Usaha Herbal, Impian Global *) “Berani Maju Meraih Kesempurnaan” Ibu Ning Hermanto adalah seorang perempuan Indonesia yang sedang menjalankan bisnis berupa produk Herbal dengan nama perusahaan PT. Mahkotadewa Indonesia. Beliau terjun pada jenis produk herbal berawal dari sebuah pengalaman keluarga, yaitu ketika salah satu keluarganya mengalami penyakit kanker. Oleh karena biaya pengobatan yang relatif mahal, beliau kemudian mencari alternatif penyembuhan dengan menggunakan tanaman herbal. Beberapa tanaman herbal yang dapat menjadi obat antara lain daun dewa, daun cincau, daun sambiloto, daun salam, dan temulawak. Melihat banyaknya jenis tanaman di Indonesia yang dapat dijadikan obat, maka Ibu Ning Hermanto kemudian mulai menggeluti bisnis tanaman herbal. PT. Mahkotadewa Indonesia yang dipimpin Ibu Ning Hermanto diawali tanpa bekal pengetahuan dan pengalaman berbisnis. Namun karena kemampuan beliau yang baik dalam melihat peluang, beliau dengan beberapa rekannya mulai merintis bisnis tersebut. Alhasil, dengan segala usaha dan perjuangan beliau, produk-produk usaha herbalnya mendapat berbagai penghargaan dan pengakuan, seperti juara I produk unggulan DKI, juara I lomba GKM Indonesia, mendapat sertifikat HACCP pertama sebagai herbal, juara II GKM oleh Deperindag, juara I Temu Karya PENAS, dan penghargaan dari beberapa majalah, seperti majalah Nova. Pada tanggal 3 November 2002, Klinik Herbal Ning Hermanto diresmikan. Klinik ini merupakan tempat konsultasi kesehatan dengan solusi herbal dan membantu pasien mengatasi penyakit dengan menggunakan cara alami. Pemikiran untuk mendirikan klinik ini tentunya dikarenakan pemahaman dan pengetahuan yang baik dalam melihat peluang bisnis telah dimiliki oleh Ibu Ning Hermanto. Klinik ini merupakan salah satu aspek bisnis pasca pembelian produk, yaitu pelayanan konsumen. Produk herbal milik Ibu Ning Hermanto tidak hanya didistribusikan dan dipasarkan di dalam negeri, tetapi juga ke luar negeri, terutama di USA, Jerman, Belanda, Kanada, Australia, China, Jepang, Taiwan, Singapura, dan Malaysia.
Pemasaran produk herbal ke luar negeri ini ternyata merupakan sebuah peluang yang sangat luar biasa menurut Ibu Ning Hermanto. Potensi pasar herbal di luar negeri sangat besar karena jenis tanaman herbal yang relatif lebih sedikit dimiliki negara lain dan penggunaan tanaman herbal sebagai pengobatan telah banyak dilakukan di negara lain. Di Indonesia, pengobatan menggunakan tanaman herbal masih dianggap sebagai pengobatan alternatif, sehingga masih sulit untuk dikembangkan. Selain itu, di Indonesia tanaman herbal belum diresmikan sebagai obat dalam kedokteran. Secara grafik, peningkatan dan pengembangan bisnis produk herbal Ibu Ning Hermanto menunjukkan kemajuan yang sangat baik. Berawal dari tahun 1999 yang merupakan masa meracik dan mencari bahan, hingga kini produk beliau sudah sangat modern, seperti minyak mahkota dewa, produk dalam bentuk kapsul, produk instan, tea blunding, kosmetik, bumbu masak, dan ekstrak paket. Tentu saja hal ini dikarenakan tekad dan pemikiran bisnis yang dimiliki Ibu Ning Hermanto. Selain itu, demi kemajuan bisnisnya, beliau juga telah mempersiapkan bisnisnya untuk berkembang dalam jangka panjang. Bahkan demi terjaminnya produk, beliau juga melakukan analisa-analisa dan penelitian akan produk herbal, melalui kerja sama dengan lembaga pemerintahan, misalnya LIPI. Menurut Ibu Ning Hermanto, pencitraan merek produknya dapat dipertahankan melalui tujuh elemen penting, yaitu medis (rekomendasi pasien dan kepercayaan), produk MDI (HACCP, sertifikat MUI, dan paten), konsultasi (melalui klinik), dukungan (LIPI, rumah sakit, dan universitas), database (data pasien dan analisa), sosialisasi (website, radio, TV, dan buku), dan pasien (penyakit dan kepercayaan). Di samping kesuksesan akan bisnis herbalnya, Ibu Ning Hermanto juga tidak luput dari jatuh-bangun. Salah satu outlet produknya pernah rusak parah akibat gempa bumi, sehingga beliau harus mengeluarkan banyak biaya untuk pembenahan. Namun satu hal yang sangat beliau pegang dalam kaitannya dengan bisnis adalah bahwa jatuh-bangunnya usaha tidak akan luput dari seorang pebisnis. Namun yang perlu diingat adalah bahwa seorang pebisnis tidak pernah mengalami “rugi”, tetapi yang dialami adalah “belum beruntung”. Dengan
demikian, Ibu Ning Hermanto tidak pernah mengenal kata tidak untuk keberlanjutan bisnisnya.