Golongan Obat.docx

  • Uploaded by: jesica
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Golongan Obat.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,020
  • Pages: 8
Nama: Jesica Manda P. Kelas: X Farmasi Golongan Obat 1. Golongan Antibiotik  Antibiotik Golongan Penisilin Antibiotik ini mempunyai 2 mekanisme kerja dengan baik pada bakteri jenis pneumokokus, E. Coli, H.influenza dan staphylococcus aureus. Mekanisme kerja Antibiotik golongan penisilin bekerja dengan cara menghambat pembentukan sintesa dinding sel bakteri yang menyebabkan kematian bakteri akibat dinding sel pecah melalui penyerapan air dengan jalan osmosis. Jenis obat golongan penisilin:  Penisilin spectrum sempit: a. Benzil penisilin = penisilin G (efek samping: mual, muntah, stomatitis, ruam, demam, anemia hemolitik, leukopenia, anpilaksis dan pseudomembran kolitis (jarang terjadi namun bisa fatal) b. Penisilin V = Fenoksimetil penisilin (efek samping: efek samping: mual, muntah, stomatitis, ruam, demam, anemia hemolitik, leukopenia, anpilaksis dan pseudomembran kolitis; jarang terjadi namun bisa fatal), c. Flukloksasilin (efek samping: gangguan saluran cerna; sangat jarang, hepatitis dan kolestatik jaundice) 

Penisilin spectrum luas: a. Ampisilin (efek samping: mual hingga muntah, kemerahan pada kulit atau ruam kulit, diare, gatal-gatal pada area genital, serta gangguan sistem pencernaan lainnya b. Amoksisilin (efek samping: diare, ruam, muntah, mual, diare, dan sakit kepala) c. Co-amoxiclav (efek samping: Reaksi alergi ringan hingga berat, disfungsi hati, Clostridium difficlie, ruam kulit pada penderita mononukleosis, memunculkan risiko terbentuknya bakteri yang resisten)  Antibiotik Golongan Sefalosporin

Antibiotik golongan sefalosporin merupakan antibiotik betalaktam yang bekerja dengan cara menghambat sintesis peptidoglikan serta mengaktifkan enzim autolisis pada dinding sel bakteri. Kemampuan hambatan sistesis pada dinding sel bakteri menyebabkan kematian pada bakteri. Nama obat antibiotik golongan Sefalosporin: 

Sefalosporin generasi pertama: a. Cephalothin (efek samping: reaksi alergi, bengkak, kemerahan, dan nyeri di area bekas suntikan)

b. Cephaloridine (efek samping: kejang, koma, gagal ginjal) 

Sefalosporin Generasi kedua: a. Cefuroxime (efek samping: mual atau muntah, sakit perut, kram perut, diare ringan, batuk, hidung mampet, sakit otot atau otot terasa tegang, sakit kepala, mudah mengantuk) b. Cefaclor (efek samping: reaksi alergi, gatal, kesulitan bernapas, pembengkakan di wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan, pusing atau sakit kepala, mual dan muntah, lidah terasa pahit, nyeri otot dan sendi, kesemutan, serta mati rasa di beberapa bagian tubuh) c. Cefadroxil (efek samping: reaksi alergi, mual, muntah, sakit perut, diare ringan, otot kaku, nyeri sendi, perasaan gelisah atau hiperaktif) d. Cefoxitin (efek samping: mual, muntah, sakit perut, ruam kulit ringan, gatal atau adanya cairan pada vagina)



Sefalosporin generasi ke-3: a. Ceftazidime (efek samping: demam, mual, muntah, sakit perut, diare, otot yang berkedut, mengantuk, penurunan kesadaran) b. Cefotetan (efek samping: disfungsi hati, gangguan hematologis, nyeri pada tempat penyuntikan, Thrombophloebitis (pada penggunaan infus), yang berpotensi fatal: kolitis pseudomembran)



Sefalosporin generasi ke-4: a. Sefepim (efek samping: nyeri, pembengkakan,ruam kulit di area suntikan, mual dan muntah, nyeri perut, iritasi kulit dan gatal-gatal)



Sefalosporin generasi ke-5: a. Ceftobiprole (efek samping: rasa kantuk, pusing, hipotensi atau pusing)  Antibiotik Golongan Lincosamide

Dihasilkan oleh Streptomyces lincolnensis dan bersifat bakteriostatis. Obat golongan ini dicadangkan untuk mengobati infeksi berbahaya pada pasien yang alergi terhadap penisilin atau padakasus yang tidak sesuai diobati dengan penisilin. Spektrum kerjanya lebih sempit dari makrolida, terutama terhadap gram positif dan anaerob. Penggunaannya aktif terhadap Propionibacter acnessehingga digunakan secara topikal pada acne. Contoh obatnya, yaitu Clindamycin (efek samping: mual, muntah, sakit perut ringan, nyeri sendi, vagina gatal atau mengeluarkan cairan, ruam atau gatal ringan,nyeri ulu hati, sakit tenggorokan) dan Lincomycin (efek samping: gangguan sistem pencernaan, seperti diare, mual, muntah, keram perut, dan radang usus, alergi pada kulit, telinga berdenging)  Antibiotik Golongan Tetrasiklin

Antibiotik golongan tetrasiklin bekerja spektrum luas ini memiliki mekanisme kerja dengan cara menghambat sintesis protein yang berlangsung di ribosom bakteri. Cakupan kerja antibiotik ini meliputi bakteri gram positif dan negatif, aerob dan anaerob. Selain itu juga aktif terhadap spiroket, mikroplasma, riketsia, klmidia, legionela, dan protozoa. Obat yang termasuk golongan tetrasiklin:  



Demeklosiklin (efek samping: fotosensitivitas lebih sering terjadi, diabetes insipidus nefrogenik) Doksisiklin (efek samping: sakit perut, mual dan muntah, ruam atau gatal pada kulit, gatal pada vagina atau keluarnya cairan dari vagina, sakit kepala, mulut kering, iritasi pada tenggorokan) Minosiklin (efek samping: sakit kepala, pendarahan pada gusi, kemerahan dan bengkak di mulut (untuk obat topikal), sendawa dan naiknya asam lambung, batuk, fotosensitivitas, gangguan pencernaan, nyeri pada persendian dan otot)  Antibiotik Golongan Kloramfenikol

Bersifat bakteriostatik terhadap Enterobacter & S. aureus berdasarkan perintangan sintesis polipeptida kuman. Bersifat bakterisid terhadap S. pneumoniae, N. meningitidis & H. influenza. Obat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi yang berbahaya yang tidak efektif bila diobati dengan antibiotik yang kurang efektif. Contoh obatnya adalah kloramfenikol (efek samping: reaksi hipersensitivitas, demam, kemerahan pada tubuh, mimpi buruk, bengkak pada wajah dan mata, anemia, penurunan jumlah sel darah putih maupun trombosit) turunannya, yaitu tiamfenikol (efek samping: gangguan saluran pencernaan, kelainan darah, seperti anemia aplastik dan penurunan jumlah trombosit (trombositopenia), sakit kepala, depresi, peradangan saraf mata)

 Antibiotik Golongan Makrolida Golongan antibiotik makrolida mempunyai mekanisme kerja dengan cara mencegah biosintesis protein pada bakteri. Biasanya obat ini diberikan pada pasien yang sensitif terhadap penisilin. Antibiotik ini biasanya digunakan pada penanganan kasus penyakit infeksi yang disebabkan bakteri seperti infeksi saluran pernafasan, infeksi lambung. Nama obat golongan mikrolida:    

Eritromisin (efek samping: diare, gangguan perut, seperti nyeri dan kram, kehilangan nafsu makan, mual, muntah) Spiramisin (efek samping: mual, muntah, nyeri perut, diare, gatal, kolitis pseudomembran, ruam kulit, urtikaria) Klaritromisin (efek samping: diare, mual dan muntah, perut terasa sakit atau tidak nyaman, sakit kepala, gangguan pada indera pengecap, mulut perih) Azitromisin (efek samping: nafsu makan berkurang, sakit kepala, mual, sakit

perut, diare)  Antibiotik Golongan Quinolone

Antibiotik golongan kuinolon bekerja dengan cara menghambat kerja enzim DNA girase pada kuman dan bersifat bakterisidal, sehingga kuman mati. Antibiotik ini bisa menghentikan sintetis DNA bakteri secara langsung. Golongan Kuinolon umumnya digunakan untuk pengobatan infeksi sistemik. Jenis obat golongan kuinolon:   

Ciprofloksasin (efek samping: diare, mual-mual, sakit kepala, sering buang gas) Ofloksasin (efek samping: mual dan muntah, nafsu makan berkurang, perut kembung, diare, kram perut, sakit kepala, pusing, insomnia) Moksifloksasin (efek samping: penglihatan kabur, mata berair, mata nyeri/kering/kemerahan/gatal)  Antibiotik Golongan Aminoglikosida

Antibiotik golongan Aminoglikosida bekerja dengan cara menghambat pembentukan protein pada mikroba. Semua yang termasuk golongan aminoglikosida bersifat bakterisida (membunuh bakteri) dan terutama aktif terhadap kuman bakteri gram negatif. Risiko penggunaan jangka panjang terkait golongan ini adalah kerusakan fungsi ginjal dan gangguan pendengaran. Obat yang termasuk golongan aminoglikosida: 

 

Amikasin (efek samping: gangguan sistem saraf, gangguan pendengaran, gangguan fungsi ginjal, hipotensi, sakit kepala, ruam kulit, mual dan muntah, tremor) Gentamisin (efek samping: gangguan penglihatan, sakit kepala, ruam atau gatal pada kulit, mual, muntah, tidak nafsu makan, penurunan berat badan, nyeri sendi) Neomisin (efek samping: iritasi, rasa terbakar, merah, gatal, atau ruam pada kulit, gangguan pendengaran, urine berkurang)  Antibiotik Golongan Monobaktam

Dihasilkan oleh Chromobacterium violaceum bersifat bakterisid, dengan mekanisme yang sama dengan gol. b-laktam lainnya. Bekerja khusus pada kuman gram negatif aerob misalnya Pseudomonas, H.influenza yang resisten terhadap penisilinase. Contoh: aztreonam (efek samping: mual, muntah, diare, kram abdomen, gangguan pengecapan, ulkus mulut, ikterus dan hepatitis, gangguan darah (trombositopenia dan netropenia), urtikaria dan ruam)  Antibiotik Golongan Sulfonamida Mekanisme kerja sulfonamide adalah berperan sebagai substrat palsu dimana sulfonamide berkompetisi dengan p-aminobenzoic acid (PABA) pada sintesis DHF sehingga memunculkan efek bakteriostatik yang menghambat pertumbuhan dan replikasi bakteri. Nama obat golongan sulfonamida: 

Kotrimoksazol (efek samping: nafsu makan turun, muntah, pusing berputar, kejang, neuropati perifer, eritema multiformis, hiperkalemia, ruam)

 

Sulfadiazin (efek samping: sakit kepala, mual dan muntah, diare, kehilangan nafsu makan, kulit menjadi sensitif terhadap cahaya, reaksi alergi) Sulfadimidin (efek samping: reaksi hipersensitivitas, demam, kemerahan pada tubuh, mimpi buruk, bengkak pada wajah dan mata, anemia, penurunan jumlah sel darah putih maupun trombosit yang disebabkan karena supresi pada sumsum tulang, mual, muntah, diare, kesemutan, gangguan penglihatan)  Antibiotik Golongan Vankomisin

Dihasikan oleh Streptomyces orientalis. Bersifat bakterisid terhadap bakteri gram positif aerob dan anaerob. Merupakan antibiotik terakhir jika obat-obat lain tidak ampuh lagi melawan bakteri yang ada di tubuh. Efek sampingnya adalah nefrotoksisitas termasuk gagal ginjal dan nefritis interstisial, ototoksisitas (hentikan bila timbul tinitus), gangguan darah, mual, demam, menggigil, eosinofilia, anafilaksis, ruam (termasuk sindrom Stevens-Johnson, dermatitis eksfoliatif dan vaskulitis); flebitis. Pada infus cepat dapat terjadi hipotensi berat (termasuk syok dan henti jantung), napas meninggi, sesak napas, urtikaria, pruritus, kemerahan pada tubuh bagian atas (red man syndrome), nyeri dan kram otot punggung dan dada.

2. Golongan Antiinflamasi Kelompok obat yang digunakan untuk meredakan nyeri, serta mengurangi peradangan yang ditandai dengan kulit kemerahan, terasa hangat, dan bengkak. Selain itu, obat ini juga dapat digunakan untuk menurunkan demam. Jenis obatnya, yaitu:  Antiinflamsi nonsteroid: a. Ibuprofen (efek samping: sakit perut, maag, diare, sembelit, kembung, pusing, sakit kepala, gugup, gatal atau ruam kulit, telinga berdenging) b. Aspirin (efek samping: kotoran berwarna hitam, berdarah, atau seperti ter, batuk darah atau muntah yang tampak seperti endapan kopi, mual, muntah, atau sakit perut parah, demam lebih dari 3 hari, bengkak, atau nyeri lebih dari 10 hari atau, gangguan pendengaran, telinga berdenging) c. Naproxen (efek samping: mengantuk, pusing, mual dan muntah, sakit perut, pandangan kabur, diare atau konstipasi) d. Diclofenac (efek samping: bisa menyebabkan sakit kepala, rasa kantuk, sesak napas, nyeri perut atau perut kembung, gangguan hati: hilang nafsu makan, urin berwarna gelap, penyakit kuning, gangguan ginjal: kencing lebih sedikit atau tidak sama sekali, bengkak kaki, konstipasi atau diare, ruam kulit) e. Celecoxib (efek samping: sakit kepala, pusing, tekanan darah tinggi, sakit maag, mual, muntah, diare, demam)  Antibiotik steroid a. Deksametason (efek samping: masalah tidur, perubahan suasana hati, jerawat, kulit kering, penipisan kulit, memar atau perubahan warna kulit, penyembuhan luka yang lambat, keringat berlebih, sakit kepala, pusing, sensasi berputar-putar, mual, sakit perut, kembung, kelemahan otot)

b. Prednison (efek samping: sakit perut atau gangguan pencernaan, mual, infeksi jamur, bingung, susah tidur, berat badan bertambah, merasa letih atau lemah, luka tidak cepat sembuh) c. Betametason (efek samping: iritasi pada kulit, kulit kering dan mengelupas, rasa terbakar dan melepuh pada kulit, gatal, kulit menipis, kemerahan dan pembengkakan pada kulit, hipopigmentasi, tumbuh rambut berlebihan)

3. Golongan Antihistamin Kelompok obat yang berfungsi untuk meredakan gejala alergi seperti gatal. Untuk meredakan gejala alergi, obat antihistamin berfungsi untuk menghentikan atau membatasi aktivitas histamin dalam tubuh. Jenis obatnya, yaitu:  Antihistamin generasi pertama: d. Benadryl (efek samping: rasa kantuk, gelisah, disorientasi, euforia, kejang, vertigo, penglihatan kabur, penglihatan ganda) e. Chlor-trimeton (efek samping: rasa kantuk, pusing, sakit kepala, konstipasi, sakit perut, penglihatan buram, kurangnya koordinasi, atau mulut/hidung/tenggorokan kering) f.

Clemastine (efek samping: reaksi urtikaria. Fotosensitivitas, reaksi alergi seperti gatal-gatal, ruam kulit, rasa mual, muntah, pusing atau sakit kepala, sesak napas, dan bengkak di bagian wajah, mata, atau bibir)

 Antihistamin generasi kedua: a. Cetirizine (efek samping: mengantuk, pusing, lemas dan lelah, mual, pusing, mulut kering, iritasi hidung, sakit tenggorokan) b. Loratadine (efek samping: lelah atau mengantuk) c. Fexofenadine (efek samping: pusing, sakit kepala, demam, batuk, infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), sakit maag, muntah, diare, gangguan tidur, gelisah, nyeri punggung, Dysmenorrhea atau nyeri haid)

4. Golongan Mukolitik Kelompok obat yang digunakan untuk mengencerkan mukus (dahak) yang kental sehingga mudah dikeluarkan. Obat ini bekerja dengan cara melepas ikatan gugus sulfidril pada mucoprotein dan mukopolisakarida sehingga menurunkan viskositas mucus. Sebagai hasil akhir, dahak tidak lagi bersifat kental dan dengan begitu mudah dikeluarkan dari tenggorokan sehingga membuat saluran nafas bebas dari dahak. Contoh obatnya adalah  Erdosteine (efek samping: mual, diare, nyeri perut, gangguan pencernaan, sensasi terbakar pada dada atau ulu hati (heartburn), sakit kepala, gangguan indra perasa, muncul ruam)  Acetylcysteine (efek samping: mengantuk, mual, muntah, sariawan, pilek, demam)

 Bromhexin (efek samping: 

Efek ringan dan berkala seperti: terasa penuh di perut (kembung), diare, pusing, sakit kepala, gangguan pencernaan, mual, berkeringat dan ruamkulit.  Efek dermatologis: ruam kulit, urtikaria.)  Carbocisteine (efek samping: mengi, kesulitan bernapas atau menelan, pusing, mengalami pembengkakan kelopak mata, wajah, bibir, lidah atau tenggorokan, muncul ruam gatal pada kulit yang memengaruhi seluruh tubuh, ruam kulit, pendarahan dari lambung atau usus)  Ambroxol (efek samping: gangguan pencernaan ringan, mual dan muntah, sakit ulu hati, dyspepsia)

5. Golongan Ekspektoran Golongan obat yang bekerja menfasilitasi pengeluaran dahak melalui refleks iritasi mukosa bronkus (cabang tenggorok). Melalui iritasi tersebut ekspektoran merangsang keluarnya cairan mukosa saluran napas sehingga dahak menjadi lebih encer dan mudah untuk dikeluarkan. Contoh obatnya adalah  Guaifenesin (efek samping: pusing, mengantuk, sakit kepala, mual, muntah, sakit perut, ruam, pembentukan batu ginjal)  Amonium klorida (efek samping: mengantuk, mual, muntah, nyeri lambung, hipokalemia, kekurangan kalsium, asidosis metabolik, kejang)  Eucalyptus (efek samping: alergi atau iritasi)

Related Documents

Golongan Darah
November 2019 51
Golongan B.docx
November 2019 34
Golongan Darah.docx
June 2020 21
Golongan Obat.docx
May 2020 42
Golongan Karya
November 2019 28

More Documents from ""

June 2020 23
Golongan Obat.docx
May 2020 42
Caso Aa1
August 2019 33
Ensayo Aa3
August 2019 41
May 2020 7