Implementasi Muamalah Dalam Bidang Hukum Dan Keseh.docx

  • Uploaded by: syamsyuriani syuri
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Implementasi Muamalah Dalam Bidang Hukum Dan Keseh.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 673
  • Pages: 3
Implementasi Muamalah dalam bidang hukum dan kesehatan Syamsyuriani (1806207942) Ibadah dan Muamalah merupakan dua hal penting yang akan selalu ada ketika kita mencoba menggali lebih dalam mengenai agama Islam. Keduanya mempunyai kedudukan yang berbeda dari segi pengertian dan fungsinya sendiri-sendiri. Muamalah merupakan istilah yang digunakan untuk mengungkapkan semua perbuatan yang dikehendaki mukallaf. Muamalah mengikuti pola yang bermakna bergaul. Muamalah pun berarti hubungan horizontal antar manusia dengan manusia yang sesuai dengan syari’ah. Penerapan Muamalah dalam kehidupan yang berupa penerapan Muamalah dalam hukum pidana dan perdata. Berikut mengenai penerapan Muamalah dalam hukum pidana dan hukum perdata. 1.

2.

Hukum pidana : 

Jinayat, yakni hukum yang memuat aturan-aturan mengenai perbuatan perbuatan yang diancam dengan hukuman.



Al-Akham Al-Sultaniyah (Hukum Ketatanegaraan), yakni hukum yang mengatur soal-soal yang berhubungan dengan kepala negara, pemerintahan, baik pemerintah pusat maupun daerah



Siyar (Hukum Internasional), yakni hukum yang mengatur urusan perang dan damai yang mengatur pula hukum internasional.



Mukhashamat (Hukum Acara Pidana)

Hukum Perdata : 

Munakahat, yakni hukum yang mengatur tentang perkawinan.



Wirasah, yakni hukum yang mengatur tentang warisan dan seluk beluknya diatur di dalam [Q.S. An-Nisaa' 4:7]

“Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah ditetapkan”. 

Muamalah dalam arti khusus, yakni hukum masalah kebendaan dan hak-hak atas benda

Penerapan muamalah dalam bidang kesehatan, lebih ke arah pembiayaan dalam kesehatan, antara lain : 1. Akad kafalah bil ujrah untuk pembiayaan kesehatan Praktik pembiayaan kesehatan menggunakan akad ijarah di LKS (Lembaga Keuangan Syariah) muncul karena adanya tuntutan kebutuhan anggota semakin

beragam yang menuntut harus dipenuhi, namun ketika meninjau dari segi pelaksanaannya LKS menerapkan akad ijarah pada pembiayaan multijasa dinilai kurang sesuai dengan hukum Islam, karena pembayaran tidak diserahkan langsung oleh LKS kepada penyedia jasa melainkan LKS menyerahkan dana kepada anggota sehingga penyedia jasa tidak mengetahui bahwasannya dalam transaksi yang dijalankan ada pihak lain yang terkait yaitu LKS, dalam hal ini telah terjadi perwakilan yang dilimpahkan oleh LKS kepada anggota tetapi dalam praktiknya tidak ada bukti pelimpahan kuasa berupa draft kontrak atau surat kuasa oleh LKS kepada anggota untuk mewakili LKS membayarkan dana kepada instansi bersangkutan dapat digunakan oleh nasabah atau anggota. Sebagai suatu upaya untuk menyesuaikan dengan hukum Islam juga sebagai upaya menyesuaikan dengan fatwa yang berlaku, maka digunakan akad kafalah bil ujrah, karena kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung, dalam pengertian lain kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin. 2. Akad hiwalah bil ujrah untuk pembiayaan kesehatan. Jika yang terjadi adalah anggota datang ke LKS sudah berstatus mempunyai utang kepada pihak ketiga yakni rumah sakit yang dibuktikan dengan adanya bukti tagihan yang harus segera dilunasi, maka akad yang dipakai adalah akad hiwalah bil ujrah, anggota sebagai orang yang berhutang (muhil) datang untuk mengalihkan hutangnya kepada LKS (muhal’alaih) untuk seterusnya dibayarkan kepada penyedia jasa (muhal) sebagai yang berpiutang kepada angota, dalam akad hiwalah tidak ditetapkan ujrah atau fee, karena hiwalah merupakan suatu akad tabarru yaitu akad yang dimaksud untuk murni tolong menolong. Namun dalam praktiknya LKS menetapkan fee sebagai biaya administrasi pada proses pencairan dana, maka solusi dalam akad ini adalah menggunakan akad adalah hiwalah bil ujrah, dalam pelaksanaan akad hiwalah bil ujrah para pihak seperti instansi rumah sakit harus diikutsertakan dalam akad, atau setidaknya ketika LKS memberikan dana langsung kepada anggota, LKS menyertakan surat kuasa untuk diberikan anggota kepada instansi terkait untuk menghindarkan adanya penyalahgunaan dana pembiayaan juga dalam upaya mewujudkan transparansi dari pihak-pihak yang terkait dalam pembiayaan, supaya pihak sekolah atau rumah sakit mengetahui bahwasannya dalam urusan utang-piutang yang dijalani anggota itu melimpahkan utangnya kepada LKS, lalu LKS berkewajiban membayar utangnya kepada instansi tersebut, selanjutnya anggota membayar utangnya kepada LKS dengan biaya tambahan sebagai ujrah. Maka dari itu dalam praktiknya LKS dapat menggunakan akad hiwalah bil ujrah dengan mematuhi segala ketentuan yang berlaku dalam Fatwa DSN-MUI No.58/DSN-MUI/V/2007 tentang hawalah bil ujrah. Referensi :

https://www.academia.edu/16794902/Penerapan-Ibadah-Dan-Muamalah-Dalam-Kehi dupan-Sehari

Related Documents


More Documents from "user"