Hakikat Manusia

  • Uploaded by: Pristiadi Utomo
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Hakikat Manusia as PDF for free.

More details

  • Words: 70,860
  • Pages: 196
HAKIKAT MANUSIA BAGIAN SATU MENJADI MUSLIM SEJATI

Brainstorming : 1. Untuk Apa Beragama? 2. Agama Sebagai Candu Masyarakat 3. Segala Yang Ada : Materi. 4. Tuhan, Hasil Rekayasa Pikiran? 5. Tuhan Telah Mati? 6. Manusia Sebagai Makhluk Pencari Kebenaran. 7. Metodologi Ilmiah Paling Baik? 8. Siapakah Pencipta Alam Semesta? Pelurusan : 1. Manusia, Makhluk yang Lemah 2. Fungsi Berfikir pada Manusia. 3. Kelemahan Metode Ilmiah 4. “X” power dalam penciptaan alam semesta 5. Existensi Tuhan

1

Bab Satu Agama dan Tuhan, Pandangan Kaum Atheis Apa yang anda pikirkan, yang menjadi orientasi dalam kehidupan anda saat ini, cara pandang mengenai diri dan masyarakat, mengenai hidup dan kehidupan dalam semua aspek, sangat dipengaruhi oleh paradigma yang anda ikuti dan berlaku dalam masyarakat. Bagaimana paradigma yang berlaku dan diikuti sebagian besar orang dalam suatu masyarakat, secara umum bisa kita cermati dalam logika stereotip yang bisa kita diskusikan dalam buku ini. 1. Untuk Apa Beragama ? Sebagaimana kita fahami, agama merupakan sebuah jalan bagi manusia untuk mencari kebahagiaan. Agama menjadi pedoman dan ajaran yang dikuti oleh banyak manusia, sebagai upaya untuk mendapatkan kebahagiaan. Orang beragama pada dasarnya adalah untuk mendapatkan kebahagiaan. Namun bagaimana realitasnya? Banyak manusia beragama justru harus berhadapan dengan berbagai konflik. Suatu kelompok masyarakat ketika mereka mementingkan agamanya, maka masyarakat tersebut akan berhadapan secara diametral dengan masyarakat lain yang juga ingin menjalankan agamanya. Masyarakat muslim Palestina ketika atas nama agama, mereka mencoba mempertahankan tanah kelahirannya, harus berlawanan dengan tentara Israil, yang juga atas nama agama ingin merebut tanah suci agama Yahudi. Hampir tiap hari pemuda dan remaja Palestina dengan ketapelnya, dengan batu-batu kerikil harus berhadapan dengan tentara Isarail yang membawa senjata modern. Puluhan pemuda dan remaja Palestina menjadi korban pembantaian oleh tentara Israil hampir tiap hari. Setelah kelompok Hamas memenangkan Pemilu 2006 ini dan memimpin pemerintahan Palestina, terjadi penghentian bantuan dana dari Amerika Serikat dan dunia barat. Di negara Palestina sendiri terjadi pertentangan dan konflik internal antara kelompok Hamas dan kelompok Fatah (partai pemegang pemerintahan sebelumnya). Di Irak, dalam kepemimpinan Saddam Husein yang mengibarkan bendera “Laa ilaaha illallah” harus menghadapi keganasan pasukan Amerika Serikat yang kemudian menghancur luluhkan negeri 1001 malam itu. Setelah Saddam Husein ditangkap dan diadili, masyarakat Irak mengalami perang saudara, yaitu kaum Sunni dan kaum Syiah, saling baku hantam. Terjadi pengeboman oleh jamaah Sunni di Masjid milik kaum Syiah dan sebaliknya dilakukan pengeboman oleh jamaah Syiah di Masjid milik kaum Sunni. Di Ambon, beberapa tahun lalu juga terjadi peperangan dengan baku tembak, saling membunuh, dengan peralatan pedang, samurai, tombak, dan pistol rakitan antara kaum muslimin dan kaum nasrani. Konflik yang tak pernah ada habisnya juga terjadi antara organisasi NU dan Muhammadiyah, padahal dua organisasi ini sama-sama dari kelompok muslim. Barangkali di tingkat pimpinan, ada upaya untuk meredam konflik itu, namun di kalangan masyarakat bawah, masih sering mereka tidak bersedia untuk duduk dalam satu forum. Dalam beberapa tahun belakangan ini, kaum muslim Indonesia juga mengalami ketakutan dan kekhawatiran jika menunjukkan identitas keislamannnya, karena distampel 2

sebagai teroris. Mereka yang dicurigai teroris, akan ditangkap oleh pasukan detasemen 88 antiteror dan harus melakukan serangkaian proses pemeriksaan. Dengan beragama diharapkan akan mendapatkan ketentraman, kedamaian dan kebahagiaan malah yang didapat sebaliknya, ketakutan dan kecemasan. Apa yang saya uraikan merupakan realitas di depan mata yang pada akhirnya memunculkan pernyataan yang stereotip, untuk apa kita beragama jika agama justru mengantarkan kita pada peperangan, kehancuran, hilangnya kedamaian? Banyak orang akhirnya tak mau peduli terhadap ajaran agamanya, cenderung bersikap pasif, cuek bahkan tak mau membawa konsep agama dalam kehidupannya, khususnya dalam masyarakat. 2. Agama Sebagai Candu Masyarakat. Agama bagi sementara orang hanyalah tempat pelarian dari permasalahan hidup. Ketika seseorang mengalami banyak masalah seperti kemiskinan, ketidakberdayaan, kesengsaraan, maka dia akan mencari suatu kekuatan yang dianggapnya dapat menolongnya dari permasalahan hidupnya. Kekuatan tersebut dipercaya dapat membantunya memberikan solusi atas masalah yang dihadapi. Demikian anggapan yang ada pada sebagian masyarakat. Anggapan semacam ini juga didukung dan diperkuat oleh pemikiran Karl Marx (1818-1883), seorang ahli filsafat kelahiran Jerman. Menurut Marx, agama sebagai candu masyarakat. Dalam pandangan Marx, agama memang pantas disebut sebagai candu masyarakat karena seperti candu, ia memberikan harapan-harapan semu, dapat membantu orang untuk sementara waktu melupakan masalah real hidupnya. Seorang yang sedang terbius oleh candu/opium dengan sendirinya akan lupa dengan diri dan masalah yang sedang dihadapinya. Ketika orang sedang masuk dalam penderitaan yang dibutuhkan tidak lain adalah candu yang dapat membantu melupakan segala penderitaan hidup, kendati hanya sesaat saja. Dalam konteks ini orang memang membutuhkan ilusi-ilusi untuk meringankan penderitaan dalam dunia real. Pertanyaan filosofis yang diajukan Marx adalah: Mengapa masyarakat harus memiliki ilusi? Mengapa pula masyarakat membutuhkan ilusi-ilusi religius? Bagi Marx, agama merupakan medium dari ilusi sosial. Dalam agama tidak ada pendasaran yang real-obyektif bagi manusia untuk mengabdi pada kekuasaan supranatural. Hal ini bisa dijelaskan dari bagaimana agama berkembang. Agama berkembang karena diwartakan oleh masyarakat yang mempunyai kekuasaan atau oleh masyarakat yang mempunyai kekuasaan atau oleh masyarakat yang didukung oleh orangorang yang memiliki kekuasaan itu. Agama tidak berkembang karena ada kesadaran dari manusia akan pembebasan sejati, tetapi lebih karena ada keasadaran dari manusia akan pembebasan sejati, tetapi lebih karena kondisi yang diciptakan oleh orang-orang yang memiliki kuasa untuk melanggengkan kekuasaannya. Propaganda agama yang dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kekuasaan dipandang oleh Marx sebagai sikap meracuni masyarakat. (Eusta Supono, Agama Solusi atau Ilusi?, 2003) Karena itu, komunitas yang sefaham dengan Marx berpandangan agama hanya menghambat kemajuan dan modernisasi. Dengan berbagai aturan, norma, dogma-dogma dan kaidah yang ada dalam ajaran agama membuat masyarakat terbelenggu, terhambat dalam produktifitas maupun kreativitasnya, dan tak bisa melakukan peningkatan

3

kebudayaan dan peradaban bagi perkembangan masyarakatnya. Karena itu agama harus ditolak dan ditinggalkan. 3. Segala Yang Ada : Materi? Keraguan tentang konsep agama sebagai pedoman hidup yang bisa membawa manusia mendapatkan kebahagiaan dan kedamaian, berlanjut pada keraguan akan Tuhan. “Sesuatu” yang menjadi pokok keyakinan orang beragama. Mereka pun meragukan keberadaan Tuhan. Segala yang ada adalah materi. Materi adalah segala sesuatu yang menempati ruang dan terpengaruh oleh waktu. Materi tersusun dari partikel-partikel yang terdalam, tidak dapat rusak, kecil, bulat, keras, yang dinamakan atom-atom. Atom-atom tersebut bukan hanya tidak pernah terjadi atom-atom baru. Ini berarti bahwa semua bentuk materi hanyalah merupakan pengelompokan baru atom-atom tadi, sebagai semula diyakini kebenarannya, hukum kekekalan materi (Louis O Kattsoff, Pengantar Filsafat, hal 88) Alam semesta dan manusia menurut paham ini juga materi. Mahluk hidup sebagai materi tersusun dari partikel-partikel hidup yang disebut sel. Sel pada mahluk hidup akan mengalami kerusakan dan digantikan dengan yang baru. Itulah yang terjadi pada binatang, manusia maupun alam semesta. Materi merupakan awal dan akhir suatu kehidupan. Orang yang berfaham materialisme menganggap bahwa realitas seluruhnya adalah materi belaka. Menurut Ludwig Feuerbach (1804-1872), hanya alamlah yang ada. Manusia adalah alamiah juga. Yang penting bagi manusia bukan akalnya, tetapi usahanya. Sebab pengetahuan hanyalah alat agar usaha manusia berhasil. Kebahagiaan manusia dapat dicapai di dunia ini. Oleh karena itu menurutnya, agama dan metafisika harus ditolak. Menurut Feuerbach, agama timbul dari sifat egoisme manusia yang mendambakan kebahagiaan. Apa yang tidak ada pada manusia tetapi didambakannya, digambarkan sebagai kenyataan yang ada pada para dewa (atau Tuhan). Karena itu, Dewa (atau Tuhan) sebenarnya merupakan keinginan manusia. (Drs A. Chairil Basori, Filsafat, 1987) Penganut faham materialisme, menganggap sebenarnya Tuhan itu tidak ada. Adanya Tuhan tak dapat dibuktikan. Mereka lebih percaya Tuhan itu tidak ada. Jika keberadaan Tuhan tidak diakui, maka secara otomatis ajaran dan kebenaran yang bersumber darinya yaitu agama pun tidak diakui. Paling tidak bagi mereka yang berpaham materialisme, menolak keberadaan Tuhan. Akibat penolakan atas keberadaan Tuhan, mendorong penganut paham ini bebas melakukan tindakan yang mereka sukai, tanpa rasa takut akan mendapat murka dari Tuhan. 4. Tuhan, Hasil Rekayasa Pikiran? Pada masyarakat yang tidak mengakui dan menolak keberadaan Tuhan, juga berpendapat bahwa adanya Tuhan pada kepercayaan orang-orang beragama, hanyalah hasil rekayasa pikiran. Manusia merupakan makhluk yang berakal, yang mampu berfikir, maka dengan pikirannya dia bisa mengadakan obyek tertentu dalam alam pikirannya. Tokoh rasionalis Rene Descartes (1596-1650) menyatakan “cogito ergo sum” yang artinya aku berpikir, maka aku ada. Adanya aku, sebagai manusia, nyata ada jika aku berpikir. Dan dengan berpikir, manusia bisa menjadikan segala sesuatunya menjadi

4

“mengada”. Tuhanpun menjadi ada, dengan cara dipikirkan. Jika manusia berpikir Tuhan ada, maka jadilah Dia ada. Sebaliknya, jika Tuhan tidak dipikirkan, maka Tuhan tidak ada. Dengan cara yang sama, pembaca bisa berpikir mengenai seorang wanita cantik berambut pirang, maka akan muncul dan menjadi ada dalam alam pikiran pembaca seorang wanita cantik berambut pirang. Pun pembaca bisa berpikir mengenai seekor harimau besar berwarna putih yang siap menerkam, maka akan muncul dan menjadi ada dalam alam pikiran pembaca, seekor harimau besar berwarna putih yang siap menerkam. Meski dalam alam nyata tak pernah ada di depan pembaca. Demikianlah, analogi yang sama mereka anggap, bahwa adanya Tuhan adalah hasil rekayasa pikiran manusia. Perkembangan pemikiran manusia baik perorangan maupun masyarakat, manurut Auguste Comte (1798-1857) berlangsung dalam tiga zaman yaitu zaman teologis, metafisis dan zaman positif. a. Zaman Teologis Zaman dimana manusia percaya bahwa di belakang gejala-gejala alam, terdapat kuasa-kuasa adikodrati yang mengatur fungsi dan gerak gejala-gejala tersebut. Pada masyarakat primitive, mereka percaya benda-benda seperti batu, pusaka, keris, dan sebagainya mempunyai kekuatan atau berjiwa (animisme), sehingga mereka begitu mengagungkan dan memuliakan benda-benda tersebut. Pada tahap selanjutnya, manusia percaya akan adanya Dewa-dewa (politheisme), sehingga mereka mengagungkan dan melakukan penyembahan terhadap Dewa-dewa tersebut, seperti Dewa Matahari, Dewa Padi, Dewa Gunung, Dewa Cinta. Dewa Pemberi Harta dan lain-lainnya. Mereka bahkan siap mengorbankan apapun agar Sang Dewa tidak murka pada masyarakat. Selanjutnya, manusia percaya adanya satu kekuatan besar, pemimpin para Dewa atau terkumpulnya Dewa-dewa menjadi satu yaitu Tuhan yang Maha Kuasa. (monotheisme). b. Zaman Metafisis Kekuatan-kekuatan yang dimiliki para dewa itu, kekuatan adikodrati diganti dengan kekuatan-kekuatan abstrak. Mereka percaya benda-benda di alam semesta itu menyimpan energi, yang dengan suatu cara tertentu kekuatan energinya dapat dimanfaatkan bagi kebutuhan dan kepentingan hidup masyarakat. c. Zaman Positif Ketika masyarakat tidak lagi berusaha mencapai pengetahuan tentang yang mutlak baik dari sisi teologis maupun metafisis. Manusia berusaha mendapatkan hukum-hukum dari fakta-fakta yang didapatinya dengan pengamatan dan akalnya. Tujuan tertinggi dari zaman ini, akan tercapai bilamana gejala-gejala telah dapat disusun dan diatur di bawah satu fakta yang umum saja. Hukum ketiga tahap zaman tersebut tidak hanya berlaku bagi perkembangan rohani seluruh umat manusia, tetapi juga berlaku bagi tiap perseorangan. Umpamanya sebagai kanak-kanak adalah seorang teolog, sebagai pemuda menjadi metafisikus, dan sebagai orang dewasa adalah seorang fisikus. (Drs A. Chairil Basori, Filsafat, 1987) Pada tahap positivisme, manusia telah mampu dengan akal dan pengetahuannya mengatasi setiap permasalahan. Dengan telah ditemukannya lampu listrik, mesin jahit,

5

mesin industri, traktor dan sebagainya, maka seluruh kebutuhan hidup manusia dapat dipenuhi dengan mempergunakan akal dan pengetahuannya. Maka pada tahap ini manusia tidak lagi membutuhkan Dewa-dewa maupun Tuhan untuk membantu mengatasi permasalahannya. 5. Tuhan Telah Mati? Dengan kemampuan akal dan pengetahuannya, manusia bahkan berkeinginan untuk bisa menguasai alam. Kehendak untuk berkuasa merupakan dasar dan sumber tingkah laku manusia. Kehendak untuk berkuasa memasuki semua bidang kegiatan manusia: kesadaran hidup, perwujudan nilai-nilai agama, kebudayaan dan lain-lain. Kehendak untuk berkuasa bahkan merupakan kenyataan yang benar akan dunia ini. Dunia ini adalah kehendak untuk berkuasa, lain tidak. Inilah salah satu pokok pikiran Friedrich Nietzsche (1844 – 1900), tokoh filsafat yang Anti-Theisme. Menurut Nietzsche, kehendak untuk berkuasa ini nampak dalam ilmu pengetahuan. Dengan ilmu pengetahuan, manusia ingin menyelidiki dunia untuk menemukan kenyataan dunia yang menjadi. Dengan ilmu, semua yang ada diubah kedalam bentuk-bentuk yang pasti. Maka ilmu pengetahuan dapat didefinisikan sebagai penjelmaan alam menjadi konsep-konsep, dengan tujuan untuk menguasai alam. Agama juga dinyatakan sebagai perwujudan kehendak untuk berkuasa. Semua agama hakekatnya berasal dari kehendak untuk berkuasa. Karena kehendak untuk berkuasa ini tidak dapat dipenuhi dengan kekuatan manusia sendiri, maka manusia menyerahkan usahanya kepada pribadi yang lebih tinggi. Manusia lari kepada Tuhan yang Maha Kuasa, karena ia sendirian tidak dapat mengalahkan kekuatan yang dihadapinya. Bagi Nietzsche, manusia yang ideal adalah superman. Dengan superman kehendak untuk berkuasa atas dunia menjadi sempurna. Sejarah akan mencapai kesudahannya pada kehadiran manusia superman ini. Superman adalah manusia yang mengetahui bahwa Tuhan telah mati, bahwa tidak ada sesuatupun yang melebihi atau mengatasi dunia ini. Superman akan muncul bila manusia telah mempunyai keberanian untuk mengubah system nilai, untuk menghancurkan nilai-nilai yang ada terutama nilai-nilai lama, dan menyusun dan menggantinya dengan nilai-nilai baru yang melebihi sebelumnya. (Drs A. Chairil Basori, Filsafat, 1987) Pernyataan yang cukup berani dari Nietzche bahwa “God is dead” (Tuhan telah mati) telah mampu membuat masyarakat yang anti Tuhan untuk melangkah dengan keyakinan diri yang penuh, untuk melakukan kreativitas yang liberal. Jika tuhan telah mati dengan segala perintah dan larngannya, maka berarti dunia sudah terbuka untuk sebuah kebebasan dan kreativitasnya. Segalanya berjalan dengan sendirinya, alam semesta bergerak dan berputar mengikuti hokum alam, tanpa campur tangan lagi dari Tuhan. Demikianlah, pemikiran yang liberal semacam ini banyak yang melanda masyarakat modern, yang meski tidak secara terus terang, telah menganggap bahwa God is dead. Tuhan telah mati! 6. Manusia Sebagai Makhluk Pencari Kebenaran. Namun tidak semua masyarakat mengikuti pemikiran para ahli filsafat yang anti Tuhan itu. Banyak diantara mereka yang tidak pernah puas dengan penjelasan para ahli

6

pikir dunia masa lampau. Manusia menyadari bahwa dirinya berbeda dengan binatang. Adanya akal yang melengkapi makhluk bernama manusia, membedakannya dari makhluk yang lain. Dengan akalnya manusia terus bertanya, mencari jawaban atas setiap pertanyaan. Pertanyaan yang paling mendasar adalah Siapakah aku? Dari mana aku? Hendak kemana Aku? Pertanyaan-pertanyaan ini terus mengusiknya yang membutuhkan jawaban yang memuaskan. Termasuk pertanyaan tentang Tuhan dan alam semesta? Manusia ingin mengetahuinya dengan cara bertanya dan berpikir. Dengan menggunakan akalnya inilah manusia berusaha untuk menemukan jawaban atas pertanyaan yang muncul pada dirinya. Menurut Endang Syaifudin Ansori, Manusia adalah hewan yang berpikir. Berpikir adalah bertanya. Bertanya adalah mencari jawaban. Mencari jawaban adalah mencari kebenaran. Mencari kebenaran akan Tuhan, alam dan manusia. Jadi pada akhirnya : Manusia adalah makhluk pencari kebenaran. (Endang Syaefuddin Anshari, Ilmu, Filsafat dan Agama, 1987) Lalu apa itu kebenaran? Dalam dunia ilmu pengetahuan, kebenaran adalah kebenaran ilmiah, suatu pengetahuan yang jelas dari suatu obyek materi yang dicapai menurut obyek forma (cara pandang) tertentu dengan metode yang sesuai dan ditunjang oleh suatu system yang relevan. Pengetahuan demikian ini tahan uji baik dari verifikasi empiris maupun yang rasional. Dalam pembahasan tentang teori kebenaran, Endang mengemukakan tiga teori yaitu teori korespondensi, teori konsistensi dan teori pragmatis. Uraian tiga teori itu dijelaskan sebagai berikut. a. Teori korespondensi (coorespondence theory) Adalah kebenaran atau keadaan benar itu berupa kesesuaian (correspondence) antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan apa yang sungguh merupakan halnya atau faktanya. Menurut teori korespondensi, suatu pernyataan dianggap benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu adalah berkorespondens (bersesuaian) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Dengan kata lain, kebenaran itu adalah suatu pernyataan yang sesuai dengan kenyataan (fakta), tanpa memperhatikan idea atau pikiran. Contohnya “di luar rumah udaranya dingin”, pernyataan ini benar jika faktanya ketika kita keluar rumah memang udaranya dingin. b. Teori konsistensi (consistence theory) Teori ini disebut pula coherence, adalah kebenaran, tidak dibentuk atas hubungan antar putusan (gudgement) dengan sesuatu yang lain, yaitu fakta atau realitas, tetapi atas hubungan antara putusan-putusan itu sendiri. Atau secara sederhana dapat dikatakan nahwa menurut teori konsistensi, suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat konsisten atau koheren dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang telah dianggap benar, tanpa mempedulikan fakta yang ada. Contohnya, “murid SMA Satu pintar-pintar” adalah pernyataan awal (terdahulu) yang benar. “Harno adalah murid yang pintar”, pernyataan ini dianggap benar jika Harno adalah murid SMA Satu. Dasar pembenaran pernyataan “Harno murid yang pintar” karena koheren dengan pernyataan sebelumnya, “murid SMA Satu pintar-pintar”. c. Teori pragmatis (pragmatic theory)

7

Suatu proposisi adalah benar sepanjang proposisi itu berlaku, atau memuaskan. Menurut teori pragmatis, kebenaran bergantung kepada kondisi-kondisi yang berupa manfaat (utility), kemungkinan dapat dikerjakan (workability) dan konsekuensi yang memuaskan (satisfactory results). Dengan perkataan yang lebih sederhana, sesuatu dianggap benar jika itu mempunyai manfaat fungsional atau menguntungkan dalam kehidupan praktis. Contohnya, pernyataan “system komputerisasi kantor adalah baik”. Pernyataan tersebut benar karena penggunaan computer di kantor-kantor sangat membantu proses (memper mudah dan mempercepat kerja) kegiatan di kantor. Ketiga teori ini meski tidak seluruhnya tepat, namun yang paling mendekati adalah teori korespondensi, dimana pernyataan bisa dikatakan benar jika faktanya sesuai dengan pernyataan. Bagaimana manusia dalam upaya mencari kebenaran? Jika permasalahan yang dipertanyakan menyangkut masalah-masalah idea, filsafat atau metafisika maka sulit untuk bisa memperoleh jawaban sebagai kebenaran. Siapa aku sebenarnya? Untuk apa aku hidup? Kemana aku nantinya? Benarkah Tuhan itu ada? Bagaimana membuktikannya? Mencari jawaban atas pertanyaan tersebut sangatlah sulit, demikianlah untuk menemukan kebenaran tentang permasalahan yang essensial dalam kehidupan manusia tidaklah bisa dicapai dengan teori-teori diatas. 7. Mencari Kebenaran Dengan Metodologi Ilmiah Bagaimana cara kita mendapatkan suatu kebenaran. Dalam dunia ilmu pengetahuan, kita mengenal apa yang dinamakan metodologi ilmiah. Metode ilmiah adalah sebuah cara untuk mencari sebuah kebenaran. Kebenaran ilmiah ini harus memenuhi persyaratan empiris, obyektif, rasional, dan sistematis. Empiris berarti suatu kebenaran berdasarkan pengalaman yang dapat ditangkap dengan pancaindra. Pengetahuan tersebut berasal dari pengalaman manusia, dari dunia luar yang ditangkap dengan pancaindranya. Sehingga kebenaran tersebut dapat juga diketahui oleh orang lain sebagai kebenaran yang dapat ditangkap dengan pancaindranya pula. Misalnya kebenaran mengenai air yang dipanaskan dalam suhu 100 derajat celcius akan mendidih. Ini merupakan kebenaran yang berdasarkan pengalaman-pengalaman yang pernah dijalani manusia, maka terhadap hal tersebut secara empiris manusia lainpun akan menemui hal yang sama. Obyektif berarti suatu kebenaran harus mengandung nilai obyektifitas, berdasarkan fakta yang menjadi obyek pengetahuan, bukan berdasarkan yang menilai atau yang mengamati (subyek-nya). Sebuah kebenaran harus dapat dibuktikan oleh orang lain dan akan memperoleh pengetahuan yang sama. Misalnya air akan bergerak mengalir pada tempat yang lebih rendah atau menurun. Kebenaran demikian dapat dibuktikan orang lain dan diperoleh pengetahuan yang sama pula. Rasional berarti kebenaran tersebut bersumber dari akal (rasio) atau pikiran manusia, dimana pengalaman-pengalaman hanya sebagai perangsang bagi pikiran. Kebenaran demikian merupakan kesimpulan dari pengalaman-pengalaman sebelumnya dan menjadi pengetahuan dalam akal manusia. Bahkan tanpa perlu pembuktianpun, kebenaran itu tak terbantahkan. Misal, pernyataan garis lurus merupakan jarak terdekat diantara dua buah titik, maka kita mau tidak mau harus mengakui kebenaran pernyataan tersebut.

8

Sistematis berarti berurutan, yakni dalam menemukan kebenaran harus melalui proses yang berurutan. Dalam suatu penelitian ilmiah, sistematis itu bila dilakukan melalui tahapan-tahapan memilih dan merumuskan masalah, menyusun latar belakang teoritis, menetapkan hipotesis, menetapkan variable, memilih alat pengump[ulan data, menyusun rancangan penelitian, menentukan sample, menyimpulkan dan menyajikan data, mengolah dan menganalisis data, menginterpretasi hasil analisis dan mengambil kesimpulan, menyusun laporan dan mengemukakan implikasi. (Drs. Cholid Narbuko dan Drs H. Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, 2003) Untuk menghasilkan sebuah kebenaran ilmiah juga harus didukung dengan berpikir dan bersikap ilmiah yaitu dengan tahapan skeptis, analitis, dan kritis. Skeptis adalah upaya untuk selalu menanyakan bukti-bukti atau fakta-fakta terhadap setiap pernyataan. Analitis adalah kegiatan untuk selalu menimbang-nimbang setiap permasalahan yang dihadapinya, mana yang relevan, mana yang menjadi masalah utama dan sebagainya. Kritis adalah berupaya untuk mengembangkan kemampuan menimbangnya selalu obyektif. Untuk ini maka dituntut agar data dan pola berpikirnya selalu logis. (Drs. Cholid Narbuko dan Drs H. Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, 2003) 8. Asal Usul Kehidupan Untuk mengetahui realitas kehidupan manusia dan alam semesta, pertanyaan yang muncul mengemuka adalah bagaimana awal mula kehidupan di dunia ini. Siapakah yang menciptakan alam semesta dan bagaimana proses penciptaannya? Dalam buku pelajaran Biologi Kelas III di SMA, kita dapatkan penjelasan mengenai asal-usul kehidupan. Bagi mereka yang sempat duduk di bangku SMA Jurusan IPA/Biologi, tentu pernah mendapatkan sub materi pelajaran Asal Usul Kehidupan ini. Ada beberapa teori yang dikemukakan yaitu teori-teori abgiogenesis, biogenesis, kosmozaik, evolusi kimia dan evolusi biologi. a. Teori Abiogenesis Menurut teori Abiogenesis, kehidupan berasal dari materi yang tidak hidup atau benda mati dan terjadi begitu saja (spontan). Itulah sebabnya, teori ini dinamakan pula teori generatio spontanea. Teori abiogenesis ini dikemukakan pertama kali oleh Aristoteles (334 – 332 SM), seorang filsuf dan ilmuwan Yunani Kuno. Teori ini bertahan ratusan tahun. Munculnya teori ini didasarkan pada pengamatan sederhana terhadap apa yang mereka lihat di sekelilingnya tanpa didukung oleh peralatan yang memadai. Sebagai contoh, karena cacing berada di dalam tanah, maka cacing berasal dari tanah. Dengan alasan yang sama, mereka menganggap katak berasal dari Lumpur, belatung berasal dari daging yang membusuk, dan sebagainya. Pada abad 17, Antonie van Leeuwenhoek menemukan mikroskop. Penemuan mikroskop ini membuka cakrawala baru bagi dunia saina. Namun bagi para pendukung teori abiogenesis, adanya makhluk hidup kecil yang mereka lihat melalui mikroskop makin memperkuat mereka tentang teori abiogenesis tersebut. b. Teori Biogenesis

9

Teori biogenesis merupakan lawan dari teori abiogenesis. Teori ini menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup pula. Teori biogenesis mendapat dukungan dari Francesco Redi (1626 – 1697), Lazzaro Spallanzani (1727 –1799) dan Louis Pasteur (1822 –1895). Ketiganya melakukan percobaan untuk membuktikan teori biogenesis. Francesco Redi mengadakan serangkaian percobaan dengan bahan daging yang dimasukkan ke delapan stoples dengan kondisi yang berbeda-beda. Setelah beberapa hari di dalam stoples yang terbuka, Redi mendapatkan larva, sedangkan di dalam stoples yang tertutup tidak terdapat larva Berdasarkan percobaan ini, Redi berkesimpulan bahwa larva bukan berasal dari daging, melainkan berasal dari telur lalat yang disimpan dalam daging. Lazzaro Spallanzani juga melakukan percobaan dengan menggunakan dua tipe medium dengan prinsip yang sama dengan Redi, tetapi dengan rancangan yang lebih sempurna. Berdasarkan hasil percobaan Spallanzani, ditemukan kenyataan bahwa udara memberi pengaruh besar terhadap terbentuknya kekeruhan pada air kaldu, membuat para pendukung abiogenesis menolak hasil percobaan spallanzani. Mereka menganggap udara mempunyai daya hidup (vital force) yang dapat memicu terbentuknya kehidupan. Konsep tentang adanya daya hidup yang diyakini pendukung teori abiogenesis membuat Louis Pasteur berpikir bagaimana merancang percobaan yang memungkinkan udara (daya hidup) tetap dpat berhubungan dengan labu tetapi tidak mempengaruhi isi labu. Hasil percobaan Pasteur menunjang teori biogenesis dan sekaligus menumbangkan teori abiogenesis. Teori biogenesis dapat dirumuskan dalam postulat berikut ini. Omne vivum ex ovo yang berarti makhluk hidup berasal dari telur, omne ovum ex vivo yang berarti telur berasal dari makhluk hidup, dan omne vivum ex vivo berarti makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya. c. Teori Kosmozoik Teori ini dikemukakan oleh Richter (1865) dan didukung oleh Thompson, Helmholtz dan Van Tieghan. Menurut teori ini, benda-benda langit yang panas berpijar pada bagian permukaannnya saja. Bagian-Bagian dalamnya tetap dingin sehingga embrio suatu organisme yang menempati bagian dalamnya tetap hidup. Selanjutnya, organisme-organisme menyebar sampai ke bumi dan tumbuh subur di bumi. Kemudian organisme-organisme ini berkembang dan berevolusi hingga menghasilkan seluruh spesies yang ada sekarang ini. d. Teori Evolusi Kimia Menurut salah satu teori, system tata surya (solar system) terbentuk dari kabut gas di angkasa. Gaya gravitasi yang timbul menyebabkan terjadinya kontraksi sehingga menaikkan suhu pusat massa. Kontraksi ini menyebabkan terbentuknya suatu bintang baru (matahari). Bintang ini dikelilingi lingkaran gas dan debu yang merupakan asal

10

mula terbentuknya planet-planet. Meteorit terbentuk sekitar 4550 juta tahun yang lalu; bulan 4600 juta tahun yang lalu dan bumi 4550 juta tahun yang lalu, membuktikan bahwa system tata surya berumur kira-kira 5000 juta tahun atau 5 milyar tahun. Kondisi bumi pada awal pembentukan sangat berbeda dengan keadaan sekarang. Pada saat itu, suhu permukaan bumi antara 4000-8000 derajat celcius. Sewaktu permukaan bumi mulai dingin, senyawa-senyawa karbon © dan unsure logam membentuk lapisan bumi bagian dalam (mantel), tersusun dari batuan yang mencair dan terdiri atas senyawa silicon, aluminium, besi dan sebagainya. Para ilmuwan berpendapat bahwa pada saat itu di atmosfer terkumpul gas-gas ringan, seperti hydrogen (H2), helium (He), argon (Ar), nitrogen (N), dan oksigen(O2). Akibatnya, di atmosfer terbentuk senyawa-senyawa yang mengandung unsure-unsur ringan, misalnya uap air (H2O), karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan ammonia (NH3). Pada saat suhu atmosfer turun menjadi sekita 100 derajat Celcius, terjadi hujan air mendidih selama beberapa ribu tahun. Pada kondisi seperti ini, kehidupan di bumi tidak mungkin terbentuk, tetapi sangat memungkinkan terjadi reaksi-reaksi kimia karena tersedianya materi dan energi yang berlimpah. e. Teori Evolusi Biologi A.I. Oparin dalam bukunya Asal Mula Terjadinya Kehidupan (The Origin of Life), mengemukakan bahwa asal mula kehidupan terjadi di lautan melalui pembentukan senyawa-senyawa organic dari senyawa-senyawa sederhana seperti H2O, CO2, CH4, NH3 dan H2, yang memang berlimpah pada saat itu. Pembentukan senyawa organic ini dibantu oleh energi radiasi benda-benda angkasa yang juga sangat intensif pada saat itu. Senyawa kompleks pertama diduga semacam alkohol dan asam amino yang selama jutaan tahun senyawa-senyawa ini bereaksi membentuk senyawa yang lebih kompleks, seperti asam organic, purin dan pirimidin. Senyawa-senyawa ini merupakan bahan pembentuk sel. 9. Evolusi Menurut Darwin Charles Robert Darwin seorang biolog Inggris mengemukakan teori evolusinya melalui buku yang berjudul The Origin of Species by Means of Natural Selection (Asal Mula terjadinya Spesies melalui Seleksi Alam) pada tahun 1859. dalam buku tersebut Darwin menyatakan bahwa semua makhluk hidup memiliki leluhur yang sama dan bahwa mereka berkembang satu sama lain dengan cara seleksi alamiah. Mereka yang terbaik dalam beradaptasi dengan lingkungan mewariskan perilaku mereka ke generasi berikutnya, dan lambat laun, sifat-sifat yang menguntungkan ini mengubah individuindividu menjadi spesies yang berbeda total dari leluhur mereka. Dengan demikian, manusia ialah produk yang paling maju dari mekanisme seleksi alamiah ini. Singkatnya, suatu spesies berasal dari spesies lain.

11

Dua teori evolusi pokok yang terkandung dalam buku tersebut adalah sebagai berikut (a) Spesies yang hidup sekarang berasal dari spesies yang hidup di masa lampau. Dan (b) Evolusi terjadi melalui seleksi alam. Ahli evolusi lain, Alfred R. Wallace (1823-1913) ternyata mempunyai pemikiran yang sama dengan pemikiran Darwin, meskipun diantara mereka tidak saling mengenal. Pemikiran mereka disajikan bersama dalam pertemuan antar ilmuwan di London yang tergabung dalam Linneon Society of London pada tanggal 1 Juli 1858. Sejak saat itu teori evolusi Darwin didukung oleh banyak ilmuwan di dunia.Menurut teori evolusi Darwin, manusia merupakan hasil proses evolusi dari spesies lain yang hidup lebih dahulu yaitu kera. Dalam perkembangan selanjutnya, oleh para pendukung teori evolusi ini dengan mengemukakan teori neo-Darwinisme. Menurut teori ini spesies berkembang sebagai hasil dari mutasi-mutasi, perubahan-perubahan kecil dalam gen mereka, dan yang paling sesuailah yang bertahan hidup melalui mekanisme seleksi alam. Selanjutnya mereka juga mengembangkan teori punctuated equilibrium (keseimbangan bersela) yang menyatakan bahwa makhluk hidup tiba-tiba berkembang menjadi spesies lain, meski tanpa bentuk transisinya. Dengan kata lain, spesies tanpa ”nenek moyang” evolusioner tiba-tiba muncul. (Harun Yahya, Allah is Known Through Reason, 52) Menurut teori evolusi, manusia dan kera modern mempunyai leluhur yang sama. Makhl-makhluk ini berkembang seiring dengan waktu dan beberapa diantara mereka menjadi kera-kera masa kini, sedangkan sekelompok lain yang mengikuti cabang evolusi lain menjadi manusia manusia masa kini. Para evolusionis menyebut ”leluhur bersama” pertama manusia dan kera ini ”Australopithecus” yang berarti ”Kera Afrika Selatan”. Terdapat berbagai jenis Australopithecus, yang hanya spesies kera lama yang telah menjadi berbeda. Sebagiannya tegap, sementara yang lainnya kecil dan rapuh. Para evolusionis menggolongkan tahap evolusi manusia berikutnya sebagai ”Homo”, yakni ”manusia”. Menurut klain evolusionis, makhluk hidup dalam tahap ”homo” ini lebih berkembang dari pada Australpithecus, dan tidak banyak berbeda dari manusia modern. Manusia modern masa kini, Homo sapiens, konon terbentuk pada tahap terakhir evolusi spesies ini. (Harun Yahya, Allah is Known Through Reason, 58-59) 10. Dimanakah Tuhan? Dalam uraian mengenai teori-teori pengetahuan dan hasil dari penelitian sains diatas, belum ada yang bisa tuntas membahas dan membuktikan adanya Tuhan. Dimanakah Tuhan? Tak ada ilmuwan yang mampu menjawab pertanyaan mengenai keberadaan Tuhan dan memberikan bukti-bukti secara ilmiah.

12

Bab Dua Existensi Tuhan, Bantahan Atas Paradigma Kaum Atheis Serangkaian teori, konsep dan pemikiran yang diuraikan pada Bab 1 disadari ataupun tidak telah memperangkap kebanyakan orang dalam paradigma kaum Atheis yang menolak keberadaan agama, Tuhan dan ajarannya. Dalam Bab 2 ini penulis mencoba untuk kembali mendiskusikan konsep dan pemikiran tersebut dengan kejernihan dan ketajaman berpikir kita. Dalam pembahasan ini diharapkan akan timbul kesadaran pembaca akan kekeliruan dalam cara pandang dan pola berpikir selama ini. 1. Manusia, Makhluk yang Lemah Dalam diri manusia terdapat suatu potensi yang disebut akal atau rasio. Akal berfungsi untuk berpikir, dalam rangka mendapatkan pengetahuan dan mencari kebenaran. Mencari kebenaran merupakan hasrat manusiawi, sebagai makhluk yang berakal. Guna mendapatkan pengetahuan dan kebenaran tersebut, dalam diri manusia juga dilengkapi perangkat yang namanya panca indera berupa mata, telinga, hidung, kulit dan lidah. Dengan panca indera ini manusia berusaha untuk menangkap fenomena alam dan lingkungan, yang kemudian akan ditransfer ke dalam akal untuk diolah menjadi sebuah pengetahuan. Dengan proses menangkap fenomena alam oleh panca indera dan menstranfer ke dalam akal, secara menerus itulah, manusia berusaha untuk mencari kebenaran. Namun panca indera yang digunakan untuk mengenali dan menangkap fenomena alam dan lingkungan ini memiliki keterbatasan dan kelemahan. Mata misalnya, hanya dapat melihat pada jarak tertentu saja dan menginformasikan dengan benar apa yang dilihatnya. Tetapi diluar jarak yang mampu dilihatnya itu, mata tak mampu melihat obyek secara tepat, sehingga yang diinformasikan ke dalam akal pun pengetahuan yang keliru. Terhadap obyek yang cukup jauh mata tak mampu melihat secara tepat, seperti melihat gunung dalam jarak yang jauh seolah berwarna biru, melihat laut seolah berwarna biru, melihat dua garis sejajar (rel kereta api) seolah bertemu pada satu titik, melihat pinsil yang dimasukkan sebagian ke dalam air di ember seolah patah dan masih banyak lagi contoh lainnya. Telinga dalam fungsinya sebagai indera pendengar, juga memiliki keterbatasan. Telinga hanya mampu mendengarkan suara dengan frekuensi tertentu saja. Pada suara yang sangat lemah ataupun suara yang sangat keras, telinga tak dapat berfungsi dan menginformasikannya pada akal. Dan sering informasi yang ditangkappun keliru ketika ditransfer ke akal. Demikian pula indera-indera lainnya memiliki keterbatasan dan kelemahan. Padahal panca indera inilah yang diandalkan untuk memberikan masukan pengetahuan pada akal/otak untuk dianalisis dan disimpulkan menjadi suatu kebenaran. Akal atau rasio manusia yang digunakan untuk berpikir, mengolah informasi mengenai fenomena alam dan lingkungan yang diberikan oleh panca indera ternyata juga memiliki keterbatasan dan kelemahan. Memang dengan akal manusia bisa mengolah informasi, membentuk pengertian-pengertian, pendapat-pendapat, kesimpulan-

13

kesimpulan suatu pengetahuan. Tetapi pengetahuan yang mampu didapatkan sebatas pada informasi yang diberikan oleh panca indera (yang sering keliru), dan kemampuan berpikirnya juga sebatas pengalaman-pengalaman yang pernah didapatnya. Kalaupun berpikir untuk sebuah idea dan gagasan baru, tetap terbatas pada abstraksi yang mampu dibentuknya yang sifatnya subyektif. Sehingga belum tentu bisa diterima orang lain dan komunitas lainnya. Maka kebenaran yang didapatnya adalah kebenaran yang subyektif, kebenaran yang relative sifatnya. Tidak bisa dijadikan sebagai pedoman. Emmanuel Kant (1724-1804) dalam bukunya yang terkenal Critic der Theoritische Vernunft, mengakui akan keterbatasan akal manusia. Dia menandaskan bahwa penyelidikan dengan akal (budi) benar-benar dapat memberikan sesuatu pengetahuan mengenai dunia yang tampak, akan tetapi akal (budi) itu sendiri tidak sanggup untuk membeikan kepastian-kepastian, dan bahwa berkenaan dengan pertanyaan-pertanyaan terdalam mengenai Tuhan, manusia, dunia, dan akhirat, akal (budi) manusia itu tidak mungkin memperoleh kepastian-kepastian, melainkan hidup dalam pengandaian. (Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam, 2004) 2. Kelemahan Teori-teori Filsafat Barat Teori dan konsep filsafat barat yang telah mempengaruhi cara pandang dan pola berpikir kebanyakan orang selama ini juga terdapat banyak kelemahannya. Marilah kita coba bahas teori dan konsep yang ada pada bab satu secara rinci sebagai berikut: a. Klarifikasi atas Pandangan Marx Menurut Marx, agama sebagai candu masyarakat. Dalam pandangan Marx, agama seperti candu, ia memberikan harapan-harapan semu, dapat membantu orang untuk sementara waktu melupakan masalah real hidupnya. Seorang yang sedang terbius oleh candu/opium dengan sendirinya akan lupa dengan diri dan masalah yang sedang dihadapinya. Bagi Marx, agama juga merupakan medium dari ilusi sosial. Agama tidak berkembang karena ada kesadaran dari manusia akan pembebasan sejati, tetapi lebih karena kondisi yang diciptakan oleh orang-orang yang memiliki kuasa untuk melanggengkan kekuasaannya. Propaganda agama yang dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kekuasaan dipandang oleh Marx sebagai sikap meracuni masyarakat. Pernyataan Marx bahwa agama sebagai candu masyarakat, muncul tatkala dia mengamati realitas empiris di sekitarnya pada saat itu, dimana orang beragama dan melakukan ritualitas karena menghindari realitas hidup yang dihadapinya dan agama mampu meninabobokan para penganut agama tersebut. Juga masalah penyebaran agama yang dilakukan oleh tokoh-tokoh agama untuk melanggengkan kekuasaan bisa dimaklumi, karena memang demikian kenyataan saat itu. Dan ini terjadi pada agama Kristiani, yang menjadi fokus kritik Marx pada fungsi politik agama, khususnya yang menjadikan agama sebagai ideologi Negara. Agama telah dijadikan alat pukul oleh Negara untuk membungkam para pemeluknya yang memprotes sikap otoriter para pemimpin politik dan ekonomi Prussia. Pandangan Marx tersebut tak bisa digunakan untuk menggeneralisir semua agama. Juga keterbatasan kemampuan Marx dalam memahami tentang agama secara hakekat, maksud dan tujuan-lah yang mengantarkannya pada pengetahuan tersebut.

14

b. Materi Bukan Segalanya Materialisme menganggap segala yang ada adalah materi. Unsur pokok, dasar dan hakekat segala sesuatu yang ada itu materi. Materi adalah suatu yang abadi, tidak diciptakan dan ada dengan sendirinya. Materi adalah awal dan akhir kehidupan. Paham materialisme menganggap pikiran, gagasan dan idea merupakan hasil dari kerja materi. Pada akhirnya paham materialisme mengingkari keberadaan agama dan Tuhan. Pandangan yang menyatakan bahwa segala yang ada materi adalah sebuah kekeliruan. Dalam diri manusia sendiri, disamping adanya materi juga ada unsur non materi yang mampu menggerakkan tubuh materinya. Yang membuat tubuh materi tersebut hidup. Dan ketika manusia meninggal, ada sesuatu yang lepas dari tubuh materinya. Lalu bagaimana materialisme memandang sesuatu (yang non materi) yang lepas dari tubuh tersebut? Dalam kehidupannya, manusia juga dihadapkan berbagai hal yang non materi. Energi listrik yang mampu menggerakkan peralatan elektronik, yang terdiri dari elektronelektron bersifat gelombang tak bisa dikatakan sebagai materi. Energi tersebut kenyataannya ada, dan manusia tak pernah dapat menangkapnya secara langsung. Masih banyak lagi dalam dunia ini ‘sesuatu’ yang bukan materi. Dus anggapan bahwa segala sesuatu adalah materi tidak lah tepat. Dan teori materialisme tak bisa dijadikan dasar pengetahuan akan sebuah kebenaran. c. Berpikir Tak Dapat “mengadakan” Sesuatu Apa yang dikatakan Rene Descartes yaitu “cogito ergo sum” yang artinya aku berpikir, maka aku ada, bukanlah bermakna bahwa dengan berpikir mampu “mengadakan” sesuatu. Hakekat berpikir adalah bertanya, bertanya adalah mencari jawaban. Maka dengan berpikir akan didapat suatu pengetahuan, suatu kepahaman, kesadaran akan adanya sesuatu. Berpikir bukanlah bisa mengadakan sesuatu tetapi hanya bisa menyadari keberadaan sesuatu. Kenyataannya sejumlah benda yang ada di sekitar kita, baik kita pikirkan maupun tidak, tetaplah ada. Dan suatu benda yang tak ada, tak akan pernah diwujudkan hanya dengan sekedar berpikir. Terhadap sesuatu yang tidak nyata, yang kemudian kita pikirkan adanya hanyalah dalam abstraksi pada pikiran kita. Anggapan bahwa Tuhan pada kepercayaan orang-orang beragama, hanyalah hasil rekayasa pikiran, adalah sebuah kesalahan. Jika Tuhan merupakan hasil rekayasa pikiran, betapa hebatnya pemilik pikiran tersebut yang mampu merekayasa adanya Tuhan. Dan seseorang akan merekayasa sejumlah Tuhan sesuai keinginannya. Jika pemilik pikiran tersebut mengalami kematian, Tuhan pun akan ikut mati. Maka untuk peran apakah Tuhan direkayasa? Demikianlah, sesungguhnya pikiran manusia tidak akan pernah menjangkau hakekat keberadaan Tuhan. Apalagi merekayasa atau menciptakan Tuhan, kecuali hanyalah Tuhan-tuhan illutif dan Tuhan-tuhan semu. d. Skeptisisme Kaum Atheis Perkembangan pemikiran manusia baik perorangan maupun masyarakat, menurut Comte, melalui tahapan zaman teologi, metafisi dan positif. Pada zaman positif yang ditandai dengan kemajuan dan perkembangan sains dan teknologi, manusia sudah tidak lagi membutuhkan kepercayaan, agama maupun Tuhan, karena seluruh persoalan telah

15

mampu diatasi dengan sains dan teknologi itu sendiri. Pandangan demikian jauh dari kenyataan. Tahapan-tahapan secara keilmuan, bisa saja terjadi perkembangan pemikiran manusia, namun masalah kepercayaan, agama dan Tuhan, tak sepenuhnya hilang dari pemikiran mereka, meski berusaha mereka ingkari. Masyarakat komunis yang anti Tuhan, yang menolak keberadaan Tuhan pun tak sepenuhnya bisa menghilangkan akan perasaan akan adanya Tuhan. Mereka sendiri sebetulnya skeptis (meragukan) akan apa yang dipahaminya tentang ketiadaan Tuhan. Bahkan pada saat-saat tertentu, mereka masih berharap adanya kekuatan-kekuatan di luar dirinya (mistis) yang bisa menolongnya. Dan pernyataan “God is dead” adalah lontaran dari kesombongan ilmiah, kesombongan intelektualitas yang menyesatkan, yang sebenarnya merupakan pengingkaran akan hati nurani sendiri. 3. Kelemahan Teori-teori Kebenaran Sebagai makhluk yang mencari kebenaran, manusia dengan potensi akalnya akan terus berusaha untuk menemukan hakekat kebenaran. Namun pengetahuan hanya mengantarkan pada kebenaran-kebenaran yang subyektif. Kebenaran-kebenaran yang secara teoritis merupakan hasil temuan ilmiah yang sebetulnya memiliki banyak kelemahan, yang bisa kita diskusikan berikut ini : a.

Kelemahan Teori Koherensi Teori kebenaran ini banyak dianut oleh kaum idealis, menurut mereka sesuatu yang disebut benar itu adalah yang benar menurut idea dan dalam idea tanpa memperhatikan fakta. Plato mengatakan bahwa yang disebut kuda yang sebenarnya adalah kuda yang ada dalam idea. Sedangkan kuda menurut kenyataan dan yang nyata adalah bayangan dari kuda yang ada dalam idea. Dari pernyataan Plato ini lalu timbul pertanyaan “Plato yang sebenarnya itu ada dalam idea siapa?”, mengingat dari teorinya sendiri menyatakan bahwa Plato yang ada adalah bayangan dari Plato yang ada dalam idea (pikiran). Filosof Britania Bradley (1864 -1924) sebagai penganut idealisme menyatakan bahwa kebenaran itu tergantung pada orang yang menentukan tanpa harus memandang realitas peristiwa, asalkan dalam pikiran itu ada, jika pikiran itu tidak ada maka apapun yang ada di dunia ini tidak ada. Padahal orang yang berakal sehat akan mengatakan bahwa setiap yang ada di luar manusia, berpikir atau tidak berpikir kalau zat/sesuatu tersebut memang ada, maka akan tetap ada. b.

Kelemahan Teori Korespondensi Sesuatu itu benar jika sesuai dengan fakta, atau dapat dikaji dengan fakta. Ternyata dalam realitasnya tidak semua masalah dapat dikaji berdasarkan fakta. Misalnya aliran listrik yang mengalir dalam suatu penghantar yang faktanya dapat dirasakan berupa gejala-gejala listrik yang ditimbulkannya (aliran listrik) akan tetapi hal yang sesungguhnya berupa gerakan-gerakan electron yang tidak dapat dilihat, dibaui, didengar atau bahkan dirasakannya bukan gerakan-gerakan yang sesungguhnya itu hanya ada dalam pikiran. Begitu juga cinta, tidak dapat dikaji dengan fakta akan tetapi yang dapat dikaji dengan fakta-fakta hanyalah akibat atau gejala dari cinta itu.

16

c.

Kelemahan Teori Pragmatisme Sesuatu dianggap benar jika bermanfaat, teori ini bagaimana kalau diterapkan terhadap pernyataan “Menyontek sewaktu ujian” dan “ Mencuri” serta “Narkoba”, apakah ketiga hal tersebut merupakan kebenaran? Kalau ya, kenapa setiap siswa/mahasiswa ujian selalu dijaga ketat, dan jika ketahuan ada yang menyontek diberika sangsi? Lalu mencuri. Apakah dengan mencuri yang mana hasil dari curian tersebut sangat bermanfaat bagi si pencuri itu juga dapat dikatakan benar? Kemudian dengan keberadaan narkoba (narkotika dan obat-obatan terlarang lainnya) apakah juga dibenarkan oleh akal sehat dan diterima oleh setiap orang? 4. Kelemahan Metode Ilmiah Untuk bisa mendapatkan kebenaran ilmiah, harus dilakukan melalui metode ilmiah. Kebenaran seperti apa yang dihasilkan dari metode ilmiah? Sebetulnya kalau kita mau cermati, maka metodologi ilmiah itu sendiri memiliki kelemahan bahkan sangat lemah untuk bisa digunakan mencari hakekat kebenaran. Dalam metodologi ilmiah, harus memenuhi persyaratan empiris, obyektif, rasional dan sistematis. Empiris berarti suatu kebenaran berdasarkan pengalaman yang dapat ditangkap dengan pancaindra, dan dapat dibuktikan. Padahal sebagaimana dalam uraian mengenai kelemahan panca indra kita yang tak pernah mampu berfungsi terhadap seluruh obyek dan mampu menangkap dengan tepat apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Maka pengetahuan sebagai hasil dari pengalam berdasarkan panca indera, tak sepenuhnya benar. Obyektif berarti suatu kebenaran harus mengandung nilai obyektifitas, berdasarkan fakta yang menjadi obyek pengetahuan, bukan berdasarkan yang menilai atau yang mengamati (subyek-nya). Dalam kenyataannya, banyak pengetahuan yang dijadikan sebagai kebenaran hanya atas asumsi dan dugaan sementara dari orang perorang. Jadi kebenaran tersebut sebenarnya bersifat subyektif, yang belum tentu dapat diterima orang lain. Rasional berarti kebenaran tersebut bersumber dari akal (rasio) atau pikiran manusia, dimana pengalaman-pengalaman hanya sebagai perangsang bagi pikiran. Kebenaran demikian merupakan kesimpulan dari pengalaman-pengalaman sebelumnya dan menjadi pengetahuan dalam akal manusia. Namun pada realitasnya banyak kebenaran yang tidak masuk diakal, yang tidak rasional, namun diikuti oleh banyak orang dan dijadikan sebagai sebuah kebenaran. Sistematis berarti berurutan, yakni dalam menemukan kebenaran harus melalui proses yang berurutan. Sistematis sebagai sebuah metode bisa menjadi keharusan, namun tahapan yang dikerjakan secara berurutan itu belum tentu sebagai kebenaran yang hakiki. Berdasakan uraian dan penjelasan tersebut diatas, maka metodologi ilmiah sebagai cara untuk menemukan kebenaran tidak bisa untuk dijadikan patokan secara mutlak. Kebenaran yang didapat dari metodologi ilmiah sebatas kebenaran yang relative, bahkan terkadang tidak konsisten dengan persyaratan ilmiah itu sendiri. 5. Teori Asal Usul Kehidupan dan Evolusi Darwin Uraian mengenai asal usul kehidupan yang penulis kemukakan dalam bab satu, merupakan hasil dari sebuah kajian dan penelitian ilmiah. Maka dengan mengetahui akan kelemahan metode ilmiah tersebut, kita tak bisa menjadikan teori-teori asal usul

17

kehidupan diatas sebagai pengetahuan yang benar.. Dalam kebenaran ilmiah senantiasa terjadi perubahan dan pembaharuan manakala ada hasil temuan dan penelitian lainnya yang dapat menumbangkan teori pengetahuan sebelumnya. Inilah sifat kebenaran ilmiah. Kebenaran teori-teori tersebut bersifat relative. Teori Darwin tentang evolusi sudah banyak yang menyanggah. Telah terbukti ketidakbenarannya. Teman selaboratoriumnya sendiri sudah membantah teorinya habishabisan dengan mencoba mengawinkan tikus yang sudah dipotong ekornya, ternyata tak ada anak tikus yang berekor pendek, demikian juga keturunannya. Dalam teorinya mengenai manusia sebagai hasil proses evolusi dari kerapun tak memperoleh data lengkap. Ada mata rantai yang terputus (missing link} antara manusia dengan kera. Demikianlah, teori evolusi Darwin ini juga tak bisa dijadikan sebuah pengetahuan yang benar. Harun Yahya mengupas cukup dalam tentang tipudaya teori evolusi Darwin ini dalam bukunya ”Allah is Known Through Reason” yang diterjemahkan Muhammad Shodiq, S. Ag. Menurut Harun, teori evolusi adalah suatu filosofi dan konsepsi dunia yang menghasilkan suatu keasalahan hipotesis, asumsi dan scenario khayalan dengan tujuan menjelaskan keberadaan dan asal-usul kehidupan dengan hanya secara kebetulan. Filosofi ini berakar jauh di zaman lalu sekuno Yunani-kuno. Ide khayal Darwin dianut dan dikembangkan oleh kalangan ideologis dan politis tertentu dan teorinya menjadi sangat populer. Alasan utamanya adalah bahwa tingkat pengetahuan saat itu belum memadai untuk menyingkapkan bahwa skenario imajinasi Darwin itu sala. Ketika Darwin mengajukan asumsinya, disiplin ilmu genetika, mikrobiologi, dan biokimia belum ada. Jikalau ada, Darwin mungkin dengan mudah mengenali bahwa teorinya tidak ilmiah sama sekali, dan sehingga takkan ada yang berusaha mengajukan pernyataan omong kosong tersebut, informasi yang menentukan spesies telah ada dalam gen dan seleksi alamiah tidak mungkin menghasilkan spesies baru dengan mengubah gen. Pada masa bergaungnya buku darwin, ahli botani Austria yang bernama Gregor Mendel menemukan kaidah pewarisan sifat di tahun 1865. Meskipun kurang dikenal hingga akhir abad itu, penemuan Mendel menjadi sangat penting awal 1900-an dengan lahirnya ilmu genetika. Beberapa waktu kemudian, struktur gen dan kromosom ditemukan. Pada 1950-an, penemuan molekul DNA, yang menghimpun informasi genetik, menempatkan teori evolusi pada krisis yang hebat, karena keluarbiasaaan informasi dalam DNA, tidak mungkin diterangkan sebagai kejadian kebetulan. Selauin semua perkembangan ilmiah ini, tidak ada bentuk-bentuk transisi, yang diduga menunjukkan evolusi organisme hidup secara bertahap dari yang primitif menuju spesies yang maju, yang pernah ditemukan walaupun dengan pencarian bertahun-tahun. 6. Existensi Tuhan Kebenaran yang dicapai dengan melalui ilmu pengetahuan maupun filsafat hanya kebenaran yang bersifat subyektif, kebenaran yang bersifat relative bukan kebenaran yang hakiki. Karena perangkat yang digunakan untuk mencapai kebenaran tersebut diatas memiliki keterbatasan dan kelemahan. Panca indera dan akal manusia memiliki keterbatasan untuk mencapai pada kebenaran yang hakiki. Dengan mengakui relativitas manusia sebagai bagian dari alam, akan membawa konsekuensi logis, sesuatu yang tidak relative, yang berada “di luar” alam. Jadi “Ada”

18

sesuatu sebelum dan sesudah adanya alam. Ada sesuatu yang tak terjangkau panca indera dan akalnya, “sesuatu” itulah yang mengawali dan mengakhiri kehidupan ini. “Sesuatu” yang memiliki super power, yang menciptakan alam semesta beserta isinya, yang mengelola dan mengatur ciptaannya. Terhadap “sesuatu” itu, orang menyebutnya dengan “Tuhan”. Banyaknya suku, bangsa, aliran, kepercayaan dan agama menimbulkan banyaknya konsepsi akan ketuhanan dari masing-masing komonitas. Untuk melakukan pendekatan akan pengetahuan mengenai Tuhan yang hakiki, kita perlu mengenal karakteristik dari Tuhan yang bisa diakui secara obyektif, sebagai kebenaran universal. Dari uraian bab sebelumnya dan pembahasan mengenai kelemahan ilmu pengetahuan dan filsafat, kita telah ketahui pengetahuan akan kebenaran yang dihasilkannya adalah subyektif, sifatnya relative. Maka Tuhan dalam arti sebenarnya tentu tidak memiliki sifat relative, Tuhan yang tidak terjangkau, yang tidak dikenal dengan akal pikiran manusia. Dia memiliki sifat Mutlak. Mutlak dalam segala kehendak dan perbuatannya. Siapapun tak ada yang dapat mempengaruhi kehendaknya, mempengaruhi perbuatannya, mempengaruhi keputusan-keputusannya. Karakteristik demikian disebut Absolut (mutlak). Karena karakternya mutlak, maka Dia tentu berbeda dengan keberadaan makhluknya. Tak ada sesuatu yang dapat menyerupainya. Menyerupai dalam seluruh sifat, dzat, kehendak dan perbuatannya. Karakteristik demikian disebut Distinct yang artinya berbeda. Karena Tuhan berbeda dengan yang lain, maka Dia juga memiliki karakter yang lain yaitu khas atau unique, artinya tak ada sesuatu yang menyamainya. Demikianlah, Tuhan dalam arti yang sebenarnya memiliki karakter Absolut (mutlak), Distinc (berbeda dengan lainnya) dan Unique (tak ada yang menyamainya). Inilah karakteristik Tuhan yang sebenarnya. Untuk mengenal existensi Tuhan, yang patut kita imani perlu kita teliti dan cermati, dengan cara menganalisis agama atau kepercayaan Ketuhanan yang ada, apakah memenuhi karakteristik Tuhan sebagaimana di atas.

19

Bab 3 Perbandingan Agama Adanya agama atau kepercayaan yang jumlahnya lebih dari satu, menuntut kita untuk memilih yang benar. Anggapan bahwa semua agama benar, secara logika tidaklah mungkin. Adakah semua agama benar, jika beberapa konsep ketuhanan dan ajaran masing-masing berbeda atau bahkan saling bertentangan? Tentulah tidak mungkin! Lalu hanya satu saja yang salah, lainnya benar? Inipun tidak mungkin. Dalam logika yang bisa diterima akal sehat, adalah satu benar dan lainnya salah. Lalu manakah diantara agama yang ada itu yang benar? Dalam upaya mendapatkan kebenaran yang bisa kita pilih untuk menjadi pedoman dan tuntunan hidup, perlu dilakukan suatu kajian dengan menggunakan kriteria yang dapat diterima akal sehat serta obyektif dalam penilaiannya.Untuk mengenal kebenaran mutlak (Tuhan) bisa didapat hanya dengan informasi yang diberikan sendiri oleh Sang Mutlak kepada manusia, mengenai dirinya melalui firman-firmanNya, yang dalam ajaran agama terkumpul dalam sebuah Kitab Suci. Kitab suci adalah informasi, petunjuk dari Tuhan sehingga iapun memiliki bobot kemutlakan juga karena bersumber dari kebenaran yang sejati (mutlak). Untuk dapat menguji dan menganalisis suatu ajaran agama, perlu dilakukan pengkajian Kitab Sucinya, ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya serta nabi atau penerima wahyu/pembawa agama tersebut. Sebuah agama dapat dikatakan benar jika memiliki konsep ketuhanan yang benar, dengan karakteristik Tuhannya memenuhi kriteria absolute, distinc dan unique (ADU). Isi firman-firmannya benar dan menginformasikan tentang konsep Ketuhanan tersebut. Konsep ajaran agamanya juga menginformasikan mengenai masalah alam semesta dan manusia. Disamping itu, penerima wahyu atau pembawa ajarannya pun orang yang kridible, memiliki kepribadian yang suci dilihat dari sisi historisnya. Marilah kita coba lakukan kajian dan analisis atas agama yang ada, secara rinci: agama Hindu, Budha, Kong Hucu, Kristen dan Islam. A. Agama Hindu Agama Hindu adalah sebuah agama yang berasal dan berkembang di India. Konsep ketuhanan agama Hindu pada awalnya adalah bertuhankan Brahma yang mempunyai sifat wisnu (membangun, memelihara) dan syiwa (merusak). Namun dalam perkembangannya dua sifat yang menyertainya itu menjadi “Tuhan” tersendiri yang menyatu dalam konsep Trimurti. Trimurti terdiri dari Brahma (Dewa Pencipta), Wisnu (Dewa Pemelihara) dan Syiwa (Dewa Perusak). Dengan demikian konsep awalnya adalah monotheisme kemudian berubah menjadi polytheisme. Selain adanya Tuhan Trimurti tersebut, dalam agama Hindu juga dikenal Dewa-dewa perantara, seperti Dewa Matahari, Dewa Bulan, Dewa Angin, dan lain sebagainya. Kitab suci agama Hindu adalah Weda. Weda berasal dari kata vid artinya mengetahui dari veda yang berarti pengetahuan yang suci/tinggi, kebijaksanaan tertinggi, pengetahuan spiritual sejati tentang kebenaran abadi. Weda merupakan wahyu atau sabda Tuhan yang disebut sruti, yang artinya didengar. Weda sebagai himpunan wahyu yang berasal dari apurusya ( a = tidak, purusya = manusia) 20

Kitab Weda terdiri dari Regweda, Samaweda, Yayurweda dan Athawaweda. Kitab ini menggunakan bahasa Sansekerta tinggi, dan tidak semua penganut agama Hindu diperbolehkan membaca/mempelejari kita ini. Mengenai masalah ini, Gotama Risyi pernah berkata : “Apabila seorang sudra kebetulan mendengarkan kitab Weda dibaca, maka adalah kewajiban raja untuk mengecor dengan cor-coran timah ke dalam kupingnya, dan apabila orang sudra membaca mantera-mantera Weda, maka raja harus memotong lidahnya, dan apabila ia berusaha membaca Weda maka raja harus memotong badannya (Gotama Smarti : 12) Yang dipercaya sebagai penerima wahyu Tuhan dalam agama Hindu ini adalah orang-orang suci yang disebut Rsi, Rsi menerima wahyu Tuhan dengan cara memandang dan melihat. Rsi tidak hanya seorang tetapi jumlahnya ada tujuh orang Rsi, yaitu Rsi Rrtsamada berhubungan dengan turunnya Rg veda Mandala II; Visvamitra berhubungan dengan turunnya Rg veda Mandala III; Vamadeva berhubungan dengan Mandala IV Rg veda; Atri dikaitkan dengan turunnya Mandala V Rg Veda; Bhradvaja berhubungan dengan turunnya Mandala VI; Vasistha berhubungan dengan turunnya Mandala VII; dan Kanva berhubungan dengan Mandala VIII Rg veda. Pokok ajaran : tujuan agama Hindu adalah tujuan beragama atau darma, yaitu mencapai pelepasan, kebebasan atau kesempurnaan roh (moksa) dan kesejahteraan ummat manusia, kedamaian, kelestarian dunia (jagaddhita). Pengertian moksa adalah kebebasan roh dari kehidupan duniawi atau pelepasan, bebas dari dosa. Sebelum mencapai moksa, setiap orang akan mengalami reinkarnasi (kehidupan kembali setelah kematian dalam wujud lainnya). reinkarnasi ini sangat ditentukan oleh kehidupan sebelumnya. Jika baik kehidupannya akan mengalami Reinkarnasi menjadi lebih baik dan sebaliknya jika buruk kehidupan sebelumnya, maka akan mengalami reinkarnasi menjadi lebih buruk. Manusia yang berbuat jahat atau maksiat, akan terkena karma di dunia ini dalam kehidupan berikutnya. Proses kehidupan yang tiada akhir ini dalam ajaran Hindu disebut Samsara. Jika seseorang telah mampu memperbaiki diri menjadi manusia sempurna, maka akan mencapai Moksa (Pelepasan Roh) dan menyatunya jiwa atman dengan Brahman. Analisis: Konsep ketuhanan dalam agama Hindu dikenal dengan Tuhan Trimurti yang terdiri dari Brahma, Wisnu dan Siwa dan adanya Dewa-dewa Perantara seperti Dewa Matahari, Dewa Bulan, Dewa Angin, dan lain sebagainya. Dilihat dari konsep ketuhanan yang demikian telah jelas tidak sesuai dengan criteria absolute. Tuhan terpersonifikasi dalam Dewa yang banyak (polytheisme) maka tidak distinc dan karenanya tidak unique. Kitab Suci Weda berdasarkan tinjauan diatas, maka tak dapat dipercaya sebagai Wahyu dari Tuhan, juga dengan turunnya wahyu tersebut melalui banyak orang suci yang dipertanyakan kemurniannya, karena mereka tak bisa secara jujur mengatakan yang sebenarnya. Ajarannya mengenai reinkarnasi, secara akal sehat tak bisa dipercaya, karena bertentangnya dengan realitas sebenarnya. Dengan demikian agama Hindu tak bisa kita percaya sebagai agama yang benar dan harus ditinggalkan.

21

B. Agama Budha Asal usul agama Budha bersumber dari seorang laki-laki yang dikenal dengan nama Siddharta Gautama, anak seorang raja atau pimpinan dari Suku Sakya dari sebuah Negara kecil di bagian Utara India. Suddhodana, ayah Siddharta, memberikan kesempatan kepada putranya untuk belajar dan berkembang, mengajarkan semua keahlian yang harus dimiliki seorang pangeran. Sang ayah membawa guru terbaik dari setiap bidang, yang mengajari Siddharta pelajaran Hindu Klasik. Untuk membahagiakan anaknya, Suddhodana memanjakan Siddharta dengan memberikan segalanya yang dapat ia berikan, termasuk istana indah dan hidangan lezat. Ia juga mengatur pernikahan putranya dengan Yosadhara, putri yang paling cantik di kerajaan. Harta benda dan kemewahan yang diberikan ayahnya ternyata tak bisa membahagiakan Siddharta. Pikirannya juga terus bergejolak memikirkan penderitaan manusia, tatkala suatu hari ia keluar dari Istana dan mendapati seorang lelaki yang kurus kering karena sakit meminta-minta dan melihat seorang lelaki lain tua yang bungkuk, gemetaran bersandar pada tiang di pinggir jalan. Dia menyadari bahwa kebahagiaan kehidupannya hanyalah sementara. Akhirnya pada usia 29 tahun, Sidharta meninggalkan istana, meninggalkan istri dan seorang anak yang dicintainya. Ia bergabung dengan kelompok pertapa yang telah meninggalkan kehidupan duniawi untuk mencari kebenaran tertinggi dengan menjadi penganut Hindu. Dari guru yang satu ke guru yang lain tak mendapatkan cara untuk menghapus penderitaan, akhirnya Siddharta memutuskan untuk berkelana seorang diri, menjalani meditasi, melakukan pertapaan di hutan belantara, menyiksa diri dan akhirnya duduk mematung hingga burung pun hinggap dan mematuki bahunya dan seekor tupai meloncat di lututnya. Menjalani pengembaraan dan pertapaan selama tujuh tahun, Siddharta tak menemukan kebenaran yang dicarinya. Tiba-tiba dia menyudahi pertapaan itu dengan meminum segelas susu dan makan nasi yang diberikan seorang wanita yang baik hati ketika melihatnya. Ia kemudian duduk di bawah pohon Bodhi yang dikenal sebagai ‘ficus religiosos’ (pohon kebijaksanaan), berniat untuk tidak meninggalkan pohon tersebut sampai dia mendapatkan jawaban untuk mengatasi penderitaan. Saat matahari terbit, Siddharta diterangi dengan cahaya kebijaksanaan yang berasal dari tubuhnya sendiri. Seluruh pertanyaannya terjawab dengan jelas. Ia mengalami realisasi yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata, penghentian dari pendeitaan, pemahaman intuisi terhadap kehidupan dan kematian. Ia bangkit dengan pancaran sinar dan kuat, penerangan sempurna. Sejak itu, Siddharta Gautama dikenal sebagai Buddha. Dari uraian dan penjelasan histories munculnya agama Budha, menunjukkan bahwa konsep ketuhanan agama Budha tidaklah jelas, karena sang Buddha dalam agama ini telah menjadi guru sekaligus Tuhan sesembahan bagi penganut Buddha. Kitab suci agama Buddha bernama Tripitaka, yang mana kitab ini terhimpun dari pidato Buddha, yaitu Windyapittaka (peraturan hidup), Sutrantapittaka (wejangan/pelajaran Buddha) Abbidharmapittaka (soal keagamaan). Ajaran Agama Budha adalah dua hal, yaitu Aryasatyani (kebenaran yang utama) dan Paratyasamutpada (rantai lingkaran sebab akibat). Menurut Buddha, hidup ini adalah penderitaan, penderitaan akibat hawa nafsu, penderitaan dapat dibuang dengan jalan membuang hawa nafsu, dan hawa nafsu ini dapat dibuang dengan delapan cara (astaweda), yaitu kepercayaan yang kuat dan benar, niat

22

dan pikiran yang benar, perkataan yang benar, kelakuan yang benar, penghidupan yang benar, tindakan yang benar, perhatian yang benar (tidak boleh terkena pengaruh sedih/senang) Semedi (pemusatan pikiran) yang benar. Dalam Aryasatyani juga diterangkan, bahwa hidup adalah penderitaan, akibat dari nafsu, maka nafsu harus ditindas. Tetapi nafsu ini timbul karena kebodohan, sehingga kebodohanlah yang harus ditindas terlebih dahulu. Dengan demikian terhentilah hidup yang terjalin karena penderitaan, tinggal hidup yang abadi. Orang-orang yang yang telah mencapai hidup yang abadi ini tidak akan menitis kembali di atas bumi karena telah masuk nirwana. Apabila dicermati, sebenarnya ajaran ini bukanlah merupakan suatu agama, karena kitab suci yang seharusnya memberikan informasi dari TuhanNya mengenai konsep ketuhanan, mengenai utusanNya telah gugur bila diukur dengan kaidah-kaidah kebenaran. Apalagi dengan kitabnya. Analisis: Konsep ketuhanan dalam agama Budha tidaklah jelas, karena sang Buddha dalam agama ini telah menjadi guru sekaligus Tuhan sesembahan bagi penganut Buddha. Dalam agama ini juga dikenal banyak Dewa disamping Sang Budha, sehingga termasuk dalam agama polytheisme. Dengan demikian Tuhan dalam agama Buddha tidak distinc dan karenanya tidak unique. Kitab Suci Tripittaka merupakan kumpulan pidato dan konsep-konsep kebijakan dari Sidharta Gautama setelah dianggap mencapai penerangan yang sempurna (Buddha), bukan merupakan wahyu yang datangnya dari Tuhan yang absolute, distinc dan unique. Tidak menjelaskan mengenai konsep ketuhanan maupun informasi mengenai alam semesta. Pembawa agama ini adalah seorang manusia yang meninggalkan kehidupan duniawinya dengan hidup menderita, bertapa, menyiksa diri, melakukan meditasi untuk mendapatkan kebenaran sejati. Cara-cara yang dilakukan dengan menjauhkan diri dari kehidupan dunia justru bertentangan dengan hasrat terdalam manusia untuk memanfaatkan alam semesta ini. Ajaran pokoknya adalah penderitaan, penderitaan akibat hawa nafsu, penderitaan dapat dibuang dengan jalan membuang hawa nafsu, dan hawa nafsu ini dapat dibuang dengan delapan cara (astaweda). Konsep demikian merupakan hasil dari pemikiran dan meditasi sehingga lebih menyerupai konsep filsafat bukan agama yang sebenarnya. Dengan demikian agama Buddha tak bisa kita percaya sebagai agama yang benar dan harus ditinggalkan.

23

C. Agama Kristen Ajaran Kristen mempunyai kaitan erat dengan ajaran Nabi Musa dengan kitabnya Taurat dan ajaran Nabi Isa dengan kitabnya Injil, karena itu perlu diketahui terlebih dahulu mengenai ajaran Yahudi dan ajaran Nasrani yang secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Ajaran Yahudi. Sewaktu Bani Israil bermukim di Mesir sejak Nabi Yusuf hingga Nabi Musa selama lebih dari 400 tahun, Bani Israil makin tidak mengenal Tuhan yang Esa lagi, dan sebagai puncaknya pada zaman Musa/Ramses II. Dengan mu’jizat Musa yang hebat itu, Bani Israil kembali ke agama Tauhid. Namun setelah Musa berkhalwat di bukit Sinai, didapatinya Bani Israil tersebut telah berbalik, yaitu menyembah anak lembu yang terbuat dari emas. Ini membuktikan bahwa mu’jizat Musa telah mulai pudar. Setelah Musa tidak ada, kitab Taurat sebagai ajaran dari Musa dikotori oleh tangan-tangan Yahudi, sehingga memindahkan kedudukan Allah dan selanjutnya kitab itu diganti dengan kitab Talmud, yaitu kitab yang berisi tafsiran kitab Taurat yang berisi 34 kitab tebal. Dan kitab Talmud itulah yang kemudian dipakai sebagai pegangan utama Bani Israil. Jadi bolehlah dikatakan bahwa pengaruh dari mu’jizat Musa telah lenyap. Sejak 63 tahun sebelum Masehi, Palestina dikuasai oleh kaisar Pompanyus dari Romawi, dan akhirnya orang-orang Yahudi meniru-niru kebiasaan gaya hidup orang Romawi, sehingga penyelewengan Bani Israil, terutama Yahudinya, telah melampaui batas, diantaranya di dalam Baitul Maqdis dijadikan tempat maksiat yang luar biasa. 2. Ajaran Nasrani Pada saat kehidupan agama Yahudi yang sangat kritis di tempat itu, turunlah Isa AS untuk menyelamatkan umat. Dengan mu’jizatnya yang hebat dalam waktu tiga tahun tiga bulan lebih tiga hari, berpuluh Bani Israil kembali ke agama tauhid. Imam-imam jahat Yahudi yang biasanya memeras umatnya untuk kepentingan duniawi, kini tidak dapat berkutik lagi. Karena rasa amarahnya yang sangat, maka imam-imam jahat itu kemudian memfitnah Nabi Isa AS hingga pengikutnya murtad secara masal. Setelah Isa AS tidak mempunyai kekuatan yang berarti maka imam-imam tadi dibantu oleh laskar Romawi, berusaha membunuh dan menyalib Nabi isa AS, maka terjadilah peristiwa salib yang misterius itu. Jika toh ada yang mengimani ajaran Isa yang tauhid itu diketahui oleh kaisar, sehingga mereka dikejar-kejar dan lari menyembunyikan diri di dalam gua dan tertidur di sana selama 309 tahun seperti tersebut dalam Al-Quran surat Kahfi. Jadi dapatlah dimengerti kalau pada waktu itu agama tauhid sedang tidak ada. 3. Paulus dan Gerakannya Paulus yang lahir sepuluh tahun setelas Isa AS itu adalah anak dari seorang bapak Yahudi dan ibu Romawi. Ia lahir di kota Tarsus di pulau Kilika, sebuah kota Hellinisme, tempat bercampurnya peradaban Barat dan Timur, termasuk agama dan bermacammacam kepercayaan. Ia memasuki sekolah agama di kota itu dan agama yang dipeluknya adalah Oepheus, sebagai agama yang bertuhan kepada Zeus sebagai Bapak, Zagreus sebagai Tuhan Putra yang mati disalib dalam rangka penebus dosa/ menyelamatkan umat dari dosa. Mendengar bahwa di Palestina ada peristiwa salib atas diri Isa AS (Yesus), sementara baginya tersalibnya anak Tuhan merupakan tonggak kepercayaan baginya,

24

maka ia pergi ke Yerusalem di negeri Palestina. Disana ia belajar kitab Taurat dan kitab Nabi lain kepada Imam Gamaliel. Disamping itu ia mempelajari ajaran-ajaran yang ditinggalkan Nabi AS. Ia termasuk anak yang cerdas sehingga dalam waktu yang singkat dapat menguasai ajaran dari Gamaliel dan ia menjadi orang penting bagi Gamaliel. Sewaktu diutus ke Damsyik (Damaskus) untuk menangkap sisa-sisa pengikut Isa AS, sekonyong-konyong terjadfi peristiwa yang mengubah jalan sejarah agama. Karena perjalanan itu sangat jauh maka sewaktu sampai di Damaskus, ia amat lelah dan rebah (tidur). Setelah bangun dari rebah ia bercerita kepada pengikutnya bahwa ia bertemu dengan Yesus sewaktu rebah tadi, dan ia diangkat jadi Rasul. Sejak itu ia mengajarkan bahwa Yesus itu Tuhan yang kehadirannya di dunia ini untuk disalib dalam rangka menyelamatkan orang-orang yang beriman. Ajaran Paulus ini ditentang oleh murid-murid Yesus yang banyaknya 12 orang, namun Paulus terus melakukan propaganda. Karena daerah operasinya di daerah yang pada umumnya merupakan daerah paganisme (kepercayaan dan pemujaan kepada dewa-dewa) yaitu Antiochia, dimana kebanyakan orang-orangnya memuja dewa Mithra (dewa yang mati dibunuh dalam rangka menebus dosa). Setelah setahun ia mengajar di sana, kemudian lahirlah agama Kristen (Kisah Rasul-rasul 11 : 26). Atas dasar ini, maka orang-orang barat yang melakukan penyelidikan dan jujur mengatakan bahwa agama Kristen itu bukan ciptaan Tuhan, juga bukan didirikan Yesus/murid-murid Yesus. Jadi kira-kira 15 tahun dari peristiwa salib yang misterius itu, yaitu pada tahun 48 Masehi lahirlah agama Kristen yang disamping percaya kepada Allah juga percaya kepada Kristus (Sang Kristus = Yesus). 4. Konsep Ketuhanan Umat Kristen beriman kepada Tuhan Bapa atau Tuhan Allah, Tuhan Putra, atau Firman atau Yesus atau dikenal juga sebagai Isa Almasih dan Roh Kudus atau Malaikat Jibril. Konsep ini disebut sebagai doktrin Trinitas. Dasar dari keyakinan demikian dijelaskan dalam Injil Yohanes, 5 : 7 – 8 --- ”Sebab ada tiga yang memberikan kesaksian di dalam sorga : Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu. Dan ada tiga yang memberikan kesaksian di bumi : Roh, darah dan air dan ketiganya adalah satu.” Dan Injil Matius, 28 : 19 --- ”Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.” Demikianlah, doktrin yang telah ditanamkan terhadap umat Kristiani sejak mereka kecil hingga besar untuk menerima keyakinan dan konsep tersebut tanpa adanya suatu pertanyaan dan sanggahan yang kritis terhadapnya. 5. Kitab Suci Umat Kristen Kitab suci umat Kristen disebut Bible atau Byble atau Gospel dan masih banyak lagi sebutan yang lain. Kitab tersebut terdiri dari kitab-kitab : a. Kitab Perjanjian Lama, yaitu kitab-kitab yang ditulis sebelum masehi yang meliputi : Kitab Kejadian, Kitab Keluaran, Kitab Imamat, Kitab Bilangan dan Kitab Ulangan. Kelima Kitab ini dahulunya hanya berupa sebuah kitab saja yang dikenal dengan Kitab Taurat. Selain itu adalah Kitab nabi Yesayas, dan lain-lainnya. b. Kitab Perjanjian Baru, yang berisi kitab-kitab Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, Injil Yahya, Kitab Rasul-rasul kaya Lukas, Surat-surat Paulus dan Kitab Wahyu.

25

Perlu dijelaskan disini bahwa, Markus adalah pembantu Paulus (Timotius 4:11), Lukas adalah tabibnya Paulus (Kolese 4 : 14). Matius dan Lukas menulis Injil dengan mengambil bahan dari Markus. Jadi selain Yahya surat-surat lain dan Kitab Wahyu adalah karya Paulus dan orang-orang yang telah kena pengaruhnya. Bibel yang kita jumpai sekarang ini, pada zaman dahulu belum ada. Kitab Taurat ditulis kira-kira 1200 tahun sebelum masehi. Dan Kitab terakhir dan Perjanjian Baru (Kitab Wahyu) ditulis sekitar tahun 105. Kitab Injil Markus ditulis dalam bahasa Yunani dan kemudian disalin, dan salinan ini kemudian disalin lagi. Kini tulisan Markus dan salinan yang pertama telah tiada, yang ada hanya salinan kedua. Bibel dijadikan berpasal-pasal oleh Hugo pada tahun 1236 dan kemudian dijadikan berayat-ayat oleh Robertus pada tahun 1551. Jadi Bibel dalam ujud seperti yang sekarang ini dibentuk dalam waktu 551, yuitu dari tahun 1200 SM hingga 1551 M. Bahwa isi Bibel banyak yang irasional dan bertentangan, memang telah diakui banyak sarjana. Analisis: Konsep ketuhanan dalam agama Kristen atau Katholik adalah Trinitas, mempercayai adanya Tuhan Bapa, Tuhan Putra dan Roh Kudus. Konsep Ketuhanan demikian menunjukkan bahwa konsep ketuhanannya adalah monoteisme, bukan poleteisme. Walau umat Kristen yakin dengan konsep Trinitas ini, ternyata konsep itu ada dalam Injil ”The King James Version”, yang diresmikan pada tahun 1611, dan menjadi bukti paling kuat tentang doktrin trinitas. Tetapi sekarang bagian ini, ”Bapa, Firman dan Roh Kudus dan tiga ini adalah satu,” telah dihapus dalam Revised Standard Version cetakan 1952 dan 1971 dan juga dalam banyak kitab lainnya sehingga perubahan ini jelas telah mempengaruhi teks Yunani. Injil Yohanes 5 : 7-8, dalam The New American Standard Bible, berbunyi : ”Dan rohlah yang bersaksi karena Roh adalah benar. Karena ada tiga yang bersaksi, Roh, air dan darah dan ketiganya sudah sepakat. ” juga dalam The New Word Translation of Holy Scriptures, digunakan oleh kesaksian Jehovah, ditemukan penjelasan : ”Karena ada tiga yang bersaksi : Roh, air dan darah dan ketigany dalam kesepakatan.” Isi ayat tersebut telah dirubah dan digantikan, namun banyak Pendeta, Pengkhotbah dan Umat Kristiani yang tidak menyadari tentang masalah ini. Disamping itu Doktrin Trinitas bukanlah Ayat Al-Kitab. Kata Trinitas ini tidak ada dalam Al-Kitab atau kamus-kamus Al-Kitab. Trinitas juga tidak pernah diajarkan atau disabdakan Yesus. Tidak ada dasar atau bukti dalam Al-Kitab untuk membenarkan hal itu.Lebih jelas lagi dengan mencoba memahami karakteristik Tuhan yang Absolut, Distinct dan Unique, maka konsep Trinitas dalam agama Kristen ataupun Katolik tidak masuk dalam kategori Tuhan yang sejati. Kitab Suci Agama Kristen yaitu Bibel atau dikenal sebagai Perjanjian Lama dan Injil atau Perjanjian Baru, keduanya telah mengalami perubahan-perubahan dan kesepakatan-kesepakatan. Ini terjadi pada saat Konsili Nicaea (325 M), Konsili Chalcedon (451), The King James James Version (1611), Standard Version (cetakan 1952 dan 1971) dan perubahan-perubahan lainnya yang dilakukan hingga saat ini. Kitab demikian tak terjamin aotentisitasnya, dan sumber kitab suci ini bukan merupakan firman-firman Tuhan langsung. Sehingga tak bisa dijadikan pedoman sebagai kitab suci sebuah agama.

26

Pembawa ajaran Kristen ini adalah Yesus sebagai penerima Wahyu dari Tuhan dalam ajaran Nasrani dan berubah menjadi agama Kristen yang dibawakan oleh Paulus yang mengaku sebagai Rosul. Dimana jarak kehidupan Yesus (Isa Al-Masih) dengan Paulus selama sekitar 10 tahun dan Paulus tak pernah bertemu dengan Yesus (Isa Almasih) secara langsung. Penyampai dari Injil tersebut adalah Markus adalah pembantu Paulus (Timotius 4:11), Lukas adalah tabibnya Paulus (Kolese 4 : 14). Matius dan Lukas menulis Injil dengan mengambil bahan dari Markus. Jadi selain Yahya surat-surat lain dan Kitab Wahyu adalah karya Paulus dan orang-orang yang telah kena pengaruhnya. Konsep Ajaran Kristen dikenal dengan 10 perintah Tuhan ajaran yang baik, karena perintah dari Tuhan kepada nabi Musa maupun nabi Isa. Konsep Ajaran lainnya : adalah (a) adanya dosa waris; Adam dan Hawa makan buah kholdi akhirnya diturunkan dari surga, (b) penciptaan manusia sebagai kecelakaan, Roh Allah dibungkus oleh tanah yang kotor, (c) Lewat Roh Kudus dan Bunda Maria, lahir Isa Almasih sebagai Putra Tuhan dan menebus dosa manusia dengan disalib, (d) Setelah ditebus dosanya, untuk membalas dan penghormatan pada Yesus harus bersedia dibaptis, menjadi orang yang selamat (e) Mereka yang belum dibaptis adalah para domba yang harus diselamatkan. Dari seluruh konsep ketuhanan, kitab suci, pembawa ajaran dan ajaran pokok dari Agama Kristen ini, merupakan konsep manusia yang telah diubah-ubah. Sehingga tidak bisa dijadikan agama yang patut untuk diyakini dan diimani. D. Agama Islam Agama Islam datang dan lahir dimulai di jazirah Arab, tepatnya di kota Makkah, dibawa oleh Nabi Muhammad saw yang diawali dengan diterimanya wahyu pertama di gua Hiro pada malam hari di bulan Ramadhan, ketika beliau melakukan takhanuts (menyendiri untuk berkomunikasi dengan Tuhan). Saat itu beliau berumur sekitar 40 tahun, pada tahun 609 M, datanglah malaikat Jibril ke hadapannya menyampaikan wahyu dari Allah. “Bacalah dengan Nama Tuhanmu yang menjadikan. Ia menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu yang Maha Mulia, yang mengajarkan dengan qalam. Diajarkannya manusia apa yang tidak diketahu. “ (QS. Al-Iqro, 96 : 1-5) Wahyu yang pertama ini kemudian dilanjutkan secara bertahap selama sekitar 23 tahun, yang terdiri dari 30 juz dan 114 surat. Wahyu yang turun kepada Nabi Muhammad ini berupa informasi-informasi, solusi-solusi atas setiap permasalahan, kisah-kisah manusia dan kaum terdahulu maupun yang akan datang dan ajaran-ajaran agama Islam, yang secara keseluruhan merupakan kitab suci agama Islam dan disebut Al-Quran. Dalam kitab ini diinformasikan secara detail mengenai konsep ketuhanan, alam semesta dan mengenai manusia sendiri. Bagaimana Al-Quran sebagai kalamullah (wahyu dari sang Mutlak) bicara mengenai konsep ketuhanan dalam Islam? Dalam Al-Quran, Tuhan memperkenalkan dirinya sendiri melalui firmanNya. “Sesungguhnya aku ini adalah Allah. Tidak ada Tuhan selain Aku. Maka sembahlah Aku. Dan dirikanlah sholat untuk mengingatku.” (QS. Thoha, 20 :14) Allah memiliki sifat-sifat seperti yang dijelaskan dalam surat Al-Ikhlas:

27

“Katakanlah : Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepadaNya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan. Dan tidak seorangpun yang setara dengan Dia.” (QS. Al-Ikhlash, 112 : 1-4) Allah swt adalah Tuhan pencipta alam semesta, langit dan bumi serta isinya. Dia yang memelihara dan mengatur seluruh makhluknya. Kepunyaan Allahlah semua yang ada di langit dan bumi, semua tunduk dan patuh pada aturan Allah swt. Dia ada sebelum semua ada. Pun Dia ada setelah semua binasa. Allah adalah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Dhohir dan yang Bathin. Sebagian sifat-sifat Allah tersebut tercantum dalam ayat-ayat dari Al-Quran sebagai berikut : “Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah). Dan Dialah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Kepun Dialah Yanag Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa; Kemidan Dia bersemayam di atas Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk kedalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan dia bersama kamu dimana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamui kerjakan.” (QS. Al-Hadid, 57 : 1-4) “Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebenaran dan kemuliaan (QS. Ar-Rahman, 55 : 26-27) “(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu, tidak ada Tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu maka sembahlah Dia; dan Dia adalah pemelihara segala sesuatu. Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu dan Dialah yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (QS Al-An’am 6 : 102-103) Demikianlah Al-Quran menginformasikan tentang konsep ketuhanan dalam Islam. Selanjutnya bagaimana informasi yang Allah sampaikan mengenai Kitab Suci AlQuran? Al-Quran merupakan kitab yang berisi kebenaran yang datang dari Tuhan sebagai peringatan kepada seluruh umat manusia. Al-Quran berisi petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Menjelaskan segala sesuatu, petunjuk, rahmat dan kabar gembira bagi kaum muslimin. Hal ini ditunjukkan dalam ayat-ayat Al-Quran sebagai berikut : “… Sebenarnya Al-Quran itu adalah kebenaran (yang datang) dari Tuhanmu, agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang belum datang kepada mereka orang yang memberi peringatan sebelum kamu; mudah-mudahan mereka mendapat petunjuk.” (QS. As-Sajdah, 32 : 3) “Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.” (QS. Al-Baqoroh, 2 :2-3) “Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS. An-Nahl, 16 : 89) Isi Al-Quran tidak akan dapat dirubah oleh siapapun, meski semua manusia maupun jin berhimpun membuat kitab yang sama dan Allah senantiasa menjaga keberadaan Al-Quran ini. Hal ini dapat dilihat pada ayat-ayat berikut ini :

28

“Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merobah-robah kalimat-kalimatNya dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al- An’am, 6 : 115) “Katakanlah, sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu sebagian yang lain. (QS. Al-Israa’, 17 : 88). “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Quran dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr, 15 : 9) Sementara itu informasi mengenai pembawa risalah, atau utusan yang menerima Wahyu dari Allah untuk disampaikan pada umatnya, Al-Quran menjelaskan bahwa terhadap kaum Bani Israil, Nabi Isa telah menyampaikan akan keberadaan dirinya sebagai utusan Allah dan kelak akan datang sesudahnya Nabi terkakhir yang bernama Muhammad saw. Muhammad saw merupakan seorang rosul dan para pengikutnya saling berkasih sayang satu sama lainnya. Hal ini terlihat pada ayat-ayat berikut : “Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata : “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rosul yang akan dating sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata : “Ini adalah sihir yang nyata.” (QS. Ash-Shaff, 61 : 6) “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rosul. Sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rosul.” (QS. Al-Imran, 3 : 144) “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kamu, tetapi dia adalah Rosulullah dan penutup nabi-nabi. Dia adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Ahzab, 33 : 40) “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka” .(QS. Al-Fath, 48 : 29). Kehadiran Nabi Muhammad saw turun di muka bumi menjadi utusan Allah untuk memberi peringatan kepada semua manusia seluruh alam. Maka kita sebagai umat Muhammad saw dituntut untuk mengikutinya dan menjadikan beliau sebagai tauladan agar kita mendapatkan kebahagiaan dunia hingga akhirat. Al-Quran menjelaskan hal ini dalam ayat-ayat berikut : “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (QS. Saba’ , 34 : 28) “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosulullah itu suri tauladan yang baik bagimu.” (QS. Al-Ahzab, 33 : 21) Ajaran Pokok Islam dapat dikelompokkan dalam aqidah (tauhid), syariah dan akhlak. Yang dimaksud dengan aqidah menurut etimologi (asal kata) adalah ikatan,

29

sangkutan, sedangkan menurut terminology (istilah) makna aqidah adalah iman, keyakinan. Aqidah memiliki makna yang lebih luas sebagai keyakinan atau keimanan seseorang terhadap agama dan ajarannya, yang menjadi dasar bagi aktivitas dalam kehidupannya. Pembahasan tentang aqidah selalu terkait dengan Rukun Iman yang meliputi : (1) Iman kepada Allah, (2) Iman kepada malaikat-malaikatNya, (3) Iman kepada kitab-kitabNya, (4) Iman kepada rasul-rasulNya, (5) Iman kepada hari kiamat/akhirat, (6) Iman kepada qadha dan qadar. Pembahasan tentang aqidah dilakukan dalam Ilmu kalam, yakni ilmu hasil penalaran atau ijtihad manusia yang membahas dan menjelaskan tentang kalam Ilahi (emengenai aqidah) atau juga disebut ilmu tauhid karena membahas dan menjelaskan (terutama) tentang ke-Esaan Allah (tauhid), atau meminjam istilah asing, kini sering dipergunakan istilah teologi yakni ilmu tentang ketuhanan. Menurut etimologi, Syariah adalah jalan (ke sumber atau mata air) yang harus ditempuh (oleh setiap umat Islam). Menurut terminology (istilah), syariah adalah system norma (kaidah) Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan sesama manusia dalam kehidupan social, hubungan manusia dengan benda dan alam lingkungan hidupnya. Kaidah yang mengatur hubungan langsung manusia dengan Allah disebut kaidah ibadah atau kaidah ubudiah yang disebut juga kaidah ibadah murni (mahdloh), kaidah yang mengatur hubungan manusia selain dengan Allah (dengan sesame manusia dan dengan alam lingkungan) disebut kaidah mu’amalah. Disiplin ilmu yang hkusus membahas dan menjelaskan syari’ah disebut ilmu fikih. Akhlak ialah sikap yang menimbulkan kelakuan baik atau buruk. Berasal dari kata khuluk yang berarti perangai, sikap, perilaku, watak, budi pekerti manusia terhadap Khalik (Pencipta alam semesta) dan makhluk (yang diciptakan). Karena itu dalam garis besarnya ajaran akhlak berkenaan dengan sikap dan perbuatan manusia terhadap Khalik, yakni Allah swt dan terhadap sesame makhluk (segala yang diciptakan oleh Khalik itu). Sikap terhadap sesama makhluk dapat dibagi dua yaitu pertama, akhlak terhadap sesame manusia yakni diri sendiri, keluarga, tetangga dan masyarakat. Kedua, akhlak terhadap makhluk bukan manusia yang ada di sekitar lingkungan hidup kita. Yang disebut terakhir ini (akhlak terhadap bukan manusia) dapat dibagi lagi menjadi akhlak terhadap tumbuh-tumbuhan, terhadap hewan dan terhadap bumi dan air serta udara di sekitar kita. Akhlak manusia terhadap Allah dibahas dan dijelaskan lebih dalam oleh ilmu tasawuf, sedang akhlak manusia terhadap sesame ciptaan Allah dibahas dan dijelaskan oleh ilmu akhlak. Analisis: Konsep ketuhanan dalam agama Islam sangat jelas adalah monoteisme, memenuhi karakteristik adu. Absolut (112:2; 6:102-103; 57 : 1-6; 55 : 26-27), Distinct (112:1; 2:163; 20:8) dan Unique (42:11; 112:2-3; 2:255) Al-Quran sebagai kitab suci Al-Quran merupakan kitab yang berisi kebenaran yang datang dari Tuhan sebagai peringatan kepada seluruh umat manusia. (32:3), AlQuran berisi petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. (2:2-3), menjelaskan segala sesuatu, petunjuk, rahmat dan kabar gembira bagi kaum muslimin. (16:89) Isi Al-Quran tidak akan dapat dirubah oleh siapapun (6:115), meski semua manusia maupun jin berhimpun membuat kitab yang sama (17:88), dan Allah senantiasa menjaga keberadaan

30

Al-Quran ini (15:9). Dalam kitab suci Al-Quran ini berisi dan menjelaskan mengenai konsep ketuhanan maupun informasi mengenai alam semesta. Pembawa risalah agama Islam adalah Nabi Muhammad saw, seorang manusia terpilih keturunan Nabi Ibrahim AS, yang akhlak dan kepribadiaannya terjaga sejak kecil dan oleh kaumnya mendapat gelar Al-Amin (yang dapat dipercaya), sebelum beliau diangkat menjadi Nabi. Muhammad saw merupakan seorang rosul dan para pengikutnya saling berkasih sayang satu sama lainnya (48:29). Muuhammad adalah seorang rosul, melanjutkan risalah nabi-nabi sebelumnya (3:144), Diutusnya Nabi Muhammad saw sebagai Nabi terakhir (33:40), ajaran yang dibawa Beliau adalah Rahmat bagi semesta alam (21:107) dan Beliau merupakan teladan bagi pengikutnya (33:21) Ajaran Pokok Islam dapat dikelompokkan dalam aqidah (tauhid), syariah dan akhlak. Ketika kelompok ajaran Islam tersebut saling terkait dan secara keseluruhan membahas konsep Islam mengenai Tuhan, alam dan manusia, yang akan dibahas lebih lanjut dalam kajian pada bab berikutnya.

31

Bab 4 Pengantar Hidayah Dalam diri manusia Allah telah melengkapinya dengan instrumen untuk mendapatkan kebenaran, yaitu insting, panca indera, dan akal atau ilmu pengetahuan. Insting merupakan gerakan reflek untuk menangkap fenomena alam dan langsung memberikan tanggapan atasnya. Dengan kemampuan insting tersebut, seseorang bisa melakukan pendekatan untuk memahami akan kebenaran. Panca indra yang dimiliki seseorang juga bisa menjadi alat untuk mengenal dan menangkap fenomena alam dan realitas alam semesta sebagai bagian dari ciptaan Allah swt. Akal sebagai alat untuk berpikir juga bisa digunakan untuk memikirkan proses penciptaan alam semesta dan mengenal sang Pencipta itu sendiri. Dengan akal juga manusia memperoleh ilmu pengetahuan yang memungkinkan seseorang untuk bisa mengenal dan memahami sebuah kebenaran. Namun keseluruhan itu tak akan mengantarkan sesorang untuk mengenal Allah swt dengan sebenarnya, tanpa hidayah iman yaitu keyakinan yang Allah masukkan dalam hati seseorang untuk menerima dan mengakui kebenaran mutlak. Allah swt akan memberikan hidayah iman pada sesorang yang dia kehendaki dan menyesatkan siapa yang kehendakinya. Apa itu hidayah? Hidayah adalah petunjuk dari Allah yang akan membuat seseorang meyakini Allah dan juga ajaran agama Islam, yang akan mendorong orang tersebut untuk mengamalkan ajaran dan nilai–nilai kebenaran yang ada dalam ajaran agama Islam. Adalah merupakan kewenangan bagi Allah untuk memberikan ataupun mencabut hidayah iman itu bagi hambanya yang bernama manusia. Siapapun tidak dapat memberikan hidayah pada seorang manusia, meskipun terhadap orang-orang yang dikasihinya. Sebagaimana difirmankan oleh Allah dalam firmannya: ”Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberikan petunjuk kepada orang-orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendakiNya …”. (QS 28 : 56) Meskipun seorang nabi atau utusan Allah, dia tidak dapat memberikan hidayah pada umatnya ataupun keluarganya. Kisah Nabu Nuh memberika pelajaran bagi kita, bagaimana ketika dia menemukan kenyataan anaknya Kan’an dan istrinya tidak mau mengikutinya dan justru menantangnya. Pada saat banjir menimpa umat nabi Nuh, beliau telah menyiaupkan perahu bagi umatnya beriman untuk diselamatkan. Tatkala beliau memerintahkan anaknya dan istrinya untuk menumpang perahu tersebut mereka menolak dan akhirnya ditenggelamkan oleh Allah dalam banjir tersebut bersama umat Nuh yang tidak mau menerima risalah Nabi Nuh untuk beriman pada Allah swt. Hal yang sama terjadi pada Nabi Muhammad, tatkala beliau menginginkan agar Abu Tholib, pamannya yang sempat mengasuhnya pada saat dia remaja, tak juga bersedia untuk mengucapkan kalimat toyibah Laa ilaaha illallah, beriman pada Allah swt. Hingga akhir hayatnya, Abu Tholib tak juga masuk Islam. Paman nabi, Abu Lahab bahkan menentang dan memusuhi nabi karena mendakwahkan kebenaran, Al-Islam.

32

Meskipun para nabi menginginkan agar semua manusia di bumi ini dapat menerima ajakan untuk beriman pada Allah, namun tidak semua manusia mau beriman. Bahkan Alquran juga menjelaskan, hanya sebagian kecil manusia dibumi ini yang beriman pada Allah. Hal ini tersirat dalam firman Allah : “Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman walaupun kamu sangat menginginkannya …” (QS 12 : 103) Dan dalam ayat lain Allah menegaskan: “Dan jikalau Tuhan-mu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya beriman semuanya?? …” (QS 10 : 99) Orang yang mendapatkan hidayah dari Allah adalah orang-orang yang terpilih, orang-orang yang diselamatkan dari adzab neraka dan orang-orang yang dimuliakan oleh Allah. Karena itu hidayah iman merupakan sebuah kenikmatan yang besar. Jika Allah swt telah menghendaki seseorang mendapatkan hidayah iman, maka siapapun tak dapat menghalanginya. Sebagaimana dijelaskan firmanNya: “Dan tidak ada sesuatu yang menghalangi manusia beriman tat kala datang petunjuk kepadanya, …” (QS 17 : 94)

Maka tatkala datang petunjuk pada seorang budak bernama Bilal ra, meskipun majikannya tidak menginginkan dan memaksakan agar dirinya murtad dari Islam untuk kembali menyembah berhala, namun Bilal tetap bertahan untuk dalam keimanannya. Meskipun sang majikan menyiksanya dengan menidurkannya di padang pasir yang panas dan ditindih batu pada tubuhnya, namun Bilal ra tetap mengatakan ahad … ahad … ahad yang artinya dia tetap mempertahankan keimanannya kepada Allah yang Ahad itu. Demikianlah maka beruntunglah orang-orang yang mendapatkan petunjuk (hidayah) iman dari Allah swt, mereka akan tetap dalam keimanannya. Dan orang-orang yang disesatkan oleh Allah mereka adalah orang-orang yang merugi baik di dunia maupun di akhirat. Allah berfirman:

“Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Alloh, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi.” (QS 7 : 178)

A. Hidayah Iman Harus Diusahakan.

33

Meski hidayah iman merupakan pemberian dan karunia Allah swt, namun manusia mempunyai kewajiban untuk mengusahakan datangnya hidayah bagi diri pribadi, keluarga, masyarakat lingkungan bahkan bagi manusia seluruh alam. Apa yang perlu diusahakan untuk mendatangkan hidayah iman tersebut? Dalam uraian berikut akan dibahas usaha-usaha yang perlu dilakukan, agar hidayah iman dari Allah swt turun dan bertebaran di alam semesta. 1. Taubat Sebagai makhluk yang lemah, manusia terkadang khilaf melakukan dosa dan kemaksiatan. Kesadaran akan perbuatan dosa dan maksiat yang telah dilakukan dan menetapkan janji untuk tidak melakukannya lagi merupakan langkah awal bagi seseorang untuk menyongsong datangnya hidayah. Taubat adalah sebuah amalan hati atas pengakuan dosa dan kemaksiatan yang dilakukan seseorang dengan memohon ampunan (istighfar) kepada Allah swt dan berjanji untuk tidak mengulangi perbuatan dosa tersebut. Inilah langkah awal untuk mengusahakan datangnya hidayah iman dari Allah swt. 2. Berdekatan Dengan Para Sholihin Melakukan taubat berarti sekaligus berhijrah dari komunitas pergaulan (lingkungan) seseorang selama ini. Lingkungan tempat seseorang berinteraksi dalam kehidupan seharihari akan berpengaruh dalam cara pandang, pola pikir dan perilaku (akhlak) orang tersebut. Agar memiliki pola pikir dan akhlak yang mulia harus dimulai dengan mencari lingkungan yang baik dan mulia. Lingkungan yang mulia dalam pandangan Allah swt adalah lingkungan para kekasihNya (majlis wali Allah), yakni majlisnya para nabi, sahabat, tabiin dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Mereka adalah para sholihin, orang-orang yang mentaati Allah dan Rosulnya, yang senantiasa konsisten menjaga ucapan, perbuatan dan ahklaknya dengan akhlaqul karimah, akhlak yang mulia. Dengan berdekatan dengan orang-orang sholih ini maka kita akan mendapatkan pengaruh positifnya. Energi yang terpancar dari orang-orang sholih akan menebar dan mengenai mereka yang ada di dekatnya sebagai energi Ilahi yang positif. Begitulah jika seseorang berada dalam lingkungan orang-orang sholih, maka tak lama lagi orang tersebut akan dapat mengikuti jejak dan langkahnya. Percikan hidayah iman akan bisa didapatkan dengan berdekatan danberkumpul dengan para sholihin. 3. Menuntut Ilmu Menuntut ilmu bagi seorang muslim adalah kewajiban. Maka dengan mengkaji dan mempelajari ilmu akan memperoleh pengetahuan dan pemahaman. Hidayah iman adalah pengetahuan dan pemahaman akan Allah swt sebagai Robb, Ilah dan Al-Malik. Mengetahui dan memahami akan Allah swt akan mendorong kita untuk lebih mengenal Allah swt (makrifatullah), sebagai usaha untuk mendatangkan hidayan iman. Disamping menuntut ilmu mengenai makrifatullah, juga belajar mengenai agama, syariat yang menjadi pedoman bagi seseorang untuk menjalani hidup dan kehidupan di dunia, yang hakekatnya dalam rangka untuk menjalankan fungsi, tugas dan peran manusia sebagai Abdullah (hamba Allah), sebagai Kholifatullah (wakil Allah) dan Naib Nabi (wakil Nabi) untuk menyebarkan kebenaran. Dengan mempelajari ilmu mengenai agama akan menghadirkan hidayah iman.

34

4. Mengamalkan Ilmu Dengan ilmu yang telah dipelajarinya, seseorang dituntut mengamalkannya. Dengan makrifatullah seseorang akan mengimani dan mencintai Allah. Dengan mengetahui dan memahami syariat Islam seseorang akan mengaplikasikan dalam amal perbuatan keseharian. Melakukan aktualisasi atas ilmu yang dimilikinya. Mengamalkan ilmu merupakan usaha untuk mendatangkan hidayah iman dari Allah swt. 5. Mendakwahkan Ilmu Usaha untuk mendatangkan hidayah juga dilakukan dengan mendakwahkan kebenaran (ilmu) yang telah dipahami. Dakwah artinya mengajak, yaitu mengajak diri dan orang lain untuk taat kepada Allah dan Rosulullah. Menjalankan dan mengamalkan agama secara sempurna, secara kaffah sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. Dakwah juga sekaligus mengandung pengertian menyampaikan (tabligh) pemahaman akan kebenaran (ilmu) yang telah dipelajari. Cara yang bisa dilakukan seseorang dalam berdakwah adalah dengan mengajak orang lain untuk hadir dan membentuk majlis-majlis ilmu dan majlis dzikir, bicara mengenai kebesaran Allah, keagungan Allah, kesucian Allah dengan segala sifat dan dzatNya yang mulia, dengan asma-asmaNya yang baik (asmaul husna). Mengajak orang lain untuk meramaikan dan memakmurkan masjid-masjid, mengajak untuk memperbaiki diri, dalam beribadah, bermuamalah dan bermuasyaroh dalam mengemban tugas dan tanggung jawab yang Allah telah amanahkan pada manusia seluruh alam. Dengan mendakwahkan ilmu inilah sebagai upaya kita untuk mendatangkan hidayah iman dari Allah swt. 6. Mujahadah dan Doa Dalam melakukan usaha untuk mendatangkan hidayah iman dengan taubat, berdekatan dengan para sholihin, menuntut ilmu, mengamalkan ilmu dan mendakwahkan ilmu agar didapat hasil yang maksimal harus dilakukan secara sungguh-sungguh. Usaha yang sungguh-sungguh seperti ini adalah bentuk mujahadah seseorang untuk mendapatkan hidayah. Mereka melakukan mujahadah dengan suatu pengorbanan, baik pengorbanan atas harta, waktu dan jiwa yang dimiliki di jalan Allah. Bila seseorang melakukan usaha dengan mujahadah, sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran, maka niscaya Allah akan memberikan petunjuk kepadanya sebagaimana firmanNya : “Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalanKu, maka Aku akan tunjukkan (kepada mereka) jalanjalanKu.” Demikianlah, setelah semua usaha telah dilakukan, terakhir yang bisa diikhtiarkan adalah berdoa kepada Allah swt, agar Allah memberikan hidayah iman, memberikan kemudahan untuk bisa menerima kebenaran yang datang dariNya dan seseorang akhirnya mampu mengamalkannya. Inilah usaha-usaha yang mesti dilakukan untuk mendatangkan hidayah iman dari Allah swt. B. Ciri-ciri orang yang mendapatkan hidayah Bagi orang-orang yang telah mendapatkan hidayah iman akan nampak pada perbuatan dan amalan mereka. Ibarat peralatan elektronik, hidayah iman seperti energi listrik yang akan menggerakkan dan menyalakan peralatan listrik tersebut. Maka iman yang ada pada seseorang yang mendapatkan hidayah akan mampu menggerakkannya

35

untuk beribadah kepada Allah swt dan menunjukkan amal sholeh sebagai orang yang beriman. Bagai energi atau arus listrik, maka iman yang ada pada seseorang tidak akan terlihat oleh mata telanjang. Iman sesorang hanya terlihat pada perilakunya, pada amalan ibadahnya, jika perilakunya baik dan ibadahnya rajin menunjukkan orang-orang yang mendapatkan hidayah iman yang kuat. Terhadap orang yang hilir mudik dari rumah ke masjid untuk melaksanakan sholat berjamaah, Rosulullah saw bersabda, “Saksikanlah mereka adalah orang-orang yang beriman.” Allah swt berfirman : “Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid Allah itu hanyalah orang yang beriman pada Allah dan hari akhir.” (QS. At-Taubah, :18) Ada beberapa cirri orang yang mendapatkan hidayah iman sebagaimana diinformasikan dalam Al-Qur’an yang diuraikan dalam penjelasan berikut. 1. Beriman pada Allah dan Rosul Orang-orang yang mendapat hidayah adalah orang yang beriman pada Allah dengan iman dan yakin yang benar dengan segala sifat dan dzatNya. Mereka berusaha untuk secara menerus mengenali Allah dan meningkatkan keyakinannya. Mereka akan tinggalkan keyakinan kepada selain Allah swt. Orang yang mendapat hidayah juga beriman kepada Rosul-rosulNya, pada utusan-utusanNya yang telah diberi amanah membawa risalah, kebenaran dari Allah swt. Terhadap Nabi Muhammad saw mereka juga mengimaninya sebagai Nabi terakhir, yang menjadi uswatun hasanah. Seluruh kehidupan Rosulullah Muhammad saw sebagai pribadi, sebagai kepala rumah tangga, sebagai pimpinan umat dan pemimpin para Nabi dan Rosul, dengan semangat perjuangan yang tinggi mendakwahkan dienul Islam menjadi contoh bagi hidup dan kehidupannya di dunia ini. Mereka yakin dengan mengikuti seluruh akhal dan perbuatan Nabi tersebut akan membawa kebahagiaan di dunia ini hingga akhirat. Tak ada keraguan atas keimanan dalam hatinya itu. Sebagaimana diebutkan dalam firman Allah : “Sesungguh orang-orang mukmin itu adalah mereka yang beriman pada Allah dan Rosulnya, kemudian tidak ragu dengan keimannya itu.” 2. Berjihad Dengan Harta dan Jiwa Orang yang mendapat hidayah adalah orang-orang yang siap melakukan jihad, menegakkan kebenaran, mengemban risalah kenabian dengan memiliki kerisauan oleh keadaan masyarakat lingkungannya, agar bias menjalankan agama dan menyempurnakannya. Mereka berjihad dengan mengorbankan harta dan jiwanya di jalan Allah dengan mengharap keridhoan Allah semata. Sebagai seorang mukmin, mereka memiliki tanggung jawab mengemban risalah nubuwah, setelah Nabi Muhammad dipanggil kembali oleh Sang Kekasih dan Allah swt tak lagi menurunkan Nabi lain sesudahnya. Demikianlah, orang-orang yang mendapat hidayah adalah mereka yang berjihad dengan harta dan jiwanya, sebagaimana firmanNya dalam Al-Qur’an. 3. Hatinya Bergetar Jika Nama Allah disebut. Orang-orang yang mendapat hidayah adalah orang-orang yang dalam hatinya senantiasa mengingat Allah swt, rindu akan pertolongan dan perlindunganNya, bahkan rindu untuk bisa selalu bertemu dan bersamaNya. Karenanya jika nama Allah disebut hatinya gemetar karena rindu dan cintanya pada Allah swt, sang kekasih sejati. Sebagaimana firmanNya.

36

”Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka.” (QS Al-Anfal 8:2) 4. Jika Dibacakan Ayat-ayat Allah akan Bertambah Imannya Orang-orang yang mendapatkan hidayah adalah mereka yang apabila dibacakan ayat-ayat Al-Quran akan bertambah imannya. Mereka semakin bertambah ilmu, pengetahuan dan pemahamannya pada Allah sehingga iman pada Tuhan Semesta Alam itu. Hal ini diinformasikan Al-Quran. “ …. dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Allahlah mereka bertawakal…” (QS Al-Anfal 8:2) 5. Mendirikan Sholat dan Berinfaq Orang-orang yang mendapatkan hidayah adalah mereka yang mendirikan sholat dan menginfakkan sebagian hartanya di jalan Allah. Sholat sebagai kewajiban utama seorang mukmin senantiasa dijaganya, baik masalah waktunya, tempatnya maupun caranya sebagaimana yang dicontohkan Rosulullah. Mereka selalu Sholat diawal waktu, di tempat dimana adzan dikumandangkan (di masjid atau di mushola) dan melakukannya secara berjamaah. Atas harta dan karunia yang Allah berikan kepadanya, mereka akan menginfakkan sebagiannya di jalan Allah, untuk menolong mereka yang membutuhkan, membantu orang yang ditimpa musibah dan bagi kepentingan untuk mensiarkan dan mendakwahkan kebenaran. Al-Quran menginformasikan firman Allah swt : (8:4) 6. Jika dipanggil Allah dan Rosulnya mereka akan mengatakan “Samikna Wathokna” Orang yang mendapatkan hidayah adalah mereka yang berusaha untuk selalu taat kepada Allah swt dan Rosulnya, mengikuti perintahNya. Jika mereka dipanggil kepada Allah dan Rosulnya untuk menghukum dan mengadili diantara mereka, maka mereka akan menyambut seruan itu dengan “samikno wa athokna” (kami dengan dan kami taat), sebagaimana Allah berfirman.

“Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin bila mereka dipanggil kepada Alloh dan rosulNya agar rosul menghukum (mengadili) diantara mereka ialah ucapan : kami mendengar dan kami patuh….” (QS. An-Nur, 24 : 51). 7. Mengikuti Hukum Allah Orang yang mendapatkan hidayah adalah mereka yang akan selalu menerima ketetapan Allah dan rasulnya. Bagi mukmin laki-laki maupun mukmin perempuan apabila Allah dan rosulnya telah mengambil suatu ketentuan dan ketetapan atas permasalahan mereka tak akan ada bagi mereka pilihan yang lain. Ini yang disampaikan Allah dalam Al-Quran sebagai berikut “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin apabila Allah dan rosulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilah (yang lain) tentang urusan mereka” (QS Al-Ahzab, 33:36) 37

8. Mengamalkan agama secara sempurna Orang yang mendapatkan hidayah adalah mereka akan berusaha memahami seluruh ajaran Islam, yang disampaikan oleh Rosulullah saw. Dan mereka akan berusaha untuk menjalankan dan mengamalkan ajaran Islam secara kaffah (keseluruhan), mereka tak akan mengambil ajaran yang mudah dan meninggalkan ajaran yang susah dan berat. Allah dalam Al-Quran dan mengisyaratkan hal ini. “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannnya (kaffah) dan janganlah kamu turut kangkah-langkah syetan. Sesungguhnya syetan itu musuh yang nyata bagimu…” (QS, Al-Baqoroh, 2 : 208)

38

BAGIAN KEDU A

Paradigma Islam Tentang Alam Alam Semesta, langit dan bumi serta apa yang ada diantaranya merupakan ciptaan Allah swt, Tuhan Yang Maha Esa, Yang Maha Kuasa. Apa yang nampak oleh mata manusia maupun yang tidak nampak, yang terdahulu atau yang kemudian, yang nyata maupun yang ghoib semua adalah dalam kekuasaan Allah. Untuk menciptakannya cukup dengan mengatakan Kun (Jadilah!), maka jadilah dia (2:117 ; 36:82 ; 40:68) Allah tidak menciptakan sesuatunya dengan sia-sia. Semua yang dicipta Allah ada hikmahnya (38:27). Dan Al-Qur’an ini tidak lain hanyalah peringatan bagi semesta alam (38:87). Dalam pandangan Islam, sesuai dengan apa yang diinformasikan oleh Allah melalui Al-Quran, alam ini terdiri dari alam ghoib dan alam syahadah (nyata). Bagaimana Al-Quran menjelaskan kedua alam ini, akan dibahas pada bab-bab berikut.

39

Ba b Lima

Alam Ghoib Alam ghoib adalah kenyataan yang tidak diketahui kehadirannya, kejadiannya, atau keberadaannya kecuali oleh Allah swt saja. Dalam Al-Quran Allah berfirman : ”Katakanlah, : Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi mengetahui perkara yang ghoib kecuali Allah dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.” (QS An-Naml, 27:65) Apa yang tidak diketahui oleh manusia diantaranya segala sesuatu yang ada di daratan dan di lautan, daun-daun yang gugur, sebutir biji yang jatuh dalam kegelapan (6:59), hari Kiamat, apa yang ada dalam rahim, apa yang terjadi pada hari esok, tentang kapan dan dimana seseorang akan meninggal (31:34), serta mengenai roh (17:85) adalah perkara-perkara ghoib yang tidak diketahui oleh manusia, kecuali Allah memberitahukannya. ”Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang ghoib dan yang nyata. Dialah yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang.” (QS. Al-Hasyr, 59:22) 1. Masa Lalu Kejadian pada masa lalu, merupakan suatu perkara yang ghoib bagi kita. Bagaimana sejarah peradaban manusia pada masa lalu, sejak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad, dan seterusnya hingga abad milenium ini. Dalam setiap kaum, Allah telah turunkan para nabi atau rosul untuk memberikan petunjuk kebenaran dari Allah, berupa keyakinan akan keesaan Allah, pedoman untuk menjalani kehidupan, pedoman untuk beribadah, dan anjuran untuk selalu berbuat adil dan bijak terhadap diri, keluarga maupun mayarakat dalam rangka mendapatkan keselamatan dan kebahagian. Terhadap seruan para nabi dan rosul ini, ada kaum yang menerima dan mentaati, namun ada pula yang menolak dan mendustakan. Semua ini Allah beritahukan pada kita dalam Al-Quran melalui Firman-firmannya. Bagaimana hasil seruan para rasul Allah berfirman : ”(Ingatlah) hari di waktu Allah mengumpulkan para rasul, lalu Allah bertanya (kepada mereka): ”Apa jawaban kaummu terhadap (seruan)mu?” Para Rosul menjawab : ”Tidak ada pengetahuan kami (tentang itu), sesungguhnya Engkau-lah yang mengetahu perkara yang ghoib.” (QS. Al-Maidah, 5:109), juga dalam ayat lain : ”Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri) dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh, agar Dia menanyakan kepada orang-orang yang benar tentang kebenaran mereka dan Dia menyediakan bagi orangorang kafir siksa yang pedih.” (QS. Al-Ahzab, 33:7-8). Semua pengetahuan tentang masa lalu merupakan perkara yang ghoib. Hanya Allahlah yang mengetahui, sesuai firmanNya : ”Berkata Fir’aun : ”Maka bagaimanakah umat-umat yang dahulu?”. Musa menjawab : ”Pengetahuan tentang itu ada di sisi

40

Tuhanku, di dalam sebuah kitab. Tuhan kami tidak akan salah dan tidak (pula) lupa.” (QS. Thoha, 20:51-52) Terhadap seruan para nabi dan rosul yang Allah telah turunkan pada suatu kaum, sebagian besar mereka mendustakannya. Sebagaimana yang telah diinformasikan dalam Al-Quran: ”Sesungguhnya Kami telah mengambil perjanjian dari Bani Israil, dan telah Kami utus kepada mereka rasul-rasul. Tetapi setiap datang seorang rasul kepada mereka dengan membawa apa yang tidak diingini oleh hawa nafsu mereka (maka) sebagian dari rasul-rasul itu mereka dustakan dan sebagian yang lain mereka bunuh. (QS. Al-Maidah, 5:70). Lalu bagaimanakah Allah memberikan balasan terhadap kaum yang mendustkan para rasul itu? Dijelaskan dalam ayat-ayat berikut : ”Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunah-sunah Allah. Karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orng yang mendustakan (rosul-rosul).” (QS. Ali Imran, 3:137) ”Apakah mereka tidak memperhatikan betapa banyaknya generasi-generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu) telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan kami jadikan sungaisungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri dan Kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain.” (QS. Al-An’am, 6:6) ”Dan (telah Kami binasakan) kaum Nuh tatkala mereka mendustakan rasul-rasul. Kami tenggelamkan mereka dan Kami jadikan (cerita) mereka itu pelajaran bagi manusia. Dan Kami telah menyediakan bagi orang-orang dzalim adzab yang pedih; dan (Kami binasakan) kaum ”Aad dan Tsamud dan penduduk Rass dan banyak (lagi) generasi-generasi diantara kaum-kaum tersebut” .(QS. Al-Furqaan, 25:37 – 38) 2. Masa Kini Kejadian masa kini, yang jauh dari pengetahuan kita juga merupakan perkara yang ghoib. Keadaan di daratan dan di lautan, daun-daun yang gugur, sebutir biji yang jatuh dalam kegelapan semua ada dalam pengetahuan Allah swt. Sebagaimana Al-Quran menginformasikan : ”Dan pada sisi Allahlah kunci-kunci semua yang ghoib; tidak ada yang mengetahui kecuali Dia sendiri dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula) dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfudz)” (QS. AlAn’am, 6:59). Dengan adanya peralatan teknologi yang canggih seperti internet, telephon dan alat komunikasi lainnya, hampir setiap kejadian yang ada di atas bumi di seluruh pelosok dunia, kita bisa mendapatkan informasi dari berbagai media. Namun informasi tersebut tidak terjamin kebenaran dan akurasinya, karena bisa terjadi distorsi dan tidak dapat terlihat secara menyeluruh. Hanya Allahlah yang mengetahui seluruh kejadian di masa kini, di langit, di bumi, di lautan bahkan di semesta alam. Allah lah yang mengatur segala urusan dari langit ke bumi, kemudian naik kembali kepada Allah, sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat : ”Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya

41

(lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu. Yang demikian itu ialah Tuhan Yang mengetahui yang ghoib dan yang nyata, Yang Maha Perkasa kagi Maha Penyayang.” (QS. As-Sajdah, 32:5-6) Apa yang dipikirkan manusia, yang ada dalam hatinya dan yang dilakukannya hari ini, bagi orang lain merupakan suatu perkara yang ghoib. Namun Allah swt mengetahuinya, sebagaimana firmanNya : ”Dan Dialah Allah (Yang disembah), baik di langit maupun di bumi, Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan kamu lahirkan dan mengetahui (pula) apa yang kamu usahakan.” (QS. Al-An’am, 6:3) Pada detik ini, hari ini Allah menghidupkan dan menciptakan banyak manusia lewat kelahiran dari rahim ibunya. Dan pada saat yang sama juga Allah mematikan manusia di atas bumi ini dengan berbagai sebab dan peristiwa. Bahwa setiap manusia akan merasakan kematian dan kapan kedatangannya? Hanya Allahlah yang mengetahuinya dan kepadaNyalah manusia akan kembali. Sebagaimana firmannya : ”Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) Dan hanya kepada Kamilah kami dikembalikan”. (QS. Al-Anbiyaa, 21:35) 3. Masa Mendatang Apa yang akan terjadi pada diri manusia dan alam semesta ini merupakan perkara yang ghoib, dimana hanya Allahlah yang mengetahuinya. Manusia mengetahuinya sebatas yang diinformasikan lewat Al-Quran dan sangat sedikit pengetahuan manusia akan apa yang akan terjadi. Kehidupan dunia dengan segala tipu dayanya telah melenakan manusia dari mengingat Allah, melupakan dirinya sebagai makhluk yang harus taat kepadaNya, sehingga mereka menuruti hawa nafsunya, menghilangkan kesadarannya akan perkara yang haq dan batil. Mereka melupakan peringatan Allah, dan Allah membukakan pintupintu kesenangan untuk mereka, sehingga mereka bergembira ria, bersuka cita dengan tanpa ada batasnya. Maka pada saat itulah Allah mendatangkan siksa bagi mereka sekonyong-konyong dan mereka terdiam berputus asa. Inilah yang Allah infomasikan kejadian yang akan datang yang akan dihadapi orang-orang yang melupakan diri untuk mengingat Allah (6:44-45) Seorang yang melakukan perbuatan dosa, kemaksiatan, maka kemudharatan itu kelak akan kembali kepadanya, dirinya tak akan memikul dosa dari orang lain melainkan dosa yang telah diperbuatnya saja. (6:164). Sebaliknya jika manusia berusaha, berikhtiar untuk melakukan suatu kebaikan, dengan suatu keikhlasan, senantiasa berbuat untuk kemaslahan umat, maka kelak pun akan mendapatkan hasil dari kebaikannya tersebut. Demikianlah apa yang akan terjadi pada seseorang merupakan balasan atas perbuatannya. Kemudharatan maupun kebaikan akan Allah datangkan pada diri manusia, sebagai wujud dari hukum-hukum dan janji-janji Allah, merupakan kekuasaanNya, sebagaimana firmannya dalam Al-Quran : ” Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannnya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.” (QS. Al-An’am, 6 : 17)

42

4. Hari Kiamat Pengetahuan tentang perkara yang ghoib masa mendatang di dunia ini hanya Allahlah yang mengetahui. Demikian juga mengenai hari kiamat dan kehidupan akhirat. Al-Quran menginformasikan pada kita, bahwa hari kiamat pasti akan datang dan tak dapat disangkal. Sebagaimana firmanNya : ” Sesungguhnya hari Kiamat pasti akan datang, tidak ada keraguan tentangnya, akan tetapi kebanyakan manusia tiada beriman.” (QS. Al-Mu’min, 40:59) dan pada ayat yang lain disebutkan : ”Apabila terjadi hari kiamat, terjadinya kiamat itu tidak dapat didustakan (disangkal)” (QS. AdzDzariyat, 56:1-2). Kejadian kiamat datangnya begitu cepatnya, seperti sekejap atau bahkan lebih cepat lagi. (16:77) dan tanda-tanda akan datangnya hari kiamat sesungguhnya telah tiba pada kita. Allah berfirman dalam Al-Quran : ”Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan hari kiamat (yaitu) kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya telah datang tanda-tandanya. Maka apakah faedahnya bagi mereka kesadaran mereka itu apabila hari kiamat sudah datang?” (QS. Muhammad, 47:18) Kapankah datangnya hari kiamat? Sesungguhnya waktu datangnya hari kiamat ada dalam pengetahuan Allah, sebagaimana ditunjukkan dalam firmanNya : ”Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat : ”Bilakah terjadinya?” Katakanlah : ”Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku, tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba.” Mereka bertanya kepadamu seakanakan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah ”Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.” (QS. Al-A’raaf, 7:187) Dalam Al-Quran dijelaskan bagaimana keadaan di hari Kiamat. Langit yang biasanya berwarna biru indah di siang hari dan kelihatan cantik menawan dengan cahaya kerlap-kerlip dihiasi bintang-bintang di malam hari, saat itu akan pecah dan mengeluarkan kabut putih (25:25). Bumi yang indah dengan rerumputan, tetumbuhan dan pepohonan, bangunan-bangunan arsitektur dari rumah-rumah berlantai satu hingga pencakar langit dengan model dan style modern, yang mewah dan mempesona, pada hari kiamat akan diratakan. Apabila bumi diguncangkan dengan sedahsyat-dahsyatnya, gunung-gunung dihancur-luluhkan (56:4-6), langit terbelah dan bumi diratakan oleh Allah, dan dimusnahkan apa yang ada di dalamnya (84:1-4), matahari digulung, bintangbintang berjatuhan, gunung-gunung dihancurkan, unta-unta bunting ditinggalkan oleh pemiliknya dan tidak dipedulikan lagi, lautan pun dipanaskan. (81:1-8). Begitulah gambaran kejadian hari kiamat yang akan membuat setiap orang sibuk dengan urusan keselamatan dirinya sendiri. Seorang ibu sudah tak mampu lagi mengingat dan memikirkan bayi dan anaknya, seorang suami tak lagi bisa memikirkan dan menyelamatkan istrinya, seorang ayah terpaksa harus berpisah dengan anak-anaknya, dan sebuah keluarga, atau kelompok masyarakat akan tercerai berai karena urusan dirinya sendiri, dalam dunia yang hancur sehancur-hancur. Sebagaimana Allah informasikan dalam Al-Qur’an : ”Lalu bila datang kebisingan yang memekakkan telinga, hari itu orang akan lari dari saudaranya, dari ibunya dan dari bapaknya, dan dari istri dan anak-anaknya. Masing-masing hari itu sibuk mengurus diri sendiri.” (QS. Abasa, 80:33-37)

43

Hanya iman dan amal sholeh yang dimilikinyalah yang akan menyelamatkan manusia secara pribadi-pribadi. Semua ini merupakan perkara ghoib di masa mendatang mengenai hari kiamat. 5. Alam Akhirat Sangkakala atau terompet yang ditiup malaikat Isrofil pada kali pertama akan menghentikan seluruh sistem kehidupan di alam semesta. Bintang-bintang dan seluruh planet, dalam trilyunan galaksi akan mengalami proses yang tidak beraturan, saling bertubrukan dan saling menghancurkan, yang mengakibatkan kehancuran kehidupan di muka bumi ini. Semua makhluk akan mengalami situasi hari kiamat yang sungguh chaos yang tak terbayangkan kehancurannya, dan berakhir dengan kematian seluruh makhluk Allah. Dan pada tiupan sangkakala yang kedua, akan menghidupkan kembali manusia dan makhluk lainnya yang dikehendaki Allah swt, bangkit dari kubur dan digiring di padang makhsyar untuk menghadap Tuhannya. Saatnyalah kehidupan di alam akhirat dimulai dan dialami oleh manusia. Demikian Al-Quran memberitahukan dalam ayatnya : ”Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu (dari dalam kubur) itu melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Luqman, 31:28) ”Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Kami perjalankan gunung-gunung dan kamu akan meihat bumi itu datar dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak Kami tinggalkan seorangpun dari mereka. Dan mereka akan dibawa ke hadapan Tuhanmu dengan berbaris. Sesungguhnya kamu datang kepada Kami, sebagaimana Kami menciptakan kamu pada kali pertama; bahkan kamu mengatkan bahwa Kami sekaliseklai tidak akan menetapkan bagi kamu waktu (memenuhi) perjanjian.” (QS. Al-Kahfi, 18:47-48) ”Dan mereka berkata : ”Bilakah (terjadinya) janji ini (hari berbangkit) jika kamu adalah orang-orang yang benar?”; Mereka tidak menunggu melainkan satu teriakan saja, yang akan membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar; Lalu mereka tidak kuasa membuat sesuatu wasiatpun dan tidak (pula) dapat kembali kepada keluarganya.; dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka.; Mereka berkata : ”Aduh celakalah kami. Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?” Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan benarlah rosul-rosulNya.” (QS. Yaa Siin, 36:48-52) Allah swt akan melakukan perhitungan atas amal baik dan buruk manusia. Setiap manusia akan menerima catatan amal yang telah dilakukan. Catatan amal kehidupan di dunia akan diperlihatkan kembali pada masing-masing manusia dan catatan amal tersebut akan diberikan pada mereka. Ada kelompok yang menerima catatan amal dari kanan (84:7), dan ada pula yang menerima catatan amal dari kiri atau belakang (84:10). Mereka pun akan harus melalui jembatan shirot yang akan mengantarkannya ke neraka maupun ke surga, dalam kehidupan abadi di alam akhirat kelak. Inilah sebagian informasi yang Allah swt berikan pada kita mengenai alam akhirat yang merupakan alam ghoib bagi manusia.

44

6. Malaikat Di samping alam ghoib yang menyangkut dunia dan hari akherat, Allah juga menciptakan alam malaikat, perkara ghoib yang wajib diimani keberadaannya. Malaikat adalah jisim-jisim halus yang dijadikan dari nur (cahaya), mereka tidak makan dan minum. Malaikat adalah makhluk Allah yang diutus dan diberi tugas untuk melaksanakan perintah-perintahNya. Malaikat merupakan makhluk Allah yang dimuliakan-Nya. Mereka senantiasa menyembah Allah dan selalu mengerjakan perintah-perintahNya. Mereka tidak angkuh dan selalu bertasbih siang dan malam tiada henti-hentinya sebagaimana dijelaskan pada ayat-ayat berikut : ”Demi malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan.” (QS. AlMursalaat, 77:1) ”Dan mereka berkata : ”Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak.” Maha Suci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan. Mereka itu tidak mendahuluiNya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintahNya.” (QS. Al-Anbiyaa’, 21:26-27) ”Dan kepunyaanNyalah segala yang di langit dan di bumi dan malaikat-malaikat yang di sisiNya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembahNya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiadanya henti-hentinya.” (QS. Al-Anbiyaa’, 21:19-20) Malaikat jumlahnya miliaran dan memiliki tugas yang telah ditetapkan oleh Allah swt. Ada empat malaikat yang lebih dimuliakan oleh Allah, yaitu malaikat Isrofil as, Mikail as, Jibril as dan Izroil as. Malaikat Isrofil mempunyai tugas untuk meniup sangkakala tanda terjadinya hari kiamat, hari kebangkitan dan pembalasan atas amal perbuatan manusia (39:68). Malaikat Mikail as bertugas membagikan rizki dan hujan di seluruh muka bumi ini, malaikat Jibril as bertugas untuk menyampaikan wahyu (AlQur’an) kepada Nabi Muhammad saw (16:102), dan malaikat Izroil as yang bertugas untuk mencabut nyawa (32:11). Disamping itu kita mengenal dari Al-Qur’an beberapa malaikat lainnya seperti malaikat Rokib dan Atid mencatat amal perbuatan manusia (50:17), malaikat Munkar Nakir memberikan pertanyaan bagi orang yang meninggal di dalam kubur, malaikat Ridhwan sebagai penjaga surga, malaikat Malik sebagai penjaga neraka (66:6), dan masih banyak lagi malaikat dengan tugas-tugas tertentu yang telah Allah perintahkan. 7. Jin Disamping malaikat, Allah juga menciptakan makhluk bernama jin. Jin diciptakan oleh Allah dari api panas yang menyala (15:27; 55:15). Pada dasarnya jin diciptakan oleh Allah agar melakukan penghambaan diri kepada Allah seperti halnya manusia (51:56). Namun sebagian besar mereka mendustakan dan mengingkari perintah Allah. Mereka telah tertipu oleh kehidupan dunia, sehingga tergelincir dalam golongan orang-orang yang kafir. Sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut ini :”Hai gologan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rosul-rosul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayatKu dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini? Mereka berkata: ”Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri.” kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir.” (QS. Al-An’am, 6 : 130)

45

Manusia dalam menjalani kehidupannya, sering tidak sanggup menghadapi cobaan dan ujian dari Allah. Terhadap ujian atas kekurangan harta dan benda, kemiskinan, kekurangan makanan dan buah-buahan dan juga kesulitan hidup lainnya, mereka sering melakukan jalan pintas dengan meminta pertolongan pada jin. Misalnya meminta bantuan untuk mendapatkan rezeki, memperoleh pekerjaan, mencari jodoh, agar bisa naik pangkat atau jabatan, meningkatkan karir, berhadil dalam berdagang dan meminta bantuan dalam menyelesaikan kesulitan hidup lainnya. Bagi mereka yang meminta tolong dan meminta perlindungan selain dari Allah, maka mereka akan dimasukkan dalam golongan orangorang musyik. Allah swt berfirman dalam Al-Quran :”Dan mereka (orang-orang yang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal Allahlah yang menciptakan jinjin itu; dan mereka membohong (dengan mengatakan): ”Bahwasanya Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan.”, tanpa berdasar ilmu pengetahuan. Maha suci Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan.” (QS. Al-An’am, 6:100) Disadari maupun tidak mereka telah mengambil jalan yang menyesatkan dirinya sendiri dengan datang ke dukun atau ’orang pintar’ yang seolah mampu memberikan pertolongan pada mereka. Namun sebenarnya mereka telah menyandarkan diri pada para jin dan menyembah jin-jin tersebut serta menyekutukan Allah swt. Sebagaimana diinformasikan dalam ayat berikut :”Malaikat-malaikat itu menjawab : ”Maha Suci Engkau, Engkaulah Pelindung kami, bukan mereka, bahkan mereka telah menyembah jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu.” (QS. Saba’, 34:41) 8. Iblis Sebagian besar jin ini ada yang benar-benar melakukan penentangan terhadap Allah. Mereka mengingkari perintah Allah. Meski mereka tahu bahwa semua makhluk adalah ciptaan Allah, dan sudah seharusnya setiap makhluk tunduk dan patuh pada sang Kholik untuk melaksanakan seluruh perintah dan meninggalkan laranganNya. Namun dengan kesombongannya, Iblis yang merupakan golongan dari jin ini menolak perintah Allah untuk bersujud pada Adam, manusia pertama yang Allah ciptakan. Al-Quran menjelaskan tentang hal itu dalam ayat berikut : ”Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat : ”Sujudlah kamu kepada Adam”, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kami mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain dari padaKu, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang dzalim.” (QS. Al-Kahfi, 18:50) Keengganan iblis untuk tidak ikut bersama-sama malaikat sujud (sebagai penghormatan) kepada Adam (15:31), dikarenakan keangkuhan dan kesombongannya. Iblis merasa dirinya lebih mulia ketimbang Adam, karena iblis diciptakan dari api, sedangkan Adam diciptakan dari tanah. Alasan ini tersirat dari jawaban iblis ketika ditanya Allah, kenapa dia tidak ikut bersujud kepada Adam (15:32). Hal ini dijelaskan dalam ayat berikut : ”Berkata iblis : ”Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engaku telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.” (QS. Al-Hijr, 15:30-33) Karena kelakuan Iblis yang berani menentang perintah Allah swt ini, maka Iblis diusir dari surga dan menjadi makhluk yang dikutuk oleh Allah swt hingga hari kiamat

46

(15:34-35). Iblis kemudian meminta tangguh atas azab yang Allah akan timpakan padanya sampai hari berbangkit (15:36). Iblis juga berjanji untuk menggoda manusia dan menyesatkan mereka agar menjadi golongannya, makhluk yang menentang dan mengingkari Allah Swt, yang akan memandang kemaksiatan yang ada di muka bumi, kesenangan-kesenangan di dunia, sebagai hal yang baik sehingga mereka menyukainya dan bergumul dengan perbuatan dosa. Al-Quran menjelaskan dalam ayat berikut : ”Iblis berkata : ”Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis diantara mereka.” (QS. Al-Hijr, 15:39) Bagi orang-orang yang senantiasa menjaga keyakinan dan keimanannya kepada Allah, senantiasa mengingat Allah dengan menyebut astaghfirullah, subhanallah, alhamdulillah , laa ilaaha illallah, dan tetap taat pada Allah dan Rasulullah, mereka akan terbebas dari kekuasaan Iblis dan balatentaranya. Sebagaimana Allah berfirman : ”Dan tidak adalah kekuasaan iblis terhadap mereka, melainkan hanyalah agar Kami dapat membedakan siapa yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat dari siapa yang ragu-ragu tentang itu. Dan Tuhanmu Maha Memelihara segala sesuatu.” (QS. Saba’, 34:21) 9. Syaitan Sejak ditetapkannya Iblis menjadi makhluk terkutuk yang dilaknat oleh Allah swt, dan permohonan Iblis untuk menggoda dan menyesatkan manusia diperkenankan oleh Allah swt, maka Iblis bekerja keras untuk menyesatkan manusia dengan berbagai godaan materialisme dan kesenangan dunia berupa kemaksiatan, maka jadilah mereka menjadi bala tentara Iblis yang dinamakan syaitan. Syaitan dari golongan manusia dan jin ini akan bekerja sama untuk menyesatkan manusia yang beriman, dengan membisikkan tipu dayanya sebagaimana Allah firmankan dalam Al-Quran : ”Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).” (QS. AlAn’am, 6:112) Demikianlah kerja syaitan menggoda dan menyesatkan manusia, membisikan tipu daya dalam hati dan menjadi penyakit yang akan menggerogoti keimanannya yaitu berupa iri, dengki, dendam, keangkuhan, kesombongan, keserakahan dan kecintaan akan harta dan kebendaan di dunia. Dalam Al-Quran dijelaskan : ”Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah, mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah bahwa sesungguhnya golongan syaitan itulah golongan yang merugi.” (QS. Al-Mujaadilah, 58:19) Syaitan merupakan musuh yang nyata bagi orang-orang yang beriman. Karenanya sebagai orang yang beriman, dalam beragama kita hendaknya masuk dalam Islam secara keseluruhan dan menjauhi langkah-langkah syaitan. Menghindari jalan-jalan syaitan yang menyesatkan. Firman Allah dalam Al-Quran menjelaskan : ”Hai orang-orang yang beriman masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqoroh, 2 : 208)

47

Mereka yang mengikuti godaan syaitan dan mengambil syaitan menjadi kawankawan dalam aktifitasnya mereka adalah orang-orang yang merugi. Mereka akan bersama-sama masuk ke dalam neraka dalam kehidupan di akhirat kelak. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran : ”Maka mereka (sembahan-sembahan itu) dijungkirkan ke dalam neraka bersama-sama orang-orang yang sesat, dan bala tentara iblis semuanya.” (QS. Asy-Syuaraa’, 26:94-95) Syetan merupakan teman yang seburuk-buruknya. Sesungguhnya syaitan adalah musuh bagi manusia atau teman yang seburuk-buruknya (4:38). Mereka akan mengajak ke nereka dengan berbagai perbuatan kemaksiatan yang seolah merupakan kesenangankesenangan yang melenakan. Maka jangan sampai kita terpedaya oleh bujuk rayu syaitan yang akan memasukkan manusia menjadi penghuni neraka. ”Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia sebagai musuh(mu) karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Faathir, 35:6) Allah mengingatkan agar kita menjauh dari perbuatan-perbuatan syaitan, yang selalu mengangganggu dan menyesatkan manusia. Karena jika kita terpedaya oleh bujukan syaitan, kita menjadi orang-orang yang menyesal ketika kelak dikumpulkan oleh Allah di padang Mahsyar, sebagaimana firmanNya :”Dan (ingatlah) hari di waktu Allah menghimpunkan mereka semuanya, (dan Allah berfirman): ”Hai golongan jin (syaitan), sesungguhnya kamu telah banyak (menyesatkan) manusia.” lalu berkatalah kawankawan mereka dari golongan manusia: ”Ya Tuhan kami, sesungguhnya sebagian dari kami telah dapat kesenangan dari sebagian (yang lain). dan kami telah sampai pada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami.” Allah berfirman : ”Neraka itulah tempat diam kamu, sedang kamu kekal di dalamnya, kecuali kalu Allah menghendaki (yang lain).” Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.” (QS. AlAn’am, 6:128) 10. Hikmah Alam Ghoib Dengan mengetahui dan meyakini keberadaan alam ghoib, hari kiamat, alam akhirat, malaikat, jin, iblis maupun syaitan akan menempatkan kita pada posisi yang semestinya sebagai hamba Allah. Kita mengambil pelajaran akan kisah-kisah masa lalu dalam Al-Quran untuk mengisi dan memanfaatkan waktu kita di masa kini dalam rangka menyiapkan bekal kehidupan kita di masa datang, baik di dunia ini maupun di akhirat kelak. Kita juga perlu waspada akan bujuk rayu syaitan yang mewujud dalam bentuk jin maupun manusia, dalam mengisi waktu kehidupan di dunia ini, agar kita bisa selamat, dan tetap mampu menjaga iman, senantiasa dalam ketaatan kepada Allah swt dan senantiasa mengingat Allah dengan bertasbih, bertahmid dan menancapkan keyakinan kalimat laa ilaaha illallah, muhammadur rosulullah. Senantiasa menyebut asma Allah yang baik sebagai upaya tazkiyatun nafs, membersihkan hati kita dari penyakit hati dan kekotoran.

48

Bab 7 Alam Semesta A. Kosmologi B. Astronomi C. Bumi D. Flora E. Fauna F. Manusia BAGIAN KETIGA: Pandangan Islam Tentang Manusia Bab 8 Manusia dan Penciptaannya A. Penciptaan Manusia Pertama B. Pencaiptaan Manusia Setelah Adam C. Karakter Dasar Manusia D. Ego Dalam Diri Manusia Bab 9 Sistem Kehidupan Manusia A. Ideologi B. Politik C. Ekonomi D. Hukum E. Pendidikan F. Sejarah Manusia Bab 10 Perjalanan Hidup Manusia A. Pedoman Hidup B. Teladan Hidup C. Kawan Hidup D. Lawan Hidup E. Jalan Hidup F. Golongan Manusia yang Celaka G. Golongan Manusia yang Selamat Bab 11 Rekontruksi Paradigma Islam.

49

BAGIAN PER TAMA

Exsistensi Tuhan Paradigma seseorang dalam memahami Existensi atau keberadaan Tuhan berpengaruh pada cara berpikir, bersikap dan bertindaknya dalam kehidupan sehari-hari. Meluruskan pemahaman akan existensi Tuhan adalah sebuah keharusan dengan cara mengkaji sifat dan dzatNya dengan metode yang sesuai tingkat intelektualitasnya. Pada bagian ini, kami ingin mengajak pembaca menyelami pandangan orang-orang yang menafikan keberadaan Tuhan atau kaum Atheis. Bagaimana pandangan mereka mengenai agama dan Tuhan, yang terpengaruh oleh filsafat materialisme, idealisme, positivisme, rasionalisme bahkan pandangan darwinisme yang menyesatkan. Dengan pandangan tersebut membuat manusia semakin jauh dari Allah swt, bahkan meniadakan Tuhan. Selanjutnya kami ingin mengajak pembaca untuk berfikir dengan jernih dan tajam mengenai pandangan mereka dan meluruskannya. Dengan mengkaji kelemahan dan kesesatan mereka, kemudian membahas agama yang ada khususnya di Indonesia dalam perbandingan agama. Pada akhir bagian pertama ini kami ajak pembaca memahami bagaimana seseorang bisa mendapatkan hidayah iman dan meyakini akan keberadaan Allah swt dengan segala konsekwensi dan konsistensinya.

50

Bab Enam

Alam Syahadah Alam syahadah (alam nyata) adalah alam yang nampak, yang dapat diditeksi atau dilihat baik dengan mata telanjang atau dengan alan bantu mikroskop maupun teleskop. Alam syahadah dipahami sebagai alam fisik, materi yang menempati ruang dan terpengaruh oleh waktu. Alam syahadah dapat dilihat sebagai lingkungan sekitar kita, yaitu bumi dan langit serta apa yang ada di dalamnya, atau alam semesta ini. Imaduddin Abdulrohim dalam Islam Sistem Nilai Terpadu, menjelaskan alam syahadah dinamai juga ”dunia”. Kata ”dunia” ini adalah jama’ dari kata ”danaa”, artinya dekat. Pengertian ”dekat” ini mencakup dua hal. Pertama, dekat dalam arti ruang yaitu ”jarak” yang biasa diukur dengan ukuran panjang. Kedua, dekat dalam arti waktu, yaitu ”sekarang” bukan tahun depan atau sepuluh tahun yang lalu. Jadi kata ”dunia” ini mengandung pengertian ”Segala sesuatu yang ada di sekitar kita pada masa kini”. (Dr. Ir. Muhammad Imaduddin Abdulrohim, MSc, Islam Sistem Nilai Terpadu, Gema Insani Press, Jakarta, 2002) Bagaimana Al-Quran menjelaskan mengenai alam syahadah ini, penulis akan menyampaikan beberapa ayat Al-Quran yang memberikan informasi mengenai alam syahadah atau alam semesta ini. Penciptaan Alam Semesta Mengenai penciptaan alam semesta, Al-Quran menginformasikan bahwa Allah swt adalah Tuhan yang menciptakan alam ini. ”Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam massa, lalu Dia bersemayam di atas arsy.” (QS. Al-A’raaf, 7:54) Allahlah yang menciptakan alam semesta ini. Ayat tersebut menegaskan dan menyanggah anggapan bahwa alam semesta ini terjadi dengan sendirinya, sebagaimana pandangan kaum materialis yang berpendapat alam semesta merupakan kenyataan yang tak terbatas, ada dengan sendirinya sejak dahulu kala hingga waktu yang tak terbatas. ”Yaitu pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan menggululngnya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya.” (QS. Al-Anbiyaa’, 21:104) Bagaimana alam semesta ini mula-mula terbentuk, kemana tujuannya dan bagaimana cara kerja hukum-hukum yang menjaga keteraturan dan keseimbangan ayatayat Al-Quran menjelaskan dengan secara global dan banyak penafsiran yang dikemukakan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan saat ini. Marilah kita coba cermati dari beberapa ayat sebagai berikut : ”Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap. Lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi.”Datanglah kamu keduanya menurut perintahKu dengan suka hati atau terpaksa.” Keduanya menjawab : ”Kami datang dengan suka hati,” (QS. Fush Shilat, 41:11) ”Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya.” (QS. Al-Anbiyaa’, 21:30) 51

”Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.” (QS. Adz-dzariyaat 51:47) Dari tiga ayat diatas menunjukkan bahwa asal mula terciptanya alam semesta ini diawali dengan adanya suatu kumpulan gas dengan bagian-bagian yang sangat halus yang disebut dukhon atau asap. Asap itu terdiri dari stratum (lapisan) gas dengan bagianbagian kecil yang mungkin memasuki tahap keadaan keras atu cair, dan dalam suhu rendah atau suhu tinggi. Berikutnya mengalami proses perpisahan (fatq) dari suatu kumpulan pertama yang unik yang terdiri dari unsur-unsur yang dipadukan (ratq) dalam suatu kumpulan yang homogen. Kejadian ini berlanjut dengan proses pemuaian alam semesta hingga sekarang ini. Proses terbentuknya alam semesta demikian inilah yang kemudian dipahami sebagai ledakan besar (big bang). Ilmuwan Islam pada dekade ini, Harun Yahya menguraikan dalam bukunya ”Rahasia Alam Semesta” menjelaskan mengenai penciptaan alam semesta dengan teori ledakan besar (big bang). Harun Yahya menuliskan sebagai berikut : Pada tahun 1929, di observatorium Mount Wilson di California, seorang astronom Amerika bernama Edwin Hubble membuat salah satu temuan terpenting dalam sejarah astronomi. Ketika tengah mengamati bintang dengan teleskop raksasa, dia menemukan bahwa cahaya yang dipancarkan bintang-bintang bergeser ke ujung merah spektrum. Ia pun menemukan bahwa pergeseran ini terlihat lebih jelas jika bintangnya lebih jauh dari bumi. Temuan ini menggemparkan dunia ilmu pengetahuan. Berdasarkan hukum-hukum fisika yang diakui, spektrum sinar cahaya yang bergerak mendekati titik pengamatan akan cenderung ungu, sementara sinar cahaya yang bergerak menjauhi titik pengamatan akan cenderung merah. Pengamatan Hubble menunjukkan bahwa cahaya dari bintangbintang cenderung ke arah warna merah. Ini berarti bahwa bintang-bintang tersebut senantiasa bergerak menjauhi kita. Menurut Harun, tidak lama sesudah itu, Hubble membuat temuan penting lainnya: bintang dan galaksi bukan hanya bergerak menjauhi kita, namun juga saling menjauhi. Satu-satunya kesimpulan yang dapat dibuat tentang alam semesta yang semua isinya bergerak saling menjauhi adalah bahwa alam semesta itu senantiasa memuai. Fakta pemuaian alam semesta ini terhadap keberadaan alam semesta sangatlah penting. Harun berpendapat, pemuaian alam semesta secara tidak langsung menyatakan bahwa alam semesta bermula dari satu titik tunggal. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa “satu titik tunggal” yang mengandung semua materi alam semesta ini pastilah memiliki “volume nol” dan “kepadatan tak terbatas”. Alam semesta tercipta akibat meledaknya titik tunggal yang memiliki volume nol tersebut. Ledakan hebat yang menandakan awal terbentuknya alam semesta ini dinamakan Ledakan Besar (Big Bang), dan teori ini dinamai mengikuti nama ledakan tersebut. Harus dikatakan di sini bahwa “volume nol” adalah istilah teoretis yang bertujuan deskriptif. Ilmu pengetahuan hanya mampu mendefinisikan konsep “ketiadaan”, yang melampaui batas pemahaman manusia, dengan menyatakan titik tunggal tersebut sebagai “titik yang memiliki volume nol”. Sebenarnya, “titik yang tidak memiliki volume” ini berarti “ketiadaan”. Alam semesta muncul dari ketiadaan. Dengan kata lain, alam semesta diciptakan. Demikian Harun Yahya menjelaskan awal penciptaan alam semesta ini yang oleh kalangan ilmuwan modern sebagai teori ledakan besar (big bang).

52

Enam Masa dalam Penciptaan Alam Dalam Al-Quran, disebutkan bahwa penciptaan langit, bumi dan apa yang ada di dalamnya (alam semesta) berproses selama enam hari (sittati ayyam) (7:54; 25:59; 32:4; 50:38) Sittati ayyam arti harfiahnya adalah enam hari, ayyam artinya hari. Pengertian hari dalam Al-Quran memiliki beberapa arti, yang bisa berbeda dalam pengertian hari yang secara umum dipahami manusia. Dalam Surat As-Sajdah disebutkan : ”Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadaNya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.” (QS. As-Sajadah 32: 5) ”Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekalikali tidak akan menyalahi janjiNya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.” (QS. Al-Hajj, 22:47), ”Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.” (70:4) Tiga ayat diatas memiliki arti bahwa sehari dalam perhitungan manusia bisa berarti seribu tahun atau lima puluh ribu tahun. Makna yang kemudian bisa dipahami secara umum adalah massa atau periode. Dengan demikian, penciptaan alam semesta ini melalui suatu proses tahapan enam masa atau periode. Penjelasan enam masa ini dijelaskan dalam Surat Fushshilat sebagai berikut : ”Katakanlah: ”Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya? (Yang bersifat) demikian itulah Tuhan semesta alam”. (QS. Fush Shilat, 41:9) ”Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya dam Dia menentukan kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya.” (QS. Fush Shilat, 41:10) Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap. Lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi.”Datanglah kamu keduanya menurut perintahKu dengan suka hati atau terpaksa.” Keduanya menjawab : ”Kami datang dengan suka hati,” (QS. Fush Shilat, 41:11) Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiaptiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (QS. Fush Shilat 41:12) Dari ayat-ayat diatas bisa kita simpulkan sebagai berikut : a. Penciptaan bumi dilakukan dalam dua masa (41:9) b. Penciptaan langit dilakukan dalam dua masa (41:12) c. Penciptaan gunung-gunung, penentuan kadar makanan atau penyempurnaannya dilakukan selama empat masa (41:10) Maurice Bucaille dalam bukunya Bibel, Quran dan Sains Modern, menafsirkan dan berkesimpulan bahwa penciptaan bumi dalam dua masa bersamaan dengan penciptaan langit dalam dua masa. Penjelasan penciptaan bumi dan langit dalam dua masa tersebut meliputi dua tahapan. Pertama, pembentukan asap atau kumpulan gas dengan volume yang dipadatkan dan bersuhu sangat tinggi. Kedua, tahap pemisahan kumpulan gas yang ada tersebut yang didahului dengan terjadinya ledakan besar (big bang). Tahap kedua tersebut sekaligus terciptanya planet-planet, bintang-bintang bahkan galaksi-galaksi yang jumlahnya trilliunan buah.

53

Pada tahap berikutnya, yaitu penciptaan segala isi bumi dan apa-apa yang ada diantara langit dan bumi, dan penentuan kadar makanan atau penyempurnaan penciptaan alam semesta ini dilakukan dalam empat masa. Penyempurnaan penciptaan ini bisa dimaknai dengan menyiapkan segala kebutuhan bagi manusia, yaitu makanan-makanan berupa tanaman biji-bijian, tumbuhan yang menghasilkan buah atau pepohonan yang menghasilkan kayu-kayuan untuk tempat tinggalnya, juga bebatuan dan segala macam mineral yang kelak dapat dimanfaatkan oleh manusia. Keseluruhan ini Allah ciptakan, sebelum manusia pertama yakni Nabi Adam diciptakan Allah swt. Empat masa penciptaan alam semesta, setelah terciptanya langit dan bumi tersebut, dimaknai Maurice dengan hipotesanya, sesuai penemuan sains modern sebagai zamanzaman geologi, dimana menurut sains modern, manusia muncul di bumi ini pada zaman geologi keempat. Kejelasan tentang rincian enam masa penciptaan alam semesta ini masih butuh penelitian dan pendalaman lagi oleh sains modern. Dan tentu hanyalah Allah Yang Maha Mengetahuinya secara pasti. Karakteristik Alam Alam semesta yang Allah ciptakan, juga semua makhluk yang ada di langit dan di bumi, matahari, bulan, bintang-bintang, pohon-pohonan dan binatang-binatang melata, semua tunduk dan bersujud pada Allah swt (22:18). Mereka secara keseluruhan mengikuti hukum-hukum yang telah ditatapkannya atau sunnatullah. Sunnatullah merupakan ketetapan dan kehendak Allah agar tercipta keteraturan dan keseimbangan alam semesta. Contoh dari sunnatullah adalah adanya keteraturan rotasi bumi, baik terhadap porosnya maupun gerak rotasi bumi mengelilingi matahari dengan waktu yang telah ditentukanNya, sehingga secara teratur matahari senantiasa memancarkan cahayanya ke sebagian bumi pada siang hari dan akan tenggelam di malam hari untuk menyinari bagian bumi yang lain. ”Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan. Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepadaNya.” (QS. Ar-Rahman, 55:5-6) Setiap benda akan selalu jatuh menuju ke bawah karena gaya grafitasi bumi. Semakin berat benda tersebut maka kecepatan jatuhnya akan semakin tinggi, dan akan mengalami percepatan secara teratur. Juga, uap air yang terbawa angin di udara dalam bentuk mendung, tat kala melewati wilayah yang dingin akan mencair dan jatuh menjadi titik-titik hujan. Tanaman akan tumbuh subur jika mendapatkan siraman air yang cukup dan akan menjadi kering bahkan mati ketika tidak mendapatkan air. Demikian pula binatang akan tumbuh berkembang jika mendapat makanan yang cukup dan akan mati jika tidak mendapat makanan dalam waktu yang lama. Demikianlah setiap makhluk atau alam semesta ini akan selalu mengikuti sunatullah. Selalu tunduk dan patuh pada ketentuan dan hukum Allah. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran, semua makhluk bersujud pada Allah swt: ”Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk melata yang melata di bumi dan (juga) para malaikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri.” (QS. An-Nahl, 16:49) Sifat atau karakteristik alam dalam mengikuti sunnatullah ini ada 3 macam: 1. Exact atau Pasti.

54

Karakteristik alam semesta, pertama adalah exact atau pasti. Sebagai contoh sifatsifat yang menyertai berbagai benda yang ada di sekitar kita. Api memiliki sifat membakar, memberi suasana panas dan mengubah benda-benda menjadi carbon (C2). Air memiliki sifat mengalir, menurun dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Pada suhu kamar air memiliki wujud cair, pada suhu nol derajad celcius akan membeku, pada suhu 100 oC akan mendidih dan pada suhu 200 oC akan menjadi gas. Udara memiliki sifat selalu mengalir dari tempat bertekanan tinggi ke tempat bertekanan rendah. Karena sering suatu tempat dengan tempat lainnya tekanan udaranya berbedar, maka udara tersebut akan senantiasa mengalir sebagai angin. Sifat minyak yang tak bisa bercampur dengan air, maka dalam suatu bejana juika dituangkan kedalamnya air dan minyak, kemudian diaduk sampai menghilangkan banyak energi, yang terjadi pasti, minyak tak akan pernah bercampur dengan air. Posisi minyak akan berada diatas, karena ukuran berat jenisnya lebih kecil ketimbang berat jenis air. Allah berfirman dalam Al-Quran : ”Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (QS. Al-Qomar, 54:49) Air hujan yang turun menyirami bumi juga ”sesuai ukuran”. Ukuran yang dimaksud adalah berkaitan dengan air yang menguap dari bumi dengan air hujan yang jatuh selalu memiliki ukuran yang sama. Diperkirakan, dalam satu detik, 16 juta ton air menguap dari bumi. Angka ini sama dengan curah hujan yang jatuh ke bumi dalam satu detik. Ini berarti bahwa air beredar terus menerus di suatu daur yang seimbang menurut suatu ”ukuran” yang pasti. (Harun Yahya, Memahami Allah Melalui Akal, tanpa tahun) Dalam hal ini Al-Quran menyebutkan : ”Ia menurunkan (dari waktu ke waktu) hujan dari langit sesuai dengan ukuran, dan Kami menghidupkan dengan itu daerah yang sudah mati. Demikian juga kamu akan dibangkitkan (dari kematian)” (QS. Az-Zukhruf : 11) Dengan sifat-sifat inilah para saintis atau ilmuwan menemukan berbagai rumus yang pasti, seperti rumus kekekalan energi, rumus grafitasi, newton, percepatan dan lainnya serta teori-teori didapat dari hasil mempelajari meneliti fenomena yang timbul di alam semesta. 2. Immutable Dengan sifat exact atau pasti tersebut, dapat diketahui bahwa benda-benda dan alam semesta memiliki sifat tetap dan tidak mengalami perubahan sifat. Ketetapan dan tidak terjadinya perubahan pada karakteristik alam semesta tersebut dinamakan immutable. Maka pada jaman dahulu hingga sekarang, sifat-sifat yang menyertai benda-benda di alam semesta ini tidak mengalami perubahan. Semuanya mengikuti sunnatullah, hukum dan ketentuan Allah yang teratur dan seimbang tersebut. Inilah bentuk ketundukan alam semesta pada Allah. Bentuk dari tasbih alam semesta pada Allah swt. Keteraturan sistem di alam semesta, galaksi, bintang-bintang, matahari, bumi, bulan dan planet-planet lain yang senantiasa berotasi melalui garis edarnya masing-masing, tidak akan saling bertubrukan yang akan mengakibatkan terjadinya kehancuran. Keteraturan dan keseimbangan demikian merupakan suatu sifat yang tetap dan tak akan pernah berubah, kecuali pada saatnya ketika Allah swt hendak menghancurkan dunia ini dengan datangnya hari kiamat. Allah berfirman dalam Al-Qur’an :

55

”Mahasuci Dia yang telah menjadikan gugusan bintang di langit dan menempatkan sebuah pelita (yang cemerlang) dan sebuah bulan yang memberi penerangan.” (QS Al-Furqaan, 25:61); ”Dialah yang menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing beredar dalam garis edarnya.” (QS. Al-Anbiyaa’ 21:33) ”Tiada semestinya matahari menyusul bulan, dan malam tak akan mendahului siang. Masing-masing beredar dalam garis edarnya.” (QS Yaasiin, 36:40) Dengan sifat-sifat alam semesta yang demikian ini, semestinyalah kita sebagai manusia juga bisa belajar dari alam untuk senantiasa tunduk pada aturan dan ketentuan Allah swt. Secara fisik, sebagai bagian dari alam semesta kita sudah pasti mengikuti sunnatullah, tunduk pada aturan-aturan yang Allah telah tetapkan. Pertumbuhan fisik kita, keteraturan proses pernafasan kita, kerja jantung kita, kerja pencernakan dalam tubuh kita, juga sistem peredaran darah kita, semua mengikuti aturan dan hukum Allah. Maka bagaimana pikiran dan hati kita dalam memandang dunia, dalam mengelola semesta alam, dalam bekerja, bermasyarakat, berusaha untuk bisa mengikuti hukun-hukum dan ketentuan Allah swt. 3. Objektif Sifat objektif yang merupakan karakteristik alam yang ketiga, merupakan bagian yang tak terpisahkan. Dengan karakteristik yang pertama, exact atau pasti dan karakteristik kedua immutable atau tetap sebagaimana diuraikan diatas, maka para engineer, perekayasa pembangunan baik fisik maupun non fisik akan dapat melakukan perencanaan pembangunan dengan lebih mudah. Misalnya seorang arsitek yang hendak mengubah suatu kawasan, dia akan melakukan penelitian dan pendataan kawasan tersebut, kemudian melakukan analisa atas data-data existing dan merencanakan pembangunan kawasan dari site plan, disain bangunan, dan detail engineering-nya. Dan selanjutnya akan dilaksanakan pembangunannya oleh konstruktor, sesuai yang direncanakan. Keseluruhan proses ini disadari atau tidak menggunakan karakteristik dari alam yang senantiasa mengikuti sunnatullah. Jika bangunan tersebut didirikan dengan struktur yang kokoh sesuai dengan beban dan momen yang telah diperihitungkan, maka bangunan itu akan bertahan lama. Namun jika pembangunannya tidak sesuai bestek dengan mengurangi ukuran strukturnya di bawah angka toleransi, maka bangunan itu akan lebih cepat roboh. Siapapun yang membangunnya, itulah yang akan terjadi. Lebih jelas lagi sebagaimana yang diuraikan Imaduddin Abdulrohim. Contoh yang lebih ekstrem, tulisnya, namun terbukti dalam kehidupan sehari-hari, ialah sebuah menara masjid yang tinggi, menurut sunnah Allah, haruslah memakai penangkal petir di puncaknya. Penangkal petir (lightning arrester) ini berupa sepotong batang tembaga yang cukup besar (biasanya kira-kira sebesar induk jari) yang ujungnya ditanamkan ke dalam tanah sampai sedalam batas air di dalam tanah itu. Biasanya diujung kawat yang tertanam ini dipatrikan sekeping lempeng tembaga demi mendapatkan hubungan listrik yang sebaik-baiknya dengan tanah di sekitar kaki menara itu. Memasang penangkal petir ini adalah sunnatullah, yang bisa dipelajari dalam teknik listrik. Jika hal ini dilanggar, artinya jika seseorang membuat menara tanpa penangkal petir, maka di musim hujan, ketika banyak petir, maka menara itu pasti dihancurkan petir, walau betapapun ikhlasnya orang yang mendermakan uangnya untuk membuat masjid itu, dan walaupun masjid itu betul-betul dipakai semata-mata untuk menghimbau orang

56

mengingat dan mendekatkan hati kepada Allah swt. Sedangkan, mungkin sebuah papan reklame minuman keras atau sebuah bangunan tempat bermain judi (casino), yang tin gginya sama dengan menara tadi, dan jelas mengajak kepada maksiat, namun memenuhi sunnatullah, karena memakai penangkal petir di atasnya, akan selamat dari sambaran petir pada musim hujan. Hal ini membuktikan sunnatullah itu obyektif, tak pilih kasih. Siapa saja yangmelanggar, akan kena hukuman-Nya, apa pun alasan pelanggaran itu, termasuk kejahilan atau kealpaan. (Dr. Ir. Muhammad Imaduddin Abdulrohim, MSc, Islam Sistem Nilai Terpadu, Gema Insani Press, Jakarta, 2002) 4. Peristiwa Khusus Meski alam semesta dan segala isinya mengikuti sunnatullah, dengan karakteristik exact, immutable dan obyektif diatas, ada peristiwa-peristiwa khusus yang di luar kenyataan yang biasa kita temui. Peristiwa ini bukannya tidak mengikuti sunnatullah, namun sebuah peristiwa yang Allah swt tunjukkan kepada manusia sebagai tanda kebesarannya, sebagai sebuah pelajaran dan kita dapat mengambil hikmah dari kejadian ganjil tersebut. Contohnya adalah pada saat Nabi Ibrahim dibakar oleh kaumnya yang membangkang, maka sifat api yang panas dan membakar itu Allah perintahkan agar menjadi dingin. Maka nabi Ibrahim di dalam api yang menyala-nyala menjilati tubuhnya justru merasakan kesejukan dan kenyamanannya. Bahkan Allah swt juga memberinya rezki kepada Ibrahim berupa buah-buahan dari surga. Ini dijelaskan dalam firmanNya : ”Mereka berkata: ”Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benarbenar hendak bertindak.” Kami berfirman: ”Hai api menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim.” mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi. Dan Kami selamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia.” (QS. Al-Anbiyaa’, 21:68-71) Peristiwa yang lain adalah Ibunda nabi Isa as, Siti Maryam, yang waktu sebagai seorang gadis yang tanpa berhubungan dengan lelaki, namun dapat hamil dan akhirnya melahirkan seorang anak, yaitu Isa as, atas kehendak Allah swt. Maka dalam kasus-kasus tertentu seperti itu, Allah menunjukkan keagungan dan kebesarannya. ”Maryam berkata: ”Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!” Jibril berkata: Demikianlah Tuhanmu berfirman: ”Hal itu adalah mudah bagiKu; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan.” Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, ia berkata : ”Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan.”

57

Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: ”Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.” Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu, Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah : ”Sesunggguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini.” (QS. Maryam, 19:20-26) Selanjutnya, tatkala Siti Maryam melahirkan, Isa kecil yang waktu itu masih sebagai seorang bayi Allah beri kemampuan untuk bisa berbicara, menjelaskan siapa dirinya sebenarnya kepada orang-orang yang mempertanyakannya. ”Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata : ”Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina”, Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata : ”Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?” Berkata Isa : ”Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati dimana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) sholat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup. Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka, Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.” Itulah Isa putra Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya.” (QS. Maryam, 19:27-34) Untuk Apa Alam Diciptakan? Allah menciptakan alam semesta, bumi, langit dan apa yang ada di dalamnya dengan karakteristiknya, yang mengikuti hukum dan ketentuan Allah atau sunnatullah. Untuk apa sebenarnya alam semesta ini diciptakan? Dalam Al-Quran ditegaskan bahwa penciptaan alam semesta ini tidak untuk mainmain. ”Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada diantara keduanya dengan bermain-main.”(QS. Al-Anbiyaa’, 21:16) Juga dijelaskan, penciptaan alam semesta dilakukan dengan haq, bukan dengan tujuan yang batil. ”Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada diantara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan haq, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (QS. Ad-Dukhaan, 44:39) Serta, penciptaan alam semesta ini mengandung sebuah hikmah, untuk kebijaksanaan bagi manusia.

58

”Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.” (QS. Shaad, 38:27) Bagaimana kita dapat mengambil hikmah atas penciptaan alam semesta? Mari kita lihat dan pahami firman Allah dalam ayat berikut : ”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal.” (QS. Al-Imran, 3:190) Dari ayat diatas dapat dipahami bahwa penciptaan langit dan bumi serta fenomena alam yang terjadi, sebagai tanda-tanda kekuasaan Allah swt bagi orang yang berakal. Siapakah orang yang berakal itu? ”(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata:) ”Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia. Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Al-Imran, 3:191) Orang yang berakal adalah mereka yang mau memanfaatkan hatinya untuk senantiasa dzikrullah (mengingat Allah) dan menggunakan akalnya untuk tafakur fii khalqillah (memikirkan ciptaan Allah). Orang yang senantiasa dzikir pada Allah dan berfikir tentang ciptaan Allah, maka setiap melihat alam semesta, melihat bumi, langit, matahari, bintang-bintang, pepohonan, binatang, gunung, bahkan menyaksikan fenomena alam yang terjadi seperti gempa bumi, tsunami, banjir dan sebagainya akan semakin mengagungkan asma Allah : Allahu Akbar. Dan semakin mensucikan Asma Allah : Subhanallah!. Dzikir akan membersihkan hati dari penyakit syirik dan akan semakin mendekatkan diri pada Allah, akan mampu meningkatkan keimanan dan mentauhidkan Allah swt. Dengan berfikir akan mampu menumbuhkan kreativitas dan inovasi dalam berkarya, untuk meningkatkan kwalitas diri bagi kemaslahatan ummat.

Eksplorasi Alam Sebagaimana penjelasan sebelumnya, penciptaan alam semesta ini adalah sebagai tanda kebesaran dan keagungan Allah agar kita mau dzikrullah dan tafakur fii khalqillah (3:190-191). Penciptaan langit dan bumi, dan adanya fenomena alam di sekitar kita, menuntut kita untuk menggunakan akal dan fikiran, untuk mengkaji, melakukan penelitian dan mengambil pelajaran darinya. Bagaimana Allah menurunkan hujan dari langit dan dengan air hujan tersebut bumi yang mati menjadi hidup (16:65). Sehingga menumbuhkan berbagai macam tumbuhan, pepohonan, biji-bijian dan buah-buahan, yang menjadi rezeki untuk bisa kita makan dan nikmati. Sebagaimana Al-Quran menjelaskan : ”Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuhan-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling?” (QS. Al-An’am, 6:95) ”Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam.” (QS. Qaaf, 50:9) Dengan air hujan dan tanaman yang tumbuh itu juga menjadi minuman dan makanan bagi binatang ternak. Selanjutnya, pada binatang ternak, bisa kita dapatkan air

59

susu untuk menjadi minuman yang menyehatkan (16:66). Semua ini menjadi pelajaran yang cukup penting bagi kita, sebagai tanda kebesaran dan keagungan Allah swt. Allah juga memberikan tawaran pada manusia untuk menembus penjuru langit dan bumi, melakukan eksplorasi atas alam semesta ini, tentu dengan suatu kemampuan dan kekuatan khusus. ”Hai jamaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintas) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, Kami tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.” (QS. Ar-Rahmaan, 55:33) Bagaimana kita sebagai kholifah dapat mengelola dan memanfaatkan alam semesta ini untuk memenuhi keperluan dan kebutuhan hidup kita, dengan tetap menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan hidup (environment). Jangan sampai kita berbuat kerusakan pada alam yang akan menimbulkan berbagai bencana seperti banjir, tanah longsor, kekeringan dan lain sebagainya. Allah telah memberikan peringatan kepada kita lewat FirmanNya : ”Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Ruum, 30:41)

60

Bab Tujuh

MEMBACA DAN MEMAHAMI ALAM Allah swt menyerukan kita agar menuntut ilmu, yang merupakan petunjuk bagi manusia untuk menjalani hidup di dunia ini. Petunjuk dari Allah swt tersebut bisa kita temui dalam alam semesta di sekitar kita (ayat-ayat qouniyah), yang penjalasannya bisa didapat dalam Kitab Suci Al-Quran (ayat-ayat qouliyah). Seruan Allah swt untuk menuntut ilmu merupakan wahyu yang pertama turun kepada Nabi Muhammad saw melalui malaikat Jibril saat beliau melakukan tahanuts (menyendiri untuk taqorub pada Allah) di gua Hira. Al-Ustadz Afif Abdul Fattah Thabbarah dalam Tafsir Juz’amma, menyebutkan, sungguh amat mengagumkan kalimat Iqra’ sebagai permulaan wahyu Ilahi yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw yang ummi, yang diutus kepada kaum yang ummi pula. Padahal kaumnya dicekam oleh kejahiliyahan dan ke-watsaniyah-an serta jauh dari kebudayaan materialis dan rasional. Kata-kata Iqra’ (bacalah) merupakan seruan untuk membaca dan mempelajari ilmu pengetahuan. Hal ini menjelaskan kepada kita bahwa agama Islam berciri khas sejak permulaannya dengan ciri keilmuan dan datang untuk menghapus kejahiliyahan serta menyebarkan cinta membaca serta mempelajari pengetahuan. (Al-Ustadz Afif Abdul Fattah Thabbarah dalam Tafsir Juz’amma, Terjamahan, Sinar Baru Bandung, 1989) Secara lengkap wahyu yang pertama turun pada Nabi Muhammad saw adalah sebagai berikut : ”Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam (pena). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-’Alaq, 96:1-5) Ayat di atas mengisyaratkan agar dalam mempelajari ilmu pengetahuan melalui alam semesta tersebut, hendaknya diawali dengan menyebut nama Allah, dengan tetap mengagungkan Allah. Dialah yang Maha Pemurah, dengan kemurahan itu mengajarkan manusia melalui perantaraan kalam (pena atau perangkat pembelajaran lainnya). Dengan sebuah usaha yang dilakukannya, setiap orang memiliki peluang untuk memperoleh ilmu yang dicarinya. Allah mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya. Dalam bab ini, penulis ingin mengajak pembaca untuk melakukan iqra’, membaca alam semesta melalui ayat-ayat Al-Quran. Dengan mengkaji ayat-ayat Al-Quran ini, semoga Allah memberi kepahaman pada kita, karena hanya Allahlah dzat yang bisa memahamkan kita akan ilmuNya.

61

A. ASTRONOMI 1. Keteraturan Alam Semesta Sejak diciptakannya hingga saat ini alam semesta mengikuti sunnatullah, hukum dan ketentuan Allah swt. Galaksi, bintang-bintang, matahari dan bulan serta planet-planet pelengkapnya beredar sesuai garis edarnya masing-masing dengan teratur dan terjadi keseimbangan yang demikian hebatnya dalam sistem alam semesta ini. Tidak ada yang cacat dalam alam semesta ini, semua sistem berjalan secara teratur dan seimbang. ”Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kami sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.” (QS. Al-Mulk, 67:3-4) Menguraikan kesempurnaan di alam semesta, sebagai penjelasan dari ayat di atas, Harun Yahya menuliskan betapa serasi dan teraturnya alam semesta yang didiami miliaran bintang-bintang dan galaksi yang tak terhitung jumlahnya, bergerak dalam orbit yang terpisah. Bintang, planet, dan bulan beredar pada sumbunya masing-masing dan dalam sistem yang ditempatinya masing-masing. Terkadang galaksi yang terdiri atas 200-300 miliar bintang bergerak melalui satu sama lain. Selama masa peralihan dalam beberapa contoh yang sangat terkenal yang diamati oleh para astronom, tidak terjadi tabrakan yang menyebabkan kekacauan pada keteraturan alam semesta. Di seluruh alam semesta, besarnya ukuran massa sampai miliaran atau triliunan ton, kecepatan bergerak, serta jarak antar benda-benda langit ini sangat sulit dipahami bila dibandingkan dengan standar bumi. Misalnya, bumi berotasi pada sumbunya dengan kecepatan rata-rata 1.670 km/jam. Kecepatan orbital bumi mengitari matahari kuranglebih sebesar 108.000 km/jam. Kecepatan tata surya mencapai tingkat di luar batas logika manusia. Di alam semesta, meningkatnya ukuran suatu tata surya diikuti oleh meningkatnya kecepatan. Tata surya beredar mengitari pusat galaksi dengan kecepatan 720.000 km/jam. Kecepatan Bima Sakti sendiri, yang terdiri atas 200 miliar bintang, adalah 950.000 km/jam di ruang angkasa. Kecepatan yang luar biasa ini menurut Harun Yahya, menunjukkan bahwa hidup kita berada di ujung tanduk. Biasanya, pada suatu sistem yang sangat rumit, kecelakaan besar sangat sering terjadi. Namun, seperti diungkapkan Allah dalam ayat di atas, sistem ini tidak memiliki “cacat” atau “tidak seimbang”. Alam semesta, seperti juga segala sesuatu yang ada di dalamnya, tidak dibiarkan “sendiri” dan sistem ini bekerja sesuai dengan keseimbangan yang telah ditentukan Allah. (DR Harun Yahya, Keajaiban Alam Semesta, 2002?)

62

2. Galaksi-galaksi Dalam alam semesta ini Allah telah ciptakan milyaran galaksi. Galaksi merupakan sekumpulan bintang yang jumlahnya ribuan milliar, menyatu dalam sekumpulan debu dan gas yang terikat oleh suatu kekuatan gaya grafitasi. Galaksi mempunyai berbagai bentuk dan ukuran. Galaksi besar mempunyai milyaran bintang. Ada galaksi yang tampak seperti gumpalan kabut, ada sekumpulan galaksi yang tampak demikian indah yang membentuk apa yang dinamakan Milky Way (kabut susu), ada juga yang mempunyai bentuk tertentu mirip hot dog atau kincir angin. Galaksi-galaksi ini terkumpul dalam sebuah cluster atau supercluster. Diantara milyaran galaksi itu, ada sekitar 30 galaksi yang berkumpul dalam satu kluster yang sangat dikenal karena menjadi tempat bumi yang ditinggali manusia, yang oleh para astronom disebut kelompok lokal, yaitu bima sakti. ”Maha suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang (galaksi) dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya.” (QS. Al-Furqaan, 25:61) Kumpulan-kumpulan raksasa bintang-bintang atau galaksi itu baru diketahui manusia sekitar 50 tahun yang lalu, sebagai hasil dari sebuah eksplorasi astronomik (penyelidikan atas bintang-bintang) dengan menggunakan alat-alat optik yang sempurna seperti alat yang memungkinkan dibuatnya teleskop di Mount Wilson, Amerika Serikat. Dengan cara ini orang dapat mengetahui sejumlah besar galaksi-galaksi, atau sekumpulan galaksi yang terpisah dan terdapat pada jarak yang sangat berjauhan, sehingga memerlukan ukuran tahun cahaya yang dinamakan Parsec, yaitu suatu jarak yang ditempuh oleh cahaya dalam 3,26 tahun, dengan kecepatan 300 ribu km per detik. DR. Maurice Bucaille menguraikan mengenai galaksi di alam semesta, yang merupakan pandangan dari sains modern, bahwa kosmos telah terjadi dari pada kumpulan gas yakni hidrogen dan sedikit helium yang berputar secara pelan pada zaman yang sangat kuno. Kumpulan gas tersebut kemudian terbagi menjadi potongan-potongan banyak daripada dimensi dan kelompok yang sangat besar. Ahli-ahli ilmu astrofisika (fisika bintang) memperkirakan bahwa dimensi tersebut adalah satu milliar sampai 100 milliar kali besarnya matahari, dan besarnya matahari adalah 300.000 kali besarnya bumi. Angka-angka tersebut memberikan gambaran kepada kita tentang pentingnya kelompok gas mula-mula yang kemudian melahirkan matahari. Pecahan baru terjadi lagi dan melahirkan bintang-bintang. Kemudian terjadilah proses kondensasi dimana daya tarik (karena benda-benda itu itu bergerak dan beredar sangat cepat), tekanan, pengaruh medan-medan magnetik dan radiasi semuanya memberikan pengaruh. Bintang-bintang menjadi bercahaya karena pperubahan kekuatan daya tarik menjadi energi panas. Reaksi thermo nuklir ikut melakukan peran dan karena bercampur maka terjadilah atom berat yang menggantikan atom ringan. Dengan begitu maka hidrogen menjadi helium, kemudian menjadi karbon dan kemudian lagi menjadi oksigen, dan akhirnya menjadi logam dan akhirnya menjadi metalloid. Jadi bintang-bintang itu mempunyai kehidupan dan astronom modern telah dapat menyusun klasifikasi mengenai perkembangan bintang tersebut. (DR. Maurice Bucaille, Bible, Quran dan Sains Modern, Bulan bintang Jakarta, 1978)

63

3. Matahari dan Bulan Dalam kumpulan galaksi yang menyatu dalam cluster yang bernama bima sakti, Allah ciptakan matahari sebagai pelita dan bulan sebagai cahaya. Hal ini Allah berfirman dalam Al-Quran : ”Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkattingkat.? Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita?” (QS. Nuh, 71:15-16) ”Dan Kami bangun di atas kamu tujuh buah (langit) yang kokoh, dan Kami jadikan pelita yang amat terang (matahari)” (QS. Surat An-Naba’, 78:12-13) Maurice Bucaille menguraikan, matahari adalah cahaya (dziya’) dan bulan adalah terang (nur). Terjemahan semacam ini nampaknya lebih baik dari terjemahan orang-orang yang mencampur adukkan dua kata tersebut. Sesungguhnya perbedaan arti antara dua kata tersebut sangat kecil. Dziya’ berasal dari akar kata yang menurut kamus ArabPerancis karangan Kazimirski, berarti menyala, mengkilat, tetapi pengarang itu juga memberi arti terang di samping arti cahaya. Perbedaan antara matahari dan bulan yang ditunjukkan dalam ayat-ayat diatas, bulan dilukiskan sebagai benda yang menyinari (munir) dari akar yang sama dengan kata nur (kata terang dipakai untuk bulan). Sedangkan matahari diserupakan sebagai pelita (siraj)atau lampu yang sangat terang sinarnya (wahhaj). Manusia pada zaman Nabi Muhammad dapat menerima perbandingan antara matahari, bintang yang membakar yang sangat terkenal oleh orang-orang yang hidup di sahara, dengan bulan, bintang, udara sejuk di waktu malam. Perbandingan tentang hal ini yang kita dapatkan dalam Al-Quran adalah wajar. Yang sangat menarik perhatian dan perlu dicatat di sini ialah keagungan perbandingan, dan tidak terdapatnya dalam teks AlQuran unsur-unsur perbandingan yang menunjukkan keagungan pada waktu Al-Quran diturunkan, tetapi yang nampak pada zaman kita sekarang sebagai khayalan. Kita mengetahui bahwa matahari adalah suatu bintang yang memprodusir panas yang hebat serta cahaya, karena terjadi pembakaran di dalamnya dan kita mengetahui bahwa bulan yang tidak mempunyai cahaya dari dirinya sendiri, hanya memantulkan kembali cahaya yang diterima dari matahari dan ia sendiri merupakan suatu bintang yang tidak berkegiatan, sedikitnya di lapisan-lapisan yang di luar. (DR. Maurice Bucaille, Bible, Quran dan Sains Modern, Bulan bintang Jakarta, 1978) Sebagai sumber cahaya dan energi panas, matahari menyediakan energi yang kita butuhkan setiap hari. Harun Yahya menulis, pada benda angkasa yang berenergi sangat besar ini, atom hidrogen terus-menerus berubah menjadi helium. Setiap detik 616 miliar ton hidrogen berubah menjadi 612 miliar ton helium. Selama sedetik itu, energi yang dihasilkan sebanding dengan ledakan 500 juta bom atom. Kehidupan di bumi dimungkinkan oleh adanya energi dari matahari. Keseimbangan di bumi yang tetap dan 99% energi yang dibutuhkan untuk kehidupan disediakan oleh matahari. Separo energi ini kasatmata dan berbentuk cahaya, sedangkan sisanya berbentuk sinar ultraviolet, yang tidak kasatmata, dan berbentuk panas.

64

Sifat lain dari matahari adalah memuai secara berkala seperti lonceng. Hal ini berulang setiap lima menit dan permukaan matahari bergerak mendekat dan menjauh 3 km dari bumi dengan kecepatan 1.080 km/jam. Matahari hanyalah salah satu dari 200 juta bintang dalam Bimasakti. Meskipun 325.599 kali lebih besar dari bumi, matahari merupakan salah satu bintang kecil yang terdapat di alam semesta. Matahari berjarak 30.000 tahun cahaya dari pusat Bimasakti, yang berdiameter 125.000 tahun cahaya. (1 tahun cahaya = 9.460.800.000.000 km.) “Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS. Yaasiin, 36:38) Berdasarkan perhitungan para astronom, akibat aktivitas galaksi kita, matahari berjalan dengan kecepatan 720.000 km/jam menuju Solar Apex, suatu tempat pada bidang angkasa yang dekat dengan bintang Vega. Ini berarti matahari bergerak sejauh kira-kira 720.000x24 = 17.280.000 km dalam sehari, begitu pula bumi yang bergantung padanya. (DR Harun Yahya, Keajaiban Alam Semesta, 2002) 4. Bintang-bintang Bintang-bintang merupakan benda angkasa sebagai suatu fenomena alam. Menurut para ilmuwan, bintang adalah bola gas yang sangat panas. Pusat sebuah bintanf seperti tungku nuklir raksasa. Disana terjadi perubahan gas hidrogen menjadi helium, disertai pengeluaran sejumlah besar energi. Sebagian dari energi itu bisa kita lihat dan rasakan dalam bentuk cahaya dan panas. (Cynthia Pratt Nicolas, Menjelajah Ruang Angkasa, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2002) Bintang dalam bahasa Arabnya Najm disebutkan dalam Al-Quran 13 kali. Kata jamaknya “Nujum”, akar kata dari berarti nampak. Kata itu menunjukkan suatu benda samawi (angkasa) yang dapat kita lihat dengan tidak mengerti lebih jauh apakah benda itu memancarkan cahaya atau hanya memberikan refleksi dari pada cahaya yang diterima dari luar. Untuk memberi gambaran yang tepat bahwa suatu benda samawi adalah benda yang kita namakan bintang, kita sebutkan surat Ath-Thaariq : 1-3: “Demi langit dan yang datang pada malam hari, tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari, yaitu bintang yang cahayanya menembus.” (QS. Ath-Thaariq, 86:1-3) Bintang pada waktu malam diberi sifat dalam Al-Quran dengan kata “tsaqib” artinya yang membakar, dan membakar diri sendiri dan yang menembus. Di sini menembus kegelapan waktu malam. Kata yang sama “Tsaqib” juga dipakai untuk menunjukkan bintang-bintang yang berekor, ekor itu adalah hasil pembakaran di dalamnya. 5. Planet dan Sistem Tata Surya Planet adalah suatu obyek besar yang bergerak mengelilingi suatu benda. Bumi adalah planet yang mengelilingi sebuah bintang, yaitu matahari. Delapan planet lainnya yaitu merkurius, venus, mars, jupiter, saturnus, uranus, neptunus dan pluto, juga mengelilingi matahari. Beberapa tahun terakhir ini, para ilmuwan telah menemukan planet-planet di sekitar bintang-bintang lain yang jaraknya cukup jauh.

65

Matahari dan sembilan planet yang mengelilinginya itu disebut sebagai tata surya. Ada sembilan planet dan lebih dari 60 bulan di dalam tata surya kita. Ribuan gumpalan batu-batu kecil yang disebut asteroid juga mengelilingi matahari. Sebagian besar asteroid terletak diantara mars dan jupiter. Jauh melampaui orbit dari planet-planet itu, terdapat sekelompok komet yang dingin. Seringkali orbit planet ini membawa mereka mendekati matahari, sehingga terlihat dari bumi. (Cynthia Pratt Nicolas, Menjelajah Ruang Angkasa, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2002) Menurut Mourice Bucaille, adalah sukar untuk menyatakan bahwa planet-planet itu disebutkan dalam Al-Quran dengan arti yang tepat seperti yang kita berikan kepada planet-planet yang kita ketahui sekarang. Jika ditelusuri lebih jauh, Al-Quran menamakan planet itu dengan nama Kaukah. Kata jamaknya Kawakib, tetapi tanpa memberitahukan jumlahnya. Impian nabi Yusuf menyebutkan sebelas (Surut Yusuf), akan tetapi ini adalah riwayat impian Nabi Yusuf. Untuk menjelaskan arti kata planet (kaukah) dalam Al-Quran, kita baca ayat yang sangat masyhur yang arti sesungguhnya nampak bersifat spiritual dan juga dipersoalkan dianatara para ahli tafsir Al-Quran. Walaupun begitu, kata itu penting karena ada perbandingan mengenai kata yang menunjukkan “planet” Teks tersebut adalah : “Allah pemberi cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang didalamnya ada pelita besar. Pelita itu ada dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang yang bercahaya seperti mutiara.” (QS An-Nur, 24:35) Yang dimaksudkan disini adalah proyeksi cahaya kepada suatu benda yang merefleksikan (kaca) dengan memberinya kilatan mutiara, sebagaimana planet yang disinari matahari. Ini adalah satu-satunya perinci yang menerangkan arti kata “kaukah” yang dapat kita jumpai dalam Al-Quran. Kata Kaukah terdapat juga dalam ayat-ayat yang lain. Dalam beberapa ayat kita tak dapat menentukan apakah yang dimaksudkan dengan kata itu. (Surat Al-An’am ayat 72) dan Surat Al-Infithar ayat 1-3). Akan tetapi dalam suatu ayat terdapat kata “Kawakib” yang menurut pengetahuan modern hanya dapat diartikan planet. “Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang terdekat dengan hiasan yaitu planetplanet.” (QS. Ash-Shaffat, 37:6) Kalimat Al-Quran: “Langit yang terdekat” dapatkah diartikan : sistem matahari? Kita mengetahui bahwa tak terdapat di antara benda-benda samawi yang terdekat kepada kita selain planet. Matahari adalah bintang satu-satunya dalam sistem ini yang pakai nama. Orang tak dapat mengerti, benda samawi apa gerangan yang dimaksudkan dalam ayat tersebut, jika bukan planet. Rasanya sudah benar jika kita terjemahkan “Kawakib” dengan planet; dan ini berarti bahwa Al-Quran menyebutkan adanya planet menurut definisi modern.

66

6. Orbit Benda-benda Langit Dalam sistem alam semesta, setiap benda samawi (langit) secara keseluruhan senantiasa bergerak, sebagaimana telah dikemukakan terdahulu. Pergerakan ini merupakan sesuatu yang pasti, baik menyangkut arahnya, kecepatannya, garis edarnya dan juga waktu yang dipergunakannya. Pergerakan benda-benda langit ini berupa gerak rotasi yakni berputar sendiri pada sumbunya, juga berputar mengelilingi benda yang lebih besar, yang lebih kuat gaya grafitasinya. Misalnya, bulan selalu berputar pada sumbunya, dan berputar mengelilingi bumi dengan waktu 27,3 hari. Bumi juga berputar pada sumbunya dengan waktu 23 jam 56 menit, dan berputar mengelilingi matahari dalam waktu 365,2 hari. Pada saat yang sama, bulan juga ikut berputar bersama bumi mengelilingi matahari. Matahari bersama bintang-bintang lain dalam satu galaksi juga berputar mengelilingi pusat atau sumbu galaksi yang disebut axis. Pergerakan bulan, bumi, matahari, galaksi-galaksi ini berjalan dengan sangat teratur sehingga menghasilkan keseimbangan sistem di alam semesta ini, juga timbulnya waktu siang dan malam, serta pengaruh panas matahari yang mengakibatkan keadaan suhu panas dan dingin di berbagai wilayah tertentu di muka bumi ini. Peredaran benda-benda langit tersebut tidak saling mendahului dan tidak saling bertubrukan yang mengakibatkan kehancuran alam semesta. Allah telah berfirman dalam Al-Quran : “Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan.” (QS. Ar-Rahman, 55:5) “Tidakkah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” (QS. Yaa Siin, 36:40) “Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masingmasing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” (QS. Al-Anbiyaa’, 21:33) Harun Yahya menuliskan dalam “Memahami Alam dengan Akal”, menurut sebuah teori murakhir yang terakui, benda-benda yang padat dan sangat besar di alam semesta memaksakan kekuatan gravitasi terhadap benda-benda yang lebih kecil. Sebagai misal, bulan membuat orbit mengelilingi bumi, yang mempunyai volume yang lebih besar. Bumi dan planet-planet lain di tata surya ini bergerak di suatu orbit mengelilingi matahari. Masih ada sistem besar lain yang dikelilingi oleh matahari di suatu orbit. Hal terpenting di semua rincian ini adalah bahwa tak satu pun dari bintang-bintang dan benda-benda lainnya di angkasa bergerak secara tak terkendali, memotong orbit lain ataupun saling berbenturan. Alquran mengisyaratkan dalam sebuah ayat : “Demi langit yang penuh dengan jalan-jalan.“ (QS. Adz-Dzariyat, 51:7) Matahari, sebagai salah satu dari trilyunan bintang di alam semesta, melakukan perjalanan lebih dari 17 juta kilometer perhari di angkasa. (DR Harun Yahya, Keajaiban Alam Semesta, 2002) 7. Misteri ”Black Hole” Di sebagian besar umur hidupnya, bintang bersinar stabil. Selama itu, bintang menggunakan hidrogen sebagai bahan bakar. Kemudian, setelah milyaran tahun, hidrogen di intinya mulai menipis. Saat inilah bintang-bintang memasuki usia tua. Ia mulai

67

membakar hidrogen di lapisan sekeliling intinya. Perubahan ini membuat bintang memuai dan berubah warna. Dari bintang kuning atau putih berukuran sedang, ia menjadi bintang merah raksasa. Setelah menjadi bintang tua yang berwarna merah, bintang terus mengalami perubahan. Ia bisa memuai dan mengkerut sambil membentuk dan kehilangan lapisan terluar gasnya yang berkilau. Akhirnya, bintang tua itu menyemburkan seluruh gasnya yang merah dan panas itu. Ia menjadi bintang kecil yang disebut bintang kerdil putih. Bintang kerdil biasanya seukuran dengan bumi. Karena sangat padat, bintang ini sangat berat. Bintang kerdil seukuran bumi, beratnya menyamai berat matahari. Para Astronom menemukan sebuah lubang hitam (black hole) di angkasa. Astronom menduga bahwa lubang hitam terbentuk ketika bintang yang paling terang dan sangat besar, yang disebut bintang biru super raksasa, kolaps pada akhir hidupnya. Sebuah lubang hitam adalah sejumlah besar zat dan energi yang dimampatkan ke suatu tempat yang kecil. Karena lubang hitam sangat padat, maka gravitasinya luar biasa kuat. Tak ada sesuatupun bahkan cahaya yang bisa lolos dari gaya tariknya. Maka tak seorangpun yang pernah melihat lubang hitam ini. Namun lubang hitam ini diyakini ada. (Cynthia Pratt Nicolas, Menjelajah Ruang Angkasa, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2002) Apa yang ditemukan para ilmuwan, para Astronom adalah sebagian kecil dari misteri alam semesta yang baru bisa diungkap. Dalam suatu proses penelitian ilmiah, temuantemuan baru akan terus didapatkan. Maka sepanjang temuan itu tidak bertentangan dengan apa yang telah Allah informasikan dalam Al-Quran, maka dia semakin memperlihatkan tanda-tanda kebesaran dan keagungan Allah. Dan sudah semestinya manusia semakin yakin dan beriman akan eksistensi Allah swt, dan menjadikannya semakin tunduk, patuh dan taat pada ketentuan dan hukum-hukum Allah swt.

68

B. BUMI 1. Bumi Dihamparkan Allah swt menciptakan langit dan bumi, serta apa yang ada di dalamnya. Bumi merupakan planet yang diciptakan sebagai bagian dari alam semesta, merupakan tempat hidup berbagai macam makhluk, termasuk di dalamnya adalah manusia. Allah berfirman dalam Al-Quran: “Dan bumi, bagaimana ia dihamparkan? ” (QS. Al-Ghaasyiyah, 88:20) Allah memberikan pertanyaan ini bersama dengan perintah kepada Rasulullah untuk memberikan peringatan kepada umatnya, dengan cara penyadaran atas mereka untuk memperhatikan alam semesta. “Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana ia diciptakan? Dan langit bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia di ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberikan peringatan” (QS. Al-Ghaasyiyah, 88:17-21) Allah menghamparkan bumi dan Allah juga telah meratakannya untuk dapat dihuni bagi sekalian makhluknya. “Dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluknya.” (QS. Al-Hijr, 15:10) Tidak itu saja, Allah juga melengkapi bumi dengan gunung-gunung sebagai pasaknya, menciptakan sungai-sungai, membuat jalan-jalan di muka bumi dan juga menumbuhkan pepohonan sebagai perhiasan bumi. Ini bisa kita lihat dalam ayat-ayat berikut: “Dan Dialah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya dan menjadikan padanya buah-buahan berpasang-pasangan.” (QS. Ar-Ra’d, 13:3) “Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu dengan ukuran. Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhlukmakhluk yang kamu bukan pemberi rezki kepadanya.” (QS. Al-Hijr, 15:19-20) “Yang menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan dan menurunkan dari langit air hujan, maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam.” (QS. Thaha, 20:53-54) “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah diantara mereka yang terbaik perbuatannya.” (QS. Al-Kahfi, 18:7)

69

Demikianlah Allah menciptakan bumi, kemudian dihamparkanNya dan menjadikan segala sesuatu di muka bumi untuk memenuhi keperluan manusia, sekaligus untuk menguji diantara mereka, manakah yang beriman dan taat kepada Allah sebagai Tuhan alam semesta, dan manakah yang membangkang dan mendustakan kebesaranNya. 2. Lapisan Bumi dan Gunung Sebagai Pasak Harun Yahya mengemukakan, menurut temuan-temuan geologis, pegunungan itu muncul sebagai hasil dari pergerakan dan perbenturan pelat raksasa yang merupakan kerak bumi. Pelat-pelat ini amat besar dan membawa semua benuanya. Bila dua pelat bertabrakan, yang satu biasanya tergelincir di bawah yang lain dan puing-puing diantaranya terangkat. Tonjolan besar di puing-puing yang terpadatkan ini membentuk pegunungan dengan terangkat lebih tinggi daripada sekelilingnya. Sementara itu tonjolan yang merupakan pegunungan bergerak di bawah tanah selain di atas tanah. Ini berarti bahwa pegunungan mempunyai bagian yang terseret ke bawah sebesar bagiannya yang terlihat. Perpanjangan pegunungan di bawah tanah ini mencegah kerak bumi dari tergelincir pada lapisan magma atau antara lapisan-lapisannya. Dengan penjelasan ini, salah satu dari sifat pegunungan yang paling bermakna adalah formasinya di titik-titik gabung pada pelat-pelat bumi yang tertekan bersama-sama dengan berdekatan ketika mendekat dan “memancangkan” diri. Artinya, kita bisa mempersamakan pegunungan dengan paku-paku yang merekatkan potongan kayu-kayu. “Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap ditempatnya. Padahal ia berjalan sebagai jalannya awan.” (QS. A-Naml, 27:88) Selanjutnya, tekanan yang didesakkan oleh pegunungan terhadap kerak bumi dengan massa yang amat besar itu mencegah pergerakan magma di inti bumi dari jangkauan bumi dan penghancuran kerak bumi. Lapisan tengah bumi, yang disebut inti, merupakan kawasan yang terbuat dari bahan-bahan yang mendidih di suhu yang mencapai ribuan derajat celcius. Pergerakan di inti ini menyebabkan pemisahan bagian-bagian untuk tegak di antara pelat-pelat yang membereskan bumi. Pegunungan yang tegak di bagian-bagian ini menghalangi pergerakan ke atas dan melindungi bumi dari gempa bumi yang keras. “Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan dan gunung-gunung sebagai pasak?” (QS. An-Nabaa’, 78:7) “Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan, dan bumi bagaimana ia dihamparkan.” (QS Al-Ghaasyiyah, 88: 6-7) Allah pancangkan gunung-gunung dengan teguh untuk mengokohkan letak (kulit) bumi agar tidak terguncang dan menjadi hancur permukaannya. “Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh.” (QS. An-Naazi’aat, 79:32) “Dia meletakkan gunung di (permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu” (QS. Luqman, 31:10)

70

“Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu.” (QS. An-Nahl, 16:15) 3. Siklus Air di Bumi Air merupakan sumber kehidupan. Di bumi, Allah ciptakan air untuk kepentingan kehidupan manusia. Dengan air itu, manusia dapat meminumnya dan menggunakannya untuk berbagai keperluan, mandi, mencuci, menyiram tanaman dan untuk menghidupkan tanah pertanian. Air juga dibutuhkan untuk binatang ternak maupun hewan-hewan liar yang ada di hutan. Allah juga ciptakan sungai-sungai dan lautan. Selanjutnya Allah mengatur sedemikian rupa siklus air agar dapat memenuhi kebutuhan di daratan, tersimpan di wilayah hutan-hutan di pegunungan, mengalirkannya lewat sungai-sungai di permukaan bumi maupun di dalam perut bumi dan selanjutnya kembali mencapai lautan. ”Ia menurunkan (dari waktu ke waktu) hujan dari langit sesuai dengan ukuran, dan Kami menghidupkan dengan itu daerah yang sudah mati.” (QS. Az-Zukhruf, 43:11) Harun Yahya menguraikan, ukuran yang dimaksud adalah berkaitan dengan air yang menguap dari bumi dengan air hujan yang jatuh selalu memiliki ukuran yang sama. Diperkirakan, dalam satu detik, 16 juta ton air menguap dari bumi. Angka ini sama dengan curah hujan yang jatuh ke bumi dalam satu detik. Ini berarti bahwa air beredar terus menerus di suatu daur yang seimbang menurut suatu ”ukuran” yang pasti. Pembentukan hujan di permukaan bumi, sebagai hasil peneletian atas fenomena alam, menurut sain modern berlangsung dalam tiga tahap. Pertama, ”bahan baku” hujan naik ke udara. Lalu awan terbentuk dan akhirnya turunlah curahan hujan. Allah swt menginformasikan proses terjadinya hujan dan siklus air ini dalam AlQuran sebagai berikut : ”Dialah Allah Yang mengirimkan angin yang menggerakkan awan, lalu Ia membentangkan di langit sesuai dengan kehendak-Nya, dan menjadikannya bergumpalgumpal, lalu kau lihat air hujan keluar dari celah-celahnya, maka bila Ia menurunkannya kepada siapa saja dari hamba-hamba-Nya yang Ia kehendaki, merekapun bergembira ria.” (QS Ar-Ruum, 30:48) Harun Yahya, menguraikan penjelasan tiga tahap sebagaimana ayat diatas sebagai berikut: Tahap Pertama : ”Dialah Allah yang mengirimkan angin ....” Gelembung-gelembung udara yang tak terhitung yang dibentuk dengan pembuihan di lautan yang pecah terus menerus dan menyebabkan partikel-partikel air tersembur menuju langit. Partikel-partikel ini yang kaya akan garam, lalu diangkut oleh angin bergerak ke atas di atmosfir. Partikel-partikel ini, yang disebut aerosol, membentuk awan dengan mengumpulkan uap air di sekelilingnya, yang naik lagi dari laut, sebagai titik-titik kecil dengan mekanisme yang disebut ”perangkap air”. Tahap Kedua : ” ....dan yang menggerakkan awan, lalu Ia membentangkannya di langit sesuai dengan kehendak-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal...” Awan-awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekeliling butir-butir garam atau partikel-partikel debu di udara. Karena air hujan dalam hal ini sangat kecil (dengan

71

diameter 0,01 dan 0,02 mm), awan-awan itu bergantungan di udara dan terbentang di langit. Jadi, langit ditutupi dengan awan-awan. Tahap Ketiga : ” ...lalu kau lihat air hujan keluar dar celah-celahnya.” Partikel-partikel air yang mengelilingi butir-butir garam dan partikel-partikel debu itu mengental dan membentuk air hujan. Jadi air hujan ini, yang menjadi lebih berat daripada udara, bertolak dari awan, dan mulai jatuh ke atas tanah sebagai hujan. (Harun Yahya, Memahami Allah Melalui Akal, tanpa tahun) Air hujan yang turun ke tanah, sebagian akan disedot oleh tumbuh-tumbuhan, dengan transpirasinya mengembalikan sebagian air hujan ke atmosfir. Sebagian lain dari air tersebut meresap ke dalam tanah, dan dari tanah itu sebagian menuju danau-danau atau lautan dengan melalui saluran dan sungai-sungai yang ada atau terus masuk lebih ke dalam pada tanah untuk kembali lagi ke permukaan bumi berupa sumber-sumber air atau air mancur. Demikian seterusnya air yang ada dipermukaan bumi, di danau atau di lautan kembali naik ke atmosfir dalam bentuk uap atau partikel-partikel air yang kemudian membentuk gumpalan awan dan akhirnya menjadi hujan yang turun ke bumi. Inilah fakta yang dapat kita lihat dan secara jelas telah diinformasikan Allah lewat firman-firmanNya secara jelas. 4. Lautan Sebagai Bagian dari Bumi Lautan merupakan bagian terbesar dari bumi kita, sebagai tempat berkumpulnya air dan tempat bermuaranya aliran air dari daratan. Lautan menyimpan banyak karunia Allah berupa ikan dengan berbagai macam jenisnya, juga keindahan terumbu karang di beberapa tempat. Di lautan bisa dihasilkan mutiara yang indah sebagai perhiasan. Lautan merupakan tempat berlayar bagi bahtera-bahtera, tempat bagi sebagian manusia mencari karuniaNya. Semua ini merupakan tanda-tanda kebesaran-Nya. Allah swt berfirman dalam Al-Quran: “Dan Dia telah menundukkan bahtera-bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya.” (QS Ibrahim, 14:32) “Dan Dialah (Allah) yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan dari padanya daging yang segar (ikan) dan Kami mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai dan kamu melihat bahtera berlayar padanya dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karuniaNya dan supaya kamu bersyukur” (QS. An Nahl, 16:14) “Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat (kemurahan) Allah, supaya diperlihatkanNya kepadamu sebagian tanda-tanda (kekuasaan)Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tandatanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur.” (QS. Luqman, 31:31). Bagi mereka yang berada diatas kapal atau bahtera yang berlayar di tengah lautan, betapa terasa kecilnya kita manusia di atas lautan yang demikian luas. Melihat ke depan yang ada air, menengok ke kiri ke kanan juga air, menengok ke belakang juga terlihat

72

hanya air. Di dalam bahtera yang digoncang-goncang ombak di tengah lautan dan terkadang datang badai, siapakah yang dapat menyelamatkan dirinya selain Allah. Air yang seperti lautan pernah didatangkan Allah ke daratan di masa perjuangan Nabi Nuh, tat kala sebagian besar kaumnya menentang dan mendustakan kebesaran Allah. Maka Allah datangkan banjir bandang yang menenggelamkan mereka. Sebagian kecil kaumnya sekitar 40 orang Allah selamatkan dengan menaiki perahu yang telah disiapkan oleh Nabi Nuh As, sebagaimana firmanNya. “Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam bahtera yang penuh muatan. Dan Kami ciptakan untuk mereka yang mereka kendarai yang seperti bahtera itu. Dan jika Kami tenggelamkan mereka, maka tiadalah bagi mereka penolong dan tidak pula mereka diselamatkan. Kecuali karena rahmat daripada Kami, dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai waktu tertentu.” (QS. Yaasiin, 36:41-44) Fakta lain mengenai lautan dapat kita baca pada beberapa ayat, yang menunjukkan suatu fenomena khusus, yakni bahwa air lautan yang asin dengan air sungai-sungai besar yang tawar tidak dapat bercampur seketika. “Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (bersampingan), yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit. Dia jadikan anatara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (QS. Al-Furqaan, 25:53) “Dan tidak sama (antara) dua laut, Yang ini tawar segar sedap diminum, dan yang ini asin lagi pahit. Dan masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya.” (QS. Faathir, 35:12) Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing. Dari keduanya keluar mutiara dan marjan.” (QS. Ar-Rahmaan, 55 : 20-22) Harun Yahya, memberikan penjelasan pada ayat terakhir di atas, ditekankan bahwa dua badan air bertemu, tetapi tidak saling bercampur akibat adanya batas. Bagaimana ini dapat terjadi? Biasanya, bila air dari dua lautan bertemu, diduga airnya akan saling bercampur dengan suhu dan konsentrasi garam cenderung seimbang. Namun, kenyataan yang terjadi berbeda dengan yang diperkirakan. Misalnya, meskipun Laut Tengah dan Samudra Atlantik, serta Laut Merah dan Samudra Hindia secara fisik saling bertemu, airnya tidak saling bercampur. Ini karena di antara keduanya terdapat batas. Batas ini adalah gaya yang disebut “tegangan permukaan”. 5. Penjagaan Dengan Atmosfir Bumi Sesuai dengan keteraturan dan keseimbangan yang Allah swt pelihara dalam seluruh kejadian di angkasa (alam semesta) ini, pernahkah kita bayangkan apa yang terjadi dalam logika sains podern? Bagaimana kondisi bumi ini jika tanpa pemeliharaan dari Allah swt? Seperti halnya informasi yang kita dapatkan mengenai kondisi bulan yang menampakkan permukaan yang tidak rata dan penuh dengan lubang-lubang akibat terkena jatuhan dari 73

pecahan benda-benda angkasa. Juga akibat pancaran sinar matahari dan berbagai bintang lainnya, kondisi di bulan tidak memungkinkan seorang manusia hidup tanpa peralatan dan pakaian angkasa luar. Maka pada planet bumi dimana beraragam makhluk hidup termasuk manusia menjadi penghuninya, Allah swt telah melakukan penjagaan demikian rapi dan teratur dengan lapisan-lapisan atmosfir bumi. Berdasarkan Encyclopedia Americana (9/188), lapisan-lapisan yang berikut ini bertumpukan, bergantung pada suhu. Lapisan pertama Troposfer: Lapisan ini mencapai ketebalan 8 km di kutub dan 17 km di khatulistiwa, dan mengandung sejumlah besar awan. Setiap kilometer suhu turun sebesar 6,5°C, bergantung pada ketinggian. Pada salah satu bagian yang disebut tropopause, yang dilintasi arus udara yang bergerak cepat, suhu tetap konstan pada –57° C. Lapisan kedua Stratosfer: Lapisan ini mencapai ketinggian 50 km. Di sini sinar ultraviolet diserap, sehingga panas dilepaskan dan suhu mencapai 0°C. Selama penyerapan ini, dibentuklah lapisan ozon yang penting bagi kehidupan. Lapisan ketiga Mesosfer: Lapisan ini mencapai ketinggian 85 km. Di sini suhu turun hingga –100°C. Lapisan keempat Termosfer: Peningkatan suhu berlangsung lebih lambat Lapisan kelima Ionosfer: Gas pada lapisan ini berbentuk ion. Komunikasi di bumi menjadi mungkin karena gelombang radio dipantulkan kembali oleh ionosfer. Lapisan keenam Eksosfer: Karena berada di antara 500 dan 1000 km, karakteristik lapisan ini berubah sesuai aktivitas matahari. Lapisan ketujuh Magnetosfer: Di sinilah letak medan magnet bumi. Penampilannya seperti suatu bidang besar yang kosong. Partikel subatom yang bermuatan energi tertahan pada suatu daerah yang disebut sabuk radiasi Van Allen. Harun Yahya, mengkaitkan tujuh lapisan dalam atmosfir bumi ini dengan firman Allah dalam beberapa ayat Al-Quran yang menyatakan Allah menciptakan tujuh lapis langit, diantaranya ayat berikut. “Allahlah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.” (QS Ath-Thalaq, 65:12) Lapisan atmosfir diatas juga berperan dalam proses penjagaan bumi atas bahaya yang mengancam akibat adanya peristiwa di angkasa luar. Seperti adanya meteor-meteor yang jatuh menuju ke planet bumi, semua meteor besar dan kecil akan dihancurkan oleh atmosfir bumi. Sehingga meteor yang mencapai permukaan bumi relatif kecil dan tidak terlalu membahayakan. Harun Yahya juga menjelaskan, banyak sinar yang berbahaya – dan bahkan fatal – mencapai bumi dari matahari dan bintang-bintang lain. Sumber utama sinar-sinar yang berbahaya ini terutama adalah ledakan energi, ”kobaran” di matahari, bintang terdekat dengan bumi. Selama matahari ini bersorot, suatu awan plasma terlempar ke angkasa dengan kecepatan 1.500 km/detik. Awan plasma ini yang tersusun dari proton yang bermuatan positif dan elektron yang bermuatan negatif, menghantarkan listrik. Ketika awan itu mendekati bumi dengan kecepatan 1.500 km/detik, awan ini mulai menghasilkan arus

74

listrik di bawah pengaruh bidang magnit di sekeliling bumi. Di sisi lain, bidang magnetik bumi itu mengarahkan gaya pendorong terhadap awan plasma tersebut yang mengalir langsung melalui ini. Gaya ini menghentikan pergerakan awan itu dan menjaganya pada jarak tertentu. Kini, mari kita amati daya awan plasma yang ”dihentikan” sebelum mencapai bumi. Walaupun awan plasma itu tertahan oleh bidang magnetik bumi, pengaruhnya masih tercerap dari bumi. Dengan mengikuti kobaran kuat tersebut, transfomer-transformer bisa meledak di saluran-saluran yang bertegangan tinggi, jaringan komunikasinya bisa putus atau gabungan jaringan listriknya bisa berhamburan. Di suatu ledakan bintik-matahri, energi yang diluncurkan akan terhitung sama dengan 100 trilyun kali energi bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima. Limapuluh-delapan jam sesudah kobaran, aktivitas yang menonjol bisa diamati pada jarum kompas, dan panasnya melonjak sampai 2.500 C pada ketinggian sekitar 250 kilometer di atas atmosfir. Sekalipun demikian, arus partikel lain disebarkan dari matahari dengan kecepatan yang relatif lebih rendah, kira-kira 400 km/detik. Ini disebut ”angin matahari”. Angin matahari dikendalikan dengan lapisan partikel bermuatan yang disebut ”Lajur Radiasi Val Allen” yang dihasilkan di bawah pengaruh bidang magnetik bumi dan, dengan demikian, tidak membahayakan bumi. Pembentukan lapisan ini dimungkinkan karena karakteristik inti bumi. Inti ini mengandung logam-logam magnetik seperti besi dan nikel. Yang lebih penting adalah bahwa nekleusnya tersusun dari dua struktur yang berbeda. Inti dalamnya padat, sedangkan inti luarnya cair. Dua lapisan inti ini masing-masing berputar. Pergerakan ini menciptakan efek magnetik di logam-logam yang mengarah pada pembentukan bidang magnetik. Lajur Val Allen itu merupakan perpanjangan dari bidang magnetik ini yang merentang ke jangkauan atmosfir terluar. Bidang magnetik ini melindungi bumi terhadap bahayabahaya yang mungkin berasal dari angkasa. Angin- angin matahari tidak bisa lewat melalui Lajur Van Allen, 40.000 mil dari bumi. Bila dalam bentuk partikel- partikel yang bermuatan listrik, mereka menjumpai bidang magnetik ini, terurai dan tersebar di sekitar lajur ini. Tepat seperti Lajur Van Allen, atmosfer bumi juga melindungi bumi dari efek-efek angkasa yang merusak. Kami menyebutkan bahwa atmosfir melindungi bumi dari meteor. Akan tetapi, ini bukan hanya ciri atmosfir. Sebagai misal, suhu minus 273 di angkasa luar, yang disebut ”nol mutlak” yang akan berdampak fatal bagi orang – orang, sedangkan suhu di atmosfir bumi lebih tinggi secara permanen. Yang lebih menarik adalah bahwa atmosfir hanya membiarkan masuk sinar-sinar, gelombang – gelombang radio, dan cahaya – cahaya yang tidak berbahaya, karena ini merupakan unsur-unsur yang vital bagi kehidupan. Sinar ultraviolet, yang hanya dibiarkan masuk sebagian oleh atmosfir, sangat penting untuk fotosintesis tanaman dan untuk kelangsungan hidup semua makhluk hidup. Pancaran ini, yang terpancar dengan sangat kuat dari matahari ke bumi, disaring melalui lapisan ozon atmosfir dan hanya sebagian yang diperlukan saja yang mencapai bumi. Sinar matahari adalah salah satu persyaratan hidup yang paling mendasar. Singkatnya, terdapat suatu sistem hebat yang berfungsi di bumi yang mencakup-diri dan melindungi dari bahaya luar. Dalam Al-Qur’an, keadaan bumi yang berperisai diungkapkan dengan ayat sebagai berikut ini:

75

Dan Kami telah menjadikan langit (sebagai ) atap yang terjaga baik, (namun) mereka berpaling dari ayat – ayat ini. (QS. Al-Anbiyaa’, 21:32) Tiada keraguan bahwa pada abad k2 7, mengetahui perlindungan atmosfir ataupun keberadaan Lajur Van Allen adalah mustahil. Sekalipun begitu, ungkapan ”atap yang terjaga baik” menjelaskan dengan sempurna perantara-perantara pelindung di sekitar bumi yang belum ditemukan hingga zaman modern. Jadi ayat tersebut yang menyebut langit sebagai atap yang terjaga baik, menunjukkan bahwa Al-Quran dikirim oleh Sang Pencipta Yang berpengetahuan atas segala sesuatu.

C. FLORA Allah swt menurunkan hujan dari langit. Dengan air hujan tersebut Allah hidupkan tanah yang mati menjadi subur dan menumbuhkan berbagai macam flora berupa pepohonan, tumbuhan dan tanaman perdu dan rerumputan. Firman Allah dalam AlQuran: “Dan (Kami) turunkan dari langit air hujan, maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam.” (QS. Thaha, 20:53) Dengan pengetahuan yang telah didapat manusia, dari air hujan tersebut dikelola sedemikian rupa untuk sistem irigasi bagi tanah pertanian. Sesuai lahan tanah menurut kondisi struktur dan tekstur tanah, serta curah hujan dan iklim setempat dapatlah diciptakan berbagai macam pertanian. ”Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah, dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.” (QS. AlA’raaf, 7:58) Demikianlah, dalam Al-Quran kita mengenal berbagai macam jenis flora yang diusahakan oleh manusia dalam bentuk pertanian seperti perkebunan, buah-buahan dan biji-bijian. 1. Perkebunan Pada dataran tinggi dengan curah hujan yang cukup, bisa kita temukan tanah perkebunan tanaman keras seperti perkebunan karet, kelapa sawit, kelapa, atau berupa hutan seperti hutan cemara, hutan jati, hutan mahoni, dan tanaman keras lainnya yang tergolong tanaman tahunan. Perkebunan demikian bisa dihasilkan kayu-kayuan yang dapat dimanfaatkan untuk kelengkapan bahan bangunan untuk rangka atap atau pintu dan kosen, bahkan dapat dimanfaatkan untuk dinding rumah-rumah tradisional. Hasil kayu ini juga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan perabot rumah dan meubelair seperti meja, kursi, tempat tidur, almari dan sebagainya.

76

”Lalu dengan air itu, Kami tumbuhkan untuk kamu kebun-kebun korma dan anggur, di dalam kebun-kebun itu kamu peroleh buah-buahan yang banyak dan sebagian dari buahuahan itu kamu makan.” (QS. Al-Mu’minun, 23:19) Dari perkebunan kelapa sawit, kelapa dan pohon jarak juga bisa dihasilkan minyakminyak nabati, seperti minyak kelapa, CPO untuk menjadi minyak goreng dan minyak jarak untuk alternatif bagi biosol untuk pengganti bahan bakar minyak yang selama ini dikenal. ”Dan pohon kayu ke luar dari Thursina (pohon zaitun) yang menghasilkan minyak dan pemakan makanan bagi orang-orang yang makan.” (QS. Almu’minun, 23:20) Pada daerah padang pasir dan gurun dengan curah hujan yang kurang, kita kenal perkebunan korma dan pohon zaitun. Korma untuk makanan dan zaitun untuk minyak zaitun. ”Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung yang yang tidak berjunjung, pohon kurma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah dan tunaikanlah haknya dihari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya) dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. AlAn’am, 6:141) 2. Buah-buahan Pada dataran tinggi dan rendah dengan curah hujan yang cukup maupun sedang, bisa didapati berbagai macam pepohonan yang menghasilkan buah-buahan seperti mangga, kelengkeng, durian, duku, jeruk dan sejenisnya. Adapula dari tumbuhan perdu ataupun merambat kita kenal buah pepaya, apel, pier, anggur, stoberry dan sejenisnya. Buahbuahan ini menjadi rezki dan makanan bagi manusia bahkan juga binatang. Menjadi produk untuk komoditi lokal maupun export, yang dengannya tumbuh aktivitas perdagangan. ”Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau, kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebunkebun anggur dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan pulalah) kematangannnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Al-An’am, 6:99) Dari berbagai buah-buahan juga dapat diciptakan berbagai macam minuman, termasuk minuman yang memabukkan yang bisa dibuat dari buah korma dan anggur. Sebagaimana Allah menginformasikan lewat Al-Qur’an.

77

”Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minuman yang memabukkan dan rezeki yang baik. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang memikirkan.” (QS. An-Nahl, 16:67) 3. Biji-bijian Pada dataran tinggi dan rendah dengan curah hujan cukup bisa kita dapati lahan pertanian tanaman pangan berupa biji-bijian seperti padi dan gandum, atau pada daerah yang curah hujan kurang kita dapati tanaman biji-bijian berupa jagung, kacang-kacangan dan lain sebagainya. Hasil tanaman biji-bijian ini juga menjadi bahan makanan pokok manusia untuk dijadikan beras, tepung dan sebagainya. Allah berfirman dalam Al-Quran. “Dan Kami turunkan dari langit air hujan yang banyak manfaatnya, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam,” (QS. Qaaf, 50:9) “Supaya Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan,” (QS. AnNabaa’,78: 15) “Lalu kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu,” (QS. ‘Abasa, 80:27) Demikianlah Allah tumbuhkan berbagai macam tanaman bagi manusia, menjadi rezeki dan makanan, sebagai sebuah kenikmatan yang harus disyukuri. Sebagaimana Firman Allah. “Dan pohon korma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun, untuk menjadi rezeki bagi hamba-hamba (Kami) dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering). Seperti itulah terjadinya kebangkitan.” (QS. Qaaf, 50:10-11) 4. Reproduksi Tumbuh-tumbuhan Dalam alam tumbuh-tumbuhan terjadi suatu proses dikenal sebagai reproduksi tumbuh-tumbuhan. Mourice Bucaille, menguraikan reproduksi yang terjadi dalam alam tumbuh-tumbuhan dapat dengan cara sexual dan asexual. Sesungguhnya yang dapat kita namakan reproduksi itu hanya yang terjadi dengan cara sexual, karena reproduksi semacam itu menunjukkkan proses biologi yang bertujuan untuk melahirkan individu baru yang sama dengan indivisu yang melahirkan. Adapun reproduksi asexual hanya merupakan pergandaan, karena reproduksi semacam itu terjadi dengan pembagian organisme. Sesudah organisme itu terpisah, ia mengalami perkembangan yang akan menjadikan sama dengan induknya. Guilliermond dan Mangenot menganggap hal tersebut sebagai kasus pertumbuhan yang istimewa. Contoh yang sangat sederhana dapat kita jumpai dalam hal sebagai berikut : Satu cabang daripada sesuatu tumbuh-tumbuhan dipotong, di tanam ditanah yang cukup mendapatkan air, cabang itu akan hidup sendiri dengan timbulnya akar-akar baru. Ada tumbuhtumbuhan yang mempunyai anggota khusus untuk perkembangan tersebut, ada pula yang mengeluarkan anggota baru yang menyesuaikan diri seperti biji-bijian (yang merupakan hasil reproduksi seksual) Reproduksi sexual daripada tumbuh-tumbuhan terjadi dengan hubungan antara unsurunsur jantan dan unsur-unsur betina yang bersatu di dalam tumbuh-tumbuhan itu sendiri

78

atau terpisah di tumbuh-tumbuhan lain. Reproduksi sexual itulah yang disebutkan dalam Al-Quran. “Yang telah menjadikan bagimu sebagai hamparan dan yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan dan menurunkan dari langit air hujan, maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam.” (QS. Thaha, 20:53) Pasangan adalah terjemahan dari kata bahasa zauj (jamaknya aswaj) yang arti pokoknya sesuatu yang dengan sesuatu lainnya menjadi sepasang. Kata tersebut juga dipakai untuk sepatu, kita katakan sepasang sepatu. “Dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan daripadanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik.” (QS. Luqman, 31:10) “Dan menjadikan padanya (bumi), semua buah-buhan berpasang-pasangan.” (QS. ArRa’d, 13:3) Kita mengetahui bahwa “buah” adalah hasil reproduksi daripada tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi yang mempunyai organisasi (susunan anggota) yang lengkap dan sangat kompleks. Tahap sebelum menjadi buah adalah bunga dengan anggota jantan (etamin) dan betina (ovules), Ovul ini setelah menerima “pollen” menghasilakan buah, dan buah itu sesudah matang menghasilkan biji. Tiap-tiap buah mengandung arti tentang adanya anggota jantan dan anggota betina. Inilah yang dimaksud oleh ayat tersebut diatas. “Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.” (QS. Yaasiin, 36:36) “Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan)” (QS. AlHijr, 15:22)

D. FAUNA Disamping menciptakan alam semesta dan melengkapi berbagai macam pepohonan, tumbuhan dan rerumputan di bumi ini, Allah juga menciptakan alam binatang atau dikenal alam fauna. Berbagai macam spesies dapat kita temukan di bumi ini baik di daratan, di lautan maupun di udara yang luas. Allah swt berfirman dalam Al-Quran. ”Dan di antara ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan)Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan makhluk-makhluk yang melata yang Dia sebarkan pada keduanya. Dan Dia Maha Kuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya.” (QS. Asy-Syuura, 42:29) ”Dan demikian (pula) diantara manusia, binatang-binatang melata dan binatangbinatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya).” (QS. Al-Faathir, 35:28)

79

Allahlah yang memelihara makhlukNya, binatang-binatang melata, baik di daratan maupun di lautan, semuanya mendapatkan rezeki dari Allah swt. Sedangkan manusia tinggal memanfaatkan dan menggunakannya untuk keperluan dirinya. Allah berfirman: ”Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allahlah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat menyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)” (QS. Hud, 11:6) 1. Manfaat Binatang Ternak Allah menciptakan binatang ternak dengan berbagai manfaat bagi manusia. Dengan bulu dan kulit binatang tersebut dapat digunakan sebagai pakaian bagi manusia, juga untuk selimut di saat dingin menyentuh tubuhnya, maka bulu dan kulit binatang tersebut akan menghangatkannya. Binatang ternak yang telah ditetapkan kekhalalannya juga menjadi makanan bagi manusia. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Quran. ”Dan Dia menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan sebagiannya kamu makan.” (QS. AnNahl, 16:5) Dan pada binatang ternak, Allah menjadikan air susu yang dapat diminum untuk membuat segar dan sehat tubuhnya. Dengan kesehatan yang Allah berikan, manusia dapat melakukan berbagai macam aktivitas dalam kehidupannya. ”Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari apa yang terdapat dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya.” (QS. An-Nahl, 16:66) Mengenai air susu yang dihasilkan oleh binatang ternak dalam ayat di atas, Mourice Bucaille menguraikan, zat-zat yang pokok yang menjamin makanan sesuatu organisme datng dari transformasi kimia yang terjadi sepanjang anggota-anggota pencernakan, zatzat itu timbul; unsur-unsur yang terdapat dalam usus. Jika unsur-unsur dalam usus itu sudah sampai waktunya untuk bertransformasi, unsur-unsur itu menembus kulit-kulit usus dan mengarah ke alat-alat sirkulasi . Perpindahan ini terjadi dengan dua cara: cara langsung dengan dinamakan ”saluran-saluran Lymphatique” atau cara tidak langsung dengan melalui pintu sirkulasi yang akan menyempaikan kepada lever (hati) tempat unsur-unsur itu mengalami perobahan. Dari hati, unsur-unsur itu menuju ke sirkulasi umum. Dengan cara ini, semua zat diedarkan dengan peredaran darah. Unsur-unsur susu itu keluar dari kelenjar-kelenjar penyusuan yang mendapat bahan dari kunyahan makanan-makanan yang dibawa oleh darah yang beredar. Jadi darah itu bertindak sebagai pengumpul dan pembawa bahan-bahan yang berasal dari makanan untuk dijadikan bahan bagi kelenjar-kelenjar penyusuan yang menghasilkan susu dan dibawa anggota-anggota lain.

80

Dal hal ini semuanya bermula dari adanya isi usus dan dinding usus. Pemikiran yang jitu ini sesuai dengan hasil-hasil penyelidikan kimia dan psikologi pencernaan. Hal ini tak diketahui orang pada zaman Nabi Muhammad, dan hanya baru diketahui pada zaman modern. Adapun peredaran darah, baru saja diketemukan oleh Harvey, yakni 10 abad sesudah Al-Quran diwahyukan. (DR. Maurice Bucaille, Bibel, Quran dan Sains Modern, Buulan Bintang, Jakarta, 1978) Binatang ternak juga dapat berfungsi sebagai alat transportasi yang dapat mengangkut manusia dan barang bawaannya dari suatu tempat di wilayah tertentu menuju tempat di wilayah yang lain, dari suatu kota yang satu ke kota yang lain, bahkan dari negara yang satu ke negara yang lain. Kita mengenal binatang unta yang menjadi alat transportasi bagi para pedagang di daerah padang pasir, timur tengah pada zaman dahulu. Binatang gajah juga menjadi alat transportasi di daerah-daerah pegunungan dan hutan-hutan yang tak ada jalan aspal. Kuda juga merupakan binatang untuk transportasi yang bisa mengangkut kereta penumpang maupun kereta barang. Allah berfirman dalam Al-Quran. ”Allah-lah yang menjadikan binatang ternak untuk kamu, sebagiannya untuk kamu kendarai dan sebagiannya untuk kamu makan, Dan (ada lagi) manfaat-manfaat yang lain pada binatang ternak itu untuk kamu, dan supaya kamu mencapai suatu keperluan yang tersimpan dalam hati dengan mengendarainya. Dan kamu diangkut dengan mengendarai binatang-binatang itu dan dengan mengendarai bahtera.” (QS. AlMu’min, 40:79-80) 2. Binatang Berkelompok Binatang memiliki kecenderungan berkelompok atau bermasyarakat dalam kehidupan mereka. Kita bisa amati hewan seperti burung, nyamuk, lebah atau semut, dan lainlainnya, mereka akan selalu berkelompok atau berkoloni melakukan kegiatannya, dalam mencari makan, melakukan reproduksi dan membuat sarang untuk tinggal mereka. Allah berfirman dalam Al-Quran. ”Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di dalam al-Kitab, kemudian kepada Tuhan merekalah, mereka dihimpunkan.” (QS. Al-An’am, 6:38) Maurice Bucaille menguraikan, cara hidup binatang-binatanag itu pada beberapa puluh tahun terakhir, telah dipelajari secara teliti dan kita menjadi yakin akan adanya masyarakat-masyarakat binatang. Sudah terang bahwa hasil pekerjaan kolektif telah dapat meyakinkan orang tentang perlunya organisasi kemasyarakatan. Tetapi penemuan tentang mekanisme organisasi beberapa macam binatang baru terjadi dalam waktu yang akhirakhir ini. Kasus yang paling banyak diselidiki dan diketahui adalah kasus lebah. Nam Von Frisch dikaitkan orang dengan penyeleidikan tersebut. Pada tahun 1973, Von Frisch, Lorenz dan Tinbergen mendapat hadiah Nobel karena penyelidikan mereka. Menjelaskan tentang ayat di atas, Sayid Abu Bakar Hamzah dalam tafsirnya menulis, naluri yang mendorong mkhluk-makhluk untuk berkelompok dan berreproduksi, untuk hidup bermasyarakat yang menghendaki agar pekerjaan tiap-tiap anggota dapat berfaedah

81

untuk seluruh kelompok. (DR. Maurice Bucaille, Bibel, Quran dan Sains Modern, Buulan Bintang, Jakarta, 1978) Dalam kehidupan berkelompok tersebut masing-masing binatang sering menunjukkan kerjasama yang kompak, saling membantu, saling memberikan informasi atas suatu kebaikan atau keuntungan bagi kelompok mereka dan sebaliknya mengenai informasi yang mengancam dan membahayakan mereka. Sebagaimana yang ditunjukkan dalam ayat berikut. ”Hingga apabila mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut : Hai semutsemut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.” (QS, An-Naml, 27:18) 3. Keaneka-ragaman Binatang Allah secara khusus juga menyebutkan beberapa binatang yang menarik untuk kita kaji dan perhatikan, sebagai tanda-tanda kebesaranNya. Diantaranya adalah nyamuk, lebah madu dan unta *). Binatang-binatang itu akan diuraikan berikut. Nyamuk Binatang nyamuk yang kita kenal adalah seekor serangga yang sering mengganggu kenyamanan tidur kita dengan hinggap menempel pada kulit dan menghisap darah. Akibatnya kulit terasa gatal, membengkak kecil dan memerah. Terkadang akibat gigitan binatang nyamuk ini mengakibatkan seseorang menjadi sakit malaria atau bahkan sakit demam berdarah akibat gigitan nyamuk aides. Nyamuk yang sering dianggap binatang biasa dan tidak begitu penting itu, justru secara khusus disebut Allah dalam Al-Quran. “Sesungguhnya, Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan, “Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?” Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik.”(QS. Al Baqarah, 2: 26) Mengapa sampai-sampai Allah membuat perumpamaan berupa seekor nyamuk tersebut? Apa yang menjadikannya istimewa? Marilah kita cermati bersama. Harun Yahya menguraikan dalam tulisannya, bahwa sebenarnya nyamuk hinggap pada tubuh manusia, bukan karena dia pemakan darah. Yang mengisap darah hanya nyamuk betina. Selain itu, nyamuk betina tidak membutuhkan darah untuk makan. Baik nyamuk jantan maupun betina hidup dari nektar bunga. Nyamuk betina mengisap darah *) Uraian mengenai nyamuk, lebah madu dan unta penulis kutip dari “Misteri Alam Semesta” tulisan Harun Yahya, penulis ringka dengan sistematika diolah kembali.

hanya karena ia membutuhkan protein dalam darah untuk membantu telurnya berkembang. Dengan kata lain, nyamuk betina mengisap darah hanya untuk memelihara kelangsungan spesiesnya.

82

a. Reproduksi Pada Nyamuk Harun Yahya juga menjelaskan bagaimana nyamuk memelihara kelangsungan spesiesnya dalam proses reproduksi. Nyamuk jantan yang telah cukup dewasa untuk kawin akan menggunakan antenanya—organ pendengar—untuk menemukan nyamuk betina. Fungsi antena nyamuk jantan berbeda dengan antena nyamuk betina. Bulu tipis di ujung antenanya sangat peka terhadap suara yang dipancarkan nyamuk betina. Tepat di sebelah organ seksual nyamuk jantan, terdapat anggota tubuh yang membantunya mencengkeram nyamuk betina ketika mereka melakukan perkawinan di udara. Nyamuk jantan terbang berkelompok, sehingga terlihat seperti awan. Ketika seekor betina memasuki kelompok tersebut, nyamuk jantan yang berhasil mencengkeram nyamuk betina akan melakukan perkawinan dengannya selama penerbangan. Perkawinan tidak berlangsung lama dan nyamuk jantan akan kembali ke kelompoknya setelah perkawinan. Sejak saat itu, nyamuk betina memerlukan darah untuk perkembangan telurnya. Karena itulah nyamuk betina hinggap pada tubuh manusia dan menghisap darah untuk perkembangan telur hasil perkawinannya. Telur nyamuk, yang berkembang dengan diberi makan darah, ditelurkan nyamuk betina di atas daun lembap atau kolam kering selama musim panas atau musim gugur. Sebelumnya, si induk memeriksa permukaan tanah secara menyeluruh dengan reseptor halus di bawah perutnya. Setelah menemukan tempat yang cocok, ia mulai bertelur. Telur-telur tersebut panjangnya kurang dari satu milimeter, tersusun dalam satu baris, secara berkelompok atau satu-satu. Beberapa spesies bertelur dalam bentuk tertentu, saling menempel sehingga menyerupai sampan. Sebagian kelompok telur ini bisa terdiri atas 300 telur. b. Metamorfosa Pada Nyamuk Telur-telur berwarna putih yang disusun rapi ini segera menjadi gelap warnanya, lalu menghitam dalam beberapa jam. Warna hitam ini memberikan perlindungan bagi larva, agar tak terlihat oleh burung atau serangga lain. Selain telur, warna kulit sebagian larva juga berubah sesuai dengan lingkungan, sehingga mereka lebih terlindungi. Larva berubah warna dengan memanfaatkan faktor-faktor tertentu melalui berbagai proses kimia rumit. Jelaslah, telur, larva, ataupun induk nyamuk tersebut tidak mengetahui proses-proses di balik perubahan warna dalam tahap perkembangan nyamuk. Tidak mungkin ia bisa membuat sistem ini. dengan kemampuan sendiri. Tidak mungkin pula sistem ini terbentuk secara kebetulan. Nyamuk telah diciptakan dengan sistem ini sejak mereka pertama kali muncul. Seusai masa inkubasi, larva-larva mulai keluar dari telur secara hampir bersamaan. Larva, yang terus-menerus makan, tumbuh dengan cepat. Kulit mereka segera menjadi sempit, sehingga mereka tidak bisa tumbuh lebih besar lagi. Ini berarti sudah tiba saatnya untuk pergantian kulit yang pertama. Pada tahap ini, kulit yang keras dan rapuh ini mudah pecah. Larva nyamuk berganti kulit dua kali lagi sampai selesai berkembang. Metode makan larva pun menakjubkan. Larva membuat pusaran kecil di dalam air, dengan menggunakan dua anggota badan yang berbulu dan mirip kipas angin. Pusaran ini membuat bakteri atau mikroorganisme lainnya mengalir ke mulutnya. Sambil bergantung terjungkir di dalam air, larva bernapas melalui pipa udara yang mirip “snorkel” yang digunakan para penyelam. Tubuhnya mengeluarkan cairan kental yang mencegah masuknya air ke lubang yang digunakannya untuk bernapas. Singkatnya, makhluk hidup

83

ini dapat bertahan hidup melalui banyak keseimbangan rumit yang berhubungan timbalbalik dan saling mempengaruhi. Jika tidak memiliki pipa udara, ia tidak akan mampu bertahan hidup. Jika tidak ada cairan kental, pipa pernapasannya akan dipenuhi air. Pembentukan dua sistem ini pada dua waktu yang berbeda akan menyebabkan kematian pada tahap ini. Ini menunjukkan bahwa keseluruhan sistem nyamuk tersebut itu utuh sejak awal. Dengan kata lain, ia telah diciptakan. Larva berganti kulit sekali lagi. Pergantian yang terakhir ini agak berbeda dengan sebelumnya. Pada tahap ini, larva memasuki tahap pendewasaan terakhir, yaitu tahap kepompong. Kepompong yang mereka tempati menjadi sangat sempit. Ini berarti sudah tiba saatnya bagi larva untuk keluar dari kepompong. Makhluk yang keluar dari kepompong ini sedemikian berbeda, sehingga sulit dipercaya bahwa kedua wujud ini adalah dua fase perkembangan dari satu makhluk yang sama. Sebagaimana yang terlihat, proses perubahan ini terlalu rumit dan sulit untuk dirancang baik oleh larva ataupun nyamuk betina…. Selama tahap terakhir perkembangan ini, larva menghadapi bahaya terputusnya pernapasan, sebab lubang pernapasannya yang mencapai permukaan air melalui pipa udara akan tertutup. Sejak tahap ini, pernapasan nyamuk tidak lagi menggunakan lubang ini, tetapi melalui dua pipa yang baru saja muncul pada bagian depan tubuhnya. Oleh karena itulah, pipa-pipa ini tersembul di permukaan air sebelum pergantian kulit. Nyamuk dalam kepompong ini sekarang telah dewasa. Ia siap terbang, lengkap dengan semua organ dan organelnya, seperti antena, tubuh, kaki, dada, sayap, perut, dan matanya yang besar. Kepompong tersebut tersobek di bagian atas. Bahaya terbesar pada tahap ini adalah bocornya air ke dalam kepompong. Akan tetapi, bagian atas kepompong yang tersobek ini ditutupi suatu cairan kental khusus, yang berfungsi melindungi kepala nyamuk dari sentuhan air. Ini saat yang sangat penting. Karena ia dapat jatuh ke air dan mati akibat tiupan angin, nyamuk harus memanjat ke atas air dan hanya kakinya yang boleh menyentuh permukaan air. Ia berhasil.

c. Teknik Mengisap Darah Yang Menakjubkan Teknik nyamuk untuk mengisap darah ini bergantung pada sistem kompleks yang mengatur kerja sama antara berbagai struktur yang sangat terperinci. Setelah mendarat pada sasaran, mula-mula nyamuk mendeteksi sebuah titik dengan bibir pada belalainya. Sengat nyamuk yang mirip alat suntik ini dilindungi bungkus khusus yang membuka selama proses pengisapan darah. Tidak seperti anggapan orang, nyamuk tidak menusuk kulit dengan cara menghunjamkan belalainya dengan tekanan. Di sini, tugas utama dilakukan oleh rahang atas yang setajam pisau dan rahang bawah yang memiliki gigi yang membengkok ke belakang. Nyamuk menggerakkan rahang bawah maju-mundur seperti gergaji dan mengiris kulit dengan bantuan rahang atas. Ketika sengat diselipkan melalui irisan pada kulit ini dan mencapai pembuluh darah, proses pengeboran berakhir. Sekarang waktunya nyamuk mengisap darah. Namun, sebagaimana kita ketahui, luka seringan apa pun pada pembuluh darah akan menyebabkan tubuh manusia mengeluarkan enzim yang membekukan darah dan menghentikan kebocoran. Enzim ini tentunya menjadi masalah bagi nyamuk, sebab tubuh

84

manusia juga akan segera bereaksi membekukan darah pada lubang yang dibuat nyamuk dan menutup luka tersebut. Artinya, nyamuk tidak akan bisa mengisap darah lagi. Akan tetapi, masalah ini dapat diatasi. Sebelum mulai mengisap darah, ia menyuntikkan cairan khusus dari tubuhnya ke dalam irisan yang telah terbuka. Cairan ini menetralkan enzim pembeku darah. Maka, nyamuk dapat mengisap darah yang ia butuhkan tanpa terjadi pembekuan darah. Rasa gatal dan bengkak pada titik yang digigit nyamuk diakibatkan oleh cairan pencegah pembekuan darah ini. “Segala sesuatu yang ada di langit dan bumi bertasbih kepada Allah. Dialah Yang Mahabesar, Maha Bijaksana. Kekuasaan dari langit dan bumi adalah miliknya. Ia memberikan hidup dan menjadikan mati. Ia memiliki kekuasaan atas segala sesuatu.” (QS. Al Hadid, 57:1-2)

Lebah Madu Lebah merupakan hewan yang masuk dalam kelompok serangga, yang disebut AlQuran sebagai hewan penghasil madu yang bermanfaat sebagai obat penyakit bagi manusia. Untuk dapat menghasilkan madu tersebut Allah wahyukan terhadap lebah untuk membuat sarang dan memakan buah-buahan serta mengikuti jalan yang telah ditetapkan baginya. Allah berfirman dalam Al-Quran. “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah, “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia,” kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacammacam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.” (QS. An-Nahl, 16:68-69) Dari ayat di atas kita akan coba cermati bagaimana lebah membuat sarang-sarangnya, makanan yang dihisap dan proses yang terjadi dalam memproduksi madu, juga zat apa saja yang menjadi kandungan pada madu yang menjadi obat penyembuh itu. a. Sarang Lebah. Bagaimana bentuk sarang lebah madu dan keistimewannya yang dibuat hewan ini, Harun Yahya mengungkapkan, sarang yang dibangun lebah dapat menampung 80 ribu lebah yang hidup dan bekerja bersama-sama, dengan menggunakan sedikit bagian dari lilin lebah. Sarang tersebut tersusun atas sarang madu berdinding lilin lebah, dengan ratusan selsel kecil pada kedua permukaannya. Semua sel sarang madu berukuran sama persis. Keajaiban teknik ini dicapai melalui kerja kolektif ribuan lebah. Lebah menggunakan selsel ini untuk menyimpan makanan dan memelihara lebah muda. Selama jutaan tahun, lebah telah menggunakan struktur segi enam untuk membangun sarangnya. (Sebuah fosil lebah yang berusia 100 juta tahun telah ditemukan). Sungguh menakjubkan bahwa mereka memilih struktur segi enam, bukan segi delapan atau segi

85

lima. Ahli matematika memberikan alasannya: “struktur segi enam adalah bentuk geometris yang paling cocok untuk memanfaatkan setiap area unit secara maksimum”. Jika sel-sel sarang madu dibangun dengan bentuk lain, akan terdapat area yang tidak terpakai, sehingga lebih sedikit madu yang bisa disimpan dan lebih sedikit lebah yang mendapatkan manfaatnya. Sel berbentuk segi enam memerlukan jumlah lilin paling sedikit dalam pembangunannya, dan menyimpan madu paling banyak. Lebah tentu tidak akan mampu menghitung ini, yang hanya dapat dilakukan manusia dengan perhitungan geometris yang rumit. Hewan kecil ini menggunakan bentuk segi enam secara fitrah, hanya karena mereka diajari atau “diilhami” oleh Tuhan mereka. Desain sel segi enam ini sangat praktis dalam banyak hal. Sel-sel tersebut pas saat disusun dan menggunakan satu dinding bersama-sama. Sekali lagi, hal ini menjamin penyimpanan maksimal dengan lilin minimal. Kendatipun agak tipis, dinding sel ini cukup kuat untuk menahan berat beberapa kali lebih besar dari beratnya sendiri. Satu hal lain yang dipertimbangkan ketika membangun sarang madu adalah kemiringan sel. Dengan menaikkan kemiringan sel 13° pada kedua sisinya, lebah mencegah sel berposisi sejajar dengan tanah. Dengan demikian, madu tidak akan bocor dari mulut sel. Selagi bekerja, lebah madu saling bergelantungan membentuk lingkaran dan bergerombol. Dengan melakukan hal ini, mereka menghasilkan suhu yang dibutuhkan untuk produksi lilin. Kantung kecil dalam perut mereka memproduksi cairan transparan, yang mengalir keluar dan mengeraskan lapisan lilin tipis. Lebah mengumpulkan lilin dengan menggunakan kait kecil pada kakinya. Mereka memasukkan lilin ini ke dalam mulut, lalu mengunyah serta memprosesnya sampai lilin tersebut cukup lunak, dan membentuknya dalam sel. Sejumlah lebah bekerja bersama untuk menjaga suhu yang dibutuhkan tempat kerja mereka, agar lilin tersebut tetap lunak dan mudah dibentuk. Ada satu hal lagi yang menarik untuk diketahui: pembangunan sarang madu dimulai dari bagian atas sarang dan berlanjut ke bawah secara bersamaan pada dua atau tiga baris yang terpisah. Sementara potongan sarang madu berkembang ke arah yang berbeda, pertama-tama bagian bawah dari dua baris tersebut menyatu. Proses ini dilaksanakan dengan selaras dan tertata secara menakjubkan. Oleh karena itu, sulit dimengerti bahwa sarang madu sebenarnya terdiri atas tiga bagian terpisah. Potongan-potongan sarang madu, yang pembangunannya dimulai dari arah yang berbeda-beda, diatur begitu sempurna, sehingga kendatipun terdapat ratusan sudut berbeda dalam strukturnya, sarang tetap tampak seperti satu sarang yang seragam. Untuk pembangunan tersebut, lebah harus terlebih dahulu memperhitungkan jarak antara titik awal dan titik sambungan. Lalu, mereka mendesain dimensi sel tersebut sesuai dengan ini. Bagaimana perhitungan yang demikian rumit dapat dilakukan oleh ribuan lebah? Hal ini senantiasa menakjubkan para ilmuwan. Sungguh sangat tidak rasional bila kita mengira bahwa lebah telah menyelesaikan tugas ini, yang hampir tak mampu dilakukan manusia sendiri. Hal ini melibatkan organisasi yang sedemikian rumit dan terperinci, mustahil mereka bisa melakukannya sendiri. Semua ini karena ilham dari Allah bagi lebah madu. Lebah diberi petunjuk oleh sebuah sumber unik dan karenanya mereka berhasil melaksanakan pekerjaan mereka—yang tanpa petunjuk ini tak akan mampu mereka lakukan. Bukan naluri—sebuah istilah tanpa arti—yang menunjuki lebah, melainkan

86

“wahyu” yang disebutkan dalam Surat an-Nahl. Binatang mungil ini melaksanakan program yang telah ditetapkan Allah bagi mereka secara khusus. “Dan pada penciptaan kamu dan pada binatang-binatang yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini.” (QS. Al Jatsiyah, 45:4) b. Cara Menemukan Makanan Lebah biasanya harus terbang menempuh jarak jauh dan menjajagi wilayah luas untuk menemukan makanan. Mereka mengumpulkan serbuk sari bunga dan bahan pembuat madu dalam jarak 800 m dari sarang. Seekor lebah, yang telah menemukan bunga, terbang kembali ke sarangnya untuk memberi tahu lebah lain tentang tempat bunga tersebut. Bagaimana lebah ini menjelaskan lokasi bunga kepada lebah lain di sarang? Dengan menari!… Lebah yang kembali ke sarangnya mulai menari. Tarian ini adalah sarana ekspresi, yang mereka gunakan untuk memberi tahu lebah lain tentang lokasi bunga. Tarian yang diulang-ulang lebah tersebut mengandung semua informasi tentang sudut, arah, jarak, dan informasi perincian lain tentang sumber makanan, sehingga lebah lain dapat mencapai tempat itu. Tarian ini berbentuk angka “8” yang diulang terus-menerus oleh lebah tersebut (lihat gambar di atas). Lebah tersebut membentuk bagian tengah angka “8” dengan mengibasngibaskan ekor dan bergerak zig-zag. Sudut antara gerakan zig-zag dan garis mataharisarang menunjukkan arah sumber makanan dengan tepat (lihat gambar di atas). Akan tetapi, sekadar mengetahui arah sumber makanan tidaklah cukup. Lebah pekerja juga harus “mengetahui” seberapa jauh mereka harus menempuh perjalanan mengumpulkan bahan pembuat madu. Jadi, lebah dari sumber bunga tersebut memberitahukan jarak serbuk bunga dengan gerakan tubuh tertentu, yakni dengan menggoyangkan bagian bawah tubuhnya dan menimbulkan aliran udara. Misalnya, untuk “menjelaskan” jarak 250 m, ia mengibaskan bagian bawah tubuhnya lima kali dalam setengah menit. Dengan demikian, lokasi pasti sumber makanan tersebut dapat dijelaskan dengan terperinci, baik tentang jarak maupun arahnya. Ada masalah baru bagi lebah yang memerlukan waktu lama untuk terbang ke sumber makanan. Saat lebah—yang hanya mampu menjelaskan sumber makanan berdasarkan arah matahari—kembali ke sarangnya, matahari bergeser 1° setiap 4 menit. Akhirnya, lebah akan melakukan kesalahan 1° setiap 4 menit perjalanannya, yang ia beri tahukan pada lebah-lebah lain. Anehnya, lebah ini tidak menghadapi persoalan tersebut! Mata lebah terdiri atas ratusan mata segi enam kecil. Setiap lensa berfokus pada satu wilayah sempit, persis seperti teleskop. Lebah yang melihat ke arah matahari pada waktu tertentu di siang hari akan selalu dapat menentukan lokasinya saat terbang. Lebah melakukan perhitungan ini dengan memanfaatkan perubahan cahaya matahari berdasarkan waktu. Akibatnya, lebah menentukan arah lokasi sasaran tanpa salah, dengan melakukan koreksi dalam informasi yang ia berikan di dalam sarang ketika matahari bergerak maju. Lebah madu dapat mengetahui kalau bunga yang ia temui telah didatangi dan diambil nektarnya lebih dahulu oleh lebah lain, dan ia segera meninggalkannya. Dengan 87

demikian, ia menghemat waktu dan tenaga. Lalu, bagaimana seekor lebah mengetahui, tanpa memeriksa, bahwa nektar bunga tersebut telah diambil? Ini terjadi karena lebah yang mendatangi bunga terlebih dahulu menandainya dengan tetesan berbau khas. Begitu seekor lebah baru mengunjungi bunga yang sama, ia mencium bau tersebut dan mengetahui bahwa bunga tersebut sudah tidak berguna dan karenanya langsung pergi ke bunga yang lain. Dengan demikian, lebah tidak membuang waktu pada bunga yang sama. c. Kehidupan Sosial Lebah dan Penjagaan Madu Kehidupan lebah di sarang dan produksi madunya sangatlah menakjubkan. Tanpa membahas terlalu terperinci, marilah kita amati ciri-ciri utama “kehidupan sosial” lebah. Lebah harus melaksanakan banyak “tugas” dan mereka mengatur semua ini dengan organisasi yang luar biasa. Kelembapan sarang, yang membuat madu memiliki kualitas perlindungan tinggi, harus dijaga pada batas-batas tertentu. Pada kelembapan di atas atau di bawah batas ini, madu akan rusak serta kehilangan kualitas perlindungan dan gizinya. Begitu juga, suhu sarang harus 35°C selama sepuluh bulan pada tahun tersebut. Untuk menjaga suhu dan kelembapan sarang ini pada batas tertentu, ada kelompok khusus yang bertugas menjaga ventilasi. Jika hari panas, terlihat lebah sedang mengatur ventilasi sarang. Jalan masuk sarang dipenuhi lebah. Sambil menempel pada struktur kayu, mereka mengipasi sarang dengan sayap. Dalam sarang standar, udara yang masuk dari satu sisi terdorong keluar pada sisi yang lain. Lebah ventilator yang lain bekerja di dalam sarang, mendorong udara ke semua sudut sarang. Sistem ventilasi ini juga bermanfaat melindungi sarang dari asap dan pencemaran udara. Upaya lebah untuk menjaga kualitas madu tidak terbatas hanya pada pengaturan kelembapan dan panas. Di dalam sarang terdapat sistem pemeliharaan kesehatan yang sempurna untuk mengendalikan segala peristiwa yang mungkin menimbulkan bakteri. Tujuan utama sistem ini adalah menghilangkan zat-zat yang mungkin menimbulkan bakteri. Prinsipnya adalah mencegah zat-zat asing memasuki sarang. Untuk itu, dua penjaga selalu ditempatkan pada pintu sarang. Jika suatu zat asing atau serangga memasuki sarang walau sudah ada tindakan pencegahan ini, semua lebah bereaksi untuk mengusirnya dari sarang. Untuk benda asing yang lebih besar yang tidak dapat dibuang dari sarang, digunakan mekanisme pertahanan lain. Lebah membalsam benda asing tersebut. Mereka memproduksi suatu zat yang disebut “propolis” (resin lebah) untuk pembalsaman. Resin lebah ini diproduksi dengan cara menambahkan cairan khusus yang mereka keluarkan dari tubuh kepada resin yang dikumpulkan dari pohon-pohon seperti pinus, hawwar, dan akasia. Resin lebah juga digunakan untuk menambal keretakan pada sarang. Setelah ditambalkan pada retakan, resin tersebut mengering ketika bereaksi dengan udara dan membentuk permukaan yang keras. Dengan demikian, sarang dapat bertahan dari ancaman luar. Lebah menggunakan zat ini hampir dalam semua pekerjaan mereka. d. Madu Sebagai Obat Madu tersusun atas beberapa senyawa gula seperti glukosa dan fruktosa serta sejumlah mineral seperti magnesium, kalium, kalsium, natrium, klor, belerang, besi, dan

88

fosfat. Madu juga mengandung vitamin B1, B2, C, B6 dan B3 yang komposisinya berubah-ubah sesuai dengan kualitas nektar dan serbuk sari. Di samping itu, dalam madu terdapat pula sejumlah kecil tembaga, yodium, dan seng, serta beberapa jenis hormon. Sebagaimana firman Allah dalam Al Quran, madu adalah “obat bagi manusia”. Fakta ilmiah ini telah dibenarkan oleh para ilmuwan yang bertemu pada Konferensi Apikultur Sedunia (World Apiculture Conference) yang diselenggarakan pada tanggal 20-26 September 1993 di Cina. Konferensi tersebut membahas pengobatan dengan menggunakan ramuan yang berasal dari madu. Para ilmuwan Amerika mengatakan bahwa madu, royal jelly, serbuk sari, dan propolis dapat mengobati berbagai penyakit. Seorang dokter Rumania mengatakan bahwa ia mengujikan madu untuk pengobatan pasien katarak, dan 2002 dari 2094 pasiennya sembuh total. Para dokter Polandia juga menyatakan dalam konferensi tersebut bahwa resin lebah dapat membantu penyembuhan banyak penyakit seperti wasir, masalah kulit, penyakit ginekologis, dan berbagai penyakit lainnya. Dewasa ini, apikultur dan produk lebah telah membuka cabang penelitian baru di negara-negara yang sudah maju dalam hal ilmu pengetahuan. Manfaat madu lainnya dapat dijelaskan di bawah ini: Mudah dicerna: Karena molekul gula pada madu dapat berubah menjadi gula lain (misalnya fruktosa menjadi glukosa), madu mudah dicerna oleh perut yang paling sensitif sekalipun, walau memiliki kandungan asam yang tinggi. Madu membantu ginjal dan usus untuk berfungsi lebih baik. Rendah kalori: Kualitas madu lain adalah, jika dibandingkan dengan jumlah gula yang sama, kandungan kalori madu 40% lebih rendah. Walau memberi energi yang besar, madu tidak menambah berat badan. Berdifusi lebih cepat melalui darah: Jika dicampur dengan air hangat, madu dapat berdifusi ke dalam darah dalam waktu tujuh menit. Molekul gula bebasnya membuat otak berfungsi lebih baik karena otak merupakan pengonsumsi gula terbesar. Membantu pembentukan darah: Madu menyediakan banyak energi yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan darah. Lebih jauh lagi, ia membantu pembersihan darah. Madu berpengaruh positif dalam mengatur dan membantu peredaran darah. Madu juga berfungsi sebagai pelindung terhadap masalah pembuluh kapiler dan arteriosklerosis. Membunuh bakteri: Sifat madu yang membunuh bakteri disebut “efek inhibisi”. Penelitian tentang madu menunjukkan bahwa sifat ini meningkat dua kali lipat bila diencerkan dengan air. Sungguh menarik bahwa lebah yang baru lahir dalam koloni diberi makan madu encer oleh lebah-lebah yang bertanggung jawab merawat mereka— seolah mereka tahu kemampuan madu ini. Royal jelly: Royal jelly adalah zat yang diproduksi lebah pekerja di dalam sarang. Zat bergizi tinggi ini mengandung gula, protein, lemak, dan berbagai vitamin. Royal jelly digunakan untuk menanggulangi masalah-masalah yang disebabkan kekurangan jaringan atau kelemahan tubuh. Jelaslah bahwa madu, yang diproduksi jauh melebihi jumlah kebutuhan lebah, dibuat untuk kepentingan manusia. Dan telah jelas pula bahwa lebah tidak dapat melakukan tugas-tugas yang sedemikian sulit “dengan sendirinya”. “Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.” (QS. An-Nah, l6:68-69)

89

“Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir.“ (QS. Al Jatsiyah, 45: 13) Unta Unta dikenal sebagai binatang yang hidupnya di padang pasir dengan iklim yang kering di darah Timur Tengah dan daerah Eropa. Binatang ini sering disebut dalam AlQuran karena memiliki keistimewaan yang tak dimiliki binatang lain dalam kelompok mamalia. Allah menuntut suatu perhatian kita mengenai binatang unta ini. “Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta, bagaimana dia diciptakan? Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung, bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi, bagaimana ia dihamparkan? Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan.” (QS. Al Ghasiyah, 88:17-21) Tidak diragukan lagi bahwa semua makhluk, dengan kemampuan mereka, menunjukkan kekuasaan dan pengetahuan tak terbatas dari Pencipta mereka. Allah mengungkapkan hal ini dalam berbagai ayat Al Quran, mengisyaratkan bahwa segala sesuatu yang Dia ciptakan sebenarnya adalah sebuah tanda, yaitu lambang dan peringatan. Yang menjadikan unta “makhluk hidup istimewa” adalah struktur tubuhnya, yang tidak terpengaruh oleh kondisi alam paling keras sekalipun. Tubuhnya memiliki beberapa keistimewaan, yang memungkinkan unta bertahan hidup berhari-hari tanpa air dan makanan, dan mampu mengangkut beban ratusan kilogram selama berhari-hari. “Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS.Yunus, 10:6). a. Binatang Padang Pasir Sebagai binatang padang pasir, unta memiliki kekhususan dalam tubuhnya. Kepala unta terlindung dari kondisi yang ada di padang pasir. Bulu mata memiliki sistem pengaitan. Dalam keadaan bahaya, bulu ini secara otomatis menutup. Bulu mata yang saling berkait ini mencegah masuknya partikel debu ke mata. Hidung dan telinga ditutupi oleh bulu panjang agar terlindungi dari debu dan pasir. Lehernya yang panjang memungkinkan hewan ini mencapai dan memakan dedaunan yang berada 3 m di atas tanah. Kaki unta memiliki dua jari kaki yang dihubungkan dengan bantalan elastis. Struktur ini, yang memungkinkan unta mencengkeram tanah dengan erat, terdiri dari empat bola berlemak. Ini sangat cocok untuk berbagai jenis kondisi tanah. Kuku melindungi kaki dari kemungkinan rusak akibat benturan. Lututnya tertutup kapalan, yang terbentuk dari kulit sekeras dan setebal tanduk. Ketika hewan ini berbaring di pasir yang panas, struktur berkapalan ini melindunginya dari luka akibat permukaan tanah yang sangat panas.

90

Punuk unta, yang berupa gundukan lemak, menyediakan sari makanan bagi hewan ini secara berkala ketika ia mengalami kesulitan makanan dan kelaparan. Dengan sistem ini, unta dapat hidup hingga tiga pekan tanpa air. Selama masa ini, unta kehilangan 33% berat badannya. Dalam kondisi yang sama, seorang manusia akan kehilangan 8% berat badannya dan meninggal dalam waktu 36 jam, dan kehilangan seluruh air dari tubuhnya. Bulu tebal ini terdiri atas rambut yang tebal dan kusut, yang tidak hanya melindungi tubuhnya dari kondisi cuaca dingin maupun panas, tetapi juga mengurangi kehilangan air dari tubuh. Unta Dromedari dapat memperlambat penguapan air dengan meningkatkan suhu tubuhnya sampai 41°C. Dengan cara ini, ia mencegah kehilangan air. Dengan bulu tebalnya, unta dapat bertahan hidup dengan suhu hingga 50°C di musim panas dan hingga -50°C di musim dingin. Unta Dromedari dapat bertahan pada suhu -52° C, di wilayah-wilayah paling tinggi di Asia Tengah. Unta dapat bertahan hidup tanpa makanan dan air selama delapan hari pada suhu 50° C. Pada masa ini, ia kehilangan 22% dari keseluruhan berat badannya. Sementara manusia akan sekarat jika kehilangan air setara dengan 12% berat badan, seekor unta kurus dapat bertahan hidup kendatipun kehilangan air setara dengan 40% keseluruhan berat badan. Penyebab lain kemampuannya bertahan terhadap haus adalah adanya mekanisme yang memungkinkan unta meningkatkan suhu tubuh-dalamnya hingga 41°C. Dengan demikian, ia mampu meminimalkan kehilangan air dalam iklim panas yang ekstrem di gurun pasir pada siang hari. Unta juga mampu mengurangi suhu tubuhdalamnya hingga 30°C pada malam yang dingin di padang pasir. Unta mampu mengonsumsi air hingga 30 liter, yaitu sekitar sepertiga dari berat badannya, dalam waktu kurang dari 10 menit. Di samping itu, unta memiliki struktur selaput lendir dalam hidungnya yang seratus kali lebih besar dari yang ada pada manusia. Dengan selaput lendir hidungnya yang besar dan melengkung, unta mampu menyerap 66% kelembapan yang ada di udara. Sebagian besar binatang mati keracunan ketika urea yang tertimbun dalam ginjal berdifusi ke dalam darah. Akan tetapi, unta menggunakan air dan makanan secara maksimal dengan melewatkan urea ini berkali-kali melalui hati. Struktur darah dan sel unta dikhususkan untuk membuat hewan ini hidup lama tanpa air dalam kondisi padang pasir. Dinding sel hewan ini memiliki struktur khusus yang mampu mencegah kehilangan air secara berlebihan. Di samping itu, komposisi darah mencegah terjadinya pelambatan peredaran darah, bahkan ketika jumlah air di dalam tubuh unta berkurang hingga batas minimum. Selain itu, dalam darah unta terdapat lebih banyak enzim albumin, yang memperkuat ketahanan terhadap haus, dibandingkan dalam darah makhluk hidup lain. b. Fungsi Punuk dan Bulu Kulit Punuk adalah pendukung lain bagi unta. Seperlima dari seluruh berat badan unta tersimpan dalam bentuk lemak pada punuknya. Penyimpanan lemak tubuh hanya pada satu bagian tubuh mencegah pengeluaran air dari seluruh tubuhnya—yang berkaitan dengan lemak. Ini memungkinkan unta menggunakan air secara minimum. Walau mampu mengonsumsi 30-50 kg makanan dalam sehari, dalam kondisi yang keras unta mampu bertahan hidup hingga sebulan hanya dengan 2 kg rumput sehari. Unta memiliki bibir yang sangat kuat dan mirip karet, yang memungkinkannya memakan duri yang cukup tajam untuk menusuk kulit tebal. Di samping itu, unta memiliki lambung 91

berbilik empat dan sistem pencernaan yang sangat kuat, yang mampu mencerna apa pun yang ia makan. Ia bahkan mampu memakan bahan-bahan seperti karet India, yang tidak dapat dianggap sebagai makanan. Sungguh jelas bagaimana pentingnya kualitas ini pada iklim yang sedemikian kering. Mata unta memiliki dua lapisan bulu mata. Bulu mata ini saling kait seperti perangkap dan melindungi matanya dari badai pasir yang kuat. Selain itu, unta mampu menutup lubang hidungnya, sehingga pasir tidak dapat masuk. Bulu tebal yang tidak tertembus pada tubuh unta mencegah matahari padang pasir yang terik mencapai kulitnya. Bulu ini juga menghangatkan unta dalam kondisi cuaca yang membekukan. Unta padang pasir tidak terpengaruh oleh suhu hingga setinggi 50°C, dan unta Baktria yang berpunuk dua mampu bertahan hidup pada suhu hingga serendah -50°C. Unta jenis ini mampu bertahan hidup bahkan pada lembah-lembah dataran tinggi, 4000 m di atas permukaan laut. Kaki unta, yang terlalu besar bagi tungkainya, secara khusus “didesain” dan diperlebar untuk membantunya berjalan di atas pasir tanpa terperosok. Kaki ini telapaknya luas dan menggembung. Selain itu, kulit tebal khusus di bawah telapak kaki merupakan perlindungan terhadap pasir yang membakar. Sebagaimana makhluk hidup lain, unta sudah pasti tidak dapat melakukan satu pun untuk mewujudkan keistimewaan yang ada dalam tubuhnya seperti membentuk lendir dalam hidungnya, punuk di punggungnya atau mendesain hidung dan struktur mata yang mampu melindungi masuknya pasir akibat angin tornado dan badai serta membuat keistimewaan lainnya dengan sendirinya. Semua keistimewaan yang dimilikinya merupakan sebagai desain dan ciptaaan Allah. Sebagaimana makhluk lain, unta juga dilengkapi banyak kualitas istimewa, lalu ditempatkan di muka bumi sebagai tanda kebesaran sang Pencipta. Unta diciptakan dengan ciri-ciri fisik yang luar biasa ini untuk melayani umat manusia. Umat manusia sendiri diwajibkan untuk melihat penciptaan di seluruh jagat raya dan tunduk kepada sang Pencipta segala makhluk: Allah SWT. “Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah (kepentingan)-mu apa yang di langit dan apa yang di bumi untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk memberi penerangan.” (QS. Lukman, 31:20)

menundukkan untuk dan menyempurnakan ada yang membantah dan tanpa Kitab yang

92

BAB DELAPAN SISTEM KEHIDUPAN DALAM ALAM SYAHADAH

Al-Quran sebagai kitab suci yang diturunkan Allah swt lewat Nabi Muhammmad saw, disamping menginformasikan mengenai alam semesta, bumi, langit, serta apa yang ada di dalamnya, juga berisi informasi sistem kehidupan yang lebih terkait dengan keberadaan manusia. Informasi mengenai alam semesta ditunjukkan berupa ayat-ayat yang disampaikan secara global, sebagaimana yang telah kita diskusikan pada bab-bab terdahulu. Sistem kehidupan di alam syahadah yang terkait dengan existensi manusia, baik sebagai individu maupun masyarakat, berupa ayat-ayat yang disampaikan secara detail. Imaduddin Abdulrohim dalam Islam Sistem Nilai Terpadu, menjelaskan alam syahadah dinamai juga ”dunia”. Kata ”dunia” ini adalah jama’ dari kata ”danaa”, artinya dekat. Pengertian ”dekat” ini mencakup dua hal. Pertama, dekat dalam arti ruang yaitu ”jarak” yang biasa diukur dengan ukuran panjang. Kedua, dekat dalam arti waktu, yaitu ”sekarang” bukan tahun depan atau sepuluh tahun yang lalu. Jadi kata ”dunia” ini mengandung pengertian ”Segala sesuatu yang ada di sekitar kita pada masa kini”. (Dr. Ir. Muhammad Imaduddin Abdulrohim, MSc, Islam Sistem Nilai Terpadu, Gema Insani Press, Jakarta, 2002) Terkait kehidupan manusia di alam syahadah atau dunia ini Allah telah menyampaikan wahyu (ayat-ayat Al-Quran) secara mendetail mengenai sistem kehidupan yang terdiri dari subsistem-subsistem ideologi, politik, ekonomi, hukum, pendidikan dan sosial, sejarah kemanusiaan, seni dan kebudayaan serta sains dan teknologi. Masingmasing subsistem saling terkait satu dengan yang lain tanpa bisa dipisahkan. Ayat-ayat yang disampaikan secara global, memberikan ilham pada manusia untuk menumbuhkan keyakinan dan keimanan yang mendalam dengan memahami tanda-tanda kebesaran Allah, sekaligus menumbuhkan sikap kreatifitas dalam mengelola alam sesuai sunnatullah. Ayat-ayat yang disampaikan secara mendetail mengenai sistem kehidupan ini, memberikan petunjuk pada manusia bagaimana mesti meletakkan landasan pemikirannya sesuai kehendakNya, sekaligus mentaati hukum dan ketentuannya dalam setiap aktivitasnya di dunia ini. A. IDEOLOGI Ideologi adalah sebuah istilah yang lahir pada tahun 1796 yang dikemukakan filsuf Perancis bernama Destutt de Tracy dan kemudian dipakai Napoleon. Istilah itu berasal dari dua kata ideos yang artinya gagasan, dan kata logos yang artinya ilmu. Dengan demikian, ideologi ialah sebuah ilmu tentang masa depan, sehingga bisa disimpulkan bahwa ideologi ialah sebuah ilmu tentang masa depan. Gagasan ini juga sebuah cita-cita atau kombinasi dari keduanya, yaitu cita-cita masa depan. Sungguhpun cita-cita masa depan itu sebagai sebuah utopia, atau impian, tetapi sekaligus juga merupakan gagasan ilmiah, rasional, dan bahkan juga empirisme yang bertolak dari analisis masa kini. Ideologi ini tidak sekedar gagasan, melainkan gagasan yang diikuti dan dianut

93

sekelompok besar manusia atau bangsa, sehingga karena itu ideologi bersifat menggerakkan manusia untuk merealisasikan gagasan tersebut. (Sarbini, Islam di tepian Revolosi, Ideologi Pemikiran dan Gerakan, Pilar media, Yogyakarta, 2005) Ideologi dari suatu masyarakat terkait dengan visi, cita-cita, cara pandang, norma dan sistem nilai yang berlaku dalam masyarakat. Ideologi seperti suatu nafas yang dimiliki seseorang, dia menjadi bagian dari dirinya dan akan terus dipertahankan dan diperjuangkan sampai akhir hidupnya. Dalam hal ini ideologi mengalami tiga tahapan. Pertama, cara melihat dan menangkap alam semesta sebagai bagian dari existensi manusia. Kedua, cara memahami dan menilai semua gagasan atau ide-ide yang membentuk lingkungan sosial. Ketiga, usulan-usulan, metode-metode dan pendekatan untuk mengubah status quo masyarakat dengan berbagai aspek kultural, ekonomi, politik, moral melalui perubahan yang diinginkan dengan menjalankan misinya dan kemajuan sosial yang diharapkan. Dari uraian tahapan diatas, dapat dipahami bahwa ideologi mengandung unsur-unsur visi, parameter, metode dan orientasi. Bagi masyarakat yang beriman, unsur-unsur ideologi tersebut dapat diperjelas sebagai berikut. Pertama, visi atau cara pandang dalam menangkap alam semesta, yakni sebagai suatu kreasi atau ciptaan Allah swt, yang secara keseluruhan mengikuti sunnatullah dan harus diperlakukan menurut aturan-aturan Allah. Kelak setiap manusia dituntut untuk mempertanggungjawabkan atas amanah yang Allah telah berikan padanya untuk mengelola alam semesta (kholifatullah fil ardhi) Kedua, parameter atau tolok ukur yang digunakan dalam memahami dan melakukan penilaian atas gagasan atau ide-ide yang muncul untuk membentuk lingkungan sosial atau masyarakat. Dalam hal ini parameter yang dipakai adalah berdasarkan nilai-nilai Islam, yang diantaranya dengan landasan tauhid, berlaku arif dan adil untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera secara keseluruhan, karena Islam adalah rahmatan lilalamin. Ketiga, metode yang dilakukan adalah dengan menggunakan norma, aturan atau syariat yang telah ditetapkan oleh Allah, dalam seluruh aspek kehidupan seperti politik, ekonomi, pendidikan, hukum, sosial dan lain sebagainya yang akan dibahas lebih lanjut pada subbab berikutnya. Keempat, orientasi dalam memperjuangkan dan mewujudkan masyarakat dengan ideologi yang bersumber dari nilai Islam. Arah tujuan dalam perjuangan mewujudkan ideologi Islam ini adalah untuk mendapatkan keridhoan Allah (mardhotillah). Prinsip inilah yang akan selalu memberikan motivasi dalam setiap perjuangan yang dilakukan. Unsur-unsur ideologi sebagaimana diatas sebagai ideologi yang bersumber dari nilainilai Al-Quran dan Sunah Nabi. Al-Quran memberikan informasi mengenai ideologi ini dalam beberapa penjelasan berikut. Bagi masyarakat yang memiliki visi, parameter, metode yang dilakukan dan diperjuangkan dalam kehidupannya dengan berlandaskan nilai-nilai tauhid, berlaku arif dan adil serta berorientasi untuk mendapatkan keridhoan Allah (mardhotillah), maka Allah menjanjikan kekuasaan berada di tangannya. ”Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantaramu dan mengerjakan amal-amal sholeh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka kholifah (berkuasa) di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa.” (QS. An-Nuur, 24:55)

94

Dalam ideologi masyarakat muslim, beriman berarti bertauhid, mengesakan Allah swt dan beramal sholeh berarti melakukan aktivitas yang baik dan bermanfaat bagi masyarakat, bersikap arif dan adil terhadap siapapun dalam memimpin dan mengelola masyarakat atau pemerintahan. Orang-orang demikianlah yang akan mampu membawa kecerahan, mendatangkan keberkahan dan rahmat Allah swt sehingga akan terwujud masyarakat yang adil dan sejahtera. Pemerintahan demikian akan langgeng dalam kepemimpinan mereka. Pemerintahan yang memberlakukan ideologi non Islam, tidak adil, cenderung otoritarian dan bersifat menindas, dinilai Allah sebagai pemerintah yang berbuat aniaya dan kerusakan. Mereka akan dihancurkan oleh Allah swt, seperti pemerintahan Fir’aun sebagaimana diinformasikan dalam Al-Quran. ”Sesungguhnya Firaun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir’aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash, 28:4) Mereka, orang-orang yang tertindas oleh pemerintahan dengan ideologi kafir, yang otoritarian dan pemerintahan yang dzalim, Allah akan menolongnya dan menjadikan mereka pemimpin serta akan mewarisi bumi. ”Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas dibumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi)” (QS. Al-Qashash, 28:5) ”Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian baratnya, yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah Kami sempurnakan perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir’aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka.” (QS. Al-A’raaf, 7:137). Contoh yang sering disebut dalam Al-Quran adalah pemerintah Fir’aun. Sebuah pemerintah yang dzalim, yang menolak nilai-nilai tauhid yang ditawarkan Nabi Musa As. Bahkan dengan sikap sombongnya Fir’aun mengaku dirinya sebagai Tuhan, ”Sesungguhnya aku adalah Tuhanmu yang maha tinggi.” katanya kepada rakyatnya. Fir’aun memerintah kaumnya secara otoriter, dengan hukum-hukum thoghut (selain dari Allah) dengan melakukan penindasan terhadap mereka. Pemerintahan demikian akhirnya Allah binasakan dan digantikan oleh pemerintahan orang-orang mu’min. ”Kaum Musa berkata: ”Kami telah ditindas (oleh Fir’aun) sebelum kamu datang kepada kami dan setelah kami datang. Musa menjawab: Mudah-mudahan Allah membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah dibumi(Nya), maka Allah akan melihat pebuatanmu.” (QS. Al-A’raaf, 7:129) Atas masyarakat atau pemerintah dengan ideologi yang bersumber dari nilai-nilai Islam, Allah mengambil perumpamaan sebagai pohon yang baik, dengan akar yang

95

teguh dan cabang menjulang ke langit, serta memberikan buah yang baik pula, sebagaimana Firman Allah : ”Tidaklah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik, seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (QS. Ibrahim, 14:24-25) Sebuah ideologi menuntut pengikutnya agar memperjuangkannya dengan penuh keyakinan, secara terus menerus tanpa pernah henti. Terkadang harus menghadapi musuh dan tantangan yang cukup besar. Allah akan selalu memberikan semangat dengan keimanan yang ada dalam hati mereka, dengan kabar-kabar gembira. ”Dan Allah tidak menjadikannya (mengirim bala bantuan itu), melainkan sebagai kabar gembira dan agar hatimu menjadi tentram karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. AlAnfaal, 8:10) Dan dalam memperjuangkan ideologi yang bersumber dari Allah swt, maka konsistensi atas kebenaran dan loyalitas kepada pemimpin akan mempengaruhi keberhasilan perjuangan mereka. ”Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janjiNya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izinNya sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakau perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Diantaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu, dan sesungguhnya Allah telah memaafkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang-orang yang beriman.” (QS. AlImran, 3:152) Dan perjuangan dalam menegakkan ideologi yang bersumber dari Allah swt, harus dilakukan dengan sungguh-sungguh. Namun kekalahan atau kemenangan dalam perlawanan menghadapi ideologi lain tetap di tangan Allah. Sebagaimana Allah telah tunjukkan bagaimana bangsa Romawi yang beragama Nasrani, dengan nilai-nilai tauhid, harus berhadapan dengan bangsa Persia yang beragama Majuzi. Pada masa perlawanan awal bangsa Romawi dapat dikalahkan oleh bangsa Persia. Dan dengan pertolongan Allah, pada masa berikutnya Allah memberikan kemenangan bangsa Romawi. Dan kabar yang menggembirakan ini sampai kepada orang-orang mukmin Madinah, sehingga mereka pun ikut bersuka cita, seperti diinformasikan dalam Al-Quran. ”Alif Laam Miim. Telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi) . Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang beriman, karena pertolongan Allah. Dia

96

menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.” (QS. Ar-Ruum, 30:1-7) Demikianlah Allah menjelaskan melalui ayat-ayatNya yang berkaitan dengan ideologi Islam. B. POLITIK Implementasi ideologi yang bersumberkan dari nilai-nilai Al-Quran dan Sunah, bagi orang-orang yang beriman merupakan suatu kewajiban dan merupakan bukti dari keimanannya. Ideologi Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara terwujud dalam sistem tata politik masyarakat atau pemerintah suatu negara yang Islamis. Politik sebagai sistem kebijakan dan peraturan dalam pengelolaan negara sangat mempengaruhi dan mewarnai kehidupan masyarakat dan bangsanya. Warna politik dari pemerintahan atau negara ditentukan oleh keyakinan ideologi yang dianutnya. Sistem politik Islam merupakan tata peraturan dan perundang-undangan serta kebijakan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang bersumber dari nilai-nilai Islam yang agung dan universal. Dalam sistem politik Islam, tujuan pembangunan politik pemerintahan adalah menjalankan dan menegakkan syariat Islam. Tegaknya syariat Islam dalam sebuah masyarakat akan mewujudkan tatanan masyarakan dan bangsa yang adil, sejahtera, damai dan penuh rahmat dan keberkahan Allah swt. Bahwa tujuan pembangunan politik Islam adalah menegakkan syariat dan hukumhukum Allah ditunjukkan oleh ayat-ayat berikut. ”Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan). Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya, padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah maha Kuat lagi maha Perkasa.” (QS. Al-Hadid, 57:25) ”(Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar, dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.” (QS. Al-Hajj, 22:41) ”Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orangorang yang beruntung.” (QS. Al-Imran, 3:104) Dalam bukunya Khilafah dan Kerajaan, yang membahas mengenai sistem politik Islam, Abul A’la Maududi mengawali uraian tentang ajaran Al-Quran di bidang politik pemerintahan, yang secara ringkas penulis kutipkan dengan penjelasan berikut ini. 1. Kekuasaan Tertinggi di Tangan Allah

97

Allah swt menciptakan manusia di dunia ini agar melakukan pengabdian kepadaNya. Bagi orang-orang yang bertauhid, mereka akan tunduk, patuh dan taat hanya kepada Allah semata. Dengan demikian mereka akan mengikuti hukum dan undang-undang yang telah Allah buat bagi manusia. Dialah pemegang kekuasaan tertinggi di muka bumi. Allah berfirman dalam Al-Quran sebagai berikut: ”...Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Yusuf, 12:40) ”Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya dan diutusNya kepadamu malaikat-malaikat sebagai penjaga. ...” (QS. Al-Anam, 6:61) Kepatuhan dan ketaatan kepada selain Allah, akan merusak tauhid mereka. Ketaatan terhadap hukum dan undang-undang selain dariNya, yakni hukum dan undang-undang yang dibuat manusia akan merendahkan derajat dan martabat manusia. Karena hukum dan undang-undang manusia cenderung mengikuti hawa nafsunya. Lebih tegas lagi, mereka yang tidak menggunakan hukum dan undang-undang Allah dalam memutuskan perkara, termasuk golongan orang-orang fasik, dzalim dan kafir. Sebagaimana firman Allah. ”...Dan barangsiapa yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Maidah, 5:44) ”...Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang zalim.” (QS. Al-Maidah, 5:45) ”... Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasiq.” (QS. Al-Maidah, 5:47) 2. Rosul Sebagai Penyampai Hukum dan Undang-undang Allah Untuk bisa memahami Al-Quran sebagai hukum dan undang-undang yang harus ditaati dan diukuti manusia di bumi, Allah mengutus seorang Rosul. Rosul sendirilah yang menyampaikan hukum dan Undang-undang Nya, serta Syariat-syariatNya kepada manusia. Dia sendirilah yang menafsirkan dan menguraikan dengan ucapan dan perbuatannya. Maka Rosul adalah seorang yang mewakili kekuasaan tertinggi Allah di bidang hukum dan perundang-udangan dalam kehidupan manusia. Berdasarkan ini, maka ketaatan kepadanya adalah sama dengan ketaatan kepada Allah. Dan Allah sendiri telah memerintahkan agar manusia menerima perintah-perintah Rasul dan larangan-larangannya, tunduk kepadanya tanpa perdebatan dan Dia berfirman bahwa manusia tidak beriman kecuali mereka menjadikan Rasul sebagai hakim dalam segala perselisihan yang terjadi diantara mereka, dan setelah itu mereka tidak merasakan suatu keberatan akan apa yang akan ditetapkan dan kemudian menerimanya dengan penerimaan sepenuhnya.

98

”Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah ...” (Q.S. (QS. An-Nisaa’, 4:64) ”Barangsiapa yang menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah.” (QS. AnNisaa’, 4:80) ”Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, akan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatan yang telah mereka datangi, dan Kami biarkan masukkan ia ke dalam jahannam, dan jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. An-Nisaa’, 4:115) ”... Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah ia, dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah, dan bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.” (QS. Al-Hasyr, 59:7) 3. Al-Quran dan Sunah Sebagai Undang-Undang Tertinggi Hukum Allah yang terurai dalam Al-Quran dan penjelasan tafsirnya disampaikan oleh ucapan dan perbuatan Rasulullah (Sunah Rosul), adalah undang-undang tertinggi yang bagi orang-orang mukmin tidak ada pilihan lain kecuali patuh dan taat kepadanya. Tidak ada seorang muslim pun berhak mengeluarkan suatu hukum dalam suatu perkara yang hukumnya telah dikeluarkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Menyimpang dari hukum Allah dan Rasul-Nya adalah kebalikan dari iman dan lawan baginya. ”Siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguhlah ia telah sesat dengan kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Ahzab, 33:36) ”Dan mereka telah berkata : ”Kami telah beriman kepada Allah dan Rasul dan kami menaati keduanya”. Kemudian sebagian dari mereka berpaling sesudah itu. Sekali-kali mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman ! Dan apabila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka menolak untuk datang.” (QS. An-Nuur, 24:47-48) ”Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan : ”Kami mendengar dan kami patuh ”, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. An-Nuur, 24:51) 4. Konsep Khilafah Untuk mengimplementasikan konsep-konsep politik Islam di atas, bentuk pemerintahan manusia yang benar, ialah adanya pengakuan pemerintah akan kepemimpinan dan kekuasaan Allah dan Rasul-Nya di bidang perundang-undangan, menyerahkan segala kekuasaan legislatif dan kedaulatan hukum tertinggi terhadap keduanya dan menyakini bahwa khilafahnya itu mewakili Sang Hakim yang sebenarnya, yaitu Allah SWT. Kekuasaan-kekuasaannya dalam kedudukan ini haruslah terbatas pada batasan yang telah disebutkan diatas, baik kekuasaan-kekuasaan yang bersifat legislatif , yudikatif maupun eksekutif.

99

”Dan telah Kami turunkan kepadamu Al-Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya (yakni kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya ) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu. Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu ...” (QS. Shaad, 38:260) Doktrin tentang khilafah ialah bahwa segala sesuatu di atas bumi ini, berupa daya dan kemampuan yang diperoleh seorang manusia, hanyalah karunia dari Allah SWT. Dan Allah telah menjadikan manusia dalam kedudukan sedemikian sehingga ia dapat menggunakan pemberian-pemberian dan karunia-karunia yang dilimpahkan kepadanya di dunia ini sesuai dengan keridhaan-Nya. Berdasarkan hal ini, maka manusia bukanlah penguasa atau pemilik dirinya sendiri, tetapi ia hanyalah khalifah atau wakil Sang Pemilik yang sebenarnya. ”Ingatlah, ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat : ”Sesungguhnya aku akan menjadikan menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. (QS. Al-Baqarah, 2:30) ”Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi itu sumber penghidupan ...” (QS. Al-A’raaf, 7:10) ”Apakah kamu tidak melihat bahwasanya Allah menundukan bagimu apa yang ada di bumi ...” (QS. Al-Hajj, 22:65) Namun khilafah ini tidak menjadi khilafah yang benar selama tidak mengikuti hukum Sang Pemilik yang sebenarnya. Adapun sistem pemerintahan yang memalingkan diri dari Allah, lalu menjadi sistem yang terlepas bebas, memerintah dengan dirinya sendiri, untuk dirinya sendiri,maka itu bukanlah khilafah, tapi itu pemberotakan atau kudeta melawan Sang Penguasa yang hakiki. ”Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi: maka barangsiapa yang kafir, akibat kekafirannya akan menimpa dirinya sendiri, dan kekafiran orangorang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhan mereka, dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka.” (QS. Faathir, 35:39) Adapun yang diserahi khilafah yang sah dan benar ini bukanlah perorangan, keluarga atau kelas tertentu, tapi komunitas secara keseluruhan yang menyakini dan menerima prinsip-prinsip dan gagasan-gagasan yang telah disebutkan tadi dan bersedia menegakkan kekuasaannya atas dasar ini. ”... Allah akan menjadikan mereka sebagai khalifah-khalifah di atas bumi ....” Setiap individu di dalam kelompok kaum mukminin, ditinjau dari pandangan ayat ini, adalah sekutu di dalam khilafah dan tidak seorang manusia atau kelas pun berhak mencabut kekuasaan kaum mukminin di dalam khilafah ini, lalu memusatkannya di

100

tangannya sendiri. Begitu pula, tidak seseorang atau kelas pun dapat mengklaim bahwa khilafah Allah hanya dikhususkan baginya dan bukan bagi kaum mukminin lainnya. Inilah yang membedakan khilafah islamiyah dari sistem kerajaan, pemerintahan kelas atau pemerintahan para pendeta agama. Dan ini pulalah yang mengarahkan khilafah Islamiyah ke arah demokrasi, meskipun terdapat perbedaan asasi antara demokrasi Islami dengan demokrasi Barat – yaitu bahwa dasar pemikiran demokrasi Barat bertumpu atas prinsip kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat. Adapun demokrasi dalam khilafah Islamiyah, rakyat mengakui bahwa kekuasaan tertinggi ada di tangan Allah dan, dengan sukarela dan atas keinginannya sendiri, menjadikan kekuasaan dibatasi oleh batasanbatasan perundang-undangan Allah SWT. 5. Permusyawaratan Dalam sistem politik dan pemerintahan Islam, untuk mengatur dan memutuskan segala macam urusan, seperti pemilihan kepala negara dan pejabat-pejabat yang bertanggung jawab (ulil amri), dan penyusunan perundang-undangan, penetapan perkaraperkara eksekutif haruslah berdasarkan permusyawaratn kaum muslimin, baik yang diwujudkan secara langsung atau dengan cara memilih para wakil rakyat di dalam suatu sistem pemilihan yang benar. ”Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepadaNya.” (QS. Ali Imran, 3:159) ”Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka diputuskan dengan musyawarah antara merekadan mereka menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan kepada mereka ...” (QS. Asy-Syuura, 42:38) Keputusan yang diambil dalam musyawarah tersebut haruslah bersandarkan sumber hukum Al-Quran dan Sunah Roasulullah, tidak boleh bertentangan dan menyimpang dari kedua sumber hukum Islam tersebut. Pengambilan keputusan dengan sistem suara terbanyak (voting), yang menyebabkan keputusan yang diambil bertentangan dengan AlQuran dan Sunah harus dihindarkan. Bahkan Allah swt menegaskan, mengikuti suara kebanyakan orang akan cenderung menyesatkatkan, sebagaimana firmanNya. ”Katakanlah: ”Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertaqwalah kepada Allah hai orang-orang yang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al-Maidah, 5:100) ”Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)” (QS. Al-Anam, 6:116)

101

6. Pemilihan Ulil Amri (Pemimpin) Dalam pemilihan kepala negara, pejabat dan pimpinan pemerintahan atau yang disebut ulil amri, harus memperhatikan beberapa hal diantaranya: a. Seorang pemimpin haruslah orang yang beriman. ”Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya) dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benarbenar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisaa’, 4:59) b. Seorang pemimpin haruslah orang laki-laki ”Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian harta mereka. ...” (QS. An-Nisaa’, 4:34) c. Seorang pemimpin haruslah cerdas dan memiliki ilmu yang luas ”Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugrahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.” Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendakiNya. Dan Allah Maha Luas pemberianNya lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al- Baqarah, 2:247) d. Seorang pemimpin haruslah orang yang amanah ”Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. An-Nisaa’, 4:58) e. Jangan memilih pimpinan yang lemah akal ”Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya (lemah akal) ...” (QS. An-Nisaa’, 4:5) f. Jangan memilih orang yang mengikuti hawa nafsu. ”.... Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS. Al-Kahfi, 18:28)

C. EKONOMI Ekonomi sebagai salah satu sub sistem kehidupan, mencakup aktivitas penyediaan dan pemenuhan hajat hidup manusia dari kebutuhan primer seperti sandang, pangan dan

102

papan (pakaian, makan, dan tempat tinggal), juga kebutuhan sekunder seperti pekerjaan, berkeluarga, bermasyarakat, memiliki sarana transportasi, mendapatkan pendidikan, rekreasi, aktualisasi diri dan sebagainya. Aktivitas ekonomi dalam kehidupan masyarakat demikian memerlukan landasan falsafah, visi dan misi serta aturan perundangan menyangkut aspek kepemilikan dan pengelolaan sumber daya alam, produksi dan distribusi harta kekayaan, barang dan jasa yang dibutuhkan manusia serta pengaturan dalam masalah financial dan perbankan. Dengan memahami visi ideologis dalam suatu masyarakat berdasarkan landasan tauhid, dengan adil dan arif serta sejahtera, dengan penuh rahmat dan kasih sayang Allah, maka sistem ekonomi Islam dijalankan sebagai implementasi syariat Islam. Al-Quran sebagai firman Allah memberikan penjelasan mengenai beberapa prinsip sistem ekonomi Islam sebagai berikut. 1. Alam Semesta Adalah Milik Allah Pada hakekatnya segala yang ada di bumi, yang ada di langit dan apa yang ada diantara keduanya adalah milik Allah swt. Alam semesta adalah milik Allah dan ada dalam kekuasaanNya. Allah berfirman: ”Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Maidah, 5:120) ”KepunyaanNyalah semua yang ada di langit, semua yang ada di bumi, semua yang diantara keduanya dan semua yang di bawah tanah.” (QS. Thaahaa, 20:6) Air, tanah , udara dan sumber daya alam seluruhnya adalah milik Allah. Manusia diberi wewenang untuk mengelola dan mengusahakannya. Dan hak Allahlah yang menetapkan rezki pada siapa saja yang dikehendakinya. ”Katakanlah: ”Sesungguhnya Tuhanku melapangkan reski bagi siapa yang dikehendakiNya diantara hamba-hambaNya, dan menyempitkan bagi (siapa) yang dikehendakiNya. Dan barang siapa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantikannya dan Dia Pemberi Rezki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba’, 34:39) Harta kekayaan yang Allah telah karuniakan pada para hambaNya ini sebagai penyempurna nikmat bagi manusia. ”Tidaklah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan menyempurnakan untukmu nikmatNya lahir dan batin.” (QS. Lukman, 31:20)

2. Pengakuan Atas Kepemilikan Pribadi Manusia diberi kewenangan oleh Allah sebagai amanah untuk mengelola dan mengusahakan karunia Allah di alam semesta ini. Dari hasil yang diusahakan tersebut

103

sebagai rezki yang Allah telah berikan kepada hamba-hambaNya. Manusia akan memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. ”Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh apa yang telah diusahakannya.” (QS. An-Najm, 53:39) Dengan usha yang telah dilakukan manusia ini, maka ada sebagian manusia yang memperoleh karunia lebih banyak dari sebagian yang lain. Hal ini merupakan ketentuan dan kehendak Allah. Karenanya dilarang sebagian yang satu merasa iri hati kepada sebagian yang lain. ”Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (karena) bagi laki-laki ada bagian dari pada apa yang mereka usahakan dan bagi wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karuniaNya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. An-Nisaa’, 4:32) Dengan demikian dapat kita pahami bahwa harta kekayaan yang diusahakan oleh sesorang dengan cara yang baik dan benar menurut syariah diakui secara sah sebagai amanah Allah kepadanya. Dalam ekonomi Islam, kepemilikan pribadi diakui dalam batas-batas tertentu yang berhubungan dengan kepentingan masyarakat. Adapun harta yang diperoleh secara tidak sah dengan jalan batil tidak diakui dan dibenarkan. Allah berfirman: ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesama dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.” (QS. An-Nisaa’, 4:29) Allah juga melarang melakukan perniagaan atau jual beli dengan cara yang curang, misalnya dengan jalan melebihkan ukuran, kwantitas maupun kwalitas barang yang dibeli dari pihak lain, dan sebaliknya mengurangi ukuran, kwantitas maupun kwalitas barang yang akan dijualnya bagi pihak lain. ”Kecelakaan besarlah bagi ornag-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.” (QS. Al-Muthaffifiin, 83: 1-3) 3. Kekayaan Tak Boleh Terkumpul Pada Sekelompok Kecil Orang Meskipun kepemilikan pribadi dengan cara perolehan yang sah dan benar diakui oleh Islam, namun harta kekayaan tersebut tidak boleh dimiliki sekelompok orang saja. Dalam sistem kapitalisme, harta kekayaan atau modal cenderung mengumpul pada kelompok kecil orang yakni pada mereka yang kuat modalnya dan dekat dengan kekuasaan. Mereka akan menguasai sarana produksi dan distribusi barang dan jasa. Mereka akan semakin besar mendapatkan keuntungan. Mereka akan semakin kaya. Merekalah para pemilik modal (kapital). Sementara kelompok yang lain, karena ketidakmampuan mereka, mereka menjadi kelompok miskin yang tertindis. Sistem kapitalisme telah menciptakan situasi kemiskinan struktural.

104

Kondisi demikian tidak dibenarkan dalam Islam. Allah memerintahkan agar harta kekayaan harus bisa didistribusikan secara merata dan melarang harta kekayaan tersebut beredar diantara orang-orang kaya saja. Allah berfirman dalam Al-Quran. ”Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya yang berasal dari penduduk kota, maka adalah untuk Allah, untuk Rosul, kaum kerabat, anak-anak yang yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar diantara orang-orang kaya saja diantaramu.” (QS. Al-Hasyr, 59:7) Allah juga melarang orang-orang menyimpan harta kekayaan yang didapat tanpa menafkahkan di jalan Allah. Karena harta kekayaan tersebut sebagai karunia dari Allah, maka seharusnya juga digunakan untuk kepentingan dalam beribadah kepada Allah, untuk menegakkan dan menyebarkan Dienullah (Agama Islam). ”Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka) akan mendapatkan siksa yang pedih.” (QS. At-Taubah, 9:34) 4. Larangan Pemberlakuan Riba Dalam menunjang aktivitas perniagaan, perlu adanya dukungan finansial dan perbankan. Sistem perbankan konvensional memberlakukan adanya bunga bank atau riba. Perdagangan dengan dukungan riba demikian dilarang dalam Islam sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran. ”Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir diantara mereka itu siksa yang pedih.” (QS. An-Nisaa’, 4:161) ”Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkn sisa riba (yang belum di pungut) jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Baqarah, 2:278) Sistem finansial dan perbankan yang dibenarkan dalam menunjang aktivitas perniagaan dalam ekonomi Islam adalah dengan sistem syariah, yang tidak memberlakukan bunga bank (riba) tetapi berdasarkan mudhorobah atau pembiayaan profit saring (bagi hasil). 5. Menafkankan Rizki di Jalan Allah Atas harta kekayaan yang dimilikinya, seorang muslim harus membayar zakat atas hartanya yang telah memenuhi batas (nisab)nya. Zakat ini merupakan sarana distribusi sebagian kekayaan orang-orang kaya yang ditujukan bagi orang miskin dan mereka yang berhak mendapatkannya. ”Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.” (QS. Al-Israa’, 17:26)

105

”Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian.” (QS. Adz-Dzariat, 51:19) Al-Quran juga menjelaskan siapa yang berhak menerima zakat tersebut, yaitu fakir, miskin, amir zakat, muallaf, untuk memerdekakan budak, orang yang berhutang, aktifitas sabilillah, dan musyafir. Hal ini dijelaskan dalam ayat berikut. ”Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang yang sedang dalam perjalanan sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah, 9:60) Dalam sebuah masyarakat atau pemerintahan Islam, pengelolaan atas zakat, infaq dan shodaqoh (ZIS) bisa dilakukan oleh pemerintah atau badan yang ditunjukkan untuk mengelolanya melalui Baitul Maal. Baitul maal ini juga bisa dikembangkan menjadi sistem perbankan syariah. Dengan pengelolaan yang benar zakat, infak, shodaqoh ini dan juga pengelolaan produksi barang-barang kebutuhan masyarakat banyak oleh pemerintah Islam, dengan menegakkan syariah, menunaikan amanah secara adil, maka akan dapat dicapai kesejahteraan masyarakat keseluruhan.

106

D. HUKUM Sebagai tindak lanjut dari pilihan hidup menjadi orang yang beriman yang harus menegakkan syariah Islam, maka berdasarkan ideologi dan politik Islam, seorang mukmin diwajibkan untuk memperjuangkan pemberlakuan hukum Islam dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Hukum Islam merupakan salah satu implementasi dari syariah Islam dalam bidang konstitusi dan perundang-undangan. Dalam sub sistem politik Islam, dimana kedaulatan dan kekuasaan tertinggi ada di tangan Allah, maka dalam mengambil kontitusi dan perundang-undangan yang dijalankan dalam pemerintahan Islam harus bersumberkan dari Undang-undang tertinggi dalam Islam yakni Al-Quran dan Hadits (Sunah Nabi). Dengan demikian pembuatan konstitusi dan perundang-undangan yang harus dijalankan dalam masyarakat dalam segala aspek harus bersumberkan dari Al-Quran dan Hadits, serta produk hukum yang hendak diberlakukan juga merupakan produk hukum Islam. Al-Quran memberikan informasi dan penjelasan dalam beberapa ayat, mengenai hukum yang harus diterapkan. Ayat-ayat tersebut menjadi pedoman dan inspirasi dalam penyusunan hukum Islam yang dapat dirinci sebagai berikut. 1. Hukum Publik Secara umum, Islam mengharuskan para pemimpin (ulil amri) untuk berlaku dan bertindak adil baik bagi diri sendiri maupun terhadap orang lain. Apalagi bagi mereka yang mendapat amanah sebagai pejabat Hakim, Jaksa, Pengacara dan pejabat terkait dengan pelaksanaan dan penegakan hukum syariah. Allah juga memerintahkan setiap orang-orang yang beriman agar menegakkan keadilan, termasuk terhadap diri sendiri, orang tua, maupun semua keluarganya. Allah berfirman dalam Al-Quran. ”Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar-balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.” (QS. An-Nisaa’, 4:135) Berbuat adil ini harus dilakukan secara konsisten, termasuk terhadap orang yang tidak disukainya. Jangan sampai rasa benci membuat seseorang berlaku tidak adil, sebagaimana firman Allah ”Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. AlMaidah, 5:8)

107

2. Hukum Pidana Pidana adalah segala bentuk perbuatan yang dilakukan oleh seorang mukallaf, yang melanggar perintah atau larangan Allah yang dikhitbahkan kepada orang-orang mukallaf yang dikarenakan ancaman hukuman, baik sanksi (hukuman) itu harus dilaksanakan sendiri, dilaksanakan penguasa, maupun Allah, baik tempat pelaksanaan hukuman itu di dunia atau di akhirat. (Abdul Halim Barkatullah dan Teguh Prasetyo, Hukum Islam, Pustaka Pelajat, Yogyakarta, 2006) Mukallaf adalah orang yang telah memenuhi syarat untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya, dan jika melanggaran aturan syariat akan dikenakan sanksi atau hukuman. Pidana dalam bahasa Al-Quran dikenal dengan ”uqubat” atau ”jarimah”. Di kalangan ulama salaf dikenal ”Al-Jinayat”. Yang dianggap sebagai tindakan pidana di dalam AlQuran diantaranya pembunuhan, pencurian, perzinahan, tuduhan perzinahan, perusak atau pengacau keamanan, pemberontakan, murtad, minum khomr, enggan melaksanakan hukum Allah dan pelanggaran terhadap aturan Allah lainnya. Atas tindakan pidanan ini seseorang akan mendapatkan sanksi hukum atau uqubat atau jarimah. Bentuk-bentuk uqubah dalam Islam antara lain adalah hudud, qishash, diyat, ta’zir, kifarat dan fidyah. Bentuk hukuman tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Pertama, Al-Hudud adalah sanksi hukum yang tertentu dan mutlak yang menjadi hak Allah, yang tidak dapat diubah oleh siapapun. Sanksi itu wajib dilaksanakan, manakala syarat-syarat dari tindak pidana itu terpenuhi. Sanksi ini dikenakan kepada kejahatankejahatan berat seperti zina, sariqah, riddah, qadraf dan lain-lain. Kedua, Al-Qishash dan Al-Diyat. Al-Qishash adalah sanksi hukuman pembalasan seimbang, seperti membunuh terhadap si pembunuh. Al-Diyat adalah sanksi hukuman dalam bentuk ganti rugi, seperti jika ahli waris si terbunuh memberi maaf maka hukuman alternatif adalah diyat. Sanksi hukum al-qishash dan al-diyat adalah merupakan sanksi hukum perpaduan antara hak Allah dan hak manusia. Ketiga, Ta’zir adalah sanksi hukum yang diserahkan kepada keputusan hakim atau pihak berwenang yang berkompeten melaksanakan hukuman itu, seperti memenjarakan, mengasingkan dan lain-lain. Keempat, Kafarat dan Fidyah adalah sanksi hukum dalam bentuk membayar denda, yang diserahkan pelaksanaannya kepada di pelanggar. Bentuk membayar denda ini berupa memerdekakan budak, berpuasa, penyembelihan hewan atau memberi makan orang miskin. Al-Quran memberikan penjelasan mengenai hukuman atas berbagai macam bentuk tindak pidana, diantaranya sebagai berikut: a. Pembunuhan Dalam tindak pidana pembunuhan, Islam akan memberlakukan hukuman qishaash, yaitu pembalasan yang setimpal, orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, wanita dengan wanita. Jika kemudian dari keluarga yang terbunuh memberikan pemaafan, maka sanksi hukumnya adalah membayar diyat berat kepada yang memberi maaf. Sebagaimana firman Allah berikut:

108

”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan kamu atas qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba dan wanita dengan wanita, Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema’afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema’afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma’af) membayar (diyat) kepada yang memberi ma’af dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih.” (QS. Al-Baqarah, 2: 178) Pada ayat lain juga dijelaskan jika seorang mukmin terbunuh secara tidak sengaja oleh mukmin lain, maka hukumannya dengan memerdekakan seorang hamba sahaya mukmin dan membayar diyat ringan pada keluarga terbunuh. Hal ini ditunjukkan dalam ayat berikut: ”Dan tidak layak bagi seorang mu’min membunuh seorang mu’min (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan barangsiapa membunuh seorang mu’min karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. Jika ia (si terbunuh) dari kaum yang memusuhimu, padahal ia mu’min, maka (hendaklah si pembunuh) memerdekakan hamba sahaya yang mu’min. Dan jika ia (si terbunuh)dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang mu’min. Barangsiapa yang tidak memperolehnya, maka hendakalah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai cara taubat kepada Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS. An-Nisaa’, 4:92) Adapun seorang mu’min yang dengan sengaja membunuh mu’min lainnya, maka balasannya di akhirat kelak adalah neraka jahanam. Sebagaimana firman Allah dalam ayat berikut. ”Dan barangsiapa yang menbunuh seorang mu’min dengan sengaja, maka balasannya ialah jahannam, kekal ia didalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.” (QS. An-Nisaa’, 4:92) Masih banyak ayat-ayat yang lain yang menjelaskan tentang sanksi tindak pidana pembunuhan dengan berbagai kriteria dan persyaratan yang lain lagi. b. Pencurian Pencurian adalah mengambil barang-barang kepunyaam orang lain (tanpa hak) secara sembunyi dan secara sengaja untuk maksud memiliki. Pencuri yang melakukan pencurian, yang memenuhi persyaratan yang ditentukan, akan dikenakan sanksi hukuman had dalam bentuk potong tangan, yang dilaksanakan oleh penguasa. Hal ini bisa kita lihat pada firman Allah berikut.

109

”Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Maidah, 5: 38) Pencurian harta umum/negara secara diam-diam dalam bentuk korupsi atau kolusi dapat dimasukkan ke dalam pencurian. Demikian juga memanfaatkan atau mengambil barang orang lain tanpa hak, termasuk juga dalam pencurian, memakan harta anak yatim (di luar haknya). Sanksinya adalah neraka sebagaimana firman Allah. ”Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).” (QS. An-Nisaa’, 4:10). Juga memakan hasil riba adalah suatu tindakan pidana yang akan mendapat sanksi dari Allah. Allah berfirman dalam Al-Quran. ”Orang-orang yang makan (mengambil) riba, tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan) dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba) maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah, 2 : 275). c. Perzinahan Terhadap orang yang melakukan perzinahan, yaitu berhubungan intim tanpa ikatan perkawinan yang sah, Islam menetapkan hukuman sanksi had berupa dera (hukum cambuk) seratus kali, baik terhadap pezina laki-laki maupun pezina wanita. Dan pelaksanaan hukuman dera tersebut perlu disaksikan oleh masyarakat. Allah berfirman dalam Al-Quran. ”Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka derahlah tiap-tiap orang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nuur, 24:2) Dalam peradilan atas orang-orang yang melakukan zina harus ada 4 orang saksi yang kuat. Jika hanya sekedar tuduhan, maka mereka yang menuduh itu dijatuhi hukuman dera sebanyak delapan puluh kali, sebagaimana firman Allah. ”Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik berbuat zina dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dam janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nuur, 24:4)

110

Jika tuduhan perzinahan dilakukan oleh seorang suami terhadap istrinya (li’an), yang dikuatkan dengan sumpah empat kali dan pada kali kelima ia mengatakan : ”bahwa laknat Allah kepadanya jika ia berbuat dusta”. Pada saat itu istrinya dapat dikenakan had zina, karena ia (seolah-olah) sudah berzina. Sebagaimana firman Allah. ”Dan orang-orang yang menuduh istrinya (berzina), padahal mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, sesungguhnya dia adalah termasuk orang –orang yang benar. Dan (sumpah) yang kelima bahwa la’nat Allah atasnya, jika dia termasuk orang-orang yang berdusta.” (QS. An-Nuur, 24:6-7) Untuk membebaskan diri dari had zina, si istri pun melakukan pembelaan dengan mengucapkan sumpah empat kali yang menyatakan kedustaan suaminya dan pada kali yang kelima ia menyebutkan ”bahwa Allah marah kepadanya, jika ia (suami) termasuk orang yang benar”. Dengan demikian si istri pun terlepas dari had zina, sebagaimana suami terlepas dari had zina karena li’an, sebagaimana firman Allah. ”Istrinya itu dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya empat kali atas nama Allah, sesungguhnya suaminya itu benar-benar termasuk orang-orang yang dusta. Dan (sumpah) yang kelima, bahwa la’nat Allah atasnya jika suaminya itu termasuk orangorang yang benar,” (QS. An-Nuur, 24:6-9). d. Pemberontakan Pemberontakan merupakan gerakan makar terhadap suatu pemerintahan muslim yang sah. Jika ada suatu kelompok yang melakukan pemberontakan atau memusuhi sesama muslim, maka disuruh perangi, sehingga mereka takluk dan berbuat adil. Perbuatan permusuhan itu dilarang Allah. Hal ini sesuai dengan firman Allah berikut. ”Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain, maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah, jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil, dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al-Hujurat, 49:9) e. Murtad Riddah atau murtad adalah keluar dari agama Islam. Terhadap orang yang murtad, pertama perlu diberi kesempatan untuk bertobat. Jika ia tidak mau bertobat, maka sanksi hukumnya adalah dibunuh, mereka tidak dipotong kaki dan tangan dan tidak dibuang. Dan la’nat Allah dan para malaikat akan ditimpakan kepada mereka, sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran.. ” ... Barang siapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka inilah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka inilah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah, 2:217)

111

”Sesungguhnya orang-orang yang beriman kemudian kafir, kemudian beriman (pula), kemudian kafir lagi, kemudian bertambah kekafirannya, maka sekali-sekali Allah tidak akan memberi ampunan kepada mereka, dan tidak (pula) menunjuki mereka kepada jalan yang lurus.” (QS. An-Nisaa’, 4:137) ”Bagaimana Allah akan menunjuki suatu kaum yang kafir sesudah mereka beriman, serta mereka telah mengakui bah Rasul itu (Muhammad) benar-benar rasul dan keterangan-keterangannya telah datang kepada mereka? Allah tidak menunjuki orangorang yang dzalim. Mereka itu, balasannya ialah bahwasanya la’nat Allah ditimpakan kepada mereka (demikian pula) la’nat para malaikat dan manusia seluruhnya.” (QS. Ali Imran, 3:86-87) f. Minum Khamar Minum khamar adalah suatu tindakan pidana. Peminumnya berbuat dosa. Al-Quran tidak menegaskan sanksi hukumnya. Sanksi hukumnya dijelaskan hadits berupa had, yang dijelaskan penguasa. ”Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi, katkanlah : ”Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya. ...” (QS. Al-Baqarah, 2:219) g. Pelanggaran Terhadap Aturan-aturan Ibadah dan Muamalat Bagi yang melanggar sumpah, maka sanksinya berupa kafarah dengan memberi makan sepuluh orang miskin, atau memberi pakaian atau memerdekakan budak atau berpuasa tiga hari. Pelaksanaan dilakukan sendiri oleh si pelanggar. Hal ini bisa kita lihat pada firman Allah. ”Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi dia menghukum kami disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. Barangsiapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kaffaratnya puasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). Dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu hukum-hukumNya agar kamu bersyukur (kepadaNya).” (QS. Al-Maidah, 5:89) Bagi mereka yang terkepung maka ia harus membayar fidyahnya dengan menyembelih dam dan bagi mereka yang sakit atau ada gangguan di kepala, maka sanksinya dengan berfidyah yaitu berpuasa atau bersedekah atau berkorban. Apabila melakukan hajji tamattu, maka wajib memberikan fidyah dengan menyembelih dan atau berpuasa tiga hari di tanah haram dan tujuh hari manakala sudah berada di kampung halaman.

112

”Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah. Jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka (sembelihlah) korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. Jika ada diantaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur) maka wajiblah atasnya berfidyah, yaitu berpuasa atau bersedekah atau berkorban. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. Tetapi jika jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh hari yang sempurna. Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah). Dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaNya.” (QS. AlBaqarah, 2:196) 3. Hukum Perdata Hukum perdata ialah rangkaian dari aturan-aturan hukum yang mengatur hubunganhubungan hukum antara orang yang satu dengan orang yang lain di dalam masyarakat, seperti hubungan hukum jual beli, sewa-menyewa, tukar-menukar, warisan dan sebagainya. Hukum perdata bersama dengan hukum dagang digolongkan sebagai ”hukum privat”, yaitu sebagai hukum yang mengatur kepentingan perseorangan. (Hartono Hadisoeprapto, Pengantar Tata Hukum Indonesia, Liberti, Yogayakarta, 2004) Islam memberikan suatu pedoman bagi menyusunan peraturan dan perundangan hukum perdata ini, yang bisa kita kaji diantaranya menyangkut hukum perkawinan, hukum waris, hukum perjanjian/perikatan sebagai berikut: a. Hukum Perkawinan Allah swt menciptakan manusia berpasang-pasangan, yakni antara laki-laki dan wanita. Masing-masing mempunyai kecenderungan untuk menyatu dalam kebersamaan, saling mencintai, menyayangi, sharing atau curhat, untuk mendapatkah kebahagiaan, ketenangan dan ketentraman. Kebersamaan antara laki-laki dan wanita dalam Islam harus dilakukan melalui sebuah ikatan perkawinan yang syah, mengikuti syarat dan rukunnya. Dengan ikatan perkawinan ini hubungan kebersamaan mereka menjadi halal dan tidak digolongkan sebagai perzinahan. Allah swt berfirman dalam Al-Quran : ”Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Ruum, :21) Banyak manfaat yang didapat dari sebuah perkawinan, disamping untuk saling mencintai dan menyayangi, juga dalam usaha untuk mendapatkan keturunan, membentuk sebuah keluarga yang sakinah, mawadah warohmah. Karena itulah Allah memerintahkan agar orang-orang yang sendirian dan memenuhi persyaratannya, dikawinkan dengan pasangannya. Jangan karena takut akan kemiskinan, mereka meninggalkan perkawinan ini. Karena Allah yang akan memberikan rezeki sebagai karunia bagi mereka.

113

”Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika merela miskin Allah akan memampukan mereka dengan karuniaNya. Dan Allah Maha Luas (pemberianNya) lagi Maha Mengetahui.” (QS An-Nuur, 24 :32) ”Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.” (QS. An-Nisaa’, 4:3) Seorang laki-laki yang telah memenuhi persyaratan baik usia maupun tanggung jawab menjadi seorang suami, maka dirinya berhak memilih seorang calon istrinya. Bagi seorang laki-laki beriman, dirinya berhak mengawini orang-orang yang beriman, yang suci dan juga wanita ahli Kitab yang menjaga kehormatannya. Allah berfirman dalam AlQuran. ”Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al-kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (dan dihalalkan mengawini) wanita-wanita yang menjaga kehormatan diantara wanitawanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara wanitawanita yang diberi Al-Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, dan tidak maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari akhirat termasuk orang-orang merugi.” (QS. Al-Maidah, 5:5) Apabila tidak cukup perbelanjaannya mengawini wanita merdeka yang beriman, maka dapat mengambil wanita beriman dari budak-budak yang dimilikinya, sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran. ”Dan barangsiapa di antara kamu (orang merdeka) yang tidak cukup perbelanjaannya untuk mengawini wanita merdeka lagi beriman, ia boleh mengawini wanita yang beriman dari budak-budak yang kamu miliki. Allah mengetahui keimananmu, sebahagian kamu adalah dari sebahagian yang lain, karena itu kawinilah mereka dengan seizin tuan mereka.” (QS. An-Nisaa’, 4:25) Jika seorang lelaki telah menetapkan seorang wanita untuk dinikahi, maka yang pertama kali perlu dilakukan adalah dengan meminangnya. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran. ”Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita iu dengan sindiran atau kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka)

114

perkataan yang ma’ruf. Dan janganlah kamu ber’azam (bertetap hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis masa ’iddahnya. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.” (QS. Al-Baqarah, 2:235) Sebuah perkawinan yang syah dilakukan melalui aqad nikah, dimana harus memenuhi persyaratan diantaranya, adanya wali wanita, dengan memberikan mahar (mas kawin) bagi wanita oleh manten laki-laki, dan dilakukan akad nikah di hadapan dua orang saksi. Allah berfirman dalam Al-Quran. ” ... Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian, (yaitu) mencari istri-istri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka istri-istri yang telah kamu nikmati (campuri) di anatara mereka, berikanlah maharnya (dengan sempurna) sebagai suatu kewajiban, dan tiadalah mengapa bagi kamu yang telah merelakannya, sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi maha bijaksana.” (QS. An-Nisaa’, 4:24) Dalam sebuah perkawinan, maka bagaimana antara suami-istri dapat saling menyayangi, menghormati dan menjaga hak-hak diantara keduanya dan masing-masing melakukan kewajibannya. Seorang suami harus berlaku dan bergaul dengan istrinya dengan cara yang ma’ruf dan lemah lembut. ”Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa, dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut.” (QS. An-Nisaa’, 4:19) Demikian juga, seorang istri harus menjaga ketaatan kepada suaminya, menjaga kehormatan suami dan hartanya di rumah. ”Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki0laki) atas sebahagian yang lain (wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebahagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang shalih, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri, ketika suaminya tidak ada oleh karena Allah telah memelihara mereka.” (QS. An-Nisaa’, 4:34) Sebuah rumah tangga yang telah terbentuk, yang dilingkungi dengan suasana sakinah, mawadah, warohmah, sedapat mungkin untuk terus dijaga jangan sampai terjadi perpecahan diantara suami dan istri. Demikianlah beberapa ayat yang dapat dijadikan pedoman bagi penetapan hukum perkawinan yang bersumber dari Al-Quran. b. Hukum Waris Bagi seorang yang kedatangan tanda-tanda kematian dengan meninggalkan harta, maka diwajibkan atasnya untuk berwasiat atas pembagian harta bendanya tersebut untuk

115

ibu-bapak dan karib kerabatnya. Penyampaian wasiat ini hendaknya dihadapan dua orang saksi yang adil. Hal ini dijelaskan dalam ayat-ayat Al-Quran sebagai berikut. ”Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapa dan karib kerabatnya secara ma’ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah, 2:180) ”Hai orang-orang yang beriman, apabila salah seorang kamu menghadapi kematian, sedang dia akan berwasiat, maka hendaklah (wasiat itu) disaksikan oleh dua orang yang adil di antara kamu, atau dua orang yang berlainan agama dengan kamu. Jika kamu dalam perjalanan di muka bumi lalu kamu ditimpa bahaya kematian. Kamu tahan kedua saksi itu sesudah sembahyang (untuk bersumpah), lalu mereka berdua bersumpah dengan nama Allah – Jika kamu ragu-ragu: ”(Demi Allah) kami tidak akan menukar sumpah ini dengan harta yang sedikit (untuk kepentingan seseorang), walaupun dia karib kerabat, dan tidak (pula) kami menyembunyikannya persaksian Allah; sesungguhnya kami kalau demikian kami tentulah termasuk orang-orang yang berdosa”. (QS. Al-Maidah, 5:106) Adapun aturan pembagian warisan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang adalah digambarkan oleh ayat-ayat berikut. ”Allah mensyari’atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bahagian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan. Jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi ibu-bapanya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunyamendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfa’atnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisaa’, 4:11) ”Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah wasiat yang mereka buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan, jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. Jika seorang mati, baik laki-laki atau perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja), maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta.Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari

116

seorang, maka mereka bersekutu yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutang-hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepala ahli waris). (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syari’at yang benarbenar dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun.” (QS. An-Nisaa’, 4:12) c. Hukum Perjanjian/Perikatan Dalam bermuamalah, ada situasi dimana antara pelaku aktivitas harus melakukan perjanjian atau perikatan, seperti dalam transaksi jual beli yang dilakukan bukan secara tunai, transaksi hutang piutang, kontrak pemborongan barang dan jasa dan lain-lainnya. Dalam aturan dan perundangan sistem hukum Islam, diwajibkan untuk membuat suatu catatan tertulis berupa perjanjian atau perikatan diantara pihak-pihak yang terlibat dan diketahui oleh seorang saksi atau lebih. Allah memberlakukan agar orang-orang yang beriman memenuhi akad-akad yang dilakukan dan mengikuti aturan dan hukum Allah yang telah ditetapkan, sebagaimana firmanNya dalam Al-Quran. ”Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah yang menetapakan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.” (QS. Al-Maidah, 5:1) Secara detail Al-Quran menjelaskan bagaimana keharusan orang-oang beriman untuk melakukan perjanjian dan perikatan dalam bermuamalah, agar tidak terjadi kerugian di satu pihak dan menguntungkan di pihak lain secara tidak halal. ”Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai sesuai waktu yang telah ditentukan, hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagimana Allah telah mangajarkannya, maka ia hendaklah menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki diantaramu. Jika tidak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka seorang lagi mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu, (Tulislah mu’amalahmu itu), kecuali mu’amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan diantara kamu, maka tak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan yang (demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah

117

suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah, 2:282) E. PENDIDIKAN DAN SOSIAL Pendidikan adalah suatu proses yang mengupayakan untuk mempengaruhi perkembangan kepribadian, sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang menjadi meningkat kualitasnya, sehingga menjadi pribadi-pribadi yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia. Dalam Islam pendidikan dimulai sejak seorang anak lahir ke dunia hingga akhir hayatnya. Bahkan sejatinya, pendidikan dimulai sejak Allah meniupkan rohNya ke dalam janin yang ada dalam kandungan ibunya, pada usia kehamilan sekitar empat bulan. Allah berfirman dalam Al-Quran. ”Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuhnya) rohNya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” (QS. As-Sajdah, 32:9) Bagaimana Al-Quran menjelaskan tentang pendidikan dan tata sosial dalam masyarakat, ditunjukkan uraian berikut ini. 1. Tujuan Pendidikan Tujuan pendidikan dalam Islam adalah membentuk generasi robbani, sebagai ulilalbab dan ’ibadurrahman. Generasi robbani adalah generasi yang sempurna ilmu dan taqwanya kepada Allah swt, mereka selalu mempelajari ilmu dan mengajarkannya pada orang lain. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran. ”Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al-Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia. ”Hendaklah kamu menjadi penyembahpenyembahku bukan penyembah Allah.” akan tetapi (dia berkata) ”Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” (QS. Ali Imran, 3:79) Sebagai ulil albab, yakni orang-orang yang berakal, yang senantiasa berzdikir pada Allah dan bertafakur atas ciptaanNya, sebagaimana ayat berikut. ”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (ulil albab), yaitu orangorang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya) berkata: ”Ya, Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau. Maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imran, 3:190-191) Sebagai ’ibadurrahman, yaitu hamba Allah Yang Maha Penyayang, yang dimuliakan oleh Allah. Mereka adalah orang-orang yang rendah hati, istiqomah menjalankan qiyamul lail, memohon dijauhkan dari siksa neraka, yang tidak boros dan tidak kikir, tidak

118

menyekutukan Allah, bukan pembunuh orang yang diharamkan, yang bertaubat dan beramal shalih, tidak bersaksi palsu, yang mau mendengarkan peringatan ayat-ayat Allah serta menjadi imam orang-orang yang bertaqwa. Hal ini ditunjukkan oleh ayat-ayat berikut ini. ”Dan hamba-hamba Allah yang Maha Penyayang (Ibadurrahman) itu ialah orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapakan kata-kata yang baik. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka. Dan orang-orang yang berkata, ”Ya Tuhan kami, jauhkan azab jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal.” (QS. Al-Furqaan, 25:63-65) Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah yang demikian. Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosanya.” (QS. Al-Furqaan, 25:67-68) ”Dan orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal sholih, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya. Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orangorang) yang mengerjalan perbuatan tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al-Furqaan, 25: 71-72) ”Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta. Dan orangorang yang berkata, ”Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-sitri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orangorang yang bertaqwa.” (QS. Al-Furqaan, 25:73-74) 2. Pendidikan Pribadi Pelajaran apakah yang pertama mesti kita sampaikan pada anak-anak kita? Al-Quran memberikan suatu contoh pada kita, dalam kisah keluarga Luqman, yang memberikan nasehat bagi anaknya dengan memberikan penanaman aqidah, keimanan kepada Allah secara murni, tanpa mempersekutukanNya dengan sesuatu yang lain. Allah berfirman. ”Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberikan pelajaran kepadanya. ”Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedlaliman yang besar.” (QS. Luqman, 31:13) Aqidah, keyakinan akan Allah sebagai rabb, Tuhan semesta alam, Tuhan langit dan bumi, Tuhan seluruh makhluk di dunia ini, juga Allah sebagai ilah, satu-satunya tempat kita menyembah, menyandarkan diri, mencintai, mengabdikan diri, tunduk, patuh dan taat sepenuhnya kepadaNya. Keyakinan dan keimanan yang murni demikian, tanpa

119

mempersekutukan dengan sesuatu yang lain inilah yang ditanamkan pertama kali seorang ayah (Luqman) terhadap anaknya. Penanaman aqidah ini pulalah yang mesti kita sampaikan pada anak-anak kita dalam sebuah keluarga muslim. Bagi orang-orang yang beriman, laki-laki maupun perempuan, dia akan berserah diri sepenuhnya kepada Allah, senantiasa menjaga ketaatannya, bersabar, khusuk dalam sholatnya, bersedekah, berpuasa, memilihara kehormatannya, senantiasa berdzikir maka Allah akan memberikan ampunan dan pahala yang besar, sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran. ”Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mu’min, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Ahzab, 33:35) Dengan aqidah yang kuat, maka seorang mu’min akan senantiasa mematuhi aturan dan hukum yang telah ditetapkan Allah dan RasulNya. Tidak patut bagi orang yang beriman, jika Allah dan RasulNya menetapkan suatu ketentuan aturan atau ketetapan, akan ada baginya pilihan yang lain. Sesuai dengan firman Allah dalam Al-Quran. ”Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan sutau ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan RasulNya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. Al-Ahzab, 33:36) 3. Pendidikan Rumah Tangga Dalam sebuah rumah tangga Islam, disamping iman kepada Allah, taat pada Allah dan RasulNya, seorang anak harus berbakti kepada kedua orang tuanya. Allah perintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya, yang telah merawat dan mendidiknya sejak kecil hingga dewasa, para orang tua telah banyak berkorban untuk kebaikan dan kebahagian bagi anak-anaknya. Allah berfirman dalam Al-Quran. ”Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibubapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepadaKulah kembalimu.” (QS. Luqman, 31:14) Islam juga mengatur tata tertib dalam rumah tangga, hubungan antara anak dan ibu bapaknya, dengan budak-budak yang dimilikinya dan pengaturan hubungan laki-laki dan perempuan. Diantara tata tertib yang dijelaskan dalam Al-Quran adalah pengaturan untuk meminta izin bagi budak-budak laki-laki dan wanita, juga bagi orang-orang yang belum baligh, ketika mereka harus bertemu untuk suatu keperluan. Allah berfirman.

120

”Hai orang-orang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki dan orang-orang yang belum baligh diantara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu) hari, yaitu sebelum sembahyang subuh, ketika kamu meninggalkan pakaian (luar),u fi tengah hari dan setelah sembahyang Isya’. (Itulah) tiga aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nuur, 24:58) ”Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur baligh, maka hendaklah mereka meminta izin seperti orang-orang yang sebelum mereka meminta izin. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayatNya Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nuur, 24:59) Bagi putra dan putri keluarga muslim yang telah mencapai usia baligh, mereka juga harus menjaga pandangan dan memelihara kehormatan dirinya, menutup auratnya agar senantiasa menjadi orang-orang yang suci dari kemaksiatan pergaulan dengan lawan jenisnya. Bagi wanita muslim harus menutupkan kerudung (jilbab) ke dadanya, kecuali kepada para laki-laki muhrim, atau yang haram untuk menikah dengannya. ”Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, ”Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (QS. AnNuur, 24:30) ”Katakanlah kepada wanita yang beriman, ”Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara lelaki mereka, atau putra saudara lelaki mereka, atau putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan laki-laki yang tidak punya keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nuur, 24:31) Keseluruhan ini dimaksudkan untuk menjaga diri dari kemaksiatan. Allah juga memerintahkan kepada orang-orang beriman untuk menjauhkan diri dari perbuatan zina, yang merupakan suatu dosa, suatu perbuatan yang keji, sebagaimana firmanNya. ”Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah sebuah perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Israa’, 17:32)

121

4. Busana Muslimah Bagi wanita yang telah baligh, wajib atasnya untuk menutup auratnya. Pengertian aurat seorang wanita adalah seluruh tubuhnya kecuali telapak tangan dan mukanya. Oleh karena itu, suatu kewajiban bagi seorang wanita muslim untuk mengenakan jilbab atau kerudung yang menutupi rambutnya dan ke dadanya, disamping telah berpakaian yang rapi menutup seluruh tubuhnya. Allah berfirman dalam Al-Quran. ”Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min. ” Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab, 33:59) Banyak hikmah yang didapat dengan menggunakan busana muslimah seperti pakaian jilbab atau kain kerudung yang menutup aurat wanita. Disamping menunjukkan sebagai wanita muslimah, sebagai wanita-wanita mu’min yang taat pada peraturan dan hukum Allah, juga seorang wanita yang berjilbab akan terpelihara, terjaga dari gangguan kejahatan. Allah memberikan karunianya berupa pakaian bagi para hambanya untuk menutup auratnya, dan pakaian yang paling baik adalah pakaian taqwa, sebagaimana firman Allah berikut. ”Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagaian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (QS. Al-A’raaf, 7:26) Dan dalam setiap memasuki masjid, Allah juga memerintahkan kepada kita untuk memakai pakaian yang indah, dalam arti suci, bersih dan didapat dengan cara yang halal. ”Hai anak Adam pakailah pakianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al- A’raaf, 7:31) Dengan menggunakan busana muslimah, maka seorang wanita mu’min terlepas dari kelompok wanita penggoda kaum lelaki dengan pakaian yang tidak menutup auratnya. Seorang wanita mu’min harus memiliki orientasi kehidupan akhirat sebagai tujuan kehidupan dunianya. Terhadap istri-istri Nabi Muhammad saw pun, Allah memerintahkan kepada Nabi untuk menceraikan istri-istrinya yang menjadikan kemewahan dunia sebagai tujuan kehidupannya saat ini. ”Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu: ”Jika kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika (keridhaan) Allah dan RasulNya serta (kesenangan)

kamu sekalian mengingini kuberikan kepadamu mut’ah kamu sekalian menghendaki di negeri akhirat, maka

122

sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik diantaramu pahala yang besar.” (QS. Al-Ahzab, 33:28-29) Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayatNya bagaimana seorang wanita mu’min harus berperilaku dan berpakaian yang memenuhi norma Islam, mengikuti syariat dan hukum Islam yang telah ditetapkan. 5. Hubungan Sosial Disamping tata tertib dalam rumah tangga seperti dikemukakan diatas, Islam juga mengatur tata tertib dalam bertamu, untuk masuk ke rumah seorang tetangga muslim lainnya harus mengucap salam dan meminta izin terlebih dahulu. ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.” (QS. An-Nuur, 24:27) Apabila tidak menjumpai penghuninya, janganlah memaksakan diri untuk tetap masuk. Bahkan jika kemudian tidak diizinkan masuk, maka orang yang bertamu harus menghormatinya dan kembali untuk meninggalkan rumah tersebut. ”Jika kamu tidak menemui seseorangpun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu: ”kembali (saja)lah ”, maka hendaklah kamu kembali. Itu lebih bersih bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. An-Nuur, 24:28) Adapun terhadap rumah yang tidak untuk didiami, dimana ada keperluan kita di dalamnya, misalnya untuk sekolah, majelis taklim, urusan keamasyarakatan dan sebagainya, maka tidak ada dosa bagi kita untuk memasukinya. Ini sesuai dengan ayat berikut. ”Tidak ada dosa atasmu memasuki rumah yang tidak disediakan untuk didiami, yang di dalamnya ada keperluanmu, dan Allah mengetahui apa yang kamu sembunyikan.” (QS. An-Nuur, 24:27) 6. Hubungan Sesama Mu’min Dalam kehidupan bertetangga dan bermasyarakat, setiap mukmin hendaklah menjunjung tinggi akhlak Rasulullah, untuk saling tolong menolong, saling menghormati dan saling menghargai. Jika terjadi konflik diantara sesama mukmin, kita usahakan untuk bisa berdamai dan juga janganlah sampai terjadi saling aniaya. Allah memerintahkan untuk memerangi kelompok yang berbuat aniaya terhadap muslim lainnya, sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran. ”Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu’min berperang, maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain, maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali, kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada

123

perintah Allah), maka demikianlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al-Hujuraat, 49:9) Sesama mukmin harus saling berkasih sayang satu sama lain. Ibarat satu tubuh, maka jika ada bagian tubuh yang sakit, maka bagian tubuh yang lain akan ikut merasakannya. Karena sesungguhnya sesama mukmin adalah bersaudara. ”Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara karena itu demikianlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujuraat, 49:10) Sebagai saudara, maka sesama mukmin jangan sampai saling mengolok-olok satu sama lainnya, juga dilarang untuk saling memanggil dengan sebutan yang buruk. Allah berfirman dalam Al-Quran sebagai berikut. ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kamu mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanitawanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu kamu panggil memanggil dengan gelargelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Hujuraat, 49:11) Disamping itu juga tidak boleh saling mencurigai atau berprasangka buruk diantara sesama mukmin. Juga janganlah saling menggunjing. ”Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari kesalahan-kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujuraat, 49:12) Allah menciptakan manusia dari seorang laki-laki dan wanita, menjadikan berbangsabangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal, untuk saling mengajak berbuat baik dan bertakwa kepada Allah swt. Orang yang paling mulia adalah yang paling bertaqwa. ”Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwadi antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujuraat, 49:13)

124

F. KEBUDAYAAN Secara umum budaya artinya akal budi atau pikiran. Kebudayaan berarti hasil dari kerja akal budi, olah pikir manusia seperti perilaku, pengetahuan, falsafah hidup, kesenian, bahasa, tradisi-tradisi dan sebagainya, yang berupa immateri, dan alat-alat untuk mengolah alam, perlengkapan hidup, pakaian, perumahan, alat rumah tangga, serta alat-alat yang dipergunakan manusia dalam menjalani hidup dan kehidupan ini yang berupa materi. Menurut Endang Syaifuddin Ansori, Kebudayaan adalah hasil karya, cipta, pengolahan, pengerahan dan pengarahan manusia terhadap alam dengan kekuatan jiwa, pikiran, perasaan, kemauan, intuisi, imajinasi, raga, dan fakultas-fakultas rohaniah dan kehidupan lahiriah manusia. Jika kebudayaan tercipta dalam sebuah masyarakat yang berlandaskan tauhid, yang mengesakan Allah, yang menempatkan Allah sebagai pusat segalanya, dengan memegang teguh syariat Islam sebagai aturan, norma, kaidah yang bersumber dari Allah, maka akan didapatkan suatu kebudayaan yang Islami. Sebuah kebudayaan yang tidak lepas dari nilai-nilai Islam, yang memiliki visi, misi, motivasi dan orientasi kepada Allah semata. Seni sebagai bagian dari kerja budaya, tentunya juga memiliki corak yang Islami, baik berupa seni bahasa, seni sastra, seni musik, seni arsitektur dan bentuk kesenian lainnya. Secara keseluruhan harus mengekspresikan nilai-nilai Islam. Karena kesenian merupakan salah satu sistem simbol dan kesenian dalam masyarakat Islam adalah wujud dari simbol nilai-nilai Islam. Bagaimana Al-Quran menjelaskan mengenai kebudayaan dapat diuraikan sebagai berikut. Pada dasarnya, Allah telah memberikan dalam diri manusia suatu potinsi yang akan menghasilkan dari dirinya amalan yang baik, sebagaimana yang dikehendakiNya. Potensi itu adalah penyempurnaan proses penciptaan manusia, yaitu Allah ciptakan pendengaran, penglihatan dan hati, sebagaimana Firman Allah. “Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” (QS. As-Sajdah, 32:9) “Katakanlah: "Dia-lah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati." (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur.” (QS. AlMulk, 67:23) Dengan potensi itulah manusia dapat melakukan suatu aktivitas yang berupa kebudayaan. Bagi orang yang beriman, orang bertauhid, yang menjadikan Allah sebagai motivasi dan orientasi kehidupannya, maka akan dihasilkan kebudayaan yang memiliki nilai-nilai Islam dan mewujudkan simbol-simbol Islam. Kebudayaan sebagai produk kerja akal budi, pikiran hasil karya, cipta dan rasa manusia dengan demikian merupakan wujud dari amal sholih. Kebudayaan Islam merupakan ekspresi dari suatu masyarakat yang memiliki tauhid. Kebudayaan Islam juga merupakan simbol dari peradaban Islam.

125

Demikianlah maka, produk dari budaya berupa perilaku, pengetahuan, falsafah hidup, kesenian, bahasa, tradisi-tradisi, alat-alat untuk mengolah alam, serta perlengkapan hidup manusia, secara keseluruhan harus didasarkan pada misi, motivasi dan orientasi kepada Allah swt dan akan membawa pemakai atau penikmat hasil budaya tersebut lebih dekat pada Allah. Mereka akan mentaati Allah dan RasulNya, tunduk dan patuh sepenuhnya atas aturan dan ketetapan Allah. Orang-orang yang beriman dan beramal sholeh (dalam produk kebudayaan) demikian akan mendapat kemenangan, sebagai mana Firman Allah. ”Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran, 3:139) “Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang.” (QS. Al-Maidah, 5:56) Bangunan sebagai simbol peradaban dan kebudayaan, dalam sejarah Islam yang pertama kali dibangun dan diwujudkan adalah bangunan ibadah, yakni Baitullah, sebagaimana firmanNya. “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.” (QS. Ali Imran, 3:96) “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. AlBaqarah, 2:127) Dalam mendirikan bangunan-bangunan Islam, haruslah dibangun atas dasar taqwa, bukan untuk bermegah-megah atau yang lainnya. “Maka apakah orang-orang yang mendirikan mesjidnya di atas dasar taqwa kepada Allah dan keridhaan-(Nya) itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka Jahannam. Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang- orang yang zalim.” (QS. At Taubah, 9:109) Bangunan-bangunan yang tinggi yang dibangun, dengan main-main, dan agar kekal di dunia, karena kesombongan tidak diperkenankan dalam Islam. “Apakah kamu mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk bermain-main dan kamu membuat benteng-benteng dengan maksud supaya kamu kekal (di dunia)? Dan apabila kamu menyiksa, maka kamu menyiksa sebagai orang- orang kejam dan bengis.” (QS. Asy-Syu’araa, 26:128-130)

126

Bahkan bangunan sebagai simbol kadlaliman dan keangkara-murkaan yang didirikan oleh oleh Fir’aun pada akhirnya dihancurkan oleh Allah bersama kebudayaan dan peradabannya sekaligus. Bangunan-bangunan Fir'aun yang dihancurkan oleh Allah ialah bangunan-bangunan yang didirikan mereka dengan menindas Bani Israil, seperti kota Ramses; menara yang diperintahkan Hamaan mendirikannya dan sebagainya. “ … Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir'aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka.” (QS. Al-A’raf, 7:137) Dalam bidang seni, Allah mengajarkan seni ucap, susastra. “(Tuhan) Yang Maha Pemurah, Yang telah mengajarkan al Quran. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara.” (QS. Ar-Rahman, 55:1-4) Meskipun Al-Quran bukan merupakan karya satra, namun Al-Quran memiliki nilai sastra yang tinggi. Allah menghendaki hambanya berpakaian yang indah, yaitu yang menutupi aurat. Allah juga memerintahkan kita memakai pakaian yang indah yaitu yang bersih dan suci ketika hendak memasuki masjid. Karena Allah menyukai yang indah. Allah juga memiliki nama-nama yang indah. “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (QS. Al-A’raf, 7:26) “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf, 7:31) Dan Allah telah memilih orang-orang yang cinta akan keimanan dan dijadikanNya keimanan itu sesuatu yang indah dalam hati orang-orang yang mendapatkan hidayah. “Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,” (QS. AlHujarat, 49:7) Dalam mengikuti atau menghasilkan sebuah karya cipta sebagai produk budaya, tetap harus memperhatikan etika Islam, untuk dijadikan patokan agar kebudayaan tersebut tetap menunjukkan corak yang Islami. “Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. Tidakkah kamu melihat bahwasanya mereka mengembara di tiap- tiap lembah dan bahwasanya mereka suka

127

mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya)? kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman. Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali.” (QS. Asy-Syu’araa, 26:224-227)

128

G. KEBUDAYAAN Secara umum budaya artinya akal budi atau pikiran. Kebudayaan berarti hasil dari kerja akal budi, olah pikir manusia seperti perilaku, pengetahuan, falsafah hidup, kesenian, bahasa, tradisi-tradisi dan sebagainya, yang berupa immateri, dan alat-alat untuk mengolah alam, perlengkapan hidup, pakaian, perumahan, alat rumah tangga, serta alat-alat yang dipergunakan manusia dalam menjalani hidup dan kehidupan ini yang berupa materi. Menurut Endang Syaifuddin Ansori, Kebudayaan adalah hasil karya, cipta, pengolahan, pengerahan dan pengarahan manusia terhadap alam dengan kekuatan jiwa, pikiran, perasaan, kemauan, intuisi, imajinasi, raga, dan fakultas-fakultas rohaniah dan kehidupan lahiriah manusia. Jika kebudayaan tercipta dalam sebuah masyarakat yang berlandaskan tauhid, yang mengesakan Allah, yang menempatkan Allah sebagai pusat segalanya, dengan memegang teguh syariat Islam sebagai aturan, norma, kaidah yang bersumber dari Allah, maka akan didapatkan suatu kebudayaan yang Islami. Sebuah kebudayaan yang tidak lepas dari nilai-nilai Islam, yang memiliki visi, misi, motivasi dan orientasi kepada Allah semata. Seni sebagai bagian dari kerja budaya, tentunya juga memiliki corak yang Islami, baik berupa seni bahasa, seni sastra, seni musik, seni arsitektur dan bentuk kesenian lainnya. Secara keseluruhan harus mengekspresikan nilai-nilai Islam. Karena kesenian merupakan salah satu sistem simbol dan kesenian dalam masyarakat Islam adalah wujud dari simbol nilai-nilai Islam. Bagaimana Al-Quran menjelaskan mengenai kebudayaan dapat diuraikan sebagai berikut. Pada dasarnya, Allah telah memberikan dalam diri manusia suatu potinsi yang akan menghasilkan dari dirinya amalan yang baik, sebagaimana yang dikehendakiNya. Potensi itu adalah penyempurnaan proses penciptaan manusia, yaitu Allah ciptakan pendengaran, penglihatan dan hati, sebagaimana Firman Allah.

“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” (QS. As-Sajdah, 32:9)

“Katakanlah: "Dia-lah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati." (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur.” (QS. AlMulk, 67:23) 129

Dengan potensi itulah manusia dapat melakukan suatu aktivitas yang berupa kebudayaan. Bagi orang yang beriman, orang bertauhid, yang menjadikan Allah sebagai motivasi dan orientasi kehidupannya, maka akan dihasilkan kebudayaan yang memiliki nilai-nilai Islam dan mewujudkan simbol-simbol Islam. Kebudayaan sebagai produk kerja akal budi, pikiran hasil karya, cipta dan rasa manusia dengan demikian merupakan wujud dari amal sholih. Kebudayaan Islam merupakan ekspresi dari suatu masyarakat yang memiliki tauhid. Kebudayaan Islam juga merupakan simbol dari peradaban Islam. Demikianlah maka, produk dari budaya berupa perilaku, pengetahuan, falsafah hidup, kesenian, bahasa, tradisi-tradisi, alat-alat untuk mengolah alam, serta perlengkapan hidup manusia, secara keseluruhan harus didasarkan pada misi, motivasi dan orientasi kepada Allah swt dan akan membawa pemakai atau penikmat hasil budaya tersebut lebih dekat pada Allah. Mereka akan mentaati Allah dan RasulNya, tunduk dan patuh sepenuhnya atas aturan dan ketetapan Allah. Orang-orang yang beriman dan beramal sholeh (dalam produk kebudayaan) demikian akan mendapat kemenangan, sebagai mana Firman Allah.

”Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran, 3:139)

“Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang.” (QS. Al-Maidah, 5:56) Bangunan sebagai simbol peradaban dan kebudayaan, dalam sejarah Islam yang pertama kali dibangun dan diwujudkan adalah bangunan ibadah, yakni Baitullah, sebagaimana firmanNya.

“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.” (QS. Ali Imran, 3:96)

130

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. AlBaqarah, 2:127) Dalam mendirikan bangunan-bangunan Islam, haruslah dibangun atas dasar taqwa, bukan untuk bermegah-megah atau yang lainnya.

“Maka apakah orang-orang yang mendirikan mesjidnya di atas dasar taqwa kepada Allah dan keridhaan-(Nya) itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka Jahannam. Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang- orang yang zalim.” (QS. At Taubah, 9:109) Bangunan-bangunan yang tinggi yang dibangun, dengan main-main, dan agar kekal di dunia, karena kesombongan tidak diperkenankan dalam Islam.

“Apakah kamu mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk bermain-main dan kamu membuat benteng-benteng dengan maksud supaya kamu kekal (di dunia)? Dan apabila kamu menyiksa, maka kamu menyiksa sebagai orang- orang kejam dan bengis.” (QS. Asy-Syu’araa, 26:128-130) Bahkan bangunan sebagai simbol kadlaliman dan keangkara-murkaan yang didirikan oleh oleh Fir’aun pada akhirnya dihancurkan oleh Allah bersama kebudayaan dan peradabannya sekaligus. Bangunan-bangunan Fir'aun yang dihancurkan oleh Allah ialah bangunan-bangunan yang didirikan mereka dengan menindas Bani Israil, seperti kota Ramses; menara yang diperintahkan Hamaan mendirikannya dan sebagainya. 131

“ … Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir'aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka.” (QS. Al-A’raf, 7:137) Dalam bidang seni, Allah mengajarkan seni ucap, susastra.

“(Tuhan) Yang Maha Pemurah, Yang telah mengajarkan al Quran. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara.” (QS. Ar-Rahman, 55:1-4) Meskipun Al-Quran bukan merupakan karya satra, namun Al-Quran memiliki nilai sastra yang tinggi. Allah menghendaki hambanya berpakaian yang indah, yaitu yang menutupi aurat. Allah juga memerintahkan kita memakai pakaian yang indah yaitu yang bersih dan suci ketika hendak memasuki masjid. Karena Allah menyukai yang indah. Allah juga memiliki nama-nama yang indah.

“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (QS. Al-A’raf, 7:26)

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf, 7:31) Dan Allah telah memilih orang-orang yang cinta akan keimanan dan dijadikanNya keimanan itu sesuatu yang indah dalam hati orang-orang yang mendapatkan hidayah.

132

“Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,” (QS. AlHujarat, 49:7) Dalam mengikuti atau menghasilkan sebuah karya cipta sebagai produk budaya, tetap harus memperhatikan etika Islam, untuk dijadikan patokan agar kebudayaan tersebut tetap menunjukkan corak yang Islami.

“Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. Tidakkah kamu melihat bahwasanya mereka mengembara di tiap- tiap lembah dan bahwasanya mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya)? kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman. Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali.” (QS. Asy-Syu’araa, 26:224-227)

133

BAGIAN KETIGA

Paradigma Islam Tentang Manusia Manusia adalah makhluk ciptaan Allah. Disamping berwujud jasmani atau jasad yang terlihat, manusia juga memiliki dimensi rohani yang berasal dari roh yang Allah tiupkan dalam proses awal penciptaannya. Manusia juga dilengkapi dengan akal yang membedakannya dari makhluk yang lain, dan memiliki qolbu atau hati, tempat tumbuhnya spiritualitas dalam dirinya. Barang siapa mengenal dirinya, maka dia akan mengenal Tuhannya. Agar kita bisa mengenal lebih dekat kepada Allah, kita harus lebih dahulu mengenal diri kita sebagai manusia. Bagaimana manusia diciptakan? Untuk apa manusia diciptakan? Dan kemana kelak dia akan kembali dan meneruskan ’perjalanan’nya? Dalam bab-bab berikut ini, kita akan coba kaji bagaimana Al-Qur’an menjelaskan tentang eksistensi manusia dalam pandangan Islam.

134

BAB SEMBILAN

MANUSIA DAN PENCIPTAANNYA Setelah kita diskusi tentang eksistensi Tuhan, paradigma Islam tentang alam semesta, maka pada bab ini dan bab selanjutnya penulis akan mengajak pembaca untuk mengkaji paradigma Islam tentang manusia. Siapakah dia atau kita ini? Untuk apakah kita diciptakan di dunia ini? Dan kemana kita kelak akan kembali? Pertanyaan demikian sering muncul dalam diri kita disaat tengah menyendiri, merenung tentang keberadaan kita sebagai manusia. Dengan memahami diri kita sebagai manusia, dari berbagai aspek, akan memudahkan kita melakukan positioning, sekaligus menyusun planning peningkatan kwalitas diri, khususnya dalam dimensi spiritualitas. Al-Quran dan Sunnah Rasul sebagai petunjuk dan pedoman hidup kita, serta sebagai sumber ilmu pengetahuan, akan membimbing dan mengantar kita untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan filosofis di awal Bab Sembilan ini. Dengan landasan tauhid, dan dalam rangka mencari kebenaran yang hakiki, kita akan cob a mengkaji bersama ayat-ayat Al-Quran yang bicara tentang manusia sebagai makhluk ciptaanNya. A. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK ALLAH Setelah Allah menciptakan langit dan bumi beserta apa yang ada di dalam alam semesta ini, maka Allah kemudian menciptakan makhluk yang bernama manusia. Sebelum menciptakan manusia, Allah mengkhabarkan tentang rencana penciptaannya ini kepada para malaikat. Para malaikat justru mempertanyakan kembali kepada Allah, kenapa Dia hendak menciptakan makhluk yang suka membuat kerusakan dan menumpahkan darah dengan sesamanya ini? Padahal para malaikat merasa dirinya senantiasa bertasbih dan mengagungkan Allah? Namun Allah justru menegaskan tentang rencana penciptaan manusia tersebut dan berfirman, ”Aku tahu apa yang engkau tidak ketahui.”. sebagaimana yang diungkapkan Allah dalam Al-Quran: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS. Al-Baqarah, 2:30) Apa yang sebenarnya ada dan tersembunyi dalam diri manusia, sehingga Allah dengan Maha KehendakNya menciptakan manusia tersebut? Kita akan coba mengkaji sebagian dari rahasia yang tersembunyi dalam diri manusia, sesuai yang diinformasikan oleh Al-Qurnul Karim. Yang jelas, Allah menciptakan manusia ini, sebagai bagian dari alam, merupakan perwujudan dua anasir alam yakni sebagai alam syahadah (nyata) dan alam ghoibiyah (ghoib). Dalam wujud fisiknya, manusia merupakan unsur alam yang nyata (syahadah)

135

dan untuk dapat bergerak dan menjadi ”hidup” dia memiliki roh yang merupakan unsur alam ghoib, dimana hanya Allahlah yang mengetahuinya secara pasti dan benar. Fisik manusia berupa tubuh dengan kelengkapan anggota tubuh seperti kepala, badan, tangan, kaki, mata, telinga, hidung dan juga kelengkapan yang ada dalam tubuh berupa jantung dengan sistem peredaran darah dan sistem pernafasan, usus dan ginjal dengan pengaturan sistem pencernakan dan pembuangan, dan lain-lainnya merupakan perwujudan alam syahadah. Sedangkan roh manusia yang ditiupkan Allah dalam tubuhnya, yang menjadi penentu hidup matinya tubuh fisik, dengan akal dan pikiran, hawa nafsu, yang terrefleksikan dalam pola pikir, visi, misi, kepercayaan, value, attitude (sikap) dan behavior, merupakan perwujudan alam ghoib. Kedua unsur alam ini, tak bisa dipisahkan satu dengan lainnya, menjadi satu kesatuan yang ada dalam diri seorang manusia. Pada bab-bab selanjutnya kita akan kaji satu persatu. B. SEBELUM TERJADINYA MANUSIA Sebelum diciptakannya Adam sebagai manusia, bagaimana Allah mempersiapkan bahan dasar penciptaan manusia ini? Al-Quran menginformasikan bahwa alam semesta ini diawali dengan ketiadaan, lalu Allah menjadikannya ada. Demikian pula manusia awalnya tidak ada, lalu Allah ciptakan manusia ini untuk hadir di alam dunia. Manusia pada mulanya tidak dikenal atau tanpa sebutan, sebagaimana firman Allah. ”Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?” (QS. Al-Insaan, 76:1) Dan penciptaan manusia ini melalui beberapa tingkatan atau tahapan. Allah berfirman dalam Al-Quran sebagai berikut. ”Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian.” (QS. Nuh, 71:14) Tingkatan awal, sebelum diciptakannya Adam, manusia diciptakan dari bahan tanah dengan berbagai istilah seperti turab, thin, hamain, thin lazib, shal-shal kal fakhkhar. Penciptaan manusia dari turab, dapat kita temukan pada ayat berikut. ”Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari turab (tanah), kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia.” (QS. Ali Imran, 3:59) Manusia diciptakan Allah bahan dasarnya dari turab (tanah) atau tanah yang berupa zat organik (CH) atau carbon. Penciptaan manusia dari thiin, kita dapatkan pada ayat berikut :

136

”Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari thiin (tanah). Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina.” (QS. As-Sajdah, 32:7-8) Allah menciptakan manusia dari thiin, yakni dari tanah yang bercampur dengan zat air atau hidrogenium. Zat ini merupakan salah satu pembentuk zat hidup. Penciptaan manusia dari hamain ditunjukkan pada ayat 15:26. ”Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.” (QS. Al-Hijr, 15:26) ”Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk” (QS. Al-Hijr, 15:28) Hamain adalah zat lemas atau Nitrogen, yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Penciptaan manusia dari thin lazib, bisa kita dapatkan dalam Al-Quran ayat 37:11. ”Maka tanyakanlah kepada mereka (musyrik Mekah): "Apakah mereka yang lebih kukuh kejadiannya ataukah apa yang telah Kami ciptakan itu?" Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari laazib ( tanah liat).” (QS. Ash-Shaaffaat, 37:11) Allah menciptakan manusia dari lazib yang artinya tanah liat, yang mengandung unsurunsur zat besi. Zat ini terdiri diantaranya adalah dari Fe, Mn, Ca. Si, Pb. Penciptaan manusia dari shal-shal disebutkan dalam Al-Quran sebagai berikut. “Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar” (QS, Ar-Rahman, 55:14) Allah mencipatakan manusia dari shal-shal yang artinya adalah tanah yang berupa zat pembakar (O2). Jika seluruh zat-zat pembentuk manusia tersebut kita formaulasikan, terbentuk zat-zat pembentuk hidup yang merupakan causa formatif. Dan ternyata ini merupakan rumus dari asam amino, sebagai pembentuk zat hidup itu sendiri. Dari zat-zat yang merupakan pembentuk kehidupan itulah manusia diciptakan, yaitu dari turab, thin, hamain, thin lazib, shal-shal kal fakhkhar. Inilah bahan-bahan dasar pembentuk manusia yang Allah ciptakan. Muhammad Izzuddin Taufiq, dalam bukunya ”Dalil Anfus Al-Quran dan Embriologi, Ayat-ayat tentang Penciptaan Manusia” menyatakan, ayat-ayat Al-Quran yang menyebutkan penciptaan Adam (dari tanah-pen) dengan beberapa sifat yang berbeda, sebenarnya menunjukkan pada satu penciptaan yang mempunyai beberapa fase sehingga antara ayat yang satu dan yang lainnya tidak bertentangan.

137

Menurut Izzuddin, sebagian mufassir berijtihad dalam menentukan urutan ayat yang menyebutkan penciptaan Adam. Mereka membagi penciptaannya menjadi tujuh tahap berikut. 1. Al-Quran menyebutkan bahwa Adam diciptakan min turab (dari tanah). Hal ini menunjukkan pada awal penciptaannya. 2. Adam diciptakan min thin (dari tanah) menunjukkan campuran antara turab (tanah) dan air. 3. Adam diciptakan min hama’ masnun (dari lumpur hitam) menunjukkan tanah yang berubah karena pengaruh udara. 4. Adam diciptakan min thin lazib (dari tanah liat) menunjukkan tanah yang telah siap menerima bentuk. 5. Adam diciptakan min shalshalin min hama’ masnun (dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam) menunjukkan kekeringannya. 6. Adam diciptakan min shalshalin kal fakhar (dari tanah kering seperti tembikar) menunjukkan bahwa ia telah melewati fase pembakaran sehingga menjadi seperti tembikar. 7. Setelah melewati enam fase tersebut, Allah memberitahukan bahwa fase yang terakhir adalah peniupan roh ke dalamnya. Dengan demikian, sempurnalah penciptaannya. (Muhammad Izzuddin Taufiq, dalam bukunya ”Dalil Anfus Al-Quran dan Embriologi, Ayat-ayat tentang Penciptaan Manusia”, Terjemahan, Tiga Serangkai, Solo, 2006) C. ADAM SEBAGAI MANUSIA PERTAMA Adam adalah manusia pertama yang Allah ciptakan secara langsung tanpa didahului oleh seorang ayah maupun ibu. Proses penciptaan Adam ini tidak sebagaimana proses penciptaan manusia di dalam rahim ibunya, yang nanti kita akan kaji juga. Dari tanah yang mengandung unsur-unsur zat kehidupan sebagaimana tersebut diatas, Adam diciptakan. Kemudian Allah menyempurnakan kejadiannya dan selanjutnya Allah perintahkan para malaikat untuk bersujud pada Adam, sebagaimana diinformasikan dalam Al-Quran. ”Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama,” (QS. Al-Hijr, 15:29-30) Perintah Allah kepada para malaikat untuk bersujud kepada Adam adalah sebagai bentuk penghormatan, suatu kemuliaan yang Allah berikan bagi Adam dan anak cucunya yang diamanahi tugas untuk menjadi khalifah di muka bumi. Tugas khalifah ini diberikan kepada manusia, yaitu Adam dan anak cucunya, bukan diberikan kepada para malaikat. Kehendak dan qudratullah ini juga dibarengi dengan membekali manusia dengan potensi khusus, yakni akal, hawa nafsu, di samping adanya hati, dimana potensi ini tidak diberikan kepada para malaikat. Jika manusia mampu mengemban tugas kekhalifahan ini, maka dia bahkan akan memiliki derajat yang lebih tinggi dibanding malaikat.

138

Untuk dapat menjalankan tugas tersebut, Allah swt juga mengajarkan ilmu pengetahuan kepada Adam, dengan mengajarkan nama-nama benda seluruhnya yang ada di sekitar Adam, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran. ”Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana" (QS. Al-Baqarah, 2:31-32) Dr H. Yunahar Ilyas, Lc, MA menjelaskan dalam bukunya ”Kisah Para Rasul, Tafsir Al-Quran Tematis” bahwa Al-Quran tidak menyebut kan nama-nama apa saja yang diajarkan Allah swt kepada Adam. Al-Quran hanya menekankan seluruhnya yaitu seluruh nama-nama. Karena tidak disebutkan nama-nama apa saja yang diajarkan itu, maka para mufassir menyebutkan beragam nama. Ada yang mengatakan Allah mengajarkan kepada Adam tentang manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, bumi, laut, gunung, langit, bintangbintang, nama-nama malaikat dan lain sebagainya. Dapat juga dipahami bahwa yang diajarkan kepada Nabi Adam adalah ilmu pengetahuan, karena pada hakekatnya ilmu pengetahuan adalah pengenalan terhadap nama-nama segala sesuatu lengkap dengan sifat dan fungsinya. Allah swt membekali Adam dengan ilmu pengetahuan supaya dapat menjalankan fungsinya sebagai khalifah di atas permukaan bumi. Dan untuk anak cucu Adam kemudian Allah memberinya potensi untuk mengetahui segala sesuatu dengan menggunakan hati nurani, panca indra, akal pikiran dan ditambah lagi, bimbingan dari Allah swt melalui para nabi dan rasulNya. (Dr H. Yunahar Ilyas, Lc, MA, Kisah Para Rasul, Tafsir Al-Quran Tematis, Suara Muhammadiyah, Yogyakarta, 2006) Untuk menemani Adam, Allah ciptakan seorang pasangan baginya. Allah ciptakan seorang istri dari dirinya sendiri, sebagaimana firman Allah. ”Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.” (QS. An-Nisa, 4:1) Penciptaan Hawa oleh Allah untuk Adam dimaksudkan juga agar dia merasa tentram kepadanya, saling merasakan kasih sayang diantara keduanya. Allah berfirman dalam AlQuran. ”Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar-Ruum, 30:21) Demikianlah, Allah ciptakan Adam dan Hawa untuk berdiam di sorga, menikmati makanan yang telah Allah sediakan. Namun Allah juga memberikan larangan kepada

139

mereka untuk tidak mendekati sebuah pohon yang telah ditetapkan olehNya, yang akan menyebabkan mereka menjadi dzalim. Adanya larangan yang ada di sorga itu, membuat syetan segera berusaha mendekati dan membujuk Adam dan Hawa dengan ucapan yang indah dan menjanjikan. Sebagaimana diinformasikan dalam Al-Quran. ”Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)." Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya. "Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua" (QS. Al-A’raaf, 7:20-21) Mengenai ayat tersebut, Yunahar menjelaskan, menurut godaan syaitan, Allah melarang mereka berdua memakan buah pohon itu karena Allah tidak ingin keduanya menjadi malaikat dan kekal di dalam sorga buat selama-lamanya. Untuk meyakinkan Adam dan Hawa syaitan bersumpah bahwa dia tidak punya kepentingan apa-apa dengan larangan itu. Dia hanya memberikan nasehat untuk kepentingan mereka berdua. Cara syaitan ini kemudian banyak ditiru oleh para pengikutnya, termasuk dari kalangan manusia sendiri. Para penggoda akan menggunakan kata-kata yang manis, janji yang muluk-muluk. Tidak ada orang yang berterus terang mengatakan ingin menjerumuskan seseorang, karena kalau cara demikian yang dilakukan tentu tidak akan ada yang mau mengikuti. Godaan syaitan rupanya berhasil, Adam dan Hawa terbujuk juga untuk memakan buah pohon itu. Mereka lupa dengan firman Allah yang sudah tegas-tegas melarang mereka mendekati, apalagi memakan buah pohon itu. Inilah pelanggaran pertama yang dilakukan oleh umat manusia terhadap larangan Allah swt. Begitulah kelemahan manusia, begitu banyak yang dihalalkan oleh Allah swt, justru tetap menginginkan yang dilarangNya. Dari begitu banyak buah-buahan yang ada di sorga, Allah hanya melarang memakan satu macam buah saja, tetapi justru itu yang dilanggar Adam dan Hawa. (Dr H. Yunahar Ilyas, Lc, MA, Kisah Para Rasul, Tafsir Al-Quran Tematis, Suara Muhammadiyah, Yogyakarta, 2006) Adam dan Hawa akhirnya diperintahkan oleh Allah untuk meninggalkan sorga, turun ke bumi, akibat tergoda oleh bujuk rayu syaitan. Dan Allah menyatakan, bahwa syaitan merupakan musuh bagi Adam dan anak cucunya. Allah berfirman dalam Al-Quran. ”Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan." (QS. Al-Baqarah, 2:36) Menyadari akan kesalahannya, Adam dan Hawa pun memohon ampun pada Allah, bertaubat. Mereka telah melanggar larangan Allah, mereka telah menganiaya diri sendiri, dan jika Allah tidak mengampuni mereka, maka sesungguhnya mereka termasuk orangorang yang merugi. Karena kesungguhan mereka untuk bertaubat, Allahpun menerima taubat mereka. Sebagaimana ditunjukkan dalam Al-Quran.

140

”Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. AlBaqarah, 2:37) D. TERJADINYA MANUSIA SETELAH ADAM Penciptaan manusia setelah Adam dan Hawa adalah melalui proses reproduksi sebagaimana yang dikenal dan terjadi hingga sekarang ini, yaitu hasil hubungan biologis antara seorang ayah dan ibu, melalui proses kehamilan dalam kandungan sang ibu. AlQuran menginformasikan pada kita, pada awalnya, manusia diciptakan dari sari pati tanah. Allah berfirman sebagai berikut. ”Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.” (QS. Al-Mu’minun, 23:12) Pengertian al-insan diatas, pertama bisa berarti Adam, yang memang diciptakan dari tanah, sebagaimana penjelasan pada sub bab diatas. Kedua, juga berarti anak cucu Adam yaitu semua manusia, yang diciptakan dari sulalatin min thin (sari pati tanah). Makna kedua lebih mengena jika dihubungkan dengan ayat berikutnya. ”Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).” (QS. Al-Mu’minun, 23:13) Muhammad Izzuddin Taufiq, dalam bukunya ”Dalil Anfus Al-Quran dan Embriologi, Ayat-ayat tentang Penciptaan Manusia”, menjelaskan penciptaan manusia pada fase nuthfah (air mani) tersebut merupakan fase berikutnya setelah penciptaan manusia dari tanah. Berdasarkan firman Allah Surat Al-Mu’minun (23) ayat 12-13, secara lengkap Izzuddin menguraikan proses reproduksi manusia setelah Adam dan Hawa ini melalui beberapa fase, yaitu fase nutfah, fase ’alaqah, fase mudghah, fase tulang dan daging serta fase penciptaan makhluk yang berbentuk lain. Dalam sub bab ini, penulis akan coba menguraikan secara ringkas penjelasan fase-fase tersebut. 1. Fase Nutfah Sebagaimana telah diuraikan di atas, manusia diciptakan dari sari pati yang berasal dari tanah, kemudian dijadikan nutfah. Dr. Syarif Kaff Al-Ghazaal, menjelaskan, nutfah secara bahasa adalah cairan yang sedikit atau sepercik air. Dan ini berkaitan dengan air mani laki-laki yang berbentuk seperti hewan, spermatozoa, yang merupakan sebagian kecil dari jazad laki-laki. Dari air yang hina (mani) terbentuklah apa yang disebut spermatozoa (nutfah). (Dr. Syarif Kaff Al-Ghazaal, Janin: Tentang Perkembangan Manusia, Antara Iptek dan Al-Quran, sebuah tulisan lepas.) DR. Maurice Bucaille, menguraikan, nutfah berasal dari akar kata yang berarti mengalir, kata tersebut dipakai untuk menunjukkan air yang ingin tetap dalam wadah, sesudah wadah itu dikosongkan. Jadi kata itu menunjukkan setetes kecil dan di sini berarti setetes air sperma. (DR. Maurice Bucaille, Bibel, Quran dan Sains Modern, Bulan Bintang, Jakarta)

141

Disamping dalam Surat Al-Mu’minun (23) ayat 13, kata nutfah di Al-Quran dapat kita temui pada beberapa ayat diantaranya: ”Dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata.” (QS. An-Nahl, 16:4) ”Binasalah manusia; alangkah amat sangat kekafirannya? Dari apakah Allah menciptakannya? Dari setetes mani, Allah menciptakannya lalu menentukannya” (QS. ’Abasa, 80:17-19) ”Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim)” (QS. AlQiyamah, 75:37) Dalam Ilmu pengetahuan modern, Embriologi, telah ditemukan penjelasan tentang nutfah ini. Nutfah atau air mani seorang laki-laki diproduksi dalam testis (buah pelir) yang merupakan salah satu organ reproduksi laki-laki. Kelenjar yang dihasilkan testis mengandung sperma atau dikenal juga dengan sel sexual laki-laki. Jika dilihat dengan menggunakan mikroskop, spermatozoa berbentuk seperti kecebong, terdiri dari kepala dan memiliki ekor yang panjangnya mencapai delapan kali lipat panjang kepalanya. Besaran spermatozoa ini tidak lebih dari satu mikron. Satu mikron sama dengan 0,001 milimeter. Dalam kepala spermatozoa mengandung 23 pasang kromosom (XY), yaitu unit-unit gen yang di dalamnya terdapat disain tubuh yang ada dalam atom. Kepala spermatozoa inilah yang kelak akan membuahi sel wanita (ovum) di dalam rahim. Sedangkan fungsi ekor spermatozoa adalah membawa sperma ke tempat yang dituju. Mohammad Izzuddin Taufiq menjelaskan, dalam setiap hari atau 24 jam, testis akan berproduksi sebanyak 100 juta sampai 500 juta spermatozoa. Spermatozoa yang dihasilkan testis selanjutnya akan berkumpul di suatu tempat khusus yang dinamakan epididimis. Di dalam epididimis ini, pertumbuhan nutfah akan mengalami penyempurnaan. Di tempat itu nutfah-nutfah berkumpul, kemudian memancar ke arah tali sperma menuju visicle (kandungan mani) sperma. Nutfah-nutfah itu terus berjalan menuju visicle sperma sampai batas perpanjangan tertentu dan tempatnya pun menjadi sempit. Visicle itu mengeluarkan kandungannya secara alami melalui mimpi pada waktu tidur. Sperma yang tidak dikeluarkan melalui proses mimpi itu akan mati dan larut. Kemudian visicle itu mulai menerima kedatangan nutfah-nutfah baru. Begitu seterusnya. Nutfah yang telah matang terkumpul dalam visicle, akan terpancarkan memasuki organ reproduksi wanita, pada saat terjadi hubungan sexual suami dan istri. Berbeda dengan testis yang menghasilkan jutaan spermatozoa, dalam organ reproduksi wanita, indung telur hanya menghasilkan satu ovum, kemudian mengirimnya dan menunggu. Ketika ovum keluar, mulut tuba fallopi (saluran telur) telah melakukan penyesuaian dengan luas indung telur, terutama dengan daerah yang akan robek dan akan terbuka. Oleh karena itu, ketika ovum keluar segera ditangkap oleh tuba itu dengan cara yang sangat menakjubkan. Dalam ovum juga mengandung 23 pasang kromosom (XX)

142

Ovum berada dalam kondisi siap untuk menerima pembuahan secara khusus selama 12 jam setelah keluar dari indung telur. Setelah 12 jam berlalu, ovum akan kehilangan vitalitasnya sedikit demi sedikit dan akan mati dalam waktu 48 jam. Melalui hubungan sexual antara suami istri, cairan sperma laki-laki berpindah ke organ repruduksi wanita. Cairan sperma itu merupakan tempat yang baik bagi nutfah untuk berenang ketika memancar dari testis menuju saluran testis, lalu ke ureter dan dari ureter menuju organ-organ reproduksi wanita. Jumlah spermatozoa yang berenang dalam cairan sperma mencapai 100 juta dalam 1 milimeter kubik. Artinya, dalam satu semprotan cairan sperma terdapat sekitar 200 juta sampai 600 juta spermatozoa yang masuk dalam organ reproduksi wanita. Menurut Izzuddin, setelah nutfah (spermatozoa) diletakkan di dalam vagina, ia harus menempuh jalan yang panjang agar sampai ke ovum. Melihat ukuran nutfah yang kecil itu jarak 15 centimeter yang memisahkannya dari ovum dapat berarti beberapa ratus kilometer untuk ukuran kita. Nutfah menghadapi serangkaian hambatan dan kesulitan dalam perjalanannya manuju vagina, rahim dan saluran sel telur. Oleh karena itu ia harus mampu menempuh jarak itu dalam waktu sesingkat mungkin. Setelah mengalami perjalanan panjang, sejumlah nutfah (sekitar 40%) akan tertinggal dan tidak dapat mengikuti perjalanan sampai akhir. Sebagian nutfah akan mati oleh lendir vagina. Tidak ada spermatozoa yang mampu bertahan hidup dan melanjutkan perjalanan, kecuali yang mampu menembus vagina dengan selamat. Perjalanan masih harus berlanjut menuju rahim. Diperkirakan jumlah nutfah yang masuk ke dalam rahim tidak lebih dari satu juta nutfah. Di dalam rahim ribuan nutfah kehilangan arah dan diperkirakan hanya beberapa ribu saja nutfah yang beruntung menemukan tuba/saluran dimana ovum berada, dan masuk ke dalamnya. Sebagian nutfah akan tersesat dan hancur di dalam saluran rahim (tuba) dan sejumlah kecil lainnya akan berhasil masuk ke tempat ovum yang sedang menunggu di dalam saluran sel telur. Sejumlah nutfah yang berhasil masuk berusaha untuk bisa menembus dinding ovum. Dan akhirnya hanya satu buah spermatozoa yang berhasil masuk menembus dinding ovum. Masuknya sel spermatozoa ke dalam ovum menjadikan beberapa perubahan pada dinding ovum. Bagian tubuh dan ekor spermatozoa akan tertinggal di luar ovum bersama sel-sel spermatozoa lainnya yang tak berhasil menembus dinding ovum. Saat itulah terjadi pertemuan antara sebuah spermatozoa dan ovum yang berlanjut dengan proses pembuahan. Ovum mengalami pemecahan reduktif dan mengusir setengah kromosomnya, yang berada di dalam ovum hanya setengah kromosom. Sedangkan setengah yang lain dikandung oleh kepala spermatozoa. Secara ilmiah, saat inilah dikatakan telah terjadi penciptaan sebuah makhluk baru. Perjalanan yang ditempuh ovum dari tempat terjadinya pembuahan di dalam pipa menuju rahim memakan waktu hampir sepekan. Selama perjalanan menuju rahim tersebut, ovum selalu mengalami perubahan dan pembelahan terus menerus, dari pembelahan menjadi 2 sel, 4 sel, 8 sel dan seterusnya, sampai ovum mencapai rahim. Setelah sampai di dalam rahim dan mengalami perkembangan hingga sekitar 15 hari, maka penciptaan makhluk manusia ini memasuki fase berikutnya.

143

2. Fase ’Alaqah Alaqah merupakan fase penciptaan manusia setelah fase nutfah. Dr. Syarif Kaff AlGhazaali menjelaskan, perkembangan kesempurnaan ’alaqah itu melalui tahapantahapan berupa seperti cacing yang berenang di dalam air,dan bergantung/menempel di dinding rahim dengan tali umbilicus dan gumpalan darah (’alaqah) tersebut terstruktur di dalam ruang darah dalam bentuk memanjang dan terhitung tanpa adanya gerakan dan kelihatan seperti darah yang membeku. Maurice Bucaille menerjemahkan kata ’alaqah dengan : ”sesuatu yang melekat” Arti ini menurutnya sesuai sekali dengan penamaan sains modern. Dalam beberapa terjemahan Al-Qur’an, ’alaqah ini diartikan sebagai ”gumpalan darah”, meski bukan makna yang sebenarnya, namun menyerupai gumpalan darah. Kata alaqah bisa kita jumpai dalam Al-Quran pada Surat Al-Mu’minun (23) ayat 14 sebagai berikut. “Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah …” (QS. Al-Mu’minun, 23:14) Kata ’alaqah juga bisa kita temukan pada ayat-ayat di bawah ini. “Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.” (QS. Al-‘Alaq, 96:23) “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu “ (QS. Al-Hajj, 22:5) “Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah …” (QS. Al-Mu’min, 40:67) Dalam fase alaqah ini, ada beberapa perubahan yang menonjol atas perilaku ovum, Izzuddin mengemukakan, ada temuan baru pada perilaku ovum yang telah dibuahi selama fase ini. Setelah morula blastula (ovum yang dibuahi beserta sel-selnya yang membuahi) sampai ke dalam rahim, perilaku ovum berubah. Kemudian terjadi perubahan-perubahan kompleks, salah satu perubahan terpentingnya adalah blastula berusaha menggantung pada selaput rahim dengan cara meleburkan sel-selnya untuk membuka lubang kecil, tempat ia akan bergantung atau menempel. Tugas ini dilakukan oleh sel-sel sekunder dari blastula (terbagi menjadi sel-sel) dan dibantu dengan melepaskan enzim tertentu mencairkan jaring selaput rongga pada rahim. Sel-sel inilah yang membentuk jenjot yang nantinya akan menjadi inti plasenta pertama. Selanjutnya Izzuddin menulis, secara keseluruhan blastula (zygot) bertugas menempel pada dinding rahim karena nutrisinya atau kehidupannya sangat bergantung pada dinding rahim tersebut. Peristiwa tersebut merupakan titik perubahan yang disebut khusus oleh Al-Quran meskipun kisah penciptaaan manusia dalam Al-Quran sangat ringkas. Kemudian ’alaqah masuk ke dalam selaput rahim hingga bercampur dan menyatu dengan sempurna seolah-olah ia berada dalam sebuah roti yang seluruh sisinya dikelilingi selaput rahim yang ketebalannya selalu bertambah, terutama di tempat ’alaqah

144

berada. Lalu terbentuklah aliran darah diantara ’alaqah dan rahim yang membuatnya tumbuh berkembang. Ketika ovum telah stabil melaksanakan tugasnya, dimulailah tugas kedua bagi sel-sel sekunder untuk melaksanakan implantasi (pelekatan embrio pada dinding rahim) pada trofoblas (bagian dari plasenta) dengan melepaskan hormon HCG (Human Choronic Gonodotrophin) yang secara berkelanjutan akan memberikan perintah pada ovumtepatnya pada bagian badan kuning (Corpus Luteum untuk terus-menerus melepaskan hormon progesteron. Pelepasan hormon yang terakhir ini secara berkelanjutan merupakan hal yang sangat penting karena hormon tersebut akan mendorong selaput rahim saling merekat.Jika hormon ini terputus akan menyebabkan kerusakan selaput rahim dan usaha yang telah dilakukan oleh ’alaqah akan sia-sia, sebagaimana terjadi pada akhir masa menstruasi ketika tidak terjadi proses pembuahan ovum. Selama hormon progesteron berada dalam darah, indung telur berhenti melepaskan ovum-ovum baru karena hal itu tidak akan bermanfaat selama masa kehamilan, bahkan akan menyebabkan bahaya apabila proses pembuahan telah terjadi. Oleh karena itu, muatan yang lebih belakang senantiasa mengetahui muatan yang didepannya yang prosesnya belum sempurna.Kemudian pada sisa minggu fase itu ’alaqah mempersiapkan diri untuk fase mudhgah. Oleh karena itu, pada minggu kedua ini,’alaqah mulai berubah dari gumpalan yang terdiri atas sel-sel menjadi susunan dengan dua tingkat yang terpisah dan masing-masing berbeda.Susunan ini disebut teblet ganda. Jika pada minggu kedua blastula telah terpisah menjadi sel inti dan sel sekunder, pada minggu ketiga terdapat hal baru, yaitu memperdalam perbedaan tugas di antara dua macam sel tersebut.Setelah melalui proses yang rumit,pada sel inti muncul tiga tingkatan sel terbentuk dan disebut dengan kertas janin (Embryonal plate). Kemudian kertas janin ini membentuk sel-sel bayi. a. Lapisan luar (Ekteoderm) akan membentuk lapisan dan jaringan saraf. b. Lapisan tengah (Mesoderm) akan membentuk susunan tulang, otot, saluran sistem kemih, dan peredaran darah. c. Lapisan dalam akan membentuk sistem pencernaan dan sistem suplementernya serta sistem pernapasan. Sedangkan sel-sel sekunder yang sampai ke lapisan sel dalam bersama dengan selaput rahim akan memberikan unsur-unsur permulaan yang nantinya akan menjadi tali pusar. 3. Fase Mudhghah Fase berikutnya dalam proses perkembangan penciptaan manusia ini adalah fase mudhghah. Terjamahan Al-Quran versi Depag mengartikan mudhghah dengan ”segumpal daging’. Bucaille memberikan arti kata bahasa Arab mudhghah ini dengan ”daging (seperti daging yang dikunyah). Makna yang diberikan Bucaille ini serupa dengan penjelasan Izzuddin, setelah muncul gumpalan berbentuk badan, janin mulai terlihat seperti mudhghah kecil dan menyerupai sesuatu yang dikunyah yang terdapat pada bekas gigi. Al-Quran menyebutkan kata mudhghah dalam rangkaian proses penciptaan manusia pada beberapa ayat berikut:

145

“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang …” (QS. Al-Mu’minun, 23:14) “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna …” (QS. Al-Hajj, 22:5) DR. Syarif Kaft Al-Ghozaal menjelaskan, perkembangan fase ini bermula dari kepala yang berbentuk somites (mirip bola) pada hari ke 24-25, kemudian bagian punggung/atas dari somites ini melengkung setahap demi setahap pada ujung janin. Dan pada hari ke 28 janin mulai terlihat bagian-bagiannya yang kelihatan seperti unta yang gemuk. Ia berputar dan berbolak-balik di dalam rahim selama perkembangan fase ini hingga berakhir pada akhir minggu keenam. Pada fase ini juga terlihat perkembangan yang leboh berarti, ada penambahan volumen ruang rahim secara berlipat-lipat. Mudhghah mulai kelihatan seperti sepotong daging, belum kelihatan strukturnya dan kemudian mulai pada perkembangan kedua yaitu perkembangan bentuk, mulai kelihatan beberapa organ : dua mata, lisan dan dua bibir, akan tetapi belum jelas keadaaanya, kecuali di atas minggu ke delapan. Pada minggu ke delapan ini juga sudah mulai kelihatan kedua tangan dan kedua siku pada perkembangan ini. Sementara itu Izzuddin menjelaskan, mudhghah adalah sepotong daging tempat pembentukan janin. Fase ini dimulai kira-kira pada minggu keempat. Setelah kapsul janin (embrio) terbentuk menjadi tiga tingkatan pada minggu ketiga, mulai terlihat ciri-ciri pertama susunan saraf dan aliran darah. Pada minggu keempat atau setelah du puluh hari masa pembuahan, terlihat permulaan munculnya anggota-anggota tubuh terpenting. Oleh karena itu, ilmu kedokteran menyatakan bahwa minggu ini adalah awal pembentukan anggota-anggota tubuh. Permulaan pembentukan anggota tubuh ini, menurut Izzuddin, dimulai pada hari kedua puluh dalam bentuk gumpulan daging kecil yang merupakan awal mula anggota tubuh dalam lapisan janin. Setelah muncul gumpalan berbentuk badan, janin mulai terlihat seperti mudhghah kecil dan menyerupai sesuatu yang dikunyah yang terdapat pada bekas gigi. 4. Fase Tulang dan Daging Proses penciptaan manusia pada fase tulang dan daging ini merupakan tahap awal pembentukan tulang. Mourice Bucaille dalam bukunya Bibel, Qur’an dan Sains Modern hanya menyinggung sedikit proses penciptaan manusia pada fase ini. Menurutnya sistem tulang, berkembang pada benda tersebut (janin) dalam sesuatu yang dinamakan ”mesenhyme”. Tulang yang sudah terbentuk itu dibungkus dengan otot-otot. Inilah yang dimaksudkan dengan ”lahm”. Al-Quran menyebutkan proses penciptaan manusia pada fase tulang dan daging pada Surat Al-mu’minun (23) ayat 14 sebagai berikut:

146

“…dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.” (QS. Al-Mu’minun, 23:14) Dr. Syarif Kaff Al-Ghazaal, menuliskan, penggunaan istilah ”idzam” (tulang belulang) yang digunakan Al-Quran pada fase perkembangan ini adalah istilah yang memang menunjukkan kekhususan fase ini. Fase ini memberikan penjelasan yang rinci dan mulai terlihatnya postur luar janin. Ini merupakan perubahan terpenting dalam proses pembentukan struktur dalam tubuh janin, sekaligus munculnya keterkaitan antara organorgan tubuh dan keluasannya pada performan janin. Tersusunnya tulang-tulang pada fase ini menurut Syarif adalah perkembangan yang paling menonjol. Mudhghah yang sebelumnya belum berbentuk manusia berkembang menjadi bentuk yang terlihat dengan tulang-tulang yang terjadi dalam waktu yang singkat, yakni beberapa hari saja pada akhir minggu ke enam sampai pada awal minggu ketujuh. Dalam minggu ketujuh, bentuk manusia mulai kelihatan jelas dengan tumbuhnya tulang-tulang di seluruh tubuhnya. Pada perkembangan selanjutnya mulai bermunculan muscles, yaitu daging dan kulit yang membungkus seluruh tulang. Pada saat selesainya tulang terbungkus dengan daging, maka mulailah bentuk anak manusia terlihat jelas. Organ-organ sudah saling terkait dan saling berpengaruh. Selesainya pembentukan struktur muscles (daging dan kulit yang membungkus tulang), janin mulai bergerakgerak. Fase ini terjadi pada minggu ketujuh dan terus berjalan sepanjang minggu ke delapan. Memberikan penjelasan mengenai Surat Al-Mu’minun ayat 14 di atas, Izzuddin menuliskan, sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa perubahan pada mudhghah dapat terjadi secara keseluruhan atau sebagiannya. Berdasarkan temuan Ilmu Kedokteran, perubahan tersebut hanya terjadi pada sebagian mudhghah, karena sebagian mudhghah inilah yang berubah menjadi ”idzam” (tulang belulang). Sumber susunan tulag, otot dan kulit adalah satu lapisan pada jaringan yaitu lapisan tengah. Menjawab pertanyaan, mengapa Al-Quran menganggap fase tulang belulang merupakan fase yang terpisah setelah fase mudhghah? Izzuddin menuliskan, Al-Quran telah menemakan tiap-tiap fase sesuai dengan kejadian terpenting yang terdapat pada tiap fase. Pada fase ini -secara umum- merupakan permulaan pembentukan tulang dan perbedaannya dengan mudhghah, sebagaimana fase sebelumnya yang secara keseluruhan adalah munculnya gumpalan daging kecil. Pada fase selanjutnya, tulang tersebut dibungkus dengan otot-otot. Sekalipun proses yang terus berkelanjutan antara munculnya gumpulan daging, permulaan tulang-belulang, dan pembungkusannya dengan otot-otot serta tercapainya semua itu dalam waktu singkat selama minggu keempat, tetapi buku-buku kedokteran tidak membedakan antara fase mudhghah, tulang dan daging (otot). Buku kedokteran hanya menyusunnya dengan standar minggu dan hari, serta membagi fase pertumbuhan janin menjadi dua, yaitu fase janin (embrio) dan fase kehamilan (fetus). Menurut Izzuddin, selama minggu keempat ini, kita dapat melihat munculnya daerah kepala dan bagian sebelah atas serta munculnya tulang punggung pada daerah punggung. Pertumbuhan yang pertama lebih banyak dari pada yang kedua.

147

Mengutip Encyclopedia Americana, Izzuddin menjelaskan bahwa, pada awal minggu, panjang dimensi kapsul janin lebih pendek dari dua milimeter dalam bentuk kapsul terlentang yang belum menyerupai bentuk akhir makhluk yang akan dihasilkannya. Pada akhir minggu, umumnya anggota tubuh serta susunannya telah mulai tampak dan janin telah mendekati bentuknya yang sempurna sehingga dapat dibedakan antara kepala, tengkuk, batang tubuh, dan sisi-sisinya. Sebagian besar susunan jenis dan anggota tubuh utama mulai tampak, meliputi tiga puluh lima pasang tulang punggung utama (somite) yang akan menghasilan tingkatan warna kulit, struktur otot-otot, dan pembentuk tulang punggung. Selanjutnya disebutkan bahwa pada minggu keempat dapat disaksikan awal pembentukan telinga, mata, dan susunan saraf utama, sebagaimana pada akhir minggu tersebut dapat disaksikan permulaan pembentukan kelenjar tiroid, lidah, kerongkongan, paru-paru, saluran pernapasan, saluran pencernaan, perut, hati, kantong empedu, pankreas dan ginjal. Menurut Izzuddin, jantung, susunan saraf, dan anggota-anggota tubuh bagian dalam telah lebih dulu muncul dan berkembang ketika anggota tubuh lainnya masih dalam bentuk gumpalan daging yang kecil sekali. Hal inilah yang membuat janin tampak berbentuk mudhghah, kemudian muncul tulang untuk melindungi anggota-anggota tubuh bagian dalam yang tumbuh mengikuti perkembangannya, lalu muncul otot-otot untuk membungkus tulang dan muncul kulit untuk membungkus otot-otot tersebut. Pada minggu-minggu berikutnya, Izzuddin menjelaskan bagaimana keseluruhan tulang-tulang, otot-otot, kulit serta anggota tubuh bagian dalam secara terus-menerus tumbuh dan tidak akan berhenti hingga akhir bulan ketiga. Secara ringkas, penulis akan kutipkan perkembangan minggu-minggu berikutnya pada fase tulang dan daging sebagai berikut. Minggu Kelima Minggu kelima merupakan pembentukan tulang dan pertumbuhannya. Oleh karena itu, dalam minggu ini janin tumbuh bagaikan meneken yang rata atau halus. Pada minggu ini anggota tubuh bagian dalam dan indra terus tumbuh dengan harmonis atau selaras. Pada akhir minggu kelima ini wajah mulai tampak jelas meskipun bukan dalam bentuk wajah janin pada akhir perkembangannya, lalu diikuti dengan perkembangan atau pertumbuhan paha, kaki, telapak kaki, jari, lengan, dan tangan. Pada masa perkembangan ini, perbedaan anggota-anggota tersebut sudah jelas meskipun panjang setiap bagian atas dan bawah hanya mencapai tiga sampai empat milimeter. Minggu Keenam Pada minggu ini bagian punggung tumbuh lebih cepat dari bagian perut, sebagaimana pada bagian-bagian ujung tumbuh dngan jelas. Hal ini diperkuat dengan apa yang kita katakan bahwa pertumbuhan tulang lebih dulu dari pada otot karena ototlah yang akan menutupi tulang. Oleh karena itu, pertumbuhan tulang harus lebih dulu darinya hingga memungkinkan bagi otot untuk menutupinya. Pada minggu ini pula kita dapat membedakan bentuk dua mata serta telinga, dan lubang hidung dipisahkan oleh pembatasnya, sebagaimana dalam pembentukan dua bibi. Jantung sudah mulai memompa darah dengan kuat. Bukan darah itu saja yang mengalir ke tubuh janin, mlainkan juga darah yang berhubungan dengan plasenta.

148

Dengan berakhirnya minggu ini, wajah janin tampak dengan jelas, begitu juga susunan sraf pusat dan gerakan reflek, sebagaimana telah jelas pada anggota-anggota indra, seperti mata dan telinga.

Minggu Ketujuh Pada awal minggu ketujuh, panjang janin tidak lebih dari dua puluh milimeter dan pada akhir minggu ini mencapai lima atau enam sentimeter. Dengan berakhirnya minggu ini, janin nampak sebagai manusia yang kecil, mirip dengan boneka. Meskipun perbedaan besar badan antara janin dan orang dewasa mencapai ribuan kali lipat, tetapi bentuknya sudah tampak sebagai manusia. Oleh karena itu pada minggu ketujuh ini, ia tidak dinamai embrio lagi, tetapi fetus. Fase baru ini akan menjadi fase penyempurnaan anggotaanggota yang sudah tampak. Oleh karena itu minggu ini digunakan untuk penyempurnaan semua langkah awal. Apalagi pada awal minggu kedelapan ukuran besar janin makin bertambah.

Minggu Kedelapan Pada minggu kedelapan ini paras muka si janin bertambah jelas meskipun beratnya tidak lebih dari empat gram. Janin tumbuh dengan bentuk yang lebih besar, bahkan terkadang menutupi semua rongga rahim, lalu sedikit demi sedikit, selaput yang menyelubungi gumpalan darah bercampur dengan selaput yang jatuh. Lebih dari itu, sekarang pembentukan janin akan disesuaikan dengan waktu yang ada dalam Al-Quran, yaitu setiap kali anggota tubuh dan organ bagian dalam tumbuh selalu disertai dengan pertumbuhan tulang yang melindunginya, dan setiap tulang-tulang itu tumbuh selalu disertai dengan pertumbuhan otot, lalu di atasnya tumbuh kulit. 5. Fase Makhluk yang Berbentuk Lain Pada fase ini, proses penciptaan manusia dalam rahim seorang ibu masuk pada fase yang terakhir. Dr. Syarif Kaff Al-Ghazaal menyebut fase ini sebagai fase perkembangan, setelah fase pertumbuhan daging dan kulit terselesaikan. Fase perkembangan yang dimaksud adalah terjadinya perkembangan yang cepat pada janin setelah seluruh organ diciptakan. Janin mulai memasuki masa perubahan menuju makhluk yang baru (Kholqon akhor) Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an: “…lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (QS. Al-Mukmin, 23:14) Dalam fase ini terjadi peristiwa yang penting dalam penyempurnaan perkembangan janin, yaitu dua keadaan besar, sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an. Dua hal tersebut menurut Dr.Syarif Kaff adalah pertama, ansya’nahu adalah perkembangan bukan pertumbuhan, yakni terjadinya perkembangan pada seluruh organ tubuh janin secara relatif singkat jika kita bandingkan dengan fase-fase sebelumnya. Kedua, khalqan akhar berarti makhluk baru. Sebutan ini sebagai dalil bahwa embrio telah mengalami perubahan-perubahan dalam fase nasy’ah menjadi makhluk baru, yaitu janin (foetus). Mulai kelihatan organ-organ tubuh bagian luar, jari-jari, dan juga organ reproduksi.

149

Memberikan penjelasan mengenai Surat Al-Mukminun ayat 14, Izzuddin menuliskan, ayat ini mengisyaratkan pada janin tentang perkembangan di bulan keempat dan setelahnya. Sebagaimana pemakaian predikat ”fakasauna” (kami bungkus dengan daging) pada ayat sebelumnya, ayat ini juga benar-benar cermat dalam pemakaian predikat ”ansya’nahu” (kami jadikan dia). Kata ”insya” berarti menciptakan sesuatu dan memeliharanya. Masa penciptaan telah terjadi pada periode sebelumnya. Oleh karena itu, periode ini adalah pemeliharaan dan penumbuhan janin yang telah tercipta. Setelah menggunakan kata ”ansya’nahu” dengan keakuratan dan kecermatan yang sama, ayat ini juga memakai kata ”Khalqan akhar” (makhluk yang berbentuk lain). Pengungkapan seperti ini merupakan pengungkapan teringkas dan dapat memberikan gambaran yang dalam serta tepat mengenai keadaan janin ketika tumbuh. Lebih lenjut, Izzuddin menjelaskan, jika segumpal daging yang berasal dari segumpal darah, tulang belulang yang berasal dari segumpal daging, dan otot-otot yang membungkus tulang belulang terjadi secara berturut-turut dengan cepat, sebenarnya seorang janin tidak langsung berpindah darinya ke periode ”makhluk yang (berbentuk) lain”. Akan tetapi pertumbuhan tulang belulang dan otot-otot itu masih terus berlanjut setelah keduanya tampak, yaitu mulai dari minggu kedelapan sampai bulan keempat.Olek karena itu, ayat ini terdapat kata ”tsumma” (kemudian) yang berfungsi sebagai ”athaf” (huruf penghubung) antara periode-periode itu dan periode ”makhluk yang berbentuk lain” Perubahan-perubahan baru yang terjadi pada perode ini mempunyai dua sisi. Pertama, dapat dipantau oleh ilmu eksakta dengan berbagai peralatannya, yaitu perkembangan yang tampak pada janin ketika telah mendapatkan karakter kemanusiaannya dan telah terlihat jenis kalaminnya serta mulai bergerak. Kedua, dibawa oleh wahyu, yaitu peniupan roh di dalamnya. Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an : “Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” (QS. As-Sajdah, 32:9) Peniupan roh adalah puncak dari persiapan-persiapan jasmani yang terjadi pada janin untuk memberikan sifat-sifat manusia kapadanya. Dengan peniupan roh ini, selesailah fase terakhir dari fase-fase pembentukan janin -dengan badan dan roh- sebagai ”makhluk yang berbentuk lain”, yang berbeda dari makhluk hidup yang lain. Peniupan roh dapat dikatakan sebagai peresmian bahwa janin benar-benar telah menjadi ”makhluk yang berbentuk lain” meskipun persiapan itu telah dimulai sejak peroide penciptaan segumpal daging. Sebagaimana diketahui setiap periode tidak dilepaskan oleh janin hingga ia mendapatkan semua unsur asasinya. Sifat-sifatnya pun dapat terlihat dominan padanya. Menjelaskan perkembangan jasmani pada bulan keempat, Izzuddin menuliskan beberapa perkembangan yaitu : Pertama, sidik jari janin mulai tampak. Kuku-kuku tampak pada bulan keempat atau kelima ketika perbedaan sidik jari mulai dapat dibedakan.

150

Kedua, daya kerja jantun stabil dan sistem sirkulasi berkembang sedikit demi sedikit. Pada minggu ke-14 (pertengahan bulan keempat), kita dapat mendengar detak jantung melalui alat yang digunakan untuk menangkap suara gelombang yang tidak dapat ditangkap oleh telinga.Alat ini dapat dipakai untuk menangkap suara yang sangat kecil. Kita dapat memperhatikan kecepatan detak jantungnya melebihi kecepatan detak jantung kita, yaitu sekitar 120 dan 160 detakan per menit. Ketiga, sistem saraf tumbuh-pada mulainya-akan tampak gerakan-gerakan refleks tanpa sebab pada tangan dan kaki. Setelah bulan keempat,akan tampak gerakangerakan sempurna,yang terpenting adalah memasukkan ibu jari ke dalam mulut. Artinya, dia telah mulai berlatih dengan gerakan-gerakan penting yang akan dilakukannya dalam hidupnya di luar rahim, yaitu gerakan menyedot yang akan ia lakukan untuk menyusui. Disamping itu, janin bergerak sesuai dengan posisi dan gerakan ibu. Ia akan bergerak ketika sang ibu dalam posisi istirahat. Ketika ibu sedang bergerak ia akan melipat tubuhnya untuk menghindari rasa sakit. Keempat, jenis kelamin mulai tampak. Sebelum bulan ketiga, sel-sel yang akan membentuk jenis kelamin masih serupa. Pada akhir bulan ketiga,jeniss kelamin mulai dapat dibedakan menurut susunannya, sedangkan janis kelamin janin sudah dipastikan pada awal bulan keempat. Kelima, anggota tubuh janin sempurna. Masing-masing anggota telah tampak dan dimensinya telah diubah sehingga perkembangannya ketika itu menuju bentuk kerangka yang sempurna. Sistem kontrol tubuh pada masa ini telah tumbuh dengan sempurna. Jika janin itu lahir pada masa ini, ia akan dapat bertahan hidup selama beberapa jam di luar rahim. Keenam, daya kerja plasenta stabil. Plasenta adalah alat pernafasan dan pencernaan pertama yang dimiliki janin. Plasenta ini sebagai ganti dari jaringan-jaringan dan pembuluh darah yang memasok makanan ke janin melalui darah rahim pada tampungan darah yang terbagi-bagi pada selaput dalam. Asal plasenta adalah jaringan-jaringan yang muncul pada sisi (tempat) gumpalan darah yang bertautan dengan rahim. Oleh karena itu, jaringan-jaringan ini tersedia untuk menyerap makanan dan oksigen dari darah ibu sebelum plasenta terbentuk. Dengan kata lain, plasenta telah melakukan pekerjaan seperti ini sebelumnya. Penciptaan manusia dengan beberapa tahapan di dalam rahim merupakan kekuasaan Allah swt. Allahlah yang membentuk manusia sebagaimana yang dikehendaki. Hal ini dijelaskan melalui firmanNya. “Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali ‘Imran, 3:6) Perkembangan dan perubahan janin secara terus menerus dari satu fase ke fase berikutnya juga bisa melalui tiga kegelapan sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an. “Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan Yang mempunyai

151

kerajaan. Tidak ada Tuhan selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?” (QS. Az-Zumar, 39:6) Tiga kegelapan janin dalam rahim ibu diuraiakan Dr. Syarif Kaff adalah pertama, kegelapan amniusi (amnion) yaitu adanya cairan yang melingkupi janin, sehingga janin tersebut dapat berenang di dalam lingkungan rahim, dan juga memudahkan bagi janin untuk bergerak dengan leluasa, dan memudahkan dalam merubah posisinya ketika akan lahir kelak. Kedua, kegelapan Karyon (Chorion) dan Ketiga, kegelapan decidua. Mengenai kegelapan Amniusi atau cairan ketuban, Izzuddin menjelaskan bahwa cairan amniusi atau amniotik memberikan kemudahan bagi janin untuk bergerak dengan keadaan yang stabil. Cairan ini dikeluarkan dari sel-sel yang membentuk selaput amniotik itu sendiri. Tanpa cairan ini, janin akan merasakan benturan-benturan yang terjadi pada perut. Pengamanan janin seperti ini dapat menjamin kestabilan derajat panas sehingga menjaganya dari dingin dan panas serta perubahan-perubahan panas pada tubuh ibu sendiri. Cairan tersebut dapat memudahkan ibu dan janin untuk bergerak dengan bebas karena benturan atau gerakan apapun dapat ditahan oleh cairan ini sehingga tidak menimbulkan rasa sakit. Lebih dari itu, menurut Izzuddin, cairan tersebut menjamin kebutuhan janin pada air. Ia menyerap cairan dalam dalam jumlah yang banyak.Cairan amniotik mencegah selaput yang telah mengeluarkannya agar tidak menempel pada janin karena dapat menimbulkan kecacatan. Cairan amniotik sangat cernih dan jumlahnya sekitar 0,5 – 1 liter. Cairan ini tidak mungkin dimasuki oleh mikroba selama selaput yang membungkusnya masih menyambung meskipun jumlahnya berjuta-juta dan sangat berdekatan di vagina. Cairan ini tetap bersih meskipun menerima air seni, keringat, dan kotoran-kotoran yang datang dari janin. Oleh karena itu, cairan ini selalu berganti setiap beberapa jam. Dengan keadaan seperti ini, kita dapat menyamakan lubang yang menyelimuti selaput amniotik dengan kolam renang mewah yang airnya selalu berganti terus menerus. Mengenai perkembangan janin pada bulan-bulan terakhir setelah peniupan roh, diuraikan Izzuddin, merupakan usaha untuk menyempurnakan, mengembangkan dan memperindah janin secara menerus, berjalan bersama-sama di setiap bagian. Lemak masuk ke bawah kulit dan berat bertambah sehingga pada akhir bulan keempat mencapai seratus gram atau lebih sedikit. Pada bulan kelima, berat janin bertambah mencapai 300 gram. Detak jantung dan gerakannya lebih terlihat dan kulitnya terbungkus satu tingkat kulit yang sangat halus. Pada bulan keenam, janin tumbuh dua kali lipat dari pertumbuhannya di bulan kelima sehingga beratnya mencapai 600 gram. Pada bulan ini, dokter dapat membedakan jenis kelamin janin saat memegang dinding rahim ibu. Pada bulan ketujuh, kedelapan dan kesembilan dapat dianggap sebagai satu periode jika dilihat dari ciri-cirinya, yaitu perkembangan berat janin dari 300 gram menjadi 3400 gram dan turunnya kedua buah pelir ke skrotum. 6. Kelahiran Seorang Bayi Setelah mencapai masa yang ditetapkan, atas kuasa Allah, janin akan lahir dari rahim sang ibu yang telah mengandungnya sekitar sembilan bulan. Lahirnya sang bayi ke

152

alan dunia ini menandai dimulainya kehidupan seorang insane, diawali dengan masa kanak-kanak. Allah berfirman dalam Al-Qur’an. “Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa)” (QS. Al-Mu’min, 40:67) Proses penciptaan janin dalam rahim ibunya selama sekitar sembilan bulan, telah membentuk seorang bayi dengan kondisi fisik yang lengkap sebagaimana yang dimiliki orang dewasa. Begitu lahir, maka beberapa organ akan langsung bekerja dan berfungsi untuk memberi manfaat bagi kelangsungan kehidupannya. Dia akan segera menghirup udara di alam dunia ini, masuk ke dalam paru-parunya melalui system pernafasan. Bayi akan menjerit dan menangis, maka sang ibu atau bidan atau perawat akan memberikan minuman susu sebagai pengganti sari makanan yang didapat dari ibu melalui plasenta ketika berada dalam rahim. Melanjutkan fungsinya ketika dalam rahim ibu, jantung sang bayi akan terus berfungsi untuk memompa dan menggerakkan darah, dan juga mendistribusikan makanan ke seluruh sel dalam tubuhnya. Seluruh tubuhnya akan bergerak menandai kehidupan sang bayi. Sementara itu sejumlah organ tubuh lainnya akan berfungsi sempurna sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan fisiknya. Pada saat manusia lahir dari perut ibunya, keadaaannya tidak mengetahui suatu apapun, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an. “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl, 17:78) Maka terhadap seorang bayi muslim yang baru lahir disunahkan untuk diperdengarkan kalimat adzan pada telinga kanan dan kalimat iqomat pada telinga kirinya, agar kalimat-kalimat yang pertama kali masuk dalam pendengaran dan hatinya berupa kalimat Kebesaran Allah, Kalimat Toyyiubah atau kalimat tauhid. Seiring dengan perjalanan usia, baik dari aspek fisik maupun psikisnya, seorang manusia akan terus tumbuh dan berkembang. Dari bayi menjadi seorang anak dan selanjutnya menjadi dewasa. Allah berfirman dalam Al-Qur’an. “ … kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa) …” (Al-Mu’min, 40:67) Menjelaskan ketrangan tentang ayat di atas, Izzuddin menuliskan, para ahli tafsir berselisih mengenai makna kata asyudd. Sesuai dengan urusan ayat Al-Qur’an, kata asyudd adalah masa yang dimulai dari akhir masa kanak-kanak sampai dengan permulaan masa tua. Ayat Al-Qur’an menyebut masa asyudd diantara keduanya. Selanjutnya, Izzuddin menuliskan, masa dewasa adalah masa saat seseorang sedang dalam puncak kekuatannya. Dengan mulainya masa dewasa ini, pembebasan syariatpun

153

dimulai. Oleh karena itu, ayat Al-Qur’an dalam Surat Al-Hajj menyebutkan kematian sebelum dan sesudah saat itu. Ayat itu juga menyebutkan kata mukhrijukum (Kami keluarkan kamu) dan kata nuqiru (Kami tetapkan) tanpa huruf lam (yang berarti “agar”), sedangkan kata litablughu (agar kamu sampai) tertulis dengan “lam”. Ini menunjukkan bahwa tujuan dari penciptaan adalah agar kalian sampai pada umur dewasa sehingga kalian dibebani dengan syariat dan diuji. Allah berfirman dalam Al-Qur’an. “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.” (QS. Al-Insaan, 76:2) Demikianlah manusia diciptakan oleh lewat sebuah proses yang panjang untuk diuji atau dicoba dengan berbagai perintah dan larangan, untuk bias menjalani syariat yang telah Allah tetapkan bagi manusia di bumi ini.

154

BAB SEPULUH ORGAN TUBUH MANUSIA Setelah mencapai masa yang ditetapkan, atas kuasa Allah, janin akan lahir dari rahim sang ibu yang telah mengandungnya sekitar sembilan bulan. Lahirnya sang bayi ke alan dunia ini menandai dimulainya kehidupan seorang insane, diawali dengan masa kanak-kanak. Allah berfirman dalam Al-Qur’an.

“Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa)” (QS. Al-Mu’min, 40:67) Proses penciptaan janin dalam rahim ibunya selama sekitar sembilan bulan, telah membentuk seorang bayi dengan kondisi fisik yang lengkap sebagaimana yang dimiliki orang dewasa. Begitu lahir, maka beberapa organ akan langsung bekerja dan berfungsi untuk memberi manfaat bagi kelangsungan kehidupannya. Dia akan segera menghirup udara di alam dunia ini, masuk ke dalam paru-parunya melalui system pernafasan. Bayi akan menjerit dan menangis, maka sang ibu atau bidan atau perawat akan memberikan minuman susu sebagai pengganti sari makanan yang didapat dari ibu melalui plasenta ketika berada dalam rahim. Melanjutkan fungsinya ketika dalam rahim ibu, jantung sang bayi akan terus berfungsi untuk memompa dan menggerakkan darah, dan juga mendistribusikan makanan ke seluruh sel dalam tubuhnya. Seluruh tubuhnya akan bergerak menandai kehidupan sang bayi. Sementara itu sejumlah organ tubuh lainnya akan berfungsi sempurna sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan fisiknya. Pada saat manusia lahir dari perut ibunya, keadaaannya tidak mengetahui suatu apapun, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an.

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl, 17:78) Maka terhadap seorang bayi muslim yang baru lahir disunahkan untuk diperdengarkan kalimat adzan pada telinga kanan dan kalimat iqomat pada telinga

155

kirinya, agar kalimat-kalimat yang pertama kali masuk dalam pendengaran dan hatinya berupa kalimat Kebesaran Allah, Kalimat Toyyiubah atau kalimat tauhid. Seiring dengan perjalanan usia, baik dari aspek fisik maupun psikisnya, seorang manusia akan terus tumbuh dan berkembang. Dari bayi menjadi seorang anak dan selanjutnya menjadi dewasa. Allah berfirman dalam Al-Qur’an.

“ … kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa) …” (Al-Mu’min, 40:67) Menjelaskan ketrangan tentang ayat di atas, Izzuddin menuliskan, para ahli tafsir berselisih mengenai makna kata asyudd. Sesuai dengan urusan ayat Al-Qur’an, kata asyudd adalah masa yang dimulai dari akhir masa kanak-kanak sampai dengan permulaan masa tua. Ayat Al-Qur’an menyebut masa asyudd diantara keduanya. Selanjutnya, Izzuddin menuliskan, masa dewasa adalah masa saat seseorang sedang dalam puncak kekuatannya. Dengan mulainya masa dewasa ini, pembebasan syariatpun dimulai. Oleh karena itu, ayat Al-Qur’an dalam Surat Al-Hajj menyebutkan kematian sebelum dan sesudah saat itu. Ayat itu juga menyebutkan kata mukhrijukum (Kami keluarkan kamu) dan kata nuqiru (Kami tetapkan) tanpa huruf lam (yang berarti “agar”), sedangkan kata litablughu (agar kamu sampai) tertulis dengan “lam”. Ini menunjukkan bahwa tujuan dari penciptaan adalah agar kalian sampai pada umur dewasa sehingga kalian dibebani dengan syariat dan diuji. Allah berfirman dalam Al-Qur’an.

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.” (QS. Al-Insaan, 76:2) Tubuh Manusia Pada diri seorang manusia yang telah lahir kita dapat mengenali kondisi fisiknya yang terlihat dari luar. Untuk mengenali kondisi fisik bagian dalam secara umum Ilmu Anatomi dan Fisiologi akan memberikan informasi pada kita berdasarkan hasil penelitian pada tubuh manusia. Ilmu pengetahuan modern, khususnya Ilmu Anatomi dan Fisiologi manusia memberikan informasi yang cukup canggih. Pada baba ini kita akan coba telusuri bagaimana ilmu pengetahuan menjelaskan tentang tubuh manusia, dan bagaimana Al-Quran yang telah diturunkan Allah pada sekita satu setengah abad lalu menginformasikan kepada kita. Komposisi dan Komponen Tubuh Manusia Al-Qur’an memberikan penjelasan mengenai proses penciptaan manusia di dalam kandungan, sebagaimana telah kita bahas pada bab sebelumnya. Penciptaan manusia secara fisik Allah telah sempurnakan di dalam rahim sang ibu dan dia lahir dengan fisik yang sempurna dan dilengkapi dengan potensi non fisik, berupa ruh, aqal dan hati. 156

Bagaimana kondisi fisik yang sempurna itu dilihat secara anatomis dan fisiologis. Dengan mencoba memahami komposisi dan komponen tubuh manusia, kita akan mengetahuinya. Drs. H. Syariffudin menjelaskan dalam bukunya Struktur dan Komponen Tubuh Manusia, bahwa tubuh manusia terdiri dari sel, bagian terkecil dari makhluk hidup (termasuk tubuh manusia) yang tak dapat dilihat oleh mata telanjang, melainkan hanya dengan mikroskop. Sekumpulan sel-sel yang serupa bentuk, besaran dan pekerjaannya yang terikat menjadi satu disebut jaringan. Kumpulan bermacam-macam jaringan yang mempunyai fungsi khusus disebut organ. Kemudian organ-organ yang tersusun menjadi satu, dengan mempunyai pekerjaan tertentu disebut system. Mengenai sel, jaringan, organ dan system dalam tubuh manusia akan kita coba bahas sekedar untuk mengetahuinya. Sel Tubuh Manusia Dasar satuan hidup adalah sel dan tiap-tiap organ merupakan kumpulan banyak sel yang tidak sama digabungkan oleh struktur penyokong intrasel. Tiap-tiap jenis sel secara khusus beadaptasi untuk melakukan fungsi tertentu, misalnya sel darah merah berjumlah 25 trilliun menstransfer oksigen dari paru-paru ke jaringan; terdapat 50 trilliun sel yang lain dan jumlah semua sel dalam tubuh kurang lebih 75 trilliun. Dalam organisasi tubuh, sel meupakan bagian terkecil. Tiap-tiap sel mempunyai spesialisasi sendiri sesuai dengan fungsinya. Umur kehidupan sel berbeda-beda, misalnya leukosit granular dapat hidup selama manusia hidup, sedangkan eritrosit hanya dapat hidup beberapa hari saja (14 hari). Sel mengandung struktur fisik yang sangat terorganisir yang disebut organel. Struktur penting dalam fungsi sel sebagai unsur-unsur kimia misalnya salah satu organel mitokondria lebih dari 95 persen energi yang disediakan terhenti dengan segera. Organel sel yang penting adalah membrane sel, membrane inti, retikulum endoplasma, mitokondria dan lisosom. Di dalam sel terdapat tiga komponen utama yaitu, pertama membrane sel, merupakan struktur elastis yang sangat tipis, yang hampir seluruhnya terdiri dari keeping-keping halus gabungan protein lemak. Kedua, plasma atau disebut juga sitoplasma, berupa cairan koloid encer yangmengandung berbagai zat yang terlarut di dalamnya dan ketiga inti sel (nekleus) yang merupakan pusat dari sel.

157

BAB SEBELAS MUNCULNYA EGO NEGATIF Kehidupan manusia ibarat sebuah perjalanan dari sebuah kota menuju kota yang lain. Jika perjalanan itu mengikuti aturan dan persyaratan yang telah ditetapkan, Maka dalam akhir perjalanan dia akan sampai di kota tujuan dengan lancar tanpa hambatan. Demikian juga perjalanan kehidupan manusia untuk mencapai garis akhir perjalanan dengan selamat, dia harus mengikuti aturan, pedoman dan persyaratan yang telah ditetapkan oleh Sang Maha Kuasa. Jika konsisten mengikuti aturan dan persyaratan yang ada, maka sesungguhnya dia berjalan sesuai dengan fitrahnya. Sebaliknya jika dia sudah tidak mengikuti aturan dan persyaratan yang ada dia telah menyimpang dari fitrah. Perjalanan manusia yang menyimpang dari fitrah adalah disebabkan pembinaan yang keliru dari orang tua dan keluarga, pendidikan yang salah dari sekolah dan masyarakat yang berakibat terbentuknya pola pikir yang melenceng dari nilai keilahian. Dari situlah sebenarnya munculnya ego-ego negatif pada dirinya. Ego negatif merupakan sifat-sifat buruk ataupun karakter yang menyimpang dari fitrah yang dapat menimbulkan dampak merugikan bagi diri sendiri, keluarga ataupun masyarakat. Ego negatif ini seperti kecenderungan untuk berbuat dan berperilaku zhalim, ingkar atas kebenaran dari Allah, tidak berterima kasih atas nikmat dan karuniaNya, cinta dunia, melampaui batas, tergesa-gesa, berkeluh kesah, kikir, merasa susah payah dan lain sebagainya. Penjelasan tentang ego negatif diatas akan kita bahas dan diskusikan dalam bab ini dengan berbagai perilaku dan akhlak yang buruk sebagai cerminan ego negatif dalam diri seseorang. INGKAR KEPADA ALLAH Manusia lahir dengan membawa fitrah. Namun bagaimana perkembangannya sangat ditentukan oleh pendidikan dan pembinaan yang didapat dalam keluarga maupun lingkungannya. Pada saat menjadi bayi dan kanak-kanak, orang tuanyalah yang mendidik dan membimbingnya untuk mengenal dunia, alam semesta dan mengenal siapakah Tuhannya. Pendidikan yang keliru akan membentuk pola pikir yang keliru pula. Pola pikir ini menyangkut tentang nilai, pemahaman, keyakinan dan prinsip hidup. Kekeliruan dalam pola pikir berakibat pada sikap dan perilaku kehidupan, termasuk dalam memahami kebenaran dari Allah swt.

158

Dalam setiap kaum, Allah selalu mengirim Nabi dan Rosul untuk menyampaikan kebenaran, membimbing dan menuntun kaumnya menuju jalan yang lurus, jalan tauhid, jalan menuju keridloanNya. Terhadap seruan para nabi dan rosul ini, ada diantara mereka yang langsung menerima dan menjadi pengikutnya, menjalani apa yang diperintahkan Tuhan melalui para nabi dan rasulnya. Namun banyak diantara mereka, yang menolak dan ingkar terhadap seruan para nabi dan rosulnya. Mereka cenderung ingkar kepada Allah, sebagaimana firmanNya : “Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya telah datang kepada mereka RasulRasul mereka membawa keterangan-keterangan lalu mereka berkata: "Apakah manusia yang akan memberi petunjuk kepada kami?" lalu mereka ingkar dan berpaling; dan Allah tidak memerlukan (mereka). Dan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. AtTaghaabun, 64:6) Mereka juga tidak pernah berpikir tentang dirinya, tentang karunia Allah yang telah diberikan padanya, tubuh yang sehat, dilengkapi dengan aggota tubuh yang sempurna, dua mata untuk melihat, dua telinga untuk mendengar, dua tangan untuk melakukan pekerjaan dan dua kaki untuk berjalan. Allah juga telah karuniakan berbagai organ dan system dalam tubuh manusia yang demikian hebat dan teratur, seperti system pernafasan, system pencernaan, system peredaran darah dan lain sebagainya. Mereka ingkar terhadap Allah, ingkar terhadap kebenaran dari Allah, ingkar terhadap karunianya. Mereka cenderung tidak mau bersyukur, tidak berterima kasih kepada Tuhannya. Inilah karakter negarif manusia yang menyimpang dari fitrah, yaitu cenderung ingkar dan tidak berterima kasih kepada Tuhannya, sebagaimana firman Allah. “Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya.” (QS, Al-Aadiyaat, 100:5) SUKA MEMBANTAH Dengan ingkar kepada Allah, manusia sering menolak perintah yang datang kepadanya. Allah selalu memberikan perumpamaan-perumpamaan agar manusia mengambil pelajaran dari setiap kejadian yang dilihat atau dialaminya. Bagaimana kaum terdahulu yang ingkar kepada para nabi dan rosul, Allah berikan azab pada mereka. Kaum nabi Nuh yang menolak mengikuti seruan nabinya untuk bertauhid, Allah hanyutkan mereka dalam banjir bandang yang amat dahsyat. Terhadap kaum nabi Syuaib, Allah beri azab berupa suara yang mengguntur dan menyebabkan mereka mati bergelimpangan di rumahnya (QS. 11:94), terhadap Fir’aun dan pengikutnya yang telah menentang seruan nabi Musa, Allah tenggelamkan mereka di laut merah. Dan banyak kaum yang ingkar pada seruan para nabi tersebut mereka dibinasakan dengan berbagai azab dari Allah swt. Di Indonesia, dalam beberapa tahun terakhir ini, Allah telah berikan peringatan dengan berbagai bencana alam pada kita agar senantiasa menjaga amanah, menjalankan aturan dan syariatNya dan menjauhkan diri dari dosa dan kemaksiatan. Bencana alam yang terjadi di Indonesia, diantaranya tsunami dahsyat yang menerjang kawasan pesisir

159

Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Tsunami yang ditimbulkan oleh gempa tektonik yang berpusat di Samudra Hindia dan berkekuatan 9 SR itu menewaskan lebih dari 200.000 orang. Sekitar tiga bulan berselang, tepatnya 28 Maret 2005, gempa bumi menggoncang Pulau Nias, Sumatra Utara. Bangunan rumah dan perkantoran di kawasan pesisir itu juga hancur dihantam gempa. Setelah itu, sejak 2006 hingga Mei 2007 tercatat berbagai bencana melanda kawasan lainnya di Indonesia. Sebut saja gempa bumi Yogyakarta, meletusnya Gunung Merapi, meluapnya lumpur panas Lapindo di Sidoardjo, tsunami Jawa Barat, banjir bandang di Aceh Tamiang, banjir di DKI Jakarta, tanah longsor di Manggarai, NTT, gempa bumi di Solok, gelombang pasang menghantam pesisir di belasan propinsi yang menghadap Samudra Indonesia, dan lain sebagainya. Peringatan dan perumpamaan yang telah Allah sampaikan, dimaksudkan agar manusia dapat kembali kepada jalan kebenaran, mengikuti fitrahnya, sering diabaikan. Mereka ingkar kepada Allah meski telah diberi peringatan dan perumpamaan berulang-ulang, mereka tetap menolak dan membantah. Manusia memang suka membantah sebagaimana firman Allah. “Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al Quran ini bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.” (QS. AL-Kahfi, 18 : 54) CINTA DUNIA DAN TAKUT MATI Rasulullah saw pernah memprediksi, suatu saat kelak, kaum muslimin akan dikerubuti umat yang lain, sebagaimana orang-orang lahap mengerubuti hidangan. Sahabat pun bertanya, apakah saat itu jumlah kaum muslimin sedikit? Bukan, menurut Rasulullah bahkan kaum muslimin saat itu jumlahnya banyak, tapi bagaikan buih di lautan. Allah mencabut perasaan takut musuh-musuh Islam pada kaum muslimin dan Allah masukkan dalam dada kaum muslimin penyakit wahn. Apa itu Wahn? Para sahabat bertanya. “Cinta dunia dan takut mati.” Jawab Rasulullah. Itulah sifat buruk yang akan muncul pada manusia ketika dia telah menyimpang dari fitrahnya. Suatu sifat atau karakter negatif yang akan melemahkan jiwa dan menghancurkan diri mereka sendiri. Mereka akan terkalahkan dalam “peperangan” menghadapi umat yang lain. Mereka akan tunduk bagaikan kerbau yang dicrucuk hidungnya mengikuti sang penggembala. Itulah dampak dari penyakit wahn, cinta dunia dan takut mati. Banyak orang yang mengagungkan dunia, mendewakan harta kekayaan memberhalakan materi. Segala sesuatu akan dilihat dari sisi materinya, menguntungkan atau merugikan. Maka mereka hanya akan melakukan suatu aktivitas atau amalan keseharian mereka, jika dalam perhitungannya menguntungkan secara materi. Dan bila tak menguntungkan mereka pun akan meninggalkannya.

160

“Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia, dan meninggalkan (kehidupan) akhirat.” (QS. Al-Qiyamah, 75:20-21) Karena kecintaannya kepada kehidupan dunia, merekapun melupakan kehidupan akhirat. Mereka melupakan bahwa kehidupan di dunia tidak abadi, tapi ada batasnya. Batas kehidupan dunia adalah kematian. Jika mereka diingatkan dengan kematian, mereka cenderung melupakannya. Mereka takut akan kematian itu. Mereka ingin menghindari datangnya kematian pada dirinya. Padahal Allah telah tetapkan, bahwa kematian itu pasti akan datang. Setiap manusia akan mengalami kematian itu. Allah berfirman dalam AlQuran. “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.” (QS. Al-Ankabut, 29 : 57) Dalam ayat yang lain Allah berfirman. “Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.” (QS. Az-Zumar, 39 : 42) MELAMPAUI BATAS Kecintaan kepada dunia telah membuat manusia menghabiskan waktu hanya untuk mengejar dan menumpuk harta kekayaan, berfoya-foya menikmati kesenangan dunia yang sementara. Harta kekayaan bukan mereka gunakan untuk beribadah kepada Allah. Harta kekayaan bukan membuat mereka dekat dengan Allah, tetapi sebaliknya justru semakin membuatnya jauh dari Allah. Bahkan mereka semakin lalai terhadap aturan dan perintah Allah. Sebenarnya Allah tidak melarang umat Islam untuk mencari karuniaNya, menjadi orang yang kaya. Bahkan sebagai umat Islam, untuk bisa menjalankan peribadatan dengan sempurna diperlukan biaya, misalnya untuk menunaikan zakat, beramal shodakoh, menunaikan ibadah haji ke Baitullah. Tetapi dalam mencari harta benda, kekayaan, harus mengikuti aturan dan syariat yang telah Allah tetapkan serta dengan tujuan untuk dapat beribadah kepada Allah. Semakin mendekatkan diri kita menjadi hamba yang taat dan patuh kepadaNya. Dengan harta benda dan kekayaan, kita bisa membantu saudara-saudara yang kekurangan, fakir miskin dan kaum dhuafa. Kita bisa membantu menyediakan sarana dan prasarana pendidikan, membangun gedung sekolah, pesantren, panti asuhan anak yatim, masjid, mushola dan sebagainya. Dengan harta benda dan kekayaan itu kita bisa membantu banyak orang yang membutuhkan.

161

Namun kebanyakan manusia, mengumpulkan harta benda dan kekayaan karena kecintaannya pada dunia, untuk memenuhi kesenangan ego pribadinya, sebatas kehidupan di dunia yang fana ini. Mereka melalaikan aturan dan syariat yang Allah tetapkan. Mereka mencari harta kekayaan dengan menghalalkan segala cara. Hingga akhirnya Allah memberikan peringatan, memberikan cobaan dan ujian agar manusia tidak lupa daratan. Agar mereka kembali dan mengikuti fitrahnya. Tetapi peringatan, cobaan dan ujian itupun tidak mereka pedulikan. Sehingga akhirnya Allah menimpakan azab dan bencana kepada mereka. Apabila mereka ditimpa bencana dan bahaya, merekapun mendekat dan berdo’a pada Allah, tetapi setelah Allah menghilangkan bencana dan bahaya itu mereka kembali kepada kesesatan. Manusia memang melampaui batas, sebagaimana firmanNya. “Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu dari padanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Yunus, 10 : 12) TERGESA-GESA Kehidupan dalam masa modern sekarang ini, dirasakan segala sesuatu terjadi dengan cepat. Perubahan juga terjadi serba cepat, hampir setiap orang menjalani kehidupan ini berkejaran dengan waktu yang terus berpacu. Seseorang cenderung menginginkan segala kehendak dan keinginannya terwujud secepat kilat, seketika atau serba instan. Orang ingin berhasil dan sukses dengan jalan instan, bisa memperoleh harta kekayaan dengan jalan instan, ingin naik jabatan dengan instan dan apapun yang diinginkannya bisa terwujud secepat membalik telapak tangan. Untuk mewujudkan keinginan secara instan ini membuatnya melakukan segala cara, bahkan yang harampun ditempuhnya. Misalnya dengan datang ke dukun, dengan membayar uang pelicin (sogokan), memaksakan kehendak dengan cara yang halus maupun kasar. Sifat tergesa-gesa ini merupakan karakter negative, sebagai ego negative yang dimiliki manusia, ketika dirinya jauh dari Tuhan, tidak yakin dengan aturan, norma atau syariat Islam. Bahkan ego negative ini semakin kuat ketika seseorang sudah melupakan Allah dan melalaikan syariatNya. Memang begitulah sifat buruk manusia yang menyimpang dari fitrah. Manusia selalu tergesa-gesa atas apa yang diinginkannya sebagaimana firmanNya: “Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.” (QS. Al-Isra, 7 :11)

162

BERSUSAH PAYAH Kecenderungan untuk mewujudkan keinginan dengan cara instan, membuat seseorang merasa berat jika harus melakukan suatu usaha atau bekerja secara wajar. Seseorang yang jauh dari fitrah merasa kehidupannya selalu dalam keadaan susah payah. Ketika masih kanak-kanak kondisi tersebut belumlah terasa, mereka masih memiliki semangat yang hebat untuk belajar, menuntut ilmu. Tetapi tatkala ucapan atau kata-kata negative semakin sering terdengar, bahkan arah dan tujuan pendidikannya pun menyimpang dari fitrah, maka semangat itu jadi berkurang. Persepsi negative akan kehidupannya pun muncul sehingga respon yang negative juga sering dilakukannya. Dirinya mulai merasa terbebani dengan tanggung jawab yang harus dipikulnya, sebagai remaja, pelajar ataupun mahasiswa. Bahkan juga ketika mereka telah dewasa, tanggung jawab terhadap diri sendiri, keluarga atau masyarakat pun teras susah. Tanggungjawab terhadap diri sendiri kaitannya dengan nilai spiritualitas dirasakan sebagai beban berat. Menjalani ibadah, seperti sholat, tadarus Al-Qur’an, belajar dan membaca ayat-ayat yang ada dalam Al-Quran (qouliyah) atau mengkaji ayat-ayat yang tergelar di alam semesta (qouniyah) terasa membosankan. Tanggung jawab untuk membimbing dan mendidik anak istri juga terabaikan. Dalam masyarakat di lingkungan rt dan rw, mereka enggan ikut berperan dalam berbagai aktivitas. Sebagai anggota masyarakat, kewajiban untuk berperan aktif, membantu menyelamatkan masyarakat, bahkan membimbing dan mendidik anggota masyarakat pun tak mampu dijalankannya. Untuk menjalani amanah dari Allah sebagai khalifah, memimpin masyarakatnya pun susah dilakoninya. Keharusan untuk memberikan kontribusi bagi perubahan secara positif dalam masyarakat cenderung dihindarinya. Tugas dan tanggung jawab yang dijalani terasa berat dipikulnya. Dirinya merasa bersusah payah. Manusia memang diciptakan Allah dalan keadaan susah payah. Allah berfirman dalam Al-Quran. “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.” (QS, AlBalad, 90: 4) KELUH KESAH DAN KIKIR Pada diri orang-orang yang pikiran dan hatinya dipenuhi ego negative, dalam kehidupan keseharian akan cenderung bersikap negative dan memandang setiap kejadian secara negative pula. Dalam masalah rezeki dirinya merasa selalu kekurangan. Setiap upah atau gaji yang didapat selalu habis sebelum genap sebulan. Usaha yang dilakukan seperti tak pernah membuahkan hasil. Kerja keras, peras keringat, banting tulang, tidak memberinya keberkahan. Melihat orang lain maju dan berhasil dadanya terasa sesak dan sedih hatinya. Dirinya merasa senang jika melihat orang lain susah dan menderita. Malihat lingkungan sekitar

163

sepertinya tidak bersahabat, tidak memberikan peluang baginya untuk maju dan berkembang. Krisis ekonomi yang melanda negara atau dunia, semakin membuat dirinya khawatir dan ketakutan. Setiap waktu hatinya dipenuhi kecemasan akan masa depannya. Seolah tak ada kesempatan baginya untuk bisa mendapatkan kesejahteraan dan berkecukupan. Peluang untuk mendapatkan rejeki dan kebahagiaan pun seolah tak pernah didapatkannya. Kesialanlaha yang terasa menghampiri kehidupannya. Jika dia bergaul dengan orang lain, yang dilontarkan adalah kata-kata negative, dia selalu berkeluh kesah tentang kehidupan yang dijalaninya. Berkeluh kesah tentang pekerjaannya, berkeluh kesah tentang teman-teman kerja, berkeluh kesah tentang kondisi keluarganya dan berkeluh kesah tentang tetangga dan masyarakat lingkungannya. Namun ketika Allah memberikan kemudahan rejeki, mendapatkan kelimpahan harta kekayaan, dia enggan untuk berterima kasih. Dia enggan mengeluarkan shodaqoh, mengeluarkanzakat yang menjadi hak bagi orang lain, fakir miskin dan kaum dhuafa. Dia enggan untuk menolong sesame yang membutuhkan bantuan. Dirinya merasa bahwa apa yang didapatkan adalah sebagai hasil jerih payahnya sendiri, sehingga dia tak perlu memberikan sebagian harta kekayaan yang didapatkannya bagi orang lain. Orang-orang yang demikian memang memang cenderung kikir. Itulah karakter negative lain yang ada pada manusia yang meninggalkan fitrahnya. Selalu berkeluh kesah mengenai dirinya dan kikir atas harta kekayaan yang Allah karuniakan pada mereka. Manusia memang suka berkeluh kesah dan kikir, sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran. “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir.” (QS. AlMa’aarij, 70 : 19-21)

164

BAB DUA BELAS PERJALANAN HIDUP MANUSIA Dalam perjalanan kehidupannya, manusia akan memperoleh berbagai pengetahuan dan pengalaman secara jasmani maupun rohani. Sejak seseorang masih bayi, kemudian tumbuh dan berkembang menjadi anak-anak, menjadi remaja, menjadi dewasa dan memasuki usia lanjut, dirinya membutuhkan pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar akan menjadi panduan dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Agama Islam dengan ajaran tauhidnya telah disampaikan dan disebarkan oleh para nabi dan rosul bagi manusia sesuai zamannya. Sejak nabi Adam, nabi Idris dan seterusnya hingga nabi Musa dan nabi Isa, ajaran tauhid telah disampaikan pada setiap umat manusia secara bertahap hingga datangnya Nabi Muhammad saw sebagai nabi terakhir. Dan diturunkannya Al-Qur’an sebagai kitab suci, penyempurna kitab-kitab sebelumnya yaitu taurat, zabur dan injil. Dengan menggunakan Al-Quran sebagai referensi utama dan As-Sunah (hadits) sebagai referensi pelengkap, manusia akan menemukan pengetahuan, petunjuk dan pedoman kehidupannya di dunia ini. Pengetahuan hidup yang dijalaninya haruslah senantiasa dianalisis, sesuaikah dengan informasi yang dikabarkan oleh Al-Quran dan AsSunah? Juga pengetahuan yang diperoleh selama ini sesuaikah dengan fitrah manusia atau sebaliknya menyimpang dari fitrah. Hanya dengan kebeningan hati dan kejernihan pikiran, manusia mampu melakukan penilaian atas perjalanan kehidupannya. A. DUA PILIHAN, DUA JALAN Allah swt telah memberikan pada manusia dua pilihan, dua jalan kehidupan, yaitu jalan kefasikan dan jalan ketaqwaan. Jalan kefasikan adalah jalan kesesatan yang akan mengantarkan manusia hidup susah, hidup dalam kegelapan. Sedangkan jalan ketaqwaan adalah jalan kebahagian yang akan mengantar manusia hidup senang, hidup dalam cahaya yang benderang. Jalan kefasikan dan jalan ketaqwaan ini Allah telah informasikan kepada setiap manusia, setiap jiwa, sebagaimana firmanNya dalam Al-Quran. “Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. AsySyams, 91 : 7-10) Jalan manakah yang hendak kita dipilih? Jalan kefasikan ataukah jalan ketaqwaan? Jalan kefasikan akan membawa seseorang menuju pada kesesatan dalam kehidupan di dunia dan penderitaan abadi di akhirat. Untuk bisa menetapkan pilihan yang kedua, yaitu jalan ketaqwaan, seseorang harus senantiasa membersihkan pikiran dan mensucikan hati (jiwa)nya. Sungguh beruntunglah orang yang mensucikan jiwanya. Orang yang jiwanya kotor akan merugi, akan mengalami kesulitan untuk mendapatkan jalan ketaqwaan.

165

Orang yang kotor pikiran dan berkarat hatinya akan tertarik dan ditarik kekuatan negative, ke dalam jalan kefasikan atau kesesasatan. B. JALAN KESESATAN Jalan kesesatan atau kefasikan, disadari atau tidak adalah merupakan sebuah pilihan bagi orang-orang yang jauh dari petunjuk Allah swt. Mereka sering mengotori hati dengan kemaksiatan, sehingga muncul penyakit dalam hatinya. Mereka lebih mendahulukan ego-ego negative sehingga menutupi kejernihan pikiran dan kebeningan hatinya. Jalan kesesatan akan mengantarkan seseorang pada penderitaan hidup di dunia, jauh dari ketenangan, ketentraman dan keberkahan dalam hidupnya. Jalan kesesatan juga akan membawa seseorang pada penderitaan abadi di akhirat kelak. Naudzubillahimin dzalik! Jalan kesesatan sebagai perjalanan hidup manusia akan dialami jika seseorang memilih sifat, sikap dan perilaku yang sesat, yaitu : 1. Kafir Kafir berasal dari kata kufr yang berarti menutup atau menanam. Dalam bukunya Agama versus “Agama” Ali Syariati menjelaskan, ketika berladang sebuah biji ditanam dan kemudian ditutup dengan tanah. Di dalam hati manusia, kebenaran itu ada tetapi karena alasan-alasan tertentu kebenaran itu ditutup oleh tirai kebodohan, permusuhan, pencarian kepentingan-kepentingan pribadi atau kedunguan yang absolute. Ini disebut kufr. Kafir juga berarti tidak beriman, tidak adanya kepercayaan dalam diri seseorang terhadap Allah swt, Rosulullah dan kitab suci Al-Quran. Orang-orang yang menolak kebenaran yang datang dari Allah dan Rosulnya, termasuk golongan orang-orang kafir. Allah swt dalam Al-Quran berfirman. “Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan] antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: "Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)", serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan.” (QS. An-Nisa, 4 :150-151) Dalam ayat yang lain Allah berfirman. “Sesungguhnya orang-orang yang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, pasti mendapat kehinaan sebagaimana orang-orang yang sebelum mereka telah mendapat kehinaan. Sesungguhnya Kami telah menurunkan bukti-bukti nyata. Dan bagi orangorang kafir ada siksa yang menghinakan.” (QS. Al-Mujaadilah, 58 : 5) Pengingkaran orang-orang kafir terhadap kebenaran Al-Quran, ditunjukkan dalam ayatayat berikut.

166

“Dan apabila dibacakan di hadapan mereka ayat-ayat Kami yang terang, niscaya kamu melihat tanda-tanda keingkaran pada muka orang-orang yang kafir itu. Hampir-hampir mereka menyerang orang-orang yang membacakan ayat-ayat Kami di hadapan mereka. Katakanlah: "Apakah akan aku kabarkan kepadamu yang lebih buruk daripada itu, yaitu neraka?" Allah telah mengancamkannya kepada orang-orang yang kafir. Dan neraka itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali.” (QS. Al-Hajj, 22 : 72) “Dan orang-orang kafir berkata: "Al Quran ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh Muhammad dan dia dibantu oleh kaum yang lain"; maka sesungguhnya mereka telah berbuat suatu kezaliman dan dusta yang besar.” (QS. AlFurqon, 25 : 4) “Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami (Al Quran) serta (mendustakan) menemui hari akhirat, maka mereka tetap berada di dalam siksaan (neraka).” (QS. Ar-Rum, 30 : 16) Orang-orang kafir juga tidak percaya akan kehidupan akhirat, kehidupan sesudah alam dunia ini. Bagi mereka, kehidupan adalah saat sekarang ini, setelah kematian maka berakhirlah kehidupan manusia. Sehingga mereka bebas melakukan apa saja yang diinginkan tanpa adanya rasa takut akan balasan yang kelak akan diberikan Allah di Hari Pembalasan (kehidupan akhirat). Allah berfirman dalam Al-Quran sebagai berikut. “Dan orang-orang yang kafir berkata: "Hari berbangkit itu tidak akan datang kepada kami". Katakanlah: "Pasti datang, demi Tuhanku Yang Mengetahui yang ghaib, sesungguhnya kiamat itu pasti akan datang kepadamu. Tidak ada tersembunyi daripadaNya sebesar zarrahpun yang ada di langit dan yang ada di bumi dan tidak ada (pula) yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar, melainkan tersebut dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)" (QS. Saba’, 34 : 3) “Sesungguhnya mereka (orang kafir) menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak memperdulikan kesudahan mereka, pada hari yang berat (hari akhirat).” (QS. Al-Insaan, 76:27) Dr. M. Usman Najati dalam bukunya “Al-Quran dan Ilmu Jiwa” menjelaskan berbagai sifat yang menjadi corak dan menempel sebagai atribut pada orang-orang kafir adalah sebagai berikut: a. Sifat-sifat yang berkenaan dengan aqidah, tidak beriman kepada aqidah tauhid, para rosul, hari kemudian, dan hari kebangkitan dan perhitungan. b. Sifat-sifat yang berkenaan dengan berbagai ibadah, menyembah selain Allah yang tidak mendatangkan manfaat dan mudharat bagi mereka. c. Sifat-sifat yang berkenaan dengan hubungan-hubungan social : zhalim, suka memusuhi orang-orang yang beriman dalam tindakan-tindakan mereka, suka menghina orang-orang yang beriman, senang mengajak pada kemungkaran, dan melarang orang berbuat kebajikan.

167

d. Sifat-sifat yang berkenaan dengan hubungan-hubungan kekeluargaan, senang memutus silaturrahim. e. Sifat-sifat moral, mengingkari janji, berlaku serong, suka menuruti hawa nafsu, sombong dan takabur. f. Sifat-sifat emosional dan sensual, benci dan dengki terhadap orang-orang yang beriman, dan dengki terhadap karunia yang diberikan Allah kepada orang-orang yang beriman. g. Sifat-sifat intelektual dan kognitif, pikiran yang statis, tidak mampu memahami dan berpikir, kalbu tertutup, pengekoran buta terhadap kepercayaan dan tradisi nenek moyang, suka memperdayakan. Terhadap orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, diberi peringatan atau tidak, mereka tetap tidak akan beriman. Karena Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka. Allah berfirman dalam Al-Quran : “Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.” (QS. Al-Baqarah, 2 : 6-7) Dengan demikian mereka, orang-orang kafir tidak akan mendapat petunjuk dari Allah swt sebagaimana firmanNya dalam Al-Quran. “Maka Sesungguhnya kamu tidak akan sanggup menjadikan orang-orang yang mati itu dapat mendengar, dan menjadikan orang-orang yang tuli dapat mendengar seruan, apabila mereka itu berpaling membelakang. Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang-orang yang buta (mata hatinya) dari kesesatannya. Dan kamu tidak dapat memperdengarkan (petunjuk Tuhan) melainkan kepada orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, mereka itulah orang-orang yang berserah diri (kepada Kami).” (QS. Ar-Ruum, 30 : 52-53) Allah melaknat orang-orang kafir, dan neraka jahanamlah tempat mereka di akhirat kelak. Hal ini dijelaskan dalam beberapa ayat dari Al-Quran sebagai berikut. “Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam keadaan kafir, mereka itu mendapat la'nat Allah, para Malaikat dan manusia seluruhnya.” (QS. Al-Baqarah, 2 : 161) “Dan orang-orang kafir bagi mereka neraka Jahannam. Mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak (pula) diringankan dari mereka azabnya. Demikianlah Kami membalas setiap orang yang sangat kafir.” (QS, Al-Faathir, 35 : 36) “Dan orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, memperoleh azab Jahannam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. Al-Mulk, 67 : 6)

168

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir baik harta mereka maupun anak-anak mereka, sekali-kali tidak dapat menolak azab Allah dari mereka sedikitpun. Dan mereka adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. (QS. Ali Imran, 3 : 116) 2. Zhalim Secara khusus, kita akan bahas tentang sifat zhalim pada orang-orang kafir. Zhalim berarti berbuat aniaya. Orang-orang zhalim adalah mereka yang melakukan aniaya baik terhadap diri sendiri atau orang lain. Mereka bukan saja ingkar kepada Allah, tetapi juga menghalangi orang-orang beribadah kepada Allah. Mereka juga menghalangi orang untuk menyebarkan agama Islam, menegakkan kebenaran yang datang dari Allah swt. Allah berfirman dalam Al-Quran berikut. “Kemudian seorang penyeru (malaikat) mengumumkan di antara kedua golongan itu: "Kutukan Allah ditimpakan kepada orang-orang yang zhalim, (yaitu) orang-orang yang menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan itu menjadi bengkok, dan mereka kafir kepada kehidupan akhirat." (QS. Al-A’raaf, 7 : 4445) Perilaku orang-orang zhalim adalah sebagai berikut : a. Orang-orang zhalim mendustakan Allah. “Maka barangsiapa mengada-adakan dusta terhadap Allah sesudah itu, maka merekalah orang-orang yang zhalim.” (QS. Ali Imran, 3 : 94) b. Mereka mengolok-olok ayat-ayat Allah (Al-Quran). Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zhalim itu sesudah teringat (akan larangan itu). (QS, AlAn’aam, 6 : 68) c. Orang-orang zhalim mengikuti hawa nafsunya sendiri. Tetapi orang-orang yang zhalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan; maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan Allah? Dan tiadalah bagi mereka seorang penolongpun. (QS. Ar-Ruum, 30 : 29) d. Menikmati kemewahan dan banyak berbuat dosa. “Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarang daripada (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebahagian kecil di antara orang-orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka, dan orang-orang yang zhalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah

169

yang ada pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa.” (QS. Huud, 11 : 116) e. Mereka berpaling dari peringatan Allah. “Dan siapakah yang lebih zhalim dari pada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya lalu dia berpaling dari padanya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya? Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka; dan kendatipun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya.” (QS. Al-Kahfi, 18 : 57)

f. Orang-orang zhalim berada dalam kesesatan yang nyata. “Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang telah diciptakan oleh sembahan-sembahan(mu) selain Allah. Sebenarnya orang- orang yang zhalim itu berada di dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Lukman, 31 : 11) Terhadap orang-orang yang zhalim ini Allah tidak menyukai. Karena tidak pernah memperhatikan peringatan Allah, maka dibukakan pintu-pintu kesenangan terhadap mereka. Setelah mereka bergembira ria dengan apa yang mereka dapatkan, maka Allah siksa mereka dengan sekonyong-konyong sehingga mereka berputus asa. Mereka itu Allah musnahkan sampai ke akar-akarnya. Orang-orang zhalim terdahulu telah dibinasakan oleh Allah, diantaranya adalah kaum Nuh, kaum ‘Aad, kaum Tsamud, kaum Ibrahim, kaum Luth dan penduduk Madyan dengan berbagai bencana seperti banjir, angin topan, badai yang menghancurkan kota dan tempat tinggal mereka. 3. Fasiq Fasiq berarti berperilaku tercela, berbuat kemungkaran dan berada dalam kesesatan. Orang-orang fasiq adalah orang yang melanggar perjanjian dengan Allah dan suka melakukan kerusakan di muka bumi. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an. “Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik, (yaitu) orangorang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi.” (QS. Al-Baqarah, 2 : 26-27) Pada dasarnya setiap orang telah berjanji pada Allah, bahwa mereka beriman pada Allah, mengakui dan menjadikan Allah sebagai Tuhannya. Allah telah mengambil

170

kesaksian pada setiap manusia yang lahir ke dunia ini. Hal ini dijelaskan Allah dalam AlQuran. “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (QS. Al-A’raaf, 7:172) Namun dalam kehidupan selanjutnya mereka melanggar perjanjian dengan Allah tersebut, dengan tidak melaksanakan perintahNya, dan lebih sering melakukan apa yang dilarang Allah swt. Mereka mengingkari ayat-ayat yang telah diturunkan Allah kepada RasulNya Muhammad saw. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran. “Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas; dan tak ada yang ingkar kepadanya, melainkan orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Baqarah, 2 : 99) Mereka juga berbuat kerusakan di muka bumi ini, sehingga terjadi berbagai macam kerusakan di alam semesta, terjadi ketidakseimbangan ekosistem, maka terjadilah banyak bencana alam, tanah longsor, banjir, gempa bumi, terjadi pemanasan bumi, munculnya lubang ozon di atmosfir bumi. Ini semua karena perbuatan orang-orang fasik. “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Ruum, 30 : 41) Dengan perbuatan mereka sebenarnya memperlihatkan bahwa mereka telah melupakan Allah, sehingga Allah pun melupakan mereka, sebagaimana ayat berikut. “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Hasyr, 59:19) Mereka akan terus melakukan kerusakan di muka bumi ini, baik kerusakan fisik di alam semesta maupun kerusakan non fisik dalam masalah moralitas, etika, pola piker yang semakin menjauhkan diri dan masyarakatnya kepada Allah swt. Mereka orang-orang fasik selalu menyakiti rasul-rasulNya, menolak kebenaran yang disampaikannya. Mereka berpaling dari kebenaran, maka Allahpun memalingkan hatinya. Terhadap orang-orang yang fasik inipun Allah tidak akan memberikan petunjuk. Allah berfirman dalam AlQuran. “Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, mengapa kamu menyakitiku, sedangkan kamu mengetahui bahwa sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu?" Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.” (QS. Asy-Syaff, 61 : 5)

171

“Sama saja bagi mereka, kamu mintakan ampunan atau tidak kamu mintakan ampunan bagi mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Munaafiquun, 63 : 6) Karena perbuatan mereka, melakukan kerusakan di muka bumi, menghabiskan rezekinya untuk bersenang-senang dengan melakukan pelanggaran atas perjanjian dengan Allah maka Allah akan memberikan siksa pada mereka. Mereka mendapatkan siksa dari Allah, dengan diturunkanNya azab dari langit, sebagamana firmanNya. “Sesungguhnya Kami akan menurunkan azab dari langit atas penduduk kota ini karena mereka berbuat fasik.” (QS. Al-Ankabuut, 29 : 34) “Dan adapun orang-orang yang fasik maka tempat mereka adalah jahannam. Setiap kali mereka hendak keluar daripadanya, mereka dikembalikan ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka: "Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kamu mendustakannya." (QS. As-Sajdaah, 32:20) “Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka dikatakan): "Kamu telah menghabiskan rezkimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya; maka pada hari ini kamu dibalasi dengan azab yang menghinakan karena kamu telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan karena kamu telah fasik". (QS. Al-Ahqaaf, 46 :20) 4. Munafiq Munafiq adalah orang-orang yang memiliki kepribadian ganda, tidak konsisten, lemah dan peragu. Mereka tidak memiliki ketegasan dalam bersikap. Jika dikaitkan dengan keimanan atau aqidah, orang-orang munafiq memiliki iman yang lemah, bahkan ragu-ragu dengan keimanannya. Mereka mengaku dirinya beriman di hadapan orangorang yang beriman, namun sebenarnya mereka senantiasa ragu dan bimbang terhadap dirinya sendiri. Tatkala mereka berkumpul dengan orang-orang yang mengingkari Allah dan Rasulnya, mereka menyatakan bahwa dirinya sebenarnya adalah kelompok kafir tersebut. Orang-orang munafiq ini digambarkan Allah dalam Al-Quran sebagai berikut. “Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian," pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.” (QS. Al-Baqarah, 2 : 8-9) Apa yang dikatakan orang-orang munafiq, tidak bisa dipercaya, karena mereka cenderung berbohong dan mengingkarinya. Mereka juga mengingkari apa yang mereka ikrarkan kepada Allah swt. Sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut. “Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran). Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati

172

mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan juga karena mereka selalu berdusta.” (QS. At-Taubah, 9 : 75-76) Orang munafiq juga suka mencela orang-orang beriman yang bershadaqah, dengan mengolok-olok, sementara mereka sendiri tidak mau melakukannya. Dikatakan bahwa pemberiannya tidak sesuai, kwalitasnya buruk dan tidak ada gunanya. Sedang mereka tak pernah bershadaqah. Allah berfirman dalam Al-Quran. “(Orang-orang munafik itu) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih.” (QS. At-Taubah, 9 : 79) Mereka sering mengelabuhi orang-orang beriman dengan menggunakan ucapan sumpah untuk meyakinkannya, namun mereka hanya sekedar bersumpah tanpa suatu kesungguhan. Bahkan mereka menggunakan sumpahnya sebagai perisasi. Perbuatan mereka sangat buruk di adapan Allah. Hal ini terjadi karena mereka suka memainkan keimanannya. Mereka beriman namun kemudian kafir lagi dan Allah mengunci hatinya, sebagaimana firmanNya. “Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti.” (QS. Al-Munaafiquun, 63 : 2-3) Orang-orang munafiq sering berubah pendirian dalam masalah aqidah. Mereka yang telah beriman, berubah menjadi kafir, kemudian beriman lagi, kemudian kafir lagi, maka Allah tidak akan memberikan ampunan pada mereka. Allah berfirman dalam Al-Qur’an. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman kemudian kafir, kemudian beriman (pula), kamudian kafir lagi, kemudian bertambah kekafirannya, maka sekali-kali Allah tidak akan memberi ampunan kepada mereka, dan tidak (pula) menunjuki mereka kepada jalan yang lurus.” (QS. An-Nisaa, 4 : 137) Demikianlah kondisi orang-orang munafiq, karena dalam hati mereka ada penyakit. Mereka melakukan fitnah agar terjadi permusuhan berbagai komunitas, sehingga orangorang kafir berani menyerang orang-orang beriman. Karenanya Allah menambah penyakitnya itu, sebagaimana firmanNya. “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (QS. Al-baqarah, 2 : 10)

173

Terhadap orang-orang munafiq ini Allah menyediakan siksaan yang berat dan kelak mereka ditempatkan di dalam neraka pada tingkatan paling bawah, sesuai firmanNya pada Al-Quran. “Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.” (QS. An-Nisaa’, 4 : 145) 5. Musyrik Musyrik berasal dari kata syirk yang artinya menyekutukan Allah. Musrik adalah orang yang menyekutukan Allah dengan tuhan-tuhan yang lain. Mereka bisa jadi percaya bahwa Allahlah yang menciptakan bumi, langit dan alam semesta ini, namun mereka tidak mau menyembah Allah. Mereka menyembah berhala-berhala, menyembah matahari, menyembah pemimpin-pemimpin mereka, menyembahkan materi, harta kekayaan dan juga menyembah hawa nafsunya. Allah berfirman dalam Al-Quran. “Apakah mereka mempersekutukan (Allah dengan) berhala-berhala yang tak dapat menciptakan sesuatupun? Sedangkan berhala-berhala itu sendiri buatan orang. Dan berhala-berhala itu tidak mampu memberi pertolongan kepada penyembahpenyembahnya dan kepada dirinya sendiripun berhala-berhala itu tidak dapat memberi pertolongan.” (QS. Al-A’raaf, 7 : 191-192) Orang-orang musyrik memiliki ciri sebagai penyembah selain Allah. Mereka beragama politeisme, mereka tidak mengakui keyakinan tauhid. Tuhan-tuhan yang disembah oleh kaum musyrikin, sebagai mana dijelaskan dalam Al-Quran adalah sebagai berikut : a. Menyembah Tuhan selain Allah. “Apakah mereka mengambil tuhan-tuhan dari bumi, yang dapat menghidupkan (orangorang mati)? Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan” (QS. Al-Anbiyaa’, 21 : 21-22) b. Menjadikan Jin sebagai sekutu Allah. “Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka membohong (dengan mengatakan): "Bahwasanya Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan", tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan.” (QS, Al-An’aam, 6 : 100) c. Menyembah tandingan selain Allah. “Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang

174

yang berbuat zalim itu[106] mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaanNya (niscaya mereka menyesal).” (QS. Al-Baqarah, 2 : 165) d. Menyembah hawa nafsu. “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS. Al-Jaatsiyah, 45 : 23) e. Menyembah hawa nafsu seperti binatang ternak “Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?, atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).” (QS. Al-Furqaan, 25 : 43-44) Terhadap orang-orang yang menyekutukan Allah dengan tuhan-tuhan yang lain ini, Allah tidak memberikan ampunan. Dan Allah akan masukkan orang-orang musyrik ini ke dalam neraka jahanam. Mereka kekal di dalamnya. “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.” (QS. An-Nisaa’, 4 : 116) “Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.” (QS. Al-Bayyinaah, 98 : 6)

C. JALAN KETAQWAAN Jalan ketaqwaan merupakan pilihan bagi orang-orang yang mendapatkan petunjuk dari Allah swt. Jalan ketaqwaan adalah jalannya orang-orang yang senantiasa membersihkan hati dan menjernihkan pikirannya. Jalan ketaqwaan adalah jalannya orang-orang yang sukses, yaitu jalannya para nabi dan rasul, jalannya para sahabat, para tabi’in, para muttaqin, sholihin dan jalannya kaum muslimin. Jalan ketaqwaan akan mengantarkan seseorang untuk memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya. Bahagia di dunia dan bahagia di akhirat. Mereka yang menempuh jalan ketaqwaan adalah para ahli jannah, para penghuni surga. Jalan ketaqwaan ditempuh melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

175

1. Mengimani Islam Persyaratan yang harus dipenuhi para penempuh jalan ketaqwaan adalah mengimani Islam. Yakin dan percaya akan kebenaran ajaran Islam. Mereka akan belajar memahami dan menjiwai ajaran agama Islam. Meyakini Islam sebagai kebenaran, harus diawali dengan meyakini aqidah tauhid, percaya kepada Allah, Tuhan yang Maha Esa. Mengimani Allah dengan karakteristiknya yang absolute, distinc dan unique. Allah berfirman dalam Al-Quran. “Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." (QS. Al-Ikhlas, 112 : 1-4) Allah adalah Rabb, Tuhan semesta alam. Allah adalah Al-Kholik, Tuhan yang menciptakan alam semesta beserta isinya. Allah adalah Al-Malik, Tuhan yang memelihara alam semesta. Dan juga Allah adalah Ar-Roziq, Tuhan yang memberikan rezeki kepada seluruh makhluknya. Keyakinan demikian akan memunculkan suatu hasrat cinta kepada Allah. Cinta yang hakiki kepada Allah berarti akan melakukan suatu persembahan total kepada Allah, siap melakukan pengorbanan atas sesuatu yang dicintainya dan akhirnya akan mewakafkan kehidupannya kepada Tuhan yang dicintainya, Allah swt. Percaya kepada Allah juga akan menumbuhkan keyakinan dan percaya kepada para malaikatNya, percaya kepada kitab-kitabNya, percaya kepada nabiNya, percaya kepada Hari Kiamat dan percaya kepada Taqdir yang ditetapkan oleh Allah. Serangkaian konsep kepercayaan demikian merupakan rukun iman yang menjadi dasar keyakinan Aqidah Islam. Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an. “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitabNya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (QS. An-Nisa, 4 : 136) “Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikatmalaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali." (QS. Al-Baqarah, 2 : 285) Iman kepada kebenaran yang datang dari Allah adalah sebuah hidayah, petunjuk yang dikaruniakan kepada kita. Karenanya kita harus menghilangkan keraguan dalam hati dan haruslah yakin sepenuhnya. Allah berfirman dalam Al-Quran :

176

“Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orangorang yang ragu.” (QS. Al-Baqarah, 2 : 147) Iman yang Allah telah karuniakan kepada kita, harus senantiasa kita pelihara agar semakin mantap. Kita harus selalu berdoa pada Allah agar meneguhkan keimanan yang ada dalam dada kita. Allah berfirman dalam Al-Quran. “(Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)". (QS. Ali Imran, 3 : 8) Bagi orang-orang yang beriman dan dia mampu mempertahankannya hingga Allah memanggilnya kembali dalam keadaan beriman, maka Allah menjanjikan pahala dan kebahagian surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya. Allah berfirman dalam Al-Quran. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.” (QS. Al-Bayyinah, 98 : 78) 2. Mengilmui Islam Tahapan berikutnya para penempuh jalan ketaqwaan adalah dengan mengilmui Islam. Setelah kita yakin akan kebenaran Islam, maka kita haruslah mengkaji Islam dengan sungguh-sungguh. Belajar tentang Islam secara keseluruhan, berbagai bidang kajian Islam perlu kita ketahui dan pahami. Essensi ajaran Islam adalah menyangkut aqidah, syariah dan akhlaq. Aqidah merupakan dasar keyakinan dan kepercayaan dalam Islam. Syariah adalah aturan, norma atau etika dalam menjalani kehidupan di dunia ini, menyangkut aspek ubudiyah (beribadah kepada Allah) dan Muamalah (berhubungan dengan sesame manusia, dalam politik, social, pendidikan, ekonomi, bisnis dan sebagainya). Akhlaq adalah bagaimana berperilaku yang santun, yang mulia baik kepada Allah maupun kepada makhlukNya. Terhadap makhluknya dengan menjaga ekosistem, memelihara sumber daya alam, peduli pada lingkungan. Juga perlunya kita berakhlak yang baik pada sesame manusia, yaitu menghargai, menghormati dan menjunjung nilainilai kemanusian. Inilah paparan ringkas mengenai intisari ajaran Islam yang harus kita pelajari. Dengan mempelajari dan mengilmui Islam maka kita akan semakin yakin akan kebenaran Islam itu sendiri. Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk mencari ilmu pengetahuan, menambah wawasan. Mereka yang memiliki ilmu pengetahuan akan diangkat derajatnya oleh Allah sebagaimana firmanNya dalam Al-Quran.

177

“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujaadilah, 58 :11) Hanya mereka yang memiliki ilmulah yang dapat mengambil pelajaran dari setiap kejadian. Mereka juga akan dapat diberi hikmah kepahaman dari ayat-ayatnya. Itulah keutamaan orang-orang yang berilmu. Allah berfirman dalam Al-Quran. “Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” (QS. AlBaqarah, 2 :269) “Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” (QS. Al-Ankabuut, 29:43) “(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS, Az-Zumar, 39 : 9) Dalam mengkaji ilmu pengetahuan dan ajaran Islam, kita harus menjadikan Al-Quran dan As-Sunah sebagai referensi utama. Dari Al-Quran dan As-Sunahlah Allah memberikan ilmu pengetahuan dan hikmah kepada manusia melalui Nabi Muhammad saw. Dan Allah memerintahkan manusia untuk melihat dan melakukan penelitian terhadap alam semesta sebagai bukti tanda-tanda kekuasaannya. Fenomena yang digelar di alam semesta ini akan semakin meyakinkan akan Keagungan dan Kebesaran Allah. Dan orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan (yang berakal) akan senantiasa bertasbih. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an. “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imran, 3 : 190-191) “Katakanlah: "Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil

178

bersujud, dan mereka berkata: "Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi." (QS. Al-Isra, 17 : 107) 3. Mengamalkan Islam Setelah mengimani Islam, mengilmui Islam, maka langkah berikutnya dalam menempuh jalan ketaqwaan adalah mengamalkan Islam. Allah telah menanamkan keimanan dalam hati orang-orang yang dipilih berdasarkan ilmu pengetahuan dan kepahaman dari AlQuran dan As-Sunah, melalui Rasulullah Muhammad saw dan para ulama. Jika pengetahuan ini telah kita dapatkan, maka kewajiban selanjutnya adalah mengamalkan ilmu kita, melaksanakan ajaran Islam dalam kehidupan keseharian kita. Keimanan merupakan landasan, pondasi bagi berdirinya bangunan Islam. Maka tegaknya Islam sebagai implementasi keimanan tersebut adalah amal sholeh. Amalan dari ilmu pengetahuan tentang Islam berwujud sebuah bangunan Islam. Bangunan Islam adalah tegaknya syariah Islam. Karena itu mengamalkan ajaran dan ilmu Islam adalah melaksanakan seluruh aturan, norma, hukum dan nilai-nilai Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat bahkan bagi bangsa dan negara. Apabila syariat Islam dijalankan dan ditegakkan dalam suatu masyarakat, maka Allah akan memberikan kehidupan yang baik. Mereka yang beriman dan mengamalkan ilmunya dengan amal shalih akan dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang shalih. Sebagaimana firmanNya dalam Al-Quran. “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”(QS. An-Nahl, 16 : 97) “Mereka yang menjalankan amal sholeh akan digolongkan sebagai orang-orang sholeh, Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh benar-benar akan Kami masukkan mereka ke dalam (golongan) orang-orang yang saleh.” (QS. Al-Ankabuut, 29:9) Bagi mereka yang beriman dan mengerjakan amal shalih, akan mendapatkan kewenangan untuk berkuasa, memimpin dan mengatur masyarakat dengan etika, norma dan hukumhukum yang ditetapkan oleh Allah. Allah telah memberikan kekuasaan pada orang-orang sebelumnya yang beriman dan beramal sholih. Dengan iman dan amal sholih akan mengantarkan mereka pada keteguhan pada agama dan mendapatakan kesentausaan. Allah berfirman dalam Al-Quran. “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa.” (QS. An-Nuur, 24: 55) 179

Jangan sampai apa yang telah kita ketahui, kita ilmui, bahkan dikatakan pada orang lain tidak diamalkan dalam kehidupan kita. Allah malarang bagi orang yang memiliki ilmu tapi tak diamalkan. “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (61:2-3) Bagi mereka yang telah mengerjakan amal sholih, mereka beriman kepada Allah, maka Allah menjanjikan sebuah kehidupan di akhirat yang membahagiakan dan menyenangkan. Allah menyediakan surga bagi orang-orang yang beriman dan beramal sholih, sebagaimana firmanNya dalam Al-Quran. “Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi di dalam syurga, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal,” (29:58) “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, bagi mereka syurga-syurga yang penuh kenikmatan,” (31:8) “Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh ke dalam surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.” (22:14) 4. Mendakwahkan Islam Adalah sebuah kewajiban, bagi orang-orang yang memiliki ilmu untuk menyampaikan kepada yang lain, sesama manusia. Karenanya tahapan berikutnya bagi penempuh jalan ketaqwaan adalah mendakwahkan Islam. Membagikan pengetahuannya bagi sesama muslim, mengajak orang untuk taat kepada Allah dan Rosulullah dan meninggalkan kemaksiatan. Kerja dakwah adalah kerja yang mulia, kerjanya para Nabi dan Rosul untuk menanamkan kalimat tauhid, kebesaran dan keagungan Allah, menjalankan syariat dan norma Islam. Adanya dakwah akan melanggengkan syiar Islam dan sekaligus meninggikan agama Allah. Islam harus terus diperjuangkan agar kehidupan masyarakat dapat menjadi lebih baik. “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanatNya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Maidah, 5:67) “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan

180

mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benarbenar dalam kesesatan yang nyata,” (QS. Al-Jumuah, 62 : 2) “Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman. Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” (51:55) “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[217]; merekalah orangorang yang beruntung.” (QS. Ali Imran, 3:104) Dakwah Islam harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan harus diperjuangkan. Perjuangan dalam mendakwahkan Islam perlu dilakukan dengan hijrah, meninggalkan rumah untuk melakukan dakwah. Bahkan juga kalau perlu dengan mengorbankan jiwa dan harta yang dimiliki. Allah berfirman dalam Al-Quran. “Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orangorang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia.” (QS. Al-Anfaal, 8:74) “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS. Ash-Shaf, 61:10-12) “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah, 9 : 111) Semangat dalam melakukan dakwah perlu diimbangi dengan sebuah kesadaran, bahwa apa yang kita lakukan adalah sebuah usaha, ihtiar, namun hasilnya adalah di tangan Allah. Karena hidayah iman adalah hak prerogative Allah bagi hambanya yang dipilih dan dikehendakiNya. Dalam melakukan dakwah kita tak boleh memaksakan kehendak. Kita harus melakukan dakwah dengan penuh hikmah, bijak dan arif, sehingga seseorang masuk dalam agama Islam dengan penuh kesadaran. Allah berfirman dalam Al-Quran. “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl, 16 : 125)

181

Mereka yang mau mendakwahkan Islam akan mendapatkan kemuliaan dan kebahagiaan. Mereka termasuk dalam golongan ummat terbaik. Demikian juga, mereka yang mau berhijrah dan berjihad dengan jiwa dan harta mereka di jalan Allah, maka Allah sediakan bagi mereka rahmat, keridloaan dan surga. Mereka akan memperoleh kebahagian yang abadi di akhirat. Allah berfirman dalam Al-Quran. “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran, 3:110) “Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orangorang yang mendapat kemenangan. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat dari padaNya, keridhaan dan surga, mereka memperoleh didalamnya kesenangan yang kekal,” (QS. At-Taubah, 9 : 20-21) 5. Bersabar dalam Islam Dalam menempuh jalan ketaqwaan dengan mengimani Islam, mengilmui Islam, mengamalkan Islam dan mendakwahkan Islam akan banyak ditemui berbagai rintangan, halangan, cobaan dan ujian. Oleh karena itu tahapan berikutnya yang harus dijalani adalah dengan bersabar. Bersabar merupakan sifat dan sikap yang luar biasa, karena dengan bersabar ini seseorang akan memiliki kemampuan untuk istiqomah, tidak mudah mengeluh, tidak pernah menyerah, selalu memiliki semangat dan motivasi yang tinggi serta optimis dalam kehidupan yang dijalaninya dalam menempuh jalan ketaqwaan ini. Cita-cita dan tujuan yang dimiliki para penempuh jalan ketaqwaan ini adalah menjadi insan kamil, manusia sempurna. Hidup bahagia penuh keberkahan di dunia ini dan di akhirat kelak. Senantiasan dalam rahmat dan keridloan Allah swt. Dengan cita-cita dan tujuan inilah seseorang menjalani kehidupan dengan penuh keyakinan, optimistis, memiliki semangat pantang menyerah untuk mencapainya. Dan inilah sebenarnya ciri-ciri orang beriman yang dijanjikan Allah kebahagiaan abadi di dunia dan akhirat. Bagi orang-orang yang beriman, Allah akan memberikan ujian dan cobaan terhadap mereka untuk memantabkan keimanannya. Mereka juga diuji dan diberi cobaan dengan ketakutan, kelaparan, kekurangan harta dan jiwa. Bagi mereka yang benar-benar beriman, mereka akan mengucapkan, "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" yang artinya sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali. “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orangorang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-Ankabuut, 29:2-3) “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira

182

kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. Al-Baqarah, 2 : 155-157) Allah juga memperingatkan kepada orang-orang yang beriman untuk tetap mempertahankan keimanan mereka dalam menghadapi setiap ujian maupun cobaan dalam kehidupannya. Jangan lah mereka mengira akan masuk surge, sebelum datangnya cobaan. Karena orang-orang beriman sebelumnya juga diberi ujian dan cobaan untuk menguatkan keimanannya. Allah berfirman dalam Al-Quran. “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacammacam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. Al-Baqarah, 2 :214) Allah swt tetap memerintahkan bagi orang-orang yang beriman agar bersabar dan menguatkan kesabarannya agar menjadi orang-orang beruntung, sebagaimana firmanNya. “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (QS. Ali Imran, 3 :200)

183

BAB TIGA BELAS MENUMBUH-KEMBANGKAN POTENSI DIRI A. AMANAH ALLAH BAGI MANUSIA Manusia dihadirkan di atas bumi ini dengan tujuan yang mulia. Allah swt telah merancang sedemikian rupa penciptaan manusia untuk dapat menjalani kehidupan di dunia ini dengan kemuliaan pula. Allah juga memberikan bagi manusia amanah yang harus di pertanggung jawabkan. Amanah tersebut pernah ditawarkan kepada gunung, tapi gunung tak sanggup memikulnya. Ditawarkan kepada lautan, lautanpun tak mampu mengembannya. Dan semua makhluk menolak untuk mengemban amanah. Hanya manusialah yang bersedia mengemban amanah tersebut. Amanah yang Allah berikan kepada manusia adalah sebagai Abdullah, sebagai khalifatullah dan bertugas menyebarkan kebenaran, melakukan amar ma’ruf nahi munkar. 1. Manusia sebagai Abdullah Manusia diciptakan oleh Allah untuk beribadah, menghambakan diri kepada Tuhan semesta alam. Dalam Al-Quran Allah berfirman: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat, 51:56) Beribadah adalah menjalankan apa yang diperintahkan Allah sebagai bentuk penyembahan seorang hamba kepada Sang Kholiq. Ibadah bisa berupa ibadah maghdzoh dan ghoiru maghdsoh. Ibadah maghdzoh contohnya, menegakkan sholat, menunaikan zakat, berpuasa, pergi haji ke Mekah, membaca Al-Quran, mencari ilmu untuk pelaksanaan ibadah, dan lain sebagainya, yang secara keseluruhan dilakukan untuk mencari keridloan Allah swt. Ibadah ghoiru mahdzoh menyangkut seluruh aktivitas (amal sholeh) manusia yang dikerjakan menurut aturan atau syariah, dengan niat ikhlas hanya karena Allah semata, seperti bekerja, membantu sesama, memikirkan perkembangan dan kemajuan masyarakat, bangsa, negara dan lain sebagainya. Ibadah maghdzoh juga merupakan wujud dari tanggung jawab manusia dalam mengemban amanahNya sebagai seorang khalifatullah. 2.Manusia sebagai Khalifatullah. Khalifatullah artinya wakil Allahdi bumi ini, yang menjalankan tanggung jawabnya untuk memakmurkan bumi, dan mensejahterakan masyarakat atau umat manusia. Allah menciptakan manusia di muka bumi untuk menjadi khalifahNya. Sebagaimana firmanNya dalam Al-Quran.

184

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." (QS. Al-Baqarah, 2 : 30) Untuk menjalankan amanah ini, ada dua penjelasan yang perlu kita ketahui. Pertama, menjalankan kerja, menjalani profesinya secara professional, mengikuti aturan dan persyaratan yang telah ditetapkan dengan tidak menyimpang dari etika dan normanorma Islam. Misalnya seorang petani yang mengolah lahan garapan. Dia menanam, merawat, menyiram dan memupuk tanaman hingga ada buah yang bisa dipanen. Hasilnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan bagi keluarganya, istri dan anaknya serta digunakan untuk beribadah kepada Allah. Seorang ahli geodesi bekerja secara professional, melakukan penambangan untuk mengangkat mineral atau barang tambang yang ada dalam perut bumi, dengan tetap memperhatikan dan menjaga ekosistem, berarti mereka menjalankan amanah sebagai khalifatullah. Seorang pebisnis yang menjalankan usahanya secara professional, tidak melakukan penipuan, tidak melakukan kecurangan dan tetap mengikuti etika bisnis dengan terus mengingat Allah, mereka telah melaksanakan amanah sebagai khalifatullah. Dalam menjalankan amanah sebagai khalifah, manusia akan melakukannya dengan memperhatikan syariat, menjaga keseimbangan alam dan akhirnya mampu memakmurkan bumi ini. Akan diperoleh keberkahan dan keberlimpahan dalam kehidupan masyarakatnya. Kedua, seorang yang mengambil tanggung jawab sebagai pemimpin (penguasa), yang menjalankan kepemimpinan secara jujur, adil, arif, bijaksana, disiplin dan penuh tanggung jawab sesuai dengan aturan dan ketetapan Allah, dia berarti telah menjalankan amanah sebagai seorang khalifah. Allah berfirman dalam Al-Quran sebagai berikut. “Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” (QS. Shaad, 38 : 26) Dalam suatu komunitas yang dipimpin oleh seorang yang amanah, dengan menggunakan nilai-nilai Islam dipastikan akan membawa kondisi dalam masyarakatnya dalam kehidupan yang damai, sejahtera dan penuh kemakmuran. 3. Tugas Manusia untuk Menyebarkan Kebenaran Dalam kehidupan di dunia ini, dalam masyarakat atau lingkungan sekitarnya, seseorang harus berpedoman pada kebenaran yang datang dari Allah dan RosulNya.Menyampaikan kebenaran yang telah didapat, dipahami dan dijalankannya merupakan sebuah kewajiban. Dengan melakukan kerja dakwah, mengajak pada kebajikan dan mencegah kemungkiran, diharapkan masyarakat akan menggunakan nilainilai kebenaran dan menjalankan kebenaran tersebut dalam kehidupan pribadi, keluarga maupun lingkungan sosialnya.

185

Menyampaikan dan menyebarkan kebenaran sebagai kerja dakwah, merupakan kerja para nabi dan rosul, yang dilanjutkan oleh para sahabat, serta para pengikutnya yang setia. Mereka adalah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah dalam hatinya. Sehingga menjalankan tugas dakwah menjadi kenikmatan yang membahagiakan. Maka, sebagai umat Nabi Muhammad saw, sudah semestinya kita mengambil amanah ini, yaitu berdakwah, mengajak sesama manusia untuk taat kepada Allah dan Rasulullah, menyelamatkan manusia dari ancaman siksa api neraka. Allah berfirman dalam Al-Quran : “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran, 3 :110) Mereka yang mau menjalankan tugas ini, Allah akan berikan kemuliaan pada mereka dan Allah menyiapkan pahala bagi mereka. Mereka adalah umat terbaik diantara manusia ini. Di dunia ini mereka mendapatkan kebahagian dan di akhirat kelak akan dikumpulkan dengan para nabi dan orang-orang sholih. Inilah amanah yang Allah berikan kepada manusia, hidup di dunia ini. Allah menurunkan manusia di bumi ini tak lain dan tak bukan adalah untuk menjalankan amanah yang telah diberikanNya. B. POTENSI DIRI SEBAGAI KARUNIA ALLAH Untuk menjalankan amanah, Allah mengaruniakan potensi yang luar biasa pada diri setiap manusia. Potensi ini diberikan Allah sejak manusia dicipta dalam rahim atau kandungan ibunya. Allah berfirman dalam Al-Quran. “Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” (QS As-Sajdah, 32 : 9) Dari ayat diatas bisa kita pahami bahwa Allah memberikan potensi pada manusia berupa jasad (tubuh), ruh (jiwa), pendengaran, penglihatan (indra) dan fuad (hati). Pendengaran dan penglihatan merupakan alat indra untuk menangkap seluruh fenomena yang terjadi di alam semesta yang kemudian di kirim ke otak atau akal manusia. Sedangkan fuad juga bisa dimaknai sebagai akal maupun hati, yang berfungsi untuk memikirkan dan merasakan. Dari penjelasan tersebut, bisa ditafsirkan bahwa untuk menjalankan amanahNya, manusia dilengkapi dengan potensi-potensi ruh, jasad, akal, dan hati. Untuk bisa lebih memahami tentang potensi yang Allah berikan kepada manusia, kita akan membahasnya dalam uraian berikut: 1. Ruh Ruh secara umum dipahami sebagai suatu unsur yang menghidupkan jasad. Dalam kandungan seorang ibu, setelah jasad disempurnakan maka akan ditiupkan Allah ruh

186

ciptaanNya, sehingga Janin dapat “hidup” dalam kandungan sang ibu. Dengan ruh inilah jasad manusia bisa hidup, tumbuh dan berkembang, bergerak, beraktivitas, termasuk berpikir dan berkarya. Tanpa adanya ruh, seorang manusia akan menjadi seonggok daging yang mati, tidak memberikan manfaat apapun. Dalam kehidupan manusia, setelah dia dilahirkan, dengan adanya ruh di dalamnya, dia akan tumbuh dan berkembang baik jasadnya, maupun pikiran dan perasaannya. Se.orang bayi akan menjadi anak-anak, tumbuh menjadi remaja dan menjadi manusia dewasa. Jika Allah menghendaki, pada saatnya manusia akan dicabut kembali ruhnya oleh Allah saat itulah terjadi kematian. Bisa jadi kematiaan ini akan dialami saat seseorang masih dalam usia kanak-kanak, remaja ataupun dewasa atau pada usia tua. Setiap yang berjiwa pasti akan mengalami kematian, sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran. “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu “ (QS. Ali Imran, 3 : 185) Bagaiamanakah rupa atau bentuk dari ruh itu? Manusia tak mengetahuinya. Pengetahuan tentang ruh hanya milik Allah, manusia hanya mengetahui sedikit tentang ruh, sebagaimana firman Allah. “Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS. Al-Israa’, 17 : 85) Meski demikian, kita yakin akan adanya ruh sebagai potensi yang luar biasa dari Allah swt. 2. Jasad Jasad atau tubuh manusia merupakan unsure fisik yang dapat dilihat, diraba dan dirasakan keberadaaanya. Jasad atau tubuh manusia terdiri dari berbagai unsur. Unsur yang paling kecil dalam jasad manusia dikenal dengan nama sel. Sejumlah sel membentuk suatu jaringan berupa daging, tulang, otot, darah dan lain sebagainya. Sejumlah jaringan membentuk sebuah organ dalam tubuh manusia seperti jantung, paruparu, otak, ginjal dan lain sebagainya. Dari sejumlah organ tubuh manusia ini, terbentuk berbagai macam system metabolism tubuh, berupa system pernafasan, system pencernaan, system peredaran darah, system reproduksi, system pengeluaran sisa makanan dan sebagainya. Seluruh sel, jaringan, organ, system dalam tubuh manusia bekerja secara terkoordinasi dengan rapi dan teratur dalam gerakan mengikuti kehendak Allah swt. Dalam setiap sel manusia, terdapat apa yang disebut nucleus atau inti sel. Dalam nucleus ini terdapat suatu zat yang disebut dioxyribonucleit acid (DNA). DNA juga dikenal dengan Gen, pembawa sifat keturunan. Seorang anak memiliki kecenderungan sifat yang sama dengan orang tuanya melalui Gen ini. Dalam temuan penelitian eorang ahli Genetika Dunia asal Jepang, Kazoa Murakami, diyakini bahwa dalam DNA manusia terdapat sifat positif maupun negative. Bahwa

187

dalam diri manusia terdapat sifat yang positif maupun negative tersebut sesuai dengan penjelasan Allah dalam Al-qur’an. “Dan (demi) jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (Asy-Syams, 91 : 7-10) Pendapat Kazoa selanjutnya, bahwa sifat (potensi) positif atau negative ini bisa dinyalakan atau dipadamkan. Jika ingin potensi positif yang tumbuh dan berkembang, maka potensi itulah yang dinyatlakan. Untuk menyalakan sifat-sifat positif ini dengan cara menggunakan berpikir dan bertindak positif. Berpikir positif dapat menyalakan seluruh potensi positif dalam sel tubuh kita.

3. Akal Akal adalah potensi besar yang Allah berikan pada manusia. Sebagaimana penjelasan pada uraian terdahulu, dengan akal manusia dapat berfikir, mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi. Dengan akal membedakan, seorang manusia dengan seekor binatang. Jika akal digunakan dengan semestinya akan membuat manusia dimuliakan oleh Allah, memiliki kecerdasan, bisa digunakan untuk mencari ilmu dan pengetahuan. Kemudian ilmu dan pengetahuan tersebut dapat digunakan untuk menjalankan kehidupan ini dengan mengemban amanah yang Allah berikan pada manusia. Kerja akal atau pikiran ini dilakukan oleh organ manusia yang disebut otak. Dalam terminology modern sekarang ini, secara anatomis, otak manusia terdiri dari belahan otak kiri dan belahan otak kanan. Belahan otak kiri mempunyai kerja dalam bidang-bidang matematika, logika, analisa, sistematis, bicara, menulis dan kerja lain yang bersifat baku dan mengikuti suatu pakem tertentu. Otak kiri ini kemampuan menyimpan memory jangka pendek atau short term memory. Sedangkan belahan otak kanan mempunyai kerja dalam bidang-bidang, intuitif, spasial, gambar, warna, kreatifitas, seni, music dan pekerjaan lain yang bebas menembus batas. Dan kemampuan menyimpan memory otak kiri ini relative lebih lama atau disebut long term memory. Untuk meningkatkan kwalitas kerja otak kita, perlu dilakukan aktifitas yang mampu mengkoordinasikan kerja otak kiri dan kanan. Koordinasi yang baik antara belahan otak kiri dan belahan otak kanan akan meningkatkan kecerdasan dan inerja yang luar biasa. Tentu saja, dengan senantiasa memohon bimbingan dan perlindungan Allah, kerja yang koordinatif otak kiri dan otak kanan bisa dimaksimalkan dalam rangka untuk mengemban amanah Allah. 4. Hati Hati atau qolbun adalah potensi yang Allah berikan kepada manusia dengan kerja yang lebih dahsyat lagi. Jika akal manusia disebut sebagai pikiran sadar (cosious mind), maka hati disebut sebagai pikiran bawah sadar (subconsiuos mind). Pikiran sadar memiliki kapasaitas 12 % dan pikiran bawah sadar memiliki kapasitas 88 %. Dalam sebuah riwayat, rasul;ullah pernah bersabda “Dalam tubuh manusia terdapat segumpal

188

daging, yang apa bila dia baik, maka baiklah seluruh tubuhnya dan apabila dia buruk, maka akan buruk seluruh tubuhnya. Segumpal daging itu disebut qolbu atau hati. Dalam hati manusia terletak kekuatan yang demikian besar. Hati ini merupakan pusat pengelolaan emosi dan spiritual manusia. Kemampuan mengelola emosi dan spiritual seseorang, tergantung dari kemampuan kerja hatinya, yaitu hati yang bersih, bebas dari segala penyakit dan kotoran. Orang yang beriman hatinya telah bebas dari segala penyakit dan kotoran. Kemampuan hati yang luar biasa Allah sampaikan dalam sebuah hadits qudsi. “Alam semesta tidak cukup mampu menampungKu, namun dalam hati orang-orang yang beriman mampu menampung kebesaranKu.” Begitulah gambaran hati manusia yang bersih dari segala penyakit dan kotoran seperti iri, dengki, takabur, ujub, su’udzdzon dan lain sebagainya, Allah akan bersemayam di dalamnya dengan segala kedahsyatannya. Dengan kekuatan pikiran (akal) manusia berihtiar dengan segala daya, disertai dengan kekuatan doa (hati), seseorang yang mengambil sikap pasrah dan ikhlas yang benar, maka dengan mudah akan terwujudkan. Karena Allah cuku mengatakan Kun, fayakun. Jadi! Maka jadilah apa yang dikehendakiNya. Apapun keinginan kita, jika itu diyakini sepenuhnya, dipikirkan dengan sungguh-sungguh, disertai dengan penggunaan perasaan dan berdoa pada Allah, pastilah Allah akan mengabulkan. Keinginan kita akan dapat terwujudkan. “Ud’uni fastajib lakum” (berdoalah kepadKu, maka Aku akan kabulkan. Bahkan dalam hadits qudsi yang lain, Allah berfirman: “Jika hambaku melaksanakan sunah, sehingga Aku menyukainya dan Akupun mencintainya, maka Akulah pendengaran yang dia gunakan untuk mendengar, Akulah penglihatan yang ia gunakan untuk melihat, Akulah lidah yang dengannya dia merasakan …” Jika seluruh anggota tubuh yang kita gunakan untuk beraktivitas yang datang dari Allah, maka betapa dahsyatnya apa yang dilakukan. Apa yang tak bisa dikerjakan? Semua bisa dan semua mudah dilakukan! Semua bisa diwujudkan. C. KEMBALI KEPADA FITRAH Untuk bisa mengoptimalkan seluruh potensi yang Allah berikan, kita harus bersihkan segala kotoran dan penyakit dalam pikiran dan hati. Kita harus hilangkan ego negative seperti ingkar kepada Allah, suka membantah, cinta dunia dan takut mati, melampui batas, tergesa-gesa, bersusah payah serta berkeluh kesah dan kikir. Ego negative akan menimbulkan berbagai penyakit hati seperti iri, dengki, takabur, ujub, su’udzdzon dan lain sebagainya. Ego negative dan penyakit hati tersebut akan menghalangi seseorang untuk menggunakan potensi yang dimilikinya, bahkan akan mendorongnya semakin jauh dari Allah, hilangnya spiritualitas, menurunnya kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektualitas. Untuk membersihkan kotoran dan penyakit hati, ego negative yang ada dalam diri kita dengan cara taharoh atau bersuci dan tazkiyatun nafs. Toharoh mensucikan diri kita dari hadats besar maupun hadats kecil, dilanjutkan dengan sholat tobat dan istighfar.

189

Tazkiyatun nafs membersihkan hati dengan berdzikir, mengingat dan menyebut Asma Allah, bertasbih, bertahmid dan bertahlil yaitu mengagungkan Allah, memuji Allah dan meneguhkan keyakinan akan keimanan kita kepada Allah swt. Dengan membersihkan kotoran, penyakit hati dan ego negative ini, akan membawa seseorang kepada idul fitri, kembali kepada kesucian diri. Dalam syariat Islam, untuk bisa kembali kepada fitroh, seseorang harus melakukan puasa wajib di bulan romadhon dan melaksanakan amalan-amalan ibadah seperti sholat lail, tadarus Al-Quran, shodaqah, iktikaf di Masjid untuk mendekatkan diri pada Allah. Seluruh amalan dilakukan dengan ikhlas dan mengharap keridloan Allah semata. Apa yang dilakukan umat Islam dalam bulan Romadhon ini sesungguhnya merupakan proses tazqiyatunnafs dalam rangka untuk kembali kepada fitrah. Jika proses pembersihan segala kotoran dan penyakit hati, menghilangkan negative ini berlangsung dengan baik maka seseorang akan mencapai pada situasi dan kondisi fitrah, kesucian sebagaimana awal kelahirannya di dunia. Pada kondisi fitrah inilah seluruh potensi diri manusia, baik ruh, jasad, akal dan hati akan berfungsi secara optimal dan seorang manusia akan mampu mengemban amanah Allah sebagai Abdullah, khalifatullah dan senantiasa menyerukan kebenaran yang dating dari Allah swt.

D. MENJADI INSAN KAMIL Manusia yang sempurna atau insane kamil merupakan peringkat tertinggi yang hendak kita tuju dalam kehidupan di dunia ini. Siapakah insane kamil itu? Muhyidin Ibnu ‘Arabi mengatakan, “Insan kamil adalah mikrokosmos yang sesungguhnya, sebab sebenarnyalah dia memanifestasikan semua sifat dan kesempurnaan Ilahi. Manifestasi semacam ini tidaklah sempurna tanpa perwujudan penuh kesatuan hakiki dengan Tuhan. Insan Kamil adalah miniature dari kenyataan. Menurut Abdul Karim Al-Jilli, manusia adalah suatu wujud yang utuh dan merupakan manifestasi Ilahi dan alam semesta. Manusia adalah citra Tuhan dan dalam kenyataannya ia adalah rantai yang menyatukan Tuhan dan alam semesta. Manusia adalah tujuan utama yang ada di balik penciptaan alam karena tiada ciptaan lain yang mempunyai sifat-sifat yang diperlukan untuk menjadi cermin sifat-sifat Ilahi sesungguhnya. Sedangkan menurut Muhammad Iqbal, Insan kamil adalah sang mukmin yang dalam dirinya terdapat kekuatan wawasan, perbuatan dan kebijaksanaan. Sifat-sifat luhur ini dalam wujudnya yang tertinggi tergambar dalam akhlak nabawi. Sang mukmin menjadi tuan nasibnya sendiri dan secara bertahap mencapai kesempurnaan. Dalam proses perjalanan kehidupan manusia, bagaimana kita memiliki visi yang menembus batas langit, tidak hanya berpandangan jangka pendek keduniawian belaka tapi sekaligus punya pandangan jauh ke depan menuju keakhiratan. Visinya adalah berbahagia dunia dan akhirat, menjadi insane kami, manusia sempurna di mata Sang Khaliq. Insan kamil dalam wujud riil di dunia ini adalah mereka, para nabi dan rasul, para sahabat, para pengikut setia ajaran yang dibawa Rasulullah Muhammad saw. Mereka para

190

kekasih Allah yang dalam menjalani kehidupannya akan melakukan aktivitas yang optimal, memikirkan umat manusia agar terselamatkan dari api nereka, sehingga umat manusia dalam kehidupan di dunia ini mendapatkan keselamatan, damai sejahtera dan berkelimpahan dalam naungan Ilahi Robbi.

191

BAB EMPAT BELAS EPILOG : MEMBANGUN KEMBALI PARADIGMA ISLAM A. INDONESIAKU SAYANG Jika kita mencermati perkembangan bangsa dan negara Indonesia, kita akan mengelus dada. Sebagai anak bangsa kita semua prihatin atas situasi dan kondisi negara Indonesia tercinta, yang kian terpuruk dengan krisis multidimensi yang sepertinya tak kunjung berakhir. Kaum muslimin di negeri ini adalah mayoritas, sehingga bisa dikatakan, keadaan bangsa dan negara Indonesia merupakan cerminan dari kwalitas ummat Islam. Kwalitas ummat Islam secara personal dari sisi kinerja, sikap, pola pikir, keyakinan, nilai dan juga identitasnya, maupun kwalitas umat Islam secara komunal. Indonesia dahulu dikenal sebagai negera yang kaya dengan sumberdaya alam yang berlimpah. Negeri dengan 17 ribu pulau dengan luas mencapai 1,3 % luas bumi ini memiliki keindahan alam. Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah baik di daratan maupun di lautan. Memiliki pesisir terpanjang di dunia, yaitu 81 ribu km atau 14 % dari seluruh pesisir dunia dengan potensi kandungan ikan 6,2 juta ton/tahun. Memiliki hutan tropis terbesar di Asia Pasific, yakni seluas 152 juta hektar yang kaya akan flora dan fauna. Kekayaan tambang seperti emas di Papua termasuk yang terbesar di dunia. Jadangan minyak 97 miliar barrel dengan produksi 1,2 juta barrel perhari. Namun bagaimana keadaan Indonesia saat ini? Reformasi tidak begitu saja menghasilkan perubahan yang signifikan. Bahkan setelah 10 tahun reformasi sejak turunnya rezim orde baru, pimpinan mantan Presiden Soeharto, menunjukkan bahwa Indonesia masih belum mampu keluar dari krisis yang berkepanjangan. Kenapa bisa demikian? Dalam Al-Qur’an Allah menggambarkan sebuah negeri yang berlimpah namun kemudian menjadi terpuruk karena warganya banyak berbuat maksiat. “Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian[841] kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” (QS. An-Nahl, 16:112) Dalam ayat yang lain Allah berfirman bahwa kerusakan di daratan dan di lautan adalah diakibatkan oleh olah tangan manusia sebagaimana bisa dilihat dalam Al-Qur’an sebagai berikut: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS. Ar-Ruum, 30:41) Melihat kenyataan yang demikian ini, kita harus mengakui kelemahan dan kekurangan ummat Islam sat ini. Ini semua merupakan peringatan agar ummat Islam mau berubah menjadi lebih baik, meninggalkan kemaksiatan, semakin mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan dengan meningkatkan iman dan ketaqwaan. Lebih dari itu, 192

ummat Islam harus melakukan perubahan pola pikir, paradigm yang saat ini diyakininya dan mau melakukan perubahan system kehidupannya baik secara personal maupun komunal, dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. C. ISLAM SEBAGAI SISTEM KEHIDUPAN Langkah awal perubahan ummar Islam adalah dengan upaya meluruskan kembali pola pikir kita sebagai seorang muslim, perlunya mengembalikan cara pandang kita terhadap Islam dan selanjutnya menggunakan paradigma Islam dalam memandang kehidupan dan dalam memandang dunia ini secara holistic. Inilah yang bisa kita lakukan secara personal, yang kelak dengan adanya individu-individu muslim yang memiliki pola pikir sama, visi yang sama, misi dan orientasi yang sama, maka akan terbentuk masyarakat muslim yang akan mampu membawa Islam sebagai system kehidupan. Islam merupakan sebuah system kehidupan bisa dipahami melalui kerangka dasar atau essensi Islam, yang meliputi system aqidah, syariah dan akhlak. Aqidah adalah suatu system keyakinan, power penggerak dalam menjalani system syariah . Aqidah Islam meletakkan landasan pada konsepsi tauhid, mengesakan Tuhan, Allah Swt. Memahami Allah dengan pendekatan eksistensiNya, yang memiliki karakteristik Absolute, distinct dan unique. Menumbuhkan keimanan kuat pada setiap pribadi muslim. Aqidah Islam dengan konsepsi tauhid adalah bersumber dari kalimat tauhid Laa ilaaha illallah. Tidak tuhan selain Allah. Juga diiringi kalimat “Muhammadur Rasulullah” sebagai bentuk pengakuan akan kerasulan Mumhammad Saw. Dua kalimat syahadat ini adalah kekuatan yang luar biasa sebagai modal dalam pribadi-pribadi muslim untuk mendorong terlaksananya syariah Islam. Untuk menumbuhkan keimanan, disamping memahami karakteris tik Allah yang absolute, distinct dan unique, juga dengan mengenal dan memahami Allah lewat ciptaanNya. Cara pandang Islam tentang alam semesta, memberi pengetahuan pada kita tentang ciptaan Allah berupa alam ghoib yang memang kita yakini keberadaannya. Keyakinan akan adanya alam ghoib seperti malaikat, syaitan, surga, neraka, akhirat dan sebagainya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari keimanan kepada Allah Swt. Demikian juga cara pandang Islam tentang alam semesta memberikan pengetahuan tentang penciptaan alam semesta, fenomena alam, karakteristik alam. Dengan memahami alam semesta juga semakin menguatkan keimanan kita kepada Allah Swt. Iman dengan ma’rifatullah (mengenal Allah) dan ma’rifatu fi khaqillah (mengenal ciptaan Allah) adalah iman yang didasari ilmu. Keimanan yang demikian adalah iman yang tak tergoyahkan. Sedangkan akhlak adalah perwujudan aqidah Islam dalam bentuk perilaku keseharian yang lahir dengan nilai-nilai keilahian. Jika aqidah Islam didasarkan pada konsepsi tauhid, maka akhlaq Islam tumbuh berdasarkan konsepsi ‘adl (adil), ‘arif (bijaksana), rahman (kasih), rahim (saying), hub (cinta) dan nilai-nilai keilahian lainnya. Akhlaq Islam adalah cerminan dari asmaul husna, nama-nama yang baik dari Allah Swt. Akhlaq Islam juga akan bisa ditumbuhkan dengan mengenalia diri sendiri. Cara pandang Islam tentang manusia memberikan pemahaman dan pengetahuan kita tentang diri sendiri. Ma’rifatul Insan (mengenal diri manusia) dimulai dengan memahami proses penciptaan manusia, karakteristinya, bagaimana menjadi insan kamil (manusia sempurna) dan memilih jalan ketaqwaan dalam kehidupan di dunia ini.

193

Memahami manusia dari sisi yang dalam (inner power) yaitu potensi hati (qolb) akan mengantarkan nya kepada perilaku yang mulia yang bersumber dari hati nurani. Selanjutnya mengurangi atau bahkan menghilangkan ego-ego negative, menghilangkan penyakit-penyakit hati seperti marah, dendam, iri, dengki, cinta dunia dan takut mati. Dari sinilah munculnya akhlaq Islam, Akhlaq Qur’ani yang merupakan akhlaq yang mulia. Dengan kekuatan system aqidah dan akhlaq Islam inilah, syariah Islam dapat dilaksanakan secara harmonis. System syariah adalah tata aturan, etika dan hokumhukum Islam yang holistic, menyeluruh, menyangkut sub system politik, ekonomi, pendidikan, seni dan budaya, sains dan teknologi yang harus dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari baik sebagai individu, keluarga dan masyarakat, berbangsa dan bernegara dengan tujuan untuk mewujudkan sebuah dunia yang damai, indah, penuh keberkahan dan keberlimpahan dalam rahmat Allah swt. D. ISLAM RAHMATAN LIL’ALAMIN Paradigma Islam sebagai sebuah konsepsi yang dulu telah dimiliki dan dijalankan oleh Rasulullah dan para sahabat telah terbukti kebenarannya, memberikan kejayaan terhadap ummat Islam karena kekuasaan pemerintah saat itu dipegang oleh ummat Islam dan dijalankan dengan syariah Islam. Amanah yang dijalankan yang dijalankan ummat Islam telah mengantarkannya pada kehidupan masyarakat yang damai, sejahtera dan penuh keberkahan. Menjalankan system kehidupan secara Islam dengan memegang konsep paradigma Islam akan memberikan kesejahteraan dan keselamatan bagi seluruh manusia. Karena Islam memang rahmat bagi seluruh alam. Allah berfirman dalam Al-Qur’an sebagai berikut. “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiyaa’, 21:107) Jika Islam sebagai system kehidupan yang menyeluruh dijalankan dengan benar oleh kaum muslimin, secara individu, keluarga, masyarakat, dalam berbangsa dan negara yang dihasilkan adalah masyarakat yang damai, sejahtera dan berkelimpahan dalam ridlo Allah. Mengatasi krisis yang tak kunjung berakhir pada bangsa dan negara Indonesia saat ini adalah dengan kembali pada pola pikir, nilai-nilai dan keyakinan Islam. Secara keseluruhan harus mengembalikan system hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara pada paradigma Islam. Dengan semangat kembali kepada paradigma Islam maka semua ummat Islam akan mendapatkan kemuliaan, mulai dari individu yang ihsan, keluarga yang sakinah, masyarakat yang penuh keberkahan dan keberlimpahan. Pun ketika mendapatkan amanah sebagai pemimpin dalam pemerintahan, mereka menjadi pemimpin yang jujur (integritas), dapat dipercaya (credible), bijaksana (wisdom), bertanggung jawab (responsibility), bersemangat (energic), penuh inisiatip dan berani dalam mengambil keputusan untuk perbaikan bangsa dan negara. Pada akhirnya untuk dapat kembali kepada paradigma Islam hanyalah dengan cara menyebarkan dan menyampaikan kebenaran dienul Islam, mendakwahkan Islam dan mengamalkannya bagi seluruh ummat Islam di negeri ini dan di seluruh pelosok dunia.

194

Semoga Allah memilih kita untuk bisa mengemban tugas dakwah ini, melanjutkan kerja para nabi, rasul, sahabat dan untuk menyebarkan risalah Islam. Amin!

195

196

Related Documents


More Documents from "Rere Susanti"