BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Bahasa Indonesia bukan suatu sistem yang tunggal., sebagai bahasa yang hidup
dan berkembang serta digunakan dalam berbagai ranah kehidupan dan bermacam ragam penutur, bahasa Indonesia harus mengikuti hokum perubahan. Perubahan tersebut tidak selalu tidak terelakkan karena setiap orang dapat mengubah bahasa secara berencana. Berbagai macam faktor seperti sejarah dan perkembangan masyarakat, dapat memberikan pengaruh pada munculnya sejumlah ragam Bahasa Indonesia (Suandi, 2013) Setiap ragam dalam bahasa Indonesia mempunyai fungsi masing-masing sesuai dengan ranah pemakaiannya. Ragam bahasa yang beraneka macam tersebut masih tetap disebut bahasa Indonesia karena masing-masing berbagi teras atau inti sari bersama yang umum. Ciri-ciri, kaidah tata bunyi, pembentukan kata serta tata makna pada umumnya sama. Hal tersebut masih bisa dipahami seseorang ketika orang lain berbahasa Indonesia walaupun seseorang itu dapat mengenali adanya perbedaanperbedaan pada orang lain itu dalam mewujudkan bahasa Indonesianya (Suandi, 2013) Pada pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan kata baku dan tak baku. Pemakaian bahasa baku dan tak baku berkaitan dengan situasi resmi dan tak resmi. Contoh situasi resmi seperti di sekolah, kantor, atau dalam pertemuan-pertemuan resmi digunakan bahasa baku, sedangkan dalam situasi tak resmi contohnya, seperti di rumah, taman, pasar, sehingga kita tidak dituntut untuk menggunakan bahasa baku. Ada tiga kriteria penting, yang perlu diperhatikan jika berbicara tentang ragam bahasa, yaitu media yang digunakan, latar belakang penutur, dam pokok persoalan yang dibicarakan (Syahroni,2013) Berdasarkan hal tersebut, maka pemakalah tertarik membuat makalah tentang ragam bahasa Indonesia. 1.2
Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan ragam bahasa?
2. Bagaimana ragam bahasa berdasarkan media yang digunakan? 3. Bagaimana ragam bahasa berdasarkan latar belakang penutur? 4. Bagaimana ragam bahasa berdasarkan pokok persoalan yang dibicarakan? 1.3
Tujuan 1. Mengetahui pengertian ragam bahasa. 2. Mengetahui ragam bahasa berdasarkan media yang digunakan. 3. Mengetahui ragam bahasa berdasarkan latar belakang penutur. 4. Mengetahui ragam bahasa berdasarkan pokok persoalan yang dibicarakan.
BAB 2 PEMBAHASAN 2.1
Pengertian Ragam Bahasa Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang terjadi karena pemakaian bahasa
(Utorodewo, 2008). Pada ragam bahasa terdapat tiga kriteria yang perlu diperhatikan dalam ragam bahasa, yaitu media yang digunakan, latar belakang penutur, dan pokok persoalan yang dibicarakan (Syahroni, 2013). 2.2
Ragam Bahasa Berdasarkan Media Penggunaan bahasa bedasarkan media pengantar atau sarana terbagi atas ragam
lisan dan ragam tulis. Ragam lisan adalah bahasa yang diujarkan oleh pemakai bahasa, sedangkan ragam tulis adalah bahasa yang ditulis atau yang tercetak (Utorodewo, 2008). Pada ragam bahasa lisan penutur dapat memanfaatkan peragaan, seperti gerak tangan,air muka, tinggi rendah suara atau tekanan untuk membantu kepahaman pengungkapan diri, ide, gagasan, pengalaman, sikap dan rasa, sedangkan dalam ragam bahasa tulis peragaan tersebut tidak dapat digambarkan dengan tulisan. Oleh karena itu, dalam ragam bahasa tulis dituntut adanya kelengkapan unsur kata dan ketepatan penerapan kaidah ejaan, serta pungtuasi untuk membantu kejelasan pengungkapan diri ke dalam bentuk ragam bahsa tulis (Syahroni, 2013). Pada ragam lisan dan ragam tulisan, terdapat dua hal perbedaan yang mencolok. Hal yang pertama berhubungan dengan suasana peristiwanya, jika menggunakan sarana tulisan ada anggapan bahwa orang yang diajak berbahasa tidak ada dihadapan penutur. Implikasinya, bahasa perlu lebih jelas dan terang karena bahasa yang digunakan tidak disertai dengan gerak isyarat, pandangan, atau perubahan mimik muka sebagai penegasan di pihak pembicara atau pemahaman di pihak pendengar. Hal yang kedua, berhubungan dengan beberapa upaya yang digunakan dalam ujaran, seperti tinggi rendahnya suara dan panjang pendeknya suara serta irama kalimat yang sulit dilambangkan dengan ejaan atau tata tulis yang dimiliki. Oleh karena itu, penulis harus
merumuskan kembali kalimat-kalimat yang ingin ia sampaikan agar makna dalam tulisannya tersebut sama maknanya dengan apa yang diujarnya (Suandi, 2013) 2.3
Ragam Bahasa Berdasarkan Latar Belakang Penutur Ragam bahasa berdasarkan latar belakang penutur dapa terbagi atas tiga, yaitu: 1. Ragam menurut daerah penutur Bahasa Indonesia tersebar luas ke seluruh Nusantara. Luasnya wilayah
pemakaian bahasa menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa, sehingga bahasa Indonesia yang digunakan di suatu daerah berbeda dengan bahasa Indonesia yang digunakan di daerah lain. Penggunaan bahasa yang berbeda-beda karena perbedaan daerah seperti itu disebut dengan logat (Syahroni, 2013). Ciri khas yang meliputi tekanan, turun-naiknya nada, dan panjang-pendeknya bunyi bahasa membangun aksen yang berbeda beda, perbedaan pada kosa kata dan variasi gramatikal ada, tetapi kurang tampak. Ragam daerah ini erat berhubungan dengan bahasa ibu penutur (Suandi, 2013). Perbedaan logat bahasa Indonesia antar daerah yang satu dengan yang lain biasanya dapat diterima atau tidak dipermasalahkan selama bahasa yang digunakan dapat dipahami dan tidak menggangu kelancaran komunikasi (Syahroni, 2013) 2. Ragam menurut Pendidikan Ragam bahasa menurut Pendidikan penutur menunjukkan perbedaan antara kaum yang berpendidkan formal dan kaum yang tidak berpendidikan formal. Tata bunyi yang digunakan kedua golongan tersebut berbeda. Bentukan pasif, fitnah, film, fakultas, variasi, televisi, November, kompleks, dan tripleks, misalnya dikenal dikalangan orang berpendidikan, bervariasi dengan bentukan pasip, pitenah, pilem, pakultas, pariasi, telepisi, Nopember, komplek, dan triplek dalam ragam bahasa Indonesia yang tidak berpendidikan formal (Suandi, 2013) Perbedaan kedua golongan tersebut juga tampak dalam tata bahasa, kalimat “saya mau tulis itu surat kepada pamanku” atau “saya sudah buang sampah itu”, pada bahasa Indonesia yang terpelihara kalimatnya menjadi “saya mau menulis surat itu
kepada paman saya” atau “sudah saya buang sampah itu” (Suandi, 2013). Ragam bahasa kaum berpendidikan memiliki ciri keterpeliharaan yang biasa digunakan dalam dunia oendidikan, Lembaga pemerintah, media massa, ilmu dan teknologi (Syahroni, 2013). 3. Ragam menurut sikap penutur Ragam ini sering disebut dengan istilah langgam atau gaya, yang bergantung pada sikap penutur terhadap lawan yang diajak berbicara atau terhadap pembaca. Sikap itu dipengaruhi oleh umur dan kedudukan yang disapa, pokok persoalan yang disampaikan, dan tujuan penyampaian informasinya. Pebahasa dihadapkan pada pemilihan bentuk-bentuk bahasa tertentu yang menggambarkan sikap seseorang, seperti yang baku, beradab, dingin, hambar, hangat, akrab, atau santai (Suandi, 2013). Kemampuan menggunakan berbagai bahasa hakikatnya terjangkau oleh setiap orang dewasa yang diraih dengan pelatihan dan pengalaman, oleh karena itu diperlukan kematangan, kepekaan, dan kearifan yang memungkinkan penutur mengamati dan mencontohgaya orang yang dianggapnya cocok dengan situasi dan kondisi tertentu (Suandi, 2013). Jika terdapat jarak antara penutur dan kawan bicara atau penulis dan pembaca, maka digunakan ragam bahasa resmi atau baku, semakin formal jarak penutur dan kawan bicara, akan semakin resmi dan berarti tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Jika semakin rendah tingkat keformalannya, makan rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan (Syahroni, 2013). Ada lima ciri-ciri yang membedakan ragam formal dan ragam non-formal, natara lain (Utorodewo, 2008): a. Penggunaan kata sapaan dan kata ganti Kepada orang yang kita hormati, kita akan cendrung menyapa dengan menggunakan kata Bapak, Ibu, Saudara, Anda atau menyertakan penyebutan jabatan, gelar, atau pangkat. Sementara, untuk menyapa teman atau rekan sejawat, kita cukup menyebut nama atau menggunakan bahasa daerah.
b. Penggunaan kata tertentu Pada ragam non-formal sering muncul kata nggak, bakal, gede, udahan, kegedean,cewek, bokap, ortu, dan bentuk penekanan seperti, sih, kok, deh, lho. Pada ragam formal, bentuk kata tersebut tidak digunakan. c. Penggunaan imbuhan Pada ragam formal harus menggunakan imbuhan secara jelas dan teliti, sedangkan pada ragam non-formal imbuhan sering kali ditinggalkan, seperti pake untuk memakai dan nurunin untuk menurunkan. d. Penggunaan kata sambung dan kata depan Pada ragam non-formal, kata sambung dan kata depan sering dihilangkan, sehingga menggangu kejelasan kalimat, dalam laras jurnalistik kedua kelompok kata tersebut juga sering dihilangkan. e. Kelengkapan fungsi Kelengkapan fungsi berkaitan dengan adanya bagian dalam kalimat yang dihilangkan karen situasi dianggap cukup mendukung pengertian. Pada kalimat nonformal, predikat kalimat sering dihilangkan dan sering pelepasan fungsi terjadi ketika menjawab pertanyaan orang. 2.4
Ragam Bahasa Berdasarkan Menurut Bidang Persoalan Setiap penutur bahasa hidup dan bergerak dalam sejumlah lingkungan
masyarakat yang adat istiadat atau tat acara pergaulannya mungkin berbeda-beda. Seseorang yang turut serta dalam bidang tertentu harus memilih salah satu ragam yang dikuasainya dan yang cocok dengan bidang itu. Jumlah ragam yang dimiliki terbatas karena bergantung pada luas pergaulan, pendidikan, profesi, kegemaran, dan pengalaman. Peralihan ragam sering berkisar pada meilihan sejumlah kata atau ungkapan yang khusus digunakan dalam bidang atau pokok persoalan yang bersangkutan. Contohnya, kata-kata seperti sembahyang, pendeta, zakat, kurban, dan ibadah digunakan dalam bidang agama; partai, pemilihan umum, rapat umum, dan organisasi
digunakan dalam bidang politik; sajak, bait, unsur intrinsik dan tema digunakan dalam bidang seni sastra; orbit, fosil, dan atmosfer digunakan dalam bidang dunia ilmu; kredit, kontan, dan laba digunakan dalam bidang niaga; amnesti, pidana, dan kasasi digunakan dalam bidang hokum (Suandi, 2013; Syahroni, 2013).
BAB 3 PENUTUP 3.1
Kesimpulan Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang terjadi karena pemakaian bahasa.
Pada ragam bahasa terdapat tiga kriteria yang perlu diperhatikan dalam ragam bahasa, yaitu media yang digunakan, latar belakang penutur, dan pokok persoalan yang dibicarakan. Berdasarkan media yang digunakan, ragam bahasa terdiri dari ragam lisan dan ragam tulis, yang mana memiliki perbedaan. Ragam lisan merupakan bahasa yang diujarkan oleh pemakai bahasa, sedangkan ragam tulis merupakan bahasa yang ditulis atau yang tercetak. Berdasarkan latar belakang penutur, ragam bahasa dapat terbagi atas ragam daerah, ragam terpelajar atau pendidikan, dan sikap penutur. Ragam daerah disebut juga dengan logat, yang memiliki ciri khas meliputi tekanaa, turun-naiknya nada, dan panjang-pendeknya bunyi bahasa sehingga membangun akses yang berbeda. Ragam bahasa menurut pendidikan, pada orang yang bependidikan formal dan non-formal memiliki ragam bahasa yang berbeda, yang mana orang yang berpendidikan memiliki bahasa Indonesia yang terpelihara. Ragam bahasa menurut sikap penutur, itu tergantung pada mitra tutur atau lawan bicara atau terhadap pembaca, sehingga berkaitan dengan bahasa baku atau tidak baku pada saat menggunakan bahasa. Bedasarkan topik persoalan, ragam bahasa yang digunakan seseorang agak terbatas karena harus memilih salah satu ragam yang dikuasainya dan yang cocok dengan bidang atau pokok persoalan tersebut. Jumlah ragam yang dimiliki seseorang itu tergantung pada luas pergaulan, pendidikan, profesi, kegemaran, dan pengalaman. 3.2
Saran Sebaiknya sebagai bangsa Indonesia, kita perlu menggunakan ragam bahasa
dengan baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari agar kalimat yang kita sampaikan sesuai dengan aturan dan dapat dimengerti oleh lawan bicara.