File Pina.docx

  • Uploaded by: Pina Anisah
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View File Pina.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,463
  • Pages: 21
Bentuk-bentuk tulisan jurnalistik dalam buku Padmono SK antara lain adalah berita, artikel, tajuk rencana, kolom, dan reportase. Masing-masing bentuk tersebut menjelaskan pengertian, struktur penulisannya, cara penulisan, serta sebagian jenisnya menjelaskan tentang jenis-jenis bentuk tulisan tersebut. Padmono membagi bentuk-bentuk tulisan jurnalistik menjadi lima, diantaranya adalah : (1) berita, (2) reportase atau laporan, (3) feature, (4) artikel, dan (5) kolom. Penjelasan masingmasingnya adalah sebagai berikut. 1. Berita atau straight news Tulisan ini berisi laporan langsung yang hanya memuat fakta kejadian dan surat dengan informasi. Sifat tulisan ini padat, lugas, singkat, jelas, dan memenuhi unsur 5W+1H. Berbeda dengan kaidah tulisan yang lain yang isinya dimulai dari yang tidak penting menuju ke klimaks, berita dimulai dengan fakta yang paling penting. Selain itu, isi berita merupakan fakta peristiwa yang benilai berita (news value), yakni aktual, faktual, penting, dan menarik. Oleh karena itu, penulisannya tidak mencampuradukkan fakta dengan opini dan sifatnya beribang. Struktur berita dikenal dengan piramida terbalik. Semakin ke bawah tulisan itu, isi atau informasi yang disajikan semakin tidak penting. Alasan penulisan seperti itu untuk memudahkan penyuntingan atau pembuangan informasi yang tidak penting karena keterbatasan kolom yang tersedia di surat kabar dan majalah. Cara menuliskan berita dimulai dengan teras berita. Teras ini merupakan bagian terpenting dari seluruh berita karena ia memuat unsur 5W+1H. Kelima W itu ialah what (apa), who (siapa), where (dimana), when (kapan), why (mengapa) dan how(bagaimana). Jenis-jenis teras itu ditulis sesuai dengan kebutuhan. Bagi masyarakat, sering kali jenis teras yang mengungkapkan apa dari suatu kejadian lebih menarik dibandingkan dengan jenis teras lainnya, tetapi untuk mengungkapkan suatu kejadian, siapa yang mengungkapkan jauh lebih menarik daripada apa yang diungkapkannya. Hal lain yang perlu diperhatikan oleh penulis berita dalam penulisan adalah date-line. Penulisan date-line mengikuti aturan masing-masing pada surat kabar. Penulisan date-linedidasarkan pada tempat ditulisnya berita tersebut. 2. Laporan atau reportase Laporan adalah bentuk berita yang dikembangkan lebih luas, lengkap, dan terinci mengenai suatu peristiwa. Tulisan ini didasarkan atas pengamatan langsung atau keterangan orang lain. Oleh karena laporan harus tetap berpatokan pada 5W+1H dan dilengkapi dengan suasana yang penuh warna atau nuansa. Dalam sebuah laporan, semua yang dilihat dapat dilaporkan sehingga pembaca mendapat gambaran yang benar-benar utuh mengenai peristiwa tersebut. Namun, yang perlu

dihindari dalam penulisan laporan tersebut adalah penulis atau wartawan tidak boleh memasukkan opininya dalam laporan tersebut. Cara penulisan laporan pun tidak berbeda dengan tulisan lainnya, yaitu diawali dengan pendahuluan, pengembangan ,dan kemudian penutup. 3. Feature Bentuk tulisan feature atau tuturan lebih lengkap dan terinci dibandingkan dengan laporan atau berita. Kelengkapan feture terletak pada bumbu imajinasi penulisnya. Dalam hal ini, opini penulis dapat dikembangkan dan diramu dengan fakta yang disajikan sehingga tulisannya menjadi menarik dan berisi. Ia juga bisa berbentuk sindiran. Teknik penulisannya pun tidak berbeda dengan penulisan umum, yaitu diawali dengan pendahuluan, pengembangan dan ditutup dengan kesimpulan. Feature memiliki enam jenis. Di bawah ini adalah penjelasan mengenai ke enam jenisfeature. Penjelasannya adalah sebagai berikut. 1. Feature Minat Insani (Human Interest Feature) Feature jenis ini terutama dimaksudkan untuk mengaduk-aduk perasaan, suasana hati, dan bahkan menguras air mata khalayak. Human interest termasuk yang paling efektif dalam menyentuh wilayah intuisi, emosi, dan psikologi khalayak yang anonim dan heterogen. Human interest tak hanya berhubungan dengan manusia. Dunia flora dan fauna pun termasuk di dalamnya. 1. Feature Sejarah (Hystorycal Feature) Feature sejarah berusaha untuk melakukan rekonstruksi peristiwa tidak saja dari sisi fakta bendabenda tetapi juga mencakup aspek-aspek manusiawinya yang selalu mengundang daya simpati dan empati khalayak. 1. Feature biografi (Biografical Feature) Feature biografi atau tentang riwayat perjalanan hidup seseorang terutama kalangan tokoh seperti pemimpin pemerintahan dan masyarakat,public figure, atau mereka yang selalu mengabdikan hidupnya untuk negara, bangsa, atau sesuatu yang bermanfaat bagi peradaban manusia, senantiasa mendapat tempat yang terhormat di berbagai perpustakaan kampus dan sekolah di seluruh dunia. 1. Feature Perjalanan (Travelogue Feature) Feature yang mengajak pembaca, pendengar, atau pemirsa untuk mengenali lebih dekat tentang suatu kegiatan atau tempat-tempat yang dinilai memiliki daya tarik tertentu, disebutfeature perjalanan. Sesuai dengan namanya, feature perjalanan merupakan kisah perjalanan wartawan atau seseorang bersama kelompoknya ke objek-objek tertentu yang menarik seperti hutan,

lembah, laut, danau, pantai, gua, termasuk juga objek-objek wisata peniggalan sejarah.Feature jenis ini terutama dimaksudkan untuk memberi informasi serta memotivasi khalayak untuk mengenali dan mencintai alam, flora, dan fauna. 1. Feature Petunjuk Praktis (How To Do Feature) Feature yang menuntun atau mengajarkan tentang bagaimana melakukan atau mengerjakan sesuatu disebut feature petunjuk praktis atau how to do. 1. Feature Ilmiah (Scientific Feature) Feature yang mengungkap sesuatu yang berkaitan dengan dunia ilmu pengetahuan, disebut feature ilmiah. Feature yang menceritakan kloning domba di Inggris, kisah penelitian tentang habitat simpanse di Kalimantan, kisah penelitian alam bawah samudera oleh para ilmuwan LIPI di Jepang, merupakan feature ilmiah yang amat mengasyikkan untuk dibaca, didengar, atau ditonton. Feature ilmiah biasanya lebih banyak tampil di televisi daripada di radio dan majalah. Feature memiliki lima ciri-ciri. Pertama, Feature (karangan khas) adalah laporan jurnalistik bergaya sastra (gaya penulisan karya fiksi seperti cerpen) yang menuturkan peristiwa. Kedua, Isinya penonjolan segi (angle) tertentu dalam sebuah peristiwa, biasanya unsur yang mengandung segi human interest, yakni memberikan penekanan pada fakta-fakta yang dianggap mampu menggugah emosi, keharuan, simpati, kegembiraan, atau bahkan amarah atau kejengkelan. Ketiga, Mengedepankan unsur hiburan ketimbang informasi. Keempat, Biasanya menggunakan “kata berona” (colorful word) untuk menambah daya tulisan. Kelima, Jenisjenisfeature antara lain feature berita (news feature), feature artikel (article feature), tips (how to do it feature), feature biografi, feature perjalanan atau petualangan (catatan perjalanan), dan sebagainya. 4. Tajuk Rencana atau Editoral Bentuk tulisan ini merupakan ulasan mengenai sesuatu hal yang penuh makna. Ulasan tersebut merupakan kajian intelektual yang dilakukan secara intens sehingga mengarah pada suatu kesimpulan yang mengarahkan pembaca untuk memahami permasalahannya. Dengan demikian, editoral merupakan pendapat redaksi surat kabar atau majalah. Ciri-ciri tajuk rencana biasanya berisi: pertama, opini redaksi tentang peristiwa yang sedang hangat dibicarakan, baik itu aspek social, politik, ekonomi, kebudayaan, hukum, pemerintahan, atau olahraga bahkan entertainment, tergantung jenis liputan medianya. Kedua, ulasan tentang suatu masalah yang dimuat. Ketiga, topik yang ditulis dalam tajuk rencana berskala nasional maupun internasional. Keempat, tertuang pikiran subjektif redaksi yang terkait erat dengan kebijakan media yang bersangkutan. Kelima, ditulis secara berkala, bergantung dari jenis terbitan medianya, bisa harian, atau mingguan, atau dua mingguan, dan bulanan. Untuk menuliskan tajuk rencana, seseorang wartawan yang ditugasi untuk menulisnya harus mempunyai wawasan yang luas. Tidak semua kejadian dapat diangkat menjadi pokok masalah yang layak dibahas oleh redaksi. Salah satu ukuran untuk mengangkat persoalan dalam tajuk

rencana ialah adanya aspek khusus yang menonjol yang terkait dengan kepentingan umum atau bangsa. Teknik penulisan tajuk rencana sama seperti teknik penulisan umum. Ada bagian pendahuluan, pembahasan, dan penutup atau kesimpulan. Pendahuluan itu biasanya dimulai dengan titik tolak kejadian yang aktual. Tajuk rencana ditutup dengan kesimpulan yang mencerminkan pendapat penulisnya. Tidak dapat dibantah, pendapat itu menjadi hak redaksi. Suatu tajuk rencana yang baik tidak hanya melontarkan kritik, tetapi memberikan jalan keluar mengenai suatu masalah atau memberikan alternatif. Hal tersebut berarti penulis tajuk senantiasa harus berfikir positif dan kritis. 5. Artikel Tulisan yang berbentuk artikel itu seluruhnya bersisi opini. Kalaupun ada fakta yang disajikan oleh penulisnya, itu hanya merupakan dukungan terhadap opini yang dikemukakannya dan merupakan hasil pemikiran intelektual penulisnya. Dalam menulis artikel, seorang penulis atau wartawan mendapat kebebasan yang penuh untuk mengembangkan pemikirannya, daya analisisnya terhadap suatu hal tanpa harus dibatasi dengan fakta yang sedang terjadi. Penting bagi penulis artikel adalah ia mampu untuk menyajikan gagasan secara sistematis dan dengan kajian-kajian yang logis. Teknik menuliskan artikel sama dengan tulisan umum lainnya, yaitu dimulai dengan pendahuluan, pembahasan atau pengembangan, dan ditutup dengan kesimpulan. Untuk menuliskan artikel, seseorang harus mendalami persoalan yang akan dipaparkannya, kaya dengan wawasan dan didukung dengan bahan bacaan yang cukup. Kalaupun gagasan yang dipaparkannya bukan gagasannya sendiri, tetapi gagasan orang lain, penulis harus mampu menguji pendapat tersebut secara kritis. 6. Kolom Sebenarnya yang dimaksud dengan tulisan kolom dalam surat kabar atau majalah adalah artikel, tetapi ada kekhasan kolom jika dibandingkan dengan artikel. Tulisan-tulisan kolom selalu reflektif atau bersifat renungan. Tulisan dalam bentuk ini tidak sekedar berupa pergumulan intelektual, tetapi juga menyangkut emosi atau perasaan, spiritual bahkan kadang-kadang iman. Dengan demikian, tulisan yang berbentuk kolom harus mampu menggugah pembacanya untuk bercermin dengan tulisan itu, sehingga menarik kesimpulan sendiri. Tulisan berbentuk kolom tidak pernah bertele-tele, tetapi singkat, lugas, dan menarik. Ia cenderung mengajak pembacanya untuk menertawakan sikap-sikap yang tidak wajar yang terjadi di masyarakat. Oleh karena itu, sifatnya selau menyindir. Kalau pun ia disarati dengan pesan yang berat, penulisannya selalu ringan dan lincah, kadang-kadang lucu. Teknik menuliskan kolom tidak berbeda dengan penulisan artikel, feature atau laporan, tetapi yang perlu diingat dalam menulis kolom, penulis harus benar-benar menguasai masalahnya

sehingga ungkapan-ungkapan, perumpamaan atau contoh yang dipaparkan benar-benar mendukung gagasan yang akan disajikan. Dalam hal ini, kedalaman berpikir seseorang akan menentukan baik tidaknya kolom yang ditulisnya. Itulah sebabnya di kalangan wartawan tidak banyak yang mampu menulis kolom dengan baik. Tulisan kolom tidak mempunyai struktur tertentu, misalnya ada bagian pendahuluan ataulead, isi atau tubuh tulisan, dan penutup. Kolom langsung berisi tubuh tulisan, yaitu berupa pengungkapan pokok bahasan dan pendapat penulisnya tentang masalah tersebut. Judulnya pun biasanya singkat saja, bahkan dapat hanya satu kata saja. (Komidi 2007). Umumnya kolom di muat pada hari-hari tertentu, misalnya Senin untuk olahraga, Selasa untuk kebudayaan dan kesenian, Rabu untuk politik luar dan dalam negeri atau seterusnya. Oleh karena hari pemuatanya tetap, maka lama kelamaan kolom itu juga mengarah pada spesialisasi isi. Banyak sedikitnya juga bergantung pada minat penulisnya sendiri, dan pada lingkungan sumber informasinya dan cara pengumpulan bahanya bisa sederhana dan juga bisa kompleks. https://stefylyoneta.wordpress.com/2017/04/18/bentuk-bentuk-tulisam-jurnalistik/

BENTUK-BENTUK TULISAN JURNALISTIK

A. PENDAHULUAN Pada bagian ini, penulis membahas dan menjelaskan materi Jurnalistik yang berjudul “Bentuk-Bentuk Tulisan Jurnalistik”. Pada penulisan laporan ini, penulis menggunakan beberapa buku, diantaranya buku “Teknik Jurnalistik”, “Kiat-Kiat Menulis”, dan buku yang berjudul “Pengantar Jurnalistik”. Namun, dalam penulisan ini penulis lebih merujuk pada buku “Teknik Jurnalistik” karangan Padmono, SK, sebagai pedoman dalam penulisan makalah. Secara garis besar, makalah ini berisi tentang bentuk-bentuk tulisan jurnalistik. Bentukbentuk tulisan jurnalistik dalam buku Padmono SK antara lain adalah berita, artikel, tajuk rencana, kolom, dan reportase. Masing-masing bentuk tersebut menjelaskan pengertian, struktur penulisannya, cara penulisan, serta sebagian jenisnya menjelaskan tentang jenis-jenis bentuk tulisan tersebut.

B. Bentuk-Bentuk Tulisan Jurnalistik

Padmono membagi bentuk-bentuk tulisan jurnalistik menjadi lima, diantaranya adalah : (1) berita, (2) reportase atau laporan, (3) feature, (4) artikel, dan (5) kolom. Penjelasan masingmasingnya adalah sebagai berikut. 1. Berita atau straight news Tulisan ini berisi laporan langsung yang hanya memuat fakta kejadian dan surat dengan informasi. Sifat tulisan ini padat, lugas, singkat, jelas, dan memenuhi unsur 5W+1H. Berbeda dengan kaidah tulisan yang lain yang isinya dimulai dari yang tidak penting menuju ke klimaks, berita dimulai dengan fakta yang paling penting. Selain itu, isi berita merupakan fakta peristiwa yang benilai berita (news value), yakni aktual, faktual, penting, dan menarik. Oleh karena itu, penulisannya tidak mencampuradukkan fakta dengan opini dan sifatnya beribang. Struktur berita dikenal dengan piramida terbalik. Semakin ke bawah tulisan itu, isi atau informasi yang disajikan semakin tidak penting. Alasan penulisan seperti itu untuk memudahkan penyuntingan atau pembuangan informasi yang tidak penting karena keterbatasan kolom yang tersedia di surat kabar dan majalah. Cara menuliskan berita dimulai dengan teras berita. Teras ini merupakan bagian terpenting dari seluruh berita karena ia memuat unsur 5W+1H. Kelima W itu ialah what (apa), who (siapa), where

(dimana), when (kapan),

why (mengapa) dan how

(bagaimana). Jenis-jenis teras itu ditulis sesuai dengan kebutuhan. Bagi masyarakat, sering kali jenis teras yang mengungkapkan apa dari suatu kejadian lebih menarik dibandingkan dengan jenis teras lainnya, tetapi untuk mengungkapkan suatu kejadian, siapa yang mengungkapkan jauh lebih menarik daripada apa yang diungkapkannya. Hal lain yang perlu diperhatikan oleh penulis berita dalam penulisan adalah date-line. Penulisan date-line mengikuti aturan masing-masing pada surat kabar. Penulisan date-line didasarkan pada tempat ditulisnya berita tersebut.

2. Laporan atau reportase Laporan adalah bentuk berita yang dikembangkan lebih luas, lengkap, dan terinci mengenai suatu peristiwa. Tulisan ini didasarkan atas pengamatan langsung atau keterangan orang lain. Oleh karena laporan harus tetap berpatokan pada 5W+1H dan dilengkapi dengan suasana yang penuh warna atau nuansa.

Dalam sebuah laporan, semua yang dilihat dapat dilaporkan sehingga pembaca mendapat gambaran yang benar-benar utuh mengenai peristiwa tersebut. Namun, yang perlu dihindari dalam penulisan laporan tersebut adalah penulis atau wartawan tidak boleh memasukkan opininya dalam laporan tersebut. Cara penulisan laporan pun tidak berbeda dengan tulisan lainnya, yaitu diawali dengan pendahuluan, pengembangan ,dan kemudian penutup.

3. Feature Bentuk tulisan feature atau tuturan lebih lengkap dan terinci dibandingkan dengan laporan atau berita. Kelengkapan feture terletak pada bumbu imajinasi penulisnya. Dalam hal ini, opini penulis dapat dikembangkan dan diramu dengan fakta yang disajikan sehingga tulisannya menjadi menarik dan berisi. Ia juga bisa berbentuk sindiran. Teknik penulisannya pun tidak berbeda dengan penulisan umum, yaitu diawali dengan pendahuluan, pengembangan dan ditutup dengan kesimpulan. Feature memiliki enam jenis. Di bawah ini adalah penjelasan mengenai ke enam jenis feature. Penjelasannya adalah sebagai berikut. a.

Feature Minat Insani (Human Interest Feature) Feature jenis ini terutama dimaksudkan untuk mengaduk-aduk perasaan, suasana hati, dan bahkan menguras air mata khalayak. Human interest termasuk yang paling efektif dalam menyentuh wilayah intuisi, emosi, dan psikologi khalayak yang anonim dan heterogen. Human interest

tak hanya berhubungan dengan manusia. Dunia flora dan fauna pun termasuk di

dalamnya. b. Feature Sejarah (Hystorycal Feature) Feature sejarah berusaha untuk melakukan rekonstruksi peristiwa tidak saja dari sisi fakta benda-benda tetapi juga mencakup aspek-aspek manusiawinya yang selalu mengundang daya simpati dan empati khalayak.

c.

Feature biografi (Biografical Feature)

Feature biografi atau tentang riwayat perjalanan hidup seseorang terutama kalangan tokoh seperti pemimpin pemerintahan dan masyarakat,public figure, atau mereka yang selalu mengabdikan hidupnya untuk negara, bangsa, atau sesuatu yang bermanfaat bagi peradaban manusia, senantiasa mendapat tempat yang terhormat di berbagai perpustakaan kampus dan sekolah di seluruh dunia.

d. Feature Perjalanan (Travelogue Feature) Feature yang mengajak pembaca, pendengar, atau pemirsa untuk mengenali lebih dekat tentang suatu kegiatan atau tempat-tempat yang dinilai memiliki daya tarik tertentu, disebut feature perjalanan. Sesuai dengan namanya, feature perjalanan merupakan kisah perjalanan wartawan atau seseorang bersama kelompoknya ke objek-objek tertentu yang menarik seperti hutan, lembah, laut, danau, pantai, gua, termasuk juga objek-objek wisata peniggalan sejarah. Feature jenis ini terutama dimaksudkan untuk memberi informasi serta memotivasi khalayak untuk mengenali dan mencintai alam, flora, dan fauna.

e.

Feature Petunjuk Praktis (How To Do Feature) Feature yang menuntun atau mengajarkan tentang bagaimana melakukan atau mengerjakan sesuatu disebut feature petunjuk praktis atau how to do.

f.

Feature Ilmiah (Scientific Feature) Feature yang mengungkap sesuatu yang berkaitan dengan dunia ilmu pengetahuan, disebut feature ilmiah. Feature yang menceritakan kloning domba di Inggris, kisah penelitian tentang habitat simpanse di Kalimantan, kisah penelitian alam bawah samudera oleh para ilmuwan LIPI di Jepang, merupakan feature ilmiah yang amat mengasyikkan untuk dibaca, didengar, atau ditonton. Feature ilmiah biasanya lebih banyak tampil di televisi daripada di radio dan majalah. Feature memiliki lima ciri-ciri. Pertama, Feature (karangan khas) adalah laporan jurnalistik bergaya sastra (gaya penulisan karya fiksi seperti cerpen) yang menuturkan peristiwa. Kedua,

Isinya penonjolan segi (angle) tertentu dalam sebuah peristiwa, biasanya unsur yang mengandung segi human interest, yakni memberikan penekanan pada fakta-fakta yang dianggap mampu menggugah emosi, keharuan, simpati, kegembiraan, atau bahkan amarah atau kejengkelan. Ketiga, Mengedepankan unsur hiburan ketimbang informasi. Keempat, Biasanya menggunakan “kata berona” (colorful word) untuk menambah daya tulisan. Kelima, Jenis-jenis feature antara lain feature berita (news feature), feature artikel (article feature), tips (how to do it feature), feature biografi, feature perjalanan atau petualangan (catatan perjalanan), dan sebagainya.

4. Tajuk Rencana atau Editoral Bentuk tulisan ini merupakan ulasan mengenai sesuatu hal yang penuh makna. Ulasan tersebut merupakan kajian intelektual yang dilakukan secara intens sehingga mengarah pada suatu kesimpulan yang mengarahkan pembaca untuk memahami permasalahannya. Dengan demikian, editoral merupakan pendapat redaksi surat kabar atau majalah. Ciri-ciri tajuk rencana biasanya berisi: pertama, opini redaksi tentang peristiwa yang sedang hangat dibicarakan, baik itu aspek social, politik, ekonomi, kebudayaan, hukum, pemerintahan, atau olahraga bahkan entertainment, tergantung jenis liputan medianya. Kedua, ulasan tentang suatu masalah yang dimuat. Ketiga, topik yang ditulis dalam tajuk rencana berskala nasional maupun internasional. Keempat, tertuang pikiran subjektif redaksi yang terkait erat dengan kebijakan media yang bersangkutan. Kelima, ditulis secara berkala, bergantung dari jenis terbitan medianya, bisa harian, atau mingguan, atau dua mingguan, dan bulanan. Untuk menuliskan tajuk rencana, seseorang wartawan yang ditugasi untuk menulisnya harus mempunyai wawasan yang luas. Tidak semua kejadian dapat diangkat menjadi pokok masalah yang layak dibahas oleh redaksi. Salah satu ukuran untuk mengangkat persoalan dalam tajuk rencana ialah adanya aspek khusus yang menonjol yang terkait dengan kepentingan umum atau bangsa. Teknik penulisan tajuk rencana sama seperti teknik penulisan umum. Ada bagian pendahuluan, pembahasan, dan penutup atau kesimpulan. Pendahuluan itu biasanya dimulai dengan titik tolak kejadian yang aktual. Tajuk rencana ditutup dengan kesimpulan yang mencerminkan pendapat penulisnya. Tidak dapat dibantah, pendapat itu menjadi hak redaksi.

Suatu tajuk rencana yang baik tidak hanya melontarkan kritik, tetapi memberikan jalan keluar mengenai suatu masalah atau memberikan alternatif. Hal tersebut berarti penulis tajuk senantiasa harus berfikir positif dan kritis.

5. Artikel Tulisan yang berbentuk artikel itu seluruhnya bersisi opini. Kalaupun ada fakta yang disajikan oleh penulisnya, itu hanya merupakan dukungan terhadap opini yang dikemukakannya dan merupakan hasil pemikiran intelektual penulisnya. Dalam menulis artikel, seorang penulis atau wartawan mendapat kebebasan yang penuh untuk mengembangkan pemikirannya, daya analisisnya terhadap suatu hal tanpa harus dibatasi dengan fakta yang sedang terjadi. Penting bagi penulis artikel adalah ia mampu untuk menyajikan gagasan secara sistematis dan dengan kajian-kajian yang logis. Teknik menuliskan artikel sama dengan tulisan umum lainnya, yaitu dimulai dengan pendahuluan, pembahasan atau pengembangan, dan ditutup dengan kesimpulan. Untuk menuliskan artikel,

seseorang harus mendalami persoalan yang akan dipaparkannya, kaya

dengan wawasan dan didukung dengan bahan bacaan yang cukup. Kalaupun gagasan yang dipaparkannya bukan gagasannya sendiri, tetapi gagasan orang lain, penulis harus mampu menguji pendapat tersebut secara kritis.

6. Kolom Sebenarnya yang dimaksud dengan tulisan kolom dalam surat kabar atau majalah adalah artikel, tetapi ada kekhasan kolom jika dibandingkan dengan artikel. Tulisan-tulisan kolom selalu reflektif atau bersifat renungan. Tulisan dalam bentuk ini tidak sekedar berupa pergumulan intelektual, tetapi juga menyangkut emosi atau perasaan, spiritual bahkan kadang-kadang iman. Dengan demikian, tulisan yang berbentuk kolom harus mampu menggugah pembacanya untuk bercermin dengan tulisan itu, sehingga menarik kesimpulan sendiri. Tulisan berbentuk kolom tidak pernah bertele-tele, tetapi singkat, lugas, dan menarik. Ia cenderung mengajak pembacanya untuk menertawakan sikap-sikap yang tidak wajar yang terjadi di masyarakat. Oleh karena itu, sifatnya selau menyindir. Kalau

pun ia disarati dengan pesan yang berat,

penulisannya selalu ringan dan lincah, kadang-kadang lucu.

Teknik menuliskan kolom tidak berbeda dengan penulisan artikel, feature atau laporan, tetapi yang perlu diingat dalam menulis kolom, penulis harus benar-benar menguasai masalahnya sehingga ungkapan-ungkapan, perumpamaan atau contoh yang dipaparkan benarbenar mendukung gagasan yang akan disajikan. Dalam hal ini, kedalaman berpikir seseorang akan menentukan baik tidaknya kolom yang ditulisnya. Itulah sebabnya di kalangan wartawan tidak banyak yang mampu menulis kolom dengan baik. Tulisan kolom tidak mempunyai struktur tertentu, misalnya ada bagian pendahuluan atau lead, isi atau tubuh tulisan, dan penutup. Kolom langsung berisi tubuh tulisan, yaitu berupa pengungkapan pokok bahasan dan pendapat penulisnya tentang masalah tersebut. Judulnya pun biasanya singkat saja, bahkan dapat hanya satu kata saja. (Komidi 2007). Umumnya kolom di muat pada hari-hari tertentu, misalnya Senin untuk olahraga, Selasa untuk kebudayaan dan kesenian, Rabu untuk politik luar dan dalam negeri atau seterusnya. Oleh karena hari pemuatanya tetap, maka lama kelamaan kolom itu juga mengarah pada spesialisasi isi. Banyak sedikitnya juga bergantung pada minat penulisnya sendiri, dan pada lingkungan sumber informasinya dan cara pengumpulan bahanya bisa sederhana dan juga bisa kompleks.

C. PEMBAHASAN DISKUSI Diskusi tentang “Bentuk-Bentuk Tulisan Jurnalistik” ini berjalan dengan cukup serius. Diskusi dipandu oleh Saudari Wirma sebagai moderator dan Saudara Cici Sriana putri sebagai penyaji. Oleh karena yang presentasi hanya dua orang, pembacaan materi dibagi menjadi dua bagian. Pertama oleh Saudari Cici dan kedua oleh moderator. Moderator merangkap sebagai penyaji karena Harissa Yeri Oktiva, yang juga sebagai penyaji berhalangan hadir. Selanjutnya, setelah pembacaan materi selesai. Moderator membuka sesi pertama, yaitu sesi kritik dan saran. Namun, pada sesi ini anggota diskusi tidak ada yang menambahkan atau berkomentar, baik itu tentang isi materi itu sendiri maupun tentang tampilan slide pada power point yang telah dibuat. Oleh sebab itu, moderator membuka sesi kedua yaitu sesi tanya jawab. Pada sesi tanya jawab ini moderator membuka tiga pertanyaan. Pertanyaan pertama, diberi kesempatan kepada Saudari Tri Wasillah, pertanyaannya, yaitu apakah maksud dari metodologi penelitian dan deviasi mesti bisa diuraikan dengan jelas?, selanjutnya pertanyaan dari Saudari Fatimah, pertanyaannya yaitu jelaskanlah jenis-jenis feature?, dan yang terakhir pertanyaan dari

Saudari Dianni Novalia, yaitu jelaskan maksud dari tesis, premis, dan hipotesis pada tulisan ilmiah?. Pertanyaan pertama dijawab oleh Saudari Cici. Penjelasannya adalah sebagai berikut. Maksud dari metode pada penulisan tulisan ilmiah adalah cara-cara yang digunakan oleh seorang peneliti atau metode-metode apa saja yang digunakan oleh peneliti untuk tulisannya agar tulisannya memenuhi syarat sebagai tulisan ilmiah. Selanjutnya, pertanyaan saudari Siti dijawab oleh Saudari Wirma. Penjelasannya adalah sebagai berikut. Menurut Wolseley dan Campbell dalam Exploring Journalism (Assegaf, 1983:56), paling tidak terdapat enam jenis feature yang dikenali sehari-hari: (1) feature minat insani (human interest feature), (2) feature sejarah (historycal feature),

(3) feature biografi (biografical

feature), (4) feature perjalanan (travelogue feature), (5) feature yang mengajarkan suatu keahlian atau petunjuk (how to do feature), dan (6) feature ilmiah (scientific feature). 1. Feature Minat Insani (Human Interest Feature) Feature jenis ini terutama dimaksudkan untuk mengaduk-aduk perasaan, suasana hati, dan bahkan menguras air mata khalayak. Human interest feature termasuk yang paling efektif dalam menyentuh wilayah intuisi, emosi, dan psikologi khalayak yang anonim dan heterogen. Human interest feature tak hanya berhubungan dengan manusia. Dunia flora dan fauna pun termasuk di dalamnya. 2. Feature Sejarah (Hystorycal Feature) Feature sejarah berusaha untuk melakukan rekonstruksi peristiwa tidak saja dari sisi fakta benda-benda tetapi juga mencakup aspek-aspek manusiawinya yang selalu mengundang daya simpati dan empati khalayak.

3. Feature Biografi (Biografical Feature) Feature biografi atau tentang riwayat perjalanan hidup seseorang terutama kalangan tokoh seperti pemimpin pemerintahan dan masyarakat, public figure, atau mereka yang selalu

mengabdikan hidupnya untuk negara, bangsa, atau sesuatu yang bermanfaat bagi peradaban manusia, senantiasa mendapat tempat yang terhormat di berbagai perpustakaan kampus dan sekolah di seluruh dunia.

4. Feature Perjalan (Travelogue Feature) Feature yang mengajak pembaca, pendengar, atau pemirsa untuk mengenali lebih dekat tentang suatu kegiatan atau tempat-tempat yang dinilai memiliki daya tarik tertentu, disebut feature perjalanan. Sesuai dengan namanya, feature perjalanan merupakan kisah perjalanan wartawan atau seseorang bersama kelompoknya ke objek-objek tertentu yang menarik seperti hutan, lembah, laut, danau, pantai, gua, termasuk juga objek-objek wisata peniggalan sejarah. Feature jenis ini terutama dimaksudkan untuk memberi informasi serta memotivasi khalayak untuk mengenali dan mencintai alam, flora, dan fauna.

5. Feature Petunjuk Praktis (How To Do Feature) Feature yang menuntun atau mengajarkan tentang bagaimana melakukan atau mengerjakan sesuatu, disebut feature petunjuk praktis atau how to do.

6. Feature Ilmiah (Scientific Feature) Feature yang mengungkap sesuatu yang berkaitan dengan dunia ilmu pengetahuan, disebut feature ilmiah. Feature yang menceritakan kloning domba di Inggris, kisah penelitian tentang habitat simpanse di Kalimantan, kisah penelitian alam bawah samudera oleh para ilmuwan LIPI di Jepang, merupakan feature ilmiah yang amat mengasyikkan untuk dibaca, didengar, atau ditonton. Feature ilmiah biasanya lebih banyak tampil di televisi daripada di radio dan majalah.

Pertanyaan selanjutnya mengenai maksud dari tesis, premis, dan hipotesis dijawab oleh Saudari Cici. Penjelasannya, yaitu hipotesis itu sepengetahuan penulis adalah dugaan-dugaan sementara yang ada dalam pikiran peneliti untuk mengarah kepada kebenaran berdasarkan apa yang dilihat di lapangan.

Setelah pertanyaan dijawab oleh penyaji, Ibu Dosen pembimbing, Dewi Anggraini, menambahkan penjelasan berupa tambahan dan sanggahan mengenai pertanyaan nomor tiga dan pertanyaan pertama. Penjelasannya adalah sebagai berikut. Sebenarnya tulisan ilmiah yang dibahas oleh kelompok penyaji tidak termasuk ke dalam bentuk-bentuk tulisan jurnalistik. Bentuk tulisan ini di dalamnya menggunakan bahasa ilmiah yang tidak semua orang mengerti dengan bacaan tersebut sedangkan bahasa jurnalistik cenderung mudah dimengerti oleh pembaca. Namun, ada juga tulisan-tulisan ilmiah ini yang dimuat dalam surat kabar, tetapi kata-katanya diubah dan diolah lagi sehingga bahasanya mudah dimengerti seperti bahasa jurnalistik, namun kekurangannya, yaitu tidak semua orang membaca tulisan tersebut. Hanya orang-orang yang berkepentingan dan tulisan tersebut berhubungan dengan dunia kerjanya saja yang membacanya. Sehubungan dengan pertanyaan pertama tadi tentang metode, metode adalah cara-cara yang digunakan oleh peneliti dan dituliskan dalam tulisannya. Begitu juga tesis, hipotesis, dn premis ini ditulis dalam tulisan ilmiah yang tidak termasuk dalam tulisan jurnalistik. Setelah semua pertanyaan terjawab, moderator membuka satu sesi pertanyaan lagi. Pertanyaan diajukan oleh Saudara Agung Permadi, yaitu jelaskan jenis-jenis dari pers releas? Namun, pertanyaan ini tidak dapat dijawab oleh penyaji dan pertanyaan diambil alih oleh Ibu Dewi Anggraini. Pears lereas ini tidak banyak diketahui oleh masyarakat. Pears lereas ini tidak wartawan yang menuliskan beritanya, tetapi informasi dituliskan oleh sumber informasi atau informan itu sendiri. Dalam mendapatkan informasi, wartawan tidak mencari informasi, namun informan itu sendiri yang datang untuk memberikan informasi. Selanjutnya, diskusi diambil alih oleh dosen pembimbing. Pertanyaan ini diajukan oleh Saudara M. Riski. Pertanyaannya, yaitu apakah menurut penyaji apakah biografi itu termasuk feature atau profil? Pertanyaan tersebut dijelaskan oleh Ibu Dewi Anggraini. Penjelasannya, yaitu biografi itu memang termasuk feature karena tulisan yang memuat tentang seorang tokoh yang terkenal atau penting, di dalamnya berisi tentang hal-hal yang berhubungan dengan orang tersebut. Jadi, biografi itu termasuk ke dalam feature. Setelah penjelasan dari Dosen pembimbing selesai, diskusi ditutup oleh moderator dengan membacakan Alhamdulillah.

D. SIMPULAN Bentuk-bentuk tulisan jurnalistik terbagi atas lima, yaitu, berita, reportase, feature, artikel, dan kolom. Bentuk-bentuk tulisan jurnalistik sangat berbeda dengan tulisan ilmiah. Tulisan jurnalistik ini menggunakan bahasa jurnalistik yang mudah dipahami oleh pembaca. Selain itu juga, tulisan jurnalistik tidak menggunakan bahasa yang hanya dimengerti oleh sebagian pembaca. Oleh karena itu, tulisannya lebih menggunakan bahasa sehari-hari, bahasa yang bisa dibaca oleh semua kalangan, baik itu kalangan pelajar, maupun masyarakat umum. Selain itu, ada juga tulisan-tulisan ilmiah ini yang dimuat dalam surat kabar, tetapi katakatanya diubah dan diolah lagi sehingga bahasanya mudah dimengerti seperti bahasa jurnalistik, namun kekurangannya, yaitu tidak semua orang membaca tulisan tersebut. Hanya orang-orang yang berkepentingan dan tulisan tersebut berhubungan dengan dunia kerjanya saja yang membacanya. Setelah membaca makalah tulisan jurnalistik ini, semoga pembaca dapat memperoleh manfaat dan memperoleh

informasi tentang hal-hal yang dapat memperluas wawasannya

tentang dunia jurnalistik dan menjadikannya sebagai panduan dan pedoman jika ingin membuat tulisan-tulisan jurnalistik agar tidak salah dalam memaknai jenis masing-masingnya. http://cicisriana.blogspot.com/2015/04/bentuk-bentuk-tulisan-jurnalistik.html

1 . STRAIGHT NEWS Straight news atau sering juga disebut berita langsung merupakan bentuk penulisan berita yang paling sederhana, hanya dengan menyajikan unsur 4W (what, who, when, where) maka tulisan tersebut bisa langsung menjadi berita. Namun bukan berarti straight news menafikan unsure why dan how. Karena itu bentuk penyajiannya pun juga diatur sedemikian rupa, sehingga khalayak pembaca bisa mengetahui pesan utama yang terkandung dalam berita itu tanpa perlu membaca seluruh isi berita. Pola penulisan straight news sering dipakai oleh media-media massa yang punya masa edar harian. Selanjutnya untuk media-media massa yang terbit berkala banyak memakai pola penulisan feature, depth news (indepht reporting maupun investigative reporting). Permasalahnnya sekarang fakta yang bagaimana yang biasanya ditulis dengan bentuk straight news. Tidak semua fakta bisa ditulis dengan bentuk straight news. karena straight news sangat terikat dengan unsure kebaruan (aktualita). Maka suatu fakta itu dituls dengan bentuk straight news;



 

informasi/berita tentang peristiwa dan buku fenomena ataupun kasus. Akhirnya kejadian yang hanya sekali itu saja terjadi. Bukan kejadian yang terjadi secara berlanjutan. Misalnya kecelakaan lalu lintas, kejahatan, pergantian pejabat, dsb. informasi atau berita itu penting untuk segera diketahui khalayak baru (actual)

2 . DEPTH NEWS tulisan ini lazim disebut “laporan mendalam, di gunakan untuk menuliskan permasalahan (yang penting dan menarik) secara lebih lengkap, bersifat mendalam dan analitis, dimensinya lebih luas, yang di jadikan berita biasanya suatu kasus maupun fenomena. Laporan ini ditulis berdasarkan hasil liputan terencana, dan membutuhkan waktu panjang. Karena merupakan hasil liputan terencana, maka diperlukan persiapan yang matang, sehingga dalam penuilsan in-Depth reporting ini membutuhkan out line sebagai kerangka acuan dalam penggalian data sampai analisa data. Dalam Depth news materi penulisan berita penekanannya pada unsur How (bagaimana) dan why (mengapa). Mencari dan memaparkan jawaban How dan Way secara lebih rinci dan banyak dimensi Karakteristik Depth News:    

Srukturnya balok tegak Deskripsinya analitis, banyak mengungkapkan fakta-fakta penting dan pendukung untuk kejelasan berita lenggang cerita mengikat (berkesinambungan) antara paragraph sebelum dan sesudahnya Lebih mendalam dalam menguraikan fakta.

Pembuatan Perencanaa Liputan (Outline): Karena pemberitaan dalam model depth news lebih menekankan pada unsure why dan how, maka dibutuhkan kedalaman dalam mengurai realitas. Supaya dalam penguraian realitas tidak terjadi pembiasan/pelebaran, dalam artian tetap focus dalam meguarai suatu realitas, maka amat dibutuhkan kerangka (Outline) sebagai acuan dalam mengurai realitas tersebut, mulai dari pengumpulan/pengalian data sampai penganalisaan data, sebelum dijadikan tulisan. Adapun dalam pembuatan Outline, kita tidak kosong terhadap realitas (kasus atau fenomena) yang akan diurai. Penegtahuan awal tentang fenomena yang akan diurai akan sangat membantu dalam pembacaan fenomena tersebut. Karena tidak mungkin seluruh uraian fenomena yang disajikan dalam tulisan, maka dalam outlinnya ditentukan sisi mana (angle) yang akan diurai dan disajikan secara mendalam. Sedangkan enggle di maksudkan sebagai penentu batasan-batasan fenomena yang akan diurai sehingga dalam mengurai dan menganalisa sebuah fenomena tetap terfokus pada batasan yang

telah di rencanakan dan tidak melebar kemana-mana yang hanya akan menjadikan pembiasan dalam penguraian dan penganalisaan. Sebagai kerangka acuan dalam liputan mendalam Out Line juga memuat perencanaan (ketentuan) data-data yang akan diacri. Dan untuk data yang di rencanakan melalui wawancara, ditentukan pula poin-poin pertanyaan (drafting) secara garis besarnya. 3 . FEATURES Penulisan ini lazim di sebut berita kisah (narasi) atau cerita pendek non fiksi. Dikatakan non fiksi karena tetap berdasarkan pula fakta. Features juga sering disebut berita ringan (soft news) karena gaya penulisannya yang indah memikat, naratif, proasis, imajinatif dan bahasanya lugas. Biasanya featuers ini mengggunakan suatu peristiwa (realitas social) yang biasanya tidak terlalu menjadi perhatian public dan isinya lebih menekankan pada sisi human interest (menarik minat dan perasaan khalayak pembaca) model features dalam penulisan berita tidak terikat aktualitas. Namun dalam menulis features dibutuhkan kepekaan dan ketajaman menangkap fenomena dalam realitas social melalui pengamatan dan wawancara yang mendalam, serta riset dokumentasi yang cermat. Ragam Features:  



  





Historikal Features: Menceritakan kejadian-kejadian yang menonjol pada waktu yang telah lewat, tetapi mesih mempunyai nilai human interest. Profile Feature: Mengemukakan pengalaman pribadi seseorang atau kelompok. Khalayak pembaca bisa mengetahui sepak terjang tokoh tersebut, motivasinya, wawasannya, kerangka berfikirnya. Dan dikemas seolah-olah ‘kisah pengakuan diri’ dari orang yang bersangkutan. Adventures Features: Menyajikan kejadian unik dan menarik yang dialami seseorang atau kelompok dalam perjalanan kesuatu daerah tertentu, baik tentang alam maupun masyarakat. Trend features: Mengungkapkan kisah tentang kehidupan sekelompok anak manusia ataupun perubahan gaya hidupnya dalam proses transformasi social. Seasonal Features: Mengisahkan aspek baru dari suatu peristiwa teragenda, seperti saat lebaran, natal, peringatan hari lahir tokoh nasional dan sebagainya. How-to-do-it Feature: Mengungkapkan bagaimana suatu perbuatan atau kegiatan dilakukan, seperti tulisan tentang pemanfaatan daun sereh sebagai obat keluarga atau bagaimana cara menghapuskan virus computer. Explanatori/Backgrounder Feature: Mengisahkan suatu yang terjadi dibalik peristiwa atau penjelasan mengapa hal itu terjadi, misalkan tentang pemogokan buruh, mengapa pemogokan itu terjadi, sebab apa yang melatar belakangi pemogokan. Human Interest Feature: Menceritakan tentang kisah hidup anak manusia yang menyentuh perasaan, seperti seorang mahasiswa yang terus kuliah dengan mengandalkan hasil kerngatnya sendiri. Penulisan ini ditekankan pada tingkah laku hidupnya bukan personnya.

Karakteristik Features:     

Teras Berita (Lead)bebas asal tetap menarik Strukturnya bebas tapi tetap ringkas dan terus menarik Bagian akhir tulisan dapat meningalkan pesan pada pembaca, artinya dapat membuat pembaca tersenyum, tertawa, berdecap, bagian akhir yang demikian disebut Lenggang cerita terkesan santai Deskripsi bervariasi, mengungkapkan detil-detil yang menyentuh atau yang membangkitkan emosi.

https://jurusjadiwartawan.wordpress.com/2017/12/25/bentuk-penulisan-berita/

Straight News

Ciri-ciri:    

Langsung Lugas Memakai kalimat aktif Mudah basi jika tidak segera diberitakan

Feature

Ciri-ciri:   

Berita yang dibuat dengan kedalaman Informasi tersebar Tidak mudah basi

Penjelasan Lead Lead adalah paragraf pertama dalam penulisan berita, lead harus mampu menarik perhatian pembaca. Lead terdiri dari: A. Straight News 1. Summary Lead - Paling banyak ditemui di koran-koran, dan kebanyakan orang sering membaca lead jenis ini. Memiliki ciri khas yaitu 5W+1H yang langsung diletakkan atau terpusat pada lead, atau paragraf pertama, sedangkan untuk paragraf selanjutnya biasanya adalah hasil wawancara. 2. Blind Lead – Paragraf pertama hanya memberikan sebagian kecil penjelasan dari berita yang disampaikan. Setelah paragraf pertama baru akan ada penjelasanpenjelasan lain. 3. Wrap Lead – Biasanya terdapat rangkuman tentang jumlah di paragraf pertama. 4. Quote Lead – Memakai kutipan langsung di awal paragraf pertama. Kutipannya menarik dan berasal dari orang-orang penting serta memiliki efek tersendiri yang langsung dapat mempengaruhi pembacanya. 5. Topic Lead – Terdapat topik di paragraf pertama yang biasanya sudah dimunculkan permasalahan di dalamnya.

B. Feature 1. Anecdotal Lead – Isinya tentang sebuah perbedaan atau perilaku yang terjadi tidak pada tempatnya. Seperti seseorang yang dalam kehidupannya seharusnya melakukan apa, tapi dia justru melakukan hal yang lain di luar kebiasannya. 2. Narrative Lead – Menjabarkan apa saja yang dilakukan oleh subjek utama yang ada dan menjadi sorotan dalam berita tersebut.

3. Scene-setter Lead – Keadaan/kondisi yang ada dan terjadi di lapangan saat itu langsung diceritakan. 4. Scene-wrap Lead – Terdapat penggambaran seperti apa kejadian yang sedang terjadi di lapangan, tetapi dalam bentuk seperti rangkuman.

Prinsip-prinsip Jurnalisme 1.

Jurnalis menjunjung kebenaran

2.

Loyalitas jurnalis kepada pembaca

3.

Jurnalis harus disiplin melakukan verifikasi

4.

Jurnalis harus bekerja secara independen

5.

Jurnalis bekerja dengan memegang etika

6.

Jurnalisme harus bisa menjadi forum bagi publik http://steakasanka.blogspot.com/2015/12/bentuk-bentuk-berita-dan-jurnalisme.html

Related Documents

File
November 2019 29
File
April 2020 14
File
May 2020 13
File
November 2019 22
File
May 2020 10
File
May 2020 9

More Documents from ""

File Pina.docx
November 2019 4
4. R P P.doc
April 2020 21
Data Genus For Evaluasi
October 2019 25
Dic Book Digital
December 2019 24
2717-7437-1-sm
August 2019 22