Gonore.docx

  • Uploaded by: Melani nisa
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Gonore.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,957
  • Pages: 26
MAKALAH & ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT GONORE Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Integumen

Dosen pembimbing : Hamid S.Kep.Ns Nama kelompok : 1. Meliana Andriani 2. Viki Ariyanti

PROGRAM STUDI S1 KEPERWATAN STIKES BAHRUL ULUM TAMBAKBERAS JOMBANG 2018

1

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas limpaham rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul “MAKALAH & ASKEP GONORE” dapat terselesaikan sesuai harapan. kami menyadarai bahwa keberhasilan kami dalam bentuk terselesaikannya penyusunan makalah ini tidak terlepas dari petunjuk, bimbingan, bantuan, dan dukungan dari beberapa pihak. Pada kesempatan ini kami hendak menyampaikan rasa terimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan baik untuk secara moril maupun material secara langsung maupun tidak langsung, kepada Kedua orang tua kami yang selalu memotivasi saya dan Hamid S.Kep.Ns, Selaku Dosen S1 Keperawatan STIKES Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang. Sekaligus pembimbing Mata Kuliah Sistem Intugumen semester 7 . Hanya ucapan terima kasih yang bisa saya ungkapkan. Semoga Allah SWT, membalas semua kebaikan yang diberikan dengan rahmat yang tiada tara. Amiin. Kami menyadari bahwa, makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami mengharapkan saran dan kritik bersifat membangun untuk perbaikan Makalah ini. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih.

Jombang,02 Oktober 2018

Penyusun

i 2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR.. ...................................................................................i DAFTAR ISI....................................................................................................ii 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.............................................................................04 1.2 Rumusan Masalah........................................................................05 1.3 Tujuan...........................................................................................05 2. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Gonore .........................................................................6 2.2 Etiologi Gonore .........................................................................6 2.3 Patofisilogi Gonore ...................................................................7 2.4 Manifestasi klinis Gonore ........................................................8 2.5 WOC Gonore............................................................................9 2.6 Pemeriksaan penunjang Gonore..............................................10 2.7 Penatalaksanaan / Pengobatan Gonore.....................................11 2.8 Komplikasi Gonore .................................................................12 2.9 Asuhan keperawatan Gonore...................................................13 3. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan...............................................................................24 3.2 Saran.........................................................................................25 DAFTAR PUSTAKA

3 ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang Gonore atau kencing nanah adalah penyakit yang menempati urutan kedua penyakit menular seksual yang sering dilaporkan di Amerika Serikat. Penyakit ini disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae,

yang merupakan penyebab

terbanyak dari Pelvic Inflammatory disease (PID).1,2 Penularan dapat terjadi melalui kontak dengan mukosa orang terinfeksi gonore.2 Infeksi gonore paling banyak diderita oleh kelompok umur 15-35 tahun. Di Indonesia data dari Depkes RI tahun 1997-1998 didapatkan infeksi gonore sebanyak 13.000 kasus pada tahun 1997 dan 20.420 kasus pada tahun 1998. Penyakit ini bisa menular melalui aktifitas seksual. Pelaku aktifitas seksual yang bersifat bebas biasanya dikerjakan oleh para pekerja seks komersial. Pekerja seks komersial adalah profesi yang dilakukan seseorang (pria atau wanita) dengan cara menjual jasa untuk memuaskan bebas yang dilakukan di luar pernikahan denganimbalan berupa uang. Lama bekerja sebagai PSK merupakan faktor penting, karena makin lama masa kerja seorang PSK, makin besar kemungkinan ia telah melayani pelanggan yang mengidap penyakit menular seksual khususnya gonore . CDC memperkirakan, jika kuman Neisseria gonorrhoeae strain resisten dengan sefalosporin menyebar secara luas, akan terjadi 75.000 kasus Pelvic Inflammatory disease ( yang merupakan penyebab utama infertilitas ), 16.000 kasus epididimitis, dan 222 kasus HIV karena HIV akan lebih mudah menular ketika seseorang sedang terinfeksi gonore. Penyakit ini jika tidak segera diobati maka bisa infertilitas pada pria dan wanita, sakit pinggang, meningkatnya resiko HIV / AIDS dan komplikasi lainya. Untuk pengobatan gonore tanpa komplikasi, CDC merekomendasikan seftriakson 250 mg dosis tunggal yang diberikan secara intramuskular dan rejimen alternatif apabila tidak tersedia seftriakson dengan sefiksime 400mg dosis tunggal yang diberikan secara oral. Memberikan pendidikan kepada klien dengan menjelaskan tentang: Bahaya penyakit menular seksual Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan dan Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya Pengobatan pasien gonore dengan regimen yang paling efektif akan menurunkan

angka

penyebaran

penyakit,

mencegah

komplikasi

dan

akan

4

memperlambat resistensi kuman terhadap antibiotik. Opsi pengobatan terbaru sangat diperlukan.

1.2

Rumusan masalah 1. Apa definisi dari penyakit Gonore ? 2. Bagaimanakah etiologi Gonore? 3. Bagaimana patofisiologi Gonore ? 4. Bagaimanakah manifestasi klinis Gonore? 5. Bagaimanakah WOC Gonore? 6. Bagaimanakah pemeriksaan penunjang Gonore? 7. Bagaimanakah penatalaksanaan Gonore? 8. Bagaimanakah komplikasi Gonore ? 9. Bagaimanakah asuhan keperawatan Gonore?

1.3

Tujuan 1. Untuk mengetahui definisi dari penyakit Gonore. 2. Untuk mengetahui etiologi Gonore. 3. Untum mengetahui patofisiologi dari Gonore. 4. Untuk mengetahui manifestasi klinis Gonore. 5. Untuk mengetahui WOC Gonore. 6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Gonore. 7. Untuk mengetahui penatalaksanaan Gonore. 8. Untuk mengetahui komplikasi Gonore. 9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan Gonore.

5

BAB II PEMBAHASAAN 2.1 Definisi Gonore Gonorhea adalah sebuah penyakit infeksi yang disebabkan olehNeisseria gonorrhea yang penularannya melalui hubungan kelamin baik melalui genito-genital, oro-genital, ano-genital. Penyakit ini menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan konjungtiva. (Brunner dan Suddarth,2001) Gonore adalah penyakit yang disebab kan oleh becteri Neisseria gonnorhoeae yang sering menyerang membran mukosa uretra pada pria dan endoservik pada wanita. Penyakit menular seksual juga disebut penyakit veneral merupakan penyakit yang paling sering ditemukan di seluruh dunia. Pengobatan penyakit ini efektif dan penyembuhan cepat sekali. Namun, beberapa kuman yang lebih tua telah menjadi kebal terhadap obat-obatan dan telah menyebar ke seluruh dunia dengan adanya banyak perjalanan yang dilakukan orang-orang melalui transportasi udara. Gonore dapat menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lain terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam panggul sehingga menyebabkan nyeri pinggul dan gangguan reproduksi.

2.2 Etiologi Gonore Penyebab

pasti

penyakit

gonore

adalah

bakteri Neisseria

gonorrhea/ Gonokok yang bersifat patogen yang di temukan oleh Neisser dari Polandia pada tahun1879 dan baru diumumkan apada tahun 1882. Kuman tersebut termasuk dalam grup Neisseria dan dikenal ada 4spesies, yaitu N. gonorrhoeae dan N. meningitidis yang bersifat patogen serta N. cattarrhalis dan N. pharyngis sicca yang bersifat komensal.Keempat spesies ini sukar dibedakan kecuali dengan tes fermentasi. Kuman Neisseria gonorrhea paling mudah menginfeksi daerah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang atau imatur, misalnya pada vagina wanita yang belum pubertas. Galur N. gonorrhoeae penghasil penisilinase (NGPP) merupakan galur gonokokus yang mampu menghasilkan enzim penisilinase atau beta-laktamase yang dapat merusak penisilin menjadi senyawa inaktif, sehingga sukar diobati dengan penisilin dan derivatnya, walaupun gejala dengan peninggian dosis

6

Bakteri ini melekat dan menghancurkan membrane sel epitel yang melapisi selaput lender, terutama epitel yang melapisi kanalis endoserviks dan uretra. Infeksi ekstragenital di faring, anus, dan rectum dapat dijumpai pada kedua jenis kelamin. Untuk dapat menular, harus terjadi kontak langsung mukosa ke mukosa.

2.3 Patofisiologi Neisseria gonorrhoeae dapat ditularkan melalui kontak seksual atau melalui penularan vertikal pada saat melahirkan. Bakteri ini terutama mengenai epitel kolumnar dan epitel kuboidal manusia. Patogenesis gonore terbagi menjadi 5 tahap sebagai berikut: 

Fase 1 adalah bakteri Neisseria gonorrhoeae menginfeksi permukaan selaput lendir dapat ditemukan di uretra, endoserviks dan anus.



Fase 2 adalah bakteri ke microvillus sel epitel kolumnar untuk kolonisasi selama infeksi, bakteri dibantu oleh fimbriae, pili. Fimbriae terutama terdiri dari protein pilin oligomer yang digunakan untuk melekatkan bakteri ke sel-sel dari permukaan selaput lendir. Protein membran luar PII Oppacity associated protein (OPA) kemudian membantu bakteri mengikat dan menyerang sel inang.



Fase 3 adalah masuknya bakteri ke dalam sel kolumnar dengan proses yang disebut endositosis di mana bakteri yang ditelan oleh membran sel kolumnar, membentuk vakuola.



Fase 4 adalah vakuola ini kemudian dibawa ke membran basal sel inang, dimana bakteri berkembang biak setelah dibebaskan ke dalam jaringan subepitel dengan proses eksositosis. Peptidoglikan dan bakteri LOS (Lipo Oligo Sakharida) dilepaskan selama infeksi. Gonococcus dapat memiliki dan mengubah banyak jenis antigen dari Neisseria LOS. LOS merangsang tumor necrosis factor, atau TNF, yang akan mengakibatkan kerusakan sel.



Fase 5 reaksi inflamasi yang dihasilkan menyebabkan infiltrasi neutrofil. Selaput lendir hancur mengakibatkan akumulasi Neisseria gonorrhoeae dan neutrofil pada jaringan ikat subepitel. Respon imun host memicu Neisseria gonorrhoeae

untuk

menghasilkan

protease

IgA

ekstraseluler

yang

menyebabkan hilangnya aktivitas antibodi dan mempromosikan virulensi.

7

2.4 Manifestasi Klinis Gonore 1.

Pada pria: a. Gejala awal gonore biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi b.

Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra kemudian diikuti nyeri ketika berkemih

c. Disuria yang timbul mendadak, rasa buang air kecil disertai dengan keluarnya lendir mukoid dari uretra d. Retensi urin akibat inflamasi prostat e.

Keluarnya nanah dari penis.

2. Pada wanita: a. Gejala awal biasanya timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi b. Penderita seringkali tidak merasakan gejala selama beberapa minggu atau bulan (asimtomatis) c. Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Namun, beberapa penderita menunjukkan gejala yang berat seperti desakan untuk berkemih d. Nyeri ketika berkemih e. Keluarnya cairan dari vagina f. Demam Infeksi dapat menyerang leher rahim, rahim, indung telur, uretra, dan rektum serta menyebabkan nyeri pinggul yang dalam ketika berhubungan seksual. Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubunga seks melalui anus, dapat menderita gonore di rektumnya. Penderita akan merasa tidak nyaman disekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah disekitar anus tampak merah dan kasar serta tinja terbungkus oleh lendir dan nanah.

8

2.5 WOC Gonore Invasi Bakteri Neisseria Gonore

Kontak seksual (anus,orogentital,genital )

Infeksi mukosa rektum (saluran anus )

Faring

Urerthara,kanalis endoserviks

Infeksi meivas (prostat vasdeferens,veskula seminalis, epididimis dan testis) (kelenjar, skene,bartholini,endometrium,tuba falopi,ovorium) Gonore

Kerusakan saraf perifer kulit

Penyebaran gonore scr sistematik melalui darah

Kemerahan dan teraba panas

Bakterimia Primer

Tidak difagosit

Peradangan

Penimgkatan frekuensi atau dorongan kontraksi uretral

Bacterimia sekunder

Peningkatan SET

Infeksi uretra

Iritasi uretra

Disuria Hipotalamus Depresi saraf perifer

Menekan

MK : Gangguan eliminasi urine

MK : Nyeri

MK: Hipertermi

9

2.6 Pemeriksaan Penunjang Gonore 1. Sediaan Langsung Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan diplokokus gram negatif, intraseluler dan ekstraseluler, leukosit PMN. Bahan duh tubuh pada pria diambil dari daerah setelah fosa navikularis, sedangkan pada wanita diambil dari serviks, uretra, muara kelenjar bartholin dan rektum. Asupan posistif apabila ditemukan diplokokus gram negative intrasel. Sayangnya, metode pewarnaan ini kurang andal untuk didiagnosis gonore pada perempuan, pasien asimtomatik dan infeksi direktum atau faring. 2. Kultur (Biakan) Untuk memastikan diagnosis harus dilakukan pembiakan dari semua kemungkinan tempat infeksi. Kuman memerlukan waktu 48 jam – 96 jam untuk tumbuh dalam biakan, dan berdasarkan anamnesis dan gejala, atau riwayat pajanan, terapi antibiotic biasanya sudah dimulai sebelum hasil diperoleh, pembiakan (kultur) menggunakan media yaitu : a. Media transport, misalnya media stuart dan media transgrow (merupakan gabungan media transpor dan pertumbuhan yang selektif dan nutritif untuk N.gonorrhoeae danN.meningitidis). b. Media pertumbuhan, misalnya Mc Leod’s chocolate agar, media thayer martin (selektif untu mengisolasi gonokok), agar thayer martin yand dimodifikasi. 3.

Tes Definitif a.

Tes Oksidasi : Semua golongan Neisseria akan bereaksi positif

b. Tes fermentasi : Kuman gonokokus hanya meragikan glukosa 4.

Tes Beta Laktamase Hasil tes positif ditunjukkan dengan perubahan warna kuning menjadi merah apabila kuman mengandung enzim beta laktamase

5.

Tes Thomson Dengan menampung urine pagi dalam dua gelas tes ini digunakan untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung.

6.

Tes Amplifikasi DNA Uji –uji amplifikasi DNA dengan menggunakan metode teaksi berantai polymerase ( PCR ) dan reaksi berantai ligase ( LCR ) digunakan dengan secret vagina atau servik atau amplifikasi DNA dapat dilakukan pada specimen urin untuk 10

menghindari rasa tidak nyaman akibat pengambilan sediaan apusan dari uretra. Sayangnya specimen urin tidak sesensitif pada permpuan dengan infeksi uretra. Infeksi klamidia yang sering menyertai infeksi gonorea dapat didiagnosis pada specimen yang sama. Uji – uji amplifikasi DNA semakin banyak tersedia dan popular karena tingga sensitifitas dan kemudahan dalam menangani dan mengirim specimen. Uji – uji non biakan misalnya deteksi antigen dengan antibody limunofluoresensi langsung ( DFA ) dan enzyme immunosorbent assay ( EIA ) kurang dikembangkan dan jarang digunakan.

2.7 Penatalaksanaan Gonore 1. Penatalaksanaan Medis a.

Walaupun semua gonokokus sebelumnya sangat sensitif terhadap penicilin, sekarang banyak ‘strain’ yang relatif resisten. Terapi penicillin, amoksisilin, dan tetrasiklin masih tetap merupakan pengobatan pilihan.

b. Antibiotik, seperti seftriakson, doksisilin, dan azitromisin . c. Obat tetes perak nitrat 1% atau salep eritromisin pada neonatus untuk mencegah oftalmia neonatorum gonokokal d.

Untuk sebagian besar infeksi, penicillin G dalam aqua 4,8 unit ditambah 1 gr probonesid per- oral sebelum penyuntikan penicillin merupakan pengobatan yang memadai.

e. Spectinomycin berguna untuk penyakit gonokokus yang resisten dan penderita yang peka terhadap penicillin. Dosis: 2 gr IM untuk pria dan 4 gr untuk wanita. f. Pengobatan jangka panjang diperlukan untuk endokarditis dan meningitis gonokokus.

2. Penatalaksanaan Nonmedis a. Memberikan pendidikan kepada klien dengan menjelaskan tentang: 1) Bahaya penyakit menular seksual 2) Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan 3) Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya 4) Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat dihindari. 5) Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa yang akan datang. 11

2.8 Komplikasi Gonore 1.

Pada Pria a. Tysonitis, biasanya terjadi pada pasien dengan preputium yang sangat panjang dan kebersihan yang kurang baik. Diagnosis dibuat berdasarkan ditemukannya butir pus atau pembengkakan pada daerah frenulum yang nyeri tekan. Bila duktus tertutup akan menjadi akses dan merupakan sumber infeksi laten. b. Parauretritis, sering pada orang dengan orifisium uretra eksternum terbuka atau hipospadia. Infeksi pada duktus ditandai dengan butir pus pada kedua muara parauretra. c. Radang kelenjar Littre (littritis), tidak mempunyai gejala khusus. Pada urin ditemukan benang-benang atau butir-butir. Bila salah satu saluran tersumbat dapat terjadi abses folikular. Diagnosis komplikasi ini ditegakkan dengan uretroskopi. d. Infeksi pada kelenjar Cowper (Cowperitis), dapat menyebabkan abses. Keluhan berupa nyeri dan adanya benjolan di daerah perineum disertai rasa penuh dan panas, nyeri pada waktu defekasi, dan disuria. Jika tidak diobati, abses akan pecah melalui kulit perineum, uretra, atau rektum dan mengakibatkan proktitis. e. Prostatitis akut ditandai dengan perasaan tidak enak di daerah perineum dan suprapubis, malaise, demam, nyeri kencing sampai hematuria, spasme otot uretra sehingga terjadi retensi urin, tenesmus ani, sulit buang air besar, dan obstipasi. Pada pemeriksaan teraba pembesaran prostat dengan konsistensi kenyal, nyeri tekan, dan adanya fluktuasi bila telah terjadi abses. Jika tidak diobati abses akan pecah, masuk ke uretra posterior atau ke arah rektum mengakibatkan proktitis. f. Gejala prostatitis kronik ringan dan intermiten, tetapi kadang-kadang menetap. Terasa tidak enak di perineum bagian dalam dan rasa tidak enak bila duduk terlalu lama. pada pemeriksaan prostat teraba kenyal, berbentuk nodus, dan sedikit nyeri pada penekanan. Pemeriksaan dengan pengurutan prostat biasanya sulit menemukan kuman gonokok. g. Vesikulitis ialah radang akut yang mengenai vesikula seminalis dan duktus ejakulatorium, dapat timbul menyertai prostatitis akut atau apididimitis akut. Gejala subyektif menyerupai gejala prostatitis akut, yaitu demam, polakisuria, hematuria terminal, nyeri pada waktu ereksi atau ejakulasi, dan sperma mengandung darah. Pada pemeriksaan melalui rektum dapat diraba vesikula 12

seminalis yang membengkak dan keras seperti sosis, memanjang di atas prostat. Ada kalanya menentukan batas kelenjar prostat yang membesar. h. Pada vas deferentitis atau funikulitis, gejala berupa perasaan nyeri pada daerah abdomen bagian bawah pada sisi yang sama. i. Epididimitis akut biasanya unilateral dan setiap epididimitis biasanya disertaivas deferentitis. Keadaan yang mempermudah timbulnya epididimitis ini adalah trauma pada uretra posterior yang disebabkan oleh pengelolaan atau kelalaian pasien sendiri. Epididimis dan tali spermatika membengkak dan teraba panas, juga testis, sehingga menyerupai hidrokel sekunder. Pada penekanan terasa nyeri sekali. Bila mengenai kedua epididimis dapat mengakibatkan sterilitas. j. Infeksi asendens dari uretra posterior dapat mengenai trigonum vesika urinaria. Gejalanya berupa poliuria, disuria terminal, dan hematuria.

2. Pada Wanita a.

Parauretritis. Kelenjar parauretra dapat terkena, tetapi abses jarang terjadi.

b. Kelenjar bartholin dan labium mayor pada sisi yang terkena membengkak, merah dan nyeri tekan, terasa nyeri sekali bila pasien berjalan dan pasien sukar duduk. Abses dapat timbul dan pecah melalui mukosa atau kulit. Bila tidak diobati dapat rekurens atau menjadi kista. c. Salpingitis, dapat bersifat akut, subakut atau kronis. Ada beberapa faktor predisposisi, yaitu masa puerpurium, setelah tindakan dilatasi dan kuretase, dan pemakaian IUD. Infeksi langsung terjadi dari serviks melalui tuba fallopi ke daerah salping dan ovum sehingga sehingga dapat menyebabkan penyakit radang panggul (PRP). Gejalanya terasa nyeri didaerah abdomen bawah, duh tuba vagina, disuria, dan menstruasi yang tidak teratur atau abnormal. PRP yang simtomatik atau asimtomatik dapat menyebabkan jaringan parut pada tuba sehingga dapat mengakibatkan infertilitas atau kehamilan diluar kandungan. d. Diagnosis banding yang perlu dipikirkan antara lain kehamilan di luar kandungan, apendisitis akut, abortus septik, endometriosis, ileitis regional, dan divertikulitis. Penegakan diagnosis dilakukan dengan pungsi kavum Douglas, kultur, dan laparoskopi.

13

2.9 Asuhan keperawatan Gonore 1. Pengkajian a. Anamnese Meliputi : Identitas 1) Nama 2) Umur 3) Jenis kelamin 4) Agama 5) suku bangsa 6) Pekerjaan 7) Pendidikan 8) status perkawinan 9) Alamat 10) Tgl MRS. b. Keluhan utama Klien biasanya mengatakan nyeri saat kencing namun ada juga yang asimtomatik. 1. P = Tanyakan penyebab terjadinya infeksi ? (Terinfeksinya dikarenakan sering berhubungan seks tanpa pengaman ) 2. Q = Tanyakan bagaimana gambaran rasa nyeri tersebut. (Berupa rasa gatal, panas sewaktu kencing terdapat pada ujung penis atau bagian distal uretra, perasaan nyeri saat ereksi) 3. R = Tanyakan pada daerah mana yang sakit, apakah menjalar …? (Rasa tidak nyaman pada uretra kemudian diikuti nyeri ketika berkemih) 4. S = Kaji skala nyeri untuk dirasakan.(Rata-rata nyeri berskala 7) 5. T = Kapan keluhan dirasakan ? c. Riwayat penyakit 1) Riwayat Penyakit Dahulu Perlu ditanyakan apakah klien pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya. 2) Riwayat Penyakit Sekarang Keluhan dirasakan pada saat akan berkemih 3) Riwayat Kesehatan Keluarga

14

Tanyakan pada kx apakah ada anggota keluarga px yang menderita penyakit yang sama seperti yang diderita px sekarang dan juga apakah ada penyakit keturunan yang di derita keluarganya. d.

Pola – Pola Fungsi Kesehatan 1) Pola persepsi dan tata laksana hidup Perlu dikaji bagaimana kebiasaan kesehatannya dalam kehidupan sehari – harinya, misalnya PH dari klien seperti mandi dan gosok, gigi serta kebiasaan – kebiasaan dalam mengkonsumsi minum – minuman keras dan perokok. 2)

Pola tidur dan istirahat Perlu dikaji bagaimana kebiasaan pola tidur klien setiap harinya, sebelum dan setelah sakit, biasanya klien akan mengalami gangguan pola tidur karena proses inflamasi dan pembengkakan jika telah terjadi komplikasi.

3) Pola aktifitas dan latihan Perlu dikaji kegiatan keseharian dari klien, dan keteraturan klien dalam berolahraga. 4) Pola hubungan dan peran Perlu dikaji bagaimana peran klien dengan keluarganya dan lingkungan sekitarnya, biasanya pada klien dengan gonore hubungan peran dengan keluarga terutama suami atau istri kurang baik sehingga menyebabkan pelampiasannya dengan orang lain yang telah terjangkit gonore. 5) Pola persepsi dan konsep diri Perlu dikaji bagaimana persepsi klien dengan kondisi tubuhnya yang menderita gonore, apakah hal ini akan mempengaruhi konsep diri klien yang menyebabkan klien ini akan merasa rendah diri. 6)

Pola sensori dan kognitif Perlu dikaji tingkat pengetahuan klien mengenai penyakit yang dideritanya dan juga kognitif klien, misalnya tingkatan pendidikannya. Biasanya pada klien gonore tingkat pendidikannya rendah sehingga mereka sulit mendapatkan pekerjaan dan akan melakukan pekerjaan yang bisa menyebabkan tertularnya gonore.

7)

Pola penanggulangan stress Perlu dikaji bagaimana klien dalam menangani stress yang dialami berhubungan dengan kondisi sakitnya.

8)

Pola tata nilai dan kepercayaan 15

Perlu dikaji bagaimana kebiasaan beribadah klien, serta kepercayaannya. 9)

Pola reproduksi dan seksual Perlu dikaji apakah klien masih dalam masa subur atau tidak, berapa jumlah anaknya, apakah menggunakan alat kontrasepsi dan dengan kondisi sakitnya saat ini bagaimana pola seksualitas dari klien, biasnya klien mengalami perubahan dalam pola seksualnya karena adanya inflamasi pada organ reproduksinya.

10) Pola eliminasi Perlu dikaji frekuensi dan konsistensi BAB serta BAK klien setiap harinya, apakah mengalami gangguan atau tidak, biasanya klie mengalami disuria dan sulit untuk BAB serta diikuti dengan rasa nyeri. 11) Pola nutrisi dan metabolisme Klien perlu dikaji dengan kondisi sakitnya, apakah klien mengalami gangguan pola makan, namun biasanya klien akan merasa malas, dan mengalami gangguan pola makannya karena adanya inflamasi pada faringnya sehingga akan mengalami penurunan metabolisme tubuh. e. Pemeriksaan Fisik Tingkat Kesadaran GCS : biasanya kesadaran pasien normal yaitu 4,5,6 Observasi TTV Klien, yaitu : 1) Nadi 2) Tekanan Darah 3) RR 4) Suhu Pengkajian Persistem 1) Sistem Integumen Biasanya terjadi inflamasi jaringan sekitar uretra, genital lesions dan skin rashes. 2) Sistem Kardiovaskuler Kaji apakah bunyi jantung normal / mengalami gangguan, biasanya pada klien bunyi jantung normal, namun akan mengalami peningkatan nadi karena proses dari inflamasi yang mengakibatkan demam. 3) Sistem Pernafasan

16

4) Perlu dikaji pola nafas klien, auskultasi paru – paru untuk mengetahui bunyi nafas, dan juga kaji anatomi pada sistem pernafasan, apakah terjadi peradangan atau tidak. Biasanya pada klien terdapat peradangan pada faringnya karena adanya penyakit. 5) Sistem Penginderaan Kaji konjungtiva, apakah ada peradangan / tidak.( Konjungtiva tidak mengalami peradangan, namun akan mengalami peradangan jika pada konjungtivitis gonore dan juga bisa ditemukan adanya pus ) 6) Sistem Pencernaan a. Kaji mulut dan tenggorokan termasuk toksil. ( Mulut sudah terjaga PHnya dan tidak terdapat toksil ) b.

Pada faring biasanya mengalami inflamasi sehingga akan mengalami gangguan dalam pola makan

c.

Apakah terdapat diare / tidak. ( Pola eliminasi vekal tidak mengalami gangguan )

d.

Anus Biasanya pasien mengalami inflamasi jaringan akibat infeksi yang menyebabkan klien sulit dan nyeri saat BAB

7)

Sistem Perkemihan Biasanya klien akan mengalami , retensi urin karena inflamasi prostat, keluar nanah dari penis dan

kadang – kadang ujung uretra disertai

darah,

pembengkakan frenulum pada pria, dan pembengkakan kelenjar bartoloni serta labio mayora pada wanita yang juga disertai dengan nyeri tekan. 8) Sistem Muskuluskeletal Biasanya pada pasien laki – laki tidak mengalami kesulitan bergerak, sedangkan pada pasien wanita yang sudah mengalami komplikasi akan mengalami kesulitan dalam bergerak dan juga saat i pembengkakan karentera f. Pemeriksaan diagnostik Periksaan laboratorium

17

g. Analisa data

No

Data fokus

Etiologi

1

Ds : px mengatakan nyeri saat berkemih

Invasi bacteri

Masalah keperawatan Nyeri

neisseria gonore

Do : TTV P

=

penyebab

Tanyakan

Kontak seksual

terjadinya

(anus orogenital)

infeksi

?

(Terinfeksinya dikarenakan

Infeksi mukosa sering

berhubungan

seks

tanpa pengaman ) Q

=

Infeksi meivas

Tanyakan

bagaimana gambaran rasa

nyeri

(Berupa

rectum

Gonore

tersebut.

rasa

gatal,

Penyebaran gonore

panas sewaktu kencing

scr sistematik

terdapat pada ujung

melalui darah

penis

atau

bagian

distal uretra, perasaan

Tidak difagosit

nyeri saat ereksi) R = Tanyakan pada daerah

mana

yang

sakit, apakah menjalar …?

(Rasa

Bacteri sekunder

Peradangan

tidak

nyaman pada uretra

Peningkatan

kemudian diikuti nyeri

frekuensi atau

ketika berkemih) S = Kaji skala nyeri

dorongan kontraksi uretral

untuk dirasakan.(Ratarata nyeri berskala 7)

Depresi saraf perifer

18

T = Kapan keluhan dirasakan ?

2

Nyeri

Ds : px mengatakan

Invasi bacteri

badanya terasa panas

neisseria gonore

Hipertermi

(meriang) Do : Td : normalnya 120/80

Kontak seksual (anus orogenital)

N : 60 – 90 x/mnt S : 3,5 – 37,4 ‘c RR: 18 – 24 x/mnt

Infeksi mukosa rectum

Infeksi meivas

Gonore

Penyebaran gonore scr sistematik melalui darah

Tidak difagosit

Bacteri sekunder

Peningkatan SET

Hipotalamus

Menekan

Hipertermi

19

2. Diagnosa a. Gangguan rasa nyaman nyeri saat BAK berhubungan dengan adanya reaksi inflamasi pada uretra ditandai dengan klien mengeluh sakit dan keluat nanah pada saat berkemih. b. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya reaksi penyakit ( reaksi inflamasi ) c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan jaringan yang ditandai dengan adanya abses dan kemerahan

3. Intervensi a. Dx 1 Gangguan rasa nyaman nyeri saat BAK berhubungan dengan adanya reaksi inflamasi pada uretra ditandai dengan klien mengeluh sakit dan keluat nanah pada saat berkemih. Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam waktu 2 x 24 jam, klien akan merasa nyaman saat berkemih. Kriteria Hasil : -

Klien tampak rileks saat berkemih

-

Klien secara verbal mengatakan tidak sakit / tidak nyeri

-

Klien akan menggunakan pencegahan non analgetik untuk mengurangi rasa nyerinya.

-

Skala nyeri klien 2 – 3 / 0

-

Tanda – tanda vital klien dalam batas normal

-

Klien tampak tenang

Rencana Tindakan : 1)

Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga R/ : agar klien dan keluarga lebih kooperatif ketika dilakukan tindakan

2)

Jelaskan pada klien penyebab rasa nyeri R/ : klien mengerti dari penyebab rasa nyeri dan mengurangi rasa cemas

3)

Observasi tanda-tanda nyeri non verbal, seperti ekspresi wajah gelisah, menangis R/ : P = Tanyakan penyebab terjadinya infeksi ?

20

Q = Tanyakan bagaimana gambaran rasa nyeri tersebut. (Berupa rasa gatal, panas sewaktu kencing terdapat pada ujung penis atau bagian distal uretra, perasaan nyeri saat ereksi) R = Tanyakan pada daerah mana yang sakit, apakah menjalar …? (Rasa tidak nyaman pada uretra kemudian diikuti nyeri ketika berkemih) S = Kaji skala nyeri untuk dirasakan.(Rata-rata nyeri berskala 7) T = Kapan keluhan dirasakan ? 4)

Observasi tanda-tanda vital R/ : Mengetahui perkembangan dari penyakit

5)

Ajarkan klien tehnik relaksasi dan dekstraksi untuk mengurangi nyeri R/ : Dengan tehnik relaksasi dan dekstraksi dapat mengurangi rasa nyeri

6)

Anjurkan klien untuk napas panjang R/ : Untuk mengurangi rasa nyeri

7)

Berikan lingkungan yang nyaman dan tenang R/ : klien akan merasa nyaman dan tenang

8)

Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi analgesik R/ : Melaksanakan fungsi independen dan analgesik dapat mengurangi rasa nyeri

b. Dx II Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya reaksi penyakit ( reaksi inflamasi ) Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan dalam waktu 1 x 24 jam suhu tubuh klien dalam batas normal Kriteria Hasil : -

Suhu tubuh klien normal

-

Klien tampak nyaman

-

Secara verbal klien mengatakan nyaman

-

Tanda vital klien normal

-

Tidak ada perubahan warna kulit dan klien tidak pusing

Rencana Tindakan : 1) Bina hubungan saling percaya dengan klien R/ : memudahkan perawat dalam melakukan tindakan keperwatan 2) Jelaskan pada klien dan keluarga klien untuk mengompres klien pada daerah arteri besar misalnya pada aksila dan leher 21

R/ : dengan melakukan kompres pada daerah arteri besar bisa membantu menyeimbangkan termoregulasi tubuh, agar suhu tubuh klien normal 3) Jelaskan pada klien agar mengompres menggunakan air hangat , tidak boleh menggunakan air dingin R/ : menggompres menggunakan air hangat akan mempercepat proses evaporasi tubuh untuk menurunkan suhu tubuh hingga batas normal, namun jika menggunakan air dingin akan beresiko terjadinya hipotermi. 4) Observasi suhu tubuh klien setiap 2 jam sekali R/ : dengan memonitor secar rutin tentang suhu tubuh klien bisa memantau perubahan – perubahan yang terjadi sehingga bisa segera dilakukan tindakan keperawatan. 5) Observasi nadi, tekanan darah dan respirasi rate klien R/ : jika tubuh mengalami peningkatan maka nadi klien juga bisa mengalami peningkatan, sehingga bisa memperburuk kondisi klien jika tidak dilakukan observasi. 6) Tingkatkan inktake cairan dan nutrisi klien R/ : peningkatan cairan bisa membantu menstabilkan termoregulasi panas klien 7) Kolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian obat antipiretik R/ : obat antipiretik akan membantu menurunkan suhu tubuh klien sesuai batas normal. Dx III Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan jaringan yang ditandai dengan adanya abses dan kemerahan. Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan dalam waktu 2 x 24 jam gangguan integritas kulit klien akan teratasi. Kriteria Hasil : -

Abses tidak ada

-

Kemerahan tidak ada

-

Mempertahankan integritas kulit

-

Tidak terjadi infeksi dan komplikasi Rencana Tindakan 1) Bina hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga klien R/ : mempermudah perawat melakukan tindakan keperawatan

22

2) Jelaskan pada klien agar tetap menjaga kekeringan dan kebersihan di daerah luka R/ : mengurangi dan mencegah terjadinya iritasi yang meluas pada area kulit lain yang bisa memperparah kondisi klien 3) Observasi kondisi kerusakan jaringan kulit klien, catat adanya pembengkakan dan kemerahan. R/ : daerah ini cenderung terkena radang dan infeksi dan memantau kondisi kerusakan integritas kulit klien 4) Bersihkan dan keringkan kulit khususnya daerah dengan kelembaban tinggi R/ : kulit yang bersih dan kering tidak akan cenderung mengalami kerusakan 5) Kolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian obat antibiotik R/ : obat antibiotik akan mempercepat proses penyembuhan dengan membunuh bakteri penyebabnya.

4. Implementasi Impelentasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaaan sudah dianggap fix. berikat ane akan sedikit info tentang pengertian implentasi menurut para ahli.

5. Evaluasi Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Terdiri atas: S: Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. O: Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. A: Analisis ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksi dengan masalah yang ada. Dapat pula membandingkan hasil dengan tujuan P: Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respons klien yang terdiri dari tindak lanjut klien, dan tindak lanjut oleh perawat.

23

BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Gonorhea adalah sebuah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhea yang penularannya melalui hubungan kelamin baik melalui genito-genital, oro-genital, ano-genital. Penyakit ini menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan konjungtiva. Penyebab pasti penyakit gonore adalah bakteri Neisseria gonorrhea/ Gonokok yang bersifat patogen yang di temukan oleh Neisser dari Polandia pada tahun1879 dan baru diumumkan apada tahun 1882 Organ wanita yang boleh di jangkiti gonore ialah seperti saluran kencing,serviks,rahim,tuba fallopi,kelenjar kemaluan,seperti kelenjar Bartholin(yang terdapat bibir kemaluan),kelenjar Skenes’s yang terdapat di bagian bawah lubang saluran kencing).Bagi lelaki pula saluran kencing,epididimis,(sebagian dari pada testis) dan kelenjar Cowper;s mungkin di jangkiti. Selain membabitkan permukaan mukosa ya ng ada pada saluran kemaluan dan organ reproduktif penyakit ini juga berada di permukaan mukosa yang ada pada dubur,rectum,mulut,tekak dan mata. Penyakit gonore ini menyebar melalui hubungan kelamin dan resiko orang terjangkitin adalah sampai dengan 30-70%. Berikut ini adalah gejala atau symptom penyakit gonore: Simptom bagi laki-laki: 1.

Keluar cairan (discharge)dari saluran kencing. Umumnya keadaan ini berlaku 3 hingga 10 hari setelah bersetubuh dengan wanita yang terkena pnyakit gonore.

2.

Sebagian kecil dari 15% dari laki-laki tidak ada tanda-tanda tertular. Namun perlu diingatkan bahwa laki-laki dan wanita yang terkena penyakit gonore yang belum dirawat dapat menyebarkan penyakit ini kepada istrinya sendri.

Simptom bagi wanita: 2.

Tidak ada tanda khusus untuk menunjukkan penyakit ini. Cairan yang keluar dari kemaluan dipastikan mengandung N Gonorrhoeae sebelum didiagnosa dan diberi perawata.

3.

Komplikasi dari penyakit gonore apabila penderita tidak dirawat adalah

24

3.2. Saran 1. Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan dapat mengerti konsep gonore serta dapat melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan prosedur yang ada. 2. Bagi Institusi Pendidikan, Peningkatan terhadap suatu pembelajaran seharusnya harus lebih didukung oleh sumber daya manusia yang lebih tinggi dari para pendidiknya, sehingga dalam melakukan kegiatan pembelajaran dapat lebih meningkatkan prestasi mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan

25

DAFTAR PUSTAKA 1. Lippincott williams & wilkin.2014 kapita selekta penyakit dengan implikasi keperawatan edisi 2. Jakarta: ECG. Hal 316-318 2. Brunner dan Suddarth,2001. http://dianhusadaanikayuni.blogspot.com/p/askepgonore.html diaskes pada tgl 01 oktober 2018 pukul 18.45 WIB 3. http://eprints.undip.ac.id/46297/2/PutuEvindyaVipascitadevi_22010111110096 _Lap.KTI_BAB_1.pdf diakses pada tanggal 3 oktober pukul 21.12 WIB 4. Lachlan, MC. 1987. Buku Pedoman Diagnosis dan Penyakit Kelamin. Ilmiah Kedokteran:Yogyakarta.(online).(https://viethanurse.wordpress.com/2009/02/27 /asuhan-keperawatan-klien-dengan-gonorrhea/) diaskes pada tgl 01 oktober 2018 pukul 19.02 WIB 5. Putri Kartika Sari , DKK.2012.jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang,volume 4, nomor 1, juni 2012, hal 29-35.

26

More Documents from "Melani nisa"