Dalam ilmu instrumentasi, ada beberapa istilah yang lazim dipakai dalam kaitannya dengan sistim pembacaan alat-alat ukur instrumentasi, tulisan ini akan membahas pengertian istilah-istilah tersebut untuk membantu anda yang tertarik belajar ilmu instrumentasi agar bisa memahaminya dengan mudah. 1. Zero, Span Dan Range. Istilah zero dipakai untuk menyatakan titik baca terendah daripada sebuah alat ukur. Contohnya, sebuah pressure gauge memiliki skala dari 0 Bar sampai dengan 100 Bar maka titik 0 (nol) itu yang disebut Zero, tetapi tidak berarti zero harus 0 (nol), untuk sebuah thermometer dengan unit Fahrenheit yang mempunyai skala dari 32 derajat Fahrenheit sampai dengan 132 derajat Fahrenheit maka zeronya adalah 32. Span dipakai untuk menyatakan jarak antara titik baca minimum dan titik baca maksimurn. Pada contoh thermometer di atas, span adalah 132°F dikurangi 32°F sama dengan 100°F Range dipakai untuk menyatakan batas-batas daerah kerja. Pada contoh termometer di atas, range termometer itu dikatakan 32°F – 132°F, jadi dengan menyebutkan range berarti harus menyebutkan angka pada dua titik yang ada di skala baca yaitu angka pada titik baca terendah dan angka pada titik baca tertinggi. 2. Accuracy Accuracy, atau dalam bahasa Indonesia seringkali diterjemahkan menjadi akurasi, ketelitian, atau keakuratan , adalah ketepatan suatu alat ukur dalam memberikan hasil bacaan. Besaran ini menunjukkan banyaknya penyimpangan yang terjadi pad a sebuah alat ukur, atau sistem pengukuran. Ada beberapa cara untuk menyatakan accuracy: 2.1 Dalam variabel pengukurannya. Misalnya, sebuah pressure gauge dengan skala 0 Bar – 100 Bar, disebutkan mempunyai accuracy 1Bar, bila pressure gauge tersebut menunjukkan tekanan 50Bar sementara tekanan yang sebenarnya berkisar antara 49 Bar dan 51 Bar. 2.2 Dalam persentasi span. Sebuah pressure gauge memiliki range 300 psi dan accuracy 0,5 % span. Artinya, pembacaan yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk pada pressure gauge dapat menyimpang sampai 0,50% x 300 psi = 1,5 psi. Jadi, kalau jarum pada skala pressure gauge menunjuk pada angka 200 psi, tekanan atau pressure yang sebenarnya berkisar antara 198,5 sampai 201,5 psi. 2.3 Dalam persentasi terhadap skala maksimum. Istilah skala maksimum merupakan terjemahan bebas dari istilah full scale (disingkat FS). Sebuah voltmeter dikatakan mempunyai ketelitian 1% FS, artinya kalau meter diletakkan pada skala baca maksimum 200 volt, ketelitian di range itu adalah ±2 volt. Kalau diletakkan di skala baca 1000 volt, ketelian di range itu adalah ±10 volt. 2.4 Dalam persentasi pembacaan. Ketelitian dalam hal ini tergantung pada hasil pembacaan. Sebuah level transmitter dikatakan memiliki accuracy 0,5% output. Range transmitter tersebut, misalnya 0-100 cm. Pada waktu transmitter menunjukkan sinyal 40% atau 40cm, level yang sebenarnya berkisar antara 39,8 cm sampai 40,2 cm, ada kecenderungan keadaan sebenarnya kurang 0,2 atau lebih 0,2 adapun nilai 0,2 ini diperoleh dari perhitungan 0,5% X 40 = 0,2, contoh lainnya pada waktu transmitter menunjukkan 60% atau 60 cm, level yang sebenarnya berkisar antara 59,7 cm sampai 60,3 cm,
nilai kurang lebih 0,3 ini diperoleh dari hasil pengalian angka accuracy 0,5% dengan angkayang ditunjukkan alat instrumentasi tersebut. 3. Reliability dan Repeatability Selain istilah accuracy ada istilah lain yang lebih penting yaitu reliability atau keandalan kerja suatu unit instrumentasi. Sayangnya istilah reliability ini tidak bisa dinyatakan dalam bentuk angka-angka seperti menyatakan accuracy. Keandalan kerja sifatnya sangat relatif dan tidak dapat dinyatakan dalam bentuk bilangan nyata. Oleh karena itu, ukuran keandalan kerja sifatnya selalu kualitatif. Suatu instrumen dikatakan tidak reliable atau tidak handal apabila ia mudah rusak, atau hasil pembacaannya sering menyimpang dari spesifikasi yang telah ditetapkan. Repeatability adalah kemampuan suatu unit instrument atau sistem pengukuran untuk mendapatkan hasil baca yang sama pada beberapa kali pengukuran besaran process yang sama. Tidak seperti kata reliability, kata repeatability dapat dinyatakan secara nyata dan kuantitatif dalam bentuk angka. Sebuah voltmeter digital dikatakan mempunyai repeatability 0,2%, bila dari be berapa kali pengukuran tegangan 100 V, dihasilkan bacaan antara 99,8 volt sampai 100,2 volt. 4. Hysteresis Gejala hysteresis pada sebuah alat instrumentasi dapat dilihat pada waktu alat beroperasi secara dua arah. Contoh sederhana mari kita perhatikan kerja sebuah pressure gauge yang mengukur tekanan tidak stabil pada suatu tabung, misalnya ketika didalam tabung tekanan naik dari 10 Bar menjadi 25 Bar, lalu jarum penunjuk pada pressre gauge terhenti di angka 24 Bar, jadi ketinggalan 1 Bar dari tekanan yang sebenarnya, hal sebaliknya terjadi ketika tekanan dalam tabung menurun misalnya dari 50 Bar ke 10Bar, jarum penunjuk pada pressure gauge yang seharusnya bergerak turun sampai angka 10Bar terhenti pada angka 11Bar, ketinggalan 1 Bar dari tekanan yang sesungguhnya, Gejala pressure gauge ketinggalan 1 Bar dari pressure yang sesungguhnya inilah yang disebut Hysterisis, jadi sesungguhnya hysterisis merupakan error dari suatu alat, tetapi dalam batasan tertentu error ini dapat diterima hanya saja besarnya harus diketahui dan dicantumkan pada keterangan spesifikasi alat. Gejala hysterisis lebih banyak terjadi pada alat instrument yang memiliki komponen mekanis seperti thermometer mekanis, pressure gauge, pressure switch, dan kontrol valve. 5. Dead Band Dead band adalah gejala yang terjadi pada alat instrumentasi yang memerlukan reset misalnya pada alat instrumentasi switch, seperti pressure switch, temperature switch, flow switch dan level switch. Untuk menjelaskan istilah dead band ini mari kita ambil contoh cara kerja temperature switch pada sebuah kulkas. Misalnya switch disetel pada setting 7°C, pada waktu temperatur naik dari 0°C sampai 6,9°C switch masih belum bekerja dan begitu temperature mencapai 7°C tepat kontak daripada switch otomatis berpindah dari posisi open ke posisi close sehingga serentak akan memerintahkan komponen-komponen yang berhubungan dengan sistim pendingin untuk bekerja, dalam hal ini kompressor akan hidup untuk mengalirkan freon, dengan bekerjanya komponen pendingin maka temperature akan bergerak turun dari 7°C sampai pada suatu keadaan dimana kontak daripada switch kembali berpindah dari posisi close ke posisi open dan menghentikan kerja dari komponen sistim pendingin atau menghentikan kerja kompressor.seandainya terjadinya perpindahan posisi temperature switch itu pada suhu 2°C maka jarak antara 7°C ke 2°C itu yang disebut dead band atau back lash.
6. Kalibrasi Istilah Kalibrasi berasal dari bahasa Inggris Calibration, padanan kata yang sesuai dalam bahasa Indonesia adalah tera atau peneraan tetapi pemakaian kata kalibrasi lebih sering dipakai dan terasa lebih umum. Kegiatan kalibrasi dilakukan dalam upaya memelihara keakuratan alat instrumentasi baik alat instrumentasi yang berfungsi sebagai alat ukur seperti pressure gauge, transmitter, analyser, thermometer dan lain-lain maupun alat instrumentasi dalam category pengatur seperti control valve, heater, burner, controller dan lain-lain. Adapun metode calibrasi sangat beragam tergantung dari type instrumentasinya, tetapi prinsif dasarnya sama yaitu dalam upaya menjaga keakuratan alat, menhilangkan atau meminimalisir faktor-faktor yang menyebabkan penyimpangan sehingga kerja alat tetap berada dalam batas standarisasi yang ditentukan. Oleh karena kalibrasi membutuhkan standar berarti ada proses membandingkan dalam hal ini, alat yang dibutuhkan untuk membandingkan tersebut dikenal dengan nama “Calibrator”. Calibrator adalah alat yang sudah diketahui kehandalannya, bukti keakuratannya disahkan oleh lembaga yang berwenang seperti untuk di Indonesia oleh PT SUCOPINDO, KAN ( Komite Akreditasi Nasional), TÜV NORD INDONESIA, Dinas Metrologi (KIM-LIPI) dan lain-lain atau kalau di luar negeri ada badan yang mendapat hak untuk mengeluarkan serifikat tanda validasi Calibrator misalnya UKAS (United Kingdom Accreditation Services), NIS (The National Institute of Standards and Technology), NIC (National Instruments Corporation) dan lain-lain. 7.Error Sebagaimana kita ketahui error bermakna penyimpangan, kata error dipakai juga dalam instrumentasi untuk menyatakan besarnya perbedaan hasil pengukuran yang dihasilkan oleh sebuah alat instrumentasi dibanding dengan hasil pengukuran yang dihasilkan oleh alat instrumentasi standard ( calibrator), misalnya sebuah pointer pressure gauge menunjuk pada angka 100 Bar ketika pada keadaan tersebut pointer pressure gauge standar menunjuk pada angka 100,2 Bar ini artinya ada error sebesar +0,2 Bar. Ungkapan error ini menjadi istilah yang sangat lazim dan sering di sebut-sebut ketika Operator terlibat dalam pekerjaannya di lapangan atau ketika teknisi instrument melakukan kegiatan kalibrasi.