Hindari Berbuat Maksiat Di Dalam Ramadhan Kini kita sedang dinaungi oleh bulan Ramadhan, bulan yang suci. Bagaimana semestinya kita menciptakan suasana tertib dalam melaksanakan puasa Ramadhan ini? Beberapa bimbingan Rasulullah SAW dapat kita jadikan pedoman. Di antaranya memahami
bahwa Ramadhan memiliki keistimewaan tertentu. Sabda Rasulullah SAW menyebutkan, “Apabila Ramadhan telah datang, maka pintu-pintu sorga dibuka, pintu-pintu neraka ditutp, dan dibelenggu syaithan-syaithan” (HR.Muslim). Puasa yang bermanfaat adalah yang menjadikan kita masuk ke dalam sorga yang telah dijanjikan Allah SWT. Senyatanya, belum berpuasa namanya, bila masih melakukan amalan buruk, jahat, tercela dan berbuat maksiat. Puasa adalah perisai bagi orang mukmin. Inilah makna paling hakiki dari Firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa” (QS.2, al Baqarah:183). Puasa adalah perisai diri (junnatun). Sesuai sabda Nabi SAW, “Puasa itu adalah perisai, maka apabila salah seorang daripada kamu berpuasa janganlah berkata kotor dan berbuat pandir (tolol)” (HR.Bukhari dan Muslim). Ibadah puasa yang dikerjakan, semestinya menjadikan seseorang terhindar dari maksiat. Sangat merugi orang yang memasuki bulan Ramadhan, bahkan ikut menahan lapar dan haus, tetapi sikap perangainya tidak kunjung berubah. Tidak ada artinya berpuasa, jika masih berbuat maksiat, masih membuka warung kelambu, memutar film sex, memajang poster porno yang pasti bukan pekerjaan orang yang beradab tentunya. Juga tidak beradab dan tidak menghormati agama namanya jika masih terang-terangan merokok di siang hari, makan minum di tengah jalan, padahal di sekelilingnya orang sedang beribadah puasa. Perangai seperti itu, sama halnya dengan perbuatan syaithan dan kelakuan penghuni neraka. Pelaku maksiat ini, tidak akan ada manfaat puasa bagi mereka. Nabi Muhammad SAW mengingatkan bahwa, “Betapa banyak orang yang berpuasa, tetapi ia tidak mendapatkan sesuatu dari puasanya melainkan lapar. Dan betapa banyaknya pula orang yang melakukan shalat malam, tetapi ia tidak mendapatkan sesuatu dari salat malamnya kecuali ngantuk bertanggang (tidak tidur)” (HR.Nasa’I, Ibn Majah dan Al Hakim). Bahkan Nabi SAW menyebutkan, “Siapa saja yang tidak meninggalkan perkataan dusta, perbuatan buruk atau maksiat, maka Allah tidak memerlukan dari mereka itu untuk meninggalkan makan dan minumnya” (HR.Bukhari, Ahmad dan Ashhabus-Sunan). Artinya lebih mendalam, sungguhpun payah menahan makan dan minum, menahan kantuk dan bertanggang di malam hari, tetapi tetap saja mengerjakan perbuatan maksiat, berdusta, berkata cabul, menonton CD porno, berjudi, maka puasanya tidak bermanfaat dan tidak akan berbuah pahala dari Allah. Na’udzubillah.