Hakikat Manusia-wps Office.doc

  • Uploaded by: Susi Hukubun
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Hakikat Manusia-wps Office.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 4,175
  • Pages: 19
Hakikat Manusia dan Pengembangannya

A. Pengertian sifat hakikat manusia dan wujud sifat hakikat manusia a. Pengertian sifat hakikat manusia Sifat hakikat manusia diartika sebagai ciri-ciri karakteristik, yang secara prinsipil membedakan manusia dari hewan. Keberadaan manusia apabila dibandingkan dengan makhluk lain(hewan),selain memiliki insting sebagaimana yang dimiliki hewan.Manusia adalah mahluk yang memiliki beberapa kemampuan antara berfikir,rasa keindahan ,perasaan batiniah,harapan,menciptakan dll. Sedangkan kemampuan hewan lebih bersifat instingtif dan kemampuan berfikir sangat rendah untuk mencari makan,mempertahankan diri dan mempertahankan kelangsungan hidupnya. Sementara kodrat manusia itu sendiri adalah kemanusiaan yang belum selesai , yang masih harus muncul atau lahir dan mewujud dalam sejarah. Karena itu manusia tidak mau lagi menyesuaikan diri dengan tatanan dunia atau tatanan alam, tetapi ingin mengubahnya. Max scheler,Adolf Portman dan Helmuth Plessner menyebut keleluasaan manusia untuk menelaah dan melampau setiap regulasi eksistensinya dalam dunia sebagai keterbukaan terhadap dunia. Manusia memiliki dunia yang tidak terbatas dan tidak terikat pada lingkungan tetapi terbuka pada dunia. Kecenderungan –kecenderungan manusia tidak ditentukan oleh nalurinya ,tetapi dibentuk dalam proses interaksinya dengan dunianya b. Wujud sifat hakikat manusia 1)

Kemampuan Menyadari Diri

Kemampuan Mengeksplorasi potensi yang ada, dan mengembangkannya kearah kesempurnaan dan menyadarinya sebagai kekuatan. Adanya kemampuan menyadari diri bahwa dirinya memiliki ciri khas atau karakteristik diri dan dapat membedakan dirinya dengan yang lain. 2)

Kemampua Bereksistensi

kemampuan menempatkan diri dan menerobos ( tidak terbelenggu oleh ruang dan waktu. Adanya kemampuan bereksistensi juga dapat membedakan manusia dari hewan ,dimana hewan selalu menjadi onderdil lingkungan ,sedangkan manusia menjadi manajer lingkungan. Kemampuan bereksistensi dapat dibina melalui pendidikan 3)

Pemilikan Kata Hati

kemampuan membuat keputusan tentang yang baik/benar dan yang buruk/salah bagi manusia sebagai manusia.

Cara meningkatkan : melatih akal kecerdasan dan kepekaan emosi 4)

Moral (etika)

Perbuatan yang dilakukan/nilai-nilai kemanusiaan Bermoral sesuai dengan kata hati yang baik bagi manusia, dan sebaliknya Etika hanya sekedar kemampuan bersikap/mengenai sopan santun. 5)

Kemampuan Bertanggung Jawab

kesediaan untuk menanggung segenap akibat dari perbuatannya Pengembangan dimensi hakikat manusia serta implikasinya dalam pendidikan a.

Pengembangan yang utuh

Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua faktor ,yaitu kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan kualitas pendidikan yang disediakan untuk memberikan pelayanan atas perkembangannya.

Dari wujud dimensinya: Keutuhan terjadi antara aspek jasmani dan rohani ,antar dimensi keindividuan,kesosialan,kesusilaan,keberagaman,antara aspek kognitif,afektif,psikomotor. Pengembangan dimensi keindividualan,kesosialan,kesusilaan dan keberagaman dikatakan utuh jika semua dimensi tersebut mendapat layanan dengan baik ,tidak terjadi pengabaian terhadap salah satunya. Dalam hal ini pengembangan dimensi keberagaman menjadi tumpuan dari ketiga dimensi yang di sebut terdahulu. Dari arah pengembangannya Keutuhan pengembangan dimensi hakikat manusia dapat di arahkan kepada pengembangan dimensi keindividualan , kesosialan, kesusilaan dan keberagaman secara terpadu Pengembangan yang sehat terhadap dimensi keindividualan memberi peluang pada seserang untuk mengadakan eksplorasi terhadap potensi-potensi yang ada pada dirinya. b.

Pengembangan yang tidak utuh

Pengembangan yang tidak utuh terhadap dimensi hakikat manusia akan terjadi di dalam proses pengembangan jika ada unsur dimensi hakikat manusia yang terabaikan untuk ditangani .Pengembangan yang tidak utuh berakibat terbentuknya kepribadian yang pincang dan tidak mantap.

B. Konsep Unsur-Unsur Pendidikan

Unsur-unsur pendidikan adalah semua unsur yang harus ada di dalam proses pendidikan, yang kesemuanya merupakan kesatuan integral yang saling mengisi.[1]

Unsur-unsur pendidikan meliputi beberapa hal :

Subjek yang dibimbing (peserta didik) Orang yang membimbing (pendidik) Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif) Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan) Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan) Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode) Tempat dimana peristiwa berlangsung (lingkugan pendidikan) Kesemua unsur diatas sangat penting didalam pendidikan. Sebab jika salah satu unsur tidak ada, maka tidak terjadi pendidikan. Misalnya : kalau unsur tujuan pendidikan tidak ada, tidak akan jelas kemana arah anak akan dididik. Atau unsur pendidik tidak ada, maka tidak akan ada orang yang melaksanakan pendidikan itu. Kalau faktor anak didik tidak ada, tentu orang yang akan dididik tidak ada. Kalau alat-alat pendidikan tidak ada, maka bagaimana melaksanakan pendidikan itu, demikian pula unsur-unsur lainnya. C. ASAS-ASAS POKOK PENDIDIKAN Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Khusu s di Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Diantara asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan asas Kemandirian dalam belajar. 1.

Asas Tut Wuri Handayani

Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari sitem Among perguruan. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono

dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso. Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu: Ø

Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi contoh)

Ø

Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberi dukungan dan semangat)

Ø

Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan)

2.

Asas Belajar Sepanjang Hayat

Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat meracang dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan horisontal. Ø Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan kesinambungan antar tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan. Ø Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah. 3.

Asas Kemandirian dalam Belajar

Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu suiap untuk ulur tangan bila diperlukan. Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalamperan utama sebagai fasilitator dan motifator. Salah satu pendekatan yang memberikan peluang dalam melatih kemandirian belajar peserta didik adalah sitem CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif). D. PERKIRAAN MASYARAKAT MASA DEPAN Pendidikan selalu berlangsung dalam suatu latar kemasyarakatan dan kebudayaan tertentu.Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam pelestarian dan pengembangan kebudayann setiap masyarakat. Di dalam penjelasan UU No. 2 Tahun 1989 tentang system pendidikan nasional dinyatakan bahwa “ Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan mempunyai peranan yang amat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa yang bersangkutan.” Melalui upaya pendidikan, kebudayaan dapat diwariskan dan dipelihara oleh setiap generasi bangsa.Serentak dengan itu, upaya pendidikan diarahkan pula untuk mengembangkan kebudayaan itu.

Dalam pembahasan ini, kebudayaan dimaksudkan dalam arti luas yakni “ keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu.” Kebudayaan itu dapat :

Berwujud ideal yakni ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya. Berwujud kelakuan yakni kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat. Berwujud fisik yakni benda-benda hasil karya manusia. Pengertian kebudayaan yang begitu luas tersebut seringkali dipecah lagi dalam unsur-unsurnya, dan sering dipandang sebagai unsur-unsur universal dari kebudayaan, yakni : Sistem religi dan upacara keagamaan. Sistem dan organisasi kemasyarakatan. Sistem pengetahuan Bahasa Kesenian Sistem mata pencarian Sistem teknologi dan peralatan Perkembangan masyarakat beserta kebudayaannya sekarang ini makin mengalami percepatan perubahan serta meliputi seluruh aspek kehidupan dan penghidupan manusia.Percepatan perubahan itu terutama karena percepatan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, utamanya teknologi informasi. Perubahan yang cepat tersebut mempunyai beberapa karakteristik umum yang dapat dijadikan petunjuk sebagai ciri masyarakat dimasa depan, yaitu : Kecenderungan globalisasi yang makin kuat Perkembangan iptek yang makin cepat Perkembangan arus informasi yang makin padat dan cepat. Kebutuhan/tuntutan peningkatan layanan professional dalam berbagai segi kehidupan manusia. #. UPAYA PENDIDIKAN DALAM MENGANTISIPASI MASA DEPAN Masyarakat masa depan dengan ciri globalisasi, kemajuan iptek, dan kesempatan menerima arus informasi yang padat dan cepat, dan sebagainya, tentulah memerlukan warga yang mau dan mampu menghadapi segala permasalahan serta siap menyesuaikan diri dengan situasi baru tersebut. Pendidikan berkewajiban mempersiapkan generasi baru yang sanggup menghadapi tantangan zaman baru yang akan datang. Seperti telah dikemukakan, manusia masa depan yang harus dihasilkan oleh pendidikan antara lain manusia yang melek teknologi dan melek piker yang keseluruhannya disebut melek kebudayaan, yang mampu ‘’think globally but act locally’’, dan sebagainya. Pmbangunan manusia masa depan seutuhnya mempersyaratkan upaya pembaruan pendidikan.

Pengembangan pendidikan dalam masyarakat yang sedang berubah dengan cepat haruslah dilakukan secara menyeluruh dengan pendekatan sistematis –sistematik. Pendekatan sistematis adaalah pengemabangan pendidikan dilakukan secara teratur melalui perencanaan yang bertahap; sedang sistematik menunjuk pada pendekatan sistem dalam proses berpikir yang mengaitkan secara fungsional semua aspek dalam pembaruan pendidikan tersebut. Penggarapan pembaruan pendidikan tersebut harus menyeluruh, mulai pada lapis sistem/nasional, lapis instirusional, sampai pada lapis individual. Pada lapis system, secara nasional telah ditetapkan serangkaian kebijakan yang dituangkan ke dalam sejumlah perundang-undangan, utamanya UU RI No. 2 Tahun 1989 tentang sisdiknas beserta serangkaian peraturan pelaksanaannya. Penggarapan pada lapis institusional berkaitan dengan aspek kelembagaan seperti: kurikulum, struktur dan mekanisme pengelolaan, sarana-prasarana, dan lain-lain. Akhirnya pada lapis individual, penggarapan upaya pembaruan terkait dengan semuapersonal yang terlibat dalam pendidikan, utamanya guru dan siswa, meliputi baik pengetahuan dan keterampilan maupun wawasan serta sikapnya.

Keberhasilan antisipasi terhadap masa depan pada akhirnya ditentukan oleh kualitas manusia yang dihasilkan oleh pendidikan. Seperti diketahui, dengan telah telah ditetapkannya UU RI No. 2 tahun 1989 beserta peraturan pelaksanaannya maka telah dimantapkan kerangka landasan pembangunan sector lainnya akan memberikan dasar yang lebih kuat bagi proses tinggal landas dalam pembangunan jangka panjang kedua(1994-2019). Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya mrupakan kunci keberhasilan bangsa dan Negara Indonesia dalam abad 21 yang akan datang. Oleh karena itu, kajian selanjutnya adalah: Tuntutan bagi manusia masa depan. Upaya mengantisipasi masa depan, utamanya yang berhubungan dengan perubahan nilai dan sikap sebagai manusia modern, pengembangan kehidupan dan kebudayaan, serta pengembangan sarana pendidikan. E. Pengertian Lingkungan Pendidikan

Lingkungan secara umum diartikan sebagai kesatuan ruang dengan segala benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakungya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mehluk hidup lainnya. Lingkungan dibedakan menjadi lingkungan alam hayati, lingkungan alam non hayati, lingkungan buatan dan lingkungan sosial.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik scara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spritual keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Jadi, lingkungan pendidikan dapat diartikan sebagai berbagai faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap praktek pendidikan. Lingkungan pendidikan sebagai berbagai lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan, yang merupakan bagian dari lingkungan sosial. 2. Jenis Lingkungan Pendidikan

Dilihat dari segi anak didik, tampak bahwa anak didik secara tetap hidup di dalam lingkungan masyarakat tertentu tempat ia mengalami pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara lingkungan tersebut meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolahan, lingkungan masyarakat, yang disebut tripusat pendidikan atau lingkungan pendidikan. 1. Keluarga Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang karena hubungan searah. Keluarga itu dapat berbentuk keluarga inti ( ayah, ibu, dan anak ). Menurut Ki Hajar Dewantoro, suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan individual maupun pendidikan sosial. Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama dialamai oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh adn berkembang dengan baik. Pendidikan keluarga berfungsi: • Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak • Menjamin kehidupan emosional anak • Menanamkan dasar pendidikan moral • Memberikan dasar pendidikan sosial. • Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak.

2.Sekolah

Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan. Oleh karena itu anak dikirimkan ke sekolah-sekolah formal.

Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan. Semakin maju suatu masyarakat semakin penting peran sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dalam proses pembangunan masyarakat.

Sekolah bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak selama mereka diserahkan kepadanya. Karena itu sebagai sumbangan sekolah sebagai lembaga terhadap pendidikan, diantaranya sebagai berikut;

1) Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik serta menanamkan budi pekerti yang baik.

2) Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang sukar atau tidak dapat diberikan di rumah.

3) Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain sifatnya mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan.

4) Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membenarkan benar atau salah, dan sebagainya.

Suatu alternatif yang mungkin dilakukan sesuai situasi dan kondisi sekolah antara lain :

1) Pengajaran yang mendidik.

2) Peningkatan dan pemantapan pelaksanaan program bimbingan dan penyuluhan (BP) di sekolah.

3) Pengembangan perpustakaan sekolah menjadi suatu pusat/sumber belajar (PSB).

4) Peningkatan dan pemantapan program pengelolaan sekolah. 3. Masyarakat

Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan di luar lingkungan keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah dimulai beberapa waktu ketika anak-anak telah lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari pendidikan sekolah. Dengan demikian, berarti pengaruh pendidikan tersebut tampaknya lebih luas.

Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat banyak sekali, ini meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertian-pengertian (pengetahuan), sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan. Kaitan antara masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau dari tiga sisi, yaitu :

1) Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan.

2) Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan/atau kelompok sosial di masyarakat.

3) Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar baik yang dirancang (by design),

maupun yang dimanfaatkan (utility).

Paling sedikit dapat dibedakan menjadi enam tipe sosial-budaya sebagai berikut :

1)

Tipe masyarakat berdasarkan sistem berkebun yang amat sederhana.

2)

Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan bercocok tanam di ladang atau sawah dengan

tanaman pokok padi.

3)

Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan sistem bercocok tanam di ladang atau sawah.

4)

Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan sistem bercocok tanam di sawah dengan tanaman

pokok padi.

5)

Tipe masyarakat perkotaan.

6)

Tipe masyarakat metropolitan.

Selain tipe masyarakat di atas yang dapat mempengaruhi karakteristik seseorang, terdapat juga lembaga kemasyarakatan kelompok sebaya dan kelompok sosial seperti remaja masjid, pramuka, dsb. Kelompok teman sebaya mempunyai fungsi terhadap anggotanya antara lain :

1)

Mengajar berhubungan dan menyesuaikan diri dengan orang lain.

2)

Memperkenalkan kehidupan masyarakat yang lebih luas.

3)

Menguatkan sebagian dari nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan masyarakat orang

dewasa.

4)

Memberikan kepada anggota-anggotanya cara-cara untuk membebaskan diri dari pengaruh

kekuatan otoritas.

5)

Memberikan pengalaman untuk mengadakan hubungan yang didasarkan pada prinsip

persamaan hak.

6)

Memberikan pengetahuan yang tidak bisa dibrikan oleh keluarga secara memuaskan

(pengetahuan mengenai cita rasa berpakaian, musik, jenis tingkah laku tertentu, dan lain-

lain).

7) Memperluas cakrawala pengalaman anak, sehingga ia menjadi orang yang lebih kompleks.

Dengan demikian organisasi tersebut menyediakan program pendidikan bagi anak-anaknya, yakni :

1) Mengajarkan keyakinan serta praktik-praktik keagamaan dengan cara memberikan

pengalaman-pengalaman yang menyenangkan bagi mereka

2) Mengajarkan bagi mereka tingkah laku dan prinsip-prinsip moral yang sesuai dengan

keyakinan-keyakinan agamanya

3) Memberikan model-model bagi perkembangan watak

Fungsi Lingkungan Pendidikan Terhadap Proses Pendidikan Manusia

Setiap pusat pendidikan dapat berpeluang memberikan kontribusi yang besar dalam ketiga kegiatan pendidikan, yakni:

a. Pembimbingan dalam upaya pemantapan pribadi yang berbudaya

b. Pengajaran dalam upaya penguasaan pengetahuan

c. Pelatihan dalam upaya pemahiran keterampilan.

Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal. Terdapat hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi antara lingkungan yang satu dengan lingkungan yang lain.

Lingkungan keluarga sebagai dasar pembentukan sikap dan sifat manusia. Lingkungan sekolah sebagai bekal keterampilan dan ilmu pengetahuan, sedangkan lingkungan masyarakat merupakan tempat praktek dari bekal yang diperoleh di keluarga dan sekolah sekaligus sebagai tempat pengembangan kemampuan diri. F. Aliran-Aliran Klasik dalam Pendidikan

Aliran Empirisme Aliran ini menganut paham yang berpendapat bahwa segala pengetahuan, keterampilan dan sikap manusia dalam perkembanganya ditentukan oleh pengalaman (empiris) nyata melalui alat inderanya baik secara langsung berinteraksi dengan dunia luarnya maupun melalui proses pengolahan dalam diri dari apa yang didapatkan secara langsung (Joseph, 2006).

Jadi segala kecakapan dan pengetahuanya tergantung, terbentuk dan ditentukan oleh pengalaman. Sedangkan pengalaman didapatkan dari lingkungan atau dunia luar melalui indra, sehingga dapat dikatakan lingkunganlah yang membentuk perkembangan manusia atau anak didik. Bahwa hanya lingkunganlah yang mempengaruhi perkembangan anak.

John Locke (dalam Joseph: 2006) tak ada sesuatu dalam jiwa yang sebelumnya tak ada dalam indera. Ini berarti apa yang terjadi, apa yang mempegaruhi apa yang membentuk perkembangan jiwa anak didik adalahlingkungan melalui pintu gerbang inderanya yang berarti tidak ada yang terjadi dengan tiba-tiba tanpa melalui proses penginderaan.

Aliran Nativisme. Teori ini merupakan kebalikan dari teori empirisme, yang mengajarkan bahwa anak lahir sudah memiliki pembawaan baik dan buruk. Perkembangan anak hanya ditentukan oleh pembawaanya sendiri-sendiri. Lingkungan sama sekali tidak mempengaruhi apalagi membentuk kepribadian anak. Jika pembawaan jahat akan menjadi jahat, jika pembawaanyan baik akan menjadi baik. Jadi lingkungan yang diinginkan dalam perkembangan anak adalah lingkungan yang tidak dibuat-buat, yakni lingkungan yang alami.

Aliran Konvergensi. Faktor pembawaan dan faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting, keduanya tidak dapat dipisahkan sebagaiman teori nativisme teori ini juga mengakui bahwa pembawaan yang dibawa anak sejak lahir juga meliputi pembaeaan baik dan pembawaan buruk. Pembawaan yang dibawa anak pada waktu lahir tidak akan bisa berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai dengan pembawaan tersebut.

William Stern (dalam Tim Dosen 2006: 79) mengatakan bahwa perkembangan anak tergantung dari pembawaan dari lingkugan yang keduanya merupakan sebagaiman dua garis yang bertemu atau menuju pada satu titik yang disebut konvergensi.

Dari beberapa uraian diatas, teori yang cocok dapat diterima sesuai dengan kenyataan adalah teori konvergensi, yang tidak mengekstrimkan faktor pembawaan, faktor lingkungann atau alamiah yang mempengaruhi terhadap perkembangan anak, melainkan semuanya dari faktor-faktor tersebut mempengaruhi terhadap perkembangan anak.

Aliran Naturalisme. Aliran ini mempunyai kesamaan dengan teori nativisme bahkan kadang-kadang disamakan. Padahal mempunyai perbedaan-perbedaan tertentu. Ajaran dalam teori ini mengatakan bahwa anak sejak lahir sudah memiliki pembawaan sendiri-sendiri baik bakat minat, kemampuan, sifat, watak dan pembawaanpembawaan lainya. Pembawaan akan berkembang sesuai dengan lingkungan alami, bukan lingkungna yang dibuat-buat. Dengan kata lain jika pendidikan diartikan sebagai usahan sadar untuk mempengaruhi perkembangan anak seperti mengarahkan, mempengaruhi, menyiapkan, menghasilkan apalagi menjadikan anak kea rah tertentu, maka usaha tersebut hanyalah berpengaruh jelek terhadapperkembangan anak. Tetapi jika pendidikan diartikan membiarkan anak berkembang sesuai dengan pembawaan dengan lingkungan yang tidak dibuat-buat (alami) makan pendidikan yang dimaksud terakhir ini betrpengaruh positif terhadap perkembangan anak. G.PERMASALAHAN POKOK PENDIDIKAN.

Ada beberapa macam masalah pokok pendidikan yang menjadi kesepakatan nasional yang perlu diprioritaskan penanggulangannya, yaitu :

Masalah Pemerataan Pendidikan. Dalam masalah pemerataan pendidikan ini mencangkup persoalan bagaimana sistem pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas – luasnya kepada seluruh warga negara untuk memperoleh pendidikan tanpa membeda – bedakan jenis kelamin, status sosial, agama, maupun letak geografis. Masalah pemerataan dapat terjadi karena kurangnya komunikasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, bahkan hingga daerah terpencil sekalipun.

Permasalahan pemerataan pendidikan ini dapat ditanggulangi dengan menyediakan fasilitas dan sarana belajar bagi setiap lapisan masyarakat yang wajib mendapatkan pendidikan.

Masalah Mutu dan Relevansi Pendidikan. Mutu sama halnya dengan memiliki kualitas dan bobot. Jadi, pendidikan yang bermutu yaitu pelaksanaan pendidikan yang dapat menghasilkan tenaga profesional. Sedangkan Relevan berarti bersangkut – paut, kait – mengait, dan berguna secara langsung.

Mutu pendidikan menjadi permasalahan dalam pendidikan bila hasil pendidikan tidak sesuai dengan yang diharapkan, masalah inin juga mencangkup mutu prndidikan. Dan kriteria masalah Relevansi pendidikan yang dikaitkan dengan kondisi sistem pendidikan pada umumnya yaitu, status lembaga pendidikan yang bermacam – macam.

Pemecahan masalah mutu dan relevansi pendidikan ini dalam garis besarnya meliputi hal – hal yang bersifat fisik dan perangkat lunak, serta manajemen pendidikan.

Masalah Efisiensi dan Efektifitas Pendidikan. Yang dimaksud dengan efisiensi adalah apabila sasaran dalam bidang pendidikan dapat dicapai secara efisien atau berdaya guna. Artinya pendidikan akan dapat memberikan hasil yang baik dengan tidak menghamburkan sumber daya yang ada. Seperti uang, waktu, tenaga dan sebagainya. Jadi, pelaksanaan pendidikan yang efisien adalah apabila sumber daya tepat sasaran, dengan lulusan dan produktifitas pendidikan yang optimal.

Untuk pendidikan yang efektif adalah pelaksanaan pendidikan dimana hasil yang dicapai sesuai dengan rencana/program yang telah ditetapkan sebelumnya.

FAKTOR – FAKTOR PENDUKUNG MASALAH PENDIDIKAN.

Ada beberapa faktor – faktor yang mendukung terjadinya masalah dalam bidang pendidikan, yaitu :

IPTEK Ketidaksiapan bangsa dalam menerima perubahan zaman membawa perubahan terhadap mental dan keadaan negara ini. Sebagai negara berkembang Indonesia dihadapkan kepada tantangan dunia global. Dimana segala sesuatu dapat saja berjalan dengan bebas.

Laju Pertumbuhan Penduduk. Laju pertumbuhan penduduk yang pesat akan berpengaruh terhadap masalah pemerataan serta mutu dan relevansi pendidikan. Semakin besar jumlah pertumbuhan penduduk, maka semakin banyak dibutuhkan sekolah – sekolah untuk pendidikan mereka. Jika daya tampung suatu sekolah tidak memadai, maka akan banyak peserta didik yang terlantar atau tidak dapat bersekolah.

Tapi apabila jumlah dan daya tampung suatu sekolah dipaksakan, maka akan terjadi ketidakseimbangan antara tenaga pengajar dengan peserta didik. Jika keadaan ini dipertahankan, maka mutu dan relevansi pendidikan tidak akan dapat dicapai dengan baik.

Permaslahan Pembelajaran. Pada saat sekarang ini kegiatan pembelajaran yang dilakukan cenderung pasif. Dimana seorang pendidik selalu menempatkan dirinya sebagai orang yang serba tahu. Hal ini akan menimbulkan kejenuhan terhadap peserta didik. Sehingga pembelajaran yang dilakukan menjadi tidak menarik dan cenderung membosankan. Kegiatan belajar yang terpusat seperti ini merupakan masalah yang serius dalam dunia pendidikan. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujua untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Sistem pendidikan Indonesia yang telah dibangun dari dulu sampai sekarang ini, ternyata masih belum mampu sepenuhnya menjawab tantangan global untuk masa yang akan datang. Program pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan yang selama ini menjadi fokus pembinaan masih menjadi masalah yang menonjol dalam dunia pendidikan di Indonesia ini.

Sementara itu jumlah penduduk usia pendidikan usia pendidikan dasar yang berada di luar sistem pendidikan nasional itu masih sangat banyak jumlahnya, dunia pendidikan kita masih berhadapan dengan bergbagai masalah internal yang mendasar dan bersifat kompleks, selain itu pula bangsa Indonesia ini masih menghadapi sejumlah problematika yang sifatnya berantai sejak jenjang pendidikan mendasar sampai pendidikan tinggi.

G. Sistem Pendidikan Nasional

Sistem adalah suatu perangkat yang saling bertautan, yang tergabung menjadi suatu keseluruhan.

Pendidikan adalah suatu usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan pengajaran, dan atau latihan.

Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan UUD negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional indonesia dan tanggap terhadap tuntutan jaman.

Sistem Pendidikan Nasional adalah satu kesatuan yang utuh dan menyeluruh yang saling bertautan dan berhubungan dalam suatu sistem untuk mencapai tujuan pendidikan nasional secara umum.

Menurut UU No.20 tahun 2003, sistem pendidikan nasinal harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevasi efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan. H. Peranan Pendidikan dan Pembangunan Ekonomi.

Pendidikan memberi kontribusi secara signifikan terhadap pembangunan ekonomi telah menjadi kebenaran yang bersifat aksiomatik. Berbagai kajian akademis dan penelitian empiris telah membuktikan keabsahannya. Pendidikan bukan hanya melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas, memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, tetapi juga dapat menumbuhkan iklim bisnis yang sehat dan kondusif bagi pertumbuhan ekonomi. Karena itu, investasi di bidang pendidikan tidak saja berfaedah bagi perorangan, tetapi juga bagi komunitas bisnis dan masyarakat umum. Pencapaian pendidikan pada semua level niscaya akan meningkatkan pendapatan dan produktivitas masyarakat. Pendidikan merupakan jalan menuju kemajuan dan pencapaian kesejahteraan sosial dan ekonomi. Sedangkan kegagalan membangun pendidikan akan melahirkan berbagai problem krusial: pengangguran, kriminalitas, penyalahgunaan narkoba, dan welfare dependency yang menjadi beban sosial politik bagi pemerintah.

Ada tiga paradigma yang menegaskan bahwa pembangunan merujuk knowledge based economy tampak kian dominan: 1. kemajuan ekonomi dalam banyak hal bertumpu pada basis dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi. 2.

Hubungan kausalitas antara pendidikan dan kemajuan ekonomi menjadi kian kuat dan solid.

3. Pendidikan menjadi penggerak utama dinamika perkembangan ekonomi, yang mendorong proses transformasi struktural berjangka panjang. Untuk meningkatkan pendidikan, pemerintah melakukan upaya pembangunan pendidikan yang memiliki landasan komitmen internasional, sebagai visi bersama berbagai negara di dunia, melalui kesepakatan yang dikenal dengan kesepakatan Dakkar-Senegal tahun 2000. Kesepakatan Dakkar yang diimplementasikan dalam kesepahaman Education for All/EFA. Dakkar tersebut secara parsial telah dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Education for All, merupakan satu upaya untuk memadukan langkah serta penyamaan persepsi, dan bagian yang tidak terpisahkan dari komitmen global lainnya, yaitu Millenium Development Goals yang disepakati 189 negara anggota PBB.

Kesepakatan tersebut menargetkan, pada tahun 2015 telah dilakukan upaya: 1. Menghilangkan angka kemiskinan absolut dan kelaparan. Targetnya adalah menurunkan hingga separuh jumlah orang yang hidup dengan penghasilan di bawah satu dolar per hari. Dan, menurunkan hingga separuh jumlah orang yang menderita kelaparan. 2. Memberlakukan pendidikan dasar yang universal. Orientasinya memastikan bahwa anak-anak laki-laki dan perempuan dapat menyelesaikan pendidikan dasar.

3. Mengembangkan kesetaraan dan pemberdayaan perempuan. Orientasinya, menghilangkan perbedaan gender di tingkat pendidikan dasar dan menengah pada tahun 2005, dan pada semua tingkatan di tahun 2015. 4. Menurunkan angka kematian anak. Orientasinya, menurunkan hingga dua pertiga angka kematian anak di bawah usia lima tahun. 5. Memperbaiki kesehatan maternal. Orientasinya, menurunkan rasio kematian maternal hingga tiga perempat. 6. Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya. Orientasinya, pertama, menghentikan dan mulai memutarbalikkan percepatan penyebaran HIV/AIDS. Kedua, menghentikan dan mulai memutarbalikkan angka insiden malaria dan penyakit utama lainnya. 7. Menjamin kesinambungan lingkungan hidup. Orientasinya, pertama, mengintegrasikan prinsipprinsip pembangunan berkelanjutan kepada kebijakan negara dan mengembalikan sumber daya lingkungan yang hilang. Kedua, menurunkan hingga separuh jumlah orang yang hidup tanpa akses yang berkesinambungan terhadap air minum yang aman. Ketiga, mendapatkan pencapaian yang signifikan dalam memperbaiki kondisi kehidupan dari sekurang-kurangnya 100 juta orang yang hidup di daerah kumuh, pada tahun 2020. 8.

Membangun kemitraan global untuk pembangunan.

Kesepakatan tersebut di orientasikan kepada: 1. Mengembangkan lebih jauh prinsip perdagangan terbuka dan sistem finansial yang berdasarkan pada hukum, dapat dimengerti dan tidak diskriminatif.

Related Documents

Hakikat Bid'ah
October 2019 49
Hakikat Karomah
May 2020 34
Hakikat Tasawuf
May 2020 44
Puasa Hakikat
May 2020 2
Hakikat Manusia.pptx
April 2020 30
Hakikat Syirik
December 2019 21

More Documents from ""