Isi.docx

  • Uploaded by: RATNA MUSTIKA
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Isi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 8,596
  • Pages: 43
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Perkembangan Rumah Sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan rujukan di Indonesia akhir-akhir ini sangat pesat, baik dari jumlah maupun pemanfaatan teknologi kedokteran. Rumah Sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tetap harus mengedepankan peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat dengan tanpa mengabaikan upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) bagi seluruh pekerja Rumah Sakit. Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat maka tuntutan pengelolaan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) semakin tinggi karena Sumber Daya Manusia (SDM) Rumah Sakit, pengunjung/pengantar pasien, pasien dan masyarakat sekitar Rumah Sakit ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, baik sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun karena kondisi sarana dan prasarana yang ada di Rumah Sakit yang tidak memenuhi standar. Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit perlu mendapat perhatian serius dalam upaya melindungi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh proses pelayanan kesehatan, maupun keberadaan sarana, prasarana, obat-obatan dan logistik lainnya yang ada di lingkungan Rumah Sakit sehingga tidak menimbulkan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan kedaruratan termasuk kebakaran dan bencana yang berdampak pada pekerja Rumah Sakit, pasien, pengunjung dan masyarakat di sekitarnya. Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di RS (K3RS) ini merupakan pedoman yang dipakai sebagai acuan dalam pelaksanaan pengelolaan K3RS dan dapat menggantikan peran standar K3RS terdahulu yang di kenal dengan Kebakaran, Keselamatan Kerja dan Kewaspadaan Bancana. Standar K3RS sebagai acuan lebih komprehensif karena didalamnya terdapat Standar Kesehatan Kerja dan Standar Keselamatan Kerja yang mencakup standar penanggulangan

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSIA Puri Betik Hati

1

kebakaran dan kewaspadaan terhadap bencana. Standar K3RS yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1087/MENKES/SK/VIII/2010 diharapkan dapat diterapkan di seluruh Rumah Sakit sebagai bagian dalam pengelolaan Rumah Sakit dan sebagai salah satu parameter penilaian Akreditasi Rumah Sakit yang diamanatkan oleh Undang undang no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Di dunia Internasional, program K3 telah lama diterapkan di berbagai sektor industri (akhir abad 18), kecuali di sektor kesehatan. Perkembangan K3RS tertinggal dikarenakan fokus pada kegiatan kuratif, bukan preventif. Fokus pada kualitas pelayanan bagi pasien, tenaga profesi di bidang K3 masih terbatas, organisasi kesehatan yang dianggap pasti telah melindungi diri dalam bekerja. Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggitingginya. Selain dituntut mampu memberikan pelayanan dan pengobatan yang bermutu, Rumah Sakit juga dituntut harus melaksanakan dan mengembangkan program K3 di Rumah Sakit (K3RS) seperti yang tercantum dalam buku Standar Pelayanan Rumah Sakit dan terdapat dalam instrumen akreditasi Rumah Sakit. Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya pasal 165: ”Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja”. Berdasarkan pasal di atas maka pengelola tempat kerja di Rumah Sakit mempunyai kewajiban untuk menyehatkan para tenaga kerjanya. Salah satunya adalah melalui upaya kesehatan kerja disamping keselamatan kerja. Rumah Sakit harus menjamin kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedia layanan atau pekerja maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di Rumah Sakit. Oleh karena itu, Rumah Sakit dituntut untuk melaksanakan Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh sehingga risiko terjadinya Penyakit Akibat

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSIA Puri Betik Hati

2

Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di Rumah Sakit dapat dihindari. K3RS merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit, khususnya dalam hal kesehatan dan keselamatan bagi SDM Rumah Sakit, pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat sekitar Rumah Sakit. Hal ini secara tegas dinyatakan di dalam Undang-undang No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pasal 40 ayat 1 yakni “Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala menimal 3 (tiga) tahun sekali”. K3 termasuk sebagai salah satu standar pelayanan yang dinilai di dalam akreditasi Rumah Sakit, disamping standar pelayanan lainnya. Selain itu seperti yang tercantum dalam pasal 7 ayat 1 Undang-undang No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bahwa “Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan”, yang mana persyaratan-persyaratan tersebut salah satunya harus memenuhi unsur K3 di dalamnya. Dan bagi Rumah Sakit yang tidak memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut tidak diberikan izin mendirikan, dicabut atau tidak diperpanjang izin operasional Rumah Sakit (pasal 17). Bahaya-bahaya potensial di Rumah Sakit yang disebabkan oleh faktor biologi (virus, bakteri, jamur, parasit); faktor kimia (antiseptik, reagent, gas anestesi); faktor ergonomi (lingkungan kerja,cara kerja, dan posisi kerja yang salah); faktor fisik (suhu, cahaya, bising, listrik, getaran dan radiasi); faktor psikososial (kerja bergilir, beban kerja, hubungan sesama pekerja/atasan) dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja. PAK di Rumah Sakit, umumnya berkaitan dengan faktor biologi (kuman patogen yang berasal umumnya dari pasien); faktor kimia (pemaparan dalam dosis kecil yang terus menerus seperti antiseptik pada kulit, gas anestesi pada hati); faktor ergonomi (cara duduk salah, cara mengangkat pasien salah); faktor fisik (panas pada kulit, tegangan tinggi pada sistem reproduksi, radiasi pada sistem produksi sel darah); faktor psikologis (ketegangan di kamar bedah, penerimaan pasien gawat darurat, bangsal penyakit jiwa, dan lain-lain). Sumber bahaya yang

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSIA Puri Betik Hati

3

ada di Rumah Sakit harus diidentifikasi dan dinilai untuk menentukan tingkat risiko, yang merupakan tolok ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan PAK. Bahaya-bahaya potensial di Rumah Sakit dapat dikelompokkan, antara lain dapat di lihat di dalam tabel berikut: Bahaya

Diantaranya : radiasi pengion, radiasi non-pengion, suhu

Fisik

panas,suhu dingin, bising, getaran, pencahayaan

Bahaya

Diantaranya

Kimia

Glutaraldehyde,

Ethylene Ether,

Oxide, Halothane,

Formaldehyde, Etrane,

Mercury,

Chlorine Bahaya

Diantaranya Virus (misal: Hepatitis B, Hepatitis C,

Biologi

Influenza, HIV), Bakteri (misal : S. Saphrophyticus, Bacillus

sp.,

S.Pneumoniae,

Porionibacterium N.Meningitidis,

sp.,

H.Influenzae, B.Streptococcus,

Pseudomonas), Jamur (misal : Candida) dan Parasit (misal: S. Scabiei) Bahaya

Cara Cara kerja yang salah, diantaranya posisi kerja statis,

Ergonomi

angkat angkut pasien, membungkuk, menarik, mendorong

Bahaya

Diantaranya kerja shift, stress beban kerja, hubungan kerja,

Psikososial

post traumatic

Bahaya

Diantaranya

Mekanik

tersayat, tertusuk benda tajam

Bahaya

Diantaranya sengatan listrik, hubungan arus pendek,

Listrik

kebakaran, petir, listrik statis

terjepit,

terpotong,

terpukul,

tergulung,

Kecelakaan Diantaranya kecelakaan benda tajam Limbah RS Diantaranya limbah medis (jarum suntik, vial obat, nanah, darah) limbah non medis, limbah cairan tubuh manusia (misal : droplet, liur, sputum)

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Puri Betik Hati perlu dibuat standar pelayanan K3RS yang merupakan pedoman bagi Rumah Sakit dalam upaya-upaya melaksanakan program kesehatan dan

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSIA Puri Betik Hati

4

keselamatan kerja secara komprehensif sehinnga tercipta kondisi lingkungan yang sehat di lingkungan rumah sakit yang pada akhirya tercipta kualitas pelayanan kesehatan yang aman diberikan di lingkungan rumah sakit.

1.2 Tujuan dan Sasaran K3RS a. Tujuan Umum Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM Rumah Sakit, aman dan sehat bagi pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat dan lingkungan sekitar Rumah Sakit sehingga proses pelayanan Rumah Sakit berjalan baik dan lancar b. Tujuan Khusus 1) Terwujudnya organisasi kerja yang menunjang tercapainya K3RS. 2) Meningkatnya profesionalisme dalam hal K3 bagi manajemen, pelaksana dan pendukung program. 3) Terpenuhi syarat-syarat K3 di setiap unit kerja. 4) Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK dan KAK. 5) Terselenggaranya program K3RS secara optimal dan menyeluruh. 6) Peningkatan mutu, citra dan produktivitas Rumah Sakit. c. Sasaran 1) Pengelola Rumah Sakit. 2) SDM Rumah Sakit . 1.3 Ruang Lingkup Standar K3RS mencakup: prinsip, program dan kebijakan pelaksanaan K3RS, standar pelayanan K3RS, standar sarana, prasarana dan peralatan K3RS, pengelolaan barang berbahaya, standar sumber daya manusia K3RS, pembinaan, pengawasan, pencatatan dan pelaporan.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSIA Puri Betik Hati

5

1.4 Batasan Operasional a.

Manjemen K3RS Manajemen K3RS adalah upaya terpadu seluruh pekerja Rumah Sakit, pasien, pengunjung/pengantar orang sakit untuk menciptakan lingkungan kerja, tempat kerja Rumah Sakit yang sehat, aman dan nyaman baik bagi pekerja Rumah Sakit, pasien, pengunjung/pengantar orang sakit maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar Rumah Sakit

b.

Pengembangan kebijakan K3RS Pengembangan kebijakan K3RS adalah merencanakan program K3RS selama 3 tahun ke depan (setiap 3 tahun dapat direvisi kembali, sesuai dengan kebutuhan) maupun revitalisasi organisasi K3RS.

c.

Pembudayaan perilaku K3RS Pembudayaan perilaku K3RS merupakan upaya advokasi sosialisasi K3 pada seluruh jajaran Rumah Sakit, baik bagi SDM Rumah Sakit, pasien maupun pengantar pasien/pengunjung Rumah Sakit termasuk penyebaran brosur, poster, pamlet,dll termasuk promosi kesehatan

d.

Pengembangan SDM K3RS Merupakan upaya peningkatan kapasitas petugas di bidang K3RS melalui Upaya pendidikan dan latihan baik dalam maupun luar daerah melalui kegiatan seminar, pelatihan lanjutan, worshop dll.

e.

Pengembangan Pedoman, Petunjuk Teknis dan Standard Operational Procedure (SOP) K3RS Merupakan upaya menyusun standar pedoman pelaksanaan pelayanan yang berhubungan Dengan K3RS

f.

Pemantauan dan evaluasi kesehatan lingkungan tempat kerja Merupakan upaya pemetaan daerah yang dianggap beresiko atau berbahaya yang belum melaksanakan K3RS maupun yang sudah melakukan termasuk evaluasi lingkungan melalui observasi,wawancara sumber daya manusia Rumah Sakit

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSIA Puri Betik Hati

6

g.

Pelayanan Kesehatan Kerja Merupakan upaya pembinaan dan pengawasan keselamatan/keamanan sarana, prasarana dan peralatan Rumah Sakit, termasuk pembinaan pengawasan perlengkapan kesehatan, maupun dalam hal pengadaan pemeliharaan sarana dan prasarana alat kesehatan.

h.

Pengembangan program pemeliharaan pengelolaan limbah padat, cair dan gas, merupakan upaya penyediaan fasilitas untuk penanganan dan pengelolaan limbah padat, cair dan gas.

i.

Pengelolaan jasa, bahan beracun berbahaya dan barang berbahaya Merupakan upaya inventarisasi bahan racun berbahaya, barang berbahaya Membuat kebijakan dan prosedur pengadaan, penyimpanan dan penanggulangan bila terjadi kontaminasi dengan acuan Lembar Data Keselamatan Bahan (MSDS-Material Safety Data Sheet) atau Lembar Data Pengaman (LDP); lembar informasi dari pabrik tentang sifat khusus (fisik/kimia) dari bahan, cara penyimpanan, risiko pajanan dan cara penanggulangan bila terjadi kontaminasi.

j.

Pengembangan manajemen tanggap darurat Menyusun rencana tanggap darurat (survey bahaya, membentuk tim tanggap darurat, menetapkan prosedur pengendalian, pelatihan dll)

k.

Pengumpulan, pengolahan, dokumentasi data dan pelaporan kegiatan K3 Menyusun prosedur pencatatan dan pelaporan serta penanggulangan kecelakaan kerja, PAK, kebakaran dan bencana dan pembuatan pelaporan kejadian dan tindak lanjutnya.

l.

Review program tahunan Upaya internal audit K3 dengan menggunakan intrumen self assessment Maupun umpan balik SDM Rumah Sakit melalui wawancara, observasi maupun survey.

1.5 Landasan Hukum 1.

Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

2.

Undang-Undang RI No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSIA Puri Betik Hati

7

3.

Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

4.

Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

5.

Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

6.

Peraturan Pemerintah RI No. 50 tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

7.

Keputusan Menkes No. 876/Menkes/SK/VIII/2001 tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan

8.

Keputusan Menkes No. 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Ling kungan Kerja Perkantoran dan Industri

9.

Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

No.

1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan lingkungan Rumah Sakit 10. Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

No.

432/Menkes/IV/2007 tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit. 11. Keputusan

Menteri

Kesehatan

No.1087/MENKES/SK/VIII/2010

tentang

Republik standar

Indonesia

kesehatan

dan

keselamatan kerja di Rumah Sakit.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSIA Puri Betik Hati

8

BAB II KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara ethimologis (hukum) adalah suatu upaya perlindungan agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan pekerjaannya. Begitu pula orang lain yang memasuki tempat kerja maupun sumber dari proses produksi dapat secara aman dan efisien dalam pemakaiannya. Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara filosofi adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keadaan, keutuhan, dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani manusia serta karya dan budidayanya yang tertuju pada kesejahteraan manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada khususnya. Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara keilmuan adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan dan penerapannya yang mempelajari tentang cara penanggulangan Kecelakaan Kerja di tempat kerja. Menurut PP No 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Pasal 1 berbunyi Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

2.2 Upaya K3RS Sebagaimana pelayanan kesehatan masyarakat pada umumnya, pelayanan kesehatan masyarakat pekerja di Rumah Sakit dilaksanakan dengan pendekatan menyeluruh (komprehensif) yaitu meliputi pelayanan preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. 1.

Pelayanan Preventif Pelayanan ini diberikan guna mencegah terjadinya penyakit akibat kerja, penyakit menular dilingkungan kerja dengan menciptakan kondisi pekerja dan mesin atau tempat kerja agar ergonomis, menjaga kondisi fisik maupun

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSIA Puri Betik Hati

9

lingkungan kerja yang memadai dan tidak menyebabkan sakit atau mebahayakan pekerja serta menjaga pekerja tetap sehat. Kegiatannya antara lain meliputi: a. Pemeriksaan Kesehatan Pemeriksaan kesehatan yang terdiri atas: 1) Pemeriksaan awal/sebelum kerja. 2) Pemeriksaan berkala. 3) Pemeriksaan khusus. b. Imunisasi c. Kesehatan lingkungan kerja d. Perlindungan diri terhadap bahaya dari pekerjaan e. Penyerasian manusia dengan mesin dan alat kerja f. Pengendalian bahaya lingkungan kerja agar ada dalam kondisi aman (pengenalan, pengukuran dan evaluasi).

2.

Pelayanan Promotif Peningkatan kesehatan (promotif) pada pekerja dimaksudkan agar keadaan fisik dan mental pekerja senantiasa dalam kondisi baik. Pelayanan ini diberikan kepada tenaga kerja yang sehat dengan tujuan untuk meningkatkan kegairahan kerja, mempertinggi efisiensi dan daya produktifitas tenaga kerja di lingkungan RS. Kegiatannya antara lain meliputi: a. Pendidikan dan penerangan tentang kesehatan kerja. b. Pemeliharaan dan peningkatan kondisi lingkungan kerja yang sehat. c. Peningkatan status kesehatan (bebas penyakit) pada umumnya. d. Perbaikan status gizi. e. Konsultasi psikologi. f. Olah raga dan rekreasi.

3.

Pelayanan Kuratif Pelayanan pengobatan terhadap tenaga kerja yang menderita sakit akibat kerja dengan pengobatan spesifik berkaitan dengan pekerjaannya maupun

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSIA Puri Betik Hati

10

pengobatan umumnya serta upaya pengobatan untuk mencegah meluas penyakit menular dilingkungan pekerjaan. Pelayanan ini diberikan kepada tenaga kerja yang sudah memperlihatkan gangguan kesehatan/gejala dini dengan mengobati penyakitnya supaya cepat sembuh dan mencegah komplikasi atau penularan terhadap keluarganya ataupun teman kerjanya. Kegiatannya antara lain meliputi: a. Pengobatan terhadap penyakit umum. b. Pengobatan terhadap penyakit dan kecelakaan akibat kerja.

4.

Pelayanan Rehabilitatif. Pelayanan ini diberikan kepada pekerja karena penyakit parah atau kecelakaan parah yang telah mengakibatkan cacat, sehingga menyebabkan ketidakmampuan bekerja secara permanen, baik sebagian atau seluruh kemampuan

bekerja

yang

baisanya

mampu

dilakukan

sehari-hari.

Kegiatannya antara lain meliputi: a. Latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat menggunakan kemampuannya yang masih ada secara maksimal. b. Penempatan kembali tenaga kerja yang cacat secara selektif sesuai kemampuannya. c. Penyuluhan pada masyarakat dan pengusulan agar mau menerima tenaga kerja yang cacat akibat kerja.

2.3 Bahaya Potensial di Rumah Sakit Bahaya potensial di RS dapat mengakibatkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Yaitu disebabkan oleh faktor biologi (virus, bakteri, jamur dll), faktor kimia (antiseptik, gas anastesi dll), faktor ergonomi (cara kerja yang salah), faktor fisika (suhu, cahaya, kelembapan, bising, listrik, getaran, radiasi dll) faktor psikososial (kerja bergilir, hubungan sesama karyawan/atasan dll). Bahaya potensial yang dimungkinkan ada di RS, diantaranya adalah mikrobiologi, desain/fisik, kebakaran, mekanik, kimia/gas/karsinogen, radiasi dan resiko hukum atau keamanan.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSIA Puri Betik Hati

11

Penyakit Akibat Kerja (PAK) di RS, umumnya berkaitan dengan faktor biologik (kuman patogen yang berasal umumnya dari pasien), faktor kimia (pemaparan dalam dosis kecil namun terus menerus seperti antiseptik pada kulit dan gas anastesi pada hati), faktor ergonomi (cara duduk yang salah dan cara mengangkat pasien yang salah), faktor fisik dalam dosis kecil namun terus menerus (panas pada kulit, tegangan tinggi pada sistem reproduksi, radiasi pada sistem pemroduksi darah), faktor psikologis (ketegangan dikamar bedah, penerimaan pasien, gawat darurat dan bangsal penyakit jiwa).

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSIA Puri Betik Hati

12

BAB III PRINSIP DASAR K3

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan salah satu sarana atau instrumen yang dapat memberikan proteksi pada pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. Terdapat 3 (tiga) hal utama yang menjadi prinsip dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang perlu untuk diperhatikan yaitu : 1. Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) 2. Status Kesehatan Pekerja 3. Pengkajian Bahaya Potensial Lingkungan kerja

3.1 Upaya Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Upaya K3 merupakan sebuah usaha penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya maupun masyarakat sekelilingnya agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada ilustrasi dibawah ini: 1. Kapasitas Kerja Kapasitas kerja merupakan kemampuan fisik dan mental seseorang untuk melaksanakan pekerjaan dengn beban tertentu secara optimal, dimana kapasitas kerja seseorang dipengaruhi oleh kesehatan umum dan status gizi pekerja, pendidikan dan pelatihan. perlu diketahui bahwa tingkat kesehatan dan kemampuan seseorang pekerja merupakan modal awal utuk melaksanakan sebuah pekerjaan. 2. Beban Kerja Beban kerja meliputi beban kerja fisik dan mental yang dirasakan oleh pekerja dalam melakukan pekerjaannya. beban kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan pekerja dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang juga dapat berpengaruh terhadap perilaku dan hasil kerjanya.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSIA Puri Betik Hati

13

3. Lingkungan Kerja Lingkungan Pekerja adalah lingkungan di tempat kerja dan lingkungan pekerja sebagai individu atau lingkungan di luar tempat kerja. Pengertian yang lain dari lingkungan kerja adalah faktor-faktor di lingkungan tempat kerja tersebut yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan pekerja. Faktor-faktor tersebut antara lain: a. Faktor Fisika (kebisingan, getaran, suhu, dsb) b. Faktor Kimia (semua bahan kimia yang dipakai dalam proses kerja) c. Faktor Biologi (Bakteri, virus, mikrobiologi lainnya) d. Faktor Psikososial (Stress kerja) e. Faktor Faal ergonomi

3.2 Status Kesehatan Pekerja Status kesehatan seorang pekerja dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor utama yaitu : 1. Lingkungan Kerja Yang dimaksud dengan lingkungan kerja disini adalah lingkungan tempat melakukan pekerjaan, misalnya bangunan, peralatan, bahan, orang/pekerja lain, dan lain sebagainya. Lingkungan kerja juga merupakan faktor-faktor di lingkungan tempat kerja yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan pekerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan seorang pekerja yaitu : a. Faktor Fisik antara lain: Suara (Kebisingan), Radiasi, Suhu (Panas/dingin), Vibrasi (Getaran), Tekanan Udara (Hiperbarik/Hipobarik), Pencahayaan. Bahaya atau gangguan kesehatan yang dapat timbul dari faktor lingkungan ini: 1) Tuli permanen akibat kebisingan (misalnya ruang Generator, bengkel reparasi alat, dll) 2) Heat stress, (misalnya ruang Generator, dapur, laundry, dll) 3) Raynaud’s syndrom karena getaran (Generator, bengkel dll) 4) Leukemi akibat radiasi (X-ray, Radioterapi dll)

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSIA Puri Betik Hati

14

5) Kelelahan mata karena pencahayaan yang kurang 6) Kecelakaan misalnya : boiler meledak, jatuh ditangga, tersekap di lift, dll

b. Faktor Kimia, yang termasuk dalam lingkup kerja kimiawi adalah semua bahan kimia yang digunakan dalam proses kerja di lingkungan kerja yang berbentuk : 1) Debu (asbes,berilium,biji timah putih,dll) 2) Uap (Uap logam) 3) Gas (Sianida, gas asam sulfida,CO,dll) 4) Larutan (asam kuat atau basa kuat) Bahaya bahan kimia dapat berasal dari : 1) Desinfektans pensuci hama (misalnya ruang Bedah, Obsgyn, dll) dapat menyebabkan gangguan pernafasan, dermatitis 2) Uap zat anaestesi (misalnya ruang Operasi) dapat menimbulkan gangguan pernafasan 3) Mercuri (Tensimeter pecah, termometer dll) dapat menyebabkan kecelakaan misalnya luka. 4) Debu

zat

kimia

(Gudang

obat,

desinfektan

dll) dapat

menyebabkan Gangguan Pernafasan yang dapat menjadi Kanker paruparu dalam jangka panjang 5) Keracunan (zat desinfektan, Insektisida) 6) Ledakan /kebakaran oleh zat kimia/gas O2, dll.

c. Faktor Biologi 1) Bakteri Penyakit yang dapat disebabkan oleh bakteri, misalnya: penyakit antraks, Penyakit TBC,dll 2) Virus Penyakit yang dpt disebabkan oleh virus,misalnya : Hepatitis (nakes di RS), Rabies (petugas laboratorium), dll

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSIA Puri Betik Hati

15

3) Jamur Misalnya : Dermatofitosis terdapat pada pemulung, tukang cuci, dll 4) Parasit Misalnya : Ankilostomiasis, tripanosomiasis yang biasanya diderita oleh pekerja diperkebunan,pertanian, kehutanan, dll

d. Faktor Faal ergonomic Biasanya disebabkan oleh peralatan kerja yang tidak sesuai dengan ukuran tubuh atau anggota badan (tidak ergonomik). Hal ini dapat menimbulkan kelelahan secara fisik dan adanya keluhan-keluhan dan gangguan kesehatan, misalnya: Carpal tunnel syndrome, tendinitis, tenosynovitis, dan lain sebagainya.

e. Faktor Psikologi Suasana kerja yang tidak harmonis misalnya pekerjaan monoton, upah yg kurang, hubungan atasan-bawahan yg kurang baik, dll. Hal tersebut Dapat menimbulkan stres kerja dengan gejala psikosomatis berupa mual, muntah, sakit kepala, nyeri ulu hati, jantung berdebar-debar, dll.

2. Perilaku Pekerja Di pengaruhi antara lain oleh pendidikan, pengetahuan, kebiasaankebiasaan&fasilitas yang tersedia. Jadi erat kaitannya dengan faktorfaktor ekonomi, sosial &budaya. Perilaku kerja akan mempengaruhi kapasitas kerja, beban kerja serta cara melaksanakan pekerjaan.

3. Pelayanan Kesehatan Kerja Program Pelayanan Kesehatan Kerja, meliputi : a.

Pelayanan promotif

b.

Pelayanan preventif

c.

Pelayanan kuratif

d.

Pelayanan rehabilitatif

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSIA Puri Betik Hati

16

4. Faktor Genetik (Herediter) Dibandingkan denganKetiga faktor lainnya faktor genetik ini sangat kecil peranannya terhadap status kesehatan seorang pekerja. Namun faktor genetik seseorang dpt menyebabkan seorang pekerja lebih rentan terkena suatu penyakit.

3.3 Pengkajian Bahaya Potensial Lingkungan Kerja 1. Identifikasi Potensi Bahaya Identifikasi potensi bahaya di tempat kerja bisa juga disebut mengenal potensi bahaya, semakin tinggi intensitas melakukan identifikasi semakin banyak hal-hal yang berkaitan dengan penyebab terjadinya bahaya yang dapat diketahui sehingga langkah-langkah pencegahan atau pengendaliaan selanjutnya dapat dilaksanakan dengan tepat ada 2 (dua ) cara untuk melakukan identifikasi yaitu sbb: a. Cara langsung (kunjungan ke tempat kerja) Mengetahui flow diagram atau alur suatu produksi mulai dari bahan baku menjadi bahan jadi, bagian-bagian operasi, bahan baku yang digunakan, bahan penolong, sampah, dll. Kunjungan ke tempat kerja untuk mendengar, melihat, merasakan potensi bahaya baik lingkungan maupun peralatan yang digunakan, serta cara kerja. Mendapatkan informasi dari pekerja, supervisor, petugas lainnya b. Cara tidak langsung Melihat laporan hasil pemeriksaan kesehatan pekerja, hasil pemeriksaan kesehatan di perusahaan biasanya dikelompokan menurut bagian kerja sehingga akan terlihat kecendrungan-kecendrungan tentang masalah kesehatan pekerja pada masing-masing bagian. Dengan demikian dapat diketahui secara epidemologis tentang kondisi kesehatan dan ferkwensi kecelakaan pekerja.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSIA Puri Betik Hati

17

2. Pengukuran Dan Evaluasi Setelah mengetahui

adanya potensi bahaya di tempat kerja maka

dilanjutkan dengan pengukuran atau evaluasi, dalam higene prusahaan perusahaan dikenal dengan sebutan penilaian potensi bahaya (evaluation of hazards), pengukuran dan pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan peralatan khusus yang memenuhi standar, pengukuran dan evaluasi dapat dilakukan dgn cara: a. Pengukuran lingkungan kerja baik faktor fisik maupun faktor kimia dengan melakukan sampling dan analisa. b. Pemeriksaan kesehatan terhadap pekerja yg meliputi fungsi paru, pendengaran, specimen biologis seperti darah, urine, rambut, kuku, lendir dsb. c. Membandingkan hasil pengukuran dengan nilai ambang batas yaitu suatu nilai yang ditetapkan diman pekerja mampu menghadapinya dengan tidak menimbulkan gangguan kesehatan atau sakit dalam bekerja dan juga membandingkan dengan standar hasil pemeriksaan yang ada. d. Penilaian terhadap alat, cara kerja dan lingkungan kerja yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja. e. Interprestasi hasil, merupakan langkah terakhir dalam mengevaluasi tempat kerja sebelum memutuskan bahwa seorang pekerja atau sekelompok pekerja sudah terpapar (expose) suatu faktor bahaya dengan beberapa pertimbangan: a) Sifat dari faktor-faktor bahaya atau bahan bersangkutan . b) Intensitas dari pemaparan c) Lamanya pekerja terpapar

3. Pengendalian Setelah ditetapkan bahwa faktor-faktor bahaya sudah menjadi resiko (risk) atau sudah melebihi standar yang ditentukan,maka langkah selanjutnya adalah melakukan upaya pengendalian potensi bahaya (control of hazards)

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSIA Puri Betik Hati

18

dimaksudkan agar para pekerja terhindar dari gangguan kesehatan atau penyakit dan kecelakaan akibat kerja ,berbagai cara yang dapat dilakukan dalam pengendalian potensi bahaya di tempat kerja sehingga tidak menjadi bahaya nyata, sebagai berikut: a. Pengendalian secara teknis yakni pengendalian yang ditunjukan terhadap sumber bahaya atau lingkungan ,seperti: 1) Subtitusi yaitu menggantikan bahan-bahan yang berbahaya dengan bahan-bahan yang kurang atau tidak berbahaya sama sekali. 2) Isolasi yaitu memisahkan suatu sumber bahaya dengan pekerja, misalnya pengadaan ruang panel,larangan memasuki tempat kerja bagi yang tidak berkepentingan,menutup unit operasi yang berbahaya. 3) Cara basah dimaksudkan untuk menekan jumlah partikel yang mengotori udara karena partikel debu mengalami berat. 4) Merubah proses misalnya pada proses kering dirubah menjadi proses basah untuk menghindari debu. 5) Ventilasi keluar setempat (lokal exhaust ventilation) yaitu suatu cara yang dapat menghisap bahan-bahan berbahaya sebelum bahan berbahaya tersebut masuk keudara ruang kerja. 6) Ventilasi umum (dilusion) yaitu mengalirkan udara sebanyakbanyaknya menurut perhitungan kedalam ruang kerja,agar bahanbahan yang berbahaya itu lebih rendah dari kadar yang membahayakan. 7) Ketatarumahtanggaan meliputi pengaturan letak mesin/perkakas, penyimpanan/penimbunan bahan baku,dll. 8) Mengatur jarak,dimaksudkan agar sumber bahaya yang dipancarkan dijauhkan dari pekerja yang terpapar. 9) Program pemeliharaan yang cukup.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSIA Puri Betik Hati

19

b. Pengendalian terhadap pekerja 1) Pemeriksaan kesehatan pendahuluan (pre employment examination) dimaksudkan untuk mengetahui apakah calon pekerja sesuai dengan pekerja an yang akan diberikan baik fisik maupun mentalnya. 2) Pemeriksaan kesehatan berkala (periodic employment eaxmination) untuk mengetahui adanya gangguan kesehatan yang timbul akibat pekerjaan yang dilakukan atau sebagai deteksi dini dari pengaruh pekerjaan terhadap pekerja. 3) Pemeriksaan kesehatan khusus (special employment eaxmination) untuk menilai adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja atau golongan tenaga kerja tertentu, seperti pekerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit lebih dari 2 minggu,tenaga kerja berusia 40 tahun, pekerja wanita cacat,dll. 4) Pelatihan dan pendidikan, dimaksudkan agar pekerja lebih dini mengetahui faktor bahaya yang ada serta mengubah kebiasaan buruk menjadi baik dan hal ini ditekankan pada sikap mental pekerja. 5) Penerangan sebelum kerja, bertujuan agar pekerja mengetahui dan mematuhi petunjuk-petunjuk yang ada,sehingga dalam bekerja tidak mengalami gangguan atau bahaya. 6) Mutasi pekerja, bila pekerja tidak cocok di tempat kerja karena pertimbangan kesehatan dan keselamatan dapat dipindahkan ke tempat lain (dengan melalui pemeriksaan kesehatan kerja) 7) Mengisolasi pekerja, bila pekerja di tempat kerja terdapat beberapa sumber bahaya/contaminant seperti debu, bising, gas, panas dan lainlain, maka pekerja sebaiknya dibuatkan cabin yang dilengkapi AC dsb, seperti halnya cabin operator alat berat. 8) Alat pemantau perorangan, alat ini akan memberi tanda atau signal bila keadaan membahayakan.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSIA Puri Betik Hati

20

c. Pengendaliaan secara administratif Pengendalian

secara

administratif

adalah

peraturan-peraturan

administrasi yang mengatur pekerja untuk membatasi waktu kontaknya ( pemaparan) dengan faktor bahaya atau contaminant. d. Alat pelindung diri (personal protective equipment) Alat pelindung diri dibutuhkan apabila bahaya-bahaya yang ada di tempat kerja tidak dapat dikendalikan secara teknis maupun secara administratif dengan demikian alat pelindung diri tidak pernah dipertimbangkan sebagai pertahanan yang utama untuk menghilangkan atau mengendalikan bahaya ditempat kerja yang menyebabkan gangguan kesehatan atau penyakit dan kecelakaan akibat kerja, macammacam alat pelindung diri sebagai berikut: 1) Pelindung telinga ada dua macam yakni: a) Sumbat telinga (ear plug), digunakan apabila intensitas bising antara 85 dBA sampai 100 dBA untuk ferkwensi 2.000 sampai 8.000 Hz. b) Tutup telinga (ear muff), digunakan apabila intensitas bising sudah diatas 100 dBA,karena alat ini dapat meredam suara sebesar 40 dBA. 2) Pelindung saluran pernafasan (respirator), digolongkan dua kelompok besar yaitu: a) Digunakan

dalam

lingkungan

kerja

yang

udaranya

terkontaminasi oleh bahan-bahan kimia dimana fungsi respirator ini adalah untuk membersihkan udara dari kontaminant. b) Digunakan dalam lingkungan kerja yang kurang oksigen (kandungan oksigen di udara kurang 20.94% ) 3) Pelindung tangan (sarung tangan) terdiri atas: a) Sarung tengan dari kain terpal (kanvas) untuk melindungi tangan melepuh karena gesekan. b) Sarung tengan Dari asbes,untuk melindungi tangan dari panas. c) Sarung tengan dari kulit sapi atau kuda,untuk keperluan las.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSIA Puri Betik Hati

21

d) Sarung tengan panjang dari kulit,untuk melindungi tangan dari benda-benda tajam seperti lembaran logam atau baja. e) Sarung tengan dari karet, untuk melindungi tangan dari asam,basa,larutan dan minyak. 4) Pelindung kaki, seperti sepatu keselamatan dari karet yang umumnya digunakan untuk tempat-tempat kerja yang ber air dan mengandung bahan kimia, untuk tempat-tempat yang rawan terhadap jatuhan atau terantuk dilengkapi logam pelindung pada ujungnya. 5) Baju atau pakaian kerja. Digunakan untuk melindungi tubuh dari percikan bahan kimia,percikan bunga api atau logam cair yang panas, paparan radiasi panas digunakan apron atau celemek, anti dingin bagi yang bekerja di cold strorage 6) Spectacle goggles, kegunaannya untuk melindungi mata dari benda melatang spt paku ,serpihan logam, batu-batuan dll. 7) Cup goggles (topeng muka), terbuat dari plastik dengan tali pengikat kepala kegunaan sama dengan Spectacle goggles 8) Face shield (topeng muka) terbuat dari plastik bening dilengkapi dengan pengikat kepala, digunakan untuk melindungi muka dari benturan

benda-benda

melayang

dan

menangani

bahan

kimia,penaungan logam cair, dll 9) Welding helmet merupakan gabungan antara topeng muka dan kaca filter pelindung mata, digunakan untuk melindungi mata dari pengaruh radiasi non ionnisasi ultra violet pada pekerja las. 10) Cover googles digunakan untuk melindungi mata dari benda yang melayang, debu dll,terbuat dari bahan ringan vinyl yang keras atau bahan karet lunak. 11) Safety hat (topi pengaman) umumnya dibuat dari fiberglass, plastik atau aluminium, tidak menghantar listrik dan tahan terhadap benturan atau himpitan dan di dalamnya dilengkapi jaring tali yang berfungsi sebagai peredam atau shock, digunakan selain untuk

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSIA Puri Betik Hati

22

melindungi kepala dari benturan benda keras dan radiasi sinar matahari.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSIA Puri Betik Hati

23

BAB IV STANDAR KETENAGAAN

4.1 Kualifikasi Sumber Daya Manusia Dalam upaya melaksanakan pelayanan K3 di Rumah Sakit maka diperlukan tenaga yang memiliki kemampuan atau yang telah mendapatkan pelatihan khusus di bidang K3RS. Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Puri Betik Hati merupakan Rumah Sakit dengan klas C, apabila mengacu kepada standar pelayanan K3RS ketersediaan tenaga yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan belum merata, perlu kiranya melakukan kegiatan peningkatan sumber daya yang ada baik itu jumlah maupun kualitas ketenagaan guna melaksanakan program pelayanan K3RS lebih optimal. Atas dasar tersebut perlu adanya perencanaan SDM, yaitu proses dimana Rumah

Sakit

berkomitmen

pada

kebijakan

pelayanan

K3RS

melalui

pengembangan kemampuan petugas di bidang K3RS sehingga tujuan pelayanan kesehatan diberikan dapat tercipta pada lingkungan yang aman dan sehat. Perencanaan bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan oganisasi dalam mencapai sasarannya melalui strategi pengembangan kontribusi. Berdasarkan Kepmenkes No. 1087 tahun 2010 tentang kesehatan dan keselamatan kerja bahwa Rumah Sakit dengan klas B sumber daya manusia dalam melaksanakan program K3RS antara lain : 1. Tenaga Kesehatan Masyarakat K3 Diploma III dan S1 minimal 1 orang dan mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3RS 2. Dokter/dokter gigi Spesialis dan dokter umum dokter gigi minimal 1 orang dengan sertifikasi dalam bidang K3 dan mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3RS 3. Tenaga paramedis yang mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3RS minimal 1 orang 4. Tenaga teknis lainnya yang mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3RS minimal 1orang

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSIA Puri Betik Hati

24

4.2 Pelatihan Serta Pengembangan SDM K3 Program pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) K3RS merupakan hal pokok yang tidak bisa dikesampingkan. Direktur Dan Manajemen serta Tim K3RS memegang peranan penting dalam membangun kepedulian dan memotivasi pekerja dengan menjelaskan nilai-nilai organisasi dan mengkomunikasikan komitmennya pada kebijakan yang telah dibuat. Selanjutnya transformasi sistem manajemen K3 dari prosedur tertulis menjadi proses yang efektif merupakan komitmen bersama. Identifikasi pengetahuan, kompetensi dan keahlian yang diperlukan dalam mencapai tujuan dilakukan mulai dari proses: rekruitmen, seleksi, penempatan, orientasi, pengkajian, pelatihan dan pengembangan kompetensi/keahlian lainnya, rotasi dan mutasi, serta hukuman & penghargaan (reward & punishment). Dalam hal ini Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Puri Betik Hati, dalam upaya pengembangan SDM melalui pendidikan dan latihan hendaknya memuat unsur-unsur di antaranya : 1. Identifikasi kebutuhan pelatihan SDM Rumah Sakit yang dituangkan dalam matriks pelatihan. 2. Pengembangan rencana pelatihan untuk memenuhi kebutuhan tertentu. 3. Ditetapkannya program dan jadwal pelatihan di bidang K3. 4. Ditetapkannya program simulasi atau latihan praktek untuk semua SDM Rumah Sakit di bidang K3. 5. Harus ada kegiatan keterampilan melalui seminar, workshop, pertemuan ilmiah, pendidikan lanjutan yang dibuktikan dengan sertifikat. 5. Verifikasi kesesuaian program pelatihan dengan persyaratan organisasi atau perundang- undangan. 6. Pelatihan untuk sekelompok SDM Rumah Sakit yang menjadi sasaran. 7. Pendokumentasian pelatihan yang telah diterima. 8. Evaluasi pelatihan yang telah diterima.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSIA Puri Betik Hati

25

BAB V STANDAR FASILITAS

5.1 Standar Teknis Sarana 1. Lokasi dan Bangunan Secara umum lokasi rumah sakit hendaknya mudah dijangkau oleh masyarakat, bebas dari pencemaran, banjir, dan tidak berdekatan dengan tempat bongkar muat barang, tempat bermain anak, pabrik industri, dan limbah pabrik. Di dalam UU No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit khususnya pasal 8 disebutkan bahwa persyaratan lokasi Rumah Sakit harus memenuhi ketentuan mengenai kesehatan, keselamatan lingkungan, dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan kelayakan penyelenggaraan Rumah Sakit. Untuk persyaratan teknis bangunan Rumah Sakit, harus sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan orang usia lanjut. Luas lahan untuk bangunan tidak bertingkat minimal 1,5 kali luas bangunan. Luas lahan untuk bangunan bertingkat minimal 2 kali luas bangunan lantai dasar. Luas bangunan disesuaikan dengan jumlah tempat tidur (TT) dan klasifikasi rumah sakit. Bangunan minimal adalah 50 m2. 2.

Lantai a. Lantai ruangan dari bahan yang kuat, kedap air, rata, tidak licin dan mudah dibersihkan dan berwarna terang. b. Lantai KM/WC dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, mudah dibersihkan mempunyai kemiringan yang cukup dan tidak ada genangan air. c. Khusus ruang operasi lantai rata, tidak mempunyai pori atau lubang untuk berkembang biaknya bakteri, menggunakan bahan vynil anti elektrostatik dan tidak mudah terbakar.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSIA Puri Betik Hati

26

3.

Dinding Mengacu Kepmenkes No.1204 tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

4.

Pintu/jendela a. Pintu harus cukup tinggi minimal 270 cm dan lebar minimal 120 cm. b. Pintu dapat dibuka dari luar. c. Khusus pintu darurat menggunakan pegangan panik (panic handle), penutup pintu otomatis (automatic door closer) dan membuka ke arah tangga darurat/arah evakuasi dengan bahan tahan api minimal 2 jam. d. Ambang bawah jendela minimal 1 m dari lantai. e. Khusus jendela yang berhubungan langsung keluar memakai jeruji. f. Khusus ruang operasi, pintu terdiri dari dua daun, mudah dibuka tetapi harus dapat menutup sendiri (dipasang penutup pintu (door close)).

5.

Plafond a. Rangka plafon kuat dan anti rayap. b. Permukaan plafond berwarna terang, mudah dibersihkan tidak menggunakan bahan asbes. c. Langit-langit dengan ketinggian minimal 2,8 m dari lantai. d. Langit-langit menggunakan cat anti jamur. e. Khusus ruang operasi, harus disediakan gelagar (gantungan) lampu bedah dengan profil baja double INP 20 yang dipasang sebelum pemasangan langit-langit.

6.

Ventilasi a. Pemasangan ventilasi alamiah dapat memberikan sirkulasi udara yang cukup, luas minimum 15% dari luas lantai. b. Ventilasi mekanik disesuaikan dengan peruntukan ruangan, untuk ruang operasi kombinasi antara fan, exhauster dan AC harus dapat memberikan sirkulasi udara dengan tekanan positif. c. Ventilasi AC dilengkapi dengan filter bakteri.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSIA Puri Betik Hati

27

7.

Atap a. Atap kuat, tidak bocor, tidak menjadi perindukan serangga, tikus dan binatang pengganggu lain. b. Atap dengan ketinggian lebih dari 10 meter harus menggunakan penangkal petir.

8.

Sanitasi a. Closet, wastafel dan bak mandi dari bahan kualitas baik, utuh dan tidak cacat, serta mudah dibersihkan. b. Wastafel dipasang rata, tegak lurus dinding, kuat, tidak menimbulkan bau, dilengkapi desinfektan dan dilengkapi tisu yang dapat dibuang (disposable tissues). c. Bak mandi tidak berujung lancip, tidak menjadi sarang nyamuk dan mudah dibersihkan. d. Indek perbandingan jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah toilet dan kamar mandi 10:1. e. Indek perbandingan jumlah pekerja dengan jumlah toiletnya dan kamar mandi 15:1. f. Air untuk keperluan sanitair seperti mandi, cuci, urinoir, wastafel, closet, keluar dengan lancar dan jumlahnya cukup.

9.

Air bersih a. Kapasitas reservoir sesuai dengan kebutuhan Rumah Sakit (250-500 liter/tempat tidur). b. Sistem penyediaan air bersih menggunakan jaringan PAM atau sumur dalam (artesis). c. Air bersih dilakukan pemeriksaan fisik, kimia dan biologi setiap 6 bulan sekali. d. Sumber air bersih dimungkinkan dapat digunakan sebagai sumber air dalam penanggulangan kebakaran.

10. Pemipaan (plumbing) a. Sistem pemipaan menggunakan kode warna : biru untuk pemipaan air bersih dan merah untuk pemipaan kebakaran.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSIA Puri Betik Hati

28

b. Pipa air bersih tidak boleh bersilangan dengan pipa air kotor. c. Instalasi pemipaan tidak boleh berdekatan atau berdampingan dengan instalasi listrik. 11. Saluran (drainase) a. Saluran keliling bangunan drainage dari bahan yang kuat, kedap air dan berkualitas baik dengan dasar mempunyai kemiringan yang cukup ke arah aliran pembuangan. b. Saluran air hujan tertutup telah dilengkapi bak kontrol dalam jarak tertentu, dan ditiap sudut pertemuan, bak kontrol dilengkapi penutup yang mudah di buka/ditutup memenuhi syarat teknis, serta berfungsi dengan baik. 12. Jalur yang melandai/lereng (ramp) a. Kemiringan rata-rata 10-15 derajat. b. Ramp untuk evakuasi harus satu arah dengan lebar minimum 140 cm, khusus ramp koridor dapat dibuat dua arah dengan lebar minimal 240 cm, kedua ramp tersebut dilengkapi pegangan rambatan, kuat, ketinggian 80 cm. c. Area awal dan akhir ramp harus bebas dan datar, mudah untuk berputar, tidak licin. 13. Tangga a. Lebar tangga minimum 120 cm jalan searah dan 160 cm jalan dua arah. b. Lebar injakan minimum 28 cm. c. Tinggi injakan maksimum 21 cm. d. Tidak berbentuk bulat/spiral. e. Memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang seragam. f. Memiliki kemiringan injakan < 90 derajat. g. Dilengkapi pegangan, minimum pada salah satu sisinya. Pegangan rambat mudah dipegang, ketinggian 60–80 cm dari lantai, bebas dari segala instalasi. h. Tangga diluar bangunan dirancang ada penutup tidak kena air hujan.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSIA Puri Betik Hati

29

14. Jalur pejalan kaki (pedestrian track) a. Tersedia jalur kursi roda dengan permukaan keras/stabil, kuat, dan tidak licin. b. Hindari sambungan atau gundukan permukaan. c. Kemiringan 7 derajat, setiap jarak 9 meter ada border. d. Drainase searah jalur. e. Ukuran minimum 120 cm (jalur searah), 160 cm (jalur 2 arah). 15. Area parkir a. Area parkir harus tertata dengan baik. b. Mempunyai ruang bebas di sekitarnya. 16. Pemandangan (Landscape), Jalan, Taman a. Akses jalan harus lancar dengan rambu-rambu yang jelas. b. Saluran pembuangan yang melewati jalan harus tertutup dengan baik dan tidak menimbulkan bau. c. Tanam-tanaman tertata dengan baik dan tidak menutupi rambu-rambu yang ada. d. Jalan dalam area Rumah Sakit pada kedua belah tepinya dilengkapi dengan kansten dan dirawat.

5.2 Standar Teknis Prasarana 1.

Penyediaan listrik a. Untuk rumah sakit yang memiliki kapasitas daya listrik tersambung dari PLN minimal 200 KVA disarankan agar sudah memiliki sistem jaringan listrik Tegangan Menengah 20 KV (jaringan listrik TM 20 KV). b. Kapasitas dan instalasi listrik terpasang memenuhi standar PUIL c. Untuk kamar bedah menggunakan catu daya khusus dengan sistem catu

daya

cadangan

otomatis

dua

lapis

(generator

dan

UPS/Uninteruptable Power Supply). d. Kapasitas generator (Gen set) disediakan minimal 40% dari daya terpasang dan dilengkapi AMF dan ATS system.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSIA Puri Betik Hati

30

e. Grounding System harus terpisah antara grounding panel gedung dan panel alat. Nilai grounding peralatan tidak boleh kurang dari 0,2 Ohm. 2.

Instalasi penangkal petir Pengawasan instalasi penangkal petir sesuai dengan ketentuan Permenaker No.2 tahun 1989.

3.

Pencegahan dan penanggulangan kebakaran a. Tersedia APAR sesuai dengan Norma Standar Pedoman dan Manual (NSPM) kebakaran seperti yang diatur oleh Permenaker No.4 tahun 1980. b. HIDRAN terpasang dan berfungsi dengan baik dan tersedia air yang cukup, sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. c. Tersedia alat penyemprot air (sprinkler) dengan jumlah yang memenuhi kebutuhan luas area. d. Tersedia koneksi siamese. e. Tersedia pompa HIDRAN dengan generator cadangan. f. Tersedia dan tercukupi air untuk pemadaman kebakaran.

4.

Sistem komunikasi a. Tersedia saluran telepon internal dan eksternal dan berfungsi dengan baik. b. Tersedia saluran telepon khusus untuk keadaan darurat (untuk UGD, sentral telepon dan posko tanggap darurat). c. Instalasi kabel telah terpasang rapi, aman dan berfungsi dengan baik. d. Tersedia komunikasi lain (HT) untuk mendukung komunikasi tanggap darurat. e. Tersedia sistem tata suara pusat (central sound system). f. Tersedia

peralatan

pemantau

keamanan/CCTV

(Close

circuit

television) 5.

Gas medis a. Tersedianya gas medis dengan sistem sentral atau tabung. b. Sentral gas medis dengan sistem jaringan dan outlet terpasang, berfungsi dengan baik.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSIA Puri Betik Hati

31

c. Tersedia pengisap d. Tersedia instalasi alarm kebakaran automatik sesuai dengan Permenaker No.2 Tahun 1983. Kapasitas central gas medis telah sesuai dengan kebutuhan. e. Kelengkapan sentral gas berupa gas oxigen (O2), gas nitrous oxida (NO2), gas tekan dan vacum. 6.

Limbah cair Tersedianya Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dengan perizinannya.

7.

Pengolahan limbah padat a. Tersedianya tempat/kontainer penampungan limbah sesuai dengan kriteria limbah. b. Tersedia incinerator atau yang sejenisnya, terpelihara dan berfungsi dengan baik. c. Tersedia tempat pembuangan limbah padat sementara, tertutup dan berfungsi dengan baik.

5.3 Standar Peralatan Rumah Sakit 1.

Memiliki perizinan

2.

Diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan dan/atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang.

3.

Tersertifikasi badan atau lembaga terkait.

4.

Peralatan yang menggunakan sinar pengion harus memenuhi ketentuan dan harus diawasi oleh lembaga yang berwenang.

5.

Penggunaan peralatan medis dan nonmedis di Rumah Sakit harus dilakukan sesuai dengan indikasi medis pasien.

6.

Pengoperasian dan pemeliharaan peralatan Rumah Sakit harus dilakukan oleh petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya.

7.

Pemeliharaan peralatan harus didokumentasi dan dievaluasi secara berkala dan berkesinambungan.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSIA Puri Betik Hati

32

BAB VI TATA LAKSANA PELAYANAN

Rumah Sakit merupakan salah satu tempat kerja, yang wajib melaksanakan Program K3RS yang bermanfaat baik bagi SDM Rumah Sakit, pasien, pengunjung/pengantar pasien, maupun bagi masyarakat di lingkungan sekitar Rumah Sakit. Pelayanan K3RS harus dilaksanakan secara terpadu melibatkan berbagai komponen yang ada di Rumah Sakit. Hal tersebut dapat berjalan dengan baik jika seluruh komponen rumah sakit, mulai dari pimpinan sanpai dengan staf pelaksana mempunyai komitmen, pemahaman, perhatian dan kesadaran, yang menjadi budaya dalam melaksanakan kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit. Pelayanan K3RS sampai saat ini dirasakan belum maksimal. Hal ini dikarenakan masih banyak Rumah Sakit yang belum menerapkan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3). Adapun standar pelayanan K3RS yang perlu diberikan adalah sebagai berikut: A. Program Pelayanan Kesehatan 1. Pemeriksaan Kesehatan Karyawan a. Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja bagi SDM Rumah Sakit: -

Pemeriksaan fisik lengkap

-

Kesegaran jasmani

-

Rontgen paru-paru (bilamana mungkin)

-

Laboratorium rutin

-

Pemeriksaan lain yang dianggap perlu

-

Pemeriksaan yang sesuai kebutuhan guna mencegah bahaya yang diperkirakan timbul, khususnya untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSIA Puri Betik Hati

33

b. Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi SDM Rumah Sakit: -

Pemeriksaan berkala meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru (bilamana mungkin) dan laboratorium rutin, serta pemeriksaan-pemeriksaan lain yang dianggap perlu

-

Pemeriksaan kesehatan berkala bagi SDM Rumah Sakit sekurangkurangnya 1 tahun.

c. Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus pada : -

SDM Rumah Sakit yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang memerlukan perawatan yang lebih dari 2 (dua) minggu

-

SDM Rumah Sakit yang berusia di atas 40 (empat puluh) tahun atau SDM Rumah Sakit yang wanita dan SDM Rumah Sakit yang cacat serta SDM Rumah Sakit yang berusia muda yang mana melakukan pekerjaan tertentu

-

SDM Rumah Sakit yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai gangguan-gangguan kesehatan perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai dengan kebutuhan

-

Pemeriksaan kesehatan kesehatan khusus diadakan pula apabila terdapat keluhan-keluhan diantara SDM Rumah Sakit, atau atas pengamatan dari Organisasi Pelaksana K3RS.

2. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik SDM Rumah Sakit a. Pemberian makanan tambahan dengan gizi yang mencukupi untuk SDM Rumah Sakit yang dinas malam, petugas lab, petugas kesling dll b. Pemberian imunisasi bagi SDM Rumah Sakit c. Olah raga, senam kesehatan dan rekreasi d. Pembinaan mental/rohani.

3. Melaksanakan pendidikan dan penyuluhan/pelatihan tentang kesehatan kerja dan memberikan bantuan kepada SDM Rumah Sakit dalam penyesuaian diri baik fisik maupun mental. Yang diperlukan antara lain :

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSIA Puri Betik Hati

34

a. Informasi umum Rumah Sakit dan fasilitas atau sarana yang terkait dengan K3 b. Informasi tentang risiko dan bahaya khusus di tempat kerjanya c. SOP kerja, SOP peralatan, SOP penggunaan alat pelindung diri dan kewajibannya d. Orientasi K3 di tempat kerja e. Melaksanakan pendidikan, pelatihan ataupun promosi/penyuluhan Kesehatan kerja secara berkala dan berkesinambungan sesuai kebutuhan dalam rangka menciptakan budaya K3.

4. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi SDM Rumah Sakit yang menderita sakit a. Memberikan pengobatan dasar secara gratis kepada seluruh SDM Rumah Sakit. b. Memberikan pengobatan dan menanggung biaya pengobatan untuk SDM Rumah Sakit yang terkena Penyakit Akibat Kerja (PAK) c. Menindak lanjuti hasil pemeriksaan kesehatan berkala dan pemeriksaan kesehatan khusus d. Melakukan upaya rehabilitasi sesuai penyakit terkait.

5. Melakukan koordinasi dengan tim Panitia Pencegahan dan Pengendalian Infeksi mengenai penularan infeksi terhadap SDM Rumah Sakit dan pasien. a. Pertemuan koordinasi b. Pembahasan kasus c. Penanggulangan kejadian infeksi nosokomial

6. Melaksanakan kegiatan surveilans kesehatan kerja a. Melakukan pemetaan (mapping) tempat kerja untuk mengidentifikasi jenis bahaya dan besarnya risiko

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSIA Puri Betik Hati

35

b. Melakukan

identifikasi

SDM

Rumah

Sakit

berdasarkan

jenis

pekerjaannya, lama pajanan dan dosis pajanan c. Melakukan analisa hasil pemeriksaan kesehatan berkala dan khusus d. Melakukan tindak lanjut analisa pemeriksaan kesehatan berkala dan khusus. (dirujuk ke spesialis terkait, rotasi kerja, merekomendasikan pemberian istirahat kerja) e. Melakukan pemantauan perkembangan kesehatan SDM Rumah Sakit

7. Melaksanakan pemantauan lingkungan kerja dan ergonomi yang berkaitan dengan kesehatan kerja. Pemantauan/pengukuran terhadap faktor fisik, kimia, biologi, psikososial dan ergonomi).

8. Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan K3RS yang disampaikan kepada Direktur Rumah Sakit dan Unit teknis terkait di wilayah kerja Rumah Sakit

B. Program Pelayanan Keselamatan Kerja Bentuk pelayanan keselamatan kerja yang diberikan sangat erat hubunganya dengan sarana, prasarana termasuk peralatan kerja hal ini terlihat dari kegiatan yang akan dilaksanakan antara lain : 1. Pembinaan dan pengawasan kesehatan dan keselamatan sarana, prasarana dan peralatan kesehatan. a. Lokasi Rumah Sakit harus memenuhi ketentuan mengenai kesehatan, keselamatan lingkungan, dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan kelayakan penyelenggaraan Rumah Sakit. b. Teknis bangunan Rumah Sakit, sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan orang usia lanjut. c. Prasarana harus memenuhi standar pelayanan, keamanan, serta Keselamatan dan kesehatan kerja penyelenggaraan Rumah Sakit

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSIA Puri Betik Hati

36

d. Pengoperasian dan pemeliharaan sarana, prasarana dan peralatan Rumah Sakit harus dilakukan oleh petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya (sertifikasi personil petugas/operator sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan Rumah Sakit). e. Membuat program pengoperasian, perbaikan, dan pemeliharaan rutin dan berkala sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan dan selanjutnya didokumentasikan dan dievaluasi secara berkala dan berkesinambungan. f. Peralatan kesehatan meliputi peralatan medis dan nonmedis dan harus memenuhi

standar

pelayanan,

persyaratan

mutu,

keamanan,

keselamatan dan laik pakai. g. Membuat program pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan, peralatan kesehatan harus diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan dan/atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang. h. Peralatan kesehatan yang menggunakan sinar pengion harus memenu hi memenuhi ketentuan dan harus diawasi oleh lembaga yang berwenang. i. Melengkapi perizinan dan sertifikasi sarana dan prasarana serta peralalatan kesehatan.

2. Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian peralatan kerja terhadap SDM Rumah Sakit a. Melakukan identifikasi dan penilaian risiko ergonomi terhadap peralatan kerja dan SDM Rumah Sakit b. Membuat

program

pelaksanaan

kegiatan,

mengevaluasi

dan

mengendalikan risiko ergonomik.

3. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja a. Manajemen harus menyediakan dan menyiapkan lingkungan kerja yang memenuhi syarat fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSIA Puri Betik Hati

37

b. Pemantauan/pengukuran terhadap faktor fisik, kimia, biologi, ergononomi dan psikososial secara rutin dan berkala. c. Melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan lingkungan kerja.

4. Pembinaan

dan

pengawasan

terhadap

sanitair

Manajemen

harus

menyediakan, memelihara, mengawasi sarana dan prasarana sanitair, yang memenuhi syarat, meliputi : a. Penyehatan makanan dan minuman b. Penyehatan air c. Penyehatan tempat pencucian d. Penanganan sampah dan limbah e. Pengendalian serangga dan tikus f. Sterilisasi/desinfeksi g. Perlindungan radiasi h. Upaya penyuluhan kesehatan lingkungan.

5. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja : a. Pembuatan rambu-rambu arah dan tanda-tanda keselamatan b. Penyediaan peralatan keselamatan kerja dan Alat Pelindung Diri (APD) c. Membuat SOP peralatan keselamatan kerja dan APD d. Melakukan

pembinaan

dan

pemantauan

terhadap

kepatuhan

penggunaan peralatan keselamatan dan APD.

6. Pelatihan dan promosi/penyuluhan keselamatan kerja untuk semua SDM Rumah Sakit.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSIA Puri Betik Hati

38

BAB VII PENCATATAN DAN PELAPORAN

Pencatatan dan pelaporan adalah pendokumentasian kegiatan K3 secara tertulis dari masing-masing unit kerja Rumah Sakit dan kegiatan K3RS secara keseluruhan yang dilakukan oleh organisasi K3RS, yang dikumpulkan dan dilaporkan/diinformasikan oleh organisasi K3RS ke Direktur Rumah Sakit dan unit teknis terkait di wilayah Rumah Sakit (Dinas Kesehatan setempat, cq. Penanggung jawab/Pengelola Program Kesehatan Kerja). Tujuan kegiatan menghimpun

dan

pencatatan dan

menyediakan

data

pelaporan dan

kegiatan

informasi

K3 adalah

kegiatan

K3,

mendokumentasikan hasil-hasil pelaksanaan kegiatan K3, mencatat dan melaporkan setiap kejadian/kasus K3, dan menyusun dan melaksanakan pelaporan kegiatan K3. Sasaran kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan K3 adalah mencatat dan melaporkan pelaksanaan seluruh kegiatan K3, yang tercakup di dalam : 1. Program K3, termasuk penanggulangan kebakaran dan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit 2. Kejadian/kasus yang berkaitan dengan K3 serta upaya penanggulangan dan tindak lanjutnya. Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan untuk masing-masing aspek K3 dilaksanakan dengan membuat atau menggunakan formulir-formulir yang telah ada atau yang telah ditetapkan sesuai dengan aturan yang berlaku. Pencatatan dan pendokumentasian pelaksanaan kegiatan K3 dilakukan setiap waktu, sesuai dengan jadwal pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan, dan atau pada saat terjadi kejadian/kasus (tidak terjadual). Pelaporan terdiri dari pelaporan berkala (bulanan, semester, dan tahunan) dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan pelaporan sesaat/insidentil, yaitu pelaporan yang dilakukan sewaktu-waktu pada saat kejadian atau terjadi kasus yang berkaitan dengan K3.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSIA Puri Betik Hati

39

Setiap kegiatan dan atau kejadian/kasus sekecil apapun, yang berkaitan dengan K3, wajib dicatat dan dilaporkan secara tepat waktu kepada wadah organisasi K3 di Rumah Sakit. Rumah Sakit perlu menetapkan dengan jelas alur pelaporan baik untuk laporan rutin/berkala, laporan kasus/kejadian tidak terduga.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSIA Puri Betik Hati

40

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU

Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang akan ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang digunakan untuk mengukur mutu pelayanan Rumah Sakit yaitu : 1.

Indikator adalah ukuran atau cara mengukur sehingga menunjukkan suatu indikasi. Indikator merupakan suatu variabel yang digunakan untuk bisa melihat perubahan. Indikator yang baik adalah yang sensitif tapi juga spesifik.

2.

Kriteria adalah spesifikasi dari indikator.

3.

Standar : a. Tingkat performance atau keadaan yang dapat diterima oleh seseorang yang berwenang dalam situasi tersebut, atau oleh mereka yang bertanggung jawab untuk mempertahankan tingkat performance atau kondisi tersebut. b. Suatu norma atau persetujuan mengenai keadaan atau prestasi yang sangat baik. c. Sesuatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas, berat, nilai atau mutu.

Dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu pelayanan maka harus memperhatikan prinsip dasar sebagai berikut: 1.

Aspek yang dipilih untuk ditingkatkan a. Keprofesian b. Efisiensi c. Keamanan pasien d. Kepuasan pasien e. Sarana dan lingkungan fisik

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSIA Puri Betik Hati

41

2.

Indikator yang dipilih a. Indikator lebih diutamakan untuk menilai output daripada input dan proses b. Bersifat umum, yaitu lebih baik indikator untuk situasi dan kelompok daripada untuk perorangan. c. Dapat digunakan untuk membandingkan antar daerah dan antar Rumah Sakit d. Dapat mendorong intervensi sejak tahap awal pada aspek yang dipilih untuk dimonitor e. Didasarkan pada data yang ada.

3.

Kriteria yang digunakan harus dapat diukur dan dihitung untuk dapat menilai indikator, sehingga dapat sebagai batas yang memisahkan antara mutu baik dan mutu tidak baik.

4.

Standar yang digunakan Standar yang digunakan ditetapkan berdasarkan : a. Acuan dari berbagai sumber b. Benchmarking dengan Rumah Sakit yang setara c. Berdasarkan trend yang menuju kebaikan

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSIA Puri Betik Hati

42

BAB IX PENUTUP

Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di RS (K3RS) ini merupakan pedoman yang dipakai sebagai acuan dalam pelaksanaan pengelolaan K3RS dan dapat menggantikan peran standar K3RS terdahulu yang dikenal dengan Kebakaran, Keselamatan Kerja dan Kewaspadaan Bancana. Standar K3RS sebagai acuan lebih komprehensif karena di dalamnya terdapat Standar Kesehatan Kerja dan Standar Keselamatan Kerja yang mencakup standar penanggulangan kebakaran dan kewaspadaan terhadap bencana. Standar K3RS

yang

ditetapkan

melalui

Keputusan

Menteri

Kesehatan

RI

No.1087/MENKES/SK/VIII/2010 diharapkan dapat diterapkan di seluruh Rumah Sakit sebagai bagian dalam pengelolaan Rumah Sakit dan sebagai salah satu parameter penilaian Akreditasi Rumah Sakit yang diamanatkan oleh Undang undang no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Diharapkan dengan adanya standar ini, pembinaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dapat dilaksanakan dan sebagai pedoman dalam melaksanakan program K3RS yang lebih baik lagi dan yang selama ini sudah dijalankan oleh Kementerian Kesehatan dapat ditingkatkan hasilnya. Untuk SDM Rumah Sakit, diharapkan standar ini dapat membantu mereka dalam memahami masalah-masalah K3RS dan dapat melakukan upaya-upaya antisipasi terhadap akibat-akibat yang ditimbulkan sehingga tercapai budaya ”sehat dalam bekerja”. Tentu saja pedoman ini masih jauh dari sempurna, dan kami mengaharapkan masukan dari berbagai pihak-pihak terkait guna penyempurnaan dimasa yang akan datang dan atas kerjasama dari berbagai pihak kami mengucapkan terima kasih.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSIA Puri Betik Hati

43

More Documents from "RATNA MUSTIKA"