Grave Disease.docx

  • Uploaded by: Dokter Sonee Maharanee
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Grave Disease.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 927
  • Pages: 8
KONSEP GRAVE DIASEASE

KELOMPOK 8 : DISUSUN OLEH : 1. PAMBUDI SETIAWAN 2. MEY WIDYANINGTYAS 3. RANI RULIANA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKES) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN

A.

Pengetian Penyakit graves, penyebab tersering hipertiroidisme, adalah ganggguan auto imun yang bisanya ditandai dengan produksi autoantibody yang mirip kerja TSH pada kelenjar tiroid. Auto antibody igG ini, yang disebut tiroid stimulating immunoglobulin, menstimulasi produksi TH, namun tidak dihammbat oleh kadar TH yang meningkat. Kadar TSH dan TH rndah karena keduanya dihambat oleh kadar TH yang tinggi. Penyebab penyakit graves tidak diketahui; akan tetapi, tampak terdapat predisposisi genetic pada penyakit autoimun.

B.

Etiologi Penyebab penyakit grave tidak diketahui ; akan tetapi tampak predisposisi genetic pada penyakit auto imun.Reaksi silang tubuh terhadap penyakit virus mungkin merupakan salah satu penyebabnya ( mekanisme ini sama seperti postulat terjadinya diabetes mellitus tipe I).Obat-obatan tertentu yang digunakan untuk menekan produksi hormon kelenjar tiroid dan Kurang yodium dalam diet dan air minum yang berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama mungkin dapat menyebabkan penyakit ini.

C.

Pathway Terlampir

D.

Manifestasi klinis a. Peningkatan frekuensi jantung b. Peninngkatan tonus otot, tremor, iratabilitas, peningkatan sensitifitas terhadap katekolamin. c. Peningktan laju metabolism basal dan produksi panas, intoleransi terhadap panas, keringat berlebihan. d. Penurunan berat badan, peningkatan rasa lapar. e. Melotot f. Dapat terjadi eksoftalmus (penonjulan bola mata). g. Peningkatan frekunsi buang air besat. h. Gondok (biasanya), yaitu peningtan ukuran kelenjar tiroid. i. Perubahan kulit dan kondisi rambut dapat terjadi.

E.

Pemeriksaan Penunjang Untuk

dapat

memahami

hasil-hasil

laboratorium

pada

penyakit

Graves

dan

hipertiroidisme umumnya, perlu mengetahui mekanisme umpan balik pada hubungan (axis) antara kelenjar hipofisis dan kelenjar tiroid. Dalam keadaan normal, kadar hormon tiroid perifer, seperti L-tiroksin (T-4) dan tri-iodo-tironin (T-3) berada dalam keseimbangan dengan thyrotropin stimulating hormone (TSH). Artinya, bila T-3 dan T-4 rendah, maka produksi TSH akan meningkat dan sebaliknya ketika kadar hormon tiroid tinggi, maka produksi TSH akan menurun. Pada penyakit Graves, adanya antibodi terhadap reseptor TSH di membran sel folikel tiroid, menyebabkan perangsangan produksi hormon tiroid secara terus menerus, sehingga kadar hormon tiroid menjadi tinggi. Kadar hormon tiroid yang tinggi ini menekan produksi TSH di kelenjar hipofisis, sehingga kadar TSH menjadi rendah dan bahkan kadang-kadang tidak terdeteksi. Pemeriksaan TSH generasi kedua merupakan pemeriksaan penyaring paling sensitif terhadap hipertiroidisme, oleh karena itu disebut TSH sensitive (TSHs), karena dapat mendeteksi kadar TSH sampai angka mendekati 0,05mIU/L. Untuk konfirmasi diagnostik, dapat diperiksa kadar T-4 bebas (free T-4/FT-4).(1,2,3) Pemeriksaan penunjang lain seperti pencitraan (scan dan USG tiroid) untuk menegakkan diagnosis penyakit Graves jarang diperlukan, kecuali scan tiroid pada tes supresi tiroksin. F.

Penatalaksanaan Pengobatan terhadap Graves disease termasuk penggunaan obat-obat anti tiroid (OAT), yodium radioaktif dan tiroidektomi (eksisi pembedahan dari kelenjar tiroid). Pengobatan hipertiroid pada graves disease adalah dengan obat-obatan seperti methimazole atau propylthiouracil (PTU), yang akan menghambat produksi dari hormon tiroid, atau juga dengan yodium radioaktif . Pembedahan merupakan salah satu pilihan pengobatan,

sebelum

pembedahan

pasien

diobati

dengan

methimazole

atau

propylthiouracil (PTU). Beberapa ahli memberikan terapi kombinasi tiroksin dengan OAT dosis tinggi untuk menghambat produksi hormon tiroid namun pasien tetap dipertahankan eutiroid dengan pemberian tiroksin. Penambahan tiroksin selama terapi dengan OAT juga akan menurunkan produksi antibodi terhadap reseptor TSH dan frekuensi kambuhnya hipertiroid. Pengobatan dengan iodium radioaktif diindikasikan pada : pasien umur 35 tahun atau lebih, hipertiroid yang kambuh setelah dioperasi, gagal mencapai remisi sesudah pemberian OAT, tidak mampu atau tidak mau pengobatan dengan OAT dan pada adenoma toksik, goiter multinodular toksik. Digunakan I131 dengan dosis 5-12mCi per oral.

Tiroidektomi subtotal sangat efektif untuk menanggulangi hipertiroid. Indikasi operasi adalah : a. Pasien umur muda dengan struma yang besar serta tidak mempan dengan OAT b. Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan OAT dosis tinggi. c. Alergi terhadap OAT, pasien tidak bisa menerima iodium radioaktif. d. Adenoma toksik atau struma multinodular toksik. e. Pada penyakit grave yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul.

G.

Diagnosa Keperawatan a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung b. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan status hipermetabolik

H.

Intervensi Keperawatan a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

x 24 jam, diharapkan

pasien dapat nmempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh. kriteria hasil : tanda vital stabil, denyut nadi perifer normal, pengisisan kapiler normal, status mental baik, tidak ada disritmia. Intervensi : 1. Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika memungkinkan. Perhatikan besarnya tekanan nadi. 2. Periksa/teliti kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan pasien. 3. Kaji nadi atau denyut jantung saat pasien tidur. 4. Auskultasi suara jantung, perhatikan adanya bunyi jantung tambahan, adanya irama gallop dan murmur sistolik. 5. Pantau EKG, catat dan perhatikan kecepatan atau irama jantung dan adanya disritmia. 6. Berikan cairan iv sesuai indikasi. 7. Berikan

O2

sesuai

indikasi

b. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan status hipermetabolik Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x24 jam diharapkan kekurangan volume cairan dapat dicegah Criteria Hasil: Tidak mengalami haus yang tidak normal, memmbran mukosa lembab Intervensi: 1. Pantau frekuensi kehilangann cairan pasien.

2. Kaji pasien adanya rasa haus, kelelahan, nadi cepat, turgor kulit jelek, membrane mukosa kering 3. Berikan perawatan mulut secara teratur. 4. Kolaborasi berikan cairan 0,9 % NaCl (normal salin)

DAFTAR PUSTAKA Sjamsuhidajat R, Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC, Jakarta, 1996. Hal 932 Noer S, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. FKUI, Jakarta, 1996. Hal 766 – 72 Leksana, Mirzanie H. Chirurgica. Tosca Enterprise. Yogyakarta, 2005. Buku saku Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014 – NANDA International Judith M. Wilkinson, Nancy R. Ahern. 2012, Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC (Edisi 9). Jakarta: ECG

Related Documents

Mass Grave
November 2019 34
The Grave
August 2019 44
Hepatopatia Grave
June 2020 8
Trauma Grave
October 2019 17
Grave Tone
July 2020 13

More Documents from ""