Ikk - Subkel 13 New.doc

  • Uploaded by: Khusnul Fuad
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ikk - Subkel 13 New.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 2,424
  • Pages: 24
MAKALAH MODUL KOMPREHENSIF ILMU KESEHATAN DAN KEDOKTERAN KERJA

SUB - KELOMPOK VII ANGGOTA KELOMPOK : Iqbal Raka Aditya C

030.14.099

Johanes Pandomuan

030.14.104

Khusnul Fuad

030.14.108

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah S.W.T yang telah

mencurahkan

rahmat

dan

hidayah-Nya

sehingga

penulis

dapat

menyelesaikan makalah ilmu kesehatan kerja ini. Makalah ilmu kesehatan kerja ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan dalam modul komprehensif. Penulis berharap makalah ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat luas yang membacanya. Serta dapat menambah pengetahuan dalam bidang kesehatan masyarakat dan dapat menjadi bekal dalam profesi kami kelak. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak luput dari banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisanmakalah ini. Kritik dan saran yang membangun penulis harapkan demi penyempurnaan penulisan serupa diwaktu yang akan datang.

i

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................i KATA PENGANTAR...........................................................................................ii DAFTAR ISI .........................................................................................................iii BAB I

PENDAHULUAN.........................................................................1 1.1 1.2

Latar Belakang ...................................................................1 Tujuan .................................................................................2 1.3.1 Tujuan Umum ...........................................................2 1.3.2 Tujuan Khusus ..........................................................2

1.3

Manfaat ..............................................................................3 1.4.1 Manfaat untuk Pemilik Usaha....................................3 1.4.2 Manfaat untuk Mahasiswa .........................................3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................4 2.1

BAB III

Konveksi ……….................................................................4 2.1.1

Definisi Konveksi……... ........................................4

2.1.2

Peralatan Konveksi..................................................4

2.1.3

Bahan Konveksi………………………...................4

2.1.4

Proses Produksi Kerja …………………………….5

2.1.5

Bahaya Kerja ……………………………………..6

HASIL KUNJUNGAN PERUSAHAAN.....................................7 3.1

Profil Perusahaan ...............................................................7

3.2

Sanitasi Tempat Bekerja.....................................................7

3.3

Cakupan Lingkup Kerja .....................................................7

3.4

Aspek Sosial ......................................................................8

3.5

Aspek Kesehatan…………………………........................8

3.6

Alur Kerja…. ....................................................................8

3.7

Identifikasi Faktor Risiko Tempat Bekerja ……………...9

ii

3.8

Aplikasi Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja…………………………………………….12

BAB IV

ANALISA HASIL KUNJUNGAN .............................................13 4.1

Penilaian Tingkat Risiko di Tempat Kerja dan Cara Meminimalkan Risiko........................................................13

4.2 BAB V

Pengendalian Risiko… ......................................................15

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1

Kesimpulan .......................................................................16

5.2

Saran .................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................17 LAMPIRAN ..........................................................................................................17

iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan hal yang tidak terpisahkan

dalam

sistem

ketenagakerjaan

dan

sumber

daya

manusia.

Keselamatan dan kesehatan kerja penting dalam melanjutkan pekerjaan secara efektif dan efisien sehingga kerusakan dan absen akibat sakit dapat dihindarkan yang kemudian akan meningkatkan produktivitas kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja.(1) Industri konfeksi baju merupakan sebuah perusahaan yang menghasilkan pakaian jadi. Industri konfeksi baju tersebut bisa di bilang perusahaan skala menengah atau sedang karena tenaga kerjanya masih dibilang sedikit. Umumnya, perusahaan-perusahaan konfeksi baju mempergunakan bahan baku berupa tekstil dari bermacam-macam jenis, seperti katun, kaos, linen, polyester, rayon, dan bahan-bahan syntesis lain dalam kegiatanbuat baju. Pada perusahaan konfeksi baju alat-alat yang biasanya digunakan yaitu berupa mesin potong, mesin jahit baju, alat sablon, setrika, jarum jahit, kursi kerja, papan potong bahan, meja setrika dan meja pengepakan. Mengingat bahan-bahan dan alat yang dipergunakan dalam mengelola industri perusahaan konfeksi baju ini dapat menjadi faktor penyebab terjadinya gangguan kesehatan dan keselamatan kerja yang dapat berpengaruh pada tingkat produktivitas. Menurut ILO (International Labour Organization), setiap tahun terdapat lebih dari 250 juta kecelakaan di tempat kerja dan lebih dari 160 juta pekerja

1

menjadi sakit karena bahaya di tempat kerja. Terlebih lagi, 1,2 juta pekerja meninggal akibat kecelakaan dan sakit di tempat kerja. (1) Setiap perusahaan dan pekerja baik formal maupun informal seharusnya memahami pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja termasuk pekerja pada industri konfeksi. Sama halnya dengan pekerjaan lain, usaha konfeksi memiliki risiko terjadinya kecelakaan kerja. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan pekerja terhadap keselamatan dan kesehatan kerja itu sendiri. Penyakit akibat kerja juga dapat dialami oleh para pekerja konfeksi terlebih pada usaha informal. Hal ini dapat disebabkan karena peralatan yang apa adanya tanpa memenuhi syarat ergonomis, jam kerja yang tidak menentu, dan tidak tersedianya alat pelindung diri (APD). Pada penelitian ini, kami memilih sampel konfeksi industri rumahan yang berada di daerah Krendang Timur karena dalam proses konfeksi masih menggunakan tenaga manusia dengan peralatan tradisional. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan adanya survei dan observasi lebih lanjut mengenai keselamatan dan kesehatan kerja pada industry konfeksi rumahan. 1.2 Tujuan Penelitian 1.2.1 Tujuan Umum Untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas kerja dengan menilai risiko kecelakaan kerja dan bahaya di lingkungan kerja pada usaha konfeksi industri rumahan. 1.2.2 Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui faktor hazard yang dialami oleh pekerja konfeksi b. Untuk mengetahui alat dan proses kerja yang digunakan yang dapat mengganggu kesehatan c. Untuk mengetahui alat pelindung diri (APD) yang digunakan oleh pekerja konfeksi d. Untuk mengetahui risiko penyakit yang dapat muncul akibat pekerjaan menjahit

2

e. Untuk mengetahui risiko kecelakaan kerja yang dapat terjadi akibat pekerjaan menjahit f. Untuk mengetahui prisip pengontrolan hazard. 1.3 Manfaat 1.3.1 Manfaat bagi pemilik usaha a. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan untuk dapat mengatasi persoalan-persoalan

yang

berkaitan

dengan

keselamatan

dan

kesehatan kerja sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit dan kecelakaan kerja pada para pekerja agar produktivitas kerja dapat meningkat.

1.3.2 Manfaat bagi mahasiswa a. Memberikan pengalaman meneliti sehingga menjadi pemicu untuk melakukan kegiatan penelitian dimasa yang akan datang b. Menimbulkan minat dalam menganalisa masalah kesehatan yang ada pada lingkungan kerja

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konfeksi 2.1.1 Definisi Konfeksi Konfeksi adalah pakaian yang dibuat secara massal. Konfeksi adalah industri kecil skala rumah tangga yang merupakan tempat pembuatan pakaian jadi seperti kaus, kemeja, celana, jaket dan sebagainya. Sebuah konfeksi biasanya hanya memiliki tidak lebih dari 20 buah mesin jahit dan satu mesin obras. Keberadaan konfeksi sangat menunjang terhadap kemajuan industri pakaian jadi di Indonesia, karena selain mengerjakan pembuatan pakaian dari pemesan

untuk

pasar

lokal,

konfeksi

juga

bisa

menerima

mengejakan maklun yaitu mengejakan proses jahit sebuah pabrik garmen dalam pembuatan pakaian jadi skala besar untuk pasar lokal maupun pasar ekspor. 2.1.1 Peralatan Konfeksi -

Mesin jahit

-

Jarum jahit

-

Gunting

-

Mesin obras

-

Kursi pekerja

-

Setrika uap

2.1.2 Bahan konfeksi -

Potongan kain

4

2.1.3 Proses produksi kerja 1. Tahap pemilihan bahan Tahap pertama dalam proses produksi kaos konveksi adalah pemilihan bahan kaos. Bahan kaos yang biasa digunakan adalah cotton. Ada beberapa jenis bahan cotton, yang sering digunakan untuk kaos kualitas distro adalah jenis cotton combed. Selain cotton ada pula jenis bahan polyster. Pemilihan bahan kaos disesuaikan dengan kebutuhan atau bisa juga berdasarkan pemesanan. 2. Tahap pembuatan desain Dalam pembuatan desain kaos sebaiknya selalu melihat minat pasar terhadap desain-desain kaos yang sedang diminati. Pembuatan desain dilakukan oleh bagian desain. Selain dibuat oleh bagian desain, ada juga pelanggan yang telah membuat desain sendiri. Sebelum memulai penyablonan, desain harus dikonfirmsi terlebih dahulu kepada pelanggan 3. Pemilihan ukuran Dalam standar pola kaos terdapat ukuran S, M, L, dan XL. Ada juga ukuran free size untuk produksi massal. Pemilihan ukuran dilakukan sesuai dengan permintaan pelanggan. 4. Tahap pemotongan Proses pemotongan kain disebut juga cutting. Pemotongan kain kaos dilakukan dengan mesin cutting (mesin potong kain). 5. Tahap penyablonan Setelah kain dipotong dan menjadi pola, tahap selanjutnya adalah penyablonan. Penyablonan bisa dilakukan di bagian khusus saboln, atau dapat juga memanfaatkan jasa tukang saboln. Pilihlah tukang sablon dengan keahlian dan kualitas sablon yang baik. 6. Tahap penjahitan

5

Setelah potongan pola kain kaos selesai disablon, tahap selanjutnya adalah penjahitan kain. Penjahitan dilakukan oleh bagian penjahitan. Tahap penjahitan kaos dilakukan dengan menggunakan beberapa mesin, antara lain mesin jahit, mesin obras, mesin overdeck, tergantung dari bagian kaos yang dijahit (penjahitan krah dalam, berbeda dengan penjahitan lengan, misalnya) dan jenis jahitan yang diingankan. 7. Tahap finishing Setelah tahap penjahitan kaos selesai dilakukan, tahap selanjutnya memasuki proses finishing. Pada tahap ini dilakukan pengecekan hasil produksi jahitan kaos, seperti membersihkan kaos, memotong dan merapikan benang, tahap pengecekan kualitas atau quality control, sehingga kaos yang lolos prpses finishing ini adalah kaos yang benar-benar memiliki kualitas seperti yang diinginkan. T-Shirt packaging Proses akhir dari produksi konveksi kaos adalah tahap pengemasan. Tahap ini bisa dilakukan dengan berbagai macam jenis kemasan. Kemasan plastik bening adalah kemasan yang banyak digunakan karena alasan kepraktisan dan ekonomis. 2.1.4 Bahaya Kerja 1. Lingkungan fisik mengenai kebisingan, pencahayaan, dan suhu. 2. Lingkungan Kimia yaitu potensi yang terbesar adalah debu. 3. Lingkungan Biologis yaitu potensi parasite 4. Lingkungan Fisiologis mengenai bagaimana sikap kerja terhadap fungsi tubuh pekerja. 5. Lingkungan Psikologis mengenai tingkat kesenjangan antara pekerja dan banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan .

6

BAB III HASIL KUNJUNGAN PERUSAHAAN

3.1 Profil Perusahaan Jenis usaha Bidang usaha Tahun berdiri Alamat Jumlah pekerja Tata ruang Jam kerja Jam lembur Sistem kerja

: Industri Tradisional : konfeksi : 2008 : Jl.Krendang Timur RW 1 RT 4 : 6 orang dan mencari tenaga kerja tambahan jika jumlah permintaan tinggi. : Denah (dilampirkan) : 08.00-21.00 :: Waktu kerja sesuai keinginan pekerja dengan upah yang berdasar hasil kerja

3.2 Sanitasi Tempat Kerja 

Berdasarkan survei yang kita lakukan, ditemukan 2 toilet dimana 1 toilet terletak di belakang rumah dengan ukuran 2x2 meter dan tanpa

 

dengan ventilasi yang cukup. MCK cukup bersih Letak dapur berdekatan dengan toilet dilantai bawah.

3.3 Cakupan Lingkup Kerja 1. Pencahayaan: cukup dan bersumber dari satu buah bohlam setiap ruangan 2. Ventilasi: terdapat ventilasi yang memadai di dapur serta pintu utama 3. Suhu: 32,5 ◦c 4. Kelembapan: lembab 5. Kebisingan: 85dB 3.4 Aspek sosial 1. Hubungan antara pekerja baik

7

2. Konveksi membuka lahan pekerjaan bagi lingkungannya sehingga menguntungkan lingkungan sekitar 3.5 Aspek Kesehatan 1. Puskesmas pernah datang untuk sosialisasi TBC dan jentik nyamuk 2. Puskesmas belum pernah melakukan kontrol terhadap kesehatan kerja 3. Tersedia alat pertolongan sederhana yang terdiri atas obat merah, hansaplast, dan alkohol. 3.6 Alur kerja 1. Pengambilan barang dari pusat dilakukan oleh tukang becak 2. 3. 4. 5.

langganan. Penjahitan menggunakan mesin jahit dan mesin obras Pembuangan benang Penggosokan menggunakan setrika uap dan pelipatan pakaian jadi Pengiriman kembali oleh tukang becak langganan.

8

3.7 Identifikasi Faktor Risiko Tempat Bekerja

Gangguan Kesehatan

Bahaya Potensial

Urutan Kegiatan

yang mungkin

Risiko kecelakaan kerja

terjadi Fisik

Kimia

1. Letak tempat

Biologi

Ergonomi

Psikologi

1. Mungkin

1. Penyimpanan

penyimpanan

terdapat

Kelainan

kain dan

dekat dengan

kutu

(Pediculosis,

pakaian jadi

perangkat

2. Penjahitan dan obras

2. Kebisingan yang ditimbulkan alat

Kebakaran

Scabies, dll)

listrik 1. Jarak mesin dengan tangan dekat

kulit

1. Pengerjaan Asap Rokok

dalam

posisi

membungkuk 2. Tidak terdapat tempat bersandar 3. Gerakan repetitif

Low back pain Kelainan tulang

Tertusuk jarum

belakang ISPA Gangguan pendengaran

saat

9

mengambil kain Terdapat 3. Pembuangan benang 4. Penggosokan dan pelipatan

debu-debu

yang dapat masuk ke

ISPA

sistem pernafasan 1. Penggunaan setrika uap 2. Perawatan alat

tidak

1. Tangan terkena setrika uap 2. Tangan tergores oleh

rutin 3. Alat diletakan

setrika

di luar rumah dan

sudah

bagian yang

berkarat 3. Ledakan tabung

berkarat

setrika

10

11

Penyimpanan kain dekat

Kebakaran

Low

Low

High

Pediculosis

Low

Low

Low

Skabies

Low

Low

Low

Gangguan

Low

Low

Low

Jari tertusuk Jarum

Low

Low

Low

Asap rokok

ISPA

Low

Low

High

Lama waktu

LBP

duduk dan

Kelainan tulang

Low

Medium

Medium

posisi duduk Debu saat

belakang

Low

Low

Low

pembuangan

ISPA

Low

Low

Medium

benang Penggunaan

Tangan terkena

Low

Low

Low

Ledakan tabung

Low

Low

High

Tetanus

Low

Low

High

rangkaian listrik Kutu pada kain

Mesin jahit

setrika uap Setrika uap yang tidak terawat

pendengaran,

setrika uap

12

3.6 Aplikasi program kesehatan dan keselamatan kerja ditempat kerja 1. Keluhan pada pekerja: sakit pada punggung bagian bawah, badan pegal 2. Jumlah kasus: 3. Upaya pencegahan: karyawan diberikan kesempatan untuk beristirahat dan tenaga kerja yang di ambil hanya yang sudah pernah bekerja pada bidang tersebut.

13

BAB IV ANALISA HASIL KUNJUNGAN

4.1 Penlilaian tingkat Resiko dan cara Meminimalkan Risiko

Aktivitas Kegiatan Penempelan bahan pada papan Bahaya

Akibat bahaya

E

P

R

Penyimpanan kain dekat rangkaian

Mengurangi resiko dengan

Resiko sisa

Memindahkan Kebakaran

Low

Low

High

penyimpanan ke ruangan

-

lain (ruang kerja)

listrik Menutup seluruh kain Kutu pada kain

Pediculosis

Low

Low

Low

yang sedang tidak

Skabies

Low

Low

Low

dipakai dengan plastik

-

atau kardus. Menggunakan APD Gangguan Mesin jahit

Low

Low

Low

berupa tutup kuping Melakukan istirahat rutin

Low

Low

Low

guna mengurangi

pendengaran, Jari tertusuk Jarum

L

kecelakaan Diadakannya kebijakan Asap rokok

ISPA

Low

Low

High

L

larangan merokok di dalam ruangan

Lama waktu

LBP

Low

Med

Med

Menjaga kebersihan kulit

Low

dan mandi yang bersih Menggunakan kursi

duduk dan posisi duduk

Kelainan tulang belakang

Low

Low

-

dengan senderan Melakukan istirahat

14

berkala Kursi ditinggikan dengan Debu saat pembuangan

ISPA

Low

Low

benang

Med

sandaran, edukasi

ium

mengenai posisi duduk

L

yang baik Menggunakan APD

Penggunaan

Tangan terkena

setrika uap

setrika uap

Setrika uap yang tidak terawat

Ledakan tabung Tetanus

Low

Low

Low

berupa sarung tangan Melakukan istirahat berkala Melakukan maintenance

Low

Low

High

Low

Low

High tempat yang tidak lembab

alat berkala Memindahkan alat ke

15

4.2 Pengendalian Risiko 1. Administrative Control 

Kebersihan dan kerapihan tempat kerja, dapat dilakukan dengan membuat



jadwal piket. Pengurangan asap rokok dapat dilakukan dengan membuat kebijakan



larangan merokok Waktu istirahat dapat menggunakan pembuatan jadwal yang jelas.

2. Engineering Control 

Substitusi: substitusi alat tidak perlu dilakukan karena pemilihan alat sudah menimbang efisiensi serta segi ekonomis dari perusahaan. Selain itu, alat yang digunakan tidak memiliki resiko yang signifikan jika alat

  

dirawat dengan benar. Eleminasi: tidak ada bahan-bahan yang dapat dieleminasi pada perusahaan sablon ini. Isolasi: Tempat penyimpanan kain yang belum diolah dan yang sudah diolah. Melakukan maintenance secara rutin

3. Alat Pelindung Diri    

Masker Sarung tangan Tempat duduk dengan sandaran punggung Earplug/sumbat telinga.

16

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpukan bahwa konfeksi ini belum mampu memberikan jaminan kesehatan dan keselamatan bagi para pekerjanya. Hal ini dikarenakan minimnya upaya pengendalian bahaya pada konfeksi. Kesadaran akan pentingnya perawatan alat hanya didasarkan pada pemotongan jam kerja jika terjadi kerusakan alat. Kesadaran akan resiko kecelakaan kerja juga masih minim. Hal ini mungkin disebabkan oleh tingkat pendidikan dan pendidikan dari pekerja maupun pengelola. 5.2 Saran Dari hasil survey yang dilakukan, secara umum diharapkan dari pengelola konfeksi untuk membuat sebuah kebijakan yang mengatur pekerjanya terutama jam kerja, perawatan alat, serta merokok. Penyediaan APD oleh pengelola juga sangat disarankan. Puskesmas juga harus berperan dalam memantau resiko kecelakaan kerja pada konfeksi ini. Selain itu, dibutuhkan juga pemeriksaan berkala terhadap keberadaan kutu pada kain yang ada.

17

Daftar Pustaka 1. Tarwaka. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Manajemen dan implementasi K3 di tempat kerja. Surakarta: Harapan Press. 2008 2. Setyawati Maurits, Lientje dan Djati Widodo, Imam. Faktor penjadwalan shift kerja. Volume 13, Nomor 2, Jakarta. Desember 2008 3. Sedarmayanti. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: Mandar Maju. 2009

18

Dokumentasi

Gambar 1.1 Ruang Setrika.

Gambar 1.3 Ruang Dapur Tengah

Gambar 1.5 Ruang Obras

Gambar 1.2 Ruang jahit

Gambar 1.4 Ruang

Gambar 1.6 Toilet

19

Denah Rumah 4m Ruang Setrika

Ruang Jahit

Ruang Obras 12 m

Ruang Tengah

Toilet

Dapur

20

Related Documents


More Documents from "Manto Kelana"