BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mendeteksi dini gangguan kesehatan reproduksi dapat dilalukan dengan berbagai cara, misalnya dengan tes pap smear ataupun melakukan pemeriksaan SADARI. Dengan demikian kita dapat mengetahui gangguan kesehatan reproduksi seorang wanita. Mendeteksi dini gangguan kesehatan reproduksi sangat di anjurkan karena, dengan demikian kita dapat mengetahui masalah reproduksi dan menanggulangi secara tepat dan cepat masalah yang terjadi Kanker payudara merupakan salah satu penyakit menakutkan bagi kaum wanita. Walaupun kini sudah ada pengobatan terbaik, tetapi perjuangan melawan kanker payudara tidak selalu berhasil. Hal itu karena masih kurangnya atensi dari kaum wanita dalam memahami kanker payudara guna menghindarkan diri dari serangan kanker payudara serta cara melakukan deteksi sejak dini ( Setiati, 2009). Kesadaran akan pentingnya memahami apa dan bagaimana penyakit kanker tersebut menjadi sangat penting, sebab pengenalan dan pemahaman sejak dini akan mampu mendeteksi dini setiap gejala penyakit ini, sehingga penyakit kanker ini bisa ditangani sejak dini. karena jika sudah terdeteksi sejak dini, penanganannya pun efektif dan efesien, sehingga tidak terlalu membahayakan dan bahkan bisa ditangani secara tuntas (Diananda, 2009). Di seluruh dunia, diperkirakan 7,6 juta orang meninggal akibat kanker pada tahun 2005 (WHO, 2005) dan 84 juta orang akan meninggal hingga 10 tahun ke depan (Diananda, 2009).
Menurut data The American Cancer
Society (2008), diketahui bahwa sekitar 178.000 perempuan Amerika di diagnosis terkena kanker payudara setiap tahun (Santoso, 2009). American Cancer Society merekomendasikan agar sejak usia 20 tahun kaum wanita memeriksakan payudaranya setiap tiga tahun sekali sampai usia 40 tahun. Di Indonesia, kanker payudara merupakan kanker kedua paling banyak diderita kaum wanita setelah kanker mulut/leher rahim. Kanker payudara
1
umumnya menyerang wanita yang telah berumur lebih dari 40 tahun. Namun demikian, wanita muda pun bisa terserang kanker ini (Mardiana, 2009). Berdasarkan laporan dari Rumah Sakit Kanker Dharmais, 70% wanita yang datang sudah dengan kekambuhan dan pada stadium lanjut, sisanya 30 % terdiagnosis pada stdium I atau II ( Setiati, 2009).
B. Rumusan Masalah 1.
Apa penegrtian pemeriksaan pap smear itu ?
2. Apa manfaat pemeriksaan pap smear ? 3. Apa saja yang harus dipersiapkan pada pemeriksaan pap smear ? 4. Bagaimana prosedur dalam pemeriksaan pap smear ? 5. Apa pengertian Pemeriksaan SADARI? 6. Kapan saja pemeriksaan SADARI dilakukan ? 7. Apa manfaat pemeriksaan SADARI ? 8. Apa tujuan pemeriksaan SADARI ? 9. Bagaimana prosedur dalam pemeriksaan pap smear dan SADARI ? C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Dari rumusan masalah, maka tujuan penulisan laporan ini adalah : a. Mahasiswa mampu mengetahui tentang PAP SMEAR b. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami prosedur pelaksanaan PAP SMEAR c. mahasiswa mampu melakukan penyuluhan tentang SADARI d. mahasiswa mampu mengetahui dan memahami prosedur pelaksanaan SADARI 2. Tujuan khusus a.
Untuk mengetahui dan memahami pengertian, manfaat dan petunjuk pemeriksaan PAP SMEAR
b.
Meningkatkan kemampuan dalam pengertian, tujuan dan pemeriksaan Pap Smear dan SADAR.
2
BAB II LANDASAN TEORI
A.
PAP SMEAR 1.1. Pengertian Pap Smear Pap smear adalah suatu tes yang aman dan murah dan telah dipakai bertahuntahun lamanya untuk mendeteksi kelainan-kaelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim (Fitria, 2007). Pap smear adalah ilmu yang mempelajari sel-sel yang lepas dari sistem alat kandungan wanita (Lestadi, 2009).
1.2. Tujuan tes pap smear menurut Sukaca 2009 adalah: a. Mencoba menemukan sel-sel yang tidak normal dan dapat berkembang menjadi kanker serviks. b. Alat untuk mendeteksi adanya gejala pra kanker leher rahim bagi seseorang yang belum menderita kanker. c. Untuk mengetahui kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel kanker leher rahim. d. Mengetahui tingkat berapa keganasan serviks.
1.3. Manfaat pap smear menurut Lestadi 2009 yaitu: a. Evaluasi sitohormonal Penilaian hormonal pada seorang wanita dapat dievaluasi melalui pemeriksaan pap smear yang bahan pemeriksaanya adalah sekret vagina yang berasal dari dinding lateral vagina sepertiga bagian atas.
b. Mendiagnosis peradangan Peradangan pada vagina dan servik pada umumnya dapat didiagnosa dengan pemeriksaan pap smear . Baik peradangan akut maupun kronis. Sebagian besar akan memberi gambaran perubahan sel yang khas pada sediaan pap smear sesuai dengan organisme penyebabnya. Walaupun
3
kadang-kadang ada pula organisme yang tidak menimbulkan reaksi yang khas pada sediaan pap smear. c. Identifikasi organisme penyebab peradangan Dalam vagina ditemukan beberapa macam organisme/kuman yang sebagian merupakan flora normal vagina yang bermanfaat bagi organ tersebut. Pada umumnya organisme penyebab peradangan pada vagina dan serviks, sulit diidentifikasi dengan pap smear, sehingga berdasarkan perubahan yang ada pada sel tersebut, dapat diperkirakan organisme penyebabnya. d. Mendiagnosis kelainan prakanker (displasia) leher rahim dan kanker leher rahim dini atau lanjut (karsinoma/invasif) pap smear paling banyak dikenal dan digunakan adalah sebagai alat pemeriksaan untuk mendiagnosis lesi prakanker atau kanker leher rahim.Pap smaer yang semula dinyatakan hanya sebagai alat skrining deteksi kanker mulut rahim, kini telah diakui sebagai alat diagnostik prakanker dan kanker leher rahim yang ampuh dengan ketepatan diagnostik yang tinggi, yaitu 96% terapi didiagnostik sitologi tidak dapat mengantikan diagnostik histopatologik sebagai alat pemasti diagnosis. Hal itu berarti setiap diagnosik sitology kanker leher rahim harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan histopatologi jaringan biobsi leher rahim, sebelum dilakukan tindakan sebelumya.
e. Memantau hasil terapi Memantau hasil terapi hormonal, misalnya infertilitas atau gangguan endokrin. Memantau hasil terapi radiasi pada kasus kanker leher rahim yang telah diobati dengan radiasi, memantau adanya kekambuhan pada kasus kanker yang telah dioperasi, memantau hasil terapi lesi prakanker atau kanker leher rahim yang telah diobati dengan elekrokauter kriosurgeri, atau konisasi.
4
1.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pap smear menurut Fitria (2007) a. Umur Perubahan sel-sel abnormal pada leher rahim paling sering ditemukan pada usia 35-55 tahun dan memiliki resiko 2-3 kali lipat untuk menderita kanker leher rahim. Semakin tua umur seseorang akan mengalami proses kemunduran, sebenarnya proses kemunduran itu tidak terjadi pada suatu alat saja, tetapi pada seluruh organ tubuh. Semua bagian tubuh mengalami kemunduran, sehingga pada usia lebih lama kemungkinan jatuh sakit (Fitria,5 2007). b. Sosial ekonomi Golongan sosial ekonomi yang rendah sering kali terjadi keganasan pada sel-sel mulut rahim, hal ini karena ketidak mampuan melakukan pap smear secara rutin (Fitria, 2007). c. Paritas Paritas adalah seseorang yang sudah pernah melahirkan bayi yang dapat hidup. Paritas dengan jumlah anak lebih dari 2 orang atau jarak persalinan terlampau dekat mempunyai resiko terhadap timbulnya perubahan sel-sel abnormal pada leher rahim. Jika jumlah anak menyebabkan perubahan sel abnormal dari epitel pada mulut rahim yang dapat berkembang pada keganasan (Fitria, 2007). d. Usia wanita saat nikah Usia menikah <20 tahun mempunyai resiko lebih besar mengalami perubahan sel-sel mulut rahim. Hal ini karena pada saat usia muda selsel rahim masih belum matang, maka sel-sel tersebut tidak rentan terhadap zat-zat kimia yang dibawa oleh sperma dan segala macam perubahanya, jika belum matang, bisa saja ketika ada rangsangan sel yang tumbuh tidak seimbang dan sel yang mati, sehingga kelebihan sel ini bisa merubah sifat menjadi sel kanker.
5
1.5.
Wanita yang dianjurkan pemeriksaan pap smear Wanita yang dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan pap smear biasanya mereka yang tinggi aktifitas seksualnya. Namun tidak menjadi kemungkinan juga wanita yang tidak mengalami aktivitas seksualnya memeriksakan diri, berikut ini adalah wanita-wanita sasaran pemeriksaan pap smear (Sukaca, 2009) yaitu: a. Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berusia muda sudah menikah atau belum menikah namun aktivitas seksualnya sangat tinggi. b. Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berganti ganti pasangan seksual atau pernah menderita infeksi HIV atau kutil kelamin. c. Setiap tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun. d.
Setiap tahun untuk wanita yang memakai pil KB.
e. Pap tes setahun sekali bagi wanita antara umur 40-60 tahun. f. Sesudah 2 kali pap tes (-) dengan interval 3 tahun dengan catatan bahwa wanita resiko tinggi harus lebih sering menjalankan pap smear. g. Sesering mungkin jika hasil pap smear menunjukkan abnormal sesering mungkin setelah penilaian dan pengobatan prakanker6 maupun sel kanker. 1.6. Tempat pemeriksaan pap smear menurut Sukaca 2009 dapat dilakukan di: a. Rumah sakit pemerintah. b. Rumah sakit swasta. c. Laboratorium swasta, dengan harga yang cukup terjangkau. d. tempat-tempat yang menyediakan fasilitas pap smear. Bila hasil pada pasien pap smear ternyata positif, maka harus dilanjutkan dengan pemeriksaan biobsy terarah dan patologi. Pap smear sudah dapat menemukan kanker leher rahim. Meskipun masih ada tingkat pra kanker (stadium dini). Dengan pemeriksaan ini bias memberikan harapan kesembuhan 100%. Sebaliknya pada penderita yang datang terlambat, harapan untuk sembuhpun terlampau sulit.
6
1.7. Syarat Pengambilan Bahan Penggunaan pap smear untuk mendeteksi dan mendiagnosis lesi pra kanker dan kanker leher rahim, dapat menghasilkan interprestasi sitologi yang akurat bila memenuhi syarat (Romauli dan Vindari , 2011) yaitu: a) Bahan pemeriksaan harus berasal dari porsio leher rahim. b) Pengambilan pap smear dapat dilakukan setiap waktu diluar masa haid, yaitu sesudah hari siklus haid ketujuh sampai dengan massa 7 prementruasi c) Apabila klien mengalami gejala perdarahan diluar masa haid dan dicurigai penyebabnya kanker leher rahim, sediaan pap smear harus dibuat saat itu walaupun ada perdarahan. d) Pada peradangan berat, pengambilan sediaan ditunda sampai selesai pengobatan. e) Klien dianjurkan untuk tidak melakukan irigasi vagina (pembersihan vagina dengan zat lain), memasukkan obat melalui vagina atau melakukan hubungan seks sekurang-kurangnya 24 jam, sebaiknya 48 jam. f) Klien yang sudah menopause, pap smear dapat dilakukan kapan saja.
1.8. Kendala Pap Smear (Romauli dan Vindari. 2011). Dilakukan diatas hanya 5% perempuan di Indonesia yang bersedia melakukan pemeriksaan pap smear banyak kendala. Hal tersebut terjadi antara lain: a.
Kurangnya tenaga terlatih untuk pengambilan sediaan.
b.
Tidak tersedianya peralatan dan bahan untuk pengambilan sediaan.
c.
Tidak tersedianya sarana pengiriman sediaan.
d.
Tidak tersedianya laboratorium pemprosesan sediaan serta tenaga 7 ahli sosiologi.
1.9. Syarat pendeteksian pap smear Hal-hal yang penting yang harus diperhatikan saat melakukan pap smear menurut (Sukaca, 2009) yaitu:
7
a. Pengambilan dimulai minimal dua minggu setelah dan sebelum menstruasi sebelumnya. b. Pasien harus memberikan sejujur-jujurnya kepada petugas mengenai aktivitas seksualnya. c. Tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 1 hari sebelum pengambialn bahan pemeriksaan. d. Pembilasan vagina dengan bahan kimia tidak boleh dilakukan dalam 24 jam sebelumnya. e. Hindarilah pemakaian obat-obatan yang tidak menunjang pemeriksaan pap smear. 1.10.
Langkah-langkah Pengambilan pap smear (Romauli dan Vindari, 2011) yaitu: a. Persiapan pasien 1) Melakukan informent concent. 2) Menyiapkan lingkungan sekitar klien, tempat tidur ginekologi dan lampu sorot. 3) Mengajurkan klien membuka pakaian bagaian bawah. 4) Mengajurkan klien berbaring di tempat tidur ginekologi dengan posisi litotomi. b. Persiapan alat 1) Menyiapkan perlangkapan /bahan yang diperlukan seperti : a. APD (Hanscone, Masker,Apron/baraskot ) b. speculum cocor bebek 1 buah c. spatula ayre yang telah dimodifikasi d. lidi kapas atau cytobrush e. kaca objek glass f. botol khusus berisi alkohol 95% g. cytocrec atau hair spray h. Sarung tangan steril 1 buah i. Tampon tang j. Kom kecil tanpa tutup 1buah
8
k. Nierbeken 1 buah l. Kapas sublimat m. kassa steril pada kom tertutup n. formuler permintaan pemeriksaan sitologi pap smear o. lampu sorot p. Baskom berisi larutan klorin 0,5% q. Tempat sampah r. Tempat tidur ginekologi s. Selimut t. Baki dan alas u. Perlak dan Alas v. Bak steril w. sampiran. 2) Menyusun perlengkapan/bahan secara ergonomis. c. Pelaksanaan/prosedur 1) Mencuci
tangan
dengan
sabun
dibawah
air
mengalir
denganmetode tujuh langkah dan mengeringkan dengan handuk kering dan bersih. 2) Mengunakan hanscun steril. 3) Melakukan vulva higyene. 4) Memperhatikan vulva dan vagina apakah ada tanda-tanda infeksi. 5) Memasang speculum dalam vagina. 6) Masukkan spatula ayre kedalam mulut rahim, dengan ujung spatula yang berbentuk lonjong, apus sekret dari seluruh permukaan porsio serviks dengan sedikit tekanan dengan mengerakkan spatel ayre searah jarum jam, diputar9 melingkar 360 ° 7) Ulaskan secret yang telah diperoleh pada kaca object glass secukupnya, jangan terlalu tebal dan jangan terlalu tipis. 8) Fiksasi segera sediaan yang telah dibuat dengan cara:
9
a) Fiksasi Basah Fiksasi basah dibuat setelah sediaan diambil, sewaktu secret masih segar dimasukkan kedalam alkohol 95%. Setelah difiksasi selama 30 menit, sediaan dapat diangkat dan dikeringkan serta dikirim dalam keadaan Kering terfiksasi atau dapat pula sediaan dikirim dalam keadaan terendam cairan fiksasi didalam botol. b) Fiksasi Kering Fiksasi kering dibuat setelah sediaan selesai diambil, sewaktu secret masih seger disemprotkan cytocrep atau hair spray pada object glass yang mengandung asupan secret tersebut dengan jarak 10-15 cm dari kaca object glass, sebanyak 2-4 kali semprotkan.
Kemudian
keringkan
sediaan
dengan
membiarkannya diudara terbuka selama 5-10 menit. Setelah kering sediaan siap dikirimkan ke laboratorium sitologi untuk diperiksa bersamaan dengan formulir permintaan. 9) Bersihkan porsio dan dinding vagina dengan kasa steril dengan menggunakan tampon tang. 10) Keluarkan speculum dari vagina secara perlahan-lahan.10 11) Beritahu ibu bahwa pemeriksaan telah selesai dilakukan. 12) Rapikan ibu dan rendam alat-alat dan melepaskan sarung tangan (merendam dalam larutan clorin 0,5%). 13) Cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dengan metode tujuh langkah. 14) Temui klien kembali. 15) Mencatat hasil tindakan dalam status.
10
1.11.
Pengelompokan pap smear Pengelompokan atau Pengklasifikasian pap smear (Sukaca, 2009) yaitu: a. Kelas I Pada kelas I identik dengan normal smear, pemeriksaan ulang 1 tahun lagi. b. Kelas II Pada kasus II menunjukkan adanya infeksi ringan non spesifik, terkadang disertai dengan kuman atau virus tertentu, disertai pula dengan kariotik ringan.Pemeriksaan akan dilakukan 1 tahun lagi. Pengobatanya disesuaikan dengan penyebabnya. Bila ada radang bernanah maka akan dilakukan pemeriksaan ulang setelah pengobatan. c. Kelas III Kelas III dapat ditemukan sel diaknostik sedang keradangan berat,11 d. Kelas IV Dikelas IV telah ditemukan sel-sel yang telah mencurigakan dan ganas. e. Kelas V Ditemukan sel-sel ganas.
1.12.
Faktor-faktor yang mempengaruhi (Sukaca, 2009) antara lain: a. Cara pengambilan cairan yang tepat Pengambilan cairan dapat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yaitu bisa terjadi kegagalan skrining (15%), interpretasi (23%), dan angka positif palsu (3-15%). b. Petugas kesehatan Kadang
kala
petugas
kesehatan
dapat
salah
tafsir
dalam
menginterprestasikan data. Kesalahan tersebut diantaranya: 1) Kadang kala petugas kesehatan tidak mampu memberikan pelayanan dan memberikan jawaban yang baik. 2) Petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan tes abnormal pap smear. 3) Petugas tidak dapat mengindikasikan sel abnormal.
11
c. Laboratorium Di dalam laboratorium juga dapat terjadi kesalahan, kasalahan yang lazim dilakukan dalam laboratorium adalah sebagai berikut: 1) Laboratorium gagal dalam mendeteksi sel abnormal. 2) Kegagalan dalam melaporkan kualitas cairan yang tidak memuaskan. 3) Laboratoriun tidak mau melakukan pengulangan. 4) Cairan fiksasi tidak menggunakan alcohol 95%. 5) Cairan terlalu kering dan tipis.
d. Petugas Laboratorium Terkadang petugas laboratorium juga melakukan suatu kesalahan antara lain: 1) Cara petugas laboratoriunm tidak sesuai dengan prosedur. 2) Reagen yang dipakai sudah kadaluarsa. 3) Petugas tidak cakap dalam membacakan hasil pemeriksaan. 4) Ketrampilan dan ketelitian petugas diragukan. e. Waktu pengambilan yang tepat Waktu pemeriksaan pap smear yang tepat adalah saat anda telah menikah. Begitu halnya pada wanita yang memiliki tingkat seksualitas yang tinggi. Tes ini dianjurkan agar wanita dapat terbebas dari penyakit kanker leher rahim yang ganas.
12
B. PEMERIKSAAN SADARI 2.1. Pengertian Sadari Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) adalah cara sederhana
menemukan
tumor
payudara
sedini
mungkin.
Pemeriksaan payudara sendiri dilakukan setiap 1 bulan sekali dan dapat menjadi instrumen penapisan yang efektif untuk mengetahui lesi payudara (Varney, 2007).
sedangkan menurut Smeltzer
(2005). SADARI adalah pemeriksaan payudara sendiri antara hari ke–5 dan ke–10 dari siklus menstruasi, dengan menghitung hari pertama haid sebagai hari 1. Dan menurut Maulani (2009), Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah bagian penting dari perawatan kesehatan, yang dapat melindungi anda dari resiko kanker payudara. Kemungkinan timbulnya benjolan pada payudara sebenarnya dapat diketahui secara cepat dengan pemeriksaan sendiri. Istilah ini disebut dengan SADARI, yaitu pemeriksaan payudara sendiri. Sebaiknya pemeriksaan sendiri ini dilakukan secara berkala, yaitu satu bulan sekali. Ini dimaksudkan agar yang bersangkutan dapat mengantisipasi secara cepat jika ditemukan benjolan pada payudara (Mardiana, 2009).
Untuk menemukan
gejala awal kanker payudara dapat di deteksi sendiri oleh kaum wanita, jadi tidak perlu seorang ahli untuk menemukan awal kanker payudara. Secara rutin wanita dapat melakukan metode SADARI dengan cara memijat dan meraba seputar payudara untuk mengetahui ada atau tidaknya benjolan di sekitar payudara sendiri (setiati, 2009).
2.2. Tujuan Sadari Tujuan dari pemeriksaan payudara sendiri adalah untuk mendeteksi secara dini gejala kanker payudara secara individu (Nurcahyo, 2010). Masih banyak wanita yang belum menyadari pentingnya
mereka
melakukan
13
pemeriksaan
dini
terhadap
payudaranya. Dalam kenyataan sehari - hari banyak wanita datang ke dokter setelah mereka menyadari adanya benjolan yang terus membesar dan dibiarkan saja, dengan alasan ekonomi, khawatir harus dioperasi. Alasan keuangan yang tidak memadai, membuat mereka enggan memeriksakan diri ke dokter. Namun, beberapa wanita yang peduli dengan kesehatan payudaranya memeriksakan payudaranya sejak dini ke dokter atas kesadaran mereka sendiri (Setiati, 2009). Jika dalam proses pemeriksaan ditemukan adanya benjolan
di
sekitar payudara,
sebaiknya
sesegera
mungkin
dikonsultasikan ke dokter. Hal ini perlu dilakukan karena tidak semua benjolan yang timbul disekitar payudara adalah kanker. Semakin cepat dikonsultasikan ke dokter semakin cepat pula bisa di pastikan benjolan tersebut kanker atau bukan. Selain itu, semakin cepat pula bisa dilakukan pengobatan (Mardiana, 2009).
2.3. Waktu Melakukan Sadari 1) Pemeriksaan payudara sendiri dapat dilakukan pada wanita sejak usia 20 tahun
yaitu dapat dilakukan secara teratur
sebulan sekali selama 10 menit. 2) Pemeriksaan payudara sendiri pada wanita yang berumur ≥ 20 tahun dapat di Lakukan setiap tiga bulan sekali (Saryono, 2008). 3) Pemeriksaan payudara sendiri sebaiknya dilakukan setelah menstruasi selesai (Diananda, 2009).
14
2.4. Cara Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri Pemeriksaan payudara dapat dilakukan dengan 2 cara melihat perubahan di hadapan cermin dan melihat perubahan bentuk payudara dengan cara berbaring. 1. Melihat Perubahan Di Hadapan Cermin. Lihat pada cermin , bentuk dan keseimbangan bentuk payudara (simetris atau tidak). Cara melakukan :
Gambar Tahap 1
Melihat
perubahan
bentuk
dan
besarnya
payudara,
perubahan puting susu, serta kulit payudara di depan kaca. Sambil berdiri tegak depan cermin, posisi kedua lengan lurus ke bawah disamping badan. Gambar Tahap 2
Periksa payudara dengan tangan diangkat di atas kepala. Dengan maksud untuk melihat retraksi kulit atau perlekatan tumor terhadap otot atau fascia dibawahnya.
15
Gambar Tahap 3
Berdiri tegak di depan cermin dengan tangan disamping kanan dan kiri. Miringkan badan ke kanan dan kiri untuk melihat perubahan pada payudara. Gambar Tahap 4
Menegangkan otot-otot bagian dada dengan berkacak pinggang/ tangan menekan pinggul dimaksudkan untuk menegangkan otot di daerah axilla. Gambar Tahap 5
Letakkan tangan kiri Anda ke samping ketiak kanan dan rasakan ketiak Anda dengan teliti, apakah terababenjolan abnormal atau tidak
16
Gambar Tahap 6
Dimulai dari payudara kanan. Baring menghadap ke kiri dengan membengkokkan kedua siku Anda. Gambar Tahap 7
Gunakan tangan kiri untuk mengawali pijatan pada ketiak, Kemudian putar dan tekan kuat untuk merasakan benjolan. Gambar Tahap 8
Buat putaran yang besar.dan ergeraklah sekeliling payudara dengan memperhatikan benjolan yang luar biasa. Gambar Tahap 9
Menggunakan kedua tangan, kemudian tekan payudara Anda untuk melihat adanya cairan abnormal dari puting payudara.
17
2. Melihat Perubahan Bentuk Payudara dengan berbaring Gambar Tahap 1 Persiapan
Dimulai dari payudara kanan. Baring menghadap ke kiri dengan membengkokkan kedua lutut Anda. Letakkan bantal di bawah bahu sebelah kanan untuk menaikan bagian yang akan diperiksa. Kemudian letakkan tangan kanan di bawah kepala. Gunakan tangan kiri Anda untuk memeriksa payudara kanan .Gunakan telapak jari-jari Anda untuk memeriksa sembarang benjolan atau penebalan.
Gambar Tahap 2 Pemeriksaan Payudara dengan Cara Memutar.
Berawal dari bagian atas payudara Anda, buat putaran yang besar. Bergeraklah sekeliling payudara dengan memperhatikan benjolan yang luar biasa. Buatlah sekurang-kurangnya tiga putaran kecil sampai ke puting payudara. Lakukan sebanyak 2 kali. Sekali dengan tekanan ringan dan sekali dengan tekanan kuat. Jangan lupa periksa bagian bawah areola mammae.
18
Gambar Tahap 3 Pemeriksaan Cairan Di Puting Payudara.
Menggunakan kedua tangan, kemudian tekan payudara Anda untuk melihat adanya
cairan abnormal dari puting payudara.
2.5. Gejala Klinis Gejala klinis kanker payudara bisa berupa adanya benjolan pada payudara yang tidak terasa nyeri. Semula, benjolan itu kecil. Lamakelamaan benjolan ini semakin besar, lalu melekat pada kulit, sehingga menimbulkan perubahan pada kulit payudara dan puting payudara. Itulah yang membuat puting payudara tertarik kedalam (retraksi), serta berwarna merah muda atau kecoklatan sampai menjadi oedema, sehingga terlihat seperi kulit jeruk, mengerut, atau timbul borok pada payudara. Semakin lama, borok membesar dan mendalam. Inilah yang akan menghancurkan seluruh payudara (Santoso, 2009).
19
2.6. Penyebab Kanker payudara sebenarnya dapat diatasi apabila terdeteksi sejak dini. 1. Faktor pemicu eksternal ( dari luar tubuh pasien ) Penyebab timbulnya kanker payudara dikarenakan gaya hidup wanita masa kini yang gemar mengkonsumsi junk food dan makanan berkadar lemak tinggi, diet, mengonsumsi alkohol, radiasi
kecantikan,
pengobatan
hormonal,
pestisida
dan
pencemaran lingkungan, dan paparan di tempat kerja ( paparan dari gelombang elektromagnetik ).
2.
Sedangkan faktor pemicu internal (dari dalam tubuh pasien ) bersifat genetik dan hormonal.Faktor pemicu eksternal dapat dihindari dengan mengurangi konsumsi lemak dan alkohol serta mengenali situasi lingkungan yang dapat menjadi pemicu zat karsinogenik, seperti pestisida dan cairan pembersih. Selain itu, hindari paparan di tempat kerja, misalnya, instalasi nuklir dan pekerja radiasi. Faktor pemicu internal juga dapat dihindari dengan mewaspadai
pemberian
obat
hormonal.penggunaan
KB
hormonal seperti pil atau suntik KB tidak dianjurkan lebih dari lima tahun dan wanita yang telah berusia diatas 35 tahun harus lebih berhati-hati menggunakan alat KB. Sejak dini, wanita harus bisa mendeteksi dan mengenali perubahan dalam tubuh, mulai dari masa menstruasi pertama hingga menopause (Setiati,2009).
20
2.7. Pengetahuan Remaja Puteri Tentang Pemeriksaan Payudar Sendiri ditinjau berdasarkan : 1. Tingkatan Kelas Tingkatan kelas yang dimaksud adalah tingkat sekolah remaja yang bertambah pengalamannya dan mempengaruhi wawasan dari pengetahuan remaja tersebut, serta tingkat pendidikan tidak berbanding lurus dengan pengetahuan seseorang ( Notoatmodjo, 2003).
Pada remaja sekolah tingkat
SMA sudah seharusnya
diperkenalkan mengenai SADARI agar kelak remaja puteri tidak merasa asing mengenai deteksi dini pada kanker payudara. Sebaiknya pemeriksaan sendiri ini dilkukan secara berkala, yaitu satu bulan sekali. Ini dimaksudkan agar yang bersangkutan dapat mengantisipasi secara cepat jika ditemukan benjolan pada payudara (Mardiana, 2009).
2. Sumber Informasi Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam penyambungan informasi baik media maupun non media. Berdsarkan fungsinya sumber informasi dibagi mejdadi 2 yaitu : a.
b.
Media :
media cetak : Flipchart dan poster
Media elektonik : Televisi, radio, dan video
Media papan : Papan atau Billboard.
Non media : - Keluarga : orang tua, abang, kakak, adik dan Sahabat.
Tenaga kesehatan : dokter, bidan, perawat ( Notoatmodjo, 2005).
21
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil Materi Di Atas bisa disimpulkan bahwa Mendeteksi dini gangguan kesehatan reproduksi dapat dilalukan dengan berbagai macam cara misalnya dengan Pemeriksaan PAP SMEAR ataupun melakukan pemeriksaan SADARI. Dengan demikian kita dapat mengetahui gangguan kesehatan reproduksi seorang wanita. Mendeteksi dini gangguan kesehatan reproduksi sangat di anjurkan karena, dengan demikian kita dapat mengetahui masalah reproduksi dan menanggulangi secara tepat dan cepat masalah yang terjadi Kanker payudara merupakan salah satu penyakit menakutkan bagi kaum wanita. Walaupun kini sudah ada pengobatan terbaik, tetapi perjuangan melawan kanker payudara tidak selalu berhasil. Hal itu karena masih kurangnya atensi dari kaum wanita dalam memahami kanker payudara guna menghindarkan diri dari serangan kanker payudara serta cara melakukan deteksi sejak dini.
B. Saran Para wanita agar lebih peduli lagi terhadap kesehatan diri sendiri terutama untuk mengecek kesehatan reproduksi, dan menjaga kebersihan diri dari mulai menjaga kebersihan area genetalia dan selalu pemeriksaan sadari setiap habis mandi. karena kanker payudara dan kanker serviks salah satu penyakit menakuatkan bagi kaum wanita udah banyak kaum wanita yang meninggal akibat penyakit kanker payuadra dan kanker serviks.
22
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Diananda, R. 2009. Panduan Lengkap Mengenal Kanker. Jogjakarta: Mirza Media Pustaka. Mardiana, L. 2009. Mencegah dan Mengobati Kanker Pada Wanita Dengan Tanaman Obat.Jakarta : Penebar Swadaya Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta. Nurcahyo, J. 2010. Bahaya Kanker Rahim dan Payudara. Jakarta: Wahana Totalita Publisher. Setiant, E. 2009. Waspadai 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita. Jogjakarta: CV. Andi Offset.
23