Frozen shoulder 1. Pengertian Frozen shoulder adalah kondisi nyeri bahu yang membuat bahu susah digerakkan. Nyeri bahu ini mengakibatkan ruang di dalam sendi bahu mengecil secara bertahap. Frozen shoulder adalah kondisi yang dapat berkembang dalam beberapa fase. Pada tahap pertama, Anda mulai merasakan nyeri bahu dan tangan sulit bergerak. Tahap ini biasanya berlangsung sekitar 4 bulan. Istilah frozen shouder hanya digunakan untuk penyakit yang sudah diketahui dengan baik yang ditandai dengan nyeri dan kekakuan progresif bahu yang berlangsung 18 bulan. Proses peradangan dari tendonitis kronis tapi perubahan-perubahan peradangan kemudian menyebar melibatkan seluruh cuff dan capsul. Selama peradangan berkurang jaringan berkontraksi kapsul menempel pada kaput humeri dan guset sinovial intra artikuler dapat hilang dengan perlengketan. Frozen merupakan kelanjutan lesi rotator cuff, karena degenerasi yang progresif. Jika berkangsung lama otot rotator akan tertarik serta memperlengketan serta memperlihatkan tnada-tanda penipisan dan fibrotisasi. Keadaan lebih lanjut, proses degenerasi diikuti erosi tuberculum humeri yang akan menekan tendon bicep dan bursa subacromialis sehingga terjadi penebalan dinding bursa. Frozen shoulder dapat pula terjadi karena ada penimbunan kristal kalsium fosfat dan karbonat pada rotator cuff. Garam ini tertimbun dalam tendon, ligamen, kapsul serta dinding pembuluh darah. Penimbunan pertama kali ditemukan pada tendon lalu kepermukaan dan menyebar keruang bawah bursa subdeltoid sehingga terjadi rardang bursa, terjadi berulang-ulang karena tekiri terus-menerus menyebabkan penebalan dinding bursa, pengentalan cairan bursa, perlengketandinding dasar dengan bursa sehingga timbul pericapsulitis adhesive akhirnya terjadi frozen shoulder. 2. Klasifikasi Frozen shoulder dibagi 2 Klasifikasi, yaitu : a. Primer/ idiopatik frozen shoulder Yaitu frozen yang tidak diketahui penyebabnya. Frozen shoulder lebih banyak terjadi pada wanita dari pada pria dan biasanya terjadi usia lebih dari 41 tahun. Biasanya terjadi pada lengan yang tidak digunakan dan lebih memungkinkan terjadi pada orang-orang yang melakukan pekerjaan dengan gerakan bahu yang lama dan berulang. b. Sekunder frozen shoulder Yaitu frozen yang diikuti trauma yang berarati pada bahu misal fraktur, dislokasi, luka baker yang berat, meskipun cedera ini mungkin sudah terjadi beberapa tahun sebelumnya. 3. Etiologi Etiologi dari frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva masih belum diketahui dengan pasti. Adapun faktor predisposisinya antara lain periode immobilisasi yang lama, akibat trauma, over use, injuries atau operasi pada sendi, hyperthyroidisme, penyakit cardiovascular,clinical depression dan Parkinson.
Adapun beberapa teori yang dikemukakan AAOS tahun 2007 mengenai frozen shoulder, teori tersebut adalah : a. Teori hormonal. Pada umumnya frozen shoulder terjadi 60% pada wanita bersamaan dengan datangnya menopause. b. Teori genetik. Beberapa studi mempunyai komponen genetik dari frozen shoulder, contohnya ada beberapa kasus dimana kembar identik pasti menderita pada saat yang sama. c. Teori auto immuno. Diduga penyakit ini merupakan respon auto immuno terhadap hasil-hasil rusaknya jaringan lokal. d. Teori postur. Banyak studi yang belum diyakini bahwa berdiri lama dan berpostur tegap menyebabkan pemendekan pada salah satu ligamen bahu. 4. Manifestasi Klinis a. Nyeri Pasien berumur 40-60 tahun, dapat memiliki riwayat trauma, seringkali ringan, diikuti sakit pada bahu dan lengan nyeri secara berangsur-angsur bertambah berat dan pasien sering tidak dapat tidur pada sisi yang terkena. Setelah beberapa lama nyeri berkurang, tetapi sementara itu kekakuan semakin terjadi, berlanjut terus selama 6-12 bulan setelah nyeri menghilang. Secara berangsur-angsur pasien dapat bergerak kembali, tetapi tidak lagi normal. b. Keterbatasan Lingkup gerak sendi Capsulitis adhesive ditandai dengan adanya keterbatasan luas gerak sendi glenohumeral yang nyata, baik gerakan aktif maupun pasif. Ini adalah suatu gambaran klinis yang dapat menyertai tendinitis, infark myokard, diabetes melitus, fraktur immobilisasi berkepanjangan atau redikulitis cervicalis. Keadaan ini biasanya unilateral, terjadi pada usia antara 45–60 tahun dan lebih sering pada wanita. Nyeri dirasakan pada daerah otot deltoideus. Bila terjadi pada malam hari sering sampai mengganggu tidur. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya kesukaran penderita dalam mengangkat lengannya (abduksi), sehingga penderita akan melakukan dengan mengangkat bahunya (srugging). c. Penurunan Kekuatan otot dan Atropi otot Pada pemeriksaan fisik didsapat adanya kesukaran penderita dalam mengangkat lengannya (abduksi) karena penurunan kekuatan otot. Nyeri dirasakan pada daerah otot deltoideus, bila terjadi pada malam hari sering menggangu tidur. Pada pemeriksaan didapatkan adanya kesukaran penderita dalam mengangkat lengannya (abduksi), sehingga penderita akan melakukandengan mengangkat bahunya (srugging). Juga dapat dijumpai adanya atropi bahu (dalam berbagaoi tingkatan). Sedangkan pemeriksaan neurologik biasanya dalam batas normal. d. Gangguan aktifitas fungsional Dengan adanya beberapa tanda dan gejala klinis yang ditemukan pada penderita frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva seperti adanya nyeri, keterbatasan LGS,
penurunan kekuatan otot dan atropi maka secara langsung akan mempengaruhi (mengganggu) aktifitas fungsional yang dijalaninya. 5. Penatalaksanaan Fisioterapi a. Ultra Sound Gelombang ultra sound merupakan gelombang suara yang di peroleh dari getaran yang memiliki frekuensi 20.000 Hz. Frekuensi ultra sound merupakan jumlah oscilasi gelombang suara yang dicapai dalam waktu satu detik yang dinyatakan dengan megahertz (MHz). Umumnya frekuensi yang ddigunakan dalam terapi ultra sound adalah 1 dan 3 MHz (Prentice, 2002). Ultra Sound memiliki tiga efek antara lain: 1) efek mekanik 2) efek panas 3) efek biologis Karena terapi ultrasound meningkatkan sirkulasi darah dan oksigen ke daerah yang cedera , itu adalah metode rehabilitasi yang baik untuk frozen shoulder yang menggunakan gelombang suara untuk mengobati nyeri , peradangan dan spasme otot. b. Transcutaneus electrical nerve stimulation (TENS) Transcutaneus electrical nerve stimulation (TENS) merupakan suatu cara penggunaan energi listrik guna merangsang sistem saraf melalui permukaan kulit dan terbukti efektif untuk merangsang berbagai tipe nyeri. Pemberian TENS dapat menurunkan nyeri, baik dengan cara peningkatan vaskularisasi pada jaringan yang rusak tersebut , maupun melalui normalisasi saraf pada level spinal maupun supra spinal, sehingga dengan berkurangnya nyeri pada bahu didapatkan gerakan yang lebih ringan. Efek TENS terhadap pengurangan nyeri juga dapat mengurangi spasme dan meningkatkan sirkulasi, sehingga memutuskan lingkaran “viscous circle of reflex” yang pada akhirnya dapat meningkatkan LGS. c. Terapi manipulasi/mobilisasi Terapi manipulasi adalah suatu teknik manual terapi yang terdiri dari sebuah rangkaian gerakan pasif yang terampil untuk sendi atau jaringan lunak yang terkait (atau keduanya) yang diterapkan pada gerakan terapi berbagai kecepatan dan amplitudo yang kecil/ kecepatan tinggi (Edmond, 2006). Terapi manipulasi adalah suatu gerakan pasif yang digerakkan dengan tiba- tiba, amplitude kecil dan kecepatan yang tinggi, sehingga pasien tidak mampu menghentikan gerakan yang terjadi ( Mudatsir, 2007 ). Tujuan mobilisasi sendi adalah untuk mengembalikan fungsi sendi normal dan tanpa nyeri. Secara mekanis, tujuannya adalah untuk memperbaiki joint play movement dan dengan demikian memperbaiki roll-gliding yang terjadi selama gerakan aktif. Terapi manipulasi harus diakhiri apabila sendi telah mencapai LGS maksimal tanpa nyeri dan pasien dapat melakukan gerakan aktif dengan normal (Heru P Kuntono, 2007). Gerakan translasi (traksi dan gliding) dibagi menjadi tiga gradasi, yaitu : 1) Grade I traksi merupakan gerakan dengan amplitudo sangat kecil sehingga tidak sampai terasa adanya geseran permukaan sendi. Kekuatan gaya tarik yang diberikan sebatas cukup untuk menetralisir gaya kompresi yang bekerja pada sendi.Kombinasi antara tegangan otot, gaya kohevisitas kedua permukaan sendi dan tekiri atmosfer menghasilkan gaya kompresi pada sendi.
2) Grade II traksi dan gliding gerakan sampai terjadi slack taken upjaringan di sekitar persendian meregang. 3) Grade III traksi dan gerakan sampai diperoleh slack taken upkemudian diberi gaya lebih besar lagi sehingga jaringan di sekitar persendian teregang. d. Terapi Latihan Pada kasus ini metode latihan yang dipilih adalah latihan free active dan active ressisted. 1) Free Active Free Active Exercise adalah suatu bentuk latihan aktif yang dilakukan oleh kekuatan otot pasien itu sendiri tanpa menggunakan suatu bantuan dan tahanan yang berasal dari luar, kecuali gravitasi (Hidayat, 2008). 2) Active Ressisted Active Ressisted Exercise adalah suatu bentuk latihan aktif melawan tahanan dimana kekuatan tahanan di terapkan oleh terapis baik dinamis maupun statis kontraksi otot (Kisner, 2007). Beberapa variasi latihan peregangan yang dianjurkan sebagai berikut : 1) Gerakan Eksternal Rotation (peregangan /stretch pasif) Posisi berdiri di ambang pintu dan tekuk lengan yang sakit dengan posisi siku 90° untuk mencapai pintu tersebut. Kemudian lakukan gerakan menjauh dan memutar tubuh anda seperti yang ditunjukkan pada gambar no (1). Tahan gerakan ini selama ± 30 detik. Istirahat sejenak dan kemudian ulangi kembali. 2) Gerakan Forward Flexion Latihan ini dilakukan dengan posisi tubuh berbaring telentang dengan kaki lurus. Gunakan lengan yang sehat untuk mengangkat lengan yang sakit hingga di atas kepala sampai dirasakan peregangan ringan pada area bahu yang sakit. Tahan posisi ini selama ± 15 detik dan turunkan lengan perlahan-lahan hingga kembali ke posisi awal. Istirahatkan sejenak dan ulangi gerkan ini kembali. 3) Crossover Arm Stretch Tarik lengan yang sakit menuju dada tepat di bawah dagu sejauh mungkin tanpa menimbulkan rasa nyeri. Tahan selama ± 30 detik, istirahatkan sejenak dan ulangi kembali gerakan tersebut.