian LBS bisa secara manual yaitu digerakkan melalui penggerak mekanis yang dibantu oleh sisitem pegas dan pneumatic.pemilihan LBS ditentukan berdasarkan dengan Rating arus nominal dan tegangan kerjannya :

I 

KVA(trafo)

I 

1500kVA

3  20kV

3  20kV

 1,15

 1,15

= 49,9 A Saklar Disconnector dan Saklar Pentanahan



Tabung Udara Tiga kontak putar ditempatkan dalam satu enclosure dengan tekanan gas relative 0,4 bar



Operasi Keamanan Saklar memiliki tiga posisi, yaitu: - Tertutup - Terbuka - Ditanahkan Dengan

system

pengoperasian.

operasi

interlock,

mencegah

terjadinya

kesalahan

A. Perhitungan AC Ruang Kubikel Untuk menjaga suhu ruang kubikel kita tidak menggunakan ventilasi, namun menggunakan AC. Hal ini dimaksukan agar suhu ruang tetap stabil walupun keadaan cuaca di luar ruangan berubah – ubah. Berikut perhitungan daya AC pada ruang kubikel : 

Kebutuhan BTU = 500 BTU/h tiap m3



Rumus : ( P x L x T ) BTU/h



½ PK ( 368 W ) setara dengan 5000 BTU/h



Panjang ruangan = 8 m



Lebar ruangan = 8 m



Tinggi ruangan = 4 m

Maka kebutuhan BTU

: ( 8 x 8 x 4 ) 500 : ( 256 ) 500 : 128.000 BTU/h

Daya AC : ( Kebutuhan BTU / 5000 ) 368 W : ( 128000 / 5000 ) 368 W : ( 25,6 ) 368 W : 9.420 W Maka dipilih AC produk LG seri NOVA type E09SQ

B. Perhitungan Exhaust Fan Ruang Genset Untuk sirkulasi pada ruang genset digunakan fan exhaust agar sirkulasi lebih baik. Sehingga lebih meminimalisir gas buang genset yang masuk ke ruang genset. Rumus yang digunakan referensi KDK fan, yaitu : K=AxB Dimana K = Kebutuhan volume udara fan ( m3/jam ) A = Volume ruangan B = Kebutuhan frekuensi pergantian udara per jam ( tabel pada KDK )

Maka kebutuhan fan : K = ( 8 x 10 x 4 ) x 20 m3/jam = 6400 m3/jam Dari perhitungan tersebut kita tahu bahwa kebutuhan pergantian volume udara tiap jamnya adalah m3/jam, sehingga dipilih kipas produk MARATHON ELECTRIC type GPN45041 dengan spesifikasi umum : 

Motor AF55



1 Fasa



Kecepatan 1400 rpm



Daya 372 W



Arus 1,75 A



Free air flow 7000 m3/jam

PEMASANGAN KAPASITOR Untuk memaksimalkan penggunaan daya pada pabrik maka direncanakan pemasangan kapasitor. Beberapa keuntungan pemasangan kapasitor adalah :    

Menurunkan pemakaian kVA total Mengoptimalkan daya trafo Menurunkan rugi tegangan Dll

Diketahui data pabrik sebagai berikut :    

Harmonisa 30% Power factor 0.76 Power factor yang diinginkan 0.9 Daya aktif 1615 W

Perhitungan menggunakan metode 1 ( tabel cos phi ). Melihat tabel cos phi menunjukkan factor pengali sebesar 0,371. Maka daya reaktif yang diperlukan : 

0,371 x 1615kW = 599 kVAr

Melihat kebutuhan daya reaktif sebesar 599 kVAr, nilai perubahan power factor ( fluktuasi ) yang tinggi dan harmonisa yang tinggi maka dipilih kapasitor bank produk ABB series CLMR dengan spesifikasi umum sebagai berikut :      

kVAr : 500 steps : 4 Tinggi : 2286 Lebar : 1270 Tebal : 508 Reactor : include

PEMILIHAN SKUN, MUR & BAUT Pemilihan skun kabel outgoing trafo harus disesuaikan dengan besarnya kabel, sedangkan pemilihan mur baut disesuaikan dengan lubang bushing trafo, lubang skun kabel, dan tebal bushing ditambah tebal ujung skun kabel. Maka dengan pertimbangan factor – factor tesebut maka dipilih komponen sebagai berikut : 

Skun

: Ohmpro OPHD 300-16



Mur

: Sigma hex cap screws 5/8” ( 16 mm2 )



Baut

: Sigma hex nuts finished 5/8” ( 16 mm2 )

PEMILIHAN ATS Untuk ATS rating arusnya disesuaikan dengan pengaman utama, sehingga dari perhitungan pengaman utama, maka dipilih ATS 640-PC dengan rating sebesar 4000 A produk OSUNG dengan spesifikasi sebagai berikut : 

Rated Voltage

: 600 VAC / 125 VDC



Rated current

: 4000 A



Pole

:4



Isc

: 143 kA



Connection

: Back



Operating current

: 65 A



Operating voltage

: 240 V

Lebih lengkapnya mengenai dimensi dan spesifikasi lain tentang ATS osung bisa dilihat pada katalog.

PENTANAHAN BODY TRAFO, SANGKAR FARADAY, BODY CUBICLE Pada pentanahan body trafo, sangkar faraday,body cubicle harus mempunyai tahanan maksimum 5 ohm. Dalam pentanahan ini menggunakan sistem pentanahan elektroda batang tunggal dengan catatan: 

Elektroda ditanam pada tanah ladang dengan tahanan jenis ( ρ ): 100 ohm/m



Luas penampang elektroda adalah 5/8” Cu telanjang r = 7,94 mm



Menggunakan sistem pentanahan elektroda batang tunggal



Panjang elektroda = 3 meter



Elektroda ditanam sedalam panjang elektroda R pentanahan =



  4L  1  ln 2. .L  a 

100  4 x3   1  ln 2. .3  0,00794 

= 33,5  Tidak memenuhi syarat karena lebih dari 5Ω Menggunakan konfigurasi DOUBLE STRAIGHT

k  In

x

l 3  In  5,9 r 0,00794

1 L 1 3   1,33 L 3

Factor pengali konfigurasi



m

In.x In.1,33   0,048 k 5,9

1  2m 1  20,048  = 0,548 2 2

Rpt 





 x factor pengali konfigurasi 2L

100 x0,548  2,9 2x3

memenuhi persyaratan karena Rpt<5Ω

Jadi, tahanan pentanahan yang diperoleh dengan pentanahan elektroda batang tunggal sistem double straight adalah sebesar 2,9 Ω. Sehingga memenuhi syarat PUIL.

PENTANAHAN ARESTER DAN KABEL NA2XSGBY (KAWAT BRAID/GB PENTANAHAN) Agar bahaya sambaran petir tidak masuk ke dalam siatem maka arrester harus di tanahkan. Dalam pentanahan ini menggunakan sistem pentanahan elektroda batang tunggal dengan catatan: 

Elektroda ditanam pada tanah ladang dengan tahanan jenis ( ρ ): 100 ohm/m



Luas penampang elektroda adalah 5/8” Cu telanjang r = 7,94 mm



Menggunakan sistem pentanahan elektroda batang tunggal



Panjang elektroda = 3 meter



Elektroda ditanam sedalam panjang elektroda R pentanahan =



  4L  1  ln 2. .L  a 

100  4 x3   1  ln 2. .3  0,00794 

= 33,5  Tidak memenuhi syarat karena lebih dari 5Ω

Menggunakan konfigurasi DOUBLE STRAIGHT

k  In

x

l 3  In  5,9 r 0,00794

1 L 1 3   1,33 L 3

Factor pengali konfigurasi

Rpt 







m

In.x In.1,33   0,048 k 5,9

1  2m 1  20,048  = 0,548 2 2

 x factor pengali konfigurasi 2L

100 x0,548  2,9 2x3

memenuhi persyaratan karena Rpt<5Ω

Jadi, tahanan pentanahan yang diperoleh dengan pentanahan elektroda batang tunggal sistem double straight adalah sebesar 2,9 Ω. Sehingga memenuhi syarat PUIL.

PENTANAHAN TITIK NETRAL TRAFO, PANEL MDP BODY GENSET PANEL GENSET Pada pentanahan titik netral trafo, panel MDP, body Genset, dan panel genset harus mempunyai tahanan maksimum 5 ohm. Dalam pentanahan ini menggunakan pentanahan system cross dengan catatan: 

Elektroda ditanam pada tanah ladang dengan tahanan jenis ( ρ ): 100 ohm/m



Luas penampang elektroda adalah 5/8” Cu telanjang

r = 7,94 mm 

Menggunakan sistem pentanahan elektroda batang tunggal



Panjang elektroda = 3 meter



Elektroda ditanam sedalam panjang elektroda R pentanahan =



  4L  1  ln 2. .L  a 

100  4 x3   1  ln 2. .3  0,00794 

= 33,5  Tidak memenuhi syarat karena lebih dari 5Ω Menggunakan konfigurasi DOUBLE STRAIGHT

k  In

x

l 3  In  5,9 r 0,00794

1 L 1 3   1,33 L 3

Factor pengali konfigurasi

Rpt 







m

In.x In.1,33   0,048 k 5,9

1  2m 1  20,048  = 0,548 2 2

 x factor pengali konfigurasi 2L

100 x0,548  2,9 2x3

memenuhi persyaratan karena Rpt<5Ω

Jadi, tahanan pentanahan yang diperoleh dengan pentanahan elektroda batang tunggal sistem double straight adalah sebesar 2,9 Ω. Sehingga memenuhi syarat PUIL.

Lampiran Katalog 1. Katalog MCCB NSX 100-630A

2. Katalog MCCB NS 800-1600A

3. Katalog ACB EasyPact tipe N 800-4000 A

4. Katalog Trafindo 200-6000Kva

5. Katalog Trafo Schnaider 3150 Kva

6. Katalog Trafo Schnaider 3150 Kva Dimension

7. Katalog Kabel Supreme NYY

8. Katalog Kabel Supreme N2XSY

9. Katalog Busbar Puil 2011

10. Katalog Genset BaiFa 650Kva

11. Katalog CO

12. Katalog

Trafo

CT

13. Katalog

14. Katalog Disconecting Switch

ATS

15. Katalog Kapasitor Bank

Related Documents

Itm Adi Cup - Copy.docx
November 2019 11
Adi
May 2020 34
Adi
December 2019 35
Itm 090906
November 2019 11
Itm 1
April 2020 7
Itm Be
May 2020 7

More Documents from ""