Fix.docx

  • Uploaded by: nurma aulia margana
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Fix.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,056
  • Pages: 16
BAB II PEMBAHASAN A. Teknologi Terapan dalam Pelayanan Kebidanan Kesehatan Reproduksi dan KB 1. Pap Smear Menurut Soepadirman (2002), Manuaba (2005) dan Rasjidi (2008), prosedur pemeriksaan Pap Smear adalah: a) Persiapan alat-alat yang digunakan, meliputi speculum bivalve (cocor bebek), spatula Ayre, kaca objek yang telah diberi label atau tanda, dan alcohol 95%. b) Pasien berbaring dengan posisi litotomi c) Pasang speculum sehingga tampak jelas vagina bagian atas, forniks posterior, serviks uterus, dan kanalis servikalis. d) Periksa serviks apakah normal atau tidak e) Spatula dengan ujung pendek dimasukan ke dalam endoserviks, dimlai dari arah jam 12 dan diputar 3600 searah jarum jam. f) Sediaan yang telah didapat, dioleskan di atas kaca objek pada sisi yang telah diberi tanda dengan membentuk sudut 450 satu kali usapan g) Celupkan kaca objek ke dalam larutan alcohol 95% selama 10 menit. h) Kemudiaan sediaan dimasukkan ke dalam wadah transport dan dikirim ke ahli patologi anatomi.

2. IVA (Inspeksi Visual Asam asetat) IVA (Inspeksi Visual Asam asetat) adalah pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara melihat langsung (dengan mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3 sampai dengan 5%. Dengan cara ini kita dapat mendeteksi kanker rahim sedini mungkin.

a. Cara Kerja IVA 1) Memberitahukan prosedur yang akan dilakukan. Privasi dan kenyamanan sangat penting dalam pemeriksaan ini. 2) Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi 3) Vagina akan dilihat secara visual apakah ada kelainan dengan bantuan pencahayaan yang cukup. 4) Memasukkan spekulum ke vagina pasien secara tertutup, lalu dibuka untuk melihat leher rahim. 5) Bila terdapat banyak cairan di leher rahim, digunakan kapas steril basah untuk menyerapnya. 6) Dengan menggunakan pipet atau kapas, larutan asam asetat 35% diteteskan ke leher rahim. Dalam waktu kurang lebih satu menit, reaksinya pada leher rahim sudah dapat dilihat. 7) Warna leher rahim berubah menjadi keputih-putihan, kemungkinan positif terdapat kanker. Asam asetat berfungsi menimbulkan dehidrasi sel yang membuat penggumpalan protein, sehingga sel kanker yang berkepadatan protein tinggi berubah warna menjadi putih. 8) Bila tidak didapatkan gambaran epitel putih pada daerah transformasi bearti hasilnya negative.

3. Voluntary Counseling and Testing untuk Orang Berisiko HIV/AIDS

Voluntary counseling and testing pada dasarnya merupakan gab ungan dari konseling dan tes. Voluntary counseling and testing memiliki 3 tahapan dalam pelaksanaannya, yaitu tahap konseling pra testing, tahap tes HIV, tahap konseling pasca testing. 1) Konseling Pra Testing Konseling yang dilakukan sebelum seseorang melakukan tes HIV yang

bertujuan

untuk

membantu

klien

dalam

membuat

keputusan yang baik tentang apakah akan menjalani tes HIV at au tidak, dengan sebelumnya klien diberikan informasi yang baik, benar, jelas dan tepat tentang tes HIV dan HIV/AIDS.

Langkah-langkah dalam konseling pra testing antara lain adalah: a) Pertama Menerima klien dilakukan konselor dengan

menyambut

kedatangan klien, membukakan pintu jika pintu dalam keadaan tertutup, berjabat tangan, menyapa dengan menyebut kan nama jika sudah kenal, jika belum menanyakan nama. Menerima klien dengan hal tersebut agar klien merasa diteri ma dan diperhatian oleh konselor, sehingga

mempermudah

proses konseling selanjutnya. b) Kedua Membangun Rapport atau menjalin hubungan. Menjalin hub ungan bertujuan agar konselor dan klien saling mengenal dan menjalinkedekatan emosional untuk pemecahan masalah deng an menciptakan suasana yang santai, nyaman, aman, agar kli en merasa tidak takut, percaya dan bebas mengungkapkan pe rasaan dan pernyataan yang ingin disampaikan sehingga klien percaya

dan

terbuka

kepada

konselor.

Konselor menanyakan identitas klien serta konselor menjelas kan peraturan dalam proses konseling yang akan dilakukan. c) Ketiga Eksplorasi.Disebut juga dengan penggalian masalah yang bertujuan untuk mencari tahu permasalahan dan perasaan yan g dialami oleh klien. Pertanyaan konselor yang diberikan saat eksplorasi antara lain adalah alasan klien datang kesini, perasaan klien, situasi klien, menggali informasi berkaitan dengan faktor perilaku berisiko HIV, seperti perilaku seksual, tato/tindik, jarum suntik, transfusi darah.

d) Keempat Identifikasi dilakukan konselor untuk

membantu

klien

menentukan permasalahan yang dialami dan mengetahui penyebab permasalahan yang dialaminya. Dalam identifikasi ini konselormembiarkan klien untuk menceritakan permasalahan dan perasaan yang dialaminya.

Konselor

bertugas

mendengarkan dan mengarahkan klien. e) Kelima Memberikan

Informasi.

Sangat

diperlukan

dalam

voluntary counseling and testing terutama dalam konseling pr a testing, karena masih kurangnya informasi tentang voluntary counseling

and

testing

dan

HIV/AIDS. Konselor memberikan informasi dengan baik, jel as, tepat antara lain informasi tentang VCT dan prosedurnya, tentang HIV/AIDS serta penularan HIV/AIDS. Dengan infor masi yang didapat dalam tahap ini berguna untuk menentuk an keputusan apakah mau menjalani tes HIV atau tidak. f) Keenam Membuat Perencanaan. Setelah informasi didapatkan, sela njutnya yaitu klien dibantu oleh konselor untuk membuat perencanaan dengan cara konselor memberikan alternatifalternatif perencanaan, serta berdiskusi bersama mengetahui kelebihan dan kekeurangan dari alternatif perencanaan. g) Ketujuh Membuat Keputusan. Setelah informasi dan berdiskusi peren caanaan, tibalah saatnya eksekusi yaitu menentukan keputusa n apakah mau tes HIV atau tidak. Jika tidak mau, maka ko nselor diberi kesempatan untuk menyakinkan dan memberikan penguatan

kembali,

lalu

ditanyakan kembali. Jika jawaban tetap tidak, maka konselor tidak boleh memaksa dan proses konseling diakhiri. Jika jawaban mau dites HIV, maka masuk ke tahap berikutnya. 2) Tes HIV a) Proses pengambilan darah sebanyak 2cc untuk dites guna mengetahui status klien apakah positif HIV atau negatif HIV. Namun sebelum tes HIV dilakukan, klien diwajibkan

untuk

mengisi

dan

menandatangani surat pernyataan dan persetujuan melaku kan tes HIV yang sering disebut informed consent. 3) Konseling Pasca Testing Konseling yang dilakukan setelah klien melakukan tes HIV yang bertujuan untuk membacakan hasil tes, membantu klien memahami dan menyesuaikan diri dengan hasil tes, baik itu positif maupun negatif serta memberikan informasi dan penguatan kepada klien. Langkah-langkah dalam konseling pasca testing adalah : a) Pertama Menerima Klien. Konselor mempersilakan klien kembali masuk ke ruangan voluntary counseling and testing dengan ramah, baik dan sopan sesuai dengan kode etik konselor. b) Kedua Mengembangkan Hubungan. Konselor mengembangan hubunga n dengan klien untuk mengetahui kesiapan mengetahui hasil tes. Yang bisa dilakukan dalam langkah ini adalah konselor menan yakan kesiapan klien. Jika sudah siap, maka lanjut ke langkah berikutnya. Namun jika belum siap, konselor bertugas memotivasi klien hingga siap.

c) Ketiga Perencanaan

Kegiatan.

Konselor

membantu

klien

membuat

perencanaan tentang hasil yang akan didapatkan dengan cara melakukan pengandaian jika hasil positif dan negatif. Konselor menanyakan kepada klien, jika hasil positif apa yang akan dilakukan dan jika hasil negatif apa yang dilakukan. Cara ini dilakukan untuk membuat klien mengetahui apa yang akan dilakukan dan membuat klien bertanggung jawab kepada dirinya sendiri. d) Keempat Membacakan Hasil Tes. Pada langkah ini, konselor waktunya untuk membacakan hasil tes dan klien mengetahui status kesehat annya. Konselor membacakan hasil tes dengan nada suara yang datar, tidak menunjukkan muka tertentu, tidak tergesagesa, dan tidak memberikan komentar. Setelah membacakan hasi l tes, konselor diam sejenak untuk menunggu reaksi klien dan untuk memberi waktu klien menerima hasil tes

dirinya.

Selanjutnya konselor menjelaskan hasil tes yang diterima klien. e) Kelima Integritas Hasil Tes. Dalam langkah integrasi hasil tes ini ada dua, yaitu integrasi kognitif dan integrasi emosional. Integrasi kognitif yaitu mengetahui pemahaman klien tentang HIV sesuai hasil yang diterima. Integrasi kognitif dilakukan oleh konselor dengan

menanyakan

pengetahuan tentang HIV mengenai hasilnya, setelah itu kon selor menambahan jika ada yang kurang dan memperbaiki jika ada yang

kurang

tepat. Integrasi emosional yaitu mengetahui pengaruh hasil tes yang diterima dengan emosional yang terjadi pada klien.

f) Keenam Memberikan Informasi. Informasi yang diberikan pada tahap ini disesuaikan dengan hasil tes yang didapatkan klien. Jika hasil negatif, konselor memberikan informasi tentang masa jendela (window period), pola hidup yang baik, dan menyarankan untuk tiga bulan setelah hari tes kembali lagi untuk tes ulang. Jika hasil positif, konselor memberikan informasi apa yang harus dilakukan oleh klien, pola hidup yang baik, menghindari hal-hal yang dapat menularkan HIV/AIDS. g) Ketujuh Memberikan Harapan, Advokasi, Motivasi dan

Pemberdayaan.

Dalam langkah ini, konselor memberikan harapan, advokasi dan pemberdayaan dengan memberikan pernyataan secara konsist en dan realisitis tentang adanya harapan disertai dengan buktibukti yang mendukung, memfokuskan pada masalah kualitas hidup dan mendorong klien agar berpartisipasi aktif untuk meningkatkan status kesehatannya. h) Kedelapan Mengidentifikasi Sumber Rujukan yang Memadai. Pada langkah ini konselor membantu klien dalam mengindentifikasi kebutuhan dukungan yang diperlukan oleh klien. Rujukan tersebut meliputi kelompokdukungan sebaya, rumah sakit, puskesmas, terapi indiv idual, intervensi krisis, layanan media, informasi terapi alternatif, rehabilitasi pengguna narkoba, layanan hukum, sosial, psikologi s, dan spiritual, serta program-program lainnya. i) Kesembilan Konselor

Melakukan

Layanan

lanjutan

terdiri dari konseling lanjutan dan pelayanan penanganan manaje men kasus. Langkah konseling lanjutan ini bisa dilakuan

diwaktu lain. Dalam langkah ini konselor melakukan konseling lanjutan

bisa

dengan

pasangan

jika mempunyai pasangan, bisa dengan orangtua dan bisa dengan anak. Namun konseling lanjutan harus sesuai dengan persetujua n dari klien. Pelayanan penanganan manajemen kasus bertujuan membantu

klien

untuk

mendapatkan pelayanan berkelanjutan yang dibutuhkan. Tahapan dalam manajemen kasus adalah identifikasi, penilaian kebutuhan pengembangan rencana tindak individu, rujukan sesuai kebutuhan dan tepat dan koordinasi pelayanan tindak lanjut. 4. Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) A) Prosedur Pemasangan 1) Calon akseptor dibaringkan telentang di tempat tidur dan lengan kiri diletakkan pada meja kecl di saming tempat tidur akseptor 2) Daerah tempat pemasangan (lengan kiri bagian atas) dicuci dengan sabung antiseptik kemudian diberi cairan antiseptik 3) Daerah tempat pemasangan ditutup dengan kain steril yang berlubang 4) Dilakukan injeksi obat anestesi kira-kira 6 – 10 cm di atas lipatan siku 5) Setelah itu dibuat insisi lebih kurang sepanjang 0,5 cm dengan scalpel yang tajam 6) Troikar dimasukkan melalui lubang insisi sehingga sampai pada jaringan bawah kulit 7) Kemudian kapsul dimasukkan ke dalam troikar dan didorong dengan plunger sampai kapsul terletak dibawah kulit 8) Demikian dilakukan berturut-turut dengan kapsul kedua sampai ke enam; keenam kapsul di bawah kulit diletakkan demikian rupa sehingga susunannya seperti kipas

9) Setelah semua kapsul berada dibawah kulit, troikar ditarik pelan-pelan keluar 10) Kontrol luka apakah ada perdarahan atau tidak 11) Jika ada perdarahan, tutuplah luka dengan kasa steril, kemudian diberi plester; umumnya tidak diperlukan jahitan. 12) Nasihatkan pada akseptor agar luka jangan basah selama lebih kuran 3 hari dan datang kembali jika terjadi keluhan-keluhan yang mengganggu. B) Prosedur Pengangkatan 1) Tentukan lokasi kapsul Norplant (kapusl 1 – 6), kalau perlu kapsul Norplant didorong ke arah tempat insisi akan dilakukan. 2) Daerah insisi didisinfeksi, kemudian ditutup denga kain steril berlubang 3) Lakukan anestesi lokal (infiltrasi anetesi) 4) Kemudian lakukan insisi selebar lebih kurang 5 – 7 mm ditempat paling dekat dengan kapsul Implant. 5) Forseps dimasukkan melalui lubang insisi dan kapsul didorong dengan jari tangan lain ke arah ujung forseps 6) Forseps dibuka lalu kapsul dijepit dengan ujung forseps 7) Kapsul yang sudah dijepit kemudian ditarik pelan-pelan. Kalau perlu dapat dibantu dengan mendorong kapsul dengan jari tangan lain. Adakalanya kapsul sudah terbungkus dengan jaringan disekitarnya. Dalam hal ini lakukan insisi pada jaringan yang membungkus kapsul tersebut pelan-pelan sampai kapsul menjadi bebas sehingga mudah menariknya keluar. 8) Lakukan prosedur ini berturut-turut untuk mengeluarkan kapsul kedua sampa keenam. Jika sewaktu mengeluarkan kapsul Norplant terjadi perdarahan, hentikanlah perdarahan

terlebih dahulu umpama dengan menekan daerah yang berdarah tersebut dengan kain kasa steril. 9) Setelah semua kapsul dikeluarkan dan tidak dijumpai lagi perdarahan, tutuplah luka insisi dengan kasa sterli, kemudian diplester. 10) Umumnya tidak diperlukan jahitan pada kulit 11) Nasihatkan pada akseptor agar luka tidak basah selama lebih kuran 3 hari 5. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Prosedurnya yaitu : Setelah kandung kencing dikosongkan, akseptor dibaringkan di atas meja ginekologik dalam posisi litotomi. Kemudian, dilakukan pemeriksaan bimanual untuk mengetahui letak, bentuk, dan besar uterus. Spekulum dimasukkan ke dalam vagina, dan serviks uteri dibersihkan dengan laruta antiseptik (Betadine atau tingtura jodii). Sekarang dengan cunam serviks dijepit bibir depan porsio uteri, dan dimasukkan sonde ke dalam uterus untuk menentukan arah poros dan panjangnya kanallis servikalis serta kavum uteris. AKDR dimasukkan ke dalam uterus melalui ostium uteri eksternum sambil mengadakan tarikan ringan pada cunam serviks. Tabung penyalur digerakkan di dalam uterus, sesuai dengan ara poros kavum uteri sampai tercapai ujung atas kavum uteri yang telah ditentukan lebih dahulu dengan sonde uterus. Selanjutnya sambil mengeluarkan tabung penyalur perlahan-lahan, pendorong (plunger) menahan AKDR dalam posisinya. Setelah tabung penyalur keluar dari uterus, pendorong juga dikeluarkan, cunam dilepaskan, benang AKDR digunting sehingga 2 ½ - 3 cm keluar dari ostium uteri, dan akhirnya spekulum diangkat.

6. Kontrasepsi mantap (tubektomi dan vasektomi) Tubektomi ialah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba Falloppii wanita sedangkan vasektomi pada kedua vas deferens pria, yang

mengakibatkan yang bersangkutan tidak dapat hamil atau tidak menyebabkan kehamilan lagi. 1) Tubektomi Pada Wanita Tindakan pendahuluan guna penutupan tuba : a) Laparotomi Tindakan ini tidak dilakukan lagi sebagai tindakan khusus guna tubektomi. Disini penutupan tuba dijalankan sebagai tindakan tambahan apabila wanita yang bersangkutan perlu dibedah untuk keperluan lain. b) Laparotomi postpartum Laparotomi

ini

dilakukan

satu

hari

postpartum.

Keuntungannya ialah bahwa waktu perawatan nifas sekaligus dapat digunakan untuk perawatan pascaoperasi, dan oleh karena uterus masih besar, cukup dilakukan sayatan kecil dekat fundus uteri untuk mencapai tuba kanan dan kiri. Sayatan dilakukan dengan sayatan semi lunar (bulan sabit) di garis tengah distal dari pusat dengan panjang kurang lebih 3 cm dan penutupan tuba biasanya diselenggarakan dengan cara pomeroy.

c) Minilaparotomi Laparotomi mini dilakukan dalam masa interval. Sayatan dibuat di garis tengah di atas fundus simfisis sepanjang 3 cm sampai menembus peritoneum. Untuk mencapai tuba dimasukkan alat khusus (elevator uterus) ke dalam kavum uteri. Dengan bantuan alat ini uterus bilamana dalam retrofleksi dijadikan letak antefleksi dahulu dan kemudian didorong ke arah lubang sayatan. Kemudian dilakukan penutupan tiba dengan salah satu cara.

d) Laparoskopi Mula-mula dipasang cunam serviks pada bibir depan porsio uteri, dengan maksud supaya kelak dapat menggerakkan uterus jika hal itu diperlukan pada waktu laparosopi. Setelah dilakukan persiapan seperlunya, dibuat sayatan kulit dibawah pusat sepanjang lebih 1 cm. Kemudian, ditempat luka tersebut dilakukan pungsi sampai rongga perinoteum dengan jarum khusus (jarum veres), dan melalui jarum itu dibuat pneumoperitoneum dengan memasukkan CO2 sebanyak 1 sampai 3 liter dengan kecepatan kira-kira 1 liter per menit. Sesudah itu troikar diangkat dan dimasukkan laparoskop melalui tabung. Untuk memudahkan penglihatan uterus dan adneks, penderita diletakkan dalam posisi Trendelenburg dan uterus digerakkan melalui cunam serviks pada porsio uteri. Kemudian dengan cunam yang masuk dalam rongga peritoneum bersama-sama dengan laparoskop, tuba dijepit dan dilakukan penutupan tuba dengan kauterisasi, atau dengan memeasang pada tuba cincin yoon atau cincin Falope atau clip Hulka. Berhubung dengan kemungkinan komplikasi yang lebih besar pada kauterisasi, sekarang lebih banyak digunakan cara-cara yang lain.

e) Kuldoskopi Wanita ditempatkan pada posisi

menungging (posisi

genupektoral) dan setelah spekulum dimasukkan dan bibir belakang serviks uteri dijepit dan uterus ditarik keluar dan agak keatas, tampak kavum Douglasi mekar diantara ligamentum sakro-uterinum kanan dan kiri sebagai tanda bahwa tidak ada perlekatan. Dilakukan pungsi dengan jarumTouhy di belakang uterus, dan melalui jarum tersebut udara masuk dan usus-usus terdorong ke rongga perut. Setelah jarum

diangkat,

lubang

diperbesar,

sehingga

dapat

dimasukkan

kuldoskop.

Melalui

kuldoskop

dilakukan

pengamatan adneksa dan dengan cunam khusus tuba dijepit dan ditarik ke luar untuk dilakukan penutupannya dengan cara Pomeroy, cara Kroener, kauterisasi, atau pemasangan cincin Falope.

(1) Cara penutupan tuba (a) Cara madlener Bagian tengah dari tuba diangkat dengan cunam pean, sehingga terbentuk suatu lipatan terbuka. Kemudian, dasar dari lipatan tersebut dijepit dengan cunam kuatkuat, dan selanjutnya dasar itu diikat dengan benang yang tidak dapat diserap. Pada cara ini tidak dilakukan pemotongan tuba. Sekarang cara Madlener tidak dilakukan lagi oleh karena angka kegagalannya relatif tinggi, yaitu 1% sampai 3%. (b) Cara Pomeroy Cara pomeroy banyak dilakukan. Cara ini dilakukan dengan mengangkat bagian tengah tuba sehingga membentuk suatu lipatan terbuka, kemudian dasarya diikat dengan benang yang dapat diserap, tuba di atas dasar itu dipotong. Setelah benang pengikat diserap, maka ujung-ujung tuba akhirnya terpisah satu sama lain. Angka kegagalannya berkisar antara 0 – 0,4 %. (c) Cara Irving Pada cara ini tuba dipotong antara dua ikatan benang yang dapat diserap; ujung proksimal dari tuba ditanamkan ke dalam miometrium, sedangkan ujung distal ditanamkan ke dalam ligamentum latum. (d) Cara Aldridge

Peritoneum dari ligamentum latum dibuka dan kemudian tuba bagian distal bersama-sama dengan fimbria ditanam ke dalam ligamentum latum. (e) Cara Uchida Pada cara ini tuba ditarik keluar abdomen melalui suatu insisi kecil (minilaparotomi) diatas simfisis pubis. Kemudian di daerah ampulla tuba dilakukan suntikan dengan larutan adrenalin dalam air garam dibawah serosa tuba. Akibat suntikan ini, mesosalping di daerah tersebut mengembung. Lalu, dibuat sayatan kecil di daerah yang kembung tersebut. Serosa dibebaskan dari tuba sepanjang kira-kira 4 – 5 cm; tuba dicari dan setelah ditemukan dijepit, diikat, lalu digunting. Ujung tuba yang proksimal akan tertanam dengan sendirinya dibawah serosa, sedangkan ujung tuba yang distal dibiarkan berada diluar serosa. Luka sayatan dijahit secara kantong tembakau. Angka kegagalan cara ini adalah 0.

(f) Cara Kroener Bagian fimbria dari tuba dikeluarkan dari lubang operasi. Suatu ikatan dengan benang sutera dibuat melalui bagian mesosalping dibawah fimbria. Jahitan ini diikat dua kali, satu mengelilingi tuba dan yang lain mengelilingi tuba sebelah proksimal dari jahitan sebelumnya. Seluruh finbria dipotong. Setelah pasti tidak ada perdarahan, maka tuba dikembalikan ke dalam rongga perut. Teknik ini banyak digunakan. Keuntungan cara ini antara lain ialah sangat kecilnya kemungkinan

kesalahan

mengikat

rotundum. Angka kegagalan 0,19%.

ligamentum

2) Metode operasi pada pria a) Vasektomi Mula-mula kulit skrotum di daerah operasi disucihamakan. Kemudian, dilakukan anestesia lokal dengan xilokain. Anestesia dilakukan di kulit skrotum dan jaringan sekitarnya di bagia atas, dan pada jaringan di sekitar vas deferens. Vas dicari dan setelah ditentukan lokasinya, dipegang sedekat mungkin dibawah kulit skrotum. Setelah itu, dilakukan sayatan pada kulit skrotum sepanjang 0,5 sampai 1 cm didekat tempat vas deferens. Setelah vas kelihatan, dijepit dan dikeluarkan dari sayatan (harus diyakinkan betul, bahwa memang vas yang dikeluarkan itu), vas dipotong sepanjang 1 sampai 2 cm dan kedua ujungnya diikat. Setelah kulit dijahit, tindakan diulangi pada sebelah yang lain.

7. Kondom Prosedur penggunaannya yaitu : 1) Buka kemasan kondom dengan benar, ikuti petunjuk pembukaan yang ada pada kemasan. Hindari menggunakan gunting atau gigi untuk membuka kemasan. Sebelum merobek kemasan, dorong kondom ke sisi berlawanan agar tidak ikut robek bersama kemasan. 2) Ambil kondom secara perlahan dan keluarkan dari kemasan. Lalu jepit ujung kondom yang terdapat di bagian tengah lingkaran dengan jari, untuk mencegah udara masuk. Udara yang masuk ke dalam kondom akan membuatnya mudah pecah. 3) Sambil memegang ujung kondom, tempatkan kondom di atas kepala penis. Pastikan penis sudah ereksi sempurna saat memakai kondom. 4) Buka gulungan kondom dengan lembut ke arah pangkal penis. Jika

gulungan

kondom

tidak

bisa

diturunkan,

berarti

pemakaiannya tidak tepat atau terbalik. Ambil kondom baru jika telah melakukan kesalahan tersebut dan mulai dari awal. 5) Ketika selesai berhubungan dan telah mengalami ejakulasi, segera cabut penis dari dalam vagina sebelum ereksinya hilang. Hal ini dilakukan untuk mencegah kebocoran kondom di dalam vagina pasangan Anda. 6) Usai penis sepenuhnya keluar, tarik kondom dari penis Anda secara perlahan-lahan agar sperma di dalamnya tidak keluar. Bungkus kondom bekas dengan tisu dan buang ke tempat sampah.

Related Documents

Tugas Pkn Individu Fixdocx
October 2019 113

More Documents from "Ersi Ghaisani Masturah"

Pi.docx
May 2020 0
Kala 4.docx
May 2020 1
Fix.docx
December 2019 1
Kala 4 Fix.docx
May 2020 1
Askep_dermatitis.docx
June 2020 8