Ipa

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ipa as PDF for free.

More details

  • Words: 3,375
  • Pages: 14
Jurnal Pengelolaan DAS Surakarta Vol. IX, 3 2003

Dinamika Komunitas Vegetasi Hutan Tanaman Mahoni

INDEKS PERSEDIAAN AIR (IPA) PADA BERBAGAI FORMASI GEOLOGI DAN UKURAN DAS DAERAH ALIRAN SUNGAI SOLO HULU. (Studi kasus di DAS Keduang, Alang, Wuryantoro, dan Wader) Water Supply Index (IPA) at Some Geological Formations and Watershed Areas in the Upper Solo Watershed (Case Study at Keduang, Alang Wuryantoro and Wader Sub Watershed) Oleh/By : Ugro Hari Murtiono and Agung Budi Supangat Abstract The study objective is to calculate the Water Supply Index (IPA), as an evaluation of water status at a given watershed. This study was conducted at four geological formation of watersheds covering 4 different areas namely : Keduang Sub Watershed (young volcanic formation, 35993 ha), Alang Sub watershed (limestone formation, 5439 ha), Wuryantoro Sub Watershed (mix old volcanic and limestone formation, 1792 ha)and wader Sub Watershed (tuff formation, 202 ha). The evaluation of the IPA was done according to the standard of catchment health. The Thornthwaite methode was used to calculate the potency of surface water availability. The results indicate that :( 1) the IPA at young volcanic watershed (Keduang) was categorized as good condition, with a value 0f 0,97 and had a water shorted of 3,11 % per year; (2).the IPA at limestone watershed (Alang) was categorized as bad condition,with a value of 0,45 and had a water shorted of 30,59 % per year; (3). The IPA at mix old volcanic and limestone watershed (Wuryantoro) was categorized as fair condition, with a value 0f 0.79 and had a water shorted of 20,64 % per year; (4) the IPA at tuff watershed (Wader) was categorized as fair condition, with value of 0,72 and had a water shorted of 27.86 % per year. Waterhed having bad IPA

20

Jurnal Pengelolaan DAS Surakarta Vol. IX, 3 2003

Dinamika Komunitas Vegetasi Hutan Tanaman Mahoni

condition needs to be improved by especially an effective water resources plan, allocating and distributing of water according to priority establishment. Keywords : water status, water Supply Index (IPA), Geological formation, Watershed evaluation I. PENDAHULUAN Pengelolaan air diperlukan untuk memberikan kemakmuran dan kesejahteraan kepada masyarakat, sehingga perlu diketahui persediaan dan kebutuhan air dalam suatu daerah. Walaupun air terdapat dimana-mana, namun kwantitasnya terbatas, begitu pula tersedianya menurut waktu dan letak geografisnya, kwalitasnyapun sering tidak sesuai dengan keperluan. Oleh karena itu tanpa adanya usaha -usaha manusia sedikit atau banyak tidaklah mungkin untuk memanfaatkan air guna kemakmuran serta kesejahteraannya menurut jumlah, selera, waktu dan lokasi yang dikehendaki. Untuk mengevaluasi pengelolaan suatu DAS apakah dalam kondisi buruk, sedang dan baik. salah satu parameternya adalah Indeks Persediaan Air (IPA). Nilai Indeks Persediaan Air (IPA) merupakan perbandingan antara potensi (ketersediaan air ) dengan kebutuhan air untuk air minum (rumah tangga) maupun untuk keperluan pola penggunaan lahan pada suatu daerah (DAS) Suatu hal yang menguntungkan ialah bahwa air merupakan kekayaan alam yang tidak hilang dan akan datang kembali pada suatu saat menurut siklus hidrologi. Air jika dibiarkan mengalir ke laut dan tidak dimanfaatkan atau disimpan untuk digunakan dikemudian hari, maka air yang berharga itu hilang percuma tanpa dirasakan kemanfaatannya oleh manusia dan tidak akan kembali lagi sebelum selesai menjalani siklus tersebut. Pada waktu dahulu sebelum air diperlukan untuk berbagai keperluan dan dalam jumlah yang cukup, air relatif masih belum merupakan suatu

21

Jurnal Pengelolaan DAS Surakarta Vol. IX, 3 2003

Dinamika Komunitas Vegetasi Hutan Tanaman Mahoni

masalah, karena dapat memenuhi keperluan. Akan tetapi sekarang kebutuhan akan air begitu meningkat, sehingga diperlukan pengelolaan sedemikian rupa agar supaya semua keperluan dalam berbagai bidang , waktu , tempat serta jumlahnya , dapat dipenuhi secara baik, teratur dan lestari. Paper ini bertujuan untuk menghitung dan mengevaluasi indeks persediaan air (IPA) pada berbagai formasi geologi dan ukuran DAS di DAS Solo Hulu II. METODOLOGI A. Lokasi Kegiatan penelitian dilaksanakan pada empat Sub DAS. Secara administrasi termasuk dalam wilayah Kabupaten Wonogiri. Masing-masing Sub DAS terletak pada Kecamatan Ngadirojo, Nguntoronadi, dan Slogohimo (Sub DAS Keduang), Kecamatan Pracimantoro dan Giritontro (Sub DAS Alang), Kecamatan Wuryantoro (Sub DAS Wuryantoro) dan Kecamatan Giriwoyo (Sub DAS Wader). Letak lintang-bujur dan luas masing-masing Sub DAS disajikan pada Tabel 1 sebagai berikut :

22

Jurnal Pengelolaan DAS Surakarta Vol. IX, 3 2003

Dinamika Komunitas Vegetasi Hutan Tanaman Mahoni

Tabel 1. Lokasi , Letak lintang, Formasi geologi dan Luas Sub DAS Table 1. Location, Altitute, Geological formatian, and Sub catchment areas Sub DAS No Sub WaNo tershid

Letak Lintang Altitute

42’ 29 “-070 55’ 39” LS Volkan muda 11’ 01 “-40 24’ 54 “ BT 01’ 49 “- 80 06’ 06” LS 2 Alang Kapur 58’ 22 “-40 05’ 43 “ BT Campuran Wuryanto 7 0 49’ 52 “ -70 52’ 05” LS 3 Volkan Tua4 0 01’ 22 “- 40 01’ 09 “ BT ro Kapur 0 7 45’ 55 “ dan 4. Wader Tuff 1100 59’ 50 “ BT 1

Keduang

070 40 80 30

Formasi Geologi Geological Formation

Luas (ha) Area

35.993 5439

1792

202

B. Iklim Menurut klasifikasi Koppen, daerah penelitian beriklim Hujan Tropik (A) dengan tipe Ama dan Awa. Tipe iklim Ama terdapat pada Sub DAS Keduang dan Wuryantoro, sedangkan Sub DAS Alang dan Wader bertipe Awa ( Schmidt dan Ferguson, 1951). Ciri utama iklim A adalah suhu udara bulan terdingin lebih besar dari 18 0 C. Perbedaan tipe iklim Ama dan Awa terutama adalah kemampuannya dalam menutupi kekurangan curah hujan bulan kering. Kelebihan curah hujan bulan basah pada tipe Ama dapat menutupi kekurangan di bulan kering, sebaliknya pada tipe Awa tidaklah demikian C. Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di daerah penelitian terdiri dari Tegal, Sawah , Kampung dan hutan. Lahan tegalan menempati wilayah terluas. Sawah yang dikerjakan masyarakat berupa sawah tadah hujan, perKampungan yang ada

23

Jurnal Pengelolaan DAS Surakarta Vol. IX, 3 2003

Dinamika Komunitas Vegetasi Hutan Tanaman Mahoni

umumnya berupa desa, lahan hutan di empat Sub DAS relatif sedikit terluas di Sub DAS Wader 40,1 %. Luas masing-masing penggunaan lahan disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Luas penggunaan lahan pada daerah penelitian Table 2. Land use areas at study area. No Sub DAS No Sub wareshid

Tegal (Dryland)

Sawah (Riceland)

Kampung (Settlement)

Hutan (Forest)

(ha)

%

(ha)

%

(ha)

%

(ha)

%

17210,96

47,8

11797,93

32,8

4424,45

12,3

2560,67

7,1

2 Alang

3287

60,5

688

12,6

1148

21,1

316

5,8

3 Wuryantoro

1037

57,6

239

13,3

306

17,2

215

11,9

4 Wader

64,1

31,7

27,1

13,4

29,8

14,8

81,0

40,1

1 Keduang

D. Tanah 1. Sub DAS Keduang Jenis tanah di Sub DAS Keduang didominasi mediteran sebesar 42 %, latosol sebesar 32 %, litosol sebesar 24 % dan gromusol sebesar 0,96 %. Kedalaman tanah bervariasi umumnya untuk jenis tanah latosol dan mediteran 60 – 100 cm, jenis tanah litosol 20 cm dan jenis tanah gromusol lebih besar dari 100 cm. 2. Sub DAS Alang Jenis tanah kapur yang dijumpai di DAS Alang bersifat laterik berwarna merah sampai coklat hitam. Jenis tanah ini mengandung lebih dari 97% mineral CaCo3 , bersifat agak plastis dan lengket, permeabilitas lambat dan cukup menahan air . Pada saat kering tanah menjadi retak membentuk blok-blok yang keras. Sebagian besar solumnya dangkal.Kedalamannya bervariasi dari nol pada lereng curam hingga beberapa meter pada lembah. 3. Sub DAS Wuryantoro

24

Jurnal Pengelolaan DAS Surakarta Vol. IX, 3 2003

Dinamika Komunitas Vegetasi Hutan Tanaman Mahoni

Jenis tanah yang dijumpai di Sub DAS Wuryantoro adalah laterit yang bersifat andesitik dengan warna merah. Jenis tanah ini mempunyai permeabilitas dan kapasitas menahan air cukup baik. Pada daerah yang tinggi atau lereng curam, erosi berlangsung cepat, sehingga lapisan tanah sangat tipis dan banyak dijumpai singkapan. Terdapat dua jenis margalit yang dijumpai yaitu margalit hitam dan margalit andesitik hitam. Jenis tanah margalit hitam mempunyai sifat lekat kalau basah, plastisitas sedang dan berupa blok-blok yang keras bila mengering. Penyebaran tanah ini berada didaerah berbukit dan umumnya mempunyai solum dangkal. jenis tanah margalit hitam mempunyai tekstur sangat halus, terbentuk dari material pasir, lempung dan liat. Liat mendominasi tanah ini dengan kandungan 70%, dan tanah margalit andesitik hitam juga kaya akan kapur. 4. Sub DAS Wader Sub DAS Wader mempunyai jenis tanah litosol, tanah berpasir lebih permiabel dan gaya kohesi diantara partikel lemah, sedang tanah lempung berdebu lebih kuat dan permiabilitasnya lebih rendah sehingga limpasan lebih besar dan sering menimbulkan erosi (Dames, 1955) E. Air permukaan yang tersedia` Perhitungan air permukaan tersedia menggunakan metode Thornthwaite-Mather dan data yang diperlukan yaitu temperatur udara bulanan ( untuk menghitung evapotranspirasi potensial ), curah hujan ratarata (tahun 1991 –2001), penggunaan lahan, dan jenis tanah ( untuk perhitungan “Water Holding Capasity” ) F. Kebutuhan Air Kebutuhan air di wilayah studi didasarkan pada penggunaan lahan sebagai berikut (1). Tegal yang terdiri dari kebutuhan air untuk tanaman tahunan dan musiman ; (2). Sawah yang terdiri dari1 kali panen, 2 kali panen, 5 kali panen dalam 2 tahun ; (3). Pemukiman ; dan (4). Hutan

25

Jurnal Pengelolaan DAS Surakarta Vol. IX, 3 2003

Dinamika Komunitas Vegetasi Hutan Tanaman Mahoni

Pada lahan tegal komposisi tanaman pada umumnya adalah kacang tanah, jagung, dan ketela pohon. Kacang tanah dan jagung biasanya dapat dua kali panen ( musim tanam I dan II). Pada musim tanam III biasanya hanya tanaman ketela pohon yang ada. Kebutuhan air pada komposisi jenis tanam yang demikian diperkirakan sebesar 1200 mm/tahun. Kebutuhan air untuk sawah irigasi ditetapkan 1 liter/detik/ha. Angka ini bila dikonversi dalam mm menjadi 1200 mm/tahun, jika sawah tersebut hanya sekali panen dalam satu tahun. Jika dua kali panen dalam satu tahun maka kebutuhan airnya menjadi 2400 mm/tahun. Jika pada lahan tersebut diselingi palawija ( 1 kali padi dan 1 kali palawija) maka kebutuhan airnya menjadi 2000 mm/tahun. Kebutuhan air untuk penduduk di daerah penelitian diperkirakan 1200 mm/tahun. Angka ini diperoleh dengan assumsi kepadatan penduduk 700 jiwa/km2. Keperluan tiap orang sebesar 80 liter/hari.Kepadatan ternak besar 40 ternak/km2 dan membutuhkan air sebanyak 25 liter/hari/ternak. Kepadatan ternak kecil 150 ternak/km2 dan membutuhkan air sebanyak 5 liter/hari/ternak. Pada lahan hutan yang berdaun lebar, laju evapotranspirasi untuk hutan jati berkisar antara 800 - 1400 mm/tahun yang tergantung pada kondisi daerahnya. Untuk kondisi kesuburan tanah sedang, maka laju evapotranspirasinya sekitar 1000 mm/tahun. Makin tinggi elevasinya, laju evapotranspirasi makin berkurang. Untuk daerah dengan elevasi lebih 1000 m dpl, laju evapotranspirasinya sebesar 1200 mm/tahun, sedang pada elevasi lebih2500 m dpl, laju evapotranspirasinya antara 500 - 600 mm/th. Berdasarkan hal tersebut maka kebutuhan air untuk vegetasi hutan daun lebar adalah 1000 mm/tahun ( Asdak,1995 )

G. Indeks Penggunaan Air (IPA)

26

Jurnal Pengelolaan DAS Surakarta Vol. IX, 3 2003

Dinamika Komunitas Vegetasi Hutan Tanaman Mahoni

Nilai Indeks Penggunaan Air (IPA) merupakan perbandingan antara ketersediaan air permukaan (potensi air) dibagi dengan kebutuhan air, yang digunakan untuk menilai kondisi potensi air disuatu daerah. Sehingga Indeks Persediaan Air (IPA) dirumuskan

IPA

Potensi Air = ------------------------------Kebutuhan Air

Klassifikasi nilai IPA yaitu :

Sumber :

(1) nilai < 0,5 (2) nilai 0,5 - 0,9 (3) nilai >0,9

: : :

buruk, sedang, baik

SK. Mehut No. 52/KPTS-II/2001 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, dalam Pedoman Monev DAS (BP2TPDAS-IBB, 2003). III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Persediaan Air Permukaan Perhitungan persediaan air permukaan menggunakan metode Thornthwaite - Mather dengan menggunakan data temperatur udara bulanan untuk menghitung evapotranspirasi potensial dan curah hujan rata-rata. Penggunaan lahan dan jenis tanah digunakan untuk perhitungan “ Water Holding Capacity” (WHC). Hasil perhitungan disajikan pada Gambar Grafik 1,2,3, dan 4.

27

Jurnal Pengelolaan DAS Surakarta Vol. IX, 3 2003

Dinamika Komunitas Vegetasi Hutan Tanaman Mahoni

G ra fi k 3 P o te n s i d a n K e b u tu h a n A i r D A S Te m on 9 00 0 0 0 0

Poten s i

8 00 0 0 0 0

K e b utuh a n

1

7 00 0 0 0 0

(m3)

6 00 0 0 0 0 5 00 0 0 0 0 4 00 0 0 0 0 3 00 0 0 0 0 2 00 0 0 0 0 1 00 0 0 0 0 0

B u la n

G r a fi k 4 P o te n si d a n K e b u tu h a n A i r D A S A la n g 1 2 0 0 00 0 0

Po te n s i K e b utuh a n

1 0 0 0 00 0 0

(m3)

8 0 0 0 00 0

6 0 0 0 00 0

4 0 0 0 00 0

2 0 0 0 00 0

0

B u la n

28

Jurnal Pengelolaan DAS Surakarta Vol. IX, 3 2003

Dinamika Komunitas Vegetasi Hutan Tanaman Mahoni

Data hasil perhitungan pada Lampiran 3. G r a f ik 5 P o t e n s i d a n K e b u t u h a n A ir D A S K e d u a n g

9 0 00 0 00 0

Po te n s i

8 0 00 0 00 0

K eb utuha n

7 0 00 0 00 0

(m3)

6 0 00 0 00 0 5 0 00 0 00 0 4 0 00 0 00 0 3 0 00 0 00 0 2 0 00 0 00 0 1 0 00 0 00 0 0

B u la n

G r a f i k 6 . P o t e n s i d a n K e b u t u h a n A ir D A S W u ry a n to r o 40 0 00 0 0

P o te n s i

35 0 00 0 0

K e b u tu h a n

30 0 00 0 0

(m3)

25 0 00 0 0 20 0 00 0 0 15 0 00 0 0 10 0 00 0 0 5 0 00 0 0 0

B u la n

Gambar 1. Ketersediaan dan Kebutuhan Air Permukaan pada MasingMasing Lokasi Figure 1. Availability and Demand Water at Each Sub Watershed Berdasarkan gambar di atas, dapat dijelaskan kondisi defisit pada masing-masing formasi geologi, yaitu : (1). Formasi kapur (Sub DAS Alang) kekurangan air sebesar 30,59 % pertahun terjadi pada bulan Mei

29

Jurnal Pengelolaan DAS Surakarta Vol. IX, 3 2003

Dinamika Komunitas Vegetasi Hutan Tanaman Mahoni

sampai dengan Februari berkisar 26,07 - 99,66 % ; (2). Formasi geologi campuran Volkan Tua -Kapur (Sub DAS Wader) kekurangan air sebesar 30,59 % pertahun terjadi pada bulan Mei sampai dengan Januari berkisar 1,51 - 99,24 % dan Sub DAS Wuryantoro kekurangan air sebesar pertahun 20,64 % pertahun terjadi pada bulan Mei sampai dengan Desember berkisar 23,53 - 109,09 % ; dan (3). Formasi geologi Volkan Muda (Sub DAS Keduang) kekurangan air sebesar 3,11 % pertahun terjadi pada bulan Mei sampai dengan November berkisar 32,42 - 95,04 %. Untuk mengatasi kekurangan air tersebut di atas, diperlukan tindakan pengelolaan yang benar, antara lain : (1). Pada formasi kapur (Sub DAS Alang) perlu dikembangkan sumber-sumber air dengan sistem perencanaan yang baik mencakup penyusunan rencana pembangunan, rencana pemafaatannya dan rencana penggunaan air dengan memperhatikan berbagai keperluan menurut prioritas yang ditentukan. Pengembangan pemanfaatan air tanah pada daerah yang dimungkinkan. Pembangunan konservasi air (embung) ; (2). Pada formasi volkan tua – kapur (Sub DAS Wader dan Wuryantoro) perlu dikembangkan tehnik-tehnik penyimpanan air dengan membuat sumur-sumur resapan khusus pada volkan tua baik pada lahan pemukiman maupun pada lahan tegalan ; (3). Pada formasi geologi volkan muda ( Sub DAS Keduang walaupun di klassifikasikan baik perlu menjaga bangunan prasarana pengairan dan konservasi air yang telah dibangun agar dapat berfungsi terus-menerus ; dan (4). Menjaga kelestarian tanah dan sumber-sumber air di daerah hulu.pada masing-masing formasi geologi. B. Kebutuhan Air Pada Berbagai Penutupan Lahan Perhitungan kebutuhan air ini didasarkan pada kebutuhan pada jenis penggunaan lahan yang terdiri dari : Lahan tegal, sawah, pemukiman, dan hutan. Dalam perhitungan satuan mm dikonversikan dalam m3 , dengan mengubah satuann mm menjadi m (dibagi 1000) dan mengubah satuan luas dari ha mejadi m2 (dikalikan 10.000), sehingga untuk mengubah satuan mm menjadi m3 cukup mengalikan 10 X luas penggunaan lahan (ha).

30

Jurnal Pengelolaan DAS Surakarta Vol. IX, 3 2003

Dinamika Komunitas Vegetasi Hutan Tanaman Mahoni

Perincian kebutuhan air bulanan pada masing-masing penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 3, sedang hasil perhitungan ketersediaan dan kebutuhan air permukaan disajikan pada Grafik 1,2,3 dan 4. Tabel 3. Kebutuhan air bulanan (mm) berdasarkan Jenis Penggunaan Lahan. Table 3. Monthly water requrement (mm) is based landuse Penggunaan lahan Bulan (Month) (Landuses) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des JmL Hutan lainnya 88 81 90 88 88 79 74 73 75 87 85 92 1000 Sawah 1 X panen 264 115 39 38 38 34 32 32 33 38 255 276 1200 Sawah 2 X panen 264 243 270 264 264 115 108 106 110 125 255 276 2400 Sawah 5 X pn 2th 264 243 270 264 264 237 222 219 225 261 255 276 3000 Tegal 119 109 121 119 119 107 100 99 101 117 115 124 1350 Pemukiman 106 97 108 106 106 95 89 88 90 103 102 110 1200

C. Indeks Persediaan Air (IPA) Sub DAS Keduang Indeks Persediaan Air (IPA) pertahun adalah 0,97 yang diklassifikasikan dalam kondisi baik, namun apabila dicermati ada bulan tertentu yang termasuk klasifikasi sedang yaitu pada bulan Mei dan November. Klasifikasi buruk pada bulan Juni, Juli, Agustus, September, dan Oktober, sehingga pada bulan -bulan buruk ini perlu diupayakan kekurangannya. Klassifikasi baik pada bulan Desember, Januari, Februari, Maret, dan April. Sub DAS Alang Indeks Persediaan Air (IPA) pertahun adalah 0,45 yang diklassifikasikan dalam kondisi buruk, namun apabila dicermati ada bulan tertentu yang termasuk klasifikasi sedang yaitu pada bulan Mei. Klassifikasi baik pada bulan Februari, Maret, dan April. Klassifikasi buruk pada bulan Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, November, Desember dan Januari, sehingga pada bulan -bulan buruk ini perlu diupayakan kekurangannya. Sub DAS Wuryantoro Indeks Persediaan Air (IPA) pertahun adalah 0,79 yang diklassifikasikan dalam kondisi sedang, na mun apabila dicermati

31

Jurnal Pengelolaan DAS Surakarta Vol. IX, 3 2003

Dinamika Komunitas Vegetasi Hutan Tanaman Mahoni

ada bulan tertentu yang termasuk klasifikasi baik yaitu pada bulan Januari, Februari, dan Maret, Klassifikasi buruk pada bulan Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, dan November, sehingga pada bulan -bulan buruk ini perlu diupayakan kekurangannya. Klassifikasi sedang yaitu pada bulan Mei dan Desember. Sub DAS Wader Indeks Persediaan Air (IPA) pertahun adalah 0,69 yang diklassifikasikan dalam kondisi sedang, namun apabila dicermati ada bulan tertentu yang termasuk klasifikasi buruk yaitu pada bulan-bulan Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, November dan Desember, sehingga pada bulan -bulan buruk ini perlu diupayakan kekurangannya. Klassifikasi sedang hanya terdapat pada bulan Mei. Klassifikasi baik pada bulan Januari, Februari, Maret dan April. IV. KESIMPULAN 1. Hasil evaluasi Indeks Persediaan Air (IPA) pada masing-masing formasi geologi, disimpulkan sebagai berikut : (1). Formasi Kapur diklassifikasikan dalam kondisi buruk dengan nilai 0,45 (Sub DAS Alang); (2). Formasi campuran Volkan Tua -Kapur diklassifikasikan dalam kondisi sedang dengan nilai 0,69 (Sub DAS Wader) dan nilai 0,79 (Sub DAS Wuryantoro); dan (3). Formasi Volkan Muda diklassifikasikan dalam kondisi baik dengan nilai 0,97 (Sub DAS Keduang). 2. Untuk mengatasi masalah kekurangan air yang terjadi, diperlukan tindakan pengelolaan sumber daya air yang berbeda-beda disesuaikan dengan formasi geologi yang ada pada masing-masing subDAS.

32

Jurnal Pengelolaan DAS Surakarta Vol. IX, 3 2003

Dinamika Komunitas Vegetasi Hutan Tanaman Mahoni

DAFTAR PUSTAKA Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Balai Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Surakarta (BTPDAS) , 2001. Analisis Neraca Air Untuk Penetapan Kesesuaian Tanaman Pinus Merkusii Di PT Perhutani (Persero) Unit I Jawa Tengah. Kerjasama antara PT Perhutani (Persero) Unit I Jawa Tengah dengan BTP DAS Surakarta. BP2TPDAS-IBB. 2003. Pedoman Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Tidak Dipublikasikan). Surakarta. Budi Pramono, I., 2001. Pedoman Teknis Perhitungan Neraca Air Dengan Metode Thornthwaite Mather. Info DAS Nomor 11 Tahun 2001. Balai Teknologi Pengelolaan DAS Surakarta Dumairi, 1992. Ekonomika Sumber daya Air. Pengantar ke Hidronamika, BPFE. Yogyakarta Pereira, H.C. 1967. Effects of Landuse On Water And Energy Budgest Of Tropical Watersheds. International Symposium on Forest Hydrology, Pergamon Press, NewYork. Schmidt, F.H. and Ferguson, JF. A. 1951. Rainfall Type Based on Wet and Dry Periode Ratios for Indonesia with Western Guinea. Jakarta : Kementerian Perhubungan Jawatan Meteprologi dan Geofisika Thornthwaite, C.W. and J.R. Mather. 1957. Instruction and Tabels For Computing Potensial Evapotransprration And Water Balance Publication in Climatology Drexel Institute of Technology, Laboratory of Climatology

33

Related Documents

Ipa
June 2020 31
Ipa 6b
June 2020 38
Ipa Terpadu.docx
December 2019 41
Pkp Ipa
June 2020 27
Yarnell-ipa
June 2020 25
Ipa 1
July 2020 18