Iii. Metodologi

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Iii. Metodologi as PDF for free.

More details

  • Words: 9,205
  • Pages: 45
Moch. Rum Alim. ANALISIS KETERKAITAN DAN KESENJANGAN EKONOMI INTRA DAN INTERREGIONAL JAWA-SUMATERA. Desertasi. IPB. 2006

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Teoretis Pertumbuhan ekonomi berbeda dengan pembangunan ekonomi. Menurut Djojohadikusumo (1994) pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan perkembangan berdimensi tunggal dan diukur dengan meningkatnya hasil produksi dan pendapatan. Di sisi lain, pembangunan ekonomi mempunyai makna yang lebih luas, tidak hanya menyangkut peningkatan produksi melainkan juga menyangkut perubahan pada komposisi produksi, perubahan pola penggunaan sumberdaya, perubahan pola distribusi kekayaan dan pendapatan di antara pelaku ekonomi, dan perubahan pada kerangka kelembagaan dalam kehidupan masayarakat secara menyeluruh. Pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh paling sedikit tiga hal, yaitu: (1) investasi, (2) pengeluaran pemerintah, dan (3) perkembangan ekspor-impor. Investasi merupakan salah satu bagian penting di dalam pembangunan ekonomi, yaitu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Meningkatnya investasi tidak hanya meningkatkan permintaan agregat seperti dalam model makroekonomi Keynes, tetapi juga meningkatkan penawaran agregat melalui pengaruhnya terhadap kapasitas produksi. Dalam perspektif jangka panjang, investasi meningkatkan stok kapital, dan setiap penambahan stok kapital akan meningkatkan pula kemampuan untuk menghasilkan output, yang berarti pula meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Salah satu model makroekonomi yang memberikan perhatian pada peranan investasi adalah Model Horrad-Domar. Model ini berpendapat bahwa peningkatan investasi tidak hanya meningkatkan permintaan agregat dalam jangka pendek, tetapi juga meningkatkan penawaran agregat dalam jangka panjang.

70 Selain investasi, pengeluaran pemerintah (goverment expenditure) juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Demikian juga dengan ekspor. Balassa (1980) menyatakan bahwa 43 negara sedang berkembang yang melakukan penggalakan ekspor menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi masing-masing negara. Menurut Azis (1994) ada dua kerangka konseptual pembangunan ekonomi regional. Pertama, Konsep Basis Ekonomi. Konsep ini beranggapan bahwa permintaan terhadap input hanya dapat meningkat melalui perluasan permintaan terhadap output yang diproduksi oleh sektor basis (ekspor) dan sektor non-basis (lokal). Permintaan terhadap produksi sektor non-basis hanya dapat meningkat apabila pendapatan lokal meningkat. Namun, peningkatan pendapatan lokal ini hanya terjadi apabila sektor basis (ekspor) meningkat. Dengan demikian, menurut Teori Basis, ekspor regional (daerah) merupakan penentu dalam pembangunan ekonomi regional. Kedua, Konsep Tingkat Pengembalian Hasil (rate of return). Konsep ini beranggapan bahwa perbedaan tingkat pengembalian hasil (rate of return) lebih disebabkan oleh perbedaan lingkungan atau prasarana daripada ketidakseimbangan

rasio modal–tenagakerja (capital-labor ratio). Dalam

kerangka pikir ini, keterbelakangan suatu daerah bukan karena tidak beruntung atau kegagalan pasar, tetapi karena produktifitasnya rendah. Oleh karena itu, investasi dalam prasarana adalah penting sebagai sarana pembangunan daerah. Ekspor dalam pengertian ekonomi regional adalah menjual produk ke luar region baik ke region lain dalam negeri maupun luar negeri. Tenagakerja yang berdomisili di suatu region, tetapi bekerja dan memperoleh uang dari region lain termasuk dalam pengertian ekspor. Pada dasarnya semua kegiatan yang

71 mendatangkan uang dari luar region adalah kegiatan basis. Lapangan kerja dan pendapatan di sektor basis adalah fungsi permintaan yang bersifat eksogenus. Sektor non-basis adalah semua kegiatan lain yang bukan kegiatan basis, yang diperuntukkan bagi kebutuhan konsumsi lokal. Dengan demikian permintaan sektor non-basis sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat setempat. Berarti sektor ini terikat terhadap kondisi ekonomi setempat dan tidak bisa berkembang melebihi pertumbuhan alamiah region (tidak bebas tumbuh). Oleh karena itu, menurut teori basis, ekspor daerah merupakan penentu dalam pembangunan ekonomi. Pemikiran ini menimbulkan pendapat bahwa ”masalah daerah tak lain dan tak bukan adalah masalah neraca pembayaran” (Azis, 1994). Studi ini cenderung berpijak pada kerangka teori basis dengan alasan : (1) yang dikaji dalam studi ini adalah pertumbuhan ekonomi regional dan distribusi pendapatan interregional, (2) pertumbuhan produksi per kapita suatu region tidak hanya ditentukan oleh lokasi penduduk dan aktivitas di daerah yang bersangkutan, tetapi juga oleh daerah lain, dan (3) ekspor sebagai sektor basis yang bersifat eksogenus mampu meningkatkan perekonomian regional melebihi pertumbuhan alamiah regional. Pertumbuhan ekonomi regional dapat diukur dari peningkatan output regional, baik sektoral maupun agregat. Sementara itu, pertumbuhan output suatu region tidak hanya ditentukan oleh sejumlah faktor yang ada di dalam region tersebut, tetapi juga dipengaruhi oleh perkembangan region lain, terutama region tetangga. Di sisi lain, aktivitas produksi memerlukan input primer dan berbagai input antara, baik yang berasal dari wilayah sendiri maupun dari wilayah lain. Kompensasi atas penggunaan input primer merupakan pendapatan bagi

72 rumahtangga, perusahaan, dan pemerintah sebagai pemilik input primer tersebut. Dalam kaitan ini muncul persoalan yang berkaitan dengan distribusi pendapatan antara berbagai pemilik input primer, baik intra region maupun interregional. Penggunaan input antara mencerminkan adanya keterkaitan antara berbagai aktivitas produksi baik intra region maupun interregional. Dengan demikian, kajian yang berkaitan dengan permasalahan pertumbuhan dan distribusi pendapatan memerlukan suatu model simultan yang mampu memotret keseluruhan interaksi berbagai elemen sebagaimana diuraikan di atas. Model Interregional Social Accounting Matrix (IRSAM) merupakan suatu model sederhana, namun mampu memotret seluruh neraca ekonomi baik yang endogen maupun eksogen, baik yang intra region maupun interregional. Selain itu model ini juga dapat: (1) menjelaskan keterkaitan antara aktivitas produksi, distribusi pendapatan, konsumsi barang dan jasa, tabungan dan investasi, serta perdagangan luar negeri, (2) memberikan suatu kerangka kerja yang bisa menyatukan dan menyajikan seluruh data perekonomian regional, (3) dapat dihitung multiplier perekonomian region dan menjelaskan pengaruh dari suatu perubahan terhadap produksi, distribusi pendapatan dan permintaan, dan pengaruh interregional, dan (4) menjelaskan struktur ekonomi intra region dan interregional, struktur pendapatan dan pengeluaran rumahtangga intra region dan interregional. 3.2. Kerangka Social Accounting Matrix Secara garis besar, model Social Accounting Matrix (SAM) dibagi atas empat neraca, yaitu: (1) neraca faktor produksi, (2) neraca institusi, (3) neraca sektor produksi, dan (4) Rest of The World. Neraca (1), (2), dan (3) adalah neraca endogen, yang secara diagramatik disusun dalam bentuk segi tiga pada Gambar 1

73 dan 2, sedangkan neraca (4) adalah neraca eksogen, berada pada lingkaran luar, memagari ke tiga neraca endogen. Garis panah pada Gambar segi tiga tersebut melambangkan arus uang yang mengalir dari neraca sektor (aktivitas) produksi ke neraca faktor produksi, kemudian ke neraca institusi dan selanjutnya ke neraca sektor produksi. Panah dari neraca sektor produksi (3) ke neraca faktor produksi (1) menyatakan bahwa kenaikan permintaan output oleh blok neraca eksogen (4) akan mengakibatkan kenaikan permintaan input dan sebagai imbalan atas input faktor tersebut mengalirlah uang dari blok neraca sektor produksi ke blok neraca faktor produksi. Selanjutnya bahwa sesungguhnya pemilik faktor-faktor produksi (1) tersebut adalah rumahtangga, perusahaan, dan pemerintah (2). Dengan demikian, meningkatnya permintaan input akan meningkatkan pendapatan institusi sesuai dengan besarnya input yang diserahkannya. Pendapatan institusi dapat digunakan untuk membeli barang dan jasa. Ini dilambangkan oleh garis panah dari blok neraca institusi (2) ke blok neraca sektor produksi (3). Secara matematis, empat neraca tersebut disusun dalam bentuk matriks, yang terdiri atas baris dan kolom. Neraca baris menunjukkan penerimaan dan neraca kolom menggambarkan pengeluaran. Setiap sel (perpotongan antara baris dan kolom) menggambarkan interaksi antara neraca. Makna dari setiap sel seperti yang terdapat di dalam Tabel 2. Dari Tabel 2 nampak bahwa SAM dapat menggambarkan keterkaitan antar sektor, distribusi pendapatan (faktorial distribution dan income distribution), dan pengaruh dari konsumsi, investasi, serta ekspor-impor terhadap pendapatan regional dan kesempatan kerja.

74 Dalam perjalanan waktu, Thorbecke (2001) mengembangkan neraca-neraca dalam SAM Sederhana menjadi enam tipe neraca, yakni: (1) neraca aktivitas produksi, (2) neraca komoditas, (3) neraca faktor produksi, (4) neraca institusi, (5) neraca modal (kapital), dan (6) neraca Rest of The World. Neraca aktivitas produksi merupakan neraca yang berkaitan dengan transaksi pembelian raw material, intermediate goods, dan sewa faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa (komoditas). Pada baris neraca aktivitas (penerimaan aktivitas) meliputi hasil penjualan komoditas pada pasar domestik dan pasar luar negeri, serta penerimaan subsidi ekspor dari pemerintah. Kolom neraca aktivitas (pengeluaran aktivitas) meliputi pengeluaran untuk impor, biayabiaya dari jasa perdagangan, dan pembayaran pajak tidak langsung. Neraca institusi oleh Thorbecke (2001) dipecah lagi menjadi tiga neraca, yaitu: (1) rumahtangga, (2) perusahaan, dan (3) pemerintah. Baris neraca rumahtangga meliputi penerimaan atas kompensasi tenagakerja, keuntungan atas modal, transfer antara rumahtangga, penerimaan transfer dari perusahaan (berupa asuransi), transfer dari pemerintah, dan transfer luar negeri. Sedangkan kolom neraca rumahtangga meliputi pengeluaran konsumsi, transfer antar rumahtangga, transfer kepada perusahaan, pembayaran pajak langsung, dan tabungan pada neraca modal. Selanjutnya, baris neraca perusahaan (penerimaan perusahaan) meliputi laba yang ditahan, transfer dari rumahtangga, dan transfer pemerintah. Sedangkan kolom neraca perusahaan (pengeluaran perusahaan) meliputi transfer kepada rumahtangga, pembayaran pajak, dan tabungan perusahaan pada neraca kapital. Baris neraca pemerintah meliputi semua penerimaan pajak, yakni pajak nilai tambah, pajak tidak langsung, pajak pendapatan, pajak langsung, dan pajak

75

Tabel 2. Struktur Sederhana Social Accounting Matrix Pengeluaran Faktor Produksi

Institusi

1 T11

2 T12

0

0

T21 Alokasi pendapatan faktor ke institusi T31

T22

Sektor Produksi

Neraca Eksogen

Total

Penerimaan

Faktor Produksi 1

Institusi

2

Sektor Produksi

3

Transfer antar institusi

0

Transfer dari luar negeri

T32 Permintaan domestik

T33 Permintaan antara

X34 Ekspor dan investasi

X42

X43

X44

0

Neraca Eksogen

Total

4

X41 Alokasi pendapatan faktor ke luar negeri

5

Y’1 Jumlah pengeluaran Faktor Produksi

3 4 T13 X14 Alokasi nilai Pendapatan tambah ke faktor produksi faktor produksi dari luar negeri T23 X24

Tabungan

Y’2 Jumlah Pengeluaran Institusi

5 Y1 Distribusi pendapatan faktorial Y2 Distribusi pendapatan institusional Y3 Total outout menurut sektor produksi Y4

Impor dan pajak Transfer lainnya Total tidak langsung penerimaan neraca lainnya Y’3 Y’4 Jumlah Total Input pengeluaran lainnya

Sumber: Thoebecke (1988) keuntungan dari perusahaan. Sedangkan kolom neraca pemerintah meliputi pengeluaran subsidi ekspor, belanja barang dan jasa, transfer kepada rumahtangga dan perusahaan, serta tabungan pemerintah. Sisi penerimaan dari neraca kapital meliputi tabungan rumahtangga, tabungan perusahaan, dan tabungan pemerintah, sedangkan sisi pengeluarannya

meliputi

pembagian

keuntungan

kepada

rumahtangga dan pembayaran pajak kepada pemerintah. Dari struktur sederhana SAM Tabel 2 di atas dapat dirumuskan persamaan matriks pendapatan dan pengeluaran neraca endogen secara agregat sebagai berikut: Y=T+X

……………………………..............................................

(3.1)

76

Distribusi pendapatan neraca endogen dan neraca eksogen dapat dirumuskan sebagai berikut: Y1 = T13 + X14

………………………………………………………

(3.2)

Y2 = T21 + T22 + X24

………………………………….……………

(3.3)

Y3 = T32 + T33 + X34

………………………………………………

(3.4)

Y4 = X41 + X42 + X43 + X44

…………………………………..........

(3.5)

Persamaan (3.2) menunjukkan distribusi pendapatan faktorial. Sedangkan persamaan (3.3) menunjukkan distribusi pendapatan institusional, persamaan (3.4) menunjukkan total output menurut faktor produksi, dan persamaan (3.5) menunjukan total pendapatan lainnya (eksogen). Sedangkan distribusi pengeluaran neraca endogen dan neraca eksogen dirumuskan sebagai berikut: Y’1 = T21 + X41

………………………………….............................

Y’2 = T22 + T32 + X42

…....................................................................

(3.6) (3.7)

Y’3 = T13 + T23 + T33 + X43

…………………………………….....

(3.8)

Y’4 = X14 + X24 + X34 + X44

………………………………………

(3.9)

Persamaan

(3.6)

menunjukkan

(faktorial).

Sedangkan

total

persamaan

pengeluaran

(3.7)

faktor-faktor

menunjukkan

total

produksi

pengeluaran

institusional, persamaan (3.8) menunjukkan total pembelanjaan input oleh sektorsektor produksi; dan persamaan (3.9) menunjukan total pengeluaran lainnya (eksogen). Sebenarnya model SAM merupakan perluasan dari model Input-Output. Namun demikian model ini memiliki sejumlah keterbatasan yang melekat pada asumsi-asumsi dari model. Adapun asumsi-asumsi yang digunakan adalah: (1) seluruh produk yang dihasilkan oleh setiap sektor habis dikonsumsi pada periode

77

tertentu, (2) hubungan input-output dalam kegiatan produksi bersifat linier atau constant return to scale, (3) tidak ada substitusi antara faktor produksi yang digunakan, (4) suatu kelompok produk tidak dihasilkan bersama-sama oleh dua perusahaan atau lebih, (5) harga konstan, (6) tidak ada eksternalitas negatif, dan (7) perekonomian dalam keadaan keseimbangan. Sekalipun SAM memiliki sejumlah keterbatasan, namun model ini telah digunakan secara luas, yang antara lain oleh Nokkala (2000) dalam penelitiannya yang berkaitan dengan kebijakan investasi sektor pertanian di Zambia, Iqbal dan Siddiqui (2000) untuk menganalisis dampak penyesuaian struktural terhadap ketidakmerataan pendapatan (income inequity) di Pakistan; Wagner (1998) untuk menganalisis dampak ecotourism terhadap perekonomian region APA de Guarquechaba, Brazil; dan Bautista (2000) untuk menganalisis dampak pembangunan sektor pertanian terhadap perekonomian region Viet Nam. Argumentasi umum yang dikemukakan dalam menggunakan model SAM adalah bahwa model ini dapat memotret keterkaitan aktivitas perekonomian pada suatu region atau interregional dengan disagregasi yang luas sehingga dapat diperoleh objek yang beragam. Wagner (1998) mengemukakan tiga alasan mengapa ia memakai model SAM, yaitu: (1) model SAM dapat menjelaskan keterkaitan antara aktivitas produksi, distribusi pendapatan, konsumsi barang dan jasa, tabungan dan investasi, serta perdagangan luar negeri, (2) SAM dapat memberikan suatu kerangka kerja yang bisa menyatukan dan menyajikan seluruh data perekonomian region, dan (3) dengan SAM dapat dihitung multiplier perekonomian region yang berguna untuk mengukur dampak dari ecotourism terhadap produksi, distribusi pendapatan dan permintaan, yang menggambarkan struktur perekonomian.

78

Region I Region II T36

Sektor Produksi (3)

Sektor Produksi (6)

T63 T35

T32 T62 T65

T13

Faktor Produksi (1)

T21

Institusi (2) T24

T25 T52

Institusi (5)

T54

T46 Faktor Produksi (4)

T51

Rest of the Indonesia dan Rest of the World (7) Gambar 1. Kerangka SAM-Interregional Keterangan : = transaksi intra region, = transaksi interregional Sumber : Hadi (2001) dan Achjar et al. ( 2003), modifikasi Di Indonesia, beberapa studi telah menggunakan model Interregional Social Accounting Matrix, antara lain oleh Hidayat (1991) dan Hadi (2001). Hidayat membagi region Indonesia kedalam dua region, yaitu region Jawa (inner island) dan region luar Jawa (outer island), kemudian membangun SAM-Interregional yang terintegrasi. Hadi membagi region Indonesia menjadi Kawasan Barat Indonesia (KBI) yang meliputi seluruh provinsi di pulau Sumatera dan pulau Jawa dan Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang meliputi provinsi-provinsi di luar pulau Sumatera dan Jawa. SAM-Interregional memiliki beberapa kelebihan dibanding SAM region tunggal, dimana SAM-Interregional memberikan tambahan informasi mengenai hubungan interregional, khususnya dalam: (1) arus barang interregional, (2)

79

distribusi pendapatan interregional, dan (3) keseimbangan keragaan ekonomi makro interregional. Gambaran umum tentang SAM-Interregional dapat dilihat pada Gambar 1 dan Tabel 3. Tabel 3. Struktur SAM-Interregional Pengeluaran Region I Penerimaan Region I

Faktor Produksi Institusi Sektor Produksi Faktor Produksi Insttitusi

1 2 3 4 5

Sektor Produksi Neraca Eksogen Total Pengeluaran

6 7 8

Region II

1

2

T21

T22 T32

Region II 3 T13

4

5

T24

T25 T35

T33

T51

T52

X71 Y’1

T62 T63 X72 X73 Y’2 Y’3

6

T36 T46

T54

T55

X74 Y’4

T65 T66 X75 X76 Y’5 Y’6

Nrca Total Peneeksog rimaan 7 8 X17 Y1 X27 Y2 X37 Y3 X47 Y4 X57 Y5 X67 X77 Y’7

Y6 Y7

Gambar 1 menunjukkan bahwa sektor produksi (3 dan 6) menghasilkan output yang membutuhkan input faktor (1 dan 4). Selanjutnya nilai tambah tersebut dialokasikan kepada institusi sebagai pemilik faktor produksi (T21 dan T54). Hubungan T21 dan T54 menunjukkan distribusi pendapatan, sebab ada perbedaan pemilikan faktor produksi pada setiap institusi. Selanjutnya, institusi mengalokasikan pendapatan yang diperolehnya kepada sektor produksi baik dalam bentuk konsumsi langsung, investasi, tabungan, maupun transfer antara institusi. Transaksi institusi dalam model SAM Interregional, tidak hanya terjadi di dalam region (intra region), tetapi juga lintas region (interregional), yakni: alokasi pendapatan institusi kepada sektor produksi dalam region dan sektor produksi interregional, serta transfer antara institusi di dalam region dan transfer antara institusi interregional. Hubungan atau interaksi ekonomi antara Region I dan Region II ditunjukkan oleh panah putus-putus dengan tanda T24, T25, T35, T36, T51, T52, T62, dan T63 sebagaimana terlihat pada Gambar 1.

80 Tabel 4. Definisi Neraca Transaksi SAM-Interregional Neraca T13; T46 T21; T54 T22; T55 T24; T51 T25; T52 T32; T65 T33; T66 T35; T62 T36; T63 X17; X47 X27; X57 X37; X67 X71; X74 X72; X75 X73; X76 X77 Y18; Y48 Y28; Y58 Y38; Y68 Y78 Y81; Y84 Y82; Y85 Y83; Y86 Y87

Definisi Pendapatan faktor produksi dari sektor produksi setiap region Pendapatan institusi atas pemilikan faktor produksi dalam region Transfer antar institusi dalam region Pendapatan institusi atas pemilikan faktor produksi interregional Transfer antara institusi interregional Permintaan atas barang dan jasa oleh institusi dalam region Permintaan antara dalam region Permintaan atas barang dan jasa oleh institusi interregional Permintaan antara interregional Pendapatan faktor produksi dari transfer luar negeri Transfer luar negeri kepada institusi Ekspor barang dan jasa setiap region Permintaan luar negeri atas pemilikan faktor produksi Tabungan institusi Impor barang dan jasa setiap region Tranfer lainnya Distribusi pendapatan faktorial setiap region Distribusi pendapatan institusional setiap region Total output sektor produksi setiap region Total penerimaan neraca lainnya Distribusi pengeluaran faktorial setiap region Distribusi pengeluaran institusional setiap region Total input sektor produksi setiap region Total pengeluaran neraca lainnya

Transaksi masing-masing region (Region I dan Region II) dengan luar negeri (termasuk region lain di luar kedua region tersebut) ditunjukkan oleh hubungan masing-masing blok neraca dengan rest of the world. Hubungan antara blok neraca sektor produksi dengan rest of the world menunjukkan adanya perdagangan langsung dengan luar negeri oleh masing-masing region. Sedangkan, hubungan

antara

blok neraca faktor produksi dengan rest of the world

menunjukkan aliran modal (capital flows) dari dan ke luar negeri. Kemudian hubungan antara blok neraca institusi dengan rest of the world menunjukkan adanya transfer institusi ke dan dari luar negeri.

81 Dari gambaran di atas (Gambar 1) dapat dibangun kembali dalam bentuk tabel (Tabel 3) untuk menunjukkan struktur SAM-Interregional secara agregat. Dengan Tabel 3 ini, nampak dengan jelas posisi setiap sel. Adapun pengertian dari setiap sel (neraca transaksi) dirumuskan dalam Tabel 4. 3.3. Kerangka Analisis Multiplier SAM Analisis multiplier didalam model SAM dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu: accounting multiplier dan fixed price multiplier. Accounting multiplier pada dasarnya sama dengan multiplier dari Leontief Inverse Matrix yang terdapat dalam model Input-Output. Ini berarti bahwa semua analisis multiplier yang terdapat dalam model Input-Output seperti own multiplier, other linkage multiplier dan multiplier total dapat digunakan dalam analisis SAM. Sedangkan analisis fixed price multiplier mengarah pada analisis respon rumahtangga terhadap perubahan Neraca Eksogen dengan memperhitungkan expenditure propensity (Isard et al., 1998). Selanjutnya apabila diasumsikan bahwa besarnya kecenderungan rata-rata pengeluaran, Aij, merupakan perbandingan antara pengeluaran sektor ke-j untuk sektor ke-i dengan total pengeluaran ke-j (Yj), maka: Aij = Tij / Yj …………………………………………………............. (3.10) atau dalam bentuk matriks adalah :  0 A =  A21  0

0 A22 A32

A13  0  A33 

…………………........................................... (3.11)

Apabila persamaan (3.1) dibagi dengan Y, maka diperoleh: Y/Y = T/Y + X/Y ……………………………………………………… (3.12)

82 Selanjutnya persamaan (3.10) disubstitusikan ke persamaan (3.12) sehingga menjadi: I = A + X/Y (I – A)Y = X Y = (I – A)-1 X

……………………………………………………..... (3.13)

Jika, Ma = (I – A)-1 maka: Y = Ma X

....................................................................................... (3.14)

Dimana A adalah koefisien-koefisien yang menunjukkan pengaruh langsung (direct coefficients) dari perubahan yang terjadi pada suatu sektor terhadap sektor lainnya. Sementara itu Ma adalah pengganda neraca (accounting multiplier) yang menunjukkan pengaruh perubahan suatu sektor terhadap sektor lainnya dari seluruh SAM. Pyatt and Round (1985) melakukan dekomposisi terhadap pengganda neraca agar mendapatkan dampak langsung dan tidaklangsung yang dalam bentuk multiplikatif: Ma = Ma3 Ma2 Ma1

……………………………………………… (3.15)

atau secara aditif dapat ditulis: Ma = I + Ma1 - I + (Ma2 - I) Ma1 + (Ma3 - I) Ma2 Ma1

………………. (3.16)

Ma1 adalah transfer multiplier, yang menunjukkan pengaruh dari satu blok neraca terhadap dirinya sendiri, yang dirumuskan sebagai berikut: Ma1 = (I – A0 )–1

……………………………………………..…… (3.17)

dimana: 0 A = 0 0 0

0 A22 0

0  0  ………………………………………………… (3.18) A33 

83 sehingga:

M a1

0 0 0    −1 = 0 ( 1 − A22 ) 0  ……………………………….. (3.19) −1 0 0 ( 1 − A33 ) 

Selanjutnya Ma2 adalah open loop multiplier atau cross effect yang menunjukkan pengaruh langsung dari satu blok ke blok lain. Dalam hal ini Ma2 dapat dirumuskan: Ma2 = (I + A* + A*2)

……………………………………………… (3.20)

dimana A* = (I – A0)-1 (A – A0) Oleh karena: A*13 = A13 A*21 = (I – A22)-1 A21 A*32 = (I – A33)-1 A32 maka Ma2 dapat ditulis sebagai berikut:

M a2

 1 A* 13 A* 32 A* 13    =  A* 21 1 A* 21 A* 13   A* 32 A* 21 A* 32 1  

……………………… (3.21)

Proses open loop multiplier antara blok nampak pada Gambar 2. Gambar ini menunjukkan bahwa apabila injeksi awal terjadi pada peningkatan permintaan ekspor (X3), maka output yang terkait dengan blok aktivitas produksi (Y3) akan meningkat, kemudian memberikan pengaruh berikutnya terhadap pendapatan pada blok faktor produksi (Y1) dengan nilai pengganda sebesar A13. Selanjutnya, peningkatan pendapatan pada blok faktor produksi akan memberikan pengaruh lanjutan terhadap pendapatan pada blok institusi (Y2) dengan nilai pengganda sebesar A*21, dan selanjutnya akan meningkatkan pendapatan blok produksi dengan nilai pengganda sebesar A*32. Apabila injeksi awal bersumber dari

84

(I-A33 )-1 X3 X3= permintaan ekspor

Y3 Aktivitas Produksi

A*32 =(I-A33 )-1 A32

Y2 Distribusi pendapatan institusi

(I-A22 )-1 X2 X2= pendapatan non-faktor dari luar negeri

A*13 =A13

A*21 =(I-A22 )-1 A21

Y1 Distribusi pendapatan faktor produksi

X1= pendapatan faktor dari luar negeri

Gambar 2. Proses Pengganda Antara Neraca Endogen SAM Sumber : Thorbecke (1998) peningkatan pendapatan blok faktor produksi yang berasal dari luar negeri (X1), maka injeksi ini akan berpengaruh terhadap pendapatan pada blok institusi dengan nilai pengganda sebesar A*21 dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap pendapatan pada blok aktivitas produksi dengan nilai pengganda A*32. Peningkatan pendapatan pada blok aktivitas produksi akan berpengaruh terhadap pendapatan pada blok faktor produksi dengan nilai pengganda sebesar A13. Apabila injeksi berawal dari peningkatan pendapatan blok non-faktor produksi yang berasal dari luar negeri (X2), maka injeksi ini akan berpengaruh terhadap pendapatan pada blok aktivitas produksi dengan nilai pengganda sebesar A*32 dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap pendapatan pada blok faktor produksi

85 dengan nilai pengganda A13. Peningkatan pendapatan pada blok faktor produksi akan berpengaruh terhadap pendapatan pada blok institusi dengan nilai pengganda sebesar A*21. Terakhir, Ma3 merupakan closed loop multiplier yang menunjukkan pengaruh dari satu blok ke blok lain, kemudian kembali pada blok semula. Dalam bentuk matriks Ma3 dapat ditulis sebagai berikut: Ma3 = (I – A*3)-1

................................................................................ (3.22)

Persamaan (3.22) secara rinci dapat ditulis sebagai berikut:

( 1 − A* 13 A* 3 2 A* 32 )− 1  0 0   M a3 =  0 ( 1 − A* 13 A* 32 A* 32 )−1 0  * * * −1   0 0 ( 1 − A 13 A 3 2 A 32 )   ...

(3.23)

Dekomposisi pengganda neraca tidak hanya dilakukan dengan pendekatan rata-rata, tetapi juga dapat dilakukan dengan pendekatan marjinal. Dekomposisi pengganda neraca dengan pendekatan marjinal memerlukan suatu matriks yang disebut marginal expenditure propensities yang dinotasikan dengan C. Matriks C dibentuk berdasarkan asumsi harga tetap, sehingga pengganda yang diperoleh dengan cara ini seringkali disebut pengganda

harga tetap. Secara matematis

matriks C dirumuskan sebagai: C = ∂T/∂Y

……………………………………………………… (3.24)

Secara rinci ditulis sebagai:  0 C = C 21  0

0 C 22 C 32

0  0  C 33 

karena Y = T + X, maka:

……………………………………… (3.25)

86 ∂Y = ∂T + ∂X

……………………………………………………… (3.26)

dengan demikian: ∂Y = C∂T + ∂X ∂Y = (I – C)-1 ∂X

…………………………………………… (3.27)

atau ∂Y = Mc ∂X

…………………………………………………… (3.28)

Dimana Mc adalah pengganda harga tetap, yang selanjutnya dapat didekomposisi ke dalam Mc1 (transfer multiplier), Mc2 (open loop mutiplier), dan Mc3 (closed loop multiplier), sehingga: Mc = Mc3Mc2Mc1

............................................................................... (3.29)

Bentuk matriks Mc3, Mc2, Mc1 sama seperti pada matriks dekomposisi sebelumnya, hanya saja yang digunakan disini adalah marjinal pengeluaran. Untuk SAM-Interregional, Pyatt dan Round (1985) menunjukkan dekomposisi multiplier sebagai berikut: M = Mr3Mr2Mr1

…………………………………………………..... (3.30)

dimana: Mr3 = closed-loop multiplier effect within region, Mr2 = interregional open-loop multiplier effect, Mr1 = transfer effect within region. Persamaan (3.30) diperoleh dengan penurunan sebagai berikut: Y1 = B11Y1 + B12Y2 + X1

........................................................... (3.31)

Y2 = B22Y2 + B21Y1 + X2

.................................................................... (3.32)

dimana: Y1, Y2

= total pengeluaran untuk masing-masing region;

B11, B22

= koefisien intra-regional;

87 B12, B21

= koefisien interregional;

X1, X2

= neraca eksogen.

Dari persamaan (3.31) dan (3.32), maka: Y1 = (1 - B11)-1 b12Y2 + (1 - B11)-1 X1

............................................. (3.33)

Y2 = (1 – B22)-1 b21Y1 + (1 – B22)-1 X2

.............................................. (3.34)

Persamaan (3.33) dan (3.34) bila ditulis dalam bentuk perkalian matriks adalah:

88

Υ 0 [I−B]bΥ[I−B] 0 Χ =  −1 + −1  Υ2 [I−B2]b 0 Υ22 01 [I−B2]Χ2 2 −1 −1 1 1 1 1 1 21 1

........ (3.35)

Bila didefinisikan bahwa D12 = [I – B11]-1 b12 dan D21 = [I – B22]-1 b21, selanjutnya persamaan (3.35) dapat ditulis sebagai berikut:

89

Υ I D [I−B] 0 Χ =    −1 . Υ2 D2 I  0 [I1−B2]Χ2 2 −1 −1 1 1 1 21

Dengan demikian :

................... (3.36)

90

 [ I − B1 ] 1 0  Μ r1 =  − 1   0 [ I − B2 ] 2 −1

..................................................... 3.37)

sedang

[I− D D ] [I− D D ] D  Μ r =x   −1  [ I − D2 D1 ] D2 2 1 [ I − D2 D1 ] 2  −1 12 1

−1 12 112

................................. (3.38)

sehingga :

[I− D1 2] 20 1  1 D1 2 Μr =  x    0 [I− D2 1] D12 2 1 1 −1

........................ (3.39)

91 Dengan demikian, maka :

 1 D1  2 Μ r2 =    D2 11 

............................................................................ (3.40)

dan

 [ I − D1 D22] 1 0  Μ r3 =  − 1  0 [ I − D2 D1 1] 2 −1

......................................... (3.41)

3.4. Kompilasi Jaringan Interregional Dengan mengasumsikan ada dua region, r dan R, dan setiap region terdiri dari tiga subsistem ekonomi (aktivitas produksi, faktor produksi, dan institusi) kompilasi jaringan interregional, matriks A** , dapat dinyatakan sebagai berikut (Achjar et al., 2003):

92

 0  rr  A21  0  A** =    0  Rr  A213  0 

0 A22rr A32rr  0 A22Rr

A13rr 0 A33rr  A13Rr 0

A32Rr

A33Rr 

 0  A21rR  0    0  A21RR 0

0 A22rR A31rR  0 A22RR A32RR

A13rR   0  A33rR    A13RR   0  A33RR 

............................ (3.42)

Menggunakan suatu pendekatan dekomposisi untuk membangun Block Structural Path Analysis (BSPA), blok parsial matriks input langsung untuk tiga blok dan invers Leontief parsial dalam setiap region dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Untuk pasangan institusi-aktivitas: *  A22 A (1) =  *  A23

0  *  A33 

*

..................................................................... (3.43)

Besaran input dalam first layer feedback loop dalam kerangka SAM-Interregional dinyatakan sebagai: * * A12 = A13* B3* A32 ;

A13* = A13*

* = A12 A13 ............................................................ (3.44) ; A23

* A21 = A12*

* * * A31 = A22 B2* A21 ;

* * A32 = A23

dengan invers Leontief parsial adalah:

[

B (1) = I − A (1) *

*

(

)

]

−1

 B3* = * * *  B3 A32 B2

0  B3* 

* * * dimana: B2* = I − A22 dan B33 = ( I − A33 )

............................................. (3.45)

−1

2. Untuk pasangan faktor produksi-aktivitas:

 0 A13*  A* ( 2 ) =  *   0 A33 

............................................................................ (3.46)

93 dengan invers Leontief parsial adalah:

[

B ( 2) = I − A ( 2) *

*

]

−1

 I A13* B3*  = *  ..................................................... (3.47)  0 B3 

3. Untuk pasangan faktor produksi-institusi:  0 A * ( 3) =  *  A21

0  *  A22 

......................................................................... (3.48)

dengan invers Leontief parsial adalah:

[

B * ( 3) = I − A* ( 3)

]

−1

 I = * *  B21 A21

0 ................................................. (3.49) B2* 

Menggunakan metode dekomposisi yang sama dengan BSPA, perluasan invers Leontief untuk first layer feedback loop dalam interregional block structural path analysis (IRBSPA) dapat dinyatakan sebagai:

[

* * B11* = I − A13* B3* A32 B2* A21

]

−1

[

* * * * B22 = I − A22 − A21 B13* A13* B3* A32

[

* * * * B33 = I − A33 − A32 B2* A21 A13*

]

]

−1

......................................................(3.50)

−1

Kompilasi jaringan interregional diusulkan untuk mentransformasi pengaruh sistem ekonomi dalam region r yang berhubungan dengan subsistem ekonomi dalam region R. Untuk tujuan ini, peluasan invers Leontief dari suatu region seperti pada persamaan (3.50) ditetapkan sebagai second layer economic subsystem. Menggunakan pendekatan ini, pengaruh semua subsistem ekonomi terhadap subsistem ekonomi secara keseluruhan dapat ditangkap dengan memasukkan first layer dari perluasan invers Leontief ke dalam second layer. Misalkan

sub-blok

matriks

interregional

Aij** digunakan

untuk

mengkonstruksi blok matriks direct inputs interregional parsial, yaitu aktivitas

94 produksi i dan faktor produksi j dalam kerangka intra atau interregional dinyatakan sebagai:

 A rr Aij* =  ijRr  Aij

AijrR   AijRR 

.............................................................................. (3.51)

Dengan menggunakan matriks yang sama dilakukan dekomposisi untuk menurunkan first layer invers Leontief parsial dari (3.43) sampai dengan (3.49), untuk SAM-Interregional dua arah, setiap region berisikan tiga subsistem ekonomi, ada empat cluster dari second layer invers Leontief yang diperluas. Setiap cluster berisikan tiga blok, sehingga diperoleh 12 blok second layer invers Leontief yang diperluas, ini disajikan pada persamaan (3.52) sampai (3.55) berikut ini:

[ = [I − A

rr B11rr = I − A13rr B3rr A32rr B2rr A21 rr Intraregional rr B22

rr 22

]

−1

]

rr − A21 A13rr B3rr A32rr

[

rr B33rr = I − A33rr − A32rr B2rr A21 A13rr

[ = [I − A = [I − A

−1

]

−1

B11RR = I − A13RR B3RR A32RR B2RR A21RR

Intraregional RR B22RR B33RR

rR B22

B33rR

RR 33

− A32RR B2RR A21RR A13RR

]

rR 22

rR 33

] ]

] ]

−1

rR − A32rR B2rR A21 A

]

−1 −1

B33Rr = I − A33Rr − A32Rr B2Rr A21Rr A13Rr

]

−1

[

−1

............................ (3.54)

]

Rr 22

........................(3.53)

rR −1 13

− A21Rr A13Rr B3Rr A32Rr

B22Rr (3.55)

−1

−1

rR − A21 A13rR B3rR A32rR

B11Rr = I − A13Rr B3Rr A32Rr B2Rr A21Rr

Interregional Rr

−1

− A21RR A13RR B3RR A32RR

[ = [I − A = [I − A

[ = [I − A

]

RR 22

rR B11rR = I − A13rR B3rR A32rR B2rR A21

Interregional rR

............................... (3.52)

............................

95 Dengan mengkompilasi jaringan intteregional A** tersebut ke dalam persamaan (3.42), final demand d * dan total output X * , sistem tersebut dapat dinyatakan sebagai:

 0 0 A13rr 0 0 A13rR  0  0   rr  dr  Xr rr rR rR 0   A21 A22 0 A21 A22  I  1 r rr rr rR rR  0 A32 A33 0 A32 A33  *  d λ  *  X λr  ** A =  ; d =   ; X =   .... (3.56) 0 A13Rr 0 0 A13RR   0 0  0   A Rr A Rr 0 A RR A RR 0   d IR   X 1R  21 22 21 22    R  R Rr Rr 0 A32RR A33RR   d λ   X λ   0 A32 A33 Mengacu pada Sonis dan Hewings (1998), sekumpulan hirarki feedback loop yang menangkap efek-efek feedback loop yang diterima oleh sistem ekonomi secara keseluruhan dibangun sebacai berikut:

 B11**  ** ** B ** d * =  B2* A21 B11 * * * * * * ** **  B3 A32 B2 A21 B11 

** ** A13** B3** A32 B22 ** B22 ** ** B3** A32 B22

 0  ** ** **   *  B2** A21 A13 B33   d I  **  d λ*  B33  ** A13** B33

**  A13** B3** A32   A13**    ** *  ** ** **  ** ** = I  B22 d 1 +  B2 A21 A13  B33 d A ............................. (3.57) * * * *  B3 A32    I    

Secara umum, invers Leontief untuk sistem interregional ditulis sebagai:

 B11**  ** ** B ** =  B2* A21 B11 ** ** ** **  B3** A32 B2 A21 B11 

** ** A13** B3** A32 B22 ** B22 ** ** B3** A32 B22

 ** ** **  B2** A21 A13 B33  **  B33  ** A13** B33

96

 I  ** ** = B2* A21 B11 ** ** ** **  B3** A32 B2 A21 B11 

** ** A13** B3** A32 B22

I ** ** B3** A32 B22

  B11** ** ** **   B2** A21 A13 B33   0  0 I  ** A13** B33

0 ** B22

0

0   0  **  B33 

............. (3.58) Kompilasi rantai jaringan interregional mulai dari dampak sendiri (self-influence) ** * B22 d I , pengeluaran institusi, d I* , terhadap pendapatan institusi dan dampak

** ** B22 d I** , dan pengeluaran institusi terhadap pendapatan faktorial, A13** B3** A32

** ** ** * output aktivitas-aktivitas, B3 A32 B22 d I , dapat dinyatakan sebagai berikut: ** * ** ** * ** ** ** d I* → B22 d I → B3** A32 B22 d I → A13** B3** A32 B22 d I ............................... (3.59) ** * Dampak sendiri, B33 d A , dari injeksi ke dalam aktivitas-aktivitas produksi,

** d A* , dan d A* , dan dampak dari injeksi ini terhadap pendapatan faktoraial, A13** B33

** ** ** ** * pendapatan insitutusi, B2 A21 A13 B33 d A , direfleksikan oleh rantai kompilasi

sebagai berikut: ** * ** * ** ** ** * d A* → B33 d A → A13** B33 d A → B2** A21 A13 B33 d A .................................... (3.60)

Walaupun kompilasi jaringan (3.59) dan (3.60) telah masuk feedback loop effects dari semua aktivitas, faktor-faktor produksi dan institusi-institusi interregional, namun rantai kompilasi jaringan tersebut tidak didekomposisi ke asal dampak dari injeksi yang diturunkan dari suatu region secara individual. Dalam rangka untuk menjajaki dampak region secara individual yang didapatkan dengan memasukkan rest of the regions ke dalam sistem perekonomian nasional, rantai kompilasi jaringan (3.59) dan (3.60) dikonstruksikan sebagai berikut:

97 1. Kompilasi jaringan injeksi institusi dari region r

 d Ir   → 0  

 B22rr B22rR   d Ir   B3rr B3rR   A32rr B32rR   Rr    →  Rr   RR   Rr RR  RR    B B B B A B 0 3   32 32  22     3  22

 B22rr B22rR   d Ar   A13rr  Rr    →  Rr RR    A B B 22   0   22  13  B22rr  Rr B  22

A13rR  B3rr B3rR   A32rr B32rR     ................ (3.61) A13RR  B3Rr B3RR   A32Rr B32RR 

B22rR  d Ar    B22RR  0 

Feedback loops effects dari injeksi tersebut terhadap institusi oleh region r dalam kerangka SAM-Interregional dapat disimplifikasi dalam format berikut ini: d Ir



rr B22 d Ir ↓



rr rr B3rr A32 B22 d Ir

Rr B22 d Ir ↓ Rr B3Rr A32Rr B22 d Ir ............................................

(3.62) ↓



rr rr A13rr B3rr A32 B22 d Ir

Rr A13Rr B3Rr A32Rr B22 d Ir

rr d Ir adalah dimana, d Ir adalah injeksi terhadap institusi dari region r, B22

pendapatan institusi yang diciptakan dalam region r (self-influence income), rr rr B3rr A32 B22 d Ir adalah

output

aktivitas-aktivitas

pada

region

r,

dan

rr rr A13rr B3rr A32 B22 d Ir adalah pendapatan faktorial yang diciptakan dalam region r.

Dampak eksternal terhadap pendapatan institusi dalam region R diperlihatkan oleh Rr B22 d Ir , kemudian permintaan untuk aktivitas-aktivitas dalam region R sebagai

Rr B3Rr A32Rr B22 d Ir , dan dampak terhadap pendaptan faktorial dalam region R sebagai

Rr A13Rr B3Rr A32Rr B22 d Ir .

2. Kompilasi jaringan injeksi aktivitas-aktivitas dari region r

98

 d Ar   →  0    B2rr  Rr B  2

 B33rr B33rR   d Ar   Rr   → RR    B B 33   0   33

B2rR  A13rr  B2RR  A13Rr

 A13rr B13rR   B33rr B33rR   d Ar   Rr    → RR   Rr RR    A B B B 13   33 33   0   13

A13rR  B33rr  A13RR  B33Rr

B33rR  d Ar    ........................................ (3.63) B33RR  0 

Menggunakan dekomposisi yang sama seperti untuk institusi (3.61) pengaruh injeksi aktivitas-aktivitas produksi dari region r dan dampaknya terhadap subsistem ekonomi pada kedua region r dan R dapat disimplifikasi sebagai berikut: d Ar



rr B33 d Ar

Rr B33 d Ar



↓ rr A13rr B33 d Ar

↓ A13Rr B33Rr d Ar ............................................. (3.64)

↓ rr rr B22 A13rr B33 d Ar

↓ Rr Rr B22 A13Rr B33 d Ar

rr Rr d Ar dan B33 d Ar dimana, d Ar adalah injeksti aktivitas-aktivitas dari region r, B33

berturut-turut adalah output yang dihasilkan dari aktivitas-aktivitas dalam region r dan region R (self-influence output),

rr A13rr B33 d Ar dan A13Rr B33Rr d Ar adalah

pendapatan faktorial yang dihasilkan dalam region r dan R. Dampak eksternal terhadap transfer pendapatan institusi dalam region r dan R diperlihatkan oleh rr rr Rr B22 A13rr B33 d Ar dan B22 A13Rr B33Rr d Ar .

3.5. Metode Updating dan Balancing SAM Seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa model SAM merupakan pengembangan dari model Input-Output. Pada umumnya data inputoutput dikelompokkan pada interval waktu yang panjang (antara 5 tahun atau lebih), sedangkan data-data pendukung seperti data produk dan pendapatan

99 nasional tersedia setiap tahun. Data-data pendukung diperoleh dari berbagai sumber, antara lain: sensus/survei industri, tenagakerja, pertanian, neraca pemerintah, neraca pedagangan dan survei rumahtangga. Model SAM yang dibangun pada tingkat nasional maupun daerah juga banyak yang masih sangat agregat. Untuk mendapatkan SAM per tahun dan yang disagregasi secara lebih rinci dapat dilakukan dengan metoda RAS dan Cross-Entropy. Dengan metoda RAS dapat dibangun matriks A yang baru (A1) berukuran n x n dari matriks A yang lama (A0) dengan mengaplikasikan multiplier baris (r) dan kolom (s). Apabila T adalah matriks transaksi SAM, dimana tij adalah nilai sel

yang memenuhi kondisi Tj =

∑t i

ij

. Koefisien matriks SAM (A), dibangun dari

matriks transaksi (T) dibagi dengan sel-sel dalam setiap kolom dari T dengan jumlah total kolom, yakni:

aij =

tij

tj

.......................................................................................... (3.65)

Pendekatan klasik untuk memecahkan masalah untuk membangun suatu matriks baru (A1) dari matriks lama (A0) dikenal dengan operasi proporsional ganda (biproportional) baris dan kolom, dinyatakan sebagai berikut: a ij1 = ri a ij0 s j

........................................................................................ (3.66)

Dalam notasi matriks dinyatakan sebagai berikut: ~ ~ A1 = R A 0 S

....................................................................................... (3.67)

2 dimana (~) mengindikasikan elemen matriks diagonal ri dan s j . Metoda RAS

merupakan suatu algoritma yang bersifat iteratif dari penyesuaian proporsional ganda.

100 Langkah-langkah dalam operasional metoda RAS dinyatakan sebagai berikut: Langkah ke-1 ai1 =

xˆ i ⇒ xij1 = ai1 xij0 ⇒ b1j = 0 ∑ xij

xˆ j

⇒ xij2 = b1j xij1

......................... (3.68)

xˆ j xˆ i 3 2 2 2 ⇒ x = a x ⇒ b = ⇒ xij4 = b 2j xij3 ij i ij j 2 3 ∑ xij ∑ xij

....................... (3.69)

j

∑x

1 ij

i

Langkah ke-2 ai2 =

j

i

....... sampai dengan langkah ke-t Langkah ke-t ait =

xˆ i ⇒ xij2t −1 = a it xij2t −2 ⇒ b tj = t −2 ∑ xij j

xˆ j

∑x

2 t −1 ij

⇒ xij2t = b tj xij2t −1

......... (3.70)

i

Proses ini dilakukan sampai dengan diperoleh iterasi yang konvergen. Langkahlangkah ini dapat diringkas sebagai berikut:

 t −1  t  xij2t −1 =  ∏ b hj  ∏ aik  xij0 1 3 5  h =1  k =1  , untuk rank nilai ganjil, xij , xij , xij ,... ........ (3.71)

 t h  t k  0 x =  ∏ b j  ∏ ai  xij 2 4 6  h =1  k =1  , untuk rank nilai genap, xij , xij , xij ,... ......... (3.72) 2t ij

 t   t  Ait =  ∏ aik  Bit =  ∏ b hj   k =1  dan  h =1  dengan ⇒ xij2t −1 = Ait B tj −1 xij0 ; ⇒ xij2t = Ait B tj xij0 ;

untuk rank nilai ganjil,

untuk rank nilai genap,

xij1 , xij3 , xij5 ,...

xij2 , xij4 , xij6 ,...

........................ (3.73)

........................... (3.74)

Ketika ada suatu solusi, metoda RAS mempunyai keunggulan karena aplikasinya sederhana. Tetapi, kesederhanaan ini memiliki banyak kelemahan, yakni:

101 (1) memiliki fondasi ekonomi yang lemah; (2) tidak mampu mengakomodasi sumber-sumber data lainnya selain total baris dan kolom. Disebabkan oleh kelemahan tersebut, maka banyak peneliti yang menggunakan metoda CrossEntropy untuk updating dan balancing SAM. Namun demikian, metoda RAS banyak digunakan oleh peneliti untuk updating dan balancing Tabel InputOutput. Metoda Cross-Entropy

merupakan perluasan dari metoda RAS, dimana

metoda Cross-Entropy lebih fleksibel dan unggul untuk mengestimasi SAM ketika data scattered (tersebar) dan tidak konsisten. Sementara itu metoda RAS mengasumsikan bahwa estimasi dimulai dari suatu SAM terdahulu yang konsisten dan hanya mengetahui tentang total baris dan kolom. Kerangka Cross-Entropy mengacu pada rentang informasi terdahulu yang lebih luas untuk digunakan secara efisien dalam estimasi (Robinson et al., 1998). Ada dua pendekatan yang digunakan dalam penerapan model CrossEntropy, yaitu pendekatan deterministik dan pendekatan stokastik. Pendekatan deterministik digunakan apabila terdapat ketergantungan yang bersifat fungsional antara satu peubah dengan peubah lainnya. Sedangkan pendekatan stokastik digunakan apabila terdapat ketergantungan yang bersifat random antara satu peubah dengan peubah lainnya (Robinson et al., 1998; Robinson dan El-Said, 2000). Penelitian ini menggunakan metoda Cross-Entropy dengan pendekatan deterministik, sebab estimasi SAM hanya dilakukan pada tahun tertentu, serta ketergantungan antar sektor yang akan didisagregasi bersifat fungsional. Langkah pertama dari metoda Cross-Entropy dengan pendekatan deterministik adalah

102 mendefinisikan matriks T sebagai suatu matriks transaksi SAM, dimana tij adalah aliran pengeluaran dari neraca kolom j ke neraca baris i yang memenuhi kondisi: yi = ∑tij = ∑t ji j

j

………................................................................... (3.75)

Pada suatu SAM, setiap jumlah baris ( y i ) harus sama dengan jumlah * kolom ( y j ), dimana koefisien matriks A dapat dibentuk dari setiap sel pada

matriks T dibagi dengan jumlah kolomnya. Secara matematis hal ini dirumuskan sebagai berikut: tij

Aij =

yj

.............................................................................................. (3.76)

Kullback dan Leibler (1951) mengaplikasikan ukuran jarak cross-entropy antara dua distribusi probabilitas dalam mengestimasi SAM. Hal ini dilakukan untuk memperoleh satu set koefisien matriks yang baru

(A) dengan cara

meminimumkan jarak cross-entropy antara koefisien matriks yang baru dengan koefisien matriks sebelumnya

( A) .

Secara matematis dapat dirumuskan sebagai

berikut:  Aij  min I =∑∑Aij ln  { A} Aij   i j  

  = ∑∑ Aij ln Aij −∑∑ Aij ln A  ............................................... (3.77) j j   Dengan kendala:

∑A

ij

j

∑A j

ji

y *j = yi*

……………………………………………………. (3.78)

= 1 dan 0 ≤ A ji ≤ 1 ..........................................………........ (3.79)

3.6. Aplikasi Model SAM Interregional

103 3.6.1. Konstruksi Model Sebagaimana telah diungkapkan pada Bab terdahulu bahwa studi ini akan menggunakan Model SAM-Interregional Jawa-Sumatera (SAMIJASUM) tahun 2002. Model ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik. Data utamanya adalah : Tabel Input-Output Interregional Sumatera dan Jawa tahun 2000 yang terdiri atas 30 sektor, Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2002, Survey Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) tahun 2002, dan Data Indikator Ekonomi Indonesia 2002. Konstruksi model SAMIJASUM tahun 2002, dilakukan dalam dua tahap. Tahap Pertama adalah menentukan klasifikasi SAMIJASUM tahun 2002. Klasisfikasi dimaksud adalah menetapkan unsur-unsur yang diperlukan pada setiap blok neraca, baik untuk region Jawa maupun region Sumatera. Pada bagian terdahulu telah diungkapkan bahwa Tabel SAM terdiri atas empat blok neraca, yakni: tiga blok neraca endogen dan satu blok neraca eksogen. Neraca endogen terdiri atas : blok faktor produksi, blok institusi, dan blok sektor produksi. Dalam model SAMIJASUM 2002 blok neraca faktor produksi terdiri atas dua tipe neraca. Blok neraca institusi sebanyak delapan tipe neraca yang terdiri atas enam tipe rumahtangga, satu neraca perusahaan, dan satu neraca pemerintah. Sedangkan blok neraca sektor produksi terdiri atas 17 sektor. Ini berarti blok neraca endogen terdiri atas 27 tipe neraca. Sedangkan blok neraca eksogen terdiri atas lima tipe neraca (Tabel 5.). Jumlah seluruh neraca dalam klasifikasi SAMIJASUM tahun 2002 adalah 59 {(27 x 2) + 5}. Ini berarti bahwa model SAMIJASUM tahun 2002 merupakan model matriks 59 x 59. Tahap Kedua adalah tahap konstruksi model SAMIJASUM tahun 2002. Pada tahap ini

104 dilakukan dalam beberapa langkah. Pertama, melakukan agregasi dan updating atas Tabel Input-Output Interregional Sumatera dan Jawa Tahun2000. Perlu diketahui bahwa Tabel Input-Output Interregional Sumatera dan Jawa Tahun 2000 Tabel 5. Klasifikasi SAMIJASUM, Tahun 2002 Neraca Faktor 1 Produksi 2 3 4 5 6 Institusi 7 8 9 1 0 1 1 1 2 1 3 1 Sektor 4 Produksi 1 5 1 6 1 7 1 8 1 9 2 0 2 1 2

Keterangan Tenagakerja Kapital Rumahtangga Buruh Tani Rumahtangga Pengusaha Tani Rumahtangga Pengusaha Golongan Rendah di Desa Rumahtangga Pengusaha Golongan Atas di Desa Rumahtangga Pengusaha Golongan Rendah di Kota Rumahtangga Pengusaha Golongan Atas di Kota Perusahaan Pemerintah Tanaman Pangan dan Tanaman Lainnya Peternakan Kehutanan dan Perburuan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau Industri Pemintalan, Tekstil, dan Kulit Industri Kayu dan Barang-Barang dari Kayu Industri Kertas, Perctk, Alat Angk, Brg dr Logam, dan Ind. Ln Industri Kimia, Pupuk, Hsl dr T.liat dan Semen, dan Ind. L. Ds Listrik, Gas, dan Air Konstruksi Perdagangan, Restoran dan Hotel Transportasi dan Komunikasi Keuangan dan Perbankan Jasa Pemerintah Jasa-jasa lainnya

105

2 2 3 2 4 2 5 2 6 2 7

Neraca Eksogen

2 8 2 9 3 0 3 1 3 2

Neraca Kapital Pajak tidak Langsung Subsidi The Rest of Indonesia The Rest of World

yang dikonstruksi oleh Badan Pusat Statistik terdiri atas 30 sektor dan tiga region, yakni : Sumatera, Jawa, dan rest of the Indonesia. Tabel ini diagregasi menjadi matriks 34 x 34 untuk Sumatera dan Jawa, sedangkan untuk rest of the Indonesia menjadi matriks 34 x 1. Selanjutnya, dilakukan updating dengan terlebih dahulu menghitung data total output tahun 2002, final demand tahun 2002, dan total input primer tahun 2002, kemudian menggunakan metoda RAS dengan program

106 Phyton. Proses ini menghasilkan Tabel Input-Output Interregional Sumatera dan Jawa tahun 2002 yang terdiri atas 17 sektor. Langkah Kedua dari tahap konstruksi adalah mengisi sel-sel (neraca transaksi) SAMIJASUM tahun 2002. Dalam hal ini Tabel Input-Output Interregional hasil updating dimasukkan ke dalam Table SAMIJASUM pada selsel transaksi pada blok neraca sektor produksi, baik intra region maupun interregional. Untuk mengisi sel-sel blok neraca lainnya digunakan data Susenas, Sakernas, Indikator Ekonomi, final demand, input primer, dan total output. Datadata ini digunakan untuk menghitung nilai komponen masing-masing neraca transaksi dengan bantuan program Microsoft Excel dan SAS versi 6.12. Setelah itu dimasukkan kedalam Tabel SAMIJASUM Tahun 2002. Selanjutnya, memindahkan rest of the Indonesia ke dalam blok neraca eksogen, kemudian dilakukan balancing dengan metoda Cross Entropy dengan menggunakan program GAMS. Langkah Ketiga adalah proses pengolahan untuk mendapatkan multiplier output, nilai tambah, keterkaitan, dan dekomposisi. Proses ini menggunakan Program MAT. 3.6.2. Metoda Analisis Analisis yang dilakukan dalam studi ini dibagi dalam tiga bagian. Pertama, dengan menggunakan nilai riil (nominal) dari model SAMIJASUM TAHUN 2002, di lakukan analisis terhadap struktur ekonomi intra region dan interegional, serta struktur pengeluaran rumahtangga dan sumber pendapatan rumahtangga berbagai golongan, baik intra region maupun interregional. Kedua, menganalisis pertumbuhan ekonomi sektoral intra region dan distribusi pendapatan institusi

107 pada masing-masing wilayah. Ketiga, menganalisis dampak perubahan ekonomi suatu wilayah terhadap wilayah lain (spillover effect) dan terhadap perekonomian wilayah itu sendiri (self-generate effect), yang muaranya adalah menemuka pola ketergantungan ekonomi antara Jawa dan Sumatera; sekaligus menentukan sumber terjadinya kesenjangan ekonomi antara ke dua region. 3.6.2.1. Analisis Struktur Ekonomi Sektoral dan Struktur Pengeluaran Rumahtangga Untuk mengetahui struktur ekonomi intra Jawa dan Sumatera, serta interregional dianalisis melalui struktur PDRB. Hal ini dilakukan dengan cara meng-ekstrak nilai-nilai riil yang ada dalam model SAMIJASUM Tahun 2002 menurut sektor dan region. Nilai-nilai yang diekstrak adalah nilai-nilai dari sisi kolom (sisi pengeluaran). Selanjutnya dihitung share setiap sektor terhadap PDRB, baik intra region maupun interregional, yang dikelompokkan ke dalam bentuk tabel PDRB intra dan interregional. Cara yang sama juga dilakukan untuk mendapatkan tabel struktur pengeluaran rumahtangga dan sumber pendapatan. Struktur pengeluaran rumahtangga diambil dari sisi kolom, sedangkan sumber pendapatan rumahtangga diambil dari sisi baris. PDRB diambil dari sisi kolom yang berarti struktur PDRB yang akan dianalisis adalah PDRB dari sisi pengeluaran, baik intra region maupun interregional. 3.6.2.2. Analisis Keterkaitan Antarsektor Analisis keterkaitan (ke belakang dan ke depan) intra region dilakukan dengan cara membandingkan koefisien keterkaitan berbagai sektor produksi untuk mengetahui sektor mana yang memberikan eksternalitas positif terbesar. Di samping itu, juga membandingkan koefiesien keterkaitan ke belakang dengan

108 koefisien keterkaitan ke depan suatu sektor tertentu untuk mengetahui posisi sektor tersebut, apakah cenderung ke posisi hulu ataukah ke posisi hilir. Analisis keterkaitan interregional dilakukan dengan cara membandingkan koefisien keterkaitan (ke belakang dan ke depan) antarwilayah untuk mengetahui wilayah mana yang memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi atas input yang berasal dari wilayah lain. Selain itu, juga untuk mengetahui tingkat ketergantungan input pada sektor mana yang terbesar. 3.6.2.3. Analisis Multiplier Output Analisis pertumbuhan ekonomi regional dilakukan melalui multiplier output dan multiplier nilai tambah menurut sektor. Multiplier output intra region menggambarkan peningkatan pendapatan region tersebut, baik secara sektoral maupun agregat. Mulitiplier output interregional merupakan spillover effect yang diterima suatu region karena adanya injeksi neraca eksogen pada region lain. Spillover effect yang diterima oleh suatu region pada dasarnya merupakan konpensasi atas ekspor region tersebut ke region lain. Dengan demikian spillover effect menggambarkan aktivitas ekspor dan impor antara ke dua region. 3.6.2.3. Analisis Distribusi Pendapatan Analisis distribusi pendapatan antara berbagai kelompok rumahtangga dilakukan dengan cara membandingkan multiplier pendapatan. Cara ini dapat dilakukan untuk mengamati distribusi pendapatan pada satu region pada suatu waktu tertentu, kecuali bila angka multipliernya sama-sama satuan atau samasama puluhan. Artinya angka dari besaran multiplier pendapatan berbagai golongan rumahtangga di suatu wilayah terdiri atas angka satuan dan wilayah lainnya dengan angka puluhan maka cara tersebut di atas tidak bias digunakan.

109 Untuk mengatasi kelemahan dari cara di atas, studi ini menggunakan cara kedua, yakni: membandingkan rasio multiplier pendapatan (income multiplier ratio). Cara yang disebutkan terakhir ini dilakukan dalam beberapa tahap: pertama, menentukan koefisen multiplier pendapatan mana yang menjadi angka penyebut (pembagi). Pilihan hanya di antara koefisien multiplier pendapatan yang terbesar atau yang terkecil. Apabila koefisien multiplier terbesar yang dipilih maka rasio patokan (rasio sama dengan satu) merupakan angka tertinggi. Jika koefisien multiplier yang terkecil yang dipilih maka rasio patokan (rasio sama dengan satu) merupakan angka terendah. Dengan demikian ada dua jenis patokan, yang dinamakan: basis rasio tertinggi (rasio sama dengan satu adalah tertinggi) dan basis rasio terrendah (rasio sama dengan satu adalah yang terrendah). Kedua, menghitung rasio multiplier pendapatan semua golongan rumahtangga. Ketiga, mengelompokkan golongan rumahtangga yang distribusi kenaikan pendapatannya merata, konvergen, dan divergen. Kriteria yang digunakan untuk basis rasio terkecil adalah : (1) antara satu sampai dengan 1.01 berarti distribusi pendapatan merata, (2) antara 1.02 sampai dengan 1.39 berarti distribusi pendapatan konvergen, dan (3) lebih besar dari 1.39 berarti distribusi pendapatan divergen. 3.6.2.4. Analisis Dekomposisi Analisis dekomposisi diarahkan untuk mengetahui dua hal, yakni : (1) mengetahui pola ketergantungan ekonomi antara Jawa dan Sumatera melalui total spillover effect, dan (2). mengetahui dampak eksternalitas terhadap pendapatan interregional, baik pendapatan faktorial maupun pendapatan institusional. Dengan kata lain yang akan ditelaah adalah : interaksi ekonomi antara Jawa dan Sumatera akan menguntungkan ke dua region secara berimbang ataukah lebih

110 menguntung suatu region daripada lainnya. Untuk keperluan ini, hasil olahan SAMIJASUM Tahun 2002 yang akan dikaji adalah koefisien keterkaitan sektoral interregional dan multiplier sektoral interregional, baik multiplier output maupun multiplier pendapatan institusi. Melalui kajian multipalier akan dapat diketahui besarnya spillover effect dan multiplier yang dihasilkan sendiri di dalam region yang diinjeksi (self-influence). 3.6.2.5. Analisis Simulasi Analisis simulasi dilakukan dengan maksud untuk : (1) melihat sensitifitas perekonomian suatu wilayah terhadap perubahan ekonomi wilayah lain, (2) menelusuri struktur ekonomi interregional, dan (3) menemukan alternatif kebijakan pembangunan ekonomi regional yang bermuara pada pemerataan pendapatan regional dan pendapatan rumahtangga interregional. Dalam simulasi, yang di-shock adalah blok neraca sektor (aktivitas) produksi dan blok neraca institusi. Pada blok neraca sektor produksi, yang dishock adalah output sektor-sektor produksi dan pada blok neraca institusi adalah pendapatan rumahtangga yang berpenghasilan rendah. Kenaikan output sektorsektor produksi dapat bersumber dari kenaikan permintaan dari region lain (ekspor) atau meningkatnya investasi. Model SAMIJASUM 2002 tidak dapat menunjuk sumber-sumber kenaikan output tersebut secara spesifik, oleh karena itu di dalam setiap skenario disebut stimulus ekonomi. Dengan demikian, stimulus ekonomi yang diberikan kepada sektor produksi mempunyai makna bahwa: kenaikan output sektor produksi yang berasal dari luar sistem tanpa menyebutkan sumber kenaikan secara spesifik. Untuk menelusuri struktur ekonomi interregional Jawa dan Sumatera dibangun tiga skenario sebagai berikut :

111 •

Skenario Satu

:

stimulus ekonomi diberikan kepada setiap

sektor dalam kelompok sektor primer masing-masing sebesar 10 miliar rupiah baik di Sumatera maupun di Jawa. •

Skenario Dua :

stimulus ekonomi diberikan kepada setiap sektor

dalam kelompok sektor industri masing-masing sebesar 10 miliar rupiah baik di Sumatera maupun di Jawa. •

Skenario Tiga

:

stimulus ekonomi diberikan kepada setiap

sektor dalam kelompok sektor jasa masing-masing sebesar 10 miliar rupiah (kecuali sektor listrik, gas dan air, dan sektor konstruksi) baik di Sumatera maupun di Jawa. Berkaitan dengan ini, metoda yang digunakan adalah membuat urutan (ranking) pada setiap skenario berdasarkan total dampak tidak langsung setiap kelompok sektor pada masing-masing region. Kelompok sektor yang total dampak tidak langsungnya paling besar merupakan kelompok sektor yang dominan. Selanjutnya, untuk memperoleh alternatif kebijakan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan dan pemerataan ekonomi interregional dibangun enam skenario sebagai berikut : •

Skenario Empat

:

stimulus ekonomi diberikan kepada setiap

sektor dalam kelompok sektor primer masing-masing sebesar 10 miliar rupiah di Jawa. •

Skenario Lima :

stimulus ekonomi diberikan kepada setiap sektor

dalam kelompok sektor primer masing-masing sebesar 10 miliar rupiah di Sumatera.

112 •

Skenario Enam :

stimulus ekonomi diberikan kepada setiap sektor

dalam kelompok sektor industri masing-masing sebesar 10 miliar rupiah di Jawa. •

Skenario Tujuh

:

stimulus ekonomi diberikan kepada setiap

sektor dalam kelompok sektor industri masing-masing sebesar 10 miliar rupiah di Sumatera. •

Skenario Delapan

:

stimulus ekonomi diberikan kepada setiap

sektor dalam kelompok sektor jasa masing-masing sebesar 10 miliar rupiah (kecuali sektor listrik, gas dan air, dan sektor konstruksi) di Jawa. •

Skenario Sembilan :

stimulus ekonomi diberikan kepada setiap

sektor dalam kelompok sektor jasa masing-masing sebesar 10 miliar rupiah (kecuali sektor listrik, gas dan air, dan sektor konstruksi) di Sumatera. Alternatif kebijakan yang dipilih adalah skenario yang memberikan dampak kenaikan output yang tinggi sekaligus distribusi pendapatan interregional yang lebih berimbang. Kebijakan pemerintah pusat untuk menanggulangi ketimpangan pendapatan di Indonesia, cenderung berpijak pada pola distribusi pendapatan personal (rumahtangga). Pola distribusi ini dalam jangka pendek dapat mengurangi kesenjangan berkurangnya

pendapatan kesenjangan

antarkelompok pendapatan

rumahtangga. tersebut

dapat

Namun,

apakah

berlanjut

dan

berkesinambungan dalam jangka panjang? Bagaimana dampaknya terhadap distribusi pendapatan interregional? Hingga saat ini belum ditemukan suatu studi yang menjelaskan dampak yang ditimbulkan oleh kebijakan tersebut terhadap distribusi pendapatan interregional. Skenario berikut ini hendak mengamati permasalahan tersebut.

113 •

Skenario Sepuluh

:

stimulus

ekonomi

diberikan

kepada

kelompok rumahtangga buruh tani, rumahtangga golongan rendah desa, dan rumahtangga golongan rendah kota di Jawa masing masing sebesar 10 miliar rupiah. •

Skenario Sebelas :

rumahtangga

buruh

stimulus ekonomi diberikan kepada kelompok tani,

rumahtangga

golongan

rendah

desa,

dan

rumahtangga golongan rendah kota di Sumatera masing masing sebesar 10 miliar rupiah.

Related Documents