BAB I PENDAHULUAN Tidak bisa di pungkiri lagi manusia hidup di dunia ini dengan beragam kemampuan dan kebiasaan yang berbeda-beda, saling ingin memiliki satu sama lain, mereka saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, dari mulai pemahaman, ilmu, pendidikan, bisnis, dan jual beli, Hanya untuk menyambung hidup. Segala cara mereka lakukan apapun rintangannya untuk mencari harta (uang) dan salah satunya dengan jual beli. Kata jual beli mungkin sudah tidak asing lagi didengar namun perlu diperhatikan bahwa dalam jual beli ternyata tidak semudah dengan apa yang kita bayangkan, ada bermacam-macam jual beli ada yang di bolehkan dan ada juga yang dilarang. Oleh karena itu maka saya akan mencoba sedikit membahas tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan jual beli.
1
BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Jual Beli Jual
beli menurut bahasa adalah al-Bai’, al-Tizarah dan al-Mubadalah,
sebagimana Allah Swt.berfiran:
:Artinya Mereka mengharapkan tijarah (perdagangan) yang tidak akan “ .)rugi”.(Q.S. Al Fathir: 29 Sedangkan menurut Istilah adalah menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jalan melepaskan haq milik dari yang satu kepada yang lainnya atas dasar saling merelakan dan sesuai dengan hukum syara. Yang dimaksud dengan sesuai dengan hukum-hukum syara ialah sesuai dengan syarat, rukun serta hal-hal lainnya yang ada kaitannya dengan jual beli. Jual beli menurut Ulama Malikiiyah ada dua macam, yaitu jual beli yang bersifat umum dan jual beli yang bersifat khusus. Jual beli dalam arti umum ialah suatu perikatan tukar-menukar sesuatu yang bukan kemanfaatan dan kenikmatan, perikatan adalah akad yang mengikat kedua belah pihak. Sedangkan jual beli dalam arti khusus ialah ikatan tukar-menukar sesuatu yang
bukan kemanfaatan dan
bukan kelezatan yang mempunyai daya tarik, penukarannya bukan mas dan perak, bendanya dapat di realisir dan ada seketika (tidak ditangguhkan), tidak berupa hutang baik itu ada dihadapan sipembeli maupun tidak.1 2. Dasar Hukum Jual Beli Dalam Surat Al Baqarah ayat 275 Allah Swt Berfirman: 1
Drs.H. Hendi Suhendi, M.SI, Fiqih Muamalah, Hal 67-69.
2
Artinya: “Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba….” …… …..
Artinya: “…kecuali dengan jalan perdagangan yang didasari suka sama suka diantara kamu…”. (Q.S. an-Nisa: 29). Dalam kedua ayat ini jelas bahwa Allah telah menghalalkan jual beli yang didasari suka sama suka antara keduanya dan Allah mengharamkan riba. Selain itu Rasulullah Saw juga bersabda:
عمل الرجل بيده وكل: سئل النبي صلى ال عليه وسلم أي الكسب أطيب؟ فقال ( )روه البزازوالحاكم.بيع مبرور Artinya: “Rasulullah Saw ditanya oleh salah seorang sahabat mengenai pekerjaan apa yang paling baik. Rasulullah ketika itu menjawab: usaha tangan manusia sendiri dan setiap jual beli yang dibrkati”. (H.R. Al Bazar dan al Hakim). Artinya
jual
beli
yang
jujur,
kecurangan mendapat berkat dari Allah.
tampa
diiringi
kecurangan-
2
3. Rukun Dan Sarat Jual Beli a. Rukun Jual Beli a) Bai’ ialah orang yang menjual barang (Penjual) b) Mustari ialah orang yang membeli barang (Pembeli) c) Sighat ialah pelaksanaan ijab dan Qabul d) Ma’qul ‘alaih ialah benda atau barang yang akan di perjual belikan3 b. Syarat Jual Beli
2 3
Dr. H. Nasution Haroen, MA. Fiqh Muamalah, Hal 113-114, Gaya Media Pratama Jakarta, 2007. Prof. Dr. H. Rachmat Syafei, MA. Fiqh Muamalah, Pustaka Setia Bandung,cet 10 2001, hal 76.
3
1. Syarat orang yang berakad, para ulam fiqh sepakat bahwa orang yang melakukan akad jual beli itu harus berakal, akan tetapi anak kecil yang sudah mumayiz walaupun belum balig tetap sah melakukan akad, terkecuali orang gila. Dan yang melakukan akad itu ialah orang yang berbeda, artinya seseorang yang tidak dapat bertindak dalam waktu yang bersamaan sebagai penjual Sekaligus pembeli. 2. barang yang diperjual belikan
tidak cacat, seperti
barangya tidak diketahui dengan jelas baik jenis, kualitas maupun kuantiyasnya. 3. syarat yang terkait denga Ijab qabul, ialah orang yang mengucapkannya telah balig dan berakal, Qabul harus sesuai dengan Ijab, ijab dan qabul dilakukan dalam satu majlis. 4. Sarat Barang Yang dijual belikan ialah barang itu ada, dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi manusia, mmilik
seseorang,
boleh
diserahkan
saat
akad
berlansung. 5. syarat-syarat Nilai Tukar (harga Barang), ialah harga harus disepakati oleh kedua belah pihak dan harus jelas jumlahnya, boleh diserahkan pada waktu akad sekalipun secara hokum, seperti pembayaran denga cek dan kartu kredit.
Apabila
jual
beli
dilakukan
dengan
saling
mempertukar barang, maka barang yang dijadikan nilai tukar bukan barang yang diharamkan syara, seperti babi dan khomer.4 4. Macam- Macam Jual Beli Ditinjau dari hukumnya jual beli ada dua macam yaitu jual beli yang sah menurut hukum dan batal menurut hukum. Jual beli yang sah 4
0pcit Hal 114-115
4
ialah jual beli yang memenuhi syarat dan rukun-rukunnya dan jual beli yang batal ialah sebaliknya. Sedangkan bila ditinjau dari segi pelaku akad (subjek) jual beli terbagi tiga bagian yaitu dengan lisan, pelantara atau utusan, dan perbuatan. Akad jual beli yang dilakukan dengan lisan adalah akad yang dilakukan oleh kebanyakan orang, bagi orang bisu diganti dengan isyarat. Akad jual beli melalui utusan atau perantara seperti melalui POS dan Giro, jual beli ini dilakukan antara penjual dan pembeli tidak berhadapan dalam satu majlis akadtetapi melalui pos dan giro. Jual beli dengan perbuatan (saling memberikan) atau
dikenal
dengan
istilah
Muat’hah
ialah
mengambil
dan
memberikan barang tampa ijabdan qabul, seperti seorang mengambil rakok yang sudah bertuliskan label harganya.5 BAB III KESIMPULAN Jual beli adalah menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jalan melepaskan haq milik dari yang satu kepada yang lainnya atas dasar saling merelakan dan sesuai dengan hukum syara a. Rukun Jual Beli a) Bai’ ialah orang yang menjual barang (Penjual) b) Mustari ialah orang yang membeli barang (Pembeli) c) Sighat ialah pelaksanaan ijab dan Qabul d) Ma’qul ‘alaih ialah benda atau barang yang akan di perjual belikan. Ditinjau dari hukumnya jual beli ada dua macam yaitu jual beli yang sah menurut hukum dan batal menurut hukum. Jual beli yang sah ialah jual beli yang memenuhi syarat dan rukun-rukunnya dan jual beli yang batal ialah sebaliknya. 5
Ibid hal 119-120
5
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Termin kesatu Pertanyaan: 1. Ahmad hanafi” coba jelaskan perbedaan antara syarat dan rukun? Jawaban: Pemateri,
“Antara
syarat
dan
rukun
memang
memiliki
saling
keterkaitan satu sama lain namun yang membedakannya yaitu kalau rukun adalah sesuatu yang tidak boleh di tinggalkan dan harus dilaksanakan dan kalau misalkan ketinggalkan harus diganti dengan dyat, atau fidyah. Sedangkan syarat ialah sesatu yang menjadikan suatu perbuatan itu menjadi sah adapun jika ketinggalan karena lupa tidak berdampak apa-apa”. 6
Imam
Sucipto,
“Antara
syarat
dan
rukun
itu
adanya
saling
keterkaitan, kalaupun antara sarat dan rukun ada yang terlupakan tidak menyebabkan suatu perbuatan itu tidak sah, tetap sah-sah saja. 2. Asep Riyadi.” Jelaskan perbedaan jual beli dan riba? Pemateri, “ Antara halal dan haramnya, terus kalau jual beli itu sesuatu yang di anjurkan dan jelas antara kedua belah pihak antara penjual dan pembeli, sedangkan riba adalah sesuatu yang tidak diketahui oleh pembeli atau bisadikatakan kecurangan yang dilakukan oleh penjual.” Imam Sucipto, “riba adalah penambahan sesuatu baik barang ataupun uang dari harga yang seharusnya. Misalkan si A meminjam uang kepada si B sebesar Rp.10.000, kata si A “ok saya kasih kamu pinjaman tapi kamu harus mengembalikanny 2 kali lipat atau 20.000, nah uang itulah yang selebihnya yang haram. Irwan, kalau jual beli saling meridhoi antara kedua belah pihak dan tidak ada unsur kecurangan sedangkan riba diluar keuntungan yang sudah disepakati. Mamat Rohimat, riba ada unsure pengurangan/tambahan dan ada unsure kecurangan sedangkan jual beli ada kesepakatan bersama.
Termin Kedua Pertanyaan: 1. Abdul kodir, bagaiman jika kita membeli barang, sesudahnya di beli ternyata barang tersebut rusak/cacat terus di kembalikan apakah boleh atau tidak? Jawaban: Pemateri, tergantung kesepakatan antara penjual dan pembeli saat transaksi, bila ada perjanjian terlebih dahulu seperti “saya akan 7
kembalikan barang ini kalau cacat atau rusak”. Nah maka boleh-boleh saja barang itu dikembalikan, akan tetapi jika tidak ada perjanjian terlebih dahulu lansung saja sepakat dengan apa yang ditawarkan pedagang maka sesuai dengan ketentuan si pedangan bahwa barang yang sudah di beli tidak dapat dikembalikan. 2. Ujang Kamaludin (perbaikan), Apa landasan Imam syafi’I mengenai akad harus di ucapkan dengan lisan sedangkan Imam Nawawi berpendapat tidak? Jawaban: Asep Riyadi, kalau imam syafi’I berkata demikian karena keihtiyatan (kehati-hatian) beliau saja. Sedangkan Imam nawawi tidak demikian. Imam Sucipto, kita lihat kaidah Ushul Fiqh hukum akan berubah sesuai dengan perubahan jaman, oleh karena itu Imam Nawawi sebagi ulama jaman modern mengatakan akad tidak harus dengan lisan saja dan dalam satu majlis. sedangkan Imam Syafi’I Karena pada jaman dulu belum ada alat-alat yang canggih seperti sekarang ini oleh karena itu akad harus dilaksanakan dengan ucapan dan dalam satu majlis. (Perbaikan), Yang mendasari Imam syafi’I dan Imam nawawi berbeda pendapat demikian, karena pola pikir mereka berbeda sehingga tidak mungkin mengeluarkan pendapat yang sama. Jadi tidak ada pengaruh majunya suatu jaman.
Daftar Fustaka
8
Drs.H. Hendi Suhendi, M.SI, Fiqih Muamalah, PT Raja Grapindo Persada Jakarta, Cet I Juli 2008. Dr. H. Nasution Haroen, MA. Fiqh Muamalah, Gaya Media Pratama Jakarta, 2007. Prof. Dr. H. Rachmat Syafei, MA. Fiqh Muamalah, Pustaka Setia Bandung,cet 10 2001,
DAFTAR ISI
9
DAFTAR ISI......................................................................................................................i BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2 1. Pengertian Jual Beli.................................................................................................2 2. Dasar Hukum Jual Beli............................................................................................3 3. Rukun dan Syarat Jual Beli......................................................................................3 4. Macam-Macam Jual Beli.........................................................................................4 BAB III KESIMPULAN...................................................................................................5 LAMPIRAN-LAMPIRAN (TANYA JAWAB)................................................................6 Temin Kesatu......................................................................................................................6 Termin Kedua......................................................................................................................7 DAFTAR FUSTAKA........................................................................................................8
BAI’ (JUAL BELI)
i
MAKALAH
10
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Persentasi Pada Mata Kuliah Fiqh Muamalah Dosen: Dida S.Ag
Oleh: Ujang Shalihuddin 207 300 490
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2008
11