Gad.docx

  • Uploaded by: Fitrah Nurfauziah
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Gad.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,598
  • Pages: 21
BAB I STATUS PASIEN

I.

Identitas Pasien a. Nama/Jenis Kelamin/Umur

: Ny. A /Perempuan / 28 tahun

b. Pekerjaan

: IRT

c. Alamat

: RT. 12 Olak Kemang

II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga a. Status Perkawinan

: Menikah

b. Jumlah anak

: satu

c. Status ekonomi keluarga

: cukup

d. Kondisi rumah

:

Pasien tinggal dirumah permanen,dengan luas10 x 8 m2 dengan atap genteng dan dinding yang terbuat dari beton. Rumah terdiri dari 1 ruang tamu, 1 ruang tengah ruang tengah, 2 kamar tidur, 1 dapur, 1 wc dengan kloset leher angsa, dan 1 kamar mandi. Pintu masuk terdapat di depan disertai dengan 6 buah jendela di depan rumah, ventilasi dan pencahayaan yang cukup. Jendela dibuka setiap pagi sampai sore. Ruang tengah dan kamar tidur terkesan rapi. Terdapat sebuah dapur dengan pencahayaan dan ventilasi yang cukup. Keadaan dapur rapih dan bersih. Terdapat 1 buah kamar mandi, dan 1 wc leher angsa. Air yang digunakan untuk masak, makan, minum dan mandi dari air berasal dari air PDAM. Secara keseluruhan rumah terkesan kurang bersih dan kurang rapih, pencahayaan dan ventilasi yang cukup.

1

e. Kondisi lingkungan di sekitar rumah: Sekitar rumah merupakan pemukiman padat penduduk f. Aspek prilaku dan psikologis dalam keluarga Pasien merupakan seorang IRT, tinggal dengan suami dan anaknya. Hubungan pasien dan suami saat ini baik, begitu juga dengan keluarga lainnya.

III.

Anamnesis Keluhan Utama Pasien mengeluhkan sering merasa cemas Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke puskesmas tahtul yaman dengan anaknya. Pasien sering mengeluhkan cemas. Perasaan cemas ini dirasakan sejak 6 bulan yang lalu, pasien mengeluh sering merasa cemas secara mendadak, yang diikuti rasa pusing, telapak tangan berkeringat, dan jantung berdebardebar. Pasien juga mengaku jika serangan cemas itu ada, maka akan menggangu kemampuannya untuk berkonsentrasi dalam mengerjakan sesuatu, apabila perasaan cemas itu datang pasien juga

2

sulit untuk tidur. Perasaan tersebut ditemukan pada sebagian waktu selama 6 bulan belakangan. Pasien sendiri mengaku tidak mengetahui secara pasti mengapa dia sering mengalami ketakutan, tetapi pasien sudah mulai merasakan keluhan tersebut sejak suami pasien bekerja sebagai supir luar kota. Pasien mengatakan bahwa dirinya menjadi sedikit cemas akan keadaan suaminya. Namun saat serangan cemas timbul sebenarnya pasien tidak sedang memikirkan suaminya hanya saja ia merasa cemas tanpa alasan. Menurut pasien apabila perasaan ini muncul, ia tidak dapat bekerja. Ia cenderung memilih diam dan meninggalkan pekerjaan rumah yang sedang dikerjakannya. Jika keluhan muncul pasien mengaku kesulitan dalam melakukan beberapa kegiatan sehari-harinya ketika terjadinya kecemasan, keadaan ini cukup mengganggu kontak sosialnya dengan orang-orang sekitarnya tetapi menurutnya dia tetap berfungsi penuh secara sosial dan dapat melakukan pekerjaan dengan baik ketika kecemasan itu tidak ada.

IV.

Riwayat Penyakit Dahulu  Riwayat keluhan serupa sebelumnya (-)   Riwayat gangguan kejiwaan (-)  Riwayat penyakit jantung (-)  Riwayat darah tinggi (-)  Riwayat hipertiroid  Riwayat DM (-)  Riwayat rawat RSJ (-)

V.

Riwayat penyakit Keluarga  Keluhan serupa di keluarga (-)  Riwayat gangguan kejiwaan di keluarga (-)

VI.

Riwayat alergi, perilaku kesehatan  Alergi obat-obatan (-), alergi makanan (-)

3

 Konsumsi rokok (-)  Konsumsi alkohol (-)  Konsumsi kafein (-)  Konsumsi obat-obatan terlarang (-)  Sehari-hari pasien yang merupakan IRT banyak menghabiskan waktunya sendirian di rumah untuk bersih-bersih rumah dan memasak. Pasien jarang berolah raga namun cukup suka makan sayur dan buah.

VII.

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum

: tampak sakit sedang

Kesadaran

: compos mentis

Tekanan Darah

:120/80 mmHg

Nadi

: 70x/menit

Pernafasan

: 20x/menit

Suhu

: 36.5 °C

IMT

: BB 47 Kg; TB 155 cm; IMT 19,6 (Normal)

Kepala

: Normocepal

Mata

: Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, RC (+/+)

Telinga

: Nyeri tekan (-), bengkak (-)

Hidung

: Simetris, napas cuping hidung (-), lendir -/-

Mulut

: Bibir kering (-), sianosis (-)

Tenggorok

: Tonsil T1/T1, hiperemis(-), faring hiperamis (-)

Leher

: Pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-)

Thorak Pulmo Pemeriksaan Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi

: Kanan Kiri Simetris Simetris Stem fremitus normal Stem fremitus normal Sonor Sonor Vesikuler (+) Vesikuler (+) Wheezing (-/-), rhonki (- Wheezing (-/-), rhonki (/-) /-)

4

Jantung

:

Inspeksi Palpasi

Ictus cordis tidak terlihat. Ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicula kiri, tidak kuat angkat.

Perkusi

Batas-batas jantung : Atas : ICS II kiri Kanan : Linea sternalis kanan Kiri : ICS IV linea midclavicula kiri BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

Auskultasi Abdomen Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi 

Cembung, massa (-), jaringan parut (-), bekas operasi (-) Nyeritekan (-),defans musculer (-), hepatomegali (-), splenomegali (-), nyeri ketok costovertebra (-/-) Timpani Bising usus (+) normal

Punggung Inspeksi

: Bentuk dbn, deformitas (-),

Palpasi

: Nyeri tekan (-), Massa (-)

Perkusi

: Nyeri ketok (+) pada region lumbal, CVA (-/-)



Ektremitas

: Akral hangat, CRT > 2s, edema (-/-), sianosis (-/-)



Status psikiatri

:

Keadaan Umum a. Penampilan : Rapi b.

Kesadaran : Compos Mentis

c. Orientasi : W/T/O = baik d. Tingkah Laku : Kooperatif

Gangguan Berpikir a. Bentuk Pikir : Realistik b. Arus Pikir : Koheren c. Isi Pikir : Luas Alam Perasaan a. Mood : Cemas b. Afek : Luas

5

c. Kesesuaian : Sesuai

Persepsi a. Halusinasi : b. Ilusi : Fungsi Intelektual a. Konsentrasi : Baik b. Orientasi : Baik c. Daya Ingat : Baik d. Pikiran Abstrak : Baik Pengendalian Impuls : Baik Daya Nilai : Baik Tilikan : 6 Taraf Dapat Dipercaya : Dapat Dipercaya

VIII. Pemeriksaan Laboratorium Darah Rutin :

IX.

WBC

: 7.400 sel/mm3 darah

RBC

: 4,20 juta/mm3 darah

HGB

: 12,5 g /dl

PLT

: 245.000 sel/mm3 darah

Usulan Pemeriksaan Penunjang -

X.

Diagnosis Kerja Aksis I : Gangguan Cemas Menyeluruh (F41.1) Aksis II : Aksis III : Aksis IV : Primary Support Group Aksis V : GAF Scale 70-61

6

XI.

Diagnosis Banding Gangguan Panik (F41.0)

XII.

Manajemen a. Promotif : 

Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang diderita, bahwa disebabkan oleh faktor psikologis.



Menjelaskan kepada pasien untuk cukup istirahat



Menjelaskan pada pasien untuk banyak berolahraga



Menjelaskan kepada pasien untuk menjaga pola makan seimbang

a.

Preventif : 

Hindari dalam keadaan sendirian, perbanyak interaksi sosial



Hindari dan kelola stress dengan baik



modifikasi gaya hidup (mengurangi konsumsi alkohol dan kafein, menghindari nikotin dan penggunaan narkoba, latihan rutin)



c. Kuratif : 

Non Farmakologi - Konseling dan edukasi pada pasien dan keluarga agar dapat memberikan dukungan pada pasien -



Tidur yang cukup dan berkualitas

Farmakologi - Diazepam tab 2 x 2 mg - Rujuk ke psikiatri



Obat tradisional -

d. Rehabilitatif - Melakukan kontrol rutin ke Fasyankes

7

- Mengambil obat rutin ke Fasyankes - Jelaskan pada pasien mengenai efektivitas obat, efek samping umum ataupun efek samping obat, durasi pengobatan, biaya, serta kemungkinan yang akan terjadi apabila pengobatan tidak tuntas.

8

RESEP Dinas Kesehatan Kota Jambi

Dinas Kesehatan Kota Jambi

Puskesmas Tahtul Yaman

Puskesmas Tahtul Yaman

dr. Fitrah Nurfauziah

dr. Fitrah Nurfauziah

SIP. G1A217048

SIP. G1A217048 Tanggal: 30/3/2019

Tanggal: 30/3/2019

Pro: Ny. A Umur: 28 th Alamat: RT 12 Olak Kemang

Pro: Ny. A Umur: 28 th Alamat: RT 12 Olak Kemang

Dinas Kesehatan Kota Jambi

Dinas Kesehatan Kota Jambi

Puskesmas Tahtul Yaman

Puskesmas Tahtul Yaman

dr. Fitrah Nurfauziah

dr. Fitrah Nurfauziah

SIP. G1A217048

SIP. G1A217048

Tanggal: 30/3/2019

Pro: Ny. A Umur: 28 th Alamat: RT 12 Olak Kemang

Tanggal: 30/3/2019

Pro: Ny. A Umur: 28 th Alamat: RT 12 Olak Kemang

9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kecemasan adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Banyak hal yang harus dicemaskan, misalnya kesehatan, relasi sosial, ujian, karir, kondisi lingkungan dan sebagaianya. Adalah normal, bahkan adaptif, untuk sedikit cemas mengenai aspek-aspek hidup tersebut. Kecemasan adalah respon yang tepat terhadap ancaman, tetapi kecemasan bisa menjadi abnormal bila tingkatannya tidak sesuai dengan proporsi ancaman, atau sepertinya datang tanpa ada penyebabnya – yaitu bila bukan merupakan respon terhadap perubahan lingkungan.1 Salah satu tipe spesifik yang diakui oleh PPDGJ III dan DSM-V sebagai salah satu gangguan kecemasan adalah gangguan kecemasan menyeluruh atau generalized anxiety disorder. GAD (generalized anxiety disorder) yaitu suatu gangguan kecemasan yang ditandai dengan perasaan cemas yang umum dan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi dan keadaan peningkatan keterangsangan tubuh. GAD ditandai dengan kecemasan yang persisten yang tidak dipicu oleh suatu objek, situasi atau aktivitas yang spesifik, tetapi lebih merupakan “mengambang bebas” (free floating).1

2.2 Etiologi Terdapat beberapa teori yang mendasari kecemasan ditinjau dari kontribusi 2 ilmu, yaitu ilmu psikologi dan ilmu biologi1,2 Teori psikologis a. Teori psikoanalitik Definisi Freud, kecemasan dipandang sebagai hasil dari konflik psikis antara keinginan seksual atau agresif sadar dan ancaman sesuai dari realitas superego atau eksternal. Dalam menanggapi sinyal ini, ego

10

mengerahkan mekanisme pertahanan untuk mencegah pikiran dan perasaan yang tidak dapat diterima dari muncul dalam kesadaran. b. Teori perilaku Teori-teori perilaku atau belajar dari kecemasan mendalilkan bahwa kecemasan merupakan respon terkondisi terhadap rangsangan lingkungan tertentu. c.

Teori eksistensial Konsep utama teori eksistensial adalah bahwa orang-orang mengalami perasaan hidup di alam semesta tanpa tujuan. Kecemasan merupakan respon mereka terhadap kekosongan yang dirasakan dalam keberadaan dan makna.

Teori biologi a. Otonom Sistem saraf Sistem saraf otonom dari beberapa pasien dengan gangguan kecemasan, terutama mereka dengan gangguan panik, menunjukkan nada simpatik meningkat, beradaptasi perlahan terhadap rangsangan berulang, dan merespon berlebihan terhadap rangsangan moderat. b. Neurotransmitter Tiga neurotransmitter utama yang terkait dengan kecemasan pada basis studi hewan dan tanggapan terhadap terapi obat adalah norepinefrin (NE), serotonin, dan aminobutyric acid (GABA). Pertimbangan neuroanatomi Lokus seruleus dan proyek inti raphe terutama ke sistem limbik dan korteks serebral. Dalam kombinasi dengan data dari studi pencitraan otak, daerah ini telah menjadi fokus dari banyak hipotesis tentang pembentukan substrat neuroanatomi dari gangguan kecemasan. a. Sistem limbiks

Dua bidang sistem limbik telah menerima perhatian khusus dalam literatur: peningkatan aktivitas di jalur septohippocampal, yang dapat menyebabkan kecemasan. b. Korteks serebral

11

Korteks serebral frontal terhubung dengan wilayah parahippocampal, cingulate gyrus, dan hipotalamus dan, dengan demikian, mungkin terlibat dalam produksi gangguan kecemasan. Korteks temporal juga telah terlibat sebagai situs patofisiologi pada gangguan kecemasan.

2.3 Patofisiologi 1. Model Noradrenergik. Model ini menunjukkan bahwa sistem saraf otonom pada penderita gangguan anxietas, hipersensitif dan bereaksi berlebihan terhadap berbagai rangsangan. Glukokortikoid mengaktifkan locus caeruleus, yang berperan dalam mengatur anxietas, yaitu dengan mengaktivasi pelepasan norepinefrin (NE) dan merangsang sistem saraf simpatik dan parasimpatik2 2. Model Serotonin. Jalur serotonergik yang timbul dari nukleus raphé di batang otak mempersarafi berbagai macam struktur yang dianggap terlibat dalam gangguan anxietas, termasuk korteks frontal, amigdala, hipotalamus, dan hipokampus. Selain itu, mekanisme serotonergik diyakini mendasari aktivitas biologis berbagai obat yang digunakan untuk mengobati mood disorder, termasuk gejala anxietas. Patologi seluler yang dapat berkontribusi pada pengembangan gangguan anxietas termasuk regulasi abnormal pelepasan 5- HT, reuptake atau respons abnormal terhadap signal 5-HT. Reseptor 5-HT1A diduga memainkan peran yang sangat penting terhadap anxietas. Aktivasi reseptor 5-HT1A meningkatkan aliran kalium dan menghambat aktivitas adenilat siklase.2 3. Model GABA. Gamma-amino butyric acid (GABA) adalah neurotransmiter inhibitor penting dalam sistem saraf pusat dan mengatur banyak rangsangan di daerah otak. Terdapat 2 subtipe reseptor GABA yaitu GABAA dan GABAB. Benzodiazepin berikatan dengan kompleks reseptor benzodiazepine yang terletak di neuron post-sinaptik. Pengikatan semacam itu dapat meningkatkan efek GABA untuk membuka kanal ion klorida, menyebabkan masuknya ion klorida ke dalam sel yang menghasilkan stabilisasi membran saraf. GABA juga dapat mempengaruhi tingkat kecemasan dengan memediasi pelepasan neurotransmitter lain seperti cholecystokinin dan menekan aktivitas saraf pada sistem serotonergik dan noradrenergik. Neurotransmitter lain yang diduga terlibat dalam gangguan

12

anxietas termasuk dopamine, glutamine dan neurokinin. Meskipun kemungkinan patofisiologi yang berbeda mendasari berbagai gangguan anxietas, secara luas diyakini bahwa GABA merupakan salah satu sistem yang terlibat secara integral pada gangguan anxietas.2

2.4 Manifestasi Klinis Pasien dengan GAD mengalami rasa khawatir yang berlebihan, tidak realistis, dan persisten, yang berhubungan dengan tegang otot, gangguan konsentrasi, hiperaktivitas otonom, gelisah, dan insomnia. Ansietasnya berlebihan dan mengganggu aspek kehidupan lain. Hiperaktivitas otonom sering bermanifestasi sebagai napas pendek, keringat berlebihan, palpitasi, dan berbagai gejala gastrointestinal. Onset biasanya sebelum usia 20 tahun, dan adanya riwayat ketakutan dan inhibisi sosial pada masa kanak-kanak. Lebih dari 80% pasien GAD juga mengalami depresi mayor, distimia atau fobia sosial. Komorbid penyalahgunaan zat biasa terjadi pada pasien ini, terutama alkohol dan/atau zat sedatif/hipnotik. Pasien GAD khawatir berlebihan mengenai hal-hal kecil, dan hal ini mengganggu kehidupan.3,4 Pasien dengan GAD biasanya mencari dokter umum atau dokter penyakit dalam untuk membantu gejala somatik mereka. Selain itu, pasien pergi ke dokter spesialis untuk gejala spesifik seperti diare kronis. Gangguan medis spesifik nonpsikiatri jarang ditemukan dan perilaku pasien bervariasi saat mencari dokter. Sejumlah pasien menerima diagnosis GAD dan terapi yang sesuai, lainnya mencari konsultasi medis tambahan untuk masalah mereka.3,4

2.5 Diagnosis Pedoman diagnostik untuk gangguan kecemasan menyeluruh menurut PPDGJ-III (F41.1)5  Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya free floating atau mengambang).

13

 Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut: a.

Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit konsentrasi, dsb).

b. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai). c. Over-aktivitas otonomi (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb). d. Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan (reassurance) serta keluhan-keluhan somatik berulang yang menonjol. e. Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama gangguan anxietas menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresi (F32), gankap dari episodedepresi (F32), gangguan anxietas fobik (F40), gangguan panik (F41.0), gangguan obsesif-kompulsif (F42). Kriteria Diagnostik menurut DSM-V (300.02), sebagai berikut5: a.

Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan yang timbul hampir setiap hari, sepanjang hari, terjadi sekurangnya 6 bulan, tentang sejumlah aktivitas atau kejadian (seperti pekerjaan atau aktivitas sekolah).

b.

Individu sulit untuk mengendalikan kecemasan dan kekhawatiran.

c.

Kecemasan diasosiasikan dengan 6 gejala berikut ini (dengan sekurangkurangnya beberapa gejala lebih banyak terjadi dibandingkan tidak selama 6 bulan terakhir), yaitu kegelisahan, mudah lelah, sulit berkonsentrasi atau pikiran kosong, iritabilitas, ketegangan otot, dan gangguan tidur (sulit tidur, tidur gelisah atau tidak memuaskan).

d.

Kecemasan, kekhwatiran, atau gejala fisik menyebabkan distress atau terganggunya fungsi sosial, pekerjaan, dan fungsi penting lainnya.

e.

Gangguan tidak berasal dari zat yang memberikan efek pada fisiologis (memakai obat-obatan) atau kondisi medis lainnya (seperti hipertiroid).

14

f.

Gangguan tidak dapat dijelaskan lebih baik oleh gangguan mental lainnya (seperti kecemasan dalam gangguan panik atau evaluasi negatif pada gangguan kecemasan sosial atau sosial fobia, kontaminasi atau obsesi lainnya pada gangguan obsesif-kompulsif, mengingat kejadian traumatik pada gangguan stress pasca traumatik, pertambahan berat badan pada anorexia nervosa, komplin fisik pada gangguan gejala somatik atau delusi pada gangguan schizophreniaor).

2.6 Diagnosa banding Panic Disorders (PD) Gejala untuk panic disorders biasanya dimulai dengan serangkaian serangan panik yang tak terduga. Kriteria diagnostiknya diikuti oleh setidaknya kekhawatiran yang berlangsung selama 1 bulan terus-menerus. Selama terjadi serangan, harus ada setidaknya 4 gejala fisik, ditambah dengan gejala psikologi. Gejala psikologi seperti depersonalisasi, takut kehilangan kontrol, takut menjadi gila, serta takut mati. Sedangkan gejala fisik seperti distress abdominal, nyeri dada, menggigil, pusing, hot flushes, palpitasi, mual, sesak napas, berkeringat, takikardia, dan gemetar.6

2.7 Penatalaksanaan Terapi mencakup pendekatan Psikoanalisis, behavioral, kognitif, dan terapi farmakologi.7,8 a. Pendekatan psikoanalisis Pendekatan Psikoanalisis memandang bahwa gangguan kecemasan menyeluruh berakar dari konflik-konflik yang di tekan, sehingga penting untuk membantu pasien menghadapi sumbersumber konflik. Suatu studi tanpa kontrol menggunakan intervensi psikodinamika yang memfokuskan pada konflik interpersonal dalam kehidupan masa lalu dan masa kini pasien dan mendorong cara lebih adaptif untuk berhubungan dengan orang lain. Pada saat ini, sama dengan para terapi kognitif behavioral mendorong penyelesaian masalah sosial. b. Pendekatan Behavioral

15

Berikan penanganan yang lebih umum, seperti training relaksasi intensif, dengan harapan bahwa belajar untuk rileks ketika merasa tegang seiring mereka menjalani hidup akan mencegah kecemasan berkembang tanpa kendali. c. Pendekatan Kognitif Kekhawatiran merupakan kejadian kognitif yang memikirkan tentang berbagai kemungkinan yang menakutkan. Pendekatan Borkovec mengombinasikan berbagai elemen Wolpe Dan Beck, yaitu ia mendorong pemaparan bertingkat terhadap berbagai situasi yang menyebabkan kekhawatiran seiring pasien mencoba menerapkan keterampilan relaksasi dan analisis logis terhadap berbagai hal. d. Terapi farmakologi Tabel Rekomendasi Pengobatan Menurut Canadian Psychiatric Association

1. Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs). SSRI biasanya

diindikasikan untuk pengobatan depresi, dianggap sebagai terapi lini pertama untuk gangguan anxietas. Kelompok obat ini diantaranya fluoxetine,

sertraline,

citalopram,

escitalopram,

fluvoxamine,

paroxetine dan vilazodone. Mekanisme penting dari kelompok obatobatan tersebut

yaitu menghambat transporter serotonin dan

menyebabkan desensitisasi reseptor serotonin postsinaptik, sehingga menormalkan aktivitas jalur serotonergik. Meskipun biasanya SSRIs ini ditoleransi dengan baik setelah memulai pengobatan awal, namun sering juga terjadi efek samping seperti sakit

16

kepala, kelelahan, dan mual. Oleh karena itu, sebaiknya SSRIs dikonsumsi setelah makan. 2. Serotonin-Norepinephrine Reuptake Inhibitors (SNRIs)

SNRI yang menghambat transporter serotonin dan norepinefrin, termasuk venlafaxine, desvenlafaxine, dan duloxetine. SNRI biasanya digunakan apabila terjadi kegagalan atau respon yang tidak adekuat terhadap SSRI 3. Benzodiazepines.

Meskipun benzodiazepin banyak digunakan pada zaman dahulu untuk mengobati kondisi anxietas, tetapi tidak lagi dianggap sebagai terapi lini pertama karena menimbulkan efek samping yang merugikan, jika digunakan dalam waktu yang lama dan dosis yang tinggi. Oleh karena itu, penggunaan benzodiazepin hanya terbatas untuk pengobatan jangka pendek anxietas akut. Meskipun efikasinya cukup baik, namun monoterapi benzodiazepin tidak

direkomendasikan

ketergantungan

dan

karena

penyalahgunaan.

berpotensi

menimbulkan

Sehingga

benzodiazepin

umumnya diresepkan untuk pengobatan jangka pendek. 4. Tricyclic Antidepressants

Semua tricyclic antidepressants (TCAs) berfungsi sebagai inhibitor reuptake norepinefrin, dan beberapa sebagai penghambat reuptake serotonin. Meskipun beberapa golongan dari obat ini efikasinya sebanding dengan SSRI atau SNRI untuk mengobati anxietas, TCA menimbulkan lebih banyak efek samping dan berpotensi mematikan jika overdosis. Meskipun TCAs telah menunjukan efikasi yang cukup baik, namun kurang bisa ditoleransi karena memiliki kecenderungan menimbulkan efek samping seperti mulut kering, pusing, mengantuk, serta penglihatan kabur. Oleh karena itu, biasanya dimulai dengan dosis yang paling rendah lalu meningkat secara bertahap. Efek samping

17

yang terjadi biasanya dapat diperbaiki dengan pengubahan dosis atau beralih ke obat TCAs yang lain Setelah mendapatkan diagnosis, dapat dilakukan perawatan primer segera kepada penderita gangguan anxietas, seperti memberikan edukasi mengenai gejala yang terjadi, strategi pengurangan stres, modifikasi gaya hidup (mengurangi konsumsi alkohol dan kafein, menghindari nikotin dan penggunaan narkoba, latihan rutin), konseling yang mendukung, serta memantau dan mengatasi tanda-tanda awal kekambuhan. Pilihan treatment untuk gangguan anxietas terdiri dari terapi psikologis dan farmakologis. Semua pasien harus menerima edukasi dari dokter mencakup informasi mengenai gangguan, pilihan pengobatan, dan prognosis umum. Selain itu, pasien juga harus diberitahu mengenai efektivitas obat, efek samping umum ataupun efek samping yang tidak umum tapi serius, durasi pengobatan, biaya, serta kemungkinan yang akan terjadi apabila pengobatan dihentikan.8

18

BAB III ANALISA KASUS Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar Keadaan rumah tertata dengan baik, rapih dan bersih. Lingkungan rumah berupa lingkungan padat penduduk yang rapih dan bersih. Namun dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan diagnosa dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar.

Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan dalam keluarga Tidak ada keluarga pasien yang mengeluh penyakit yang sama dengan pasien. Hubungan antar keluarga harmonis. pasien merupakan seorang dengan kepribadian agak pendiam. Pasien juga sejak semula memang seorang yang sangat perhatian pada anggota keluarga hingga terkadang cenderung menjadi pencemas. Di rumah, pasien hanya hidup anak tunggalnya yang masih berumur 1 tahun. Hal ini membuat pasien tidak ada teman untuk sharing, yang dapat memperparah perjalanan penyakit atau memperlambat penyembuhannya. Dapat disimpulkan terdapat hubungan diagnosis dengan hubungan keluarga.

Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga Pada kesehariannya pasien merupakan seorang ibu rumah tangga yang banyak menghabiskan waktu dirumah. Aktivitas di rumah berupa bersih-bersih dan memasak. Personal hygiene tiap anggota keluarga cukup baik. Pasien tidak merokok, minum alkohol ataupun konsumsi kafein. Pasien juga tidak menggunakan obat-obat terlarang. Pasien jarang berolahraga namun cukup rutin konsumsi sayur dan buah. Tidak terdapat hubungan perilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan sekitar dengan penyakit pasien.

19

Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada pasien ini: Dari hasil anamnesis diketahui bahwa pasien merupakan seorang perempuan usia 28 tahun. Pasien merupakan seorang yang menurut suaminya memiliki kepribadian pencemas. Dalam kesehariannya pasien banyak beraktivitas di rumah dalam keadaan sendirian. Pasien dalam 6 bulan terakhir memiliki beban psikologis berupa rasa khawatirnya pada keadaan suaminya yang bekerja sebagai supir luar kota. Hal- hal tersebut di duga merupakan faktor risiko dari penyakit yang dialami pasien.  Analisis untuk mengurangi paparan atau memutus rantai penularan dengan faktor resiko atau etiologi pada pasien ini Anjurkan pasien untuk menghindari keadaan sendirian. Jelaskan juga untuk mengindari dan kelola stress dengan baik. Dari segi pola hidup, untuk menghindari konsumsi kopi, alkohol, merokok dan begadang.

Edukasi yang diberikan pada pasien atau keluarga 

memberikan edukasi mengenai gejala yang terjadi, strategi pengurangan stres, modifikasi gaya hidup (mengurangi konsumsi alkohol dan kafein, menghindari nikotin dan penggunaan narkoba, latihan rutin),



Menaati nasihat dokter dan minum obat sesuai anjuran dokter.



Melakukan kontrol rutin ke Fasyankes.



Mengambil obat rutin ke Fasyankes



Selain itu, pasien juga harus diberitahu mengenai efektivitas obat, efek samping umum ataupun efek samping obat, durasi pengobatan, biaya, serta kemungkinan yang akan terjadi apabila pengobatan tidak tuntas.

20

DAFTAR PUSTAKA 1. Maria, Josetta. Cemas Normal atau Tidak Normal. Program Studi Psikologi. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2. Janet, M. Torpy MD. Generalized Anxiety Disorder. The Journal of The American Medical Assosiation. 2011. 3. Gregory, Fricchion MD. Generalized Anxiety Disorder. The New England Journal of Medicine. 2004. 4. Sadock, Benjamin J. Sadock, Virginia A. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi ke-2. Jakarta. Penerbit Buku EGC: 2014. 5. Reus, Victor I. Mental Disorders. Kasper, Dennis L et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 19th Edition. New York. McGraw Hill: 2015. P 2708-2709. 6. Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ III dan DSM V. Edisi ke-1. Jakarta. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Universitas Atma Jaya: 2013 7. Stein DJ, Hollander E et al. Textbook of Anxiety Disorders. American Psychiatric Publishing. 2009. 399-435 8. Antidepressan, Anxyolitics Drugs. MIMS Guideline. April 2011. Diunduh tanggal 02 April 2017.

21

More Documents from "Fitrah Nurfauziah"

Gad.docx
October 2019 26
Heg.docx
October 2019 32
Dki.docx
June 2020 6