Hidup Lebih Lama Dengan Oscar

  • Uploaded by: Indonesiana
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Hidup Lebih Lama Dengan Oscar as PDF for free.

More details

  • Words: 610
  • Pages: 2
Hidup Lebih Lama dengan Oscar Oscar tahun ini ditantadai dengan penayangan sederet tokoh penerima Oscar yang bercerita tentang perasaan mereka saat piala itu mereka terima. "Seluruh darah seperti berkumpul di kepala," kata salah satunya "Seperti ada tumpukan barang yang jatuh menimpa kita," kata yang lainnya. Tapi yang terpenting dari itu semua ialah, bahwa penelitian mengatakan, rata-rata pemenang Oscar kedapatan hidup lebih lama dibanding dengan pihak yang kalah. Maka marilah melihat kenapa orang-orang kalah itu mati lebih cepat. Tak usah diteliti, cukup dilihat lewat kenyataan sehari-hari saja. Pertama, orang yang gagal dan kalah itu cenderung mengkerut mukanya. Mereka punya kebiasaan memandang dunia sekitarnya sebagai sumber masalah. Jika tetanggga naik pangkat atau membeli kulkas baru, ia segera menduga-duga korupsi apalagi yang dilakukan tetangga sebelah ini. Sementara si tetangga makin naik ke jenjang tinggi dan semakin punya banyak barang, si kalah ini makin sibuk menanam prasangka. Inilah pekerjaan utama dan pekerjaan lain menjadi sambilan belaka, walau itu adalah pekerjaan utamanya. Hariharinya dipenuhi oleh hasut dan dengki. Hidupnya tepanggang oleh kemarahan yang tidak jelas asal-usulnya. Perasaanya serba peka. Peka untuk dibakar masalah. Uring-uringan adalah hiburannya. Karena hanya dengan uring-uringan si kalah ini merasa aktual dan berhasil mendapat perhatian lingkungannya. Cara orang ini mencari perhatian memang khas, tidak dengan bekarja tapi dengan membuat masalah. Padahal alam terus tak kenal lelah dalam memproduksi orang-orang yang bergerak maju, yang bergiat menyelesaikan kewajiban-kewajiban hidup, tanpa mempertimbangkan apakah langkah ini akan makin membuat marah orang-orang yang kalah. Padahal makin banyak manusia bergerak maju, akan makin jauh si kalah ini tertingal. Padahal makin jauh tertinggal, akan makin menyulut kadar kemarahnnya. Padahal kemarahan inilah yang akan membakarnya, menguras energinya dan menyisakan sedikit hal saja dan itu pun cuma berupa masalah. Sementara lihatlah si pemenang itu. Semakin ia menang, semakin ia mendapatkan energi untuk bergerak maju. Padahal setiap gerak maju akan membawa akibat baru, kemenangan baru. Satu kemenangan akan melahirkan kemenangan yang lain. Dan kemenangan itu akan beranak pinak dalam jumlah yang tak pernah diduga sebelumnya. Karena senang menyanyi, Inul pun tampil di panggung. Karena tampil di panggung ia pun sering diundang manggung. Karena sering diundang manggung dia pun laris. Karena laris dia pun berkembang. Dari cuma sekadar menemukan gerak senam akhirnya ia menemukan gerak ngebor. Karena ada istilah goyang bor lalu muncul ratu goyang, goyang nyetrum, goyang ngecor dan sebentar lagi nanti pasti akan muncul goyang ngelas. Hanya gara-gara satu kata bor saja terkloning banyak kata baru, rezeki baru dan lapangan kerja baru. Saya tidak tahu apakah untuk satu pengkloningan ini, Inul juga akan mendapat pahala yang di dalam bahasa agama saya di sebuat amal jariyah itu, amal yang bahkan ketika pemiliknya mati, si amal masih terus bekerja untuk kebaikannya. Jika ini terjadi, betapa besar lalu pahala untuk Inul. Karena betapa panjang daftar rezeki yang dia bawa untuk orang lain, termasuk utuk para pembajak VCD-nya itu. Jadi orang-orang yang makin meninggi dengan kemenangannya ini, pasti terhindar dari sikap hasut dan dengki. Bukan karena ia sudah terbebas dari perasaan itu,

melainkan karena ia tak lagi punya waktu. Padahal makin si menang tak punya waktu, si kalah malah makin mengumpulkan waktunya hanya untuk mengawasi kemenangan orang lain itu. Ia bahkan bisa terbakar dan mati hangus oleh kecemburuannya sendiri tanpa orang yang dibencinya itu tahu. Sementara si pemenang ini, kerena kemenangannya, cenderung makin jadi pemberi, penderma dan penolong (karena itu bertambah lagilah daftar kebaikannya), si kalah ini malah makin sibuk menyusun skenario dugaan dan prasangka. "Ia pasti sedang meggalang massa. Itu derma politis. Memberi sedikit untuk bisa mengambil banyak. Dasar bunglon, penjarah!" serapah si kalah dalam kebenciannya. Maka makin payahlah keadaan si kalah ini terbenam dalam timbunan masalah dan makinlah ia butuh pertolonggan. Tapi dasar bakatnya kalah, di tolong pun ia merasa dihina. (PrieGS/)

Related Documents


More Documents from ""

Teman Masa Kecilku
November 2019 40
Diplomasi Kopiah
November 2019 37
Buatan Indonesia
November 2019 53
Nasihat Dari Cd Porno
November 2019 40
Andai Aku Engkau Percayai
November 2019 43