Heg.docx

  • Uploaded by: Fitrah Nurfauziah
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Heg.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,448
  • Pages: 20
BAB I STATUS PASIEN

I.

Identitas Pasien a. Nama/Jenis Kelamin/Umur

: Ny. M / Perempuan / 27 tahun

b. Pekerjaan

: IRT

c. Alamat

: RT. 09 Tahtul yaman

II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga a. Status Perkawinan

: Menikah

b. Jumlah anak

:1

c. Status ekonomi keluarga

: cukup

d. Kondisi rumah

:

Pasien tinggal dirumah permanen,dengan luas 7 x 9 m2. Rumah terdiri dari 1 ruang tamu yang bergabung dengan ruang keluarga, 2 kamar tidur, 1 dapur, 1 wc dengan kloset leher angsa, dan 1 kamar mandi. Pintu masuk terdapat di depan disertai dengan 4 buah jendela di depan rumah, ventilasi dan pencahayaan yang cukup. Jendela dibuka setiap pagi sampai sore. Ruang tengah dan kamar tidur terkesan berantakan. Terdapat sebuah dapur yang berlantai dan berdinding semen dengan pencahayaan dan ventilasi yang cukup. Keadaan dapur rapih dan bersih. Terdapat 1 buah kamar mandi, dan 1 wc leher angsa. Air yang digunakan untuk masak, makan, minum dan mandi dari air berasal dari air PDAM. Secara keseluruhan rumah terkesan kurang bersih dan kurang rapih, pencahayaan dan ventilasi yang cukup.

e. Kondisi lingkungan di sekitar rumah: Jarak rumah pasien dan rumah penduduk lain cukup dekat. f. Aspek prilaku dan psikologis dalam keluarga Hubungan pasien dengan anggota keluarga baik. Tidak ada masalah yang membebani pasien.

III.

Anamnesis Keluhan Utama Mual dan muntah sejak 2 hari sebelum berobat ke Puskesmas Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Puskesmas dengan keluhan mual dan muntah hebat sejak 2 hari yang lalu, sebanyak > 5x /hari, isi muntahan seperti apa yang dimakan, dan terkadang hanya air, muntah tidak bercampur darah, jumlah ¼-½ gelas air mineral. Mual dan muntah terutama dirasakan pada pagi hari. Pasien ada keinginan untuk makan, namun merasa mual jika sudah berhadapan dengan makanan. Menurut pengakuan pasien, badan pasien terasa lemas sehingga tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasa. Riwayat penurunan berat badan sekitar 2 kg dari sebelum pasien diketahui hamil. Pasien juga mengeluhkan air ludahnya menjadi lebih banyak. Pasien mengaku hamil anak kedua, dan sudah pernah tes kehamilan, hasilnya positif.

Hari pertama haid terakhir pasien adalah 28 Januari 2019. Usia kehamilan pasien yaitu 7-8 minggu. Nyeri ulu hati (-). Pasien tidak mengeluh nyeri kepala. Buang air besar dan buang air kecil normal. Demam disangkal. Pasien mengaku cemas pada kehamilan ini karena 5 bulan sebelumnya pasien sempat hamil anak kedua dan keguguran.

IV.

Riwayat Penyakit Dahulu  Pasien pernah mengalami gejala yang sama pada kehamilan sebelumnya  Riwayat perdarahan pervaginam (-)  Riwayat hipertensi (-)  Riwayat abortus (-)  Riwayat diabetes melitus (-)

V.

Riwayat Penyakit Keluarga :  Riwayat hipertensi dalam keluarga (-)  Riwayat diabetes melitus dalam keluarga (-)

VI.

Riwayat alergi, perilaku kesehatan

VII.



Pasien tidak memilki alergi terhadap makanan dan obat-obatan



Merokok (-), mengkonsumsi jamu-jamuan (-), Minum alkohol (-)

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum

: tampak sakit sedang

Kesadaran

: compos mentis

Tekanan Darah

:110/70 mmHg

Nadi

: 90x/menit

Pernafasan

: 21x/menit

Suhu

: 36.8 °C

IMT

: BB 56 Kg; TB 158 cm; IMT 22,4 (Normal)

Kepala

: Normocepal, kloasma gravidarum (-)

Mata

: Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, RC (+/+)

Telinga

: Nyeri tekan (-), bengkak (-)

Hidung

: Simetris, napas cuping hidung (-), lendir -/-

Mulut

: Bibir kering (-), sianosis (-)

Tenggorok

: Tonsil T1/T1, hiperemis(-), faring hiperamis (-)

Leher

: Pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-)

Thorak Pulmo Pemeriksaan Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi

Jantung

: Kanan Kiri Simetris Simetris Stem fremitus normal Stem fremitus normal Sonor Sonor Vesikuler (+) Vesikuler (+) Wheezing (-/-), rhonki (- Wheezing (-/-), rhonki (/-) /-) :

Inspeksi Palpasi

Ictus cordis tidak terlihat. Ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicula kiri, tidak kuat angkat.

Perkusi

Batas-batas jantung : Atas : ICS II kiri Kanan : Linea sternalis kanan Kiri : ICS IV linea midclavicula kiri BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

Auskultasi Abdomen Inspeksi Palpasi

Perkusi Auskultasi 

Cembung, massa (-), jaringan parut (-), bekas operasi (-), Sikatrik (+) TFU belum teraba, Nyeri tekan (-), turgor kembali < 2 detik, defans musculer (-), hepatomegali (-), splenomegali (-), nyeri ketok costovertebra (-/-) Timpani Bising usus (+) normal

Punggung Inspeksi

: Bentuk dbn, deformitas (-),

Palpasi

: Nyeri tekan (-), Massa (-)



Perkusi

: Nyeri ketok (+) pada region lumbal, CVA (-/-)

Ektremitas

: Akral hangat, CRT > 2s, edema (-/-), sianosis (-/-)

VIII. Pemeriksaan Laboratorium Darah rutin WBC

: 7.500 sel/mm3 darah

RBC

: 4,50 juta/mm3 darah

HGB

: 11,8 g /dl

PLT

: 260.000 sel/mm3 darah

Urin Rutin Warna : kuning tua BJ

: 1040

pH

: 6.0

Protein (-) Glukosa (-) Keton (-) Leukosit 0-3/lpb Eritrosit 0-2/lpb IX.

Usulan Pemeriksaan Penunjang Elektrolit, USG

X.

Diagnosis Kerja Hiperemesis gravidarum ringan (O21.0)

XI.

Diagnosis Banding Gastritis (K29.7) Ulkus peptikum (K27.3)

XII.

Manajemen a. Promotif : 

Menjelaskan kepada pasien mengenai pengertian, faktor resiko, cara pengelolaan, dan komplikasi penyakit hiperemesis gravidarum ringan



Memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda



Menjelaskan kepada pasien untuk memakan makanan bergizi

b. Preventif : 

Hindari makan yang merangsang muntah



Hindari stres



Hindari pencetus untuk terjadinya mual dan muntah seperti bau yang tidak mengenakkan



c. Kuratif : 

Non Farmakologi - mengusahakan

kecukupan

nutrisi

ibu,

termasuk

suplementasi vitamin dan asam folat diawal kehamilan - makan porsi kecil, tetapi sering - menghindari makanan yang berminyak dan berbau lemak - istrihat cukup dan menghindari kelelahan - efekasi diri 

Farmakologi - Piridoksin tab 3 x 10 mg - Klorpomazin tab 4 x 12,5 mg

d. Rehabilitatif 

Memperhatikan

kecukupan

nutrisi

ibu,

dan

konsumsi

suplemen asam folat di trimester awal kehamilan 

Minum obat sesuai anjuran.



Jika mual dan muntah semakin bertambah berat, maka segera ke RS

 RESEP Dinas Kesehatan Kota Jambi

Dinas Kesehatan Kota Jambi

Puskesmas Tahtul Yaman

Puskesmas Tahtul Yaman

dr. Fitrah Nurfauziah

dr. Fitrah Nurfauziah

SIP. G1A217048

SIP. G1A217048 Tanggal: 7/3/2019

Tanggal: 7/3/2019

Pro: Ny. M Umur: 27 th Alamat: RT 09 Arab Melayu

Pro: Ny. M Umur: 27 th Alamat: RT 09 Arab Melayu

Dinas Kesehatan Kota Jambi

Dinas Kesehatan Kota Jambi

Puskesmas Tahtul Yaman

Puskesmas Tahtul Yaman

dr. Fitrah Nurfauziah

dr. Fitrah Nurfauziah

SIP. G1A217048

SIP. G1A217048

Tanggal: 7/3/2019

Pro: Ny. M Umur: 27 th Alamat: RT 09 Arab Melayu

Tanggal: 7/3/2019

Pro: Ny. M Umur: 27 th Alamat: RT 09 Arab Melayu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan umum dan menganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton dalam urin, dll.1

2..2 Epidemiologi Mual dan muntah terjadi dalam 50-90% kehamilan. Gejalanya biasanya dimulai pada gestasi minggu 7-10, memuncak pada minggu 11-13, dan berakhir pada minggu 12-14. Pada 1-10% kehamilan, gejala dapat berlanjut hingga 20 minggu kehamilan. Hiperemesis berat yang harus dirawat inap terjadi dalam 0,32% kehamilan.1

2.3 Etiologi Mual dan muntah mempengaruhi hingga > 50% kehamilan. kebanyakan perempuan mampu mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi dengan diet, dan simptom akan teratasi hingga akhir trisemester pertama.1,2 Hingga saat ini penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti dan multifaktorial. Walaupun beberapa mekanisme yang diajukan bisa memberikan penjelasan yang layak, namun bukti yang mendukung untuk setiap penyebab hiperemesis gravidarum masih belum jelas. Beberapa teori telah diajukan untuk menjelaskan penyebab hiperemesis gravidarum. Teori yang dikemukakan untuk menjelaskan patogenesis hiperemesis gravidarum, yaitu faktor endokrin dan faktor non endokrin. Yang terkait dengan faktor endokrin antara lain Human Chorionic Gonodotrophin, estrogen, progesteron, Thyroid Stimulating Hormone, Adrenocorticotropine Hormone, human Growth

Hormone, prolactin dan leptin. Sedangkan yang terkait dengan faktor non endokrin

antara

lain

immunologi,

disfungsi

gastrointestinal,

infeksi

Helicobacter pylori, kelainan enzym metabolik, defisiensi nutrisi, anatomi dan psikologis1,2 Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang ditemukan adalah1,2: a) Faktor Adaptasi Dan Hormonal Sering terjadi pada primigravida atau nullipara, mola hidatidosa, diabetes, dan kehamilan ganda akibat peningkatan kadar hCG. Pada wanita yang hamil kekurangan darah lebih sering terjadi hiperemesis gravidarum dapat dimasukkan dalam ruang lingkup faktor adaptasi adalah wanita hamil dengan anemia, primigravida, overdistensi rahim pada hamil ganda dan hamil mola hidatidosa. b) Faktor Psikologis Hubungan faktor psikologis dengan kejadian hiperemesis gravidarum belum jelas. Besar kemungkinan bahwa wanita yang menolak hamil, takut akan kehamilan dan persalinan, takut kehilangan pekerjaan, keretakan rumah tangga, diduga dapat menjadi faktor kejadian hiperemesis gravidarum. c) Faktor Organik Masuknya vili korialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik. Maka faktor alergi dianggap dapat menyebabkan kejadian hiperemesis gravidarum. d) Faktor gizi/ anemia Kekurangan gizi dan anemia dapat meningkatkan terjadinya hiperemesis gravidarum. e) Obesitas Ibu hamil yang obesitas dapat meningkatkan terjadinya hiperemesis gravidarum f) Riwayat hiperemesis gravidarum Ibu hamil dengan riwayat hiperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya dan riwayat keluarga dengan hiperemesis gravidarum berisiko lebih tinggi mengalami hiperemesis gravidarum.

g) Umur ibu Ibu hamil yang berusia muda atau kurang dari 20 tahun meningkatkan risiko terjadinya hiperemesis gravidarum.

2.4 Patofisiologi Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar esterogen, oleh karena keluhan ini terjadi trisemester pertama. Pengaruh fisiologik hormon esterogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat akibat berkurangnya pengosongan lambung.3 Peningkatan hormon progesteron menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga motilitas lambung menurun dan pengosongan lambung melambat. Refluks esofagus, penurunan motilitas lambung dan peningkatan sekresi asam hidroklotid juga berkontribusi terhadap terjadinya mual dan muntah. Hal ini diperberat dengan faktor psikologis, lingkungan dan sosial kultular. Faktor psikologis ini merupakan faktor utama, disamping pengaruh hormon.3 Kekurangan intake dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida dalam darah maupun dalam urin turun. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi sehingga menyebabkan aliran darah ke jaringan berkurang. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal berakibat frekuensi muntah bertambah banyak sehingga dapat merusak hati3 Pencernaan serta absorpsi karbohidrat dan nutrisi lain yang tidak adekuat mengakibatkan tubuh membakar lemak untuk mempertahankan panas dan energi tubuh. Jika tidak ada karbohidrat maka lemak digunakan untuk menghasilkan energi, akibatnya beberapa hasil pembakaran dari metabolisme lemak terdapat dalam darah dan urin (ketosis). 3

Gambar 1. Patofisiologi hiperemesis gravidarum3

2.5 Manifestasi Klinis Batas antara mual dan muntah dalam kehamilan yang masih fisiologik dengan hiperemesis gravidarum masih belum jelas, akan tetapi muntah yag menyebabkan gangguan kehidupan sehari-hari dan dehidrasi memberikan petunjuk bahwa wanita hamil tersebut memerlukan perawatan yang intensif. Pada hiperemesis gravidarum, gejala-gejala yang dapat terjadi adalah4,5: a) Muntah yang hebat b) Haus, mulut kering c) Dehidrasi d) Foetor ex ore(mulut berbau)

e) Berat badan turun f) Kenaikan suhu g) Ikterus h) Gangguan serebral (kesadaran menurun) i) Laboratorium : hipokalemia dan asidosis. Dalam urin ditemukan protein, aseton, urobilinogen, porfirin bertambah, dan silinder positif Hiperemesis gravidarum menurut berat ringannya gejala dapat dibagi ke dalam 3 tingkatan1,5. 1) Tingkat I (ringan) Mual muntah terus menerus menyebabkan penderita lemah, tidak mau makan, berat badan turun dan rasa nyeri di epigastrium; nadi sekitar 100 kali/menit, tekanan darah turun, turgor kulit kurang, lidah kering dan mata cekung, dan urin sedikit tetapi masih normal. 2) Tingkat II (sedang) Mual dan muntah yang hebat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan menyebabkan keadaan umum penderita lebih parah; lemah, apatis, turgor kulit mulai jelek, lidah kering dan kotor, nadi cepat dan lebih dari 100-140 kali per menit, suhu badan naik (dehidrasi), kadang ikterus ringan, berat badan turun, mata cekung, tekanan darah sistolik kurang dari 80 mmHg, hemokonsentrasi, oliguri, dan konstipasi. Dapat pula terjadi asetonuria, dan dari nafas keluar bau aseton. 3) Tingkat III (berat) Keadaan umum jelek, kesadaran sangat menurun (delirium sampai koma), muntah berkurang atau terhenti, nadi kecil, halus dan cepat, dehidrasi hebat, suhu badan naik, dan tensi sangat turun, ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung, bilirubin dan proteinuria dalam urin

2.6 Diagnosis Pada diagnosis harus ditentukan adanya kehamilan dan muntah yang terus menerus, sehingga mempengaruhi keadaan umum. Pada anamnesa dapat ditemukan adanya keluhan nausea, vomitus, dan ptialism (salivasi yang

berlebihan). Pemeriksaan fisik pada pasien hiperemesis gravidarum biasanya tidak memberikan tanda-tanda yang khusus. Lakukan pemeriksaan tanda vital, keadaan membran mukosa, turgor kulit, nutrisi dan berat badan. Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai hipotensi postural dan takikardi sebagai akibat dari dehidrasi, dehidrasi, turgor kulit yang menurun, perubahan tekanan darah. Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai penurunan berat badan 5 % dari berat sebelum hamil, dehidrasi, turgor kulit yang menurun, perubahan tekanan darah dan nadi. Pada keluhan hiperemesis yang berulang perlu dipikirkan untuk konsultasi psikologi. 4 Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan antara lain, pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan kadar elektrolit untuk mengetahui adanya hipokalemi dan hiponatremi, pada pemeriksaan urinalisa dapat dijumpai urin yang berwarna pekat, berat jenis meningkat, pemeriksaan ketonuria, dan proteinuria. Lakukan pemeriksaan ultrasonografi untuk menyingkirkan kehamilan mola. 4

2.8 Resiko a. maternal Akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan terjadinya diplopia, palsi nervus VI, nistagmus, ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera ditangani, akan terjadi psikosis korsakoff (amnesia, menurunnya kemampuan untuk beraktivitas), ataupun kematian. Oleh karena itu, untuk hiperemis tingkat III (berat) perlu dipertimbangkan terminasi kehamilan1,6 c. fetal Penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian gangguan pertumbuhan janin dalam rahim1,6 2.9 Penatalaksanaan Konseling dan Edukasi1,7 - memberikan informasi kepada pasien, suami, dan keluarga mengenai kehamilan dan persalinan suatu proses fisiologik

- memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah usia kehamilan 20 minggu - memperhatikan kecukupan nutrisi ibu, dan sedapat mungkin mendapatkan suplemen asam folat di awal kehamilan. Non farmakologis1,7 - mengusahakan kecukupan nutrisi ibu, termasuk siplementasi vitamin dan asam folat diawal kehamilan - makan porsi kecil, tetapi sering - menghindari makanan yang berminyak dan berbau lemak - istrihat cukup dan menghindari kelelahan - efekasi farkamkologis1,7 - dimenhidrinat 50-100 mg PO atau supositoria, 4-6 kali sehari atau prometazin 5-10 mg 3-4 kali sehari PO atau supositoria - bila masih belum teratasi, tapi tidak terjadi dehidrasi, berikan salah satu obat dibawah ini: a. klorpromazin 10-25 mg PO ata 50-100 mg IM tiap 4-6 jam b. Prometazin 12,5-25 mg PO atau IM tiap 4-6 jam c. Metoklopramid 5-10 mg PO atau IM tiap 8 jam d. Ondansetron 8 mg PO tiap 12 jam - Bila masih belum teratasi dan terjadi dehidrasi, pasang kanula intravena dan berikan cairan sesuai dengan derajat dehidrasi ibu dan kebutuhan cairannya, lalu: a. Berikan suplemen multivitamin IV b. Berikan dimenhidrinat 50 mg dalam 50 ml NaCl 0,9% IV selama 20 menit setiap 4-6 jam sekali c. Bila perlu tambahkan salah satu obat berikut ini  Klorpromazin 25-50 mg IV tiap 4-6 jam  Prometazin 12,5-25 mg IV tiap 4-6 jam

 Metoklopramid 5-10 mg tiap 8 jam PO d. Bila perlu, tambahkan metilprednisolon 15-20 mg IV tiap 8 jam atau ondansetron 8 mg selama 15 menit IV tiap 12 jam atau 1 mg/jam terus menerus selama 24 jam Obat-obatan lain yang digunakan antara lain adalah vitamin B6 (piridoksin), antihistamin dan agen-agen prokinetik. American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) merekomendasikan 10 mg piridoksin ditambah 12,5 mg doxylamine per oral setiap 8 jam sebagai farmakoterapi lini pertama yang aman dan efektif. Antiemetik seperti proklorperazin, prometazin, klorpromazin menyembuhkan mual dan muntah dengan cara menghambat postsynaptic mesolimbic dopamine receptors melalui efek antikolinergik dan penekanan reticular activating system. Antagonis reseptor 5-hydroxytryptamine3 (5HT3) seperti ondansetron mulai sering digunakan, tetapi informasi mengenai penggunaannya dalam kehamilan masih terbatas. Seperti metoklopramid, ondansetron memiliki efektivitas yang sama dengan prometazin, tetapi efek samping sedasi ondansetron lebih kecil. Ondansetron tidak meningkatkan risiko malformasi mayor pada penggunaannya dalam trimester pertama kehamilan. Tabel 2.1 Obat-Obatan Untuk Tatalaksana Mual dan Muntah Dalam Kehamilan7 Agen Vitamin

Dosis obat

Kategori

10-25 mg/8 jam

A

ES

keterangan Vitamin B6 atau kombinasi

B6(piridoksin)

vitamin B6antihistamin sebagai lini 1

Kombinasi

25 mg/8 jam

Vit.B6-

sebelum tidur,

Doxylamine

12,5 mg pada

A

pagi hari ditambah piridoksi 10 mg

Antihistamin Doxylamine Dyphenhydramine

12,5-25 mg/8jam

A B

Sedasi

Meclizine Hydroxyzine Dimenhidrinate Phenothiazine

25-50 mg/8 jam 25mg/1 jam 50 mg/4-6 jam 50-100mg/4-6 jam

B C B

Gejala ektrapiramidal, sedasi

Promethazine

25 mg/4-6 jam

Kerusakan

C

jaringan berat dengan intravena. Disarankan per oral. Rectal, IM

Proclorperazine

5-10 mg/6 jam

C

Antagonis Dopamin Metoclopramide

10 mg/6 jam

B

Antagonis reseptor serotonin Ondansentron Glukokortikoid Metilprednisolon

4-8 mg/1jam

Tardive

Pemberian obat>

Dyskinesia

12 minggu ↑risiko tardive dyskinesia

C

Konstipasi, diare, sakit kepala, fatigue

16 mg/8 jam selama 3 hari,

Jangan gunakan

dosis diturunkan

Sedikit ↑ risiko

sebelum 10

selama 2

bibir sumbingjika

minggu

minggu

digunakan

kehamilan, durasi

sebelum 10

maksimum 6

minggu kehamilan

minggu

Terapi Cairan : Jika ditemukan keadaan dehidrasi maka dapat diberikan Cairan kristaloid diberikan untuk koreksi dehidrasi, ketonemia, defisit elektrolit, dan ketidakseimbangan asam basa. Pemberian cairan untuk mengimbangi hilangnya cairan dan elektrolit, turgor kulit cepat kembali, meningkatkan dieresis dan membuang benda keton melalui urin. Glukosa sendiri dibutuhkan untuk metabolism umum dan menghindari kerusakan liver lebih lanjut dan glukosa yang dipecah menjadi energy diharapkan dapat mengurangi pembentukan badan keton. Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks, vitamin C, dan bila ada kekurangan protein dapat diberikan pula asam amino secara intravena. Dibuat daftar cairan yang masuk dan dikeluarkan. Urin perlu dilakukan pemeriksaan dipstik untuk mengetahui adanya ketonuria. 1,7

Untuk keluhan hiperemesis gravidarum derajat III dianjurkan untuk dirawat dirumah sakit dan membatasi pengunjung, Stop makanan per oral 2448 jam, infus glukosa D 10% atau D 5% : RL = 2: 1, 40 tetes per menit. 1,7 Terapi Psikologis : Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar, normal dan fisiologis jadi tidak perlu takut dan khawatir. Cari dan coba hilangkan faktor psikologis seperti keadaan sosioekonomi dan pekerjaan serta lingkungan1,7 Penghentian Kehamilan : Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik bila keadaan memburuk. Delirium, perdarahan

kebutaan,

takikardi,

ikterus,

anuria,

dan

merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan

demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital. 1,7

BAB III ANALISA KASUS Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar Berdasarkan hasil pengamatan mengenai keadaan rumah pasien, dapat disimpulkan bahwa keadaan/ kondisi rumah pasien tidak mempengaruhi atau memperberat penyakit yang diderita oleh pasien saat ini. Jadi pada kasus ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan keadaaan rumah dan lingkungan sekitar dengan penyakit yang diderita pasien.

Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan dalam keluarga Di dalam hubungan diagnosis dan aspek psikologis di keluarga tidak ada hubungannya dengan penyakit pasien, karena didalam keluarga pasien hubungan pasien dengan keluarga baik. Sehingga tidak ada hubungan diagnosis dengan aspek psikologis dalam keluarga.

Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga Derajat kesehatan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya perilaku kesehatan dan lingkungan di sekitar tempat tinggal kita. Diantara faktor – faktor tersebut pengaruh perilaku terhadap status kesehatan, baik kesehatan individu maupun keluarga sangatlah besar. Lingkungan rumah dan lingkungan disekitar rumah pasien tidak memberikan pengaruh terhadap terjadinya penyakit pada pasien. Hal tersebut menunjukkan lingkungan rumah dan sekitarnya tidak memiliki peranan terhadap perkembangan penyakit yang di derita oleh pasien.

Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada pasien ini: Beberapa etiologi dan faktor predisposisi hiperemesis gravidarum ini antara lain primigravida, faktor psikologis, umur muda, riwayat hiperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya dan terdapat hubungan dengan penyakit keluarga.

Pada pasien ini, merupakan kehamilan anak kedua, dengan usia 27 tahun, pada kehamilan pertama pasien pernah mengalami keluhan seperti ini. Dari aspek psikologis pasien mengaku cemas pada kehamilan ini karena 5 bulan sebelumnya pasien sempat hamil anak kedua dan keguguran.  Analisis untuk mengurangi paparan atau memutus rantai penularan dengan faktor resiko atau etiologi pada pasien ini Untuk mengurangi mual muntah pada pasien ini disarankan agar istirahat yang cukup, hindari pencetus untuk terjadinya mual dan muntah. Dapat pula dengan terapi psikologis seperti memberikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar, normal dan fisiologis jadi tidak perlu takut dan khawatir.

Edukasi yang diberikan pada pasien atau keluarga - Memberikan informasi kepada pasien, suami, dan keluarga bahwa kehamilan dan persalinan merupakan suatu proses fisiologi - Memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan gejala fisiologi pada kehamilan muda dan akan hilang setelah usia kehamilan 4 bulan - Memberikan keyakinan pada pasien bahwa tidak perlu cemas untuk kehamilan saat ini - Menganjurkan pasien untuk makan porsi kecil, tetapi sering - Menganjurkan pasien untuk istrihat cukup dan menghindari kelelahan - Memberitahu pasien dan keluarga apabila mual dan muntah bertambah berat sebaiknya segera ke RS 

DAFTAR PUSTAKA

1. Winkjosastro, Hanifa, dkk. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga , Cetakan Kedelapan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2006. 2. Cunningham, dkk. Obstetri Williams. Edisi 23. Volume 1. Jakarta:EGC. 2012. 3. Mochtar Rustam, Dr, Prof, Sinopsis Obstetri, Edisi Ke-2, Jilid I, Jakarta 1998. 4. Manuaba, Ida Bagus Gede. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC. 2009 5. Gunawan, Kevin, dkk. Diagnosis dan Tatalaksana

Hiperemesis

Gravidarum. Vol: 61. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 2011. Available : http://www.indonesia.digitaljournals.org//index.php/. 6.

Mochtar Rustam, Dr, Prof, Sinopsis Obstetri I. Jakarta : EGC. 1989.

7. Winkjosastro, Hanifa, dkk. Ilmu Kebidanan, Edisi keempat , Cetakan Ketiga, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2008.

More Documents from "Fitrah Nurfauziah"

Gad.docx
October 2019 26
Heg.docx
October 2019 32
Dki.docx
June 2020 6