Insecta Revisi 4.pdf

  • Uploaded by: Radha Oktavia
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Insecta Revisi 4.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 3,039
  • Pages: 17
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TETAP INSEKTARIUM KULIAH LAPANGAN BIOLOGI UMUM

OLEH: KELOMPOK 7

Telah Diterima dan Disetujui Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Ujian Akhir Semester Praktikum Biologi Umum

Indralaya, 7 November 2018 Asisten

Sucitya Purnama (08041381520048) Dosen Pengampuh II

Dosen Pengampuh I

Dra. Muharni, M. Si NIP. 196608231993031002

Dr. Salni, M. Si NIP.196608231993031002

ii

Kata Pengantar Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Kuliah Lapangan Biologi Umum Inventarisasi Serangga Kawasan Bukit Kaba Curup Provinsi Bengkulu. Adapun Laporan Praktikum Biologi Umum ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya penulis mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pengampuh Praktikum Biologi Umum, yaitu Dr. Salni, M. Si dan Dra. Muharni, M. Si yanga telah membimbing kami. Tak lupa juga kami ucapkan terimakasih kepada Kakak Sucitya Purnama selaku asisten yang telah membantu kami pada saat melakukan praktikum dan dalam menuis laporan ini. Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki Laporan Praktikum Biologi Umum ini. Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari laporan ini kita dapat mengambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi dan pembelajaran terhadap pembaca maupun bagi penulis.

Indralaya, November 2018

Penulis

iii

DAFTAR ISI Halaman depan

i

Lembar Pengesahan

ii

Kata Pengantar

iii

Daftar Isi

iv

BAB 1 PENDAHULUAN

1

1.1. Latar Belakang

1

1.2. Tujuan Kuliah Lapangan

3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

4

2.1. Kuliah Lapangan

4

2.2. Bukit Kaba

4

2.3. Fauna

5

2.3 Serangga

5

BAB 3 METODE KULIAH LAPANGAN

7

3.1. Waktu dan Tempat

7

3.2. Alat dan Bahan

7

3.3. Cara Kerja

7

BAB 4 HASIL DAN DESKRIPSI

8

BAB 5 KESIMPULAN

12

Daftar Pustaka

13

Lampiran

14

iv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kupu-kupu merupakan salah satu hewan yang masuk kedalam kelas insecta atau serangga. Kupu-kupu memiliki banyak spesies yang dapat diamati melalui morfologinya, terutama pada bagian sayapnya. Serangga satu ini biasanya aktif di siang hari (Rhopalocera istilahnya butterfiels), namun ada juga yang aktif di malam hari (Kamal et al., 2014). Rhopalocera dapat ditemukan pada habitat yang bervariasi tetapi selalu bergabung dengantumbuhan yang tinggi, khususnya Angiospermae (tumbuhan berbiji tertutup). Pada tumbuhan tersebut Rhopalocera dapat memperoleh makanan yang dihasilkan pada bagian-bagian tertentu tumbuhan diantaranya; nektar. Rhopalocera mempunyai nilai ekonomi yang sangat besar. Larva dari kebanyakan Rhopalocera adalah pemakan tumbuhan dan dapat juga menjadi hama dari tanaman budidaya (Kamal et al., 2014). Umur Lepidoptera pun bervariasi, ada yang hanya satu minggu, ada juga yang hidupnya hampir satu tahun, tergantung pada spesiesnya apa. Pesona dan kecantikan dari kupu-kupu biru yang memiliki perpaduan warna dari biru langit dan hitam di perbatasan sayap dan pinggir sayap. Perbedaan mendasar kupu-kupu biru yang jantan dan yang betina adalah warna dan ukuran sayapnya yang lebih cerah dan lebih lebar (Purwowidodo, 2015). Anggota kelompok kupu-kupu tersebut umumnya berukuran kecil. Berwarna biru, ungu, atau oranye dengan bercak metalik, hitam, atau putih. Biasanya jantan berwarna lebih terang daripada betina. Banyak jenis memiliki ekor sebagai perpanjangan sayap belakang dan umumnya dijumpai pada hari yang cerah dan di tempat yang terbuka. Beberapa anggota sukunya bersimbiosis mutualisme dengan semut, di mana ulat memanfaatkan semut untuk menjaganya dari serangan parasit, dan semut mendapatkan cairan manis yang dikeluarkan pada ruas ketujuh abdomen ulat tersebut (Purwowidodo, 2015).

1

Universitas Sriwijaya

2

Populasi kupu-kupu biru masih banyak di jumpai di alam terbuka bahkan di halaman rumah-rumah penduduk yang memiliki tanaman-tanaman bunga. Selain yang berukuran kecil, kupu-kupu biru juga memiliki banyak jenis lainnya dari ukuran sedang maupun besar. Contohnya, Silvery blue butterfly, merupakan jenis kupu-kupu kecil berwarna biru yang dapat ditemui di Amerika Utara dan Kanada. Ukurannya juga bervariasi sesuai dengan daerah asalnya dan jenis makanannya adalah tanaman inang (Purwowidodo, 2015). Selanjutnya Purple spotted swallowtail, adalah jenis kupu-kupu yang tidak diragukan lagi keindahannya, habitatnya saat ini semakin terancam. Kupu-kupu indah yang berasal dari keluarga Papillionidae merupakan jenis kupu-kupu yang sangat langka. Blue morphov, jenis kupu-kupu yang satu mempunyai warna biru metalik, mengkilap dengan lebar sayap 8 inchi. Sayangnya hewan cantik yang ditemukan di Amerika Tengah dan Selatan serta Mexico keberadaannya terancam punah dan langka. (Purwowidodo, 2015). Oleh karena itu, penjagaan dan perawatan terhadap lingkungan sekitar juga sangat

diperlukan

dalam

pelestarian

keanekaragaman

kupu-kupu

biru.

Kelangkaan dapat terjadi akibat banyak faktor. Misalnya habitatnya terganggu, perburuan liar, dan lain halnya. Sehingga tak jarang ada yang melakukan konservasi terhadap kupu-kupu dan riset berupa insectarium guna mengabadikan spesies kupu-kupu biru maupun spesies lainnya (Purwowidodo, 2015). Pembuatan insectarium serangga dengan pengawetan menggunakan alkohol atau juga formalin. Guna formalin atau alkohol adalah menjaga baik warna, bentuk, dan tidak merusak bagian-bagian tubuh serangga. Selain itu dalam hal konservasi dilakukan melalui upaya pengembangbiakan suatu spesies di habitat aslinya, yang dilakukan dengan mengadakan perlindungan dan pelestarian spesies beserta ekosistem tempat tinggal spesies berada, sehingga konservasi tidak hanya mengembangkan spesies

langka namun

juga harus

berupa penjagaan,

pemeliharaan lingkungan hidup sekitar spesies dari kerusakan juga perlu dilakukan akan spesies terus melanjutkan keturunan (Purwowidodo, 2015).

Universitas Sriwijaya

3

1.2

Tujuan Kuliah Lapangan Oleh karena itu berdasarkan latar belakang tersebut sehingga tujuan kuliah

lapangan ini adalah sebagai berikut. 1.2.1 Untuk melaksanakan program kurikulum praktikum Biologi Umum FMIPA Universitas Sriwijaya. 1.2.2 Untuk memperdalam wawasan mahasiswa tentang flora dan fauna di kawasan Bukit Kaba Curup, Bengkulu. 1.2.3 Untuk memperkenalkan mahasiswa tentang penerapan ilmu Biologi dalam kinerja penelitian. 1.2.4 Untuk melatih mahasiswa merencanakan dan mengelola suatu kegiatan, serta bekerja sama dalam tim.

Universitas Sriwijaya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kuliah Lapangan Program studi S-1 Biologi mewajibkan mahasiswa mengambil mata kuliah Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang merupakan salah satu bentuk kegiatan mahasiswa untuk menambah wawasan ilmu dan wawasan secara praktis. praktek kerja lapangan merupakan kegiatan yang dilakukan diluar kampus untuk menerapkan dan membandingkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama kuliah dalam bentuk praktek kerja pada instansi Pemerintah maupun Swasta (Hayati, 2012). Praktek kerja lapangan juga merupakan sarana mempersiapkan lulusan sarjana biologi di dunia kerja. Dengan kegiatan tersebut diharapkan lulusan program studi S-1 Biologi lebih kompeten dan profesional dalam menitih dunia kerja kegiatan PKL mempunyai makna yang mendasar supaya mahasiswa dapat lebih mengenal kegiatan nyata di dunia kerja dengan ruang lingkup keilmuan biologi. Selain itu, PKL sebagai ajang persiapan dalam memasuki dunia kerja dan kegiatan studi banding dengan industri atau instansi di luar kampus (Hayati, 2012). 2.2 Bukit Kaba Kawasan Wisata Bukit Kaba dikelola sebagai Taman Wisata Alam oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bengkulu. Taman Wisata Alam Bukit Kaba terletak di dua kabupaten yaitu Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang yang memiliki luas 14.650,51 hektar. Meskipun dikelola sebagai taman wisata alam, seluruh kawasan tidak diperuntukkan sebagai tempat aktivitas wisata (Bermani, 2008). Sebagian wilayah lainnya didedikasikan untuk perlindungan habitat berbagai jenis tumbuhan dan satwa liar, pemulihan ekosistem, dan pemanfaatan tradisional oleh masyarakat sekitar. Secara geografis kawasan Taman Wisata Alam Bukit Kaba terletak pada 102° 33’ 12.47” - 102° 44’ 7.17” BT dan 3° 28’ 54.47” - 3° 37’ 54.4” LS. Keunikan utama kawasan wisata adalah satu-satunya destinasi wisata alam berbasis fenomena vulkanis di Provinsi Bengkulu.Selain itu memiliki

4

Universitas Sriwijaya

5

pemandangan pegunungan dengan nilai keindahan sangat menakjubkan yang didukung kondisi ekosistem hutan dan kehidupan tumbuhan satwa liar yang masih alami. Namun, hingga kini kawasan ini belum terkelola dan termanfaatkan dengan baik (Bermani, 2008). Jika pengelolaan wisata alam Bukit Kaba dapat dilakukan dengan baik, maka akan berdampak pada peningkatan perekonomian masyarakat sekitar kawasan. Indikator yang dapat digunakan di antaranya adalah semakin menggeliat penyerapan tenaga kerja melalui sektor wisata alam, peningkatan jasa rumah makan, jasa souvenir, pemondokan tradisional, pasar tradisional hasil pertanian, dan jasa transportasi. Kurang maksimalnya pengelolaan wisata Taman Wisata Alam Bukit Kaba disebabkan oleh tingginya gangguan terhadap keutuhan kawasan secara keseluruhan. Bentuk gangguan terhadap kawasan diantaranya adalah pemanfaatan lahan non prosedural untuk pertanian dan perkebunan, penebangan kayu, dan perburuan satwa liar (Bermani, 2008). 2.3 Fauna Fauna di Indonesia terbagi atas tiga bagian. Pesebaran ini dikelompokan berdasarakan pengamatan serta garis persebaran yang dibuat oleh Wallace dan Weber. Fauna persebaran di Indonesia sama dengan pola persebaran tumbuhan, yaitu di bagian Barat, pada fauna bagian Barat memiliki kemiripan dengan fauna Asia, di bagian timur faunanya mirip dengan fauna Australia, diantara kedua daerah tersebut, terdapat fauna peralihan. Faunanya memiliki ciri tersendiri yang tidak ditemukan di tempat lainnya di daerah Indonesia. Hal tersebut dikarenakan pada zaman es Indonesia pernah menyatu dengan Asia dan Australia, pada masa itu Indonesia menjadi jembatan persebaran hewan dari Asia dan Australia. Oleh karenanya Indonesia memiliki banyak jenis fauna yang tersebar di seuruh bagian Nusantara (Christanto, 2008). 2.4 Serangga Serangga merupakan hewan kelompok filum Arthopoda yang memiliki siklus hidup dari telur hingga menjadi dewasa dan mempunyai kaki beruas-ruas, tubuh bilateral simetris dan dilapisi oleh kutikula yang keras (exoscleton). Serangga digolongkan dalam kelas insekta (hexapoda), karena memiliki 6 buah

Universitas Sriwijaya

6

(3 pasang) kaki yang terdapat di daerah dada (thorax). Jumlah kaki tersebut menjadi ciri khas serangga yang membedakanya dengan hewan lain dalam filum Arthropoda seperti laba-laba (arachnida), kepiting (decapoda), udang (crustacea), lipan dan luwing (myriapoda) (Jumar, 2000). Serangga dapat ditemukan hampir di semua ekosistem. Serangga yang berperan sebagai pemakantanaman disebut hama, tetapi tidak semua serangga berbahaya bagi tanaman. Ada juga serangga berguna seperti serangga penyerbuk, pemakan bangkai, predator dan parasitoid. setiap serangga mempunyai sebaran khas yang dipengaruhi oleh biologi serangga, habitat dan kepadatan populasi (Putra, 1994). Keanekaragaman makhluk hidup dapat ditandai dengan adanya perbedaan warna, ukuran, bentuk, jumlah, tekstur, penampilan, dan sifat-sifat lainnya. Untuk dapat mengenal makhluk hidup khususnya pada hewan berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya dapat dilakukan melalui pengamatan ciri-ciri morfologi, habitat, caraberkembang biak, jenis makanan, tingkah laku, dan beberapa ciri lain yang dapat diamati. Serangga sering mempunyai ukuran dan penampilan yang mencolok dan juga dapat memproduksi suara dan kadang-kadang bisa menjadi hama yang merusak (Siregar et al., 2014). Sebagian dari serangga ini tergolong fitofag, sementara yang lain hidup di sampah atau serangga lainnya. Beberapa mengkonsumsi tanaman dan makanan hewan sementara yang lain hidup di lumut dan tidak signifikan untuk pertanian. Serangga ini sangat sensitif terhadap faktor lingkungan, seperti temperatur, kelembaban, cahaya dan getaran. Pembuatan insectarium berguna untuk pelestarian serangga dengan pengawetan menggunakan alkohol atau juga formalin. Guna formalin atau alkohol adalah menjaga baik warna, bentuk, dan tidak merusak bagian-bagian tubuh serangga. (Siregar et al., 2014).

Universitas Sriwijaya

BAB 3 METODE KULIAH LAPANGAN 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan sampel serangga dalam kegiatan kuliah lapangan ini dilakukan di hutan Bukit Kaba Curup dan Villa Hijau, kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu pada 26- 28 Oktober 2018. 3.2 Alat dan Bahan Adapun alat yang digunakan dalam pengambilan sampel serangga ini adalah 3 buah botol selai, 1 buah jarring kupu-kupu, 30 buah jarum pentul dan 1 buah stearofoam. Sedangkan bahan yang dipakai dalam pengambilan sampel adalah 1 liter alkohol 70% dan 5 buah kantung kertas minyak 3.3 Cara Kerja Cara Kerja yang dilakukan dalam pengambilan sampel serangga terdiri dari dua jenis, yaitu pengambilan serangga tanah dan pengambilan serangga terbang. Pengambilan serangga tanah digunakan metode Fit Fall Trap, langkah kerjanya adalah pertama botol selai diisi dengan alkohol dengan ketinggian volume 1 -2 cm dari permukaan dasar botol selai, kemudian digali tanah dengan kedalaman yang disesuaikan dengan tinggi botol selai, selanjutnya botol selai dimasukan kedalam tanah dengan posisi di belakang botol selai sebagai penanda, biarkan botol selai tersebut selama kurang lebih 8 jam, serangga yang terperangkap dimasukan ke dalam botol selai baru yang telah terisi alkohol untuk disimpan di laboratorium Sedangkan dalam pengambilan sampel serangga terbang dapat menggunakan jaring, langkah kerja untuk mengambil sampel adalah mengamati serangga yang terbang disekitar lingkungan, jaring diangkat dan diarahkan ke arah datangnya serangga terbang, kemudian menangkap serangga terbang, serangga dipindahkan dari jaring-jaring ke dalam kantung segitiga kertas minyak, meletakan serangga di atas stierofoam menggunakan jarum petul agar tidak bergerak.

7

Universitas Sriwijaya

BAB 4 HASIL DAN DESKRIPSI Berdasarkan hasil pengambilan sampel yang telah dilakukan, penulis mendapatkan empat jenis spesies, diantaranya adalah 3 jenis kupu kupu dan 1 jenis laba-laba. Untuk penjelasan lebih rinci mengenai spesies yang didapat,berikut adalah deskripsi masing-masing spesies. 5.1 Nyctemera lacticinia Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Lepidoptera

Famili

: Erebidae

Genus

: Nyctemera

Spesies

: Nyctemera lacticinia

Deskripsi : Kupu-kupu merupakan serangga yang termasuk dalam bangsa Lepidoptera, artinya serangga yang hampir seluruh permukaan tubuhnya tertutupi oleh lembaran-lembaran sisik yang memberi corak dan warna sayap kupu-kupu. Menurut Borror et al. (1992), Lepidoptera dibedakan menjadi dua kelompok besar berdasarkan ukuran rata-rata tubuhnya, yaitu mikrolepidoptera untuk jenis yang berukuran lebih kecil (sebagian besar ngengat) dan makrolepidoptera untuk yang berukuran lebih besar . Struktur tubuh kupu-kupu terbagi menjadi 3 bagian yaitu kepala (caput), dada (torak), dan perut (abdomen) dengan 3 pasang kaki dan 2 pasang sayap di bagian torak. Alat kelamin Lepidoptera terdapat pada bagian ujung ruas abdomennya. Tubuh Lepidoptera dilapisi oleh eksoskeleton atau rangka luar berupa lapisan kitin dan tersusun dalam segmen-segmen seragam yang dipisahkan oleh membran fleksibel. Kupu-kupu dengan spesies ini terdapat banyak disekitar daerah kawasan wisata Bukit Kaba.

8

Universitas Sriwijaya

9

5.2 Delias descombesi Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Lepidoptera

Famili

: Pieridae

Genus

: Delias

Spesies

: Delias descombesi

Deskripsi : Berdasarkan hasil pengambilan sampel yang dilakukan didapatkan jenis serangga terbang dengan nama spesies Delias descombesi yang merupakan kelopok serangga kupu-kupu. Kupu-kupu merupakan serangga yang termasuk dalam bangsa Lepidoptera, artinya serangga yang hampir seluruh permukaan tubuhnya tertutupi oleh lembaran-lembaran sisik yang memberi corak dan warna sayap kupu-kupu. Sayap kupu-kupu Delias descombesi ini mempunyai corak berwarna yang cerah, pada sayap luar berwarna didominasi oleh warna kuning dan sekitit bulatan berwarna merah dan totolan berwarna putih dan hitamsedangkan sayap dalamnya memiliki pigmen berwarna putih. Menurut Borror et al. (1992), Lepidoptera dibedakan menjadi dua kelompok besar berdasarkan ukuran rata-rata tubuhnya, yaitu mikrolepidoptera untuk jenis yang berukuran lebih kecil (sebagian besar ngengat) dan makrolepidoptera untuk yang berukuran lebih besar (anak bangsa Rhopalocera dan sebagian Heterocera). Dari ukuran kupu-kupu ini terkategorikan berukuran sedang namun sudah mencapai umur dewasa. Dalam pengamatan sebelum sampel ditangkap menggunakan jaring, kupu-kupu ini terbang dengan ketinggian sekitar 4-6 m dari atas permukaan tanah, dan spesies ini tidak terlalu banyak ditemukan dikawansan Bukit Kaba Curup.

Universitas Sriwijaya

10

5.3 Apantesis phalerata Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Lepidoptera

Famili

: Erebidae

Genus

: Apantesis

Spesies

: Apantesis phalerata

Deskripsi : Kupu-kupu dalam pengelompokan atau klasifikasinya berasal dari beberapa kelompok famili, seperti Papilonidae, Pieredae, Nymphalidae, Lycaenidae, Hesperiidae, dan Riodae. Kupu-kupu biru tak jauh berbeda dengan kupu-kupu pada dasarnya. Dilihat dari morfologinya banyak kesamaan yang membedakan hanya warna biru dan corak dari sayapnya. Menurut Rahman et al. (2018), bahwa kupu-kupu memiliki badan yang dilengkapi dua pasang sayap. Badan kupu-kupu terdiri dari kepala, toraks (bagian tengah), dan abdomen. Pada sayap memiliki sisik yang dapat berperan sebagai hormon selama proses perkawinan. Kupu-kupu mengalami siklus hidup yang dinamakan metamorphosis sempurna yang dimulai dari stadium telur, larva (ulat), pupa (kepompong), dan imago (dewasa). Kupu-kupu mempunyai nama latin Rhopalocelara. Menurut Kamal et al. (2014), Rhopalocera merupakan hewan invertebrata yang memiliki dua sayap sehingga dapat terbang. Rhopalocera tubuhnya terbungkus oleh kitin, sehingga dapat menjaga daya adaptasi yang besar terhadap lingkungan. Rhopalocera hidup di tempat yang memiliki kisaran suhu minimun 15C, kisaran suhu optimun 25C, dan kisaran suhu maksimun 45C.

Universitas Sriwijaya

11

5.4 Plexippus paykulli Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Aracnida

Ordo

: Araneae

Famili

: Salticidae

Genus

: Plexippus

Spesies

: Plexippus paykulli

Deskripsi Berdasarkan hasil pengambilan sampel di lapangan dengan menggunakan metode Fit Fall Trap didapatkan jenis laba-laba dengan spesies Plexippus paykulli yang tergolong kedalam famili Salticidae. Berdasarkan Syafriyansyah (2016), famili salticidae merupakan famili yang mudah beradaptasi dan memiliki persebaran yang luas, sehingga tidak memiliki sarang untuk menjebak mangsa karena laba-laba ini memiliki tipe pemburu yang akan mengikuti dan menerkam mangsa dengan pemanfaatan indera penglihatan dan kemampuan untuk melompat jauh. Laba-laba ini memiliki mata yang sangat besar sebagaimana dalam Syafriyansyah (2016), bahwa famili salticidae mudah dikenali melalui pola mata yang memii empat pasang mata dengan mata median anterior yang sangat besar yang tersususn atas tiga baris Dari hasil pengamatan spesies ini memiliki ciri khas seperti laba-laba biasannya yaitu memiliki

delapan kaki, memiliki tubuh

berwarna cokelat dengan ukuran kecil sampai medium serta bertungkai panjang, setiap kakinya memiliki bulu-bulu kecil dan tipis. Selain itu, laba-laba ini memiliki dua segmen tubuh

Universitas Sriwijaya

BAB 5 KESIMPULAN Adapun kesimpulan dari kuliah lapangan ini adalah sebagi berikut : 1.

Praktek Kuliah Lapangan merupakan aktivitas akademis yang wajib diikuti oleh mahasiswa setiap Universitas di Indonesia.

2.

Praktek Kuliah Lapangan bertujuan untuk mengaplikasikan segala ilmu pengetahuan yang diperoleh dan mengkonstruksikan kepribadian mahasiswa di lapangan.

3.

Kawasan Wista Bukit Kaba di dedikasikan untuk perlindungan habitat berbagai jenis tumbuhan dan satwa liar, pemulihan ekosistem dan pemanfaatan teknologi tradisional oleh masyarakat sekitar.

4.

Hasil Praktek Kuliah Lapangan di peroleh dengan mendapatkan beragam jenis serangga, antara lain: Nyctemera lactinicia, Delias descombesi, dan Plexippus setipes.

5.

Keragaman jenis fauna di Kawasan Wisata Bukit Kaba menjadi destinasi tersendiri bagi masyarakat lokal dan masyarakat di luar lokal, apalagi kupukupu di kawasan Bukit Kaba masih memiliki pigmen yang terang dan mencolok.

12

Universitas Sriwijaya

DAFTAR PUSTAKA Bermani, A. 2008. Pengembangan Paket Wisata Alam di Taman Wisata Alam Bukit Kaba Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu. IPB : Bogor. Borror, D. J., C. A. Triplehorn dan N. F. Jonhson.1992. Pengenalan Pelajaran Serangga. Universitas Gajah Mada : Yogyakarta. Christanto, I. 2008. Flora dan Fauna. Modul Geografi 1.10. Hayati. 2012 . Kuliah Lapangan. Sekolah dan Ilmu Hayati : Institut Teknologi Bandung. Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. PT Rineka Cipta : Jakarta. Kamal, S., Hasanuddin., dan Hayatul. 2014. Keanekaragaman Rophalacera di Peegunungan Mata Kecamatan Darul Imarah. Jurnal Biotik. 2 : 77-173. Purwowidodo. 2015. Studi Keaanekaragaman Hayati Kupu-Kupu (Sub Ordo Rhopalacera) dan Peranam Ekologisya. Karya Tulis Ilmiah. UIN Walisongo: Semarang. Putra, N. S. 1994. Serangga di Sekitar Kita. Kanisius : Yogyakarta. Rahman, A,. 2018. Kartikawati, M.S,. Rifanjani, S. Jenis Kupu-Kupu di Berbagai Tipe Habitat pada Kawasan Hutan Lampung Ambawang Sungai deras Kecamatan Teluk Pakedai Kabupaten Kubu Raya. Jurnal Hutan lestari. 6 (1) : 98-106. Siregar, A.S, Bakti, Dharma. 2014. Keanekaragaman Jenis Serangga di Berbagai Tipe Lahan Sawah. USU : Medan. Syafriyansyah, G.M, Setiawati, R.T, Yanti, H.A. 2016. Karakter Morfologi Labalaba yang ditemukan di Spasi Area Hutan Bukit Tanjung Datuk Kabupaten Sampas. Universitas Tanjungsurah : Pontianak.

13

Universitas Sriwijaya

LAMPIRAN

Nyctemera lactinicia

Delias descombesi

Apantesis phalerata

Plexippus paykulli

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018).

14

Universitas Sriwijaya

Related Documents

Insecta Revisi 4.pdf
April 2020 11
Insecta
December 2019 11
Revisi Bkd.docx
May 2020 23
Revisi Kb.docx
October 2019 39
Revisi 1rtff
May 2020 23

More Documents from "AshfiAlfafani"