BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penyebab dari gastritis menurut Herlan tahun 2001 yaitu asupan alkohol berlebihan
(20%), merokok (5%), makanan berbumbu (15%), obat-obatan (18%) dan terapi radiasi (2%), sedangkan menurut Hasna dan Hurih tahun 2009 gastritis bisa juga disebabkan karena, infeksi bakteri, stress, penyakit autoimun, dan radiasi. Salah satu penyebab dari gastritis adalah infeksi dari bakteri Helicobacter pylori(H. pylori) dan merupakan satu-satunya bakteri yang hidup di lambung. Bakteri ini dapat menginfeksi lambung sejak anak-anak dan menyebabkan penyakit lambung kronis. Bahkan diperkirakan lebih dari 50% penduduk dunia terinfeksi bakteri ini sejak kecil. Jika dibiarkan, akan menimbulkan masalah sepanjang hidup (Soemoharjo, 2007). Menurut Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI) dan Kelompok Studi Helicobacter Pylori Indonesia (KSHPI) tahun 2001, menyatakan diperkirakan 20 % dari penduduk Negara Indonesia telah terinfeksi oleh H. Pylori (Daldiyono, 2004). Penemuan infeksi Helicobacter pylori ini mungkin berdampak pada tingginya kejadian gastritis, pada beberapa daerah di Indonesia menunjukkan angka kejadian gastritis yang cukup tinggi. Gejala yang umum terjadi pada penderita gastritis adalah rasa tidak nyaman pada perut, perut kembung, sakit kepala dan mual yang dapat menggangu aktivitas sehari-hari, rasa tak nyaman di epigastrium, nausea, muntah, Perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk ketika makan, hilang selera makan, bersendawa, dan kembung. Dapat pula disertai demam, menggigil (kedinginan), cegukan (hiccups)Bila penyakit gastritis ini terus dibiarkan, akan berakibat semakin parah dan akhirnya asam lambung akan membuat luka-luka (ulkus) yang dikenal dengan tukak lambung. Bahkan bisa juga disertai muntah darah (Arifianto, 2009). Menurut penelitian Surya dan Marshall pada tahun 2007 hingga 2008 mengatakan gastritis yang tidak ditangani dengan tepat akan menimbulkan komplikasi yang mengarah kepada keparahan yaitu kanker lambung dan peptic ulcer.
1.2 Rumusan masalah 1. Apa yang dimaksud dengan gastritis ? 2. Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan gastritis ? 3. Apa aspek legal etis dan peka budaya yang berhubungan dengan kasus gastritis ? 1.3 Tujuan 1
1. Mengetahui gastritis 2. Mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan gastritis 3. Mengetahui aspek legal etis dan peka budaya yang berhubungan dengan kasus gastritis
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2
2.1 Gastritis 2.1.1 Gastritis Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga Hal 492). Gastritis adalah segala radang mukosa lambung (Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisihal749)Gastritis merupakan keadaan peradangan atau pendarahan pada mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difusi atau local (Patofisiologi Sylvia A Price hal 422). Gastritis merupakan inflamasi pada dinding gaster terutama pada lapisan mukosa gaster (Sujono Hadi, 1999, hal : 492). Gastritis merupakan peradangan lokal atau penyebaran pada mukosa lambung dan berkembang di penuhi bakteri (Charlene. J, 2001, hal : 138) Gastritis (penyakit maag) adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya asam lambung yang berlebih atau meningkatnya asam lambung sehingga mengakibatkan imflamasi atau peradangan dari mukosa lambung seperti teriris atau nyeri pada ulu hati. Gejala yang terjadi yaitu perut terasa perih dan mulas. Ada dua jenis penyakit gastritis yaitu: 1. Gastritis AkutGastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut. Gatritis Akut paling sering diakibatkan oleh kesalahan diit, mis. makan terlalu banyak, terlalu cepat, makan makanan yang terlalu banyak bumbu atau makanan yang terinfeksi. Penyebab lain termasuk alcohol,aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi. 2. Gastritis KronisGastritis kronik adalah Suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang menahun yang disebabkan oleh ulkus lambung jinak maupun ganas atau bakteri Helicobacter pylori. Bakteri ini berkoloni pada tempat dengan asam lambung yang pekat.
2.1.2 Etiologi Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai berikut : 1. Gastritis Akut Banyak faktor yang menyebabkan gastritis akut seperti:
Obat-obatan seperti obat anti inflamasi nonsteroid, silfonamide merupakan obat yang bersifat mengiritasi mukosa lambung.
Minuman beralkohol
Infeksi bakteri seperti H. pylori, H. heilmanii, streptococci
Infeksi virus oleh sitomegalovirus 3
Infeksi jamur seperti candidiasis, histoplosmosis, phycomycosis
Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, trauma, pembedahan
Makanan dan minuman yang bersifat iritan. Makanan berbumbu dan minuman dengan kandungan kafein dan alkohol merupakan salah satu penyebab iritasi mukosa lambung.
2. Gastritis Kronik Penyebab pastidari gastritis kronik belum diketahui, tapi ada dua predisposisi penting yang bisa meningkatkan kejadian gastritis kronik, yaitu infeksi dan non-infeksi (Wehbi, 2008)
Gastritis infeksi Beberapa agen infeksi bisa masuk ke mukosa lambung dan memberikan manifestasi
peradangan kronik. Beberapa agen yang diidentifikasi meliputi hal-hal berikut : a. H. Pylori. Beberapa peneliti menyebutkan bakteri itu merupakan penyebab utama dari gastritis kronik (Anderson, 2007). b. Helicobacter heilmanii, Mycobacteriosis, dan Syphilis (Quentin, 2006) c. Infeksi parasit (Wehbi, 2008). d. Infeksi virus (Wehbi, 2008).
Gastritis non-infeksi
a. Gastropai akbiat kimia, dihubungkan dengan kondisi refluks garam empedu kronis dan kontak dengan OAINS atau aspirin (Mukherjee, 2009). b. Gastropati uremik, terjadi pada gagal ginjal kronik yang menyebabkan ureum terlalu banyak beredar pada mukosa lambung (Wehbi, 2008). 2.1.3 Manifestasi Klinik 1. Gastritis Akut yaitu Anorexia, mual, muntah, nyeri epigastrium, perdarahan saluran cerna pada hematemesis melena, tanda lebih lanjut yaitu anemia 2. Gastritis Kronik, Kebanyakan klien tidak mempunyai keluhan, hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati anorexia, nausea, dan keluhan anemia dan pemeriksaan fisik tidak di jumpai kelainan
2.1.4 Komplikasi 1. Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut:
4
Perdarahan saluran cerna bagian atas, yang merupakan kedaruratan medis, terkadang perdarahan yang terjadi cukup banyak sehingga dapat menyebabkan kematian.
Ulkus, jika prosesnya hebat
Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah hebat.
2. Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan vitamin B 12, akibat kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah antrum pylorus.
2.1.5 Penatalaksanaan
1.
Berikan diet tinggi kalori sesuai toleransi
2.
Berikan terapi antasida dan antibiotik
3.
Berikan agen penyekat kalsium,procardia,isordil
4.
Berikan analgesik jenis cair topikal
2.2 Asuhan Keperawatan Gastritis
A. Pengkaijian 1. Identitas Identitas pasien Nama
: Tn A
Umur
: 56 tahun
Jenis kelamin
: laki-laki
Pekerjaan
: Pedagang
Pendidikan
: SD
Status
: Kawin
Identitas penanggung jawab Nama
: ny. N
Umur
: 27 tahun
Jenis kelami
: Perempuan
Pekerjaan
: Pedagang
Pendidikan
: SMA 5
Status
: Kawin
Hubungan dengan pasien
: anak
2. Diagnosa Medis
: Gastritis
3. Riwayat kesehatan a.
Keluhan utama Saat masuk Rumah sakit : Klien datang Ke IGD RSUD Palabuhanratu jam 19.00 tanggal 19 september 2018 dengan keluhan nyeri pada ulu hati 4 hari yang lalu disertai mual muntah
b. Saat pengkajian (PQRST) : Pada tanggal 21 september 2018 dilakukan pengkajian, klien mengeluh nyeri pada ulu hati, dengan skala nyeri 5 disertai mual muntah c.
Keluhan penyerta : Klien mengatakan tidak nafsu makan.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu 1) Pernah di rawat di Rumah sakit : Klien mengatakan belum pernah dirawat di rumah sakit 2) Obat-obatan yang pernah digunakan : Obat-obatan yang sering digunakan ketika di rumah biasanya menggunakan jahe 3) Tindakan (operasi) : Klien mengatakan belum pernah melakukan operasi. 4) Alergi : Klien mengatakan tidak memiliki alergi makanan maupun alergi obat-obatan. 5) Kecelakaan : Klien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan 6) Imunisasi : Keluarga mengatakan klien di imunisasi pada saat masih kecil. 4. Pola Fungsi Kesehatan a.
Pola Menejemen Kesehatan-Persepsi Kesehatan 1) Tingkat pengetahuan kesehatan/penyakit Pasien mengatakan pasien tidak mengetahui tentang penyakit yang dideritanya. 2) Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan Untuk meredakan mual muntah pasien biasanya hanya meminum jahe. 3) Factor factor resiko sehubungan dengan kesehatan Anak pasien mengatakan pasien sering tidak mau makan.
b. Pola Istirahat Tidur Sebelum Sakit : Anak pasien mengatakan sebelum sakit kebutuhan tidur pasien tidak terganggu. Tidur ±7-8 jam. Mulai pukul 21.00-05.00, tidur dengan nyenyak, tidak gelisah, dan tidak sering terjaga pada malam hari. Selama Sakit :Anak pasien mengatakan selama sakit kebutuhan tidur pasien terganggu. Tidurnya tidak teratur, mulai pukul 19.00, kadang hanya 1-2 jam kemudian terbangun, lalu 6
tidur lagi. Pasien sering merasa gelisah, tidurnya tidak nyenyak, dan sering terjaga pada malam hari karena nyeri pada perutnya dan pasien merasa nyei pada luka di bokongnya. c.
Pola Nutrisi Metabolik Sebelum Sakit :Anak pasien mengatakan, sebelum sakit makan dan minum pasien tidak mengalami masalah. Makan 3x/hari dengan nasi, sayur, dan lauk dan habis 1 porsi. Tidak mual dan tidak muntah. Minum ± 6-8 gelas/hari. Selama Sakit :Anak pasien mengatakan, selama sakit nafsu makan pasien menurun. Makan 3x/hari namun sedikit sedikit dan tidak habis. Kadang pasien mengeluh mual dan ingin muntah. Minum hanya sedikit, 3-4 gelas/hari.
d. Pola Eliminasi Sebelum Sakit :Anak pasien mengatakan, sebelum sakit BAB pasien teratur, 1x/hari, tidak keras dan tidak cair. BAK sering, 5-6x/hari dan tidak nyeri saat BAK. Selama Sakit :Anak pasien mengatakan, selama sakit BAB pasien tidak teratur, kadang 3 hari baru BAB. BAK hanya sedikit. Pasien terpasang kateter, urin hanya sekitar 300 cc/hari. e.
Pola Kognitif Perseptual Sebelum sakit :Anak pasien mengatakan pasien dapat berkomunikasi dengan baik dengan orang lain, dan mengerti apa yang dibicarakan ,berespon dan berorientasi dengan baik dengan orang-orang sekitar”. Selama sakit : Anak pasien mengatakan selama sakit pasien masih dapat berkomunikasi dan berespon dengan baik. Akan tetapi selama sakit pasien jarang berbicara, berbicara hanya seperlunya saja.
f.
Pola Konsep Diri Gambaran diri : Anak pasien mengatakan pasien tidak pernah mengeluh dengan kondisi tubuhnya. Identitas diri : Anak pasien mengatakan pasien masih dapat mengenali dirinya sendiri. Peran diri : Anak pasien mengatakan pasien berperan sebagai ibu rumah tangga dan bekerja sebagai pedagang. Ideal diri : Anak pasien mengatakan pasien selalu mengatakan ingin hidup dengan baik, sehat, dan ingin melihat anaknya bahagia. Dan saat ini ibu berharap ingin cepat sembuh. Harga diri : Anak pasien mengatakan di rumah pasien sangat dihargai oleh anak, menantu, dan keluarga.
g. Toleransi Stres Koping
7
Sebelum sakit : Anak pasien mengatakan jika mengalami masalah pasien selalu bercerita dengan anak anaknya atau keluarganya dan menyelesaikan masalah secara bersama sama. Selama sakit : Anak pasien mengatakan selama sakit jika mengalami masalah masih selalu bercerita pada anaknya. Dan jika merasa tidak nyaman atau sakit pasien selalu mengatakan pada anaknya. h. Pola reproduksi-seksualitas Pasien berjenis kelamin perempuan. Suami pasien sudah meninggal. Pasien memiliki 2 anak perempuan. i.
Pola Hubungan peran Sebelum sakit : Anak pasien mengatakan hubungan pasien dengan anak anaknya maupun keluarga lainnya sangat baik dan tidak ada masalah. Pasien berperan sebagai ibu rumah tangga dan bekerja sebagai pedagang. Selama sakit : Anak pasien mengatakan hubungan pasien dengan anak dan keluarganya tetap baik dan tidak ada masalah. Selama sakit pasien dirawat di rumah sakit sehingga tidak bisa bekerja seperti biasanya.
j.
Pola Nilai dan Keyakinan Sebelum sakit : Anak pasien mengatakan sebelum sakit pasien selalu sholat 5 waktu. Pasien dan keluarga sangat percaya dengan khasiat obat herbal diandingkan terapi farmakologi. Selama sakit : Anak pasien mengatakan selama sakit pasien belum pernah sholat karena kondisi sakitnya. Pasien dan keluarga tetap berpegang teguh dengan obat herbal dan menolak pemberian terapi farmakologi.
5. Pemeriksaan Fisik a.
Sistem pernafasan Tidak nampak retraksi dada, bentuk dada simetris, tak nampak penggunaan otot bantu nafas, tidak ada massa, pola nafas normal. fokal fremitus normal, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa. suara paru sonor. suara paru vesikuler, tidak terdengar wheezing dan ronkhi
b. Sistem kardiovaskular Tidak nampak retraksi dada, bentuk dada simetris, tak nampak penggunaan otot bantu nafas, tidak ada massa, ictus cordis tampak pada itercosta ke 5, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa, pulse teraba kuat, batas-batas jantung normal, suara redup, suara paru reguler, tidak terdengar gallop. c.
Sistem pencernaan . 8
abdomen flat, simetris, auskultasi gaster normal, peristaltik usus 10x/ menit. Suara lambung tympani, batas hepar normal, ada nyeri tekan di abdomen bagian kiri, tidak terasa pembesaran hepar, tak teraba adanya massa. Mukosa Bibir tampak kering. Lidah tampak putik dan kotor. d. Sistem perkemihan Karakteristik urine/BAK jernih, frekuensi 2-3 sehari,tidak ada nyeri pinggang, tidak terpasang alat bantu BAK, tidak ada darah, bau khas, tidak ada benjolan. e.
Sistem endokrin Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfatik
f.
Sistem genetalia Klien tidak terpasang DC
g. Sistem musculoskeletal Pergerakan sendi normal, kekuatan otot penuh, tidak ada edema, turgor kulit baik, tidak ada deformitas, tidak ada nyeri gerak, nyeri tekan, tidak ada pembengkakan pada sendi,tidak menggunakan alat bantu, tidak ada fraktur, kemampuan ADL mandi, berpakaian, eliminasi, mobilisasi di tempat tidur, pindah, ambulasi normal. h. Sistem integumen Turgor kulit baik, tidak ada sianosis/anemis, warna kulit sawo matang, tidak ada luka, tak ada edema, tidak ada memar, benjolan,lesi. i.
Sistem persarafan Tidak ada tremor, reflex cahaya pupil bagus, pupil isokor 3 mm, gerak bola mata bebas ke segala arah, GCS 15, Kesadaran compos mentis, orientasi waktu, tempat, orang normal. Brudzinki negatif, kaku kuduk negatif.
6. Pemeriksaan Penunjang a.
Laboratorium darah, urine
b. Pemeriksaan Rontgen Tanggal
Jenis Pemeriksaan HB Leukosit Hematokrit Trombosit
Hasil Pemeriksaan
Nilai Normal
14,1 9800 42 302.000
12-16 gram/ dl 4500-10000 sel/mm 40-48% 150.000-400.000 sel/mm
9
Eritrosit
4,42
4,6-6,2juta sel/mm
B. ANALISA DATA KEPERAWATAN Waktu
Symptom/Signs
Etiologi
Problem
DS :
Peradangan pada Nyeri akut
Hari/Tanggal Pasien mengatakan “nyeri di mukosa lambung ulu hati” DO : Keadaan Umum
: Lemah,
gelisah, wajah terlihat menahan nyeri. P : nyeri timbul saat makan Q: nyeri seperti tertusuk R: nyeri di ulu hati S: 5 T: hilang timbul. Nyeri tekan pada daerah ulu hati
DS : pasien mengatakan “lebih baik Kurang
Kurang
obat herbal”
terpaparnya
pengetahuan
DO :
informasi
pasien
menolak
terapi farmakologi
farmakologi
Pasien tidak paham dampak
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN Nama Pasien : Tn. A
Ruang/Unit
:
No. Register
D. Medis
: Gastritis
No Dx
: 144766
Prioritas Diagnosa Keperawatan 10
1.
Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada mukosa lambung
2.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya
informasi farmakologi
D. INTERVENSI KEPERAWATAN Tgl/Waktu No. Tujuan Keperawatan
Rencana Tindakan
TTD/ Nama
Dx
( NOC )
( NIC )
1.
Setelah
dilakukan Pain Management :
tindakan selama
keperawatan …x
24
jam,
diharapkan
nyeri
berkurang
1.
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
2.
sampai
Kaji
nyeri
komprehensif
secara meliputi
dengan hilang dengan
lokasi,
karakteristik,
criteria hasil:
onset,
durasi,
Pain Control :
kualitas, intensitas nyeri )
Pasien
dapat
Ajarkan
tentang
teknik
nonfarmakologi
Pasien
untuk mengurangi nyeri
melaporkan
hilang
4.
dan
frekuensi,
mengontrol nyeri
nyeri berkurang atau
3.
(
(relaksasi)
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
Frekuensi nafas dbn (16-24x/menit)
Skala 0-1 dari 4
Pasien tidak gelisah
1 2.
Setelah
dilakukan Infection Control :
tindakan selama
keperawatan …x
24
jam,
diharapkan
pasien
mengetahui
informasi
tentang
terapi
1. Observasi sistem pencernaan pasien (bising usus, nyeri ulu hati, mual muntah) 2. Anjurkan
pasien
memilih terapi farmakologi sebagai pengobatannya
11
untuk
Tgl/Waktu No. Tujuan Keperawatan Dx
( NOC ) farmakologi
dengan
Rencana Tindakan
TTD/
( NIC )
Nama
3. Jelaskan
kepada
pasien
hasil:
tentang terapi farmakologi dan
Risk Control :
manfaatnya
Pasien
mampu
menyebutkan
4. Kolaborasi
dengan
dokter
pemberian obat
manfaat dari terapi farmakologi
Pasien
mampu
mengambil keputusan
dengan
terapi farmakologi
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Tanggal
No. Dx 1
Implementasi 1.
2.
3.
4.
2
1.
Evaluasi
reaksi S : Pasien mengatakan masih nyeri pada ulu hati nonverbal dari O : - Pasien tampak meringis ketidaknyamanan - Skala nyeri 5 Mengkaji nyeri secara - Pasien mampu komprehensif meliputi melakukan relaksasi nafas dalam (lokasi, karakteristik, dan A : Masalah nyeri belum onset, durasi, frekuensi, teratasi P : Lanjutkan intervensi kualitas, intensitas nyeri) - Observasi nyeri Mengajarkan tentang - Anjurkan pasien makan sedikit tapi teknik nonfarmakologi sering (relaksasi) untuk - Anjurkan pasien relaksasi nafas dalam mengurangi nyeri - Kolaborasi Berkolaborasi dengan pemberian analgetik dokter dalam pemberian obat Mengobservasi sistem S : - Pasien mengatakan mengerti tentang pencernaan pasien (bising terapi farmakologi Mengobservasi
12
TTD / Nama
usus, nyeri ulu hati, mual muntah) 2. Menganjurkan untuk
memilih
farmakologi
pasien terapi sebagai
pengobatannya 3. Menjelaskan pasien
tentang
kepada terapi
farmakologi
-
Pasien tetap tidak ingin menerima terapi farmakologi O : Pasien menolak diberikan terapi farmakologi A : masalah kurangnya pengetahuan belum teratasi P : berikan pasien informed consent bahwa menolak pemberian terapi farmakologi
dan
manfaatnya 4. Berkolaborasi
dengan
dokter pemberian obat
2.3 Aspek Legal Etis dan Peka Budaya Pada kasus diatas pasien gastritis dengan suku Jawa memiliki kepercayaan bahwa tidak perlu meminum obat untuk menghilangkan mual muntah pada gastritis. Pasien dan keluarga meyakini bahwa meminum jahe saja cukup untuk menghilangkan mual dan muntah. Keluarga dan pasien menolak untuk menebus obat di apotek. Perawat sudah memberikan penjelasan bahwa gastritis memerlukan antibiotik untuk mencegah timbulnya penyakit lain. Pasien dan keluarga tetap menolak dengan alasan lebih mempercayai meminum jahe yang sudah biasa diminum oleh keluarga untuk menghilangkan mual dan muntah. Karena setelah dijelaskan tentang kegunaan obat dan efek yang mungkin terjadi apabila tidak meminum obat pasien dan keluarga tetap tidak ingin menebus obat, akhirnya perawat menghargai hak otonomi pasien dan keluarga yang hanya ingin meminum jahe untuk mengatasi gastritisnya. Menurut advidence level IIb, dari penelitian Finta Isti (Efektifitas Pemberian Serbuk Jahe (Zingiber Officinale) Terhadap Tingkatan Mual Muntah Pada Ibu Hamil), Chatur Dian (Perbandingan Efektivitas Pemberian Rebusan Jahe Dan Daun Mint Terhadap Mual Muntah Pada Ibu Hamil), dan Regina Satya (Kegunaan Jahe Untuk Mengatasi Gejala Mual Dalam Kehamilan) menyatakan bahwa jahe dapat mengurangi mual.
13
Hasil uji klinis yang dilakukan oleh sejumlah ilmuwan Eropa menemukan bahwa jahe sangat efektif untuk meredakan muntah yang parah, sehingga bisa dijadikan pertolongan pertama untuk mengatasi gastroenteritis. Studi yang dilakukan pada anak-anak dengan masalah gastroenteritis ini, mendapatkan hasil bahwa jahe dapat mengurangi keparahan dan frekuensi muntah. Hal ini berkat kandungan anti-inflamasi yang terdapat dalam jahe mampu memberikan efek antiemetik (anti-muntah). Zat-zat yang terkandung dalam jahe antara lain gingerol, shogaol, zingerone, zingiberol dan paradol. Rasa pedas yang terkandung pada jahe disebabkan oleh zat zingerone, sedangkan aroma khas yang ada pada jahe disebabkan oleh zat zingiberol. Dalam kaitannya sebagai anti lemak, mekanisme kerja zat-zat tersebut pada dasarnya masih belum jelas. Dikatakan jahe bekerja menghambat reseptor serotonin dan menimbulkan efek anti emetik pada sistem gastrointestinal dan sistem susunan saraf pusat. Pada percobaan binatang, gingerol meningkatkan transpor gastrointestinal. Gingerol dan komponen lainnya dari jahe diketahui mempunyai aktivitas sebagai anti-hidroksitriptamin melalui percobaan pada ileum babi. Galanolakton, merupakan unsur lain yang terkandung pada jahe, adalah suatu antagonis kompetitif pada ileus 5- HT reseptor, yang menimbulkan efek anti-emetik. Efek jahe pada susunan saraf pusat ditunjukkan pada percobaan binatang dengan gingerol, terdapat pengurangan frekuensi muntah. Dalam kaitannya sebagai anti inflamasi, ekstrak jahe telah memperlihatkan kemampuan untuk menghambat aktivasi TNF (tumour necrosing factor) dan ekspresi siklo-oksigenase 2 selama in vitro dari sinoviosit manusia. Zat yang menghambat siklo-oksigenase 2, yaitu gingerol, bekerja dengan cara menghalangi aktivasi p38 MAP kinase dan NF-kB. Jahe juga mempunyai kandungan minyak atsiri yang berfungsi sebagai anti radang, sehingga jahe dapat menghambat proses peradangan yang disebabkan oleh infeksi H.pylori. Oleh karena itu, frekuensi mual dan muntah yang disebabkan oleh infeksi H.pylori dapat dikurangi
BAB III
14
PENUTUP
3.1 Kesimpulan Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang padadaerah tersebut.Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter pylori. Tetapi factor –factor lain seperti trauma fisik dan pemakaian secara terus menerus beberapa obat penghilang sakit dapat juga menyebabkan gastritis. Walaupun banyak kondisi yang dapat menyebabkan gastritis, gejala dan tanda –tanda penyakit ini sama antara satu dengan yang lainnya.
3.2 Saran Dalam pengobatan gastritis dapat dilakukan pengobatan herbal. Namun pada kasus dengan gastritis parah diharapkan untuk konsul ke dokter dan mengikuti terapi farmakologi yang diberikan dokter untuk mencegah terjadinya penyakit baru setelah gastritis.
DAFTAR PUSTAKA 15
Agus P., & SriL., (2008). Endoskopi Gastrointestinal.Jakarta : salemba MedikaChandrasoma, & Parakrama. (2005). Ringkasan patologi Anatomi Edisi 2. Jakarta :EGC Kumala
S
(2011).
Gangguan
Gastrointestinal
Aplikasi
Asuhan
Keperawatan
MedikalBedah.Jakarta : Salemba Medika.Rudi H., (2012). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan. Yogyakarta : Gosyen Publising. Regina Satya. 2011. Kegunaan Jahe Untuk Mengatasi Gejala Mual Dalam Kehamilan. Chatur Dian. 2013. Perbandingan Efektivitas Pemberian Rebusan Jahe Dan Daun Mint Terhadap Mual Muntah Pada Ibu Hamil. Finta Isti. 2015. Efektifitas Pemberian Serbuk Jahe (Zingiber Officinale) Terhadap Tingkatan Mual Muntah Pada Ibu Hamil. Https://Lifestyle.Kompas.Com/Read/2012/03/15/14315596/Khasiat.Jahe.Atasi.Rasa.Mual Https://Www.Halodoc.Com/Manfaat-Jahe-Untuk-Mengobati-Gastroenteritis
16