HUBUNGAN DOKTER PASIEN Oleh: Prof.Dr.H.M.Joesoef Simbolon, SpKJ(K)
Tidah mudah bagi dokter untuk menggali keterangan dari pasien, karena memang tidak bisa diperoleh begitu saja Oleh karena itu perlu dibangun hubungan saling percaya yang dilandasi keterbukaan, kejujuran dan pengertian akan kebutuhan, harapan maupun kepentingan masing-masing
Dengan terbangunnya saling percaya maka pasien akan memberikan keterangan yang benar dan lengkap Sehingga membantu dokter dalam mendiagnosis penyakit pasien secara baik dan memberi obat yang tepat bagi pasien
Di Indonesia sebagian dokter merasa tidak mempunyai waktu untuk berbincang – bincang dengan pasiennya, sehingga bertanya seperlunya Akibatnya dokter bisa saja tidak mendapatkan keterangan yang cukup dari pasien sehingga gagal menegakkan diagnosis dan perencanaan
Oleh karena itu komunikasi dokter pasien merupakan kompetensi yang harus dikuasai dokter Komunikasi dokter – pasien akan berjalan dengan baik apabila tercipta hubungan dokter – pasien yang harmonis
Bagaimana membangun hubungan dokter – pasien yang harmonis? Penerimaan dokter terhadap pasien Membentuk empati
Penerimaan dokter terhadap pasien Menerima apa adanya dengan ikhlas Tidak mendiskriminasi Tidak menganggap posisi pasien lebih rendah dari dokter / setara Tidak mengecilkan arti Tidak mengejek
Empati (meraba – rasakan) Empati dapat dikembangkan apabila dokter memiliki keterampilan mendengar Dapat didefenisikan sebagai berikut: Kemampuan kognitif seorang dokter mengerti kebutuhan pasien Menunjukkan efektifitas / sensitifitas dokter terhadap perasaan pasien Kemampuan perilaku dokter dalam memperlihatkan empatinya kepada pasien
Bylund dan Gregory Makoul mengembangkan 6 tingkat empati Level 0: dokter menolak sudut pandang pasien Mis: Mengacuhkan pendapat pasien Tidak menyetujui pendapat pasien
Level 1: dokter mengenali sudut pandang pasien secara sambil lalu Mis: “Aha” tapi dokter mengerjakan hal lain
Level 2: dokter mengenali sudut pandang pasien secara implisit Mis: Pasien: “pusing saya ini membuat saya sulit bekerja” Dokter: “bagaimana bisnis anda akhir – akhir ini?”
Level 3: dokter menghargai pendapat pasien Mis: “Anda bilang anda sangat stress datang kesini? Apa anda mau menceritakan lebih jauh apa yang membuat anda stress?”
Level 4: dokter mengkonfirmasi kepada pasien Mis: “Anda sepertinya sangat sibuk, saya mengerti seberapa besar usaha anda untuk menyempatkan berolah raga”
Level 5: dokter berbagi perasaan dan pengalaman dengan pasien Mis: “Ya, saya mengerti hal ini dapat mengkhawatirkan anda berdua. Beberapa pasien pernah mengalami aborsi spontan, kemudian setelah kehamilan berikutnya mereka sangat – sangat khawatir”