KORUPSI DALAM PERSPEKTIF AGAMA ISLAM Berita Korupsi seolah seperti sarapan, makan siang dan makan malam bagi masyarakat Indonesia, tanpa henti terus terberitakan bahkan dengan pelaku yang berbeda-beda. Pelaku korupsi lebih terkenal mencoba mengalahkan para aktor bintang sinetron, karena pada hakekatnya mereka merupakan aktor yang bermain peran Protagonis berperilaku seolah berjuang demi rakyat, berkoar seolah hidupnya di dedikasikan untuk rakyat, padahal di belakang layar mereka adalah para Antagonis yang profesional, menyemai kehidupan dari hasil sikut uang rakyat, untuk memenuhi perut buncit mereka. Korupsi atau rasuah (bahasa latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok adalah tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang di kuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak. Kata korupsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) merupakan penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan, organisasi, yayasan, dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Korupsi adalah penyakit yang menjijikkan, mengerikan, dan mendatangkan malapetaka bagi siapa saja yang ada di sekitarnya. Penyakit ini lebih bahaya dari penyakit jenis lainnya bahkan penyakit jantung sekalipun, seorang yang terkena penyakit jantung biasanya yang menderita dan merasakan sakit hanya seorang saja, tetapi berbeda dan berbalik dengan orang yang terinfeksi penyakit korupsi, seorang yang terinfeksi justru merasakan kesenangan, kemewahan, dan kehidupan yang gemerlap, justru orang yang di sekitarnya mengalami kesengsaraan, kemiskinan dan kesusahan. Penyakit ini bukan timbul karena pola makan yang tidak sehat juga bukan karena tidak makan makanan empat sehat lima sempurna, tetapi penyakit ini timbul karena tidak pernah puasnya manusia dan tidak bisa bersyukur atas nikmat yang telah Tuhan berikan kepanya. Tidak ada agama di dunia yang membenarkan korupsi, semua menolak dengan tegas begitu pun dengan Agama Islam,jelas di sebutkan di dalam AlQur’an Surah Al-Baqarah ayat 188 yang artinya”dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (dengan jalan) dosa, padahal kamu mengetahui.” Dari ayat ini di jelaskan bahwa Allah melarang hambanya untuk mencari harta dengan cara yang tidak baik, yang akan menimbulkan kerusakan di muka bumi, dan juga Allah melarang janganlah mencari pembenaran untuk membenarkan kesalahan yang nyata, menghalalkan segala cara padahal tau perbuatan itu dosa. Begitu pun dengan Hadist larangan untuk korupsi, Rasulullah SAW bersabda yang artinya “barang siapa di antara kamu minta mengerjakan sesuatu untuk kami, kemudian ia menyembunyikan satu alat jahit (jarum) atau lebih dari
itu, maka perbuatan itu ghulul (korupsi) harus di pertanggungjawabkan nanti di hari kiamat. (HR.Muslim). Dari hadist ini jelas larangan yang di sampaikan Rasulullah Saw untuk menjauhkan diri dari perbuatan korupsi sekecil apapun bentuk korupsinya bahkan jarum sekalipun. Apakah pelaku korupsi adalah orang-orang yang tidak punya pendidikan? Ternyata tidak mereka justru orang-orang yang memiliki jenjang pendidikan yang memadai bahkan pendidikan yang mereka tempuh tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di luar negeri dengan kualitas pendidikan tingkat dunia. Lalu apa mereka tidak punya agama, atau agama tidak sampai pada mereka? Lagi-lagi tidak mereka bahkan ada yang menjabat sebagai Menteri Agama. Sebenarnya mereka sadar korupsi itu salah merugikan banyak manusia, mereka paham korupsi itu dosa besar lalu kenpa masih korupsi?, kembali lagi kepada diri masing-masing ketika hasrat ingin hidup mewah dan berkecukupan mendorong diri untuk berperilaku korup, bahkan rasa bersalah karena merugikan orang banyak tidak lagi mnjadi penghalang untuk korupsi dan juga agama tidak lagi di pandang sebagai ajaran yang di ikuti secara mutlak. Jika seorang sudah masuk ketingkat ini maka agama tidak penting lagi baginya bahkan Al-Qur’an pun di jadikan suatu bahan korupsi, innalillahi. Begitu kompleks permasalahan korupsi ini mulai dari kurang tegasnya penegakan hukum terhadap pelaku korupsi sampai begitu mudahanya di lembaga peradilan para hakim untuk di bayar sehingga bisa meloloskan orang-orang yang terbukti korupsi untuk tidak bisa di hukum. Lalu bagaimana solusi dari permasalahan ini semua? Pertama, melalui pendidikan di keluarga sebelum seorang anak menempuh pendidikan dasar tanamkan pada dirinya untuk berbicara, berbuat, dan mengambil keputusan dengan cara jujur. Jika si anak salah jangan pernah menyalahkan orang lain atau kakaknya, karena hal ini bisa menyebabkan si anak berfikir ia adalah orang yang tidak pernah salah dan tidak bisa di salahkan. Kedua, jauhkan diri kita dari perbuatan yang mengarahan kepada perilaku korupsi, misal sebagai mahasiswa kita menjadi bendahara di kelas, maka hal itu berpeluang membuat kita menyelewengkan uang milik teman kita, lalu tanamkan komitmen pada diri kita, ini bukan uang saya dan saya adalah orang yang jujur serta amanah, jika kita sadar seperti itu saya yakin kita akan jauh dari perilaku korupsi. Dan ketiga, dekatkan diri kita dengan agama, pelajari agama dengan sebaikbaiknya, pahami mana ajaran tuhan mana larangannya dan ikuti itu semua, insyaallah tidak akan berani kita untuk berbuat dan berperilaku korupsi.