Gerakan Syiah

  • Uploaded by: mohd samsuddin bin harun
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Gerakan Syiah as PDF for free.

More details

  • Words: 1,977
  • Pages: 5
Gerakan Syiah: Sejarah dan Perkembangannya www.tenteradajjal.blogspot.com

Selama ini, mayoritas orang selalu menganggap Syiah bagian dari Islam. Mayoritas kaum muslimin di seluruh dunia sendiri menilai bahwa menentukan sikap terhadap Syi’ah adalah sesuatu yang sulit dan membingungkan. Ini disebabkan beberapa hal mendasar yaitu kurangnya informasi tentang Syi’ah. Syi’ah, di kalangan mayoritas kaum muslimin adalah eksistensi yang tidak jelas, tidak diketahui apa hakikatnya, bagaimana berkembang, tidak melihat bagaimana sejarahnya, dan tidak dapat diprediksi bagaimana di kemudian hari. Berangkat dari hal-hal tersebut, akhirnya orang Islam yang umum meyakini Syi’ah tak lain hanyalah salah satu mazhab Islam, seperti mazhab Syafi’i, Maliki dan sejenisnya. Tapi sesungguhnya ada perbedaan antara Syiah dan Islam. Bisa dikatakan, Islam dengan Syiah serupa tapi tak sama. Secara fisik, sulit sekali membedakan antara penganut Islam dengan Syiah, namun jika diteliti lebih jauh dan lebih mendalam lagi—terutama dari segi aqidah—perbedaan di antara Islam dan Syiah sangatlah besar. Ibaratnya, Islam dan Syiah seperti minyak dan air, hingga tak mungkin bisa disatukan. Asal-usul Syi’ah Syi’ah secara etimologi bahasa berarti pengikut, sekte dan golongan seseorang. Adapun menurut terminologi syariat bermakna: Mereka yang berkedok dengan slogan kecintaan kepada Ali bin Abi Thalib beserta anak cucunya bahwasanya Ali bin Abi Thalib lebih utama dari seluruh shahabat dan lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan kaum muslimin, demikian pula anak cucu sepeninggal beliau. (Al-Fishal Fil Milali Wal Ahwa Wan Nihal, 2/113, karya Ibnu Hazm). Sedang dalam istilah syara’, Syi’ah adalah suatu aliran yang timbul sejak masa pemerintahan Utsman bin Affan yang dipimpin oleh Abdullah bin Saba’ Al-Himyari. Abdullah bi Saba’ mengenalkan ajarannya secara terang-terangan dan menggalang massa untuk memproklamasikan bahwa kepemimpinan (imamah) sesudah Nabi Muhammad saw seharusnya jatuh ke tangan Ali bin Abi Thalib karena suatu nash (teks) Nabi saw. Menurut Abdullah bin Saba’, Khalifah Abu Bakar, Umar dan Utsman telah mengambil alih kedudukan tersebut. Dalam Majmu’ Fatawa, 4/435, Abdullah bi Shaba menampakkan sikap ekstrem di dalam memuliakan Ali, dengan suatu slogan bahwa Ali yang berhak menjadi imam (khalifah) dan ia adalah seorang yang ma’shum (terjaga dari segala dosa). Keyakinan itu berkembang terus-menerus dari waktu ke waktu, sampai kepada menuhankan Ali bin Abi Thalib. Berhubung hal itu suatu kebohongan, maka diambil suatu tindakan oleh Ali bin Abi Thalib, yaitu mereka dibakar, lalu sebagian dari mereka melarikan diri ke Madain. Pada periode abad pertama Hijriah, aliran Syi’ah belum menjelma menjadi aliran yang solid. Barulah pada abad kedua Hijriah, perkembangan Syiah sangat pesat bahkan mulai menjadi mainstream tersendiri. Pada waktu-waktu berikutnya, Syiah bahkan menjadi semacam keyakinan yang menjadi trend di kalangan generasi muda Islam: mengklaim menjadi tokoh pembaharu Islam, namun banyak dari pemikiran dan prinsip dasar keyakinan ini yang tidak sejalan dengan Islam itu sendiri.

Perkembangan Syiah Bertahun-tahun lamanya gerakan Syiah hanya berputar di Iran, rumah dan kiblat utama Syiah. Namun sejak tahun 1979, persis ketika revolusi Iran meletus dan negeri ini dipimpin oleh Ayatullah Khomeini dengan cara menumbangkan rejim Syah Reza Pahlevi, Syiah merembes ke berbagai penjuru dunia. Kelompok-kelompok yang mengarah kepada gerakan Syi’ah seperti yang terjadi di Iran, marak dan muncul di mana-mana. Perkembangan Syi’ah, yaitu gerakan yang mengatasnamakan madzhab Ahlul Bait ini memang cukup pesat, terlebih di kalangan masyarakat yang umumnya adalah awam dalam soal keagamaan, menjadi lahan empuk bagi gerakan-gerakan aliran sempalan untuk menggaet mereka menjadi sebuah komunitas, kelompok dan jama’ahnya. Doktrin Taqiyah Untuk menghalangi perkembangan Syi’ah sangatlah sulit. Hal itu dikarenakan Syi’ah membuat doktrin dan ajaran yang disebut “taqiya.” Apa itu taqiyah? Taqiyah adalah konsep Syiah dimana mereka diperbolehkan memutarbalikkan fakta (berbohong) untuk menutupi kesesatannya dan mengutarakan sesuatu yang tidak diyakininya. Konsep taqiya ini diambil dari riwayat Imam Abu Ja’far Ash-Shadiq a.s., beliau berkata: “Taqiyah adalah agamaku dan agama bapak-bapakku. Seseorang tidak dianggap beragama bila tidak bertaqiyah.” (Al-Kaafi, jus II, h. 219). Jadi sudah jelas bahwa Syi’ah mewajibkan konsep taqiyah kepada pengikutnya. Seorang Syi’ah wajib bertaqiyah di depan siapa saja, baik orang mukmin yang bukan alirannya maupun orang kafir atau ketika kalah beradu argumentasi, terancam keselamatannya serta di saat dalam kondisi minoritas. Dalam keadaan minoritas dan terpojok, para tokoh Syi’ah memerintahkan untuk meningkatkan taqiyah kepada pengikutnya agar menyatu dengan kalangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah, berangkat Jum’at di masjidnya dan tidak menampakkan permusuhan. Inilah kecanggihan dan kemujaraban konsep taqiyah, sehingga sangat sulit untuk melacak apalagi membendung gerakan mereka. Padahal, arti taqiyah menurut pemahaman para ulama Ahli Sunnah wal Jama’ah berdasar pada Al-Qur’an dan As-Sunnah, taqiyah tidaklah wajib hukumnya, melainkan mubah, itupun dalam kondisi ketika menghadapi kaum musrikin demi menjaga keselamatan jiwanya dari siksaan yang akan menimpanya, atau dipaksa untuk kafir dan taqiyah ini merupakan pilihan terakhir karena tidak ada jalan lain. Doktrin taqiyah dalam ajaran Syi’ah merupakan strategi yang sangat hebat untuk mengembangkan pahamnya, serta untuk menghadapi kalangan Ahli Sunnah, hingga sangat sukar untuk diketahui gerakan mereka dan kesesatannya. Kesesatan-kesesatan Syiah Di kalangan Syiah, terkenal klaim 12 Imam atau sering pula disebut “Ahlul Bait” Rasulullah Muhammad saw; penganutnya mendakwa hanya dirinya atau golongannya yang mencintai dan mengikuti Ahlul Bait. Klaim ini tentu saja ampuh dalam mengelabui kaum Ahli Sunnah, yang dalam ajaran agamanya, diperintahkan untuk mencintai dan menjungjung tinggi Ahlul Bait. Padahal para imam Ahlul Bait berlepas diri dari tuduhan dan anggapan mereka. Tokoh-tokoh Ahlul Bait (Alawiyyin) bahkan sangat gigih dalam memerangi faham Syi’ah, seperti mantan Mufti Kerajaan Johor Bahru, Sayyid Alwi bin Thahir Al-Haddad, dalam bukunya “Uqud AlAlmas.”

Adapun beberapa kesesatan Syiah yang telah nyata adalah: 1. Keyakinan bahwa Imam sesudah Rasulullah saw. Adalah Ali bin Abi Thalib, sesuai

dengan sabda Nabi saw. Karena itu para Khalifah dituduh merampok kepemimpinan dari tangan Ali bin Abi Thalib r.a. 2. Keyakinan bahwa Imam mereka maksum (terjaga dari salah dan dosa). 3. Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para Imam yang telah wafat akan hidup

kembali sebelum hari kiamat untuk membalas dendam kepada lawan-lawannya, yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah dll. 4. Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para Imam mengetahui rahasia ghaib, baik yang

lalu maupun yang akan datang. Ini berarti sama dengan menuhankan Ali dan Imam. 5. Keyakinan tentang ketuhanan Ali bin Abi Thalib yang dideklarasikan oleh para pengikut

Abdullah bin Saba’ dan akhirnya mereka dihukum bakar oleh Ali bin Abi Thalib sendiri karena keyakinan tersebut. 6. Keyakinan mengutamakan Ali bin Abi Thalib atas Abu Bakar dan Umar bin Khatab.

Padahal Ali sendiri mengambil tindakan hukum cambuk 80 kali terhadap orang yang meyakini kebohongan tersebut. 7. Keyakinan mencaci maki ara sahabat atau sebagian sahabat seperti Utsman bin Affan

(lihat Dirasat fil Ahwaa’ wal Firaq wal Bida’ wa Mauqifus Salaf minhaa, Dr. Nashir bin Abd. Karim Al Aql, hal.237). 8. Pada abad kedua Hijriah perkembangan keyakinan Syi’ah semakin menjadi-jadi sebagai

aliran yang mempunyai berbagai perangkat keyakinan baku dan terus berkembang sampai berdirinya dinasti Fathimiyyah di Mesir dan dinasti Sofawiyyah di Iran. Terakhir aliran tersebut terangkat kembali dengan revolusi Khomaeni dan dijadikan sebagai aliran resmi negara Iran sejak 1979. Saat ini figur-figur Syiah begitu terkenal dan banyak dikagumi oleh generasi muda Islam, karena pemikiran-pemikiran yang lebih banyak mengutamakan kajian logika dan filsafat. Namun, semua jamaah Sunnah wal Jamaah di seluruh dunia, sudah bersepakat adanya bahwa Syiah adalah salah satu gerakan sesat.

Rujukan: 1. Dr. Nashir bin Abd. Karim Al Aql, "Dirasat fil Ahwaa’ wal firaq wal Bida’ wa Mauqifus

Salaf minha." 2. Drs. KH. Dawam Anwar dkk. "Mengapa kita menolak Syi’ah." 3. Abdullah bin Said Al Junaid, "Perbandingan antara Sunnah dan Syi’ah. " 4. Dan lain-lain, kitab-kitab karangan orang Syi’ah. 5. Beberapa situs dan blog pribadi

Syiah, Dari Iran Sampai Indonesia

Kemenangan Ayatullah Khomeini dalam Revolusi Islam (revolusi sebenarnya yang terjadi adalah Revolusi Syiah) di Iran awal tahun 1979 yang menumbangkan kekuasaan monarkhi Shah Pahlevi membuka dua eskalasi baru bagi negara-negara Barat, utamanya AS. Dua eskalasi besar AS terhadap Iran adalah, Iran memiliki arti strategis bagi AS sebagai salah satu negara penyangga untuk membendung pengaruh Timur Tengah tentang ajaran Islam yang sesungguhnya, dan ini kemudian berjalan selama bertahun-tahun sampai sekarang. Mencuatnya Khomeini sebagai figur baru pada periode itu membuka kiblat peta yang baru pula. Seiring dengan pesona pemikiran dan filsafat yang dikembangkan Syiah, segera saja aliran ini mendapatkan begitu banyak ekspektasi dan simpati dari para kaum muda Muslim—dengan berpikir bahwa Iran adalah negara Arab yang disangkanya sebagai Negara Islam. Eskalasi kedua adalah, untuk menjamin keamanan sekutu utamanya di wilayah kaya minyak tersebut, Israel. Sebagai blessing in disguise (bemper) atas peran Iran sebagai negara penebar Syiah, maka perang media akan keberadaan Israel dan Iran terus berlangsung, namun selama puluhan tahun lamanya, tak pernah ada satupun konflik nyata yang dilakukan oleh keduanya. Perang Iraq-Iran dan Pengaruh Syiah di Timur Tengah Di wilayah Timur Tengah sendiri, satu-satunya negara yang menyadari keberadaan Iran sebagai negara Syiah adalah Iraq. Saddam Hussein—memerintah hampir bersamaan dengan Khomeini pada tahun 1979, jauh-jauh hari sudah melihat pengaruh besar Iran ke Iraq dan negara-negara Arab lainnya. Perseteruan Iraq terhadap Iran kontan memecah pula konstalasi politik di wilayah Timur Tengah. Jika ingin melihat kemana saja Syiah bergerak pada awal mulanya di Timur Tengah akan sangat mudah, karena Libya dan Suriah, dengan serta merta menjadi komrad Khomeini dan perang IraqIran pun berlangsung selama delapan tahun. Satu-satunya kesalahan Saddam adalah ia malah memilih berkongsi dengan Uni Soviet (sekarang Russia)—itupun dilakukan dengan terpaksa karena negara-negara Arab dengan satu alasan dan lainnya malah memilih abstain dengan mendirikan GCC (Gulf Coooperation Council) yang beranggotakan Arab Saudi, Bahrain, Kuwait, Qatar, Oman dan Uni Emirat Arab. Iraq sendiri bukannya tanpa dukungan, karena Mesir, Yaman dan Yordania berada di belakangnya. Dari Suriah dan Libya, Syiah terus menerabas menuju Lebanon. Seperti diketahui, di Lebanon Syiah asalnya menjadi golongan yang tak diakui. Baru ketika Hizbullah naik ke permukaan, maka Syiah menjadi sangat kuat. Hizbullah adalah kelompok yang dibentuk oleh Sayyid Muhammad Hussein Fadhlalah. Gerakan yang sekarang dipimpin oleh Sayyid Hasan Nashrallah ini memperoleh dukungan dana dan perenjataan dari Teheran, sehingga pada saat ini Hizbulllah menjelma menjadi milisi bersenjata terkuat di Lebanon. Kebangkitan Syiah di Irak Jumlah kaum Syi’ah di Iraq sebenarnya sangat besar—mencapai sekitar 60 persen dari jumlah total 24 juta penduduknya. Sisanya adalah penganut Sunni yang menguasai politik Iraq. Sejak masa Saddam berkuasa, acara-acara yang berhubungan dengan kaum Syi’ah dilarang. Seperti diketahui, pada waktu Saddam berkuasa, kaum Syi'ah sama sekali tidak diberi ruang dikarenakan penyimpangan aqidah. Ketika Saddam jatuh, maka kaum Syi'ah seolah-olah membalas dendam

kepada kaum Sunni. Mereka sengaja membuat isyu yang meminggirkan kaum Sunni lebih dekat kepada Al Qaidah sebagai pelindung setelah kejatuhan Saddam. Setelah masa kependudukan Arab, bahkan Iran mempunyai pengaruh lebih buruk lagi terhadap Iraq. Keberadaan kaum syi'ah yang ada di Iraq menjadi salah satu penyebabnya. Kaum Syi’ah Iraq dipercayai lebih loyal terhadap Iran daripada Iraq sendiri. Pada akhirnya sentimen golongan tidak bisa dipisahkan pada permasalahan Iraq sebenarnya. Namun walau pun sekarang Saddam sudah tidak ada, tetap saja rakyat Iraq menolak Syiah dengan tegas. Syiah di Timur Tengah Secara umum, perkembangan Syiah di Timur Tengah telah merambah ke segala arah. Walau pun beberapa negara masih sangat ketat, seperti Arab Saudi dan Mesir, namun gerakan-gerakan ini sudah menimbulkan riak-riak dengan para pemuda sebagai pembawanya. Tiadanya figur sentral dalam dunia Islam jelas dimanfaatkan oleh Iran untuk naik ke permukaan—misalnya saja dengan tokoh-tokoh Iran yang seolah-olah secara terang-terangan mengecam dan membuka konfrontasi dengan AS dan Israel. Berbagai gerakan Islam sepakat tidak mengakui Syiah sebagai salah satu perjuangan Islam. Misalnya saja, Ikhwan (Mesir) melalui pemimpinnya Mahdi Akif sudah dengan tegas menyatakan bahwa Ikhwan tidak pernah menjadi rekan mereka dalam menegakkan Islam. Perwakilan Hamas (Palestina) yang datang ke Indonesia menyatakan bahwa tidak satupun anggota dan kader Hamas yang berpaham Syiah. Syiah di Indonesia Bagaimana dengan di Indonesia? 1 September 1997, diselenggarakan sebuah seminar nasional di Jakarta, yang dihadiri pejabat pemerintah, ABRI, MUI, pimpinan ormas Islam, dan masyarakat umum. Melalui seminar itu, keluarlah sebuah keputusan penting menyangkut Syiah, antara lain; Syi’ah malakukan penyimpangan dan perusakan Akidah Ahlussunnah Wal Jamaah. Seminar itu mengusulkan agar pemerintah RI lewat Kejaksaan Agung melarang Syiah, termasuk penyebaran buku-buku Syiah di Indonesia. Namun dalam perkembangannya, justru kecenderungan untuk mempelajari Syi’ah makin meningkat. Buku-buku tentang Syiah pun dengan gampang bisa diperoleh di toko-toko buku. Bahkan lembaga atau komunitas Syiah juga berkembang pesat tanpa lagi takut dengan pelbagai gunjingan miring tentangnya. Disunting dari : eramuslim.com

Related Documents

Gerakan Syiah
June 2020 34
Risalah Syiah
October 2019 45
Aliran Syiah
June 2020 31
Mungkinkah Syiah
October 2019 43
Penyelewengan Syiah
June 2020 33

More Documents from ""