Indeks Kondisi Perkerasan (IKP) ASTM D6433 Standard Practice for Roads and Parking Lots Pavement Condition Index (PCI) Survey
Pavement Condition Index • US Army Corps of Engineers (1976 – 1994) • ASTM D6433 - 16. “Standard Practice for Roads and Parking Lots Pavement Condition Index (PCI) Survey” • Pd-01-2016-B. “Pedoman Penentuan Indeks Kondisi Perkerasan (IKP)” • ASTM D5340-12. “Standard Test Method for Airport Pavement Condition Index Surveys” • Ditjen Perhubungan Udara
Indeks Kondisi Perkerasan (IKP) • IKP merupakan indeks yang mengindikasikan: – Keutuhan struktur perkerasan – Kondisi operasional permukaan
• Indeks Numerik: – dari 0 (kondisi rusak total) – hingga 100 (kondisi sempurna).
• Memberikan gambaran mengenai penyebab kerusakan: – kaitan dengan beban atau – iklim
Indeks Kondisi Perkerasan (IKP) • Ditetapkan berdasarkan survei visual: 1. Jenis kerusakan 2. Tingkat kerusakan 3. Kuantitas kerusakan
• 3 Faktor yang menentukan derajat kerusakan perkerasan digabung menjadi SATU indeks (IKP). • Pengaruh 3 Faktor yang menentukan derajat kerusakan perkerasan dinyatakan sebagai Faktor Pengurang (Deduct Values).
Grafik Faktor Pengurang Jenis kerusakan
Faktor Pengurang
Kerapatan (density)
Tingkat kerusakan
IKP = 100 – FAKTOR PENGURANG
Individu Nilai Pengurang Nilai Pengurang Terkoreksi
Skala Penilaian
Manfaat IKP • PMS harus mampu untuk: – Menentukan kondisi perkerasan saat ini – Memprediksi kondisi di masa depan
• IKP dapat digunakan untuk: – menyatakan kondisi perkerasan dalam satu indeks secara lebih terukur (objektif) – mengidentifikasi waktu dan jenis penanganan – diekstrapolasi untuk mengidentifikasi volume penanganan – diekstrapolasi untuk membobot penyebab kerusakan.
IKP, Waktu & Biaya Penanganan
Ekstrapolasi Kuantitas Kerusakan Perkerasan
• Sampling Result Extrapolasi • Contoh: – Surface type: asphalt concrete – Luas area: 24,500 sq ft – Jumlah unit sampel dalam segmen: 10 – 5 unit sampel diperiksa secara acak.
Ekstrapolasi Kuantitas Kerusakan Perkerasan
Example, cont.: Sample Unit ID
Sample Unit Area (ft2)
02 04 06 08 10 Total Random
2500 2500 2500 2500 2000 12000 Average density = 12000/600 Extrapolated quantity is
Medium Severity Alligator Cracking (ft2) 100 200 150 50 100 600 0.05 0.05 x 24500 = 1225 sq ft
Contoh • Ekstrapolasi hasil PCI dan penyebab kerusakan perkerasan lentur pada Ruas Lempake – Sambera Kode Sample Unit
Jenis Kerusakan (Distress Type)
Tingkat Keparahan (Severity)
Luas Sample Unit
Total
m2
Rata-rata Density (%)
5.6 m2 51.1 m2 44.2 m2
6,480.0
Luas Segmen (m2) 131,370.0
6,480.0
131,370.0
0.79%
6,480.0
131,370.0
0.68%
12.4 m2 1.5 m2
6,480.0
131,370.0
0.19%
6,480.0
131,370.0
0.02%
0.1 m2 0.6 m2
6,480.0
131,370.0
0.0014%
6,480.0
131,370.0
0.009%
1.0 m2 7.5 m2
6,480.0
131,370.0
0.015%
6,480.0
131,370.0
0.11%
m2 m m m m m m m m m m2
6,480.0 6,480.0 6,480.0 6,480.0 6,480.0 6,480.0 6,480.0 6,480.0 6,480.0 6,480.0 6,480.0
131,370.0 131,370.0 131,370.0 131,370.0 131,370.0 131,370.0 131,370.0 131,370.0 131,370.0 131,370.0 131,370.0
0.10% 0.05% 0.99% 0.02% 1.31% 3.61% 4.95% 1.09% 0.32% 0.69% 0.0006%
12.0 m2
6,480.0
131,370.0
0.19%
m2 pcs pcs
6,480.0 6,480.0 6,480.0 6,480.0
131,370.0 131,370.0 131,370.0 131,370.0
3.53% 0.08% 0.14% 0.19%
6,480.0
131,370.0
0.0005%
6,480.0
131,370.0
0.0046%
6,480.0
131,370.0
0.55%
M
35.7 m2 1.0 m2
6,480.0
131,370.0
L
1165.5 m2
6,480.0
131,370.0
1
Retak buaya (Alligator Cracking)
L
1
Retak buaya (Alligator Cracking)
M
1
Retak buaya (Alligator Cracking)
H
2
Kegemukan (Bleeding)
L
2
Kegemukan (Bleeding)
M
3
Retak blok (Block Cracking)
L
3
Retak blok (Block Cracking)
M
5
Bergelombang / keriting (Corrugation)
L
6
Amblas (Depression)
L
6 7 7 7 9 9 9 10 10 10 11
Amblas (Depression) Retak pinggir (Edge Cracking) Retak pinggir (Edge Cracking) Retak pinggir (Edge Cracking) Lajur/bahu jatuh (Lane/Shoulder Drop Off) Lajur/bahu jatuh (Lane/Shoulder Drop Off) Lajur/bahu jatuh (Lane/Shoulder Drop Off) Retak memanjang & melintang (Long & Trans Cracking) Retak memanjang & melintang (Long & Trans Cracking) Retak memanjang & melintang (Long & Trans Cracking) Tambalan/ galian utilitas (Patching & Util Cut Patching)
M L M H L M H L M H L
11
Tambalan/ galian utilitas (Patching & Util Cut Patching)
M
12 13 13 15
Agregat licin (Polished Aggregate) Lubang (Potholes) Lubang (Potholes) Alur (Rutting)
L H M
16
Sungkur (Shoving)
L
16
Sungkur (Shoving)
M
17
Retak slip (Slippage Cracking)
L
17
Retak slip (Slippage Cracking)
19
Pelapukan & butiran lepas (Weathering/Raveling)
6.3 3.5 64.0 1.0 85.0 234.0 321.0 70.8 20.5 45.0 0.04 229.0 5.0 9.0 12.6
m2 0.03 m2 0.3 m2
0.09%
Ekstrapolasi Hasil 114 m2 1036 m2 896 m2
Deduct Value
Penyebab
4
Load
20
Load
27
Load
252 m2 30 m2
1
Other
3
Other
2 m2 12 m2
0
Climate
0
Climate
20 m2 151 m2
1
Other
4
Other
m2 m m m m m m m m m m2
9 0 5 8 2 5 8 0 0 7 0
Other Load Load Load Other Other Other Climate Climate Climate Other
243 m2
4
Other
m2 pcs pcs
2 2 22 7
Other Load Load Load
0
Load
128 71 1297 20 1723 4744 6508 1435 416 912 1 4643 101 182 255
m2 1 m2 6 m2
4
Load
3
Other
0.02%
724 m2 20 m2
2
Other
17.99%
23628 m2
7
Climate
Kuantitas kerusakan Jenis & kuantitas penanganan cost
NO
RUAS JALAN
TOTAL
NILAI PCI
NO
RUAS JALAN
TOTAL
NILAI PCI
1
Sp. Samboja - Bts. Kt. Balikpapan (STA 77+034 - 79+134)
153,628,407
60
17
Sp.3 Lempake - Sp.3 Sambera (STA 26+300 - 28+700)
266,778,232
61
2
Sp. Samboja - Bts. Kt. Balikpapan (STA 79+134 - 83+034)
118,605,966
65
18
Sp.3 Lempake - Sp.3 Sambera (STA 28+700 - 32+900)
98,714,313
89
3
Sp. Samboja - Bts. Kt. Balikpapan (STA 83+034 - 85+134)
82,414,185
74
19
Sp.3 Lempake - Sp.3 Sambera (STA 32+900 - 35+900)
148,679,005
77
4
Sp. Samboja - Bts. Kt. Balikpapan (STA 85+134 - 86+134)
166,776,810
48
20
Sp.3 Lempake - Sp.3 Sambera (STA 35+900 - 36+500)
559,534,619
34
5
Sp. Samboja - Bts. Kt. Balikpapan (STA 86+134 - 87+834)
78,929,462
90
21
Sp.3 Sambera - Santan - Bontang (STA 37+500 - 57+300)
307,653,963
32
6
Sp. Samboja - Bts. Kt. Balikpapan (STA 87+834 - 89+634)
79,896,373
81
22
Sp.3 Sambera - Santan - Bontang (STA 57+300 - 68+300)
131,843,021
63
7
Bts. Kt. Samarinda - Sp. Samboja (STA 3+900 - 13+800)
185,624,044
70
23
Sp.3 Sambera - Santan - Bontang (STA 68+300 - 77+100)
255,936,250
6
8
Bts. Kt. Samarinda - Sp. Samboja (STA 13+800 - 25+800)
187,266,301
64
24
Sp.3 Sambera - Santan - Bontang (STA 77+100 - 94+700)
233,478,551
55
9
Bts. Kt. Samarinda - Sp. Samboja (STA 25+800 - 37+800)
210,852,587
62
25
Sp.3 Sambera - Santan - Bontang (STA 94+700 - 107+900 )
193,307,192
31
10
Bts. Kt. Samarinda - Sp. Samboja (STA 37+800 - 39+800 )
101,900,852
92
26
Sp.3 Sambera - Santan - Bontang (STA 107+900 - 114+500 )
126,190,054
57
11
Bts. Kt. Samarinda - Sp. Samboja (STA 39+800 - 49+800)
210,874,698
65
27
Bontang - Sangata (STA 115+100 - 122+600)
357,399,957
56
12
Bts. Kt. Samarinda - Sp. Samboja (STA 49+800 - 55+800)
168,105,607
53
28
Bontang - Sangata (STA 122+600 - 134+600)
134,631,891
71
13
Bts. Kt. Samarinda - Sp. Samboja (STA 55+800 - 76+650)
210,169,108
54
29
Bontang - Sangata (STA 134+600 - 143+600)
228,300,121
49
14
Sp.3 Lempake - Sp.3 Sambera (STA 16+100 - 19+700)
384,607,831
59
30
Bontang - Sangata (STA 143+600 - 151+100)
107,575,701
91
15
Sp.3 Lempake - Sp.3 Sambera (STA 19+700 - 23+300)
409,664,200
36
31
Bontang - Sangata (STA 151+100 - 158+600)
269,787,195
37
16
Sp.3 Lempake - Sp.3 Sambera (STA 23+300 - 26+300)
135,176,900
79
32
Bontang - Sangata (STA 158+600 - 167+600)
87,511,211
91
Distress Classification by Cause • Example
• • •
Distress Type
Severity
Cause
Medium
Density (%) Deduct Value 6.4 50
Alligator Cracking Tranverse Cracking Rutting
Low
2.0
8
Climate
Low
2.7
20
Load
Total deduct attributable to load = 50 + 20 = 70 Total deduct attributable to climate = 8 Percentage of deduct: – –
Due to load : 70/78 x 100% = 90% Due to climate: 8/18 x 100% = 10%
Load
Contoh • Penyebab dari kerusakan yang terjadi pada perkerasan lentur di Ruas Sp.3 Sambera Santang - Bontang
JENIS KERUSAKAN Deduct values of “new types of distress” will be calculated as the average value of the original educt value of each of the corresponding originating types of distress.
Perkerasan Lentur Distre ss ID
02
Distress Description Alligator cracking Block cracking
03
Linear cracking
m1
04
Deformation
m2
05
Rutting
m2
06
Slippery
m2
07 08
Potholes Patching Slippage cracking
Number m2
10
Delaminating
m2
Other
x
Shoulder dropoff*
m1
Other
01
09
Unit of Measure
Group of Distress
Cause
m2
Cracking
Load
m2
Cracking
Climatic
Cracking
Climatic / construction
m2
Visco-plastic deformation Visco-plastic deformation Surface defect Potholes Other Visco-plastic deformation
Subsidence / construction
ASTM D6433
1.
Alligator cracking
1. Block cracking 7. Edge cracking; 8. Joint reflection; 10. Longitudinal cracking & transverse cracking; 4. Bump & sag; 5. Corrugation; 6. Depression; 18. Swell
Load
15. Rutting
Material / construction Load Other Material / construction Other / construction
2. Bleeding; 12. Polished aggregate; 19. Raveling; 20. Weathering 13. Potholes 11. Patching & utility cut
Maintenance
16. Shoving; 17. Slippage cracking 13. Potholes; 16. Shoving; 17. Slippage cracking 9. Shoulder drop-off (this distress will be recorded but not counted in PCI)
Perkerasan Kaku No 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Jenis kerusakan Retak sudut (Corner break) Pelat terbelah (Divided slab) Pelat patah (Faulting) Retak linier (Linear cacking) Remuk (punched out) Retak susut dan retak lainnya (Shrinkage and other cracking) Pemompaan (Pumping) Terkelupas pada sudut (Spalling corner) Terkelupas pada sambungan (Spalling joint) Tambalan (Patching) Rusak penutup sambungan (Joint seal)
Satuan pengukuran Satu plat Satu plat Satu plat Satu plat Satu plat Satu plat Dua plat Satu plat Satu plat Satu plat Kondisi keseluruhan per area
Tipikal Kategori Kondisi vs Strartegi Penanganan
Penentuan Segmen Seragam • • • • • •
Jenis perkerasan Riwayat penanganan Struktur perkerasan (material dan tebal lapisan) Tanah dasar Volume lalu lintas Kondisi perkerasan
PEMBAGIAN RUAS SEGMEN-SEGMEN SERAGAM SEGMEN SERAGAM
IRI
Segmen seragam Unit Sample • Bagi suatu segmen yang seragam menjadi unit-unit sampel. • Tentukan / pilih unit sampel yang akan di inspeksi. 1. menetapkan jumlah keseluruhan unit sampel; 2. menetapkan jumlah unit sampel yang akan disurvei dan, 3. memilih unit sampel yang akan disurvei.
Membagi Segmen Unit Sampel • Unit sampel: bagian dari perkerasan jalan yang akan digunakan pada survei kondisi. • Ukuran unit sampel: – Jalan tanpa penutup dan jalan aspal: 225 ± 90 m2 (135 s.d. 315 m2) – Jalan beton (JPCP) dengan panjang pelat ≤ 7,5 m: 20 ± 8 (12 hingga 28) buah pelat beton yang berdampingan
Sampling pada segmen yang seragam Jumlah unit sampel per segmen yang seragam
Jumlah unit sampel yang disurvei
1
1
2–4
2
5 – 20
3
21 – 40
4
˃ 40
10%
Pemilihan Unit Sampel Yang Akan Disurvei • Unit sampel yang akan disurvei dipilih secara acak tetapi dengan interval antara unit yang sama systematic random.
• N = jumlah unit sampel pada segmen • n = jumlah minimum unit sampel yang disurvei • i = interval diantara sampel yang disurvei
Contoh: • Jumlah unit sampel dalam segmen (N) = 59 > 40; • Minimum jumlah sampel yang disurvei (n): 10% x 59 = 5, 9 dibulatkan 6 unit; • Interval antara unit sampel terpilih (i): 59/6 = 9,8 dibulatkan ke bawah 9; • Menggunakan kalkulator atau daftar bilangan acak diperoleh angka acak 3; • Unit sampel pertama disurvei adalah unit #3, diikuti 5 unit berikutnya dengan interval 9 unit yaitu unit #12; #21; #30; #39; dan #48; seperti ditunjukkan pada diagram berikut:
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
41 42 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 58 59
Unit sampel tambahan • Bila terdapat unit-unit sampel yang “tidak biasa” dapat dilakukan penambahan unit sampel untuk diinspeksi unit-sampeltambahan.
TERIMA-KASIH