Hubungan Tri Rna Dan Panca Yadnya.docx

  • Uploaded by: Komang Dinda Safitri
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Hubungan Tri Rna Dan Panca Yadnya.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,522
  • Pages: 4
1). Panca Yadnya terdiri Atas dua kata, yaitu: “Panca” artinya lima dan “Yadnya” artinya korban suci atau persembahan suci. Jadi Panca Yadnya adalah lima persembahan suci yang tulus ikhlas. 2). Jenis-jenis Panca Yadnya, yaitu: a. Dewa Yadnya adalah persembahan suci yang ditujukan kepada Sang Hyang Widhi dan para Dewa. Dewa Yadnya biasanya dilakukan di Pura, mrajan, atau di tempat yang bersih, yang memiliki nilai kesucian. Tujuan dari Dewa Yadnya adalah menyampaikan rasa bhakti dan syukur kepada Sang Hyang Widhi atas segala anugerah-Nya. Contoh pelaksanaan Panca Yadnya dalam kehidupan sehari-hari, yaitu: Contoh pelaksanaan Dewa Yadnya dalam kehidupan sehari-hari adalah: Melakukan Tri Sandhya tiga kali dalam sehari. Selalu berdoa terlebih dahulu sebelum melakukan kegiatan. Menjaga kebersihan tempat suci. Mempelajari dan mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Melaksanakan persembahyangan pada hari-hari suci seperti Purnama atau Tilem.

b. Pitra Yadnya adalah persembahan suci yang ditujukan kepada leluhur dan bhatara-bhatar Tujuannya adalah menyucikan roh-roh leluhur agar mendapat tempat yang lebih baik. Contoh pelaksanaan Pitra Yadnya dalam kehidupan sehari-hari adalah: Berpamitan pada orang tua ketika akan bepergian. Menghormati orang tua. Menuruti nasehat orang tua. Membantu dengan rela pekerjaan yang sedang dilakukan orang tua. Merawat orang tua yang sedang sakit.

c. Rsi Yadnya adalah persembahan suci yang ditujukan kepada para Rsi dan guru untuk menjaga kesejahteraannya. Rsi adalah orang-orang yang bijaksana dan berjiwa suci. Pendeta atau Sulinggih atau guru dapat juga disebut orang suci karena beliau merupakan orang bijaksana yang memberikan bimbingan kepada murid-muridnya.

Contoh pelaksanaan Rsi Yadnya dalam kehidupan sehari-hari adalah: Belajar dengan tekun. Menghormati guru. Menuruti perintahnya. Mentaati dan mengamalkan ajarannya. Memelihara kesejahteraan dan kesehatan orang suci (Sulinggih dan pemangku). d. Manusa Yadnya adalah upacara yang dipersembahkan untuk memelihara hidup, kesempurnaan dan kesejahteraan manusia. Contoh pelaksanaan Manusia Yadnya dalam kehidupan sehari-hari adalah:

Tolong-menolong antar sesama. Belas kasihan terhadap orang yang menderita. Saling menghormati dan menghargai antar sesama. Melaksanakan upacara untuk menyucikan lahir bathin manusia, seperti: 1. Upacara selamatan bayi dalam kandungan. 2. Upacara selamatan bayi baru lahir. 3. Upacara selamatan bayi berumur 42 hari. 4. Upacara selamatan bayi berumur 105 hari. 5. Upacara selamatan bayi berumur 210 hari. 6. Upacara meningkat dewasa dan potong gigi. 7. Upacara perkawinan atau pawiwahan. e. Bhuta Yadnya adalah persembahan suci yang ditujukan kepada Bhuta Kala atau makhluk bawahan. Bhuta Kala adalah kekuatan-kekuatan alam yang bersifat negative yang perlu kita lebur (somya) agar kembali pada sifat-sifat positif agar tidak mengganggu ketenangan hidup umat manusia. e. Contoh pelaksanaan Bhuta Yadnya dalam kehidupan sehari-hari adalah: Merawat dan memelihara tumbuh-tumbuhan dengan baik. Merawat binatang peliharaan dengan baik. Menjaga kebersihan lingkungan. Menyayangi makhluk lain. Pengertian Tri Rna Tri Rna berasal dari bahasa sansekerta “Tri” yang berarti tiga dan “Rena” atau “Rna” berarti hutang atau kewajiban. Sehingga Tri Rna dapat diartikan sebagai tiga jenis hutang atau tiga jenis kewajiban. Berikut adalah tiga jenis hutang yang harus dibayar oleh umat manusia : 1. Dewa Rna Dewa Rna adalah hutang atman kepada Tuhan. Karena Tuhan telah memberikan atman atau jiwa sehingga kita bisa hidup. Selain itu Tuhan juga telah menciptkan alam semesta beserta isinya sebagai tempat kita bertahan hidup. Sehingga jasa Tuhan kepada umat manusia amat sangatlah besar. Lantas bagaimanakah cara membayar hutang kita kepada Tuhan ? Berikut adalah hal-hal yang dapat kita lakukan : Rajin sembahyang Memelihara semua benda ciptaan Tuhan Menghormati atau mengagungkan kebesaran Tuhan Melakukan persembahan atau yadnya Melaksanakan kebajikan Berbuat amal Melaksanakan semua petunjuk atau ajaran agama dengan baik 2. Pitra Rna

Pitra Rna adalah hutang kepada leluhur. Kata Pitra berasal dari bahasa sansekerta “pitr” yang berarti ayah atau bapak. Bentuk jamaknya adalah “pitara” yang berarti nenek moyang / leluhur. Sehingga hutang kepada leluhur yang dimaksud ialah hutang mulai dari kepada orang tua sampai ketingkat diatasnya atau nenek moyang. Cara membayar hutang atau membalas budi baik leluhur termasuk ayah,ibu,kakek,nenek dan seterusnya, yaitu sebagai berikut : Melaksanakan upacara Ngaben, Sawa Wedana atau Atma Wedana bagi ibu, bapak,kakek atau nenek yang telah meninggal. Membuat pelinggih Kemulan Rong Tiga atau Rong Dua sebagai stana roh suci leluhur. Setiap hari melakukan persembahyangan untuk mendoakan leluhur termasuk juga ibu,ayah,kakek dan nenek yang telah meninggal agar dapat mencapai moksa. Pada Hari Raya tertentu melakukan persembahyangan,persembahan dan sujud bhakti kepada roh suci leluhur di Kemulan Rong Tiga atau Rong Dua Bagaimana membayar hutang jika ibu,bapak,kakek atau nenek masih hidup? Berikut adalah hal-hal yang dapat dilakukan Selalu menghormati dan menghargai mereka Selalu menderngarkan nasehat dan mengikuti bimbingan mereka Rajin membantu mereka Meminta maaf atas segala kesalahan yang diperbuat secara sengaja ataupun tidak 3. Rsi Rna Rsi Rna adalah hutang kepada para Resi. Dalam bahasa sansekerta Rsi atau Resi berarti Guru atau orang bijaksana atau kelompok orang-orang religi atau pendeta atau orang suci. Pada jaman dulu dikenal adanya Wipra. Wipra adalah orang bijaksana yang menerima wahyu langsung dari Tuhan seperti mantra-mantra suci dalam Kitab Suci Weda dan diberi gelar Maharesi. Seseorang yang bertugas sebagai Pendeta, Pandita, Bhagawan dan lain-lain yang bukan penerima wahyu pertama dari Tuhan dinamakan Resi. Berikut cara yang dapat dilakukan untuk membayar atau membalas budi baik para Resi dan Maharesi : Mempelajari dengan rajin dan tekun semua ajaran agama yang tercantum dalam berbagai Kitab Suci. Ilmu pengetahuan yang telah dipelajari hendaknya dipahami dan diamalkan sebaik-baiknya. Mengikuti dan melaksanakan semua ajaran dan aturan yang telah ditentukan agar kita dapat memperbaiki sikap dan prilaku kita Tidak lupa menghaturkan persembahan dan sujud bhakti atau yadnya kehadapan Ida Sang Widhi Wasa. Terutama pada Hari Raya Saraswati sebagai hari lahirnya ilmu pengetahuan. Melakukan Tirtha Yatra ke Pura-Pura atau Tempat Suci. Dalam tradisi Hindu di Bali dengan adanya Panca Yadnya dan jika kita mampu melaksanakan /menjalankan berbagai macam Yadnya itu, maka tanpa kita sadari kita telah mampu membayar hutang-hutang yang dijelaskan diatas. Misalnya dengan Dewa Yadnya dan Bhuta Yadnya kita membayar hutang kepada Tuhan. Dengan Manusa Yadnya dan Pitra Yadnya kita membayar hutang kepada leluhur. Begitu juga dengan Resi Yadnya kita membayar hutang kepada Resi dan Maharesi.

Hubungan Tri Rna dengan Panca Yadnya a. Dewa Rna, yaitu hutang kehadapan Ida Sang Hyang Widhi (Tuhan) di tebus dengan melaksanakan dua jenis Yadnya, yaitu

-Dewa Yadnya adalah Yadnya yang ditujukan kehadapan Tuhan beserta manifestasinya, yaitu para Dewa. Dewa berasal dari akar kata “Div” (Sanskerta) yang artinya sinar, atau cahaya. Dewa itu sendiri tidaklah sama dengan Tuhan melainkan hanyalah ciptaan-Nya. -Bhuta Yadnya “Bhu” berarti adalah Yadnya kepada Bhuta Kala. Bhuta berasal dari kata “energi” yang ada (unsur alam semesta) “kala” berarti “energi” kekuatan. Jadi, Bhuta Kalaberarti unsur-unsur alam dengan kekuatan yang dimiliki. Jadi, yang termasuk bhuta adalah unsur-unsur alam serial makhluk hidup ciptaan Tuhan, seperti tanah, air, api, tumbuh-tumbuhan, binatang, dan sebagainya. Secara kenyataan unsurunsur serta ciptaan Tuhan itulah yang membantu kehidupan di dunia ini dan sebagai tanda terima kasih, diselenggarakan pula Yadnya kepada-Nya. Dengan demikian, Bhuta Yadnya adalah Yadnya kepada unsur-unsur alam serta semua ciptaan Tuhan. Dalam hal ini termasuk: manusia, pitra, rsi, dan dewa, karena telah ditetapkan Yadnya tersendiri untuk ciptaan-Nya itu. Tetapi kalau diperhatikan lebih lanjut, unsur-unsur alam serta ciptaan Tuhan itu tidak selalu menolong kehidupan kehidupan manusia kadang-kadang menimbulkan bencana, misalnya air bah, api mengamuk tanah bergoyang (gempa), dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan atau energy serta perbuatan dari ciptaan-Nya itu tidak tetap.

b. Pitra Rna adalah rasa berhutang kepada leluhur/orang tua sebagai wujud dari penebusan Pitra Rna ini dapat dilakukan dengan melaksanakan dua Yadnya, yaitu: -Pitra Yadnya, adalah Yadnya yang ditujukan kepada para leluhur atau orang tua sejak meninggal sampai mendapat tempat yang layak di alam kedewataan. Pitra (pitara) berasal dari kata Pitri yang artinya, leluhur. Melaksanakan Yadnya dalam hal ini bertujuan untuk mengembalikan roh leluhur kepada asalnya, yaitu Sang Pencipta. Yang mempunyai arti hampir sama dengan pitara adalah Preta, yaitu roh leluhur yang masih dekat dengan manusia, sehingga sering mengganggu manusia. Pelaksanaan Pitra Yadnya di Bali ada dua tahapan, yaitu Ngaben adalah upacara yang bertujuan untuk mengembalikan jasad manusia kepada asalnya, yaitu Sang Panca Maa Bhuta. Yang paling banyak dilakukan adalah dengan cara membakar jenasahnya, karena hal ini dianggap paling cepat akan sampai pada tujuannya. Tahap yang kedua adalah upacara Atma Wedana yang juga disebut dengan Ngerort (Ngeroras). Upacara ini hanya boleh dilaksanakan setela pengabenan: selesai dan dapat dilakukan beberapa kali sesuai dengan tingkatannya. -Manusa Yadnya, yaitu Yadnya yang dilakukan kepada seseorang saja mulai dalam kandungan sampai meninggal. Konsepsi agama Hindu tentang kehidupan adalah percaya dengan adanya reinkarnasi, yaitu roh leluhur akan menitis kembali pada orang-orang tertentu. Selanjutnya pula disadari pula bahwa tujuan menjelma kembali adalah untuk memperbaharui kesalahannya (dosa) yang terdaulu. Yadnya yang dilaksanakan adalah Yadnya yang bersifat jasmani dan rohani sehingga betul-betul dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

c. Rsi Rna adalah hutang yang kita miliki kehadapan para Rsi atau orang suci. Hutang ini akan dapat ditebus dengan melaksanakan Rsi Yadnya. Rsi adalah orang-orang suci yang berjasa dalam menerima wahyu Tuhan atau ajaran suci Tuhan untuk disampaikan pada para pengikutnya. Dalam kehidupan beragama dewasa ini, Rsi Yadnya tidaklah semata-mata ditujukan kepada para Rsi zaman dulu saja, akan tetapi juga kepada Beliau yang berjasa dalam mengajarkan ilmu pengetahuan suci kepada kita semua. Wujud nyata bagi kita melaksanakan Rsi Yadnya adalah dengan jalan mengamalkan ajarannya dalam setiap tingkah laku di dunia ini. Di samping itu, beryadnya kepada para Pedanda dan Pemangku yang memimpin pelaksanaan suatu upacara adalah juga melaksanakan Yadnya. Semua Yadnya yang dilaksanakan pada akhirnya yang menerima serta memberkati adalah Ida Sang Hyang Widhi.

Related Documents

Rna
October 2019 39
Rna
November 2019 37
Dan Tri
October 2019 18
Tgs Dna Dan Rna
May 2020 15
Dna Dan Rna
December 2019 26

More Documents from ""