Fungsi hadist terhadap Al-Qura’n di tinjau dari segi fungsinya hadist mempunyai hubungan yang sangat kuat dan erat sekali dengan Al-Qura’n dan fungsi hadist terhadap Al-Qura’n adalah sebagai berikut: 1. sebagai pengukuh (ta’kid) terhadap ayat-ayat Al-Qura’n hadist dikaitkan sebagai pengukuh ayat-ayat Al-Qura’n apabila makna yang terkandung di dalam nya cocok dengan makna yang terkandung di dalam ayat-ayat Al-Qura’n .nabi bersabda: “sesungguhnya Allah SWT memanjangkan kesempatan kepada orang-orang zalim, apabila allah menghukumnya maka allah tidak akan melepaskannya” hadist tersebut cocok dengan firman Allah SWT : “dan begitulan azab tuhanmu, apabila dia mengazab penduduk negeri yang berbuat zalim,” (QS. Huud: 102 ) hadist yang berfungsi sebagai pengukuh (penta’kid) ayat-ayat Al-Qura’n jumlahnya banyak sekali , seperti hadist-hadist yang menunjukkan atas wajibnya shalat, zakat, haji, amal, berbuat baik, member maaf dan sebagainya. 2. sebagai penjelasan terhadap maksud ayat-ayat Al-Qura’n hadist dalam fungsi ini terbagi menjadi beberapa bagian yaitu : a. menjelaskan ayat-ayat mujmal hadist dalam fungsi ini di antaranya ialah hadist yang menjelaskan segala sesuatu yang berhubungan dengan ibadah dan hukum-hukumnya, dari segala praktiknya,syarat, waktu, dan tatacaranya saperti masalah sholat dimana di dalam Al-Qura’n tidak disebutkan secara rinci tentang bilngan rokaat,waktu, rukun, syarat, dan sebagainya . tetapi semua itu di jelaskan oleh hadist dan sunnah. b. membatasi lafadz yang masih muthlaq dari ayat-ayat Al-Qura’n hadist yang membatasi ke mutlakan lafadz dari ayat-ayat Al-Qura’n ini ialah seperti hadist-hadist yang menjelaskan tentang lafad al-yad ( tangan ) yang terdapat pada ayat Al-Qura’n : “laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri potonglah kedua tangannya ,” ( QS . al-Maidah: 38 ) bahwa yang dimaksud memotong tangan dalam ayat tersebut adalah tangan kanan dan pemotongan nya sampai pergelangan tangan , tidak sampai siku. c. mengkhususkan ayat-ayat Al-Qura’n yang bersifat umum hadist dalam kategori ini ialah seperti hadist yang mengkhususkan makna zalim dalam firman Allah SWT: “orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukan mereka dengan kezaliman, ( QS. al-An’am: 82). bahwa yang dimaksuk zalim pada ayat tersebut adalah menyeutukan tuhan. peristiwanya ialah sewaktu ayat tersebut turun, sebagian sahabat mengira bahwa yang dimaksud zalim dalam arti umum , sehingga dia berucap, “ siapakah diantara
kita yang tidak zalim? kemudian , nabi saw menjawab, bukan itu yang dimaksud. tetapi yang di maksud zalim pada ayat itu adalah menyekutukan tuhan ( syirik ) d. menjelaskan makna lafadz yang masih kabur diantaranya ialah seperti hadist yang menjelaskan makna dua lafadz “al-Khaithu” dalam firman Allah SWT : “dan makan minimlah kamu hingga jelas bagimu benang putih dari benang hitam .yaitu fajar,” (QS. al-Baqoroh: 1870).. peristiwanya ialah sebagian sahabat ada yang mengira bahwa yang dimaksud benang pada ayat itu adalah tali yang berwarna hitam dan putih. kemudian, nabi saw bersabda, bahwa yang dimaksud ialah terangnya siang dan gelapnya malam . 3. menetapkan hukum yang tidak disebutkan dalam Al-Qura’n contohnya hadist semacam ini banyak sekali seperti hadist-hadist yang menetapkan hukum haram mengawini (poligami ) seseorang perempuan beserta bibiknya, riba fadhal, dan makan daging khimar piaraan. 4. menghapus ketentuan hukum dalam Al-Qura’n sebagian ulama ada yangmembolehkan hadist menghapus ketentuan hukum dalam AlQura’n, di antaranya ialah hadist: “tidak boleh berwasiat ( memberikan harta peniggalan ) kepada ahli waris ,” hadist tersebut menghapus ketentuan hukum dalam Al-Qura’n tentang diperbolehkannya wasiat kepada ahli waris, baik kepada kedua orang tua, atau kerabat-kerabat waris lainnya , sebagaimana firman alah swt : “diwajibkan atas kamu , apabila seseorang diantara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu bapak dan karib kerabatnya secara ma’ruf (ini adalah ) kewajiban atas oarang-orang yang bertakwa, “ (QS. al-Baqoroh: 180 ).