INTERNETISASI : KONSEP DAN STRATEGI Pendahuluan Perkembangan teknologi computer dan telekomunikasi telah berhasil menciptakan infrastruktur informasi baru yang dikenal dangan istilah Internet. Infrastruktur ini meliputi serangkaian jariang elektronik yang bermanfaat dalam memfasilitasi transfer informasi dan komunikasi interaktif, di antaranya jaringan telepon, jaringan kabel (cabel networks), jaringan seluler, satelit, jaringan intra-komputer korporasi dan bisnis, computer bulletin board, dan jasa on-line komersial. Ditilik dari sejarahnya, internet sukses dikembangkan dan diuji coba pertama kali pada tahun 1969 oleh US Department of Defense dalam proyek ARPANet (Advanced Research Projects Network). Menjamurnya penggunaan internet ditunjang oleh perkembangan World Wide Web (WWW) yang dirancang oleh laboratorium CERN (Conseil European pour la Recherche Nucleaire) di Jenewa tahun 1991 dan dikendalikan oleh W3 Organization yang juga berpusat di CERN. Internet memiliki beberapa daya tarik dan keunggulan bagi para konsumen maupun organisasi, misalnya dalam hal kenyamanan, akses 24 jam sehari, jangkauan global, efisiensi, alternatif ruang maupun pilihan yang relatif ‘tak terbatas’, personalisasi, sumber informasi potensial, dan lain lain. Dalam konteks bisnis, internet membawa dampak transformasional yang menciptakan paradigma baru dalam bisnis, berupa digital marketing atau internet marketing (cyber marketing, electronic marketing, dan sejumlah istilah lainnya). Bab ini memaparkan berbagai perubahan tersebut dan mengidentifikasi implikasinya bagi pemasaran global. Dalam konteks ini, istilah “Internetisasi” mengacu pada proses sebuah perusahaan terlibat dalam aktivitas-aktivitas bisnis secara elektronik (e-commerce atau e-business), khususnya dengan memanfaatkan internet sebagai media, pasar, maupun infrastruktur penunjang. E-Commerce: Perspektif dan Perkembangan Internet sebagai media elektronik mutakhir yang menunjang e-commerce (electronic commerce) mengalami pertumbuhan pesat. Pada tahun 1998, sekitar 100 juta orang diseluruh dunia menggunakan internet , dimana 67 juta di antaranya berlokasi di Amerika Serikat. Di Indonesia, survai yang dilakukan AC Nielsen pada bulan juni 1999 menunjukan bahwa pengguna internet di Indonesia sudah mendekati 800.000 orang, dimana 32% diantaranya menggunakan untuk keperluan pribadi, sementara 25% lain untuk pribadi juga bisnis. Jumlah pengguna internet di Indonesia diperkirakan akan terus tumbuh 20% pertahun. Sementara itu, asosiasi ISP (Internet Service Provider) Indonesia memprediksi bahwa jumlah pemakai internet di Indonesia bakal mencapai 1,5 juta orang di tahun 2000 dan 15 juta orang pada tahun 2005. Secara simplistik, bila kita membuat homepage dan melayani pesanan produk melalui internet, maka kita sudah menjadi pemasar global yang menjalankan e-commerce. Namun demikian, definisi e-commerce bisa ditinjau dari 5 perspektif: on-line purchasing, digital communication, service, business process, dan maket-of-one perspectives.
PERSPEKTIF On-line Purchasing Perspective
Digital Communication perspective
Service Perspective
Business Process Perspective Market-of-One Perspective
DEFINISI E-COMMERCE Sistem yang memungkinkan pembeli dan penjual produk dan informasi melalui Internet dan jasa on-line lainnya Sistem yang memungkinkan pengiriman informasi digital,produk, jasa dan pembayaran on-line Sistem yang memungkinkan upaya menekan biaya, menyempurnakan kualitas produk dan informasi instan terkini, dan meningkatkan kecepatan penyampaian jasa Sistem yang memungkinkan otomatisasi transaksi bisnis dan aliran kerja Sistem yang memungkinkan proses ‘customization’ produk dan jasa untuk diadaptasikan pada kebutuhan dan keinginan setiap pelanggan secara efisien
Menurut Gartner Advisory Group terdapat empat persepktif utama e-business berkaitan dengan peluang dan resiko bisnis perusahaan yaitu : 1. Perspektif business/financial models, yang berfokus pada peluang dan model bisnis yang lebih beroperasi sebagai entitas elektronik daripada entitas fisik. Faktor kunci dalam model ini adalah aspek finansial, seperti reduksi biaya dan efisiensi. Model ini menuntut perubahan dalam hal budaya perusahaan, citra organisasi, dan pedoman akuntansi teknologi dalam hal ini dimanfaatkan sebagai enabler bagi pemanfaatan peluang bisnis. 2. Perspektif relationships,yang menekankan pembentukan relasi dan kolaborasi baru guna memasuki pasar baru atau meningkatkan interaksi dengan pelanggan, pemasok, distributor, dan mitra bisnis lainnya 3. Perspektif commerce, yang berkenaan dengan penjualan dan pembelian produk dan jasa secara elektronik. Hal ini membutuhkan adanya sistem, layanan, model dan relasi yang bisa mendukung mekanisme penjualan dan penjualan yang lebih efektif 4. Perspektif responsiveness, yang lebih berkaitan dangan aspek efisiensi dan timing transaksi bisnis. Responsifitas berarti mengurangi waktu antara permintaan bisnis dan pemenuhannya. Hasil utama yang diharapkan adalah peningkatan efisiensi dan penekanan tingkat kesalahan dan peningkatan tingkat kepuasan pelanggan. Ditinjau dari segi kesiapan mengadopsi e-business, The Economist Intelligence Unit dan Pyramid Research menyusun peringkat e-readiness sejumlah Negara. E-readiness mengacu pada sejauh mana industri bisnis sebuah Negara kondusif untuk internet commerce. Indikator yang digunakan meliputi: tingkat melek computer di Negara bersangkutan, keamanan transaksi internet, dan tingkat kecanggihan infrastruktur telekomunikasi masing-masing Negara. Berdasarkan indikator-indikator ini, setiap Negara bisa di kategorikan sebagai :
E-business leaders : Negara-negara yang sudah mencapai tingkat e-ready, namun masih menghawatirkan kurangnya regulasi mengenai e-business E-business contenders : Negara-negara yang telah siap dalam hal infrastruktur dan lingkungan bisnis, namun masih perlu membenahi faktor-faktor lain dalam hal ereadiness E-business followers : Negara-negara yang telah mulai berupaya mempersiapkan berbagai infrastruktur menuju e-readiness E-business laggards : Negara-negara yang masih memiliki sejumlah masalah besar, terutama menyangkut konektivitas, sebelum bisa mewujudkan e-readiness.
Market Space dan Internet Marketing Secara garis besar, kemajuan teknologi internet yang disertai dengan berkembangnya bermacam-macam titik akses, seperti World Wide Web (WWW) yang membawa tiga implikasi utama: (1) percepatan globalisasi industry; (2) multidimensionalitas proses penciptaan nilai; dan (3) tingkat hambatan masuk industry.
Percepatan Globalisasi Industri. Akses ke WWW membuka peluang bagi setiap perusahaan untuk memasuki pasar global. Perkembangan infrastruktur jaringan intra dan inter-korporasi memudah perusahaan untuk melakukan ‘co-R&D dan co-marketing’ di berbagai kawasan geografis dan zona waktu berbeda di seluruh penjuru dunia secara simultan. Era R&D dan pemasaran global 24 jam melalui jaringan aliansi strategic yang kompleks kini telah mejadi kenyataan Multidimensionalitas Proses Penciptaan Nilai Pada prinsipnya WWW dan jaringan sejenisnya bukan sekedar infrastruktur namun sekaligus juga pasar. Menurut Rayport dan Sviokla kini terjadi pergesaran dari transaksi pasar tradisional yang menekankan interaksi secara fisik antara penjual dan pembeli menjadi transaksi elektronik dengan kata lain, terjadi perubahan dari market place menjadi market space. Dalam market space, nilai atau value diciptakan melalui manajemen 3C : content, context, dan carrier (infrastructure) yang berlaku untuk level individual bisnis, maupun struktur industri. Content mencakup produk fisik yang diperluas dengan jasa informasi. Context berupa saluran elektronik atau outline produk atau jasa. Carrier merupakan operator infrastruktur elektronik yang digunakan. Tingkat Hambatan Masuk Industri Infrastruktur informasi berdampak signifikan pada hambatan masuk industri. Disatu sisi, dalam kasus tertentu akses ke infrastruktur informasi menghadirkan peluang bisnis global yang bahkan sebelumnya tidak terbayangkan. Namun disisi lain, dalam beberapa industry jasa berbasis informasi yang sudah mapan infrastruktur informasi yang sifatnya industryspecific justru bisa menciptakan hambatan masuk yang signifikan.
Aplikasi Internet dalam Bidang Bisnis
Secara garis besar, aplikasi internet untuk keperluan bisnis meliputi 8 bidang pokok, diantaranya :
Yellow pages, berupa database terorganisir yang membuat aneka ragam informan produk, perusahaan, iklan, berita, hiburan, dan sebagainya. Web traffic control, berfungsi sebagai iklan yang menarik perhatian para pemakai internet agar mengunjungi situs tertentu. On-line store front, berupa gerai penjualan virtual seperti amazon.com maupun mal-mal virtual yang kini semakin marak dijumpai. Standard websites, berupa homepage dan alamat e-mail untuk kontak atau layanan pelanggan Business-to-business links, berupa koneksi pada jaringan bisnis yang dimiliki perusahaan Community sites, seperti ruang ‘ngobrol’ (chatting room) khusus untuk pelanggan tertentu Informational/image sites, yang tidak memiliki fungsi komersial langsung, namun lebih menekankan aspek penyampaian informasi misalnya ABS Content-based sites, dimana pemakai harus membayar biaya keanggotaan agar bisa mendapat akses ke situs bersangkutan.
Menurut Lawrence, ET AL mengemukakan bahwa setidaknya terdapat empat model untuk ecommerce, yaitu : 1. Fundamental models : Online yellow pages model, perusahaan yang menerapkan model ini merancang menu hyperlink yang setiap item didalamnya terhubung ke sumber-sumber terkait dan menyediakan informasi lebih lanjut mengenai topic spesifik tertentu. Subscription model, ide dasar model ini diadaptasi dari dunia penerbitan. Konsumen harus berlangganan agar dapat mengakses secara online artikel jurnal, majalah, perangkat lunak atau produk lainnya yang di update secara rutin. Advertising model, model ini banyak diterapkan oleh situs-situs search engines yang menyediakan ruang iklan bagi pihat-pihak yang tertarik. Penghasilan dari iklan ini menjadi pendapatan utamanya. 3.5.7 model. Model ini memanfaatkan internet sebagai alat komunikasi bisnis. model ini bisa digunakan untuk merencanakan kehadiran situs web baru atau memperbaiki situs yang sudah ada. Auction/reverse auction model. Dalam auction model, website menawarkan jasa lelang online bagi penjual sedang kan dalam reverse auction model penawar harga mengajukan tawaran harga untuk produk tertentu.