Gardu Tiang Trafo di Jl. Bend. Sutami – Jl. Galunggung Tugas Untuk memenuhi mata kuliah Proteksi dan Isolasi Tenaga Elektrik yang dibimbing Sujito, S.T.,M.T.
Oleh:
Zaiki Khiriadi
(307531353351/ 2007)
Juli Musdianto
(307531353460/2007)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS TEKNIK D3 TEKNIK ELEKTRO September, 2009
Gardu Tiang Trafo(GTT) berlokasi dekat dengan konsumen, trafo dipasang pada tiang listrik dan menyatu dengan jaringan listrik. Untuk mengamankan trafo dan sistemnya, GTT dilengkapi dengan unit-unit pengaman yang ditempatkan pada Perangkat Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) khususnya sistem pada PLN Distribusi Jatim. Trafo daya step down berfungsi untuk menurunkan dari tegangan menengah 20kV ke tegangan rendah 380/200 V(referensi tegangan trafo 400/231 V). Untuk lokasi Gardu Distribusi khususnya tipe Gardu Trafo (GTT) berdekatan langsung dengan daerah pelayanan konsumen, selanjutnya GTT disalurkan ke konsumen melewati jurusan-jurusan, dan untuk setiap unit GTT disalurkan empat jurusan. Jaringan Tegangan Menengah (JTM) atau Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) 20kV. Karena tegangan masih tinggi belum dapat digunakan untuk mencatu beban secara langsung, kecuali pada beban yang didesain khusus. Ditribusi primer merupakan saluran yang akan mensuplay ke Gardu Tiang Trafo(GTT), unit peralatan yang termasuk sisi primer, sbb: •
Saluran sambungan (jamper) dari SUTM ke unit trafo (Primer Trafo)
•
Cut Out (CO)
•
Ligthning Arrester (LA)
•
Saluran masukan
1. Saluran Sambungan dari SUTM ke Unit Trafo Besar arus sambungan SUTM menuju ke saluran trafo distribusi sisi primer dihitung berdasarkan besar kapasitas daya trafo terpasang.
Gambar Saluran SUTM ke unit trafo pada GTT di Jl. Galunggung no. 37
2. Cut Out Cut Out berfungsi untuk opersai dan sebagai unit trafo, cara kerjanya sebagai berikut: o Membuka dan menutup saluran ke GTT, untuk mengoperasikan harus memakai tongkat khusus (stick) dan prinsip kerjanya seperti sakelar o CO sebagai pengamanan trafo atau GTT, karena unit CO dilengkapi dengan Fuse Link dan akan bekerja atau putus apabila dilewatioleh arus listrik yang lebih besar dari kapasitasnya o Proses putusnya Fuse Link, bias disebabkan karena: SUTM terkena surja petir dan merambat pada saluran masukan GTT. Pada saat ada gangguan hubung singkat pada saluran ke trafo atau pada unit trafonya.
o Saluran pengahantar dari SUTM ke CO memakai kabel jenis NYAF. Besar kapasitas CO tergantung dari besar Fuse Link, dan besar Fuse Link harus disesuaikan dengan daya trafo, dan berfungsi sebagai pengaman(seperti pada fuse atau sekering). Apabila terjadi gangguan pada unit trafo maka fuse link akan putus, dan bisa diganti. Besar fuse link dari PLN adalah 3, 6, 10 A., karena disuaikan dengan besar kapasitas Trafo Distribusi milik PLN.
Gambar Cut Out (CO) pada GTT di Jl. Galunggung (depan SD Percobaan)
3. Lightning Arrester Lightning Arrester (LA) digunakan untuk pengamanan SUTM terhadap gangguan tegangan lebih surja petir, system pemasangan LA, sbb: o LA dipasang antara SUTM dan CO Apabila SUTM terkena gangguan surja petir, maka arus gangguan akan diamankan LA dan selanjutnya disalurkan ketanah. o LA dipasang setelah CO
Apabila SUTM tersambar surja petir, maka arus gangguan akan diamankan CO lebih dan arus sisa gangguan akan diamankan lebih lanjut oleh LA.
Gambar Ligthning Arrester (LA) pada GTT di Jl. Galunggung (depan SD Percobaan)
4. PHB-TR Perlengkapan Hubung Bagi jaringan distribusi tegangan rendah, PUIL mensyratkan sebagai berikut: o Pada jaringan distribusi tegangan rendah, PHB-TR berfungsi sebagai titik pencabangan jaringan dan sambungan pelayanan. o Instalasi PHB-TR pasangan luar dan pasangan dalam harus memenuhi persyaratan keamanan dan keselamatan lingkungan, persyaratan teknis elektris dan mekanis, serta harus dilindungi dari kemungkinan kerusakan mekanis. o Pada setiap unit PHB-TR harus mempunyai peralatan minimal; Satu sakelar masuk sirkit masuk
Satu proteksi arus pada sirkit keluar atau kombinasi proteksi dan sakelar (MCB atau MCCB). o Arus minimal sakelar masuk minimal sama besar dengan arus nominal penghantar masuk atau arus maksimal beban penuh. o Besar arus yang mengalir pada rel harus diperhitungkan sesuai kemampuan rel, temperature ruang dan kerja tidak boleh melebihi 65 oC. o Pemasangan rel telanjang harus sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan jarak 5 cm + 2/3 kV dari system tegangan nominal. PHB-TR adalah suatu perlengkapan listrik yang berfungsi sebagai pengendali, penghubung dan melindungi, serta membagi tenaga dari sumber tenaga listrik ke suatu beban atau pemakai. Untuk instrument ukur indicator dan terminasi, PHB-TR diisyaratkan sebagai berikut: •
Harus dipasang paling sedikit instrument indikator dengan warna yang sesuai.
•
Panel PHB-TR utama pada gardu distribusi (GTT) harus dipasang instrument ukur minimal Volt meter dan Ampere meter.
•
Instrument indicator harus disambung pada sirkit masuk sebelum saklar masuk.
•
Sambungan sirikit pada PHB harus memakai sepatu kabel yang sesuai dengan jenis metalnya dan ukuran penghantar serta harus dijepit/dipress pada penghantar, KHA terminal sepatu kanel harus minimum sama dengan kemampuan sakelar dari sirikit yang bersangkutan rangkaian.
•
Pemegang kabel harus dapat memikul gaya berat, gaya tekan dan gaya tarik, sehingga gaya tersebut tidak akan langsung dipikul oleh gawai listrik lain.
Gambar PHB-TR pada GTT di Jl. Bend. Sutami no. 15