CONTENTS
CONTENTS ........................................................................................................................................... 1 DESCRIPTION ....................................................................................................................................... 2 BANNER ............................................................................................................................................... 3 RELATION CHART ................................................................................................................................. 4 CHAPTER 01 Somebody to Love ........................................................................................................... 5 CHAPTER 02 BRAVE ............................................................................................................................ 14 CHAPTER 03 Lovin’ You ...................................................................................................................... 21 CHAPTER 04 Can't Let Go ................................................................................................................... 29 CHAPTER 05 Summer Dream .............................................................................................................. 36 CHAPTER 06 Feelings Deep Inside ...................................................................................................... 43 CHAPTER 07 Don't Cry My Lover ........................................................................................................ 50 CHAPTER 08 I Did It For Love .............................................................................................................. 57 CHAPTER 09 STILL .............................................................................................................................. 65 CHAPTER 10 Hello Again .................................................................................................................... 74
DESCRIPTION Title : スクール 革命 / School Kakumei / School Revolution Author : Dila (di LA —SAFE, BoA-Indo, Sujunesia, TVXQ-Indo—) Rating : PG-15 Pairing : Boa ♥ Jaejoong Location : Japan Cast : Boa, TVXQ, TOP, Lina, Kwon Soonhwon, Kwon Soonuk Length : series Genre : romance, school drama, complicated Language : Indonesian, Japanese (a little) A/N : The title was taken from Hey!Say!JUMP’s song
スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
BANNER
スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
RELATION CHART
スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
CHAPTER 01 Somebody to Love >Jae PoV<
Aku bosan sekolah. Sama sekali tidak ada hiburan. Monoton. Jadi seperti biasa, aku membolos pelajaran. Penampilanku pun tidak pernah bisa serapi yang diharapkan sekolah. Kemeja kukancingkan mulai kancing ke-3. Celana kupakai sepinggang, dan lengan kemeja dan jas aku gulung. Bukan apaapa, aku hanya ingin orang tuaku mengerti kalau aku lebih suka bebas.
Pagi ini aku sedang berjalan di koridor seperti biasa sambil mendengarkan musik dari iPod-ku. Pelajaran sudah dimulai. Tentu saja aku langsung keluar kelas, membolos. Dan aku mendengar samarsamar suara derap langkah terburu-buru, tapi aku tidak begitu memperhatikan. Aku mau belok kanan, ketika seseorang menabrakku.
BRUK!!! Kusooo… umpatku dalam hati. Kami terjatuh di lantai, dan yang mengejutkan bibir kami bersentuhan. Berani sekali dia!!!! Cewek yang menabrakku langsung bangkit dan merapikan barang-barangnya. Aku juga bangkit dan memandangnya dengan marah. “GOMENASAI, GOMENASAI!!!” kata cewek itu sambil membungkuk. Cewek itu langsung berlari pergi, tapi aku memegang pergelangan tangannya. “Hoi, chotto! Tunggu! Enak aja langsung pergi,” kataku sambil melepas earphone. “Gomenasaaai…” kata cewek itu pelan. “Namae? Namamu?” tanyaku kasar. Aku tidak suka kalau ada seseorang yang bersikap tidak sopan seperti itu. “Boa desu…” jawab Boa sambil menunduk ketakutan. “Yo, omae… kamu pikir kamu siapa, hah? Menabrakku seenaknya, plus bonus ciuman, pula! Dan hanya pergi dengan kata “gomenasai”?!” tanyaku marah. Sepertinya dia juga ikut marah. Ekspresinya tiba-tiba mengeras, dia mengangkat kepalanya dan membalas. “Bukannya aku tadi sudah bilang maaf?! Memangnya aku sengaja menciummu? YOU WISH!!!” kata Boa. Lalu Boa mengintip salah satu kelas yang rupanya kelasnya. Tapi dia tidak masuk. Dia kembali ke arahku dengan tampang cemas dan takut. “Doushite? Kenapa kembali?” tanyaku setengah sebal setengah geli. “Ssst…” kata Boa sambil meletakkan telunjuk di bibirnya, menyuruhku diam. “Kamu pikir aku akan masuk setelah telat 1 jam begini?! Aku mau bolos!” kata Boa. “Ckckck…” aku hanya geleng-geleng kepala. “Kamu sendiri? Tidak masuk kelas?” tanya Boa. スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
“Omae ni wa kankeinai! Bukan urusanmu! Ja ne!” kataku sambil melambaikan tangan dan pergi meninggalkan Boa dan memasang kembali earphoneku. Setelah keluar dari sekolah, aku baru sadar akan sesuatu. Aku berbalik dan mematikan iPod-ku. “Omae?! Kau?! Kenapa kamu mengikutiku?!” tanyaku sebal pada si cewek yang dari tadi membuntut di belakangku. Dia tersenyum nakal. “Watashi mo iku! Aku ikut kamu!” kata Boa dengan pedenya. “Naniiii?! Apa?! Kamu tuh ya! Udah cium orang sembarangan! Masih ngekor, lagi!” kataku dengan sebal. “Aku belum pernah bolos, tau! Kalau orang tuaku sampai tau bisa gawat. Makanya aku ikut kamu! Kamu sepertinya udah sering bolos,” ceritanya sambil memandangiku dari bawah ke atas. “Ck… shiyoganai naaa… apa boleh buat… Tapi aku nggak mau tau kalo kamu ilang lho!” kataku sambil terus berjalan. Aku menuju ke tempat membolos favoritku. Bukan di keramaian tentunya. Aku pergi ke lapangan di sebelah sungai dan jembatan. Biasanya di sana banyak anak kecil bermain bola, remote control, atau kalau sore ada yang bermain layangan. Bagaimanapun juga aku suka ketenangan. “Eee… sugoi ne, kono basho… tempat ini indah sekali… kamu sering ke sini?” tanya Boa sambil memandang ke seluruh lapangan. “Yaaah, tokidoki na… kadang-kadang…” jawabku sambil duduk di rerumputan. Boa juga berbaring di sebelahku. “Kimochiii…” teriak Boa. Tentu saja nyaman, kalau enggak, ngapain aku ke sini? batinku. “Enak juga sekali-kali tidak di depan buku pelajaran… ne?” tanya Boa. Yappari onna no ko ga… dasar cewek… suka bicara yang tidak penting seperti itu. Tiba-tiba ada bola yang melambung dan jatuh di sampingku. “Onii-chan!!!” panggil salah seorang anak sambil menghampiriku. “Ah, Chinen… hai, kore… ” kataku sambil bangkit dan mengambilkan bola untuknya. Boa juga duduk dan tersenyum pada Chinen. Chinen balas tersenyum. “Jaejung-niichan no kanojo?” tanya Chinen sambil menunjuk Boa. Hah? Bagaimana dia bisa berpikir kalau Boa pacarku?! “Kanojo janai, boke! Dia bukan pacarku, bodoh!” kataku sambil mengacak-acak rambut Chinen. “Sudah sana main lagi!” suruhku. Chinen berlari-lari ke arah teman-temannya. “Anata no namae wa… Jaejung, ka? Namamu Jaejung?” tanya Boa. Ah iya juga, kalau dipikir-pikir, aku belum menyebutkan nama. “Maaa,” jawabku sambil berbaring lagi. “Kawateru na… nama yang aneh…” gumam Boa. “Omae no namae mou kawaten da na! Namamu juga aneh!” kataku cuek. Memang namanya eneh kok! Aku meliriknya. Dia cemberut, lalu berdiri dan menghampiri anak-anak di bawah yang sedang bermain bola. Aku duduk lagi. Aish~ nani atenda ya ano aitsu? Dia mau ngapain lagi sih? スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
Aku hanya melihatnya dari atas. Dia bermain bersama anak-anak itu. Hahaha… tampangnya saja seperti anak-anak. Pantas saja tadi waktu tidak sengaja ciuman dia langsung panik. 30 menit kemudian Boa kembali ke atas, duduk lagi di sebelahku. “Huwaaa, tsukaretaaa… capek sekali… Jaejung-kun, kamu bawa minum? Bento wasureteta… Aku tadi lupa bawa bekal,” tanya Boa. “Ambil aja di tas” Boa membuka tasku dan mengambil botol minumku. Ketika dia mengembalikan botol ke tasku, dia mengambil kamera digitalku. “Eee? Nani kore? Apa ini? Kamera? Wua, kelihatannya mahal. Untuk apa kamu bawa kamera ke sekolah?” tanya Boa. “Aku suka fotografi. Tapi orangtuaku tidak menyekolahkanku di sekolah fotografi dan memaksaku meneruskan perusahaan mereka,” ah, seperti bukan aku saja cerita begini. Apalagi pada cewek yang baru kukenal beberapa jam. “Oooh…” Boa tiba-tiba memotretku. “Nani at~” “Wuaaa, hasilnya bangus sekali,” kata Boa seperti anak kecil. Aku urung marah dan hanya tersenyum memandanginya.
Kemarin benar-benar hari yang aneh. Aku memandangi cellphone-ku. Kemarin kami bertukar nomor cellphone. Haha, dasar cewek aneh. “Jaejung-kun, kamu kenapa sih dari tadi bengong ngeliatin cellphone?” tanya Yunho. “Ah, iia’ betsu ni… nggak pa-pa…” jawabku sambil memandang ke jendela. Aku dan teman-temanku sekarang ada di kamar mandi lantai dua. Hari ini ada upacara penyerahan hadiah atau apalah, aku tidak tau. Dan kami berlima malas turun ke lapangan tentu saja… untuk apa berpanas-panas di lapangan hanya demi melihat seseorang diberi hadiah? “Sasuga Boa-chan…” kata Yuchun sambil geleng-geleng kepala, memandang kagum ke seseorang di lapangan. Begitu mendengar nama “Boa”, aku langsung menoleh. “Boa? Kamu tau Boa?” tanyaku kaget. “Shiranai, Jaejung-kun? Kamu nggak kenal dia?” tanya Junsu heran. Aku menggeleng polos. “Mite te… lihat itu…” kata Changmin sambil menunjuk ke arah lapangan. Sosok kecil Boa menerima hadiah dan penghargaan dari entah-siapa. “Nani? Ada apa?” aku masih belum mengerti. “Boa itu murid paling top se-angkatannya. Waktu tes masuk, nilainya paling tinggi. Apalagi dia cantik. Jadi angkatan kita, siswa kelas 2 jadi ramai membicarakannya,” cerita Yuchun. Aku memandang sosok itu lagi. “Heee, shiranai… aku tidak tau…” gumamku. スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
“Tentu saja kamu nggak tau, kamu kan bolos terus,” kata Yunho. “Satu-satunya yang bikin kita berhenti bolos ya cuma Boa-chan…” kata Junsu sambil nyengir. “Iya, kira-kira selusin cowok ditolaknya tiap hari,” lanjut Yuchun. Jaejung benar-benar tidak habis pikir. Bagaimana bisa, cewek yang sangat dikagumi di sekolahnya kemarin ikut membolos bersamanya. Apalagi kemarin sempat ciuman, walau nggak sengaja sih. Huf, apa jadinya ya kalau satu sekolah tau kami pernah tidak sengaja berciuman? “Uuuh, dapat nomor cellphone-nya saja susah banget…” keluh Changmin. Aku makin salah tingkah. Masa’ sih Boa semahal itu? Lalu bagaimana aku bisa dengan mudah mendapatkan nomor cellphonenya? “Jaejung-kun, doushite?” tanya Yunho. “E? Nani?” tanyaku bingung. “Okashi yo saki kara… kamu aneh dari tadi…” kata Junsu. “Iia’, daijoubu…” jawabku tenang. Uh, bagaimana aku bisa cerita pada mereka tentang kejadian kemarin, coba?
Hari-hari berikutnya aku jadi tidak pernah membolos lagi. Aku benar-benar penasaran dengan Boa. apa benar dia idola sekolah? Dan rupanya aku menanyakan pertanyaan yang bodoh. Setiap dia jalan di koridor, banyak cowok yang melihat dari jendela kelas, bahkan keluar kelas. Hm, sampai saat ini aku belum pernah mengirim mail ke dia. Untuk apa? Aku tidak ada perlu dengannya. “Okashi na… aneh deh…” kata Changmin saat pulang sekolah. Kami berlima memegang kertas hasil tes Fisika. “Naze?” tanyaku sambil memandang nilaiku. Changmin juga ikut memandang nilaiku. ‘Kamu kan selama ini sering bolos… tapi kok nilaimu lebih bagus dari aku sih?” tanya Changmin kalem. “Saa… mana kutau,” kataku. Yunho, Junsu, dan Yuchun yang mendengar juga ikut tertarik dan melihat nilaiku. “USO!!!” teriak mereka bersamaan. Semua yang ada di lapangan memandang kami kaget. “Mana mungkin Jaejung dapat 9?!” kata Yunho. “Changmin aja dapat 8,9!” kata Yuchun sambil menoleh ke Changmin. “Sugoooi…” Junsu memandangku dengan kagum. Hm, aku juga nggak tau kenapa nilaiku bisa bagus. Padahal aku juga tidak pernah belajar. Bahkan seperti kata mereka, aku kerap membolos. Yah, mungkin bakat alam. Kami keluar dari pintu gerbang. Jalan di depan sekolah kami memang agak ramai, banyak mobil, sepeda, dan sepeda motor lewat. “Ssst, Boa-chan, Boa-chan!!!” bisik Junsu sambil menyikut-nyikut kami. Benar juga. Dia ada di seberang jalan. Berjalan sendirian. Dia melihatku dan tersenyum. “Dia senyum ke aku!!!” kata Junsu senang. スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
“Ah, nggak! Dia senyum ke aku!!!” kata Yunho. Aku tersenyum geli melihat mereka bertengkar. Aku balas tersenyum ke Boa. Lalu dia menyebrang jalan. Dari sampingnya ada mobil yang melaju sangat cepat. Tanpa berpikir lagi, tanpa mendengarkan teriakan Junsu-tachi, aku langsung berlari dan menarik tangan Boa sampai aku terhantam ke pagar sekolah. Argh, itaaai… sakit banget. “A, arigatou…” kata Boa. Baka, dia tidak melepas tangannya dariku! Padahal Junsu-tachi kini menghampiri kami. “Iia, mondainai… nggak masalah,” kataku sambil melepas tanganku buru-buru. Boa memandang tanganku yang satunya dan mengangkatnya. “Kamu luka!” kata Boa. Mau tak mau aku mendengar nada cemas dalam kata-katanya. “Jaejung-kun, daijoubu? Boa-chan, daijoubu?” tanya Junsu. “Daijoubu,” jawabku. “Daijoubu janai!!! Kamu pasti kena paku! Ayo kembali ke sekolah, akan aku obati lukamu!” kata Boa sambil menarikku. Yunho, Yuchun, dan Changmin memandangku dengan iri. Junsu seperti biasa, terkagum-kagum. Selama perjalanan ke infirmary pun, semua memandang ke arah kami. Aku buru-buru melepas gandengan Boa. dia menoleh padaku. “Nani yo?” tanya Boa. “Aku bisa jalan sendiri, tidak usah digandeng!” kataku. Dia cemberut. “Hai, wakatta… douzo…” kata Boa sambil merentangkan satu tangannya ke depan. “Hah?” “Kalau tidak mau aku gandeng, kamu harus berjalan di depan,” kata Boa sambil mendorongku. “Kalau kamu tidak berjalan di depan kamu bisa kabur dan aku yakin akan hal itu karena kamu bukan tipe orang yang mengobati luka dengan bersih, dan karena kamu sudah menyelamatkan nyawaku, maka sudah kewajibankulah untuk mengobatimu. Wakatta?” Boa berbicara cepat sekali sampai aku hampir tidak bisa menangkapnya. Aku hanya mengedikkan kepalaku sedikit sebagai jawaban. Heran, kenapa sih ada orang yang begini keras kepala? Padahal yang luka kan aku, bukan dia! Kami sampai di depan infirmary. Di pintunya ada tulisan “Yui-sensei sedang keluar sebentar, chotto matte kudasai” Aku baru saja mau berbalik dan memberutahunya kalau tidak ada orang ketika Boa sudah membuka pintu dan mendorongku masuk. “Yui-sensei wa inai, darou! Yui-sensei kan tidak ada!” kataku. “Ii wa, ii wa… Aku yang akan mengobatimu!” kata Boa sambil tersenyum. Justru itu masalahnya!!!!! Boa mengangkat tanganku dan membersihkannya dengan air. Wua, tangan Boa lembut sekali. AAAAH!!! IIA’!!! DAME DA!!! Dia terlarang! Kalau satu sekolah tau aku dekat dengannya, aku bisa dibunuh!!! “Nani, Jaejung-kun? Kowai yo anata no kao… wajahmu menakutkan,” tanya Boa. スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
“Iia’, nandemonai…” jawabku salah tingkah. Aku memandanginya membersihkan lukaku dengan obat, dan aku baru sadar. “Soieba, omae… Kenapa kamu memanggilku “Jaejung-kun”???” tanyaku. “E? Nani ga okashi? Apa anehnya?” tanya Boa sambil memandangku. Tangannya masih memegang tanganku—yang kini mulai berkeringat. “”Jaejung-senpai”, darou? Kalau memanggil kakak kelas yang sopan dong!” kataku sebal. Boa terkejut dan menjatuhkan tanganku. Itaaai!!! Sakit banget! “Jaejung-kun ah, iia’… Jaejung-senpai wa ichinen janai? Kamu bukan kelas satu?” tanya Boa. “Janai yo! Udah, cepet obatin!” kataku sambil menyerahkan tanganku lagi untuk diobati. Boa memegang lagi tanganku dan memberinya obat yang sangat perih. “Anata mo… Kamu juga tidak pernah memanggilku dengan namaku. Kamu cuma bilang ‘omae?!’ toka, ‘oi’ toka…” kata Boa. “Masa ka… atashi no namae wa oboetenai? Jangan-jangan kamu tidak ingat namaku?” “Mana mungkin. Semua temanku membicarakanmu,” kataku sambil memandangi tangannya membalut lukaku. “Kalau begitu panggil namaku sekarang,” suruhnya. “Ck, ngapain sih?!” “Aku kan punya nama! Kau harus memanggil dengan namaku!” kata Boa keras kepala. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu. “Sumimaseeen…” kata seorang cowok di balik pintu. Lalu pintu terbuka. Dia mendapati Boa memegang tanganku yang terluka. “Ah, gomen ne, Boa-chan…” kata si cowok. Dia mau menutup pintu tapi aku berdiri dan mencegahnya. “Ii wa, ii wa… ja, mata ne… sampai jumpa,” aku lalu menyambar tasku dan keluar dari infirmary. “Chotto matte! Tunggu sebentar,” cegah Boa. Aku berbalik. “Nani?” “Atashi mo iku… aku ikut,” kaa Boa sambil mengambil tasnya juga. “A, ano, Boa-chan… Tablo-sensei wa yonderu yo… kamu dipanggil Tablo-sensei,” kata si cowok. Dia membungkuk padaku, lalu pergi. “Ja!” kataku sekali lagi. Aku berjalan pulang sambil memandangi tanganku yang baru saja diperban Boa. Dasar anak aneh. Jangan-jangan dia punya kepribadian ganda. Di depanku dia terlihat biasa saja, tapi di depan sekolah, dia bersikap seperti “sulit dicapai”. Yah… aku sebenarnya jarang jatuh cinta. Belum ada cewek yang benar-benar mengerti aku. “Omae wa Jaejung, ka?” tanya seseorang memecah lamunanku. Aku menoleh. Lima orang berseragam berbeda denganku. Aku tidak menjawab. Hanya memandang mereka satu-satu. Aku benar-benar punya perasaan tidak enak tentang ini. Dan benar saja salah seorang dari mereka スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
langsung memukulku dengan tinjunya. Aku melempar tasku dan membalas. Aku sudah biasa terlibat perkelahian. “Hoi chotto! Tunggu! Ini tentang apa sih sebenarnya?” tanyaku sambil meluncurkan bogemku ke salah seorang di antara mereka. Tidak ada yang menjawab. Kusooo, di saat tanganku terluka kenapa malah ada yang menyerangku?! Awalnya aku memang masih kuat dan bisa menghindari pukulan mereka. Tapi aku semakin kewalahan menghadapi 5 orang sekaligus. Beberapa menit kemudian aku sudah terkapar di atas kardus-kardus. Seluruh tubuhku terasa sakit. “Yo! Jangan dekati cewekku lagi!”kata salah satu dari mereka. “Kanojo? Cewekmu?” tanyaku pelan. “Boa wa ore no kanojo da!” kata si cowok. Dia lalu menendangku dan meninggalkanku. Beberapa menit kemudian aku masih tidak bisa bergerak. Samar-samar aku melihat beberapa orang menghampiriku. Kusooo… untuk apa mereka kembali lagi. “Yo, Jaejung-kun, daijoubu?” tanya sebuah suara yang kukenal baik. “Yuchun, ka?” tanyaku lemah. Salah seorang dari mereka mengelap darah dan keringatku. “Yunho-kun… douyatte koko ni iru? Bagaimana kamu bisa di sini?” tanyaku. “Ah, kami tadi mau ke karaoke, tapi ternyata penuh. Lalu kami melihatmu dikeroyok 5 orang. Kami mau bantu, tapi takut. Hehehe…” kata suara ceria Junsu. Kemudian segalanya menjadi gelap.
Ketika sadar, aku sudah ada di rumahku. Penglihatanku sudah sepenuhnya jelas. Yunho, Yuchun, Junsu, dan Changmin ada di kamarku dan melihat-lihat isi kamarku. Lukaku sudah dibalut dan diberi obat, tapi rasanya masih sakit semua. “Jaejung-kun, ceritakan kejadian tadi dong,” kata Changmin. “Aah… iia’… itu cuma gara-gara Boa tadi menggandengku. Pacarnya bawa teman dan aku dikeroyok,” kataku cukup santai. “USO!!! Bohong!” teriak mereka. “Hontou da yo… beneran,“ kataku. “Emangnya Boa-chan punya pacar ya?“ tanya Yuchun. “Cuman gara-gara dia menggandeng Jaejung?” tanya Changmin tidak percaya. “Emang sih kita juga cemburu, tapi kok dia bisa sampe gitu ya?” tanya Yunho lebih pada dirinya sendiri. “Boa-chan kawaii dakara… Boa memang kawaii...” kata Junsu nggak nyambung. Hari itu kami habiskan dengan berdiskusi tentang kejadian tadi. Setelah malam, mereka pulang. Aku bilang mungkin aku besok tetap masuk. Yah, mungkin aku juga sudah tidak mau membolos lagi. スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
Kalaupun aku membolos, orang tuaku tidak akan tau dan tidak akan peduli. Mereka baru saja pulang dan mereka sama sekali tidak menanyakan keadaanku. Orang tua macam apa itu?!
Paginya aku masuk sekolah dan ternyata kabar kalau aku dikeroyok pacar Boa sudah menyebar. Semua menanyaiku, tapi aku jawab dengan pandangan sinis. Yang bisa mengerti aku hanyalah keempat sahabatku itu. Saat jam istirahat, seperti biasa kami berbincang-bincang di atap sekolah. Changminlah yang berhasil membuat kunci duplikatnya. Daerah itu sebenarnya terlarang. Tapi entah kenapa hari ini Changmin lupa mengunci kembali pintunya. “Jaejung-senpai…” panggil Boa. Semua menoleh. “Mou, omae… Oh, kamu…” “Dakara, omae janai! Boa desu! Sudah kubilang jangan panggil aku “omae”! Namaku Boa!” kata Boa. “Maa ii. Sa, nanda? Ah sudahlah, ada apa?” tanyaku. “Gomenasai…” kata Boa sambil membungkuk. “Nani?” “Top memukulimu kan kemarin?” tanya Boa sambil mendekati kami berlima. “Top tee… dare? Top itu siapa ya?” tanya junsu polos. “Omae no kareshi ka? Pacarmu?” tanyaku. Boa mengangguk. “Dia selalu begitu kalau ada cowok yang mendekatiku,” kata Boa. “Aku tidak mendekatimu…” ada sedikit nada menuduh dalam suaraku. “Wakatteru… aku tau, makanya aku minta maaf,” kata Boa. Beberapa menit berlalu. Suara yuchun memecah keheningan. “Sa, dou suru? Jadi bagaimana? Kamu mau memaafkannya?” tanya yuchun. “Anooo, aku tidak berharap senpai mau memaafkanku, tapi aku janji tidak akan mendekati senpai lagi. Yakusoku yo!” kata Boa. Bel masuk berdering. “Sa, ikou… ayo masuk,” kataku tanpa memandang Boa. Keempat temanku kelihatannya khawatir. Bukan khawatir tentang aku, tapi tentang Boa. Selama pelajaran aku hanya melamun. Kalau dipikir-pikir aku sama sekali tidak ada hubungannya dengan masalah ini, dan aku sama sekali tidak bersalah. Harusnya benar, Boa yang harus minta maaf padaku. Aku jelas tidak terima dipukuli seperti ini untuk hal yang tidak aku lakukan. Boa itu aneh sekali. Padahal dia yang selama ini mendekatiku—dan dia menciumku, walaupun tidak sengaja. Dia tau kalau aku bakal dipukuli sama pacarnya. Lalu kenapa dia tidak berhenti mendekatiku? Dan sekarang dia malah minta maaf. Ah, aku tidak mengerti jalan pikiran perempuan. “Jaejung-kun, daijoubu?” tanya Yunho yang duduk di sebelahku. “Aaa, daijoubu. Shinpai shinai de. Nggak pa-pa, nggak usah khawatir,” jawabku. スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
Di rumah pun aku tidak merasa baik. Aku memikirkan Boa. ini memang salahnya, tapi selama ini aku tidak keberatan dia ada di sampingku, dia dekat denganku. Malah bisa dibilang aku menikmatinya. Ore… ore wa suki na no? Kore wa ai da? Apa aku suka dia? Apa ini cinta?
スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
CHAPTER 02 BRAVE >Boa PoV<
Dia belum menjawabnya. Dia belum memaafkan aku. Apa senpai begitu marahnya ke aku ya? Aku hanya bisa merenung di perpustakaan. Ini adalah tempat favoritku. Kalau aku sedang sedih, aku selalu ke perpustakaan. Buku selalu bisa membantuku. Buku selalu jadi temanku. Huf… aku berdiri dan menuju ke sebuah rak. Aku ingat mau meminjam buku tentang fotografi. Ya, aku sangat penasaran dengan hobi senpai. Mengapa dia suka sekali dengan fotografi? Ya Tuhan… tinggi sekali raknya. Huh, beginilah nasib orang pendek. Aku berjingkat-jingkat mau mengambil buku itu. Tapi tinggiku tidak sampai… ayooo, sedikit lagi. Seperti biasa, banyak cowok yang mulai berkeliling mengintip di balik rak. Kenapa sih mereka selalu begitu? Apa mereka takut mau membantuku? Dasar pengecut. Tiba-tiba ada sebuah tangan yang mengambilkan buku. “Kore…” Aku menoleh pada cowok yang tinggi itu. “Jaejung-senpai!!!” aku berteriak terkejut tanpa bisa kucegah. “Kore…” ulang senpai sambil memberikan sebuah buku. “Ah, chigaimasu, senpai… bukan yang itu…” kataku sopan. Bagaimanapun aku bertanggung jawab atas lebam di wajah itu, jadi aku sebisa mungkin harus bersikap sopan padanya. “Ah, gomen, gomen… sa, docchi? Nah, yang mana?” tanya senpai. Aku menunjuk sebuah buku dengan susah payah. Lalu Jaejung-senpai sedikit berjingkat dan mengambilkannya untukku. Astaga, jantungku berdebar sangat cepat. Jarak kami sungguh sangat dekat sekarang. Rasa-rasanya aku bisa mendengar detak jantung senpai juga. “Eee? Fotografi? Kamu tertarik juga dengan fotografi?” tanya senpai sambil mengamati buku yang dia ambilkan untukku. Aku buru-buru mengambilnya. Aku tidak mau senpai tau kalau aku mencari info tentang apa yang disukainya. “Iia, betsu ni… nggak gitu juga sih,” kataku sambil menunduk takut. Aku benar-benar tidak sanggup memandang matanya. Aku takut dia benar-benar marah padaku. Tapi senpai mengangkat wajahku. Aku mendengar suara bisik-bisik di sekitarku. “Anooo, senpai… minna wa miteru… semua melihat kita…” kataku. “Ja doushita?” tanya senpai santai. “Kalau senpai dipukuli lagi…” “Kalau aku dikeroyok lagi aku akan membalas. Lalu?” tanya senpai lagi. “Mou, senpai… ini semua kan salahku karena dekat-dakat senpai,” bisikku khawatir. Di sini banyak sekali teman Top. Bisa-bisa mereka melapor pada Top. スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
“Sudahlah, lagipula aku juga sebenarnya menikmati kamu ada di dekatku,” kata senpai seakan tidak ada masalah kalau semua orang di dekolah ini tau dia dekat denganku. “Demo…” “Iku wa yo…” ajaknya. “Doko? Ke mana?” Tanpa menjawab pertanyaanku, senpai menarik tanganku. “Senpai, kono hon… bukunya…” “Ii wa. Aku punya buku itu. Nanti aku pinjami,” kata senpai sambil menggandeng tanganku dan keluar dari perpustakaan.
Sekarang kami ada di Duklyon, sebuah kafe yang suasananya cukup ceria. “Na, nanda, senpai?” tanyaku bingung. “Dari tadi kamu kelihatan murung, jadi aku ajak saja ke sini,” kata senpai sambil tersenyum. Huwaaa, baru kali ini aku melihatnya tersenyum. Setelah memesan es krim, senpai duduk di depanku. “A, ano… senpai…” aku mulai gugup. Aku bermaksud menanyakan jawaban atas permintaan maafku kemarin. Tapi sepertinya senpai tau apa yang akan aku katakan. Dia mengacak-acak rambutku. “Nani yo, senpai?!” kataku cemberut. “Nah, itu lebih mirip kamu. Kamu di sekolah jaga image sekali ya,” kata senpai. “Jangan membelokkan pembicaraan, dong. Apa senpai sudah memaafkanku? Apa senpai sudah tidak marah padaku?” tanyaku khawatir. “He? Bagaimana bisa aku mengajakmu makan es krim kalau aku masih marah padamu… ii wa... aku maafkan,” kata senpai. Lalu senpai mengambil es krimku dan menjilatnya. “AAARGH, ATASHI NO ICE CREAM DA!!!” teriakku sampai seluruh kafe memandangi kami. “Memang kenapa? Ini kan aku yang bayar,” kata senpai seraya mengembalikan es krimnya padaku. “Ah, rasa strawberry enak juga rupanya.” “Sonna koto janai!!! Bukan itu maksudku. Itu kan… itu kan…” “Nani?” “Ciuman tidak langsung…” bisikku. “Gyahahahaha… ah, kamu ini… kamu kan pernah menciumku secara ‘langsung’, yang begini sih tidak bisa dianggap ciuman,” kata senpai santai “Mou, senpai!!! Mukatsuita! Menyebalkan!” kataku “Hahaha, gomen, gomen… saa, oshiete yo! Beritahu kenapa kamu bisa pacaran dengan Top?” tanya Jaejung-senpai. Aku menunduk. Aku selalu sebal kalau ada yang menanyakan ini. Tidak ada yang bisa mengerti aku. Tapi kurasa… kurasa senpai bisa mengerti aku. スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
“Chuugakusei toki ni... Waktu itu SMP,” kataku memulai cerita. “Sebenarnya aku sama sekali tidak ada perasaan dengannya. Hm, jujur saja kami bukan dari keluarga kaya. Orang tua Top asalah pemilik resmi toko elektronik keluargaku. Top itu suka melanggar peraturan dan membolos, karena orang tuanya terlalu sibuk dan tidak memperhatikan Top,” “Chotto, chotto… ini bukan tentang aku kan? Aku juga suka melanggar peraturan dan membolos, lho…” sela senpai. “Chigaimasu, senpai…” jawabku sambil tersenyum. “Nah, dia memaksaku untuk jadi pacarnya. Kalau tidak…” “Dia akan melapor ke orang tuanya dan menyuruh mengambil tokomu?” tebak senpai. Aku mengangguk. “Jadi begitulah kenapa walaupun banyak yang menyukaiku tapi tidak begitu banyak yang berani mendekatiku. Setiap ada yang mendekat, Top selalu saja memukuli mereka,” kataku. “Lalu kenapa kamu mendekatiku kalau tau aku akan dipukuli?” tanya senpai. “Ah, gomen… maksudku…” “Iia, daijoubu… memang aku yang salah. Belakangan ini aku mencoba mendekati beberapa cowok, aku ingin tau apakah mereka berani mendekatiku. Aku ingin tau apa di dunia ini masih ada cowok yang tidak pengecut,” kataku sedih. “Gomenasai, senpai” “Mada ayamaru? Masih minta maaf juga?! Sudahlah, aku kan sudah memaafkanmu,” kata senpai. “Gomen” “Tuh kan minta maaf lagi,” kata senpai sambil tertawa. Aku merasa ada yang aneh. Aku memandangi senpai dengan penasaran, seakan aku baru pertama kali ini melihatnya. “Nanda yo?” tanya senpai agak risih. “Senpai wa… futsuu ne… senpai ternyata normal ya…” kataku pelan. “Hahaha, atari mae ja! Tentu saja! Memangnya kau pikir aku ini apa?” tanya senpai sambil tertawa lagi. Tuh kan aneh. Tidak biasanya dia tertawa. “Senpai di sekolah terlihat menyeramkan dan jarang bicara,” kataku jujur. “Aaa, warui na. Maaf kalo gitu,” kata senpai terlihat malu. “Aaa, nanda senpai ayameru te? Kenapa senpai jadi minta maaf?” “Demo… omae mo… kamu juga bersikap begitu kan? Di sekolah kau kelihatan seperti cewek elit yang cantik dan terpelajar, tapi di depanku kamu keliatan kekanakan sekali,” kata Jaejung-senpai. “Sonna koto janai yo! Aku tidak seperti itu!” “Nani ‘sonna koto janai’? Coba ingat-ingat lagi kapan kamu pernah cemberut di sekolah, ingat lagi kapan kamu pernah tertawa lepas di sekolah?” Aku berpikir. Iya juga ya… aku jarang bisa selepas ini di sekolah. “Gomen ne… mungkin karena di sekolah pun ada teman Top yang mengawasiku,” aku meminta maaf. “Hahaha, ii wa… kawaii yo. Tidak apa-apa. Imut kok,” kata Jaejung-senpai. “Kawaii? Dare ga kawaii? Siapa yang imut? Top?” tanyaku polos. スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
“Baka, omae ga kawaii… bodoh, tentu saja kamu yang kawaii,” kata Jaejung-senpai sambil tersenyum. Aku merasa mukaku panas dan memerah. Kini aku benar-benar tidak berani memandangnya!!! “Boa…” panggil Jaejung-senpai. Saking kagetnya, aku menatap matanya. Benarkah dia tadi memanggil namaku? “Ore wa Boa ga su…” “Sumimasen, okyaku-sama…” potong pelayan Duklyon. Astaga, apa yang tadi mau dikatakan senpai? Jantungku serasa mau keluar. Sekujur tubuhku gemetar. Sebelum aku sadar, aku sudah digandeng Jaejung-senpai keluar dari Duklyon. “Tadi pelayannya bilang kalau banyak pelanggan yang menunggu. Jadi kita diusir. Hahaha,” kata Jaejung-senpai, seolah tidak terjadi apa-apa. Ketika Jaejung-senpai berjalan mengantarku ke rumah, kami dihadang… “Top???” teriakku kaget. Saking takutnya, aku bersembunyi di belakang Jaejung. Tangan Top menarik tanganku, tapi langsung dilepas oleh Jaejung-senpai. “Bukannya aku sudah bilang, JAUH-JAUH DARI PACARKU!!!” teriak Top. “Nigero… lari dan pulanglah,” bisik senpai. Tanpa berpikir lagi, aku langsung berlari. Beberapa teman Top menghadangku, tapi langsung ditendang oleh Jaejung-senpai.
Aku tidak pulang ke rumah, tapi langsung kembali ke sekolah. Langsung saja aku ke atap tempat teman-teman Jaejung-senpai. Ya ampuuun, dikunci. Aku menggedor sekeras-kerasnya. “ONEGAAAI, TASUKETEE!!! JAEJUNG-SENPAI DIKEROYOK LAGI, ONEGAAAI!!!” teriakku sambil terus menggedor. Cklek… “Boa-chan… hontou ni?” tanya Changmin-senpai khawatir. Aku mengangguk. “Ikusou!” ajak Changmin-senpai. Keempat teman Jaejung-senpai langsung berlari mengikutiku. Belum terlambat!!! Yunho-tachi langsung membantu Jaejung-senpai melawan Top-tachi. Aku hanya melihat dari kejauhan. Aku takut kalau melapor ke guru. Nanti Jaejung-senpai juga bisa dapat masalah. Aduh, aku benar-benar tidak mengerti jalan pikiran cowok. Kenapa sih mereka selalu bermain tangan? Apa mereka tidak pernah membicarakan sesuatu dengan baik-baik?
Aku menutup mataku, tapi masih terdengar suara perkelahian. Lalu aku mendengar suara Jaejungsenpai berteriak. “KEMBALI, DASAR PENGECUT!!!!!” Lalu aku merasa tanganku hangat. “Kaeru yo,” ajak Jaejung-senpai tanpa memandangku. Dia memalingkan mukanya. Teman-teman senpai sedang mengelap wajahnya dengan saputangan. “Senpai…” aku menolehkan muka senpai ke arahku. Astaga, muka senpai parah sekaliii. Aku buruburu mengambil sapu tanganku dan mengelap wajahnya. スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
“Oi, aku mau ke rumahmu…” katta senpai. “Eee? Doushite? Kenapa?” tanyaku kaget. “Aku mau bicara pada orang tuamu. “Tentang ini? Tolong jangan beritahu orangtuaku, mereka akan khawatir,” kataku cemas. “Ini harus kita selesaikan,” kata Jaejung. “Jaejung-kun, apa yang kau rencanakan?” tanya yuchun-senpai. “Kalian mau ikut atau pulang duluan?” tanya Jaejung-senpai. Keempat temannya saling berpandangan. “Sebenarnya kami mau ikut, tapi kalau mengganggu… kami pulang aja,” kata changmin-senpai. “Oh, baiklah…” Kami berjalan ke rumahku yang angat sederhana. Aku benar-benar khawatir bagaimana jadinya kalau Jaejung-senpai bilang pada orang tuaku? Pasti orang tuaku akan protes pada orangtua Top, lalu mereka bertengkar, lalu toko orangtuaku pasti disita. OMG!!! “Oi, daijoubu?” tanya Jaejung-senpai. “H, hai…” “Ojitsuite, tenang saja, aku akan menyelesaikan semuanya,” kata Jaejung-senpai sambil tersenyum menenangkanku. Bukannya tenang, aku malah semakin cemas. Huwaaa… bagaimana ini?
“Tadaima… aku pulang,” salamku lemas. “Okaerinasai, Boa-chan,” suara okaa-san terdengar dari dalam. Soonhwon-niichan menghampiriku, lalu terkejut. “Omae dare? Siapa kamu?” tanya nii-chan dingin, sambil memandang Jaejung-senpai. “Ah, ini…” Jaejung membungkuk, “Kim Jaejung tomoushimasu... Boa-san no tomodachi desu. Saya Kim Jaejung, teman Boa,” kata Jaejung-senpai sopan. “Ara! Boa-chan bawa cowok, ya. Boa no tomodachi?” tanya kaa-san yang juga menghampiri kami. “Hai” “Aaa, kalau begitu ayo masuk dulu,” kata kaa-san. Soonhwon-niichan memandangi Jaejung-senpai yang penuh luka. “Habis berantem?” tanya niichan dingin. Aaa, aku tidak berani memandang wajah Jaejung-senpai. Dia pasti malu. Aku meliriknya sedikit. Jaejung-senpai hanya tersenyum.
Kami sekarang di ruang tamu dan duduk melingkar. “Saya ke sini bermaksud berbicara dengan obasan dan ojisan tentang Boa,” kata Jaejung. “Bilang saja kamu mau jadi pacar Boa,” kata Soonhwon-niichan dingin. “Tidak, karena Boa sudah punya pacar,” kata Jaejung-senpai. スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
“NANIIII???” seluruh keluargaku terkejut. Mereka pikir selama ini aku adalah anak yang baik, ‘mahal’, dan polos. Tapi sekarang… “DARE?!” teriak niichan. “T, Top…” jawabku pelan. Seluruh keluarga benar-benar terdiam sekarang. “Araaa!!! Baguslah kalau begitu, kamu sudah bisa memilih cowok yang mapan,” kata okaasan sambil menepuk tangannya sekali. Aku menepuk jidat. Okaasan!!!! “Sonna koto janai yo, kaasan,” kata Soonuk-niichan, kakak keduaku. “Jangan-jangan… Boa diancam kalau tidak jadi pacar Top, dia akan meminta orang tuanya untuk menyita toko ini…” kata Soonukniichan pelan. “Heee? Benarkah itu, Boa?” tanya kaasan. Aku mengangguk. Lalu Jaejung-senpai menceritakan kalau Top bersikap kasar pada semua yang mendekatiku. Seluruh keluarga diam mendengarkan Jaejung-senpai. Nii-chan akhirnya tau mengapa senpai babak belur. “Lalu kenapa kamu menceritakan semua ini? Kamu mau minta ganti rugi?!” tanya Soonhwon-niichan kasar. “Iie, tidak, saya ke sini hanya ingin menceritakan apa yang sebenarnya, supaya Boa tidak susah lagi,” kata senpai sopan. Huwa, kok bisa sih? Di depanku dia kelihatan sangat tidak rapi dan tidak teratur, bicara juga berantakan. Ini seperti bukan senpai saja. “Boa, oshiete kudasai… ceritakan apa saja yang dia lakukan ke kamu,” kata senpai. “A, aku… sebenarnya aku tidak diapa-apakan sama Top. Aku hanya dipamerkan ke teman-temannya. Yang membuatku sangat merasa bersalah, dia memukuli siapa saja yang dekat denganku,” ceritaku. “Nah, lalu apa dengan kami tau semua ini masalah akan terpecahkan?!” tanya Soonhwon niichan. “Kalau Boa putus dengan Top, ya, akan terselesaikan,” kata senpai pelan. Aku kaget dan lengsung menoleh ke senpai. Bukan hanya aku, semua keluargaku menoleh padanya. “LALU BAGAIMANA DENGAN TOKO KAMI, HAH?! KAMU PIKIR KAMI HIDUP DARI MANA?!” Soonhwonniichan kini sudah mengangkat kerah senpai. “Yamero, nii-chan! Hentikan!” kataku sambil mendudukkan senpai kembali. “Saya yang akan membiayai toko kalian,” kata senpai tenang. “De, demo…” kaasan mau memotong, tapi disela lagi oleh senpai. “Masalah materi itu mudah. Apa kalian tidak memikirkan kebahagiaan Boa?” tanya Jaejung-senpai.. “Boa no shiawase? Kebahagiaan? Tentu saja kami memikirkan kebahagiaan keluarga. Yang perlu dipertanyakan adalah kamu. Untuk apa kamu mengurus masalah keluarga kami?” tanya nii-chan. “Jitsu wa, boku wa… Boa ga su…” sebelum senpai menyelesaikan kalimatnya, cellphone-ku berdering memecah ketegangan. Aku mengangkat cellphone dengan gemetar. “Moshi moshi?” “Yo, Boa!” sapa suara di seberang. “T, Top?!” semua keluargaku menoleh. スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
“Besok kita bisa bertemu? Kamu mau aku kenalkan sama teman-temanku nih,” ajak Top. “Aaaah, kuuzen da! Kebetulan sekali! Ada yang mau aku bicarakan denganmu. “Kalau begitu, pulang sekolah aku jemput ya. Lalu kita ke Duklyon,” kata Top. “Ah, chotto matte. Tunggu. Aku ke sana sendiri saja, tidak perlu dijemput,” kataku. “Kenapa sih kamu selalu tidak mau aku jemput?” “Ah, aku tidak mau merepotkanmu. Sudah dulu ya, aku dipanggil kaa-san. Ja, mata ashita! Sampai besok!” kataku seraya menutup cellphone. “Lanjutkan!” suruh otoosan yang dari tadi diam saja. “Ehm, tonikaku... pokoknya… masalah ini biar saya dan Boa yang menyelesaikan,” kata senpai. Kelihatannya seluruh keluarga sudah mulai tenang sekarang. Aku jadi salut sama senpai. Dia masih bisa bersikap tenang walaupun keluargaku kasar seperti ini.
Setelah mengantar senpai sampai ke depan pintu, aku langsung masuk kamarku. Fuh, hari yang melelahkan! Soieba… ngomong-ngomong, tadi senpai mau bilang apa ya? Sebelum disela sama telepon dari Top? Ja, jangan-jangan senpai… AAA, mana mungkin dia suka padaku. Dia kan orangnya suka kebebasan. Mana mungkin dia suka padaku yang tidak punya pendirian dan mau diatur-atur begini?
Ah, pokoknya besok aku harus bicara pada Top! De, demo kowakute. Tapi aku takuuut. Bagaimana kalau dia balas dendam ke Jaejung-senpai??? Uuuh, kenapa sih senpai begitu baik padaku? Padahal aku selalu membahayakannya. Memberinya kesialan, tapi dia selalu memaafkanku. Yappari atashi… senpai ga suki. Sudah kuduga, aku pasti suka senpai.
スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
CHAPTER 03 Lovin’ You >Jae PoV<
Sekarang yang perlu aku lakukan adalah bicara pada otoosama untuk memodali keluarga Boa agar bisa membangun tokonya lagi tanpa campur tangan orang tua Top. Sebenarnya orangtuaku mengelola perusahaan elektronik. Jadi kemungkinan besar orangtua Top adalah anak buah otoosama. Sebenarnya sudah lama aku tidak bicara pada orangtuaku. Bahkan aku tidak tau apa mereka masih ingat kalau punya anak. Tapi ini demi Boa. Sepulang dari rumah Boa, aku langsung menuju ruang keluarga dan duduk di sebelah otoosama. “Otoosama…” “Nani? Pasti mau minta sesuatu,” jawab otoosama tanpa memandangku. “H, hai” “Ja?” Lalu aku menceritakan semua tentang Boa dan kejahatan Top, lalu tentang ancaman Top pada Boa yang mengakibatkan keluarga Boa dalam masalah. “Lalu apa aku harus melakukan sesuatu untuk pacarmu?” tanya otoosama. “Chigaimasu, bukan begitu. Aku… aku hanya kasihan pada keluarga Boa,” kataku. “Lalu apa keuntungan yang akan aku dapat?” Aku berpikir. Sudah kuduga aku akan menemui jalan buntu. “Aku akan menuruti semua kemauan otoosama,” kataku sambil membungkuk padanya. “Zenbu? Semuanya?” Yabai! Gawat! Aku punya perasaan tidak enak tentang ini. Tapi aku harus melakukannya. Boa no tame ni! Demi Boa… “Hai’,” jawabku pasrah.
Pagi ini aku sudah bukan “aku” lagi. Boku wa “boku” janai. Aku sudah menjadi orang lain, memikul beban yang lain, dan siap menjalani hidup yang lain. Tapi aku berjalan ke sekolah seperti biasa. “JAEJUNG-KUN?!” teriak teman-teman sekelasku saat melihatku pagi ini. “Ohayou, pagi…Nani yo? Ada apa?” “Hontou ni Jaejung-kun?!” tanya Junsu sambil mencubit-cubit pipiku. “Kamu kembaran Jaejung-kun?” tanya Yuchun. “Salah masuk kelas, kali…” kata Yunho sambil memakan roti. “Okashi yo… aneh,” gumam Changmin sambil memandangiku dari atas sampai bawah. “Apaan sih?!” tanyaku gusar. “DAKARA, OKASHI YOOO….” jawab mereka berempat. スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
“Iya, kamu jadi rapi banget hari ini," kata Changmin. "Biasanya kemeja kamu kancingkan mulai kancing ketiga," sambung Yuchun. "Celana kamu hipster," lanjut Junsu. "Jas tidak kamu kancingkan, dan lengannya kamu lipat,” Yunho mengakhiri. “Aaa, chotto na… nggak pa-pa, cuman pengen ganti suasana,” kataku pelan. Aku meletakkan tas dan duduk. Semua teman sekelasku berbisik-bisik, dan tentunya membicarakanku. Tiba-tiba bisikan berubah jadi pekikan kaget dan gembira. Aku menoleh ke sekeliling. Ada apa sih? “Jaeeejung-kun!!!” panggil Junsu. “E?” “Yonderu!!!” kata Yuchun sambil menunjuk Boa yang ada di depan pintu kelas. Oh jadi ini sebabnya anak-anak jadi ramai. “Nanda?” tanyaku ke Boa. “J, Jaejung-senpai wa daijoubu?!” Boa balik menanyaiku sambil menatapku dari atas sampai bawah. “Daijoubu, daijoubu… sa, nanda?” “Arigatou gozaimasu!” kata Boa sambil membungkuk 90 derajat. “N, nani?” “Keluargaku tadi malam berunding lagi dan sepakat untuk mengurus masalah ini lebih dalam dengan keluarga Top. Lalu orangtuaku menitipkan ucapan terima kasihnya padamu,” cerita Boa. aku tersenyum. “Omae no aniki, mada okoru? Kakakmumu masih marah padaku?” tanyaku. “Aaaah, gomen ne. Dia memang begitu kalau aku dekat dengan cowok. Makanya aku tidak pernah cerita padanya mengenai Top. Dia itu sister complex, tau, Soonhwon-niichan!” kata Boa. “Tidak apa-apa. Itu tandanya kan dia sayang sama kamu,” kataku. “Soieba, senpai… ada apa dengan penampilanmu?” tanya Boa. “Tidak ada apa-apa. Ganti suasana saja,” kuberikan jawaban yang sama dengan yang kuberikan pada Junsu-tachi. “Uso da yo… bohong…” “Eh, itu tidak penting. Nanti saja aku ceritakan,” kataku. Sekarang rupanya hampir satu sekolah memandangiku berbicara dengan Boa. Sebentar lagi pasti ada gosip kalau aku pacaran dengan Boa.
Yare, yare… dasar sekolah jaman sekarang sudah tidak seperti sekolah lagi. Anak umur 16 tahun sudah punya masalah seperti itu. School kakumei, ka? Revolusi sekolah. Siswa jaman sekarang terlalu cepat dewasa. Sekolah tidak jadi tempat belajar lagi.
Pulang sekolah, aku menunggu Boa di depan pintu gerbang. “Yo!” aku menyapa Boa yang lewat di depanku. “J, Jaejung-senpai, nanda?” スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
“Ore mo iku. Aku juga ikut. Kamu mau menemui Top kan?” tanyaku. Boa mengangguk. “Demo…” “Bahaya kalau kamu pergi sendiri,” kataku sambil menggandengnya. “Tapi senpai kemarin sudah dipukuli,” kata Boa cemas. “Sore wa nanda? Lalu kenapa? Ore wa otoko dakara. Aku kan cowok,” kataku sambil berjalan cepat. “Mou, senpai…” “Shinpai shinai de. Berhentilah cemas. Kamu selalu mencemaskanku. Padahal keadaanmu sendiri lebih mencemaskan,” kataku.
Saat kami masuk Duklyon, sudah ada Top dan beberapa temannya. Top melihatku dan langsung berdiri. “OMAE?!” tidak heran Top kelihatan marah. Sudah berkali-kali dia bilang padaku untuk menjauhi Boa, tapi sekarang malah Boa datang denganku. “Top, sudahlah. Aku mau bicara baik-baik,” kata Boa sambil menahan Top. Atas permintaan Boa, teman-teman Top pun pulang agak cepat, setelah makan sebentar. Kini tinggal aku, Boa, dan Top. “A, aku mau… aku mau…” Boa kelihatan takut dan sekujur tubuhnya bergetar. “Nani?” tanya Top tidak sabar. “Aku mau kita putus,” kata Boa cukup mantap. Top memandang Boa dengan heran dan tertawa. “Kamu tidak mungkin berani memutuskanku kan? Kalau kamu berani melawanku, apa yang akan terjadi dengan tokomu?!” kata Top tenang. “Aku ambil resiko itu,” kata Boa. Kami sepakat untuk tidak memberitahu rencana kami untuk membangun toko dengan bantuan orangtuaku. “Yang benar saja. Memangnya apa yang kurang sih dari aku? Aku kan kaya. Kamu minta apa aja akan aku turuti asal kamu juga menurutiku,” kata Top. “Kau tau? Materi bukan segalanya,” celetukku. “Omae ni wa kankeinai! Tidak ada hubungannya denganmu. Lagipula ngapain kamu di sini?” tanya Top dengan tampang jijik. “Top. Kau membuatku merasa bersalah dengan memukuli semua cowok yang dekat denganku,” kata Boa pelan. “Huh, atarimae ja!!! Tentu saja aku harus melakukannya. Aku kan cemburu. Cowok jaman sekarang itu ya, walaupun si cewek sudah punya pacar, tetap saja dia dekati,” kata Top sambil memandangku. Ano yarou!!! “Itu namanya bukan cemburu, Top! Kamu jadi pacarku hanya untuk memamerkanku pada temantemanmu kan?!” Boa mulai menyerang. Top diam saja, pandangannya kosong. Beberapa menit berlalu. スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
“Ii wa! Baiklah kalau kamu mau putus! Lihat saja besok pasti tokomu akan hilang,” kata Top sambil menyambar tasnya dan keluar dari Duklyon. “Yokatta ne. Untung saja,” kataku. “Nani ga “yokatta”? Apanya?” tanya Boa. “Untung dia tidak macam-macam,” kataku. “Hum” “Boa, ore wa… omae ga su…” sebelum aku menyelesaikan kalimatku, cellphone Boa di meja berdering. Boa mau mengangkatnya, tapi tanpa kusadari, tanganku menghentikannya dan menarik tangannya. Aku mencium gadis di depanku. Setelah beberapa detik yang mendebarkan, aku berbisik, “Ore wa omae ga suki da. Aku suka kamu” Aku tidak peduli seluruh Duklyon memandang kami. Aku tidak peduli apa yang akan terjadi ke depannya. Yang aku peduli, aku tidak mau ada yang mengganggu lagi setelah dua kali aku gagal menyatakan perasaanku. “A, atashi mo… senpai ga suki… aku juga…” balas Boa. Aku memandang sayang wajah itu. Boa yang mereka pikir sulit dicapai ternyata se-innocent ini. Aku pun tak pernah menyangka akan suka padanya. Untu mencairkan suasana, aku bicara duluan. “Ah, cellphone-mu? Tadi ada yang telepon kan?” tanyaku sambil mengambilkan cellphonenya. Boa mendengarkan mailbox. “Ah, Soonhwon-niichan menanyakan bagaimana pertemuanku dengan Top,” kata Boa. dia lalu menelepon balik. Aku memandangi wajah polos itu. Dibalik ketenarannya di sekolah, dibalik kepintarannya, dan dibalik kecantikannya, ternyata dia memendam beban yang tidak semestinya ditanggung anak 16 tahun. “Sa ikimasho. Ayo pulang,” ajak Boa. “Oi, bagaimana kalau kau ke rumahku?” ajakku. “E? Doushite?” “Omae wa ore no kanojo, darou? Kamu pacarku kan? Kamu belum pernah ke rumahku. Rumahku kosong kok. Aku anak tunggal, dan orangtuaku kerja semua. Paling hanya ada kaseifu (pelayan),” ceritaku lancar. Tiba-tiba tangan di genggamanku jadi mendingin. Aku menoleh ke pemiliknya. “Daijoubu?” tanyaku. “Da, daijoubu. Chotto kinchou shimasu… cuma sedikit nervous,” kata Boa. Aku tertawa. Dasar anak polos.
Saat sampai di depan rumahku, dia hanya bengong. “Kono HONTOU NI senpai no ie? Ini benar-benar rumah senpai?” tanya Boa heran. “Atarimae ja. Sa, ikou. Tentu saja. Ayo masuk,” ajakku. “Okaerinasai, Jaejung-sama,” sambut salah seorang kaseifu sambil membungkuk. Boa gugup dan ikut membungkuk juga. Aku hanya senyum melihat tingkahnya. スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
“Duduklah, aku ganti baju dulu,” kataku sambil menunjuk sofa di ruang tamu. “Oi, buatkan teh atau apalah,” suruhku. Aku naik ke kamarku dan segera ganti baju. Saat aku turun, Boa sedang melihat-lihat lukisan. “Siapa yang melukis, senpai? Atau ini beli?” tanya Boa sambil menunjuk lukisan-lukisan itu. “Mmm, itu aku lukis waktu SMP,” jawabku enggan. “Sugoooi!!!!!!!” puji Boa sambil memandang lagi lukisanku. Aku duduk dan meminum salah satu teh. “Senpai, kau belum menjawab pertanyaanku tadi pagi,” kata Boa sambil duduk di sampingku. “Nani?” “Kenapa senpai merubah penampilan? Yang aku tau, senpai suka kebebasan, tidak suka diatur, dan tidak terlalu rapi,” kata Boa. Aku menunduk memandang tehku. “Kamu tidak tau apa-apa tentang aku,” kataku palan. “Ja oshiete. Kalau begitu beritahu aku,” pinta Boa. “Otoosama da. Dia menyuruhku untuk lebih serius sekolah,” jawabku singkat. “Ta, tapi senpai dulu berani melawan. Kenapa sekarang tidak?” tanya Boa. “Sudahlah tidak usah dipikirkan. Ini urusan otoosama dan aku,” kataku sambil tersenyum menenangkan. Aku meminum tehku lagi. Aku merasa Boa memandangiku dengan tatapan cemas. “Eh, bagaimana kalau kau ke kamarku?” ajakku. “Eeee???” “Sudahlah ikut saja,” aku menggandeng tangan Boa. Lagi-lagi aku merasakan tangannya yang dingin dan berkeringat. Apa cewek biasanya memang secemas itu ya kalau berdua sama cowok? Memangnya kenapa sih? Aku toh tidak akan ngapangapain dia kan? “Kamarmu beda dengan ruangan lain di rumah ini ya,” komentar Boa. Aku tertawa. “Hai, hai’… kamarku memang berantakan kok,” kataku. “Sonna koto janai… bukan begitu, ini benar-benar mencerminkan Jaejung-senpai!” kata Boa sambil melihat-lihat poster dan lukisan yang ada di kamarku.
Kalau kuperhatikan, sejak datang ke rumahku, Boa sama sekali tidak berani memandang mukaku. Aku tau dia tadi bilang kalau dia nervous. Tapi aku benar-benar tidak mengerti perasaan cewek. Aku mendekati Boa dan menyentuh pipinya dengan satu tanganku. “Kamu berkeringat,” kataku. Yappari, Boa tidak berani memandang wajahku. Tiba-tiba pintu menjeblak terbuka. “YO! JAEJUNG!!!” sapa Yuchun “Gimana tadi ketemu pacarnya Boa?” tanya Changmin. “Udah putus beneran nih?” Yunho ikut bicara スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
“Wah berarti Boa sekarang single dong,” Junsu tersenyum senang. Tapi mereka berhenti berisik, melihatku dan Boa. Aku buru-buru mengembalikan tanganku ke tempat semula. “EEEEEE??????” Junsu-tachi berteriak terkejut.
Setelah menenangkan keempat sahabatku, Boa bersikeras mau turun ke bawah dan membuatkan teh untuk kami. Aku baru saja selesai menceritakan kejadian di Duklyon tadi. “Hidoi yo, Jaejung-kun! Kamu jahat ah!” kata Yunho. “E? Nani?” “Kamu kan tau Boa itu idola sekolah! Dan idola kami, tentunya!” kata Junsu. “Sore wa, DOUSHITA? Lalu kenapa?” tanyaku sambil tersenyum nakal. “Bisa-bisanya kamu pacaran dengan dia!” kata Yuchun. “Ah sudahlah, kalian ini,” kataku tanpa menjawab pertanyaan mereka. Aku tahu mereka tidak serius. Mereka selalu mendukung apa yang kulakukan. “Ini tehnya,” kata Boa sambil membawa senampan teh.
Saat kami sadar, hari sudah petang. Berhubung otoosama sebentar lagi pulang, aku harus ada di rumah. Aku meminta Junsu-tachi untuk mengantar Boa ke rumahnya. Tapi anehnya, otoosama belum juga pulang sampai larut malam. Akhirnya aku tidur duluan. Ah, tau begini tadi aku yang mengantarkan Boa ke rumahnya.
Besok paginya aku berangkat ke sekolah seperti biasa. Aku baru ingat sesuatu saat sampai duduk di bangkuku. “Shimatta!!! Gawat!” seruku sambil menepuk jidat. “Nani, Jaejung-kun?” tanya Yunho yang makan roti di sebelahku. “Aku lupa jemput Boa,” gumamku. “Ngapain kamu jemput dia? Dia kan bisa berangkat sendiri,” kata Yunho. “Yaaa… kami sekarang kan pacaran,” jawabku pelan. Yuchun tertawa. “Nani ga okashi?” tanyaku “Kamu belum pernah pacaran ya?!” tanya Yuchun. Aku menggeleng. Lalu semua keempat temanku menertawakanku. Kami tengah bercanda ketika seseorang memanggilku dan mengatakan kalau aku dipanggil Boa. Kulihat Boa memang sedang berdiri di depan pintu kelasku dengan tangan terlipat. Jangan-jangan dia marah karena tadi tidak kujemput? Doushiyo? Bagaimana ini? “Na, nani?” tanyaku. Tanpa menjawab, Boa menarik tanganku dan berjalan ke atap sekolah. Setelah menyuruhku membuka atap sekolah, dia berjalan duluan. Aku mengunci pintu, lalu menghampirinya. Sebelum aku berbicara sepatah katapun, Boa menamparku. “Omae?! Kenapa tiba-tiba menamparku? Hanya karena aku tadi tidak menjemputmu, masa’ kau langsung menamparku seperti ini?!” bentakku. Kupikir dia akan membalas. Tapi yang kulihat gadis di depanku menitikkan air matanya. スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
“Na, nanda?” tanyaku pelan. Seketika aku tau, ini bukan masalah jemput dan tidak menjemput. “Kenapa senpai tidak bilang padaku?!” tanya Boa sambil menangis. Aku masih bingung ini masalah apa. “A, apanya?” “Senpai menuruti kata-kata ayah senpai demi aku kan?!” tanya Boa. “S, sore ga… itu…” “SENPAI!!! DEMI AKU SENPAI SAMPAI MERELAKAN FOTOGRAFI YANG SELAMA INI SENPAI SUKA?!” teriak Boa, masih menangis. “Kenapa kamu bisa tau?!” tanyaku. “T, tadi malam orangtua senpai datang ke rumah untuk membatalkan penggusuran toko yang langsung dilakukan orangtua Top kemarin. Lalu dia cerita… dia cerita kalau senpai sekarang sudah berubah. Senpai akan menuruti apa saja yang ayah senpai inginkan. KENAPA SENPAI MELAKUKAN ITU DEMI AKU?!” tanya Boa. “Nakunai yo... Jangan menangis,” kataku sambil mengusap air matanya dengan sebelah tanganku. “Demo… atashi no tame ni… senpai wa… demi aku, senpai jadi…” “Sudahlah, itu kan keputusanku. Asal kamu tersenyum, aku akan tenang,” kataku. “TAPI SENPAI JADI TIDAK BEBAS… GARA GARA AKU, SENPAI HARUS MELAKUKAN APA YANG SENPAI TIDAK SUKA. INI SAMA SAJA TIDAK MERUBAH KEADAAN. AWALNYA AKU TERPAKSA MENURUTI TOP, DAN ITU SUDAH BERAKHIR. TAPI SEKARANG GANTI SENPAI YANG TERPAKSA MENURU—” Sebelum dia menyelesaikan kalimatnya, aku sudah menyentuhkan bibirku di bibirnya. Aku tau, hanya ini satu-satunya cara untuk menenangkannya. Boa terduduk. “Gomenasai, senpai… atashi no tame ni… demi aku…” “Sudahlah, tidak apa-apa, lagipula aku juga terlalu banyak salah pada otoosama. Sekali-kali aku ingin membahagiakannya,” kataku. “Tapi masih ada cara lain, kan?” “Iie, satu-satunya yang bisa membuat otoosama senang hanyalah kalau aku meneruskan perusahaannya,” jawabku. “AAAH!!! YABAI! GAWAT!!! Sudah jam 8!” “Gawat kita terlambat masuk!” kata Boa yang sudah menghentikan tangisnya. “Kita bolos lagi yuk” ajak Boa. “T, tapi kalau otoosama sampai tau…” aku ragu. Bukannya aku pengecut. Tapi aku benar-benar takut kalau otoosama marah padaku. Imbasnya ke Boa juga kan?! “Hm, kalau begitu kita di sini sampai istirahat saja,” kata Boa sambil tersenyum. “Masalahnya nanti sekitar jam 8.30 akan ada tukang bersih-bersih,” kataku. Boa memandang pintu masuk, lalu pandangannya naik ke atas pintu itu. “Naik ke situ?” tanyaku geli. Boa mengangguk semangat. Kemudian aku mengangkat Boa ke atas atap pintu. Kami menghabiskan waktu dengan bercanda sampai bel istirahat berbunyi. スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
Terdengar suara pintu dibuka. Ah, itu pasti Junsu-tachi. Setelah mengunci pintu, mereka langsung menoleh ke arah kami. “Yappari Jaejung-kun wa koko ni!” kata Yunho. Aku cuma nyengir. “Pantas saja tadi tidak masuk kelas. Dan tasmu masih ada di kelas, jadi tidak mungkin kamu membolos,” kata Changmin. “Gomen, gomen… tadi aku sedang ngobrol sama Boa, dan ketika aku sadar, pelajaran sudah dimulai dari tadi,” ceritaku sambil turun dari atap. Kemudian aku membantu Boa turun juga. Hari ini benarbenar hari yang indah. Walaupun aku kehilangan kebebasan dan fotografi, aku masih punya Boa di sisiku.
Keesokan harinya, berita kalau aku dan Boa pacaran sudah menyebar di seluruh sekolah. Seketika aku jadi terkenal juga. Sebelumnya aku dikenal sebagai Jaejung yang sering membolos dan suka melanggar peraturan. Tapi sekarang setelah aku menjadi apa yang dibilang orangtuaku “anak yang baik”, semua bilang padaku kalau aku pantas jadi pacar Boa. Mereka pikir aku berubah karena dia.
Seminggu kemudian, otoosama diangkat sebagai direktur utama perusahaan elektronik Aoba. Tanpa aku mau, aku menjadi semakin terkenal dengan adanya pesta-pesta sebagai ucapan selamat atas diangkatnya otoosama. Sebelumnya aku tidak pernah mengikuti pesta seperti itu. Tapi kini setelah orangtuaku mengancam akan menutup toko Boa, aku terpaksa menuruti kemauan mereka.
Aku tau aku sekarang harus menjaga sikap. Terlebih setelah otoosama menjadi sangat terkenal. Kami semua diawasi publik. Aku tau. Tapi otoosama tidak tau kalau aku benar-benar menjadi pacar Boa.
スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
CHAPTER 04 Can't Let Go >Boa PoV<
“Sugoi yo, Boa! Mite te!” kata Soonuk-niichan sambil menyerahkan koran pagi padaku. Aku yang sedang membersihkan meja makan langsung menghampirinya. “Nani?” aku mengambil koran dari tangannya. Begitu melihat aku langsung tau itu tentang apa. Foto orang-orang penting terpampang di depan, dan tentu saja ada keluarga Kim. Jaejung-senpai juga ada di situ. Dia terlihat berbeda dengan jas resmi. “Araaa! Mata Jaejung-kun no kazoku! Lagi-lagi keluarganya Jaejung-kun. Mereka benar-benar orang yang elit, ne?” kata okaasan sambil melihat koran itu juga. “Ma’, mungkin sebentar lagi dia bakal mutusin kamu, Boa. Orang se-ELIT itu mana mungkin mau bertahan lama dengan keluarga kita,” timpal Soonhwon-niichan sengit. Aku sudah biasa dengan dia. Dia selalu seperti itu. Berbeda dengan Soonuk-niichan yang selalu ramah padaku. Tapi aku sayang sama semua keluargaku. "Boa, kau dijemput," kata otoosan sambil menunjuk ke arah pintu dengan ibu jarinya. "Panjang umur dia," gumam Soonhwon-niichan. Aku langsung melepas celemek, menyambar tas, lalu buru-buru memakai sepatu dan menemui Jaejung-senpai di depan rumah. "Ohayou," sapaku. "Ah, ohayou... sa, ikou," ajak senpai sambil menggandeng tanganku. "Senpai?" "Hm?" "Kenapa senpai masih berjalan kaki ke sekolah?" tanyaku. Senpai tertawa. "Kenapa berpikir begitu?" senpai balik tanya. "Hm, biasanya kalau sudah jadi orang terkenal kan punya mobil sendiri, atau diantar jemput, gitu..." kataku. "Hahaha, tidak selamanya seperti itu kan? Lagipula kalau aku pakai mobil, aku tidak bisa bicara denganmu seperti ini. Lalu jarak rumah kita ke sekolah kan tidak jauh," kata senpai. Aku hanya mengangguk-angguk. Aku memandang wajah senpai dan entah mengapa jadi merasa lega punya pacar seperti dia. Dia terlihat berbeda sekali dengan senpai yang aku temui pertama kali di koridor dulu. Aku merangkul lengan senpai lebih erat. "Hari ini kamu manja sekali. Ada apa?" tanya senpai. "Iie, nandemonai desu," jawabku. Kami sudah sampai di halaman sekolah. Seperti biasa, setelah kami memasuki halaman, banyak suara berbisik-bisik membicarakan kami. Aku sendiri tidak tau apakah mereka membicarakan yang baik atau yang buruk.
スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
"Jaejung-senpai!!!" panggil beberapa cewek kelas 1 sambil menghampiri kami, ah, tepatnya menghampiri senpai. "Hai?" tanya senpai. Cewek-cewek itu mengeluarkan foto senpai—yang sepertinya diambil dari majalah politik—dan menyerahkan pena. "Tolong tanda tangani ini," kata salah seorang cewek sambil memandangku sebal. "Ano saa... ore wa haiyuu to moderu janai. Aku bukan aktor, juga bukan model, tau," kata senpai. "Ja ne!" Lalu senpai menggandengku pergi dari situ. Dan yang membuatku heran, cewek-cewek itu bukannya marah pada senpai, malah berseru, "KAKKOIIII........." "Mendokusai, ano kanojo wa, menyebalkan sekali cewek-cewek itu," kata senpai. "E? Nanda?" "Dakara, haiyuu janakute. Aku bukan aktor," gumam senpai. "Hahaha, senpai... kakkoii dakara. Itu karena senpai keren," kataku jujur. "Huh, mereka tidak begitu waktu aku masih suka melanggar peraturan. Mereka mendekatiku hanya karena aku anak otoosama," kata senpai. "Sudah ya, sampai nanti istirahat. Di tempat biasa" "Hm" jawabku sambil tersenyum. Aku masuk kelasku dan langsung disambut teman-temanku. "Aaa, Boa-chan... bagaimana hubunganmu dengan Jaejung-senpai?" "Kalian sudah ngapain aja?" "Jae-senpai kalo di luar gimana sih?" Aku hanya tersenyum menanggapi pertanyaan mereka. "Sore wa HI-MIT-SU... itu rahasia," jawabku singkat. "Sasuga Boa-chan... bisa pacaran dengan direktur utama perusahaan Aoba," kata salah satu temanku.
Ah, ternyata benar kata senpai. Mereka mengenal senpai hanya sebagai anak dari direktur utama perusahaan besar. Padahal senpai juga pintar. Bahkan lebih pintar dari aku. Tapi yang dikenal karena kepintarannya hanya aku, bukan senpai. Huh, kenapa dunia ini begitu tidak adil ya?
Seperti biasa, pulang sekolah aku ke langsung ke kelas senpai. Karena senpai tidak ada di depan kelasku, jadi pasti senpai belum keluar dari kelas. Benar saja, waktu aku ke kelasnya, memang sih tidak ada sensei, tapi mereka semua berkelompok seperti berdiskusi. Aku mengintip di depan pintu. "Hora! Lihat! Boa-chan!" seru salah seorang cowok. Aku hanya tersenyum canggung. Mataku mencaricari sosok senpai. "Cari Jaejung ya? Daripada sama dia mending sama aku aja," goda salah seorang cowok. "Hoi, hoi, nanti kamu dipukuli Jaejung kalau macam-macam sama Boa!" seru temannya yang lain. "Sou da yo! Benar!" kata seseorang di belakangku. Aku menoleh. "Senpai. Dari mana?" tanyaku. スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
"Toilet," jawabnya singkat. "Hoi, hoi, aku saja tidak pernah memanggilnya 'BOA-CHAN'..." kata Jaejung-senpai ke teman-temannya sambil berjalan ke bangkunya. "Hahaha, iya juga. Boa-chan. Kenapa kau tidak memanggilnya 'darling'? Biar tambah mesra..." kata teman senpai. "Hummm, senpai bilang aku harus memanggilnya 'senpai'.... tapi dia sendiri hanya memanggilku dengan 'omae' atau 'oi'!" kataku sambil berpikir. Teman-teman senpai tertawa. "Dia memang begitu dari dulu. Dia hanya memanggil nama seseorang kalau ada perlunya," kata Yunho-senpai. "Ii wa, ii wa... jangan ganggu pacarku lagi, ok! Ja ne!" kata senpai sambil menggandengku pergi. Kami berjalan pulang, tapi di tengah perjalanan, senpai memperlambat langkahnya. "Boa, kamu ada tugas?" tanya senpai. "Ada, nanda?" jawabku. "Ke sana yuk. Dari dulu aku pengen ke sana," kata senpai sambil menunjuk sebuah toko es krim.
Lima menit kemudian, kami sudah duduk bersebelahan menunggu pesanan es krim. Di meja kami sudah ada buku tulis dan pelajaran. Oh jadi ini kenapa senpai menanyakan ada tugas atau tidak. Awalnya aku bingung. Kalau aku ada tugas, kenapa dia malah mengajakku ke toko es krim. "Ne, senpai... apa tidak merepotkan?" tanyaku khawatir. "E? Santai saja, uangku masih ada kok," kata senpai sambil menulis di bukunya. "Bukan itu... kalau es krimnya jatuh ke buku bagaimana?" Senpai berhenti menulis dan menoleh padaku. "Iya juga ya, aku sama sekali tidak memikirkan itu," gumam senpai. Setalah kami merapikan bukubuku, es krim datang. Tiba-tiba di luar hujan deras. "Senpai, ame da yo... hujan..." kataku sambil menunjuk ke jendela. "Aaah, iya juga. Kenapa tiba-tiba sekali sih? Padahal sudah satu bulan ini tidak hujan. Aneh ya, padahal ini sudah memasuki musim panas," kata senpai sambil mencari-cari sesuatu di tasnya. "Yabai!!! Kasa wasureteta! Gawat, aku lupa bawa payung..." kata senpai. Dia menoleh padaku. Aku tau dia mau bilang apa. "Gomen ne, senpai... aku juga lupa bawa payung..." kataku. "Maa ii wa. Kita berteduh di sini sampai..." Suara senpai teredam oleh suara petir. "GYAAAAA... kowaaai..."aku otomatis berteriak sambil menutup telinga dengan kedua tanganku. Senpai tertawa. "Warau janakute yo, senpai!!! Jangan tertawa," seruku. "Daijoubu, daijoubu... kita sekarang kan ada di dalam," kata senpai tenang. Mou, senpai wakaranai. Senpai tidak tau sih. Aku takut sekali sama petir. Aku tidak berkata apa-apa dan hanya memandang senpai mengerjakan tugasnya. Belum lima menit, ada kilat diikuti petir. スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
"HUWAAA... YAPPA KOWAI ANO KAMINARI!!! Sudah kubilang petir itu menakutkan," kataku sambil menutup mata dan telinga lagi. Tiba-tiba tanganku ditarik pelan oleh tangan senpai dan digenggamnya erat. "Daijoubu yo... kowakunai... tidak usah takut," kata senpai pelan. Aku menatap mata senpai—yang juga menatapku—dan aku mendekati senpai kemudian menciumnya. Tanpa peduli status, tanpa peduli mata yang memandang, tanpa peduli apa yang akan terjadi ke depan.
Keesokan paginya aku dikejutkan dengan berita di semua media massa. Saat itu aku baru bangun tidur ketika terdengar suara niichan dari bawah. Aku langsung turun. "Ohayou, niich—" "BOA, KONO SHASHIN WA OMAE, DAROU?!" tanya Sonnhwon-niichan sambil menunjuk-nunjuk foto di sebuah koran. "Naniii? Aku akhir-akhir ini tidak ikut olimpiade, kok..." kataku sambil mengambil koran yang ditunjuk nii-chan. Begitu melihat rasanya aku seperti benar-benar tersambar petir. Ini kan fotoku dengan Jaejungsenpai. Ini pasti di toko es krim kemarin. Bahkan ketika kami berciuman pun dipotret. Siapa yang berani-beraninya memotret kami?! Ini kan pribadi. Aku bergegas ganti baju dan keluar rumah. Ini harus diluruskan!!! "Chotto matte, Boa!" cegah niichan saat aku memakai sepatu. "Nani yo, nii-chan? Ini gawat, aku harus bicara pada orangtua senpai. Pasti senpai akan dapat masalah," kataku terburu-buru. "Pakai ini," kata niichan sambil menyerahkan kacamata dan topi. "Dan ikat rambutmu!" lanjutnya sambil menguncir rambutku berantakan. "Aaah, aku bisa melakukannya sendiri," kataku sambil menarik karet yang diikatkan ke rambutku. "Kau harus menyamar, karena pasti di rumah bocah itu ada banyak wartawan," kata niichan. "Hai, arigato, niichan. Bye," aku langsung berlari ke rumah senpai. Ini hari pertama liburan musim panas, pasti senpai ada di rumahnya. Benar kata nii-chan. Banyak wartawan yang menyerbu rumah Jaejung-senpai. Aku buru-buru mengeluarkan notes, menyamar jadi wartawan juga, lalu ikut berdesakan dengan wartawan lain. Sampai saat ini belum ada tanda-tanda munculnya senpai ataupun keluarganya. Sebisa mungkin aku mendekati kamera pengawas agar senpai bisa melihatku dan membukakan gerbangnya. Tapi kalau dipikir-pikir itu mustahil, dengan banyaknya wartawan yang ada di depan rumahnya.
Seketika aku berpikir untuk pulang dan menelpon dari rumah. Baru saja aku berbalik, terdengar suara bersemangat para wartawan. Gerbang sudah dibuka. Mereka menerobos masuk dan aku pun スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
terseret. Buru-buru aku keluar dari kerumunan wartawan dan bersembunyi di salah satu semak. Ah, itu senpai!!! Dia berteriak pada para wartawan. "Terima kasih atas artikel kalian yang sangat menyusahkan itu, dan saya mohon untuk menghormati masalah pribadi saya! Sekarang saya mohon Anda semua keluar dari rumah ini," "Jaejung-sama, jadi benar Anda pacaran dengan cewek pintar itu?!" "Sejak kapan Anda menjalin hubungan dengan Boa-san?" "Apa yang menarik dari Boa-san sehingga Anda mau jadi pacarnya?"
Jaejung-senpai tidak menanggapi pertanyaan itu. Beberapa saat kemudian polisi menyerbu dari gerbang dan mengusir para wartawan. Untung saja aku bisa menyelinap. Setelah beberapa menit, akhirnya senpai mendekati gerbang dan mengucapkan terima kasih pada para polisi. Setelah pintu gerbang ditutup, aku keluar dari semak-semak, masih memakai topi dan kacamata. "Hei, kenapa masih ada di sini? Mau kupanggilkan polisi?!" bentak senpai. Aku melepas kacamata dan topiku. "Ini aku, senpai..." "B, Boa... douyatte koko ni iru? Bagaimana kamu bisa masuk?" tanya senpai sambil menarikku. "G, gomen," kataku pelan. "Kalau kamu ketauan bagaimana?!" kata senpai marah. "A, aku hanya ingin bertemu otoosama dan menjelaskan semuanya," kataku. "D, demo... kalau kau bertemu otoosama..." "JAEJUNG!!!" panggil ayah senpai dari depan pintu. "H, hai..." jawab senpai sambil mengajakku masuk.
Kami berjalan masuk dengan takut-takut. Sepanjang jalan aku hanya menunduk. Rasanya lama sekali seakan aku berjalan sepanjang 5 kilometer. Akhirnya kami sampai di ruang tamu. Setelah kami duduk dan disuguhi minuman, otoosama langsung menoleh padaku dan berbicara. "Boa-san, kamu pasti mengerti bagaimana status dan keadaan Jaejung sekarang," kata otoosama. Aku diam saja. "Dengan adanya berita seperti ini, tentu saja menimbulkan kerugian di pihak kami maupun pihak Boa-san. Nama keluarga kami sekarang sudah dikenal orang se-Jepang. Kamu pasti mengerti betapa sulitnya kalau..." "WAKARIMASHITA! BAIKLAH, SAYA AKAN PUTUS DENGAN SENPAI," kataku keras. Sebenarnya aku tidak bermaksud sekeras itu. Jaejung-senpai langsung menoleh padaku dengan terkejut. "D, demo..." aku memotong Jaejung-senpai. "Senpai, tolong pikirkan nama baik keluarga senpai kalau masalah ini terus berlanjut. Masalah ini akan berlalu dan kalau kita putus, tidak akan ada lagi berita yang menyusul," kataku berat. "Benar kan, ojisama?" tanyaku pada ayah senpai. Beliau hanya mengangguk setuju. スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
"Otoosama! Semua bisa kita selesaikan tanpa aku harus putus dengan Boa," kata senpai. Aku mengerti, senpai. Aku juga tidak mau putus dengan senpai. Aku masih sayang sama senpai. "Jaejung, kamu kan mengerti kedudukanmu sekarang. Kamu tidak usah pikirkan pacaran dulu, nanti kalau sudah waktunya, otoosama akan mencarikanmu gadis yang sederajat denganmu," kata otoosama benar-benar menusukku. Jadi aku dan senpai beda kedudukan? Maksudnya aku dan senpai tidak pantas? "KETERLALUAN!!! BERANI-BERANINYA OTOOSAMA MENGHINA BOA DI DEPANKU DAN DIDEPANNYA!" teriak senpai yang sekarang berdiri. "Ah, bukan begitu, Jaejung..." ayah senpai terlihat salah tingkah. Aku tidak tahan dan menangis. "MO II!!! BAIKLAH KALAU BEGITU, AKU MAU KELUAR DARI SINI!!! AKU MUAK DI KELUARGA INI!!!" senpai menarikku dan berlari keluar dari rumah.
Sekarang kami ada di rumah, dan aku masih saja menangis. Kami sudah menceritakan pembicaraan kami tadi ke orangtuaku dan senpai ditawari menginap di rumahku—walaupun Soonhwon-niichan sedikit sebal. Tengah malam ini kami duduk berdua di ruang keluarga. Menatap meja di depan kami dan diam tak berkata apa-apa. "Senpai" "Boa" Kami memanggil bersamaan. "Kamu dulu..." kata senpai. Aku memandang senpai yang wajahnya terlihat sangat lelah. Lalu menunduk lagi. "Gomen ne," ucapku. "Bukan salahmu. Otoosama yang terlalu memaksakan kehendak," kata senpai sambil menggeleng. "Ano saa... arigato... sudah diijinkan menginap di sini." "Iie," aku menggeleng. "Mereka tau aku di sini," kata senpai. Aku mengangkat kepalaku. "Tapi otoosama selalu memberiku kesempatan untuk menenangkan diri." "Senpai gomen, gara-gara aku keluarga senpai jadi susah," kataku. "Dakara, ini bukan salahmu," kata senpai. "Tapi kalau tidak pacaran denganku, senpai tidak akan susah seperti ini kan?" "Kalau aku tidak pacaran denganmu, lengkaplah kesengsaraanku," kata senpai. "Dengar, aku sangat senang kau jadi pacarku. Untuk alasan apapun, aku tidak akan memutuskanmu. Apalagi hanya karena berita itu. Harusnya mereka tidak mencampuri urusan pribadi orang lain," kata senpai panjang lebar. Setelah diam beberapa menit, senpai berdiri duluan. Aku juga ikut berdiri. "Oyasumi," kata senpai yang kemudian mencium dahiku. "O, oyasumi... senpai," balasku pelan. スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
Aku berbaring di tempat tidurku, tapi mataku tak kunjung ingin terpejam. Aku merasa sangat bersalah pada keluarga senpai. Aku tau senpai sekarang keluarga senpai sudah menjadi keluarga terpandang dan dihormati. Yang aku bingung aku sama sekali tidak berpikir hal ini akan terjadi.
Mengapa semua orang menyebutku pintar kalau nyatanya aku sebodoh ini dalam menghadapi hidup. Aku masih 16 tahun, tapi mengapa masalah selalu mendatangiku seakan-akan aku sudah cukup dewasa untuk menghadapinya? Aku sudah tidak sanggup lagi. Aku ingin fokus pada pendidikanku. Aku memang sangat sayang pada Jaejung-senpai. Tapi kalau aku terus pacaran dengannya, itu akan mengganggu dan menyusahkan keluarganya.
Apa aku putuskan saja senpai? Ah, tidak mungkin. Aku tau aku egois, tapi aku benar-benar tidak ingin berpisah dengan senpai. Mungkin senpai juga merasakan hal yang sama. Senpai pasti sangat tersiksa sekarang. Dengan dipaksanya dia jadi seperti yang diharapkan otoosama, senpai jadi tidak lagi bebas. Dia bilang setelah pacaran denganku, dia mulai bersemangat lagi. Namun sekarang... sekarang satusatunya kebahagiaannya pun hampir dirampas darinya. Ne, senpai akankah kita putus?
Tanpa bisa kubendung, air mata menetes di pipiku.
スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
CHAPTER 05 Summer Dream >Jae PoV<
Paginya aku sudah memutuskan tidak akan menyusahkan keluarga Boa. Paling tidak aku harus membantu sebisaku, dan bersikap sesopan yang aku bisa. Selama ini aku hidup di keluarga seperti itu tentu saja aku mengerti adat. "Ara, Jaejung-kun. Tidak perlu repot-repot, anata wa okyakusan dakara. Kamu kan tamu," kata ibu Boa. "Ah, iie, obasan... saya tidak mau merepotkan dan hanya menghabiskan tempat. Saya juga mau membantu," kataku sambil mengiris wortel. "Eee? Senpai bisa masak?" tanya Boa sambil melihatku. "Hm, chotto... sedikit..." kataku. "Boa, kamu pintar juga memilih pacar. Sudah cakep, kaya, pintar, jago masak lagi," puji obasan. Aku hanya tersenyum. "Ara'! Cowok itu ngapain ikut masak? Mau cari perhatian?" celetuk kakak tertua Boa, Soonhwonniichan. Urgh, ano yarou... orang itu tidak pernah suka padaku! Padahal aku kurang sopan bagaimana sih?! "Niichan!!!" tegur Boa sambil menghampiri kakaknya. "Boa, hanabitai... isshoni ikimasho! Ayo kita lihat kembang api bersama!" aku mendengar suara Soonuk-niichan. "E? Hanabi, ka? Kembang api? Itsu, itsu? Kapan?" tanya Boa semangat. "Nanti malam di kuil dekat rumah. Dari situ kelihatan jelas kembang apinya," kata Soonuk-niichan. "Ah, hanabi... di rumahku juga jelas sekali, apalagi kalau dari lantai dua," kataku. "Ah, tentu saja, ISTANAmu kan luas," celetuk Soonhwon-niichan sambil membaca koran. Ano yarou!!! "Niichan, yamete yo!!! Ssudahlah!!! Ah, hontou ka, Jaejung-kun?" tanya Soonuk-niichan padaku. "Hontou da. Tapi aku nggak bisa balik nanti malam kan?" kataku sambil merebus wortel yang baru kupotong-potong. "Aaa, so ka... ja, issho ni ikou yo! Kalau begitu kita berangkat bersama saja," kata Soonuk-niichan. "Soonuk, atarimae ja, tentu saja. Boa dan bocah itu akan senang sekali disambut para wartawan dan bapak si bocah akan marah-marah lagi," kata Soonhwon-niichan tenang. Urgh, ketenangan yang memuakkan! "Tapi mereka kan bisa menyamar," Soonuk-niichan bersikeras. "Ii wa, ii wa... terserah kalian saja, aku tidak mau ikut-ikut," kata Soonhwon-niichan sambil berdiri dan kembali ke kamarnya.
スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
Setelah sarapan bersama, aku membantu Boa mengerjakan PR musim panasnya. Aku sendiri ke sini tidak membawa apa-apa jadi tentu saja aku tidak bisa mengerjakan tugasku. Baju saja aku pinjam Soonuk-niichan. "DAME!!!" seru Boa sambil menutup bukunya. "Nanda yo?" "Atsuiiiiiii... panas sekali, aku sampai tidak bisa konsentrasi!" kata Boa sambil mendekat ke kipas angin. "Senpai nggak kepanasan?" tanya Boa. "Hm, chotto... sedikit... kalau kepanasan, jangan banyak gerak dan bicara nanti makin panas," kataku sambil membuka lagi buku Boa dan melihat-lihat soalnya. "Ne, senpai... hanabitai isshoni ikou... ayo kita melihat kembang api bersama," ajak Boa. "Jitsu wa ore mo ikitai, demo gomen ne... sebenarnya aku mau ikut tapi maaf... gara-gara aku, kamu jadi ikut susah. Pasti kamu tidak bisa keluar dengan bebas lagi," kataku. "Aa, daijoubu... senpai no kazoku yuumei dakara. Keluarga senpai kan terkenal, mau bagaimana lagi," kata Boa sambil tersenyum. "Kamu terlalu baik untukku...." kataku jujur. Kami saling memandang mata ketika... "TADAIMAAA!!!" seru suara yang kukenal sebagai suara ojisan, ayah Boa. "Eee? Nanda yo, otoosan?! Kenapa pulang sepagi ini?!" tanya Boa sambil menghampiri ojisan, yang kemudian dikelilingi obasan, Soonuk-niichan, dan Soonhwon-niichan. "IZU NI IKIMASHOOO!!! AYO KITA KE IZU!!!" seru ojisan. Aku hanya diam seperti orang bego di meja makan. "HEEEE?" teriak keluarga itu. "Hehehe, otoosan dapat cuti dari kantor, dan mendapat bonus tentunya. Jadi karena kita sudah lama tidak berlibur, bagaimana kalau sekali ini kita bersenang-senang sekeluarga?" ajak ojisan sambil meletakkan tasnya di sampingku. Yabai! Gawat! Kalau mereka mau pergi, lalu aku harus kembali ke rumah otoosama?! "Ano kozou wa??? Lalu bocah itu???" tanya Soonhwon-niichan sambil mengedikkan kepalanya ke arahku. Aku hanya tersenyum canggung. "Oh tentu saja kami boleh ikut, Jaejung-kun!" kata ojisan. "Eee? Tapi saya nanti malah mengganggu keluarga Anda," kataku sopan. "Iie, kita senang kalau pacar Boa yang mau ikut. Lebih ramai lebih bagus," kata ojisan. Hm, bagaimanapun aku tidak mau merepotkan mereka. Aku melihat jam. Yosh! Masih jam 11. Otoosama masih di kantor. Aku berdiri dan berkata pada mereka kalau aku ada urusan sebentar. Boa memaksaku memakai topi dan kacamatanya, lalu aku pulang ke rumah.
"Jaejung-sama!!!" seru para kaseifu begitu melihatku. "Otoosama to okaasama wa?" tanyaku. "Belum pulang, Jaejung-sama," kata salah satu kaseifu. スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
"Yosh!" Aku langsung mengepak beberapa barangku—dan tentunya kamera kesayanganku—dalam tas ransel ukuran sedang. Kemudian aku menulis memo yang kutempel di pintu.
Aku sedang menenangkan diri di pinggiran kota. Jaejung.
Aku sudah merepotkan keluarga Boa dengan bersembunyi di rumahnya, dan aku tidak mau merepotkannya lebih jauh lagi. Paling tidak aku tidak akan mengurangi biaya yang mereka keluarkan. Lagipula aku sangat senang begitu tau akan diajak ke Izu. Disana tidak akan banyak wartawan— kecuali ada yang memberitahu kalau aku dan Boa disana. "Tadaima..." salamku. "Hm, 'kaeri..." kata Boa sambil membaca sebuah pamflet. "Nani kore?" tanyaku sambil mengambil pamflet dari Boa. "Penginapan yang akan kita tempati di Izu nanti," kata Boa. "Tidak besar sih, tapi paling tidak dekat dengan laut dan ada pemandian air panasnya." "Oh iya, kamu nggak beli keperluan untuk di sana nanti?" tanyaku sambil mengembalikan pamflet ke tangannya. "Keperluan?" "Ya misalnya baju renang, kacamata, atau apalah..." kataku mengusulkan. "Baju renang sih aku baru beli beberapa bulan yang lalu. Lagipula aku tidak bisa berenang," kata Boa pelan. Aku memandangnya kaget. "Kamu nggak bisa berenang?" ulangku. Dia mengangguk malu. "Warau janakute... jangan tertawa," kata Boa lagi. "Heee, sapa yang tertawa. Hm, bagaimana kalau liburan ini kita aku mengajarimu berenang?" ajakku. "Iia'!" Boa menolak. "Aku nggak suka berenang di laut, airnya asin! Kalau aku tenggelam gimana?" tanya Boa khawatir. "Iya juga sih, kalau latihan berenang itu paling enak ya di kolam renang. Oh iya, di dekat penginapan kita kan ada pemandian," kataku. Boa kelihatannya tidak bersemangat. Duh, gimana ya? Aku sebelumnya nggak pernah pacaran serius seperti ini, jadi aku nggak tau cara bikin cewek senang. Aku menyerah dan kembali ke kamar yang dipinjamkan untukku.
Liburan ini aku benar-benar ingin menenangkan diri. Aku tidak tau apakah liburan bersama keluarga Boa akan membuatku tenang, tapi yang jelas aku tidak mau memikirkan apa-apa dulu. Aku ingin menjadikan liburan ini liburan paling bebas dalam hidupku.
スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
Tanpa sadar aku memegang kamera. Ini juga salah satu cara untuk menenangkanku, melihat foto-foto hasil potretanku. Hahaha, banyak sekali foto Boa di sini. Lalu perlahan aku terlelap.
Keesokan harinya setelah kami sampai di penginapan, kami langsung memesan 3 kamar. Boa dengan obasan, soonuk-niichan dengan ojisan, dan aku dengan Soonhwon-niichan. Aku sengaja membayar biaya kamarku sendiri. Aku tidak mungkin selamanya bergantung pada mereka kan? Tapiii... kenapa Soonhwon-niichan memaksaku supaya satu kamar dengannya sih? Dari awal aku sudah merasa tidak enak kalau dekat dengannya. "Jaejung-senpaaai!" panggil Boa dari balik pintu. "Iku yo!" "Haaai!!!" aku buru-buru memakai jaket dan mengambil handuk, lalu membuka pintu. Uargh!!! Aku menahan diri agar tidak mimisan. Boa memakai baju renang yang dia tutupi dengan semacam selendang—aku tidak tau namanya. Aku terdiam di depan pintu sampai Soonhwon-niichan mendorongku. "Hai, hai'!!! Ikusou!!!" seru niichan. Aku mengedikkan kepalaku ke Boa lalu jalan duluan. Kami sampai di pantai. Hm, pantai ini cukup sepi, dan ini menguntungkan untukku karena aku tidak mau dipergoki wartawan lagi. Kami bermain voli pantai sampai tengah hari. "Senpai, ayo ke pemandian biasa saja. Aku takut berenang di sini. Kalau aku terseret ombak gimana?" aku tersenyum memandang wajah cemas itu. "Ii wa yo," kataku. Aku pun minta izin pada keluarga Boa dan pergi ke pemandian dekat situ. "Pantas saja kamu pendek," celetukku sambil berjalan ke pemandian. "He?" "Kamu jarang olahraga sih. Padahal olahraga, apalagi renang, bisa nambah tinggi lho," kataku. Boa hanya cemberut. Yosh, kami sampai! Untuk latihan, aku menyuruh Boa berpegangan pada pinggir kolam dan menggerakkan kakinya seperti berenang sungguhan. "Ayo... badanmu jangan turun! Jangan kakimu saja yang diangkat," kataku sambil melihatnya berlatih. Setelah kurasa cukup baik, aku memegangi tangannya dan dia menggerak-gerakkan kakinya seperti tadi, lalu kami mengelilingi kolam. "Senpai, senpai..." Boa tiba-tiba berdiri. "Tsukareta desu... aku capek..." kata Boa sambil terengahengah. "Baiklah, kita istirahat dulu," kataku. "Aku beli minum dulu ya," kataku sambil mengantar Boa duduk. Boa hanya mengangguk. Ketika aku berjalan kembali ke tempat Boa, ada yang menyenggolku dan minuman kami tumpah. Cewek itu bahkan tidak menoleh.
スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
"Woi chotto!!!" seruku ke cewek itu. Dia menoleh padaku. Si cewek memakai bikini yang sepertinya bisa membuat mata cowok se-pemandian tertuju padanya. Lalu memakai kacamata hitam. Rambutnya yang panjang terurai rapi. Ugh, tapi gayanya sok sekali!!! "Hai?" tanya si cewek sambil menurunkan kacamata hitamnya. "Minumanku jatuh karena kau senggol dan kau tidak minta maaf?!" kataku sambil menunjuk salah satu minumanku yang terjatuh. Boa sepertinya melihat ada keributan dan menghampiriku. Si cewek mengeluarkan selembar uang 10.000 yen dan menyerahkan padaku. "Cukup?" tanya si cewek sombong. Benar-benar keterlaluan dan tidak tahu sopan santun. Dia pikir dengan uang segalanya selesai?! Aku mengembalikan 10.000-an dengan mendorong bahu kirinya, lalu aku kembali ke toko minuman tadi. "Senpai, daijoubu?" tanya Boa. "Mukatsuita!!! Aku sebal!!! Apa cewek itu tidak pernah diajari sopan santun?" gerutuku sambil membayar lagi minumannya. Kami berjalan ke tempat kami meletakkan tas dan duduk di sana sambil minum. "Hihihi, Ekspresi senpai tadi sama seperti pertemuan pertama kita," kata Boa tersenyum geli. Aku mengingat-ingat. Ah iya, waktu itu dia menabrakku dan tanpa sengaja menciumku, lalu aku marah padanya. Saat itu aku sama sekali tidak pernah mengira dia akan jadi pacarku.
Malamnya aku dan keluarga Boa makan bersama. Setelah makan, kami mandi di pemandian air panas. "Kimochiii..." desah ojisan sambil menyandarkan badannya di batu. "Oi, kozou. Oi, bocah..." panggil Soonhwon-niichan. "Hai?" "Apa yang kamu sukai dari Boa?" tanya niichan tanpa memandangku. Aku tersenyum. "Zenbu suki desu... saya suka semuanya. Dia pintar, baik, dan sifatnya yang mudah cemas, saya suka semuanya..." kataku. "Boa itu manja lho," celetuk ojisan. "Sou desu ka... hm, saya kebetulan anak sulung, jadi saya rasa saya bisa mengerti manjanya seorang adik," kataku. Soohhwon-niichan mengernyit, "Kupikir kamu anak tunggal. Boa bilang begitu." "Ah, iya... sebenarnya saya punya adik perempuan. Dari lahir dia memang suka sakit-sakitan. Meninggal saat umur 6 tahun," ceritaku. Cerita ini belum pernah aku ceritakan pada siapapun. Bahkan pada Boa. Tapi entah mengapa aku begini mudah menceritakannya pada kakak-kakak dan ayah Boa. "Ne, Jaejung-kun," panggil Soonuk-niichan. Aku menoleh. "Arigato na," kata Soonuk-niichan. "Untuk?" スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
"Kalau kamu tidak memaksa Boa memberitahu tentang Top waktu itu, Boa tidak akan sebahagia ini sekarang," kata niichan. Aku hanya tersenyum. Mana mungkin aku membiarkan Boa pacaran dengan orang yang tidak membuatnya bahagia? Demo... bahkan saat mau tidur pun aku diintrogasi Soonhwon-niichan. "Oi, kouzo..." "Hai?" Saat ini kami sudah berbaring di futon masing-masing. "Apa kamu benar-benar cinta sama Boa?" tanya niichan. "Mochiron. Tentu saja," jawabku langsung. "Aku sebagai kakak tertua tidak mau menyerahkan Boa pada cowok yang tidak serius dengannya. Boa adalah adik kesayangan dan kebangganku. Waktu aku tahu dia pacaran dengan Top yang suka membolos dan melanggar peraturan, aku marah sekali," kata niichan membuatku salah tingkah. Apa Boa tidak cerita kalau aku dulu juga begitu? "Tentu saja niichan marah," gumamku. "Jaejung..." saking kagetnya aku sampai menoleh padanya. Baru kali ini dia menyebut namaku. "Boa wa... yoroshiku onegaishimasu, kuserahkan Boa padamu," kata Soonhwon-niichan sambil tersenyum. Aku membalas tersenyum. Soonhwon-niichan sebenarnya kakak yang baik. Dia sangat protektif pada Boa. betapa senangnya Boa memiliki kakak seperti itu. Mungkin kata Boa itu sister complex, tapi bagiku itu adalah kasih sayang akak pada adiknya. "Tapi kalau kau membuat Boa menangis, ore omae ga korosu. Aku akan membunuhmu," celetuk Soonhwon-niichan. Mendadak sekujur tubuhku merinding.
Besok paginya kami ke pantai lagi. Pagi ini pantai cukup ramai dengan pengunjung, jadi aku dan Boa pergi ke pemandian untuk belajar berenang lagi. "Senpai, pokoknya jangan lepaskan tanganku..." kata Boa sambil berenang. "Tapi kamu sudah cukup bagus. Kalau kulepas sebentar..." "Dame!!! Jangan!!!" "Boa, atashi mou tsukareta... aku juga capek..." kataku. Boa berhenti berenang dan melepas tanganku. "Hm... yatte miru... akan kucoba," kata Boa sambil berjalan membelakangiku. "Cukup, sampai situ dulu..." kataku. Jarak kami hanya 5 meter. Boa berenang cukup bagus dan ketika hampir sampai, dia sepertinya kelelahan dan berhenti. "Huwaaa!" aku buru-buru menangkap Boa yang sepertinya tergelincir.
スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
"Yappa kowai, senpai!!! Ternyata memang menakutkan!" kata Boa sambil berpegangan pada lenganku. Saking dekatnya kami, aku sampai bisa merasakan kulitnya yang lembut, harum rambutnya, dan mungilnya tubuh Boa. Membuatku ingin selalu memeluknya.
Tiba-tiba dari belakang ada yang menabrakku. Aku dan Boa hampir terjatuh. Aku buru-buru memegangi Boa erat-erat. Aku berbalik. "Nani atenda ya omae?!" gertakku. Cewek yang menabrakku menoleh. "Omae?!" ternyata dia adalah cewek yang kemarin menumpahkan minuman kami. "Ah, gomen ne," kata si cewek tanpa menunjukkan rasa bersalah. Ketika dia mau pergi, aku menarik tangannya dengan tangan kananku—tangan kiriku memegang tangan Boa. "CHOTTO!!! Kamu tidak pernah diajari sopan santun?!" bentakku lagi. "Anata mou? Kamu sendiri? Tidak pernah diajari cara memperlakukan wanita?" kata cewek itu tenang. Dia melepas peganganku dengan santai dan berjalan melewatiku sambil berbisik. "Oboetenai? Jae-chan?" bisiknya di telingaku. Aku langsung menoleh ke arahnya. Si cewek pergi secepat dia datang. "Nani, Jaejung-senpai?" tanya Boa. "N, nandemonai..." kataku pelan. Pikiranku sudah tidak ada di samping Boa lagi. Rasanya aku ingat panggilan itu. Hanya ada satu anak yang berani memamanggilku seperti itu. Perasaanku tidak enak. Mengapa dia tau namaku? Dan kenapa dia memanggil seperti itu? Tunggu, sepertinya aku mengenal wajah itu. Dare? DARE ANO KANOJO WA? Siapa dia?
スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
CHAPTER 06 Feelings Deep Inside >Boa PoV<
Dare... ano kanojo? Siapa perempuan itu? Sepertinya dari tadi Jaejung-senpai terdiam dan berpikir. Sejak bertemu dengan perempuan itu dia jadi aneh.
Aku memain-mainkan kembang api di tanganku, cemberut. Saat ini kami sekeluarga sedang bermain kembang api di belakang penginapan. "Senpai..." panggilku pelan. "Kirei da yo ne? Cantik kan?" tanyaku. Dia bergeming. Tetap memandang kosong ke arah kembang api kecil di tanganku. "Senpai!!!" panggilku agak keras. "E? Nani?" akhirnya dia tersadar juga!!! "Dakara... KIREI desu ne... kono hanabi... aku bilang kembang apinya cantik..." kataku. "Ah, eee, kirei da..." kata senpai. Aku tetap memandang kembang api dengan sebal. Senpai kenapa sih hari ini? Siapa sih perempuan itu? Aku merasakan tatapan senpai, tapi aku tidak balas menatapnya. "Hontou kirei... benar-benar cantik..." kata senpai tiba-tiba. "E?" aku menoleh padanya. "Kono hanabi kirei da... demo Boa wa motto kirei. Kembang api ini memang cantik, tapi kamu lebih cantik lagi," kata senpai sambil tersenyum. Aku menghindari tatapannya dan menghadap ke atas, melihat langit yang penuh bintang. Syukurlah sudah malam, pasti mukaku sekarang merah sekali. Aku memberanikan diri memandang senpai setelah beberapa menit. Dia sekarang bermain kembang api bersama Soonhwon-niichan. Ah, sugeee... sejak kapan mereka jadi akrab begitu? Rasanya aneh bisa melihat mereka seakrrab itu, tapi juga menyenangkan. Aku menghampiri mereka dan ikut bermain kembang api. Besok sore kami akan pulang ke rumah.
"TADAIMAAA!!!" seruku saat sampai di rumah. "Wua, atsui na... panas sekali..." gumam senpai saat memasuki ruang keluarga. "Shikatanai deshou? Apa boleh buat kan... di sini tidak ada AC. Kalau di rumah senpai sih semua ruangan ada AC-nya," kataku sambil mengipasi leherku dan duduk di samping meja. Oniichan sudah kembali ke kamar masing-masing dan tidur, begitu juga dengan otoosan dan okaasan. Senpai duduk di sebelahku dan memandangku. "Rambutmu panjang sih," celetuk senpai. "Maa ne... begitulah..." tanggapku sambil terus kipas-kipas.
スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
"Sini aku ikatkan," kata senpai, mengambil sebuah karet kuncir di dekat meja—rumah kami memang berantakan jadi barang ada di mana-mana. Aku membelakangi senpai yang menyisiri rambutku. Kamisama, Tuhan, bisakah kami selamanya seperti ini? Aku ingin waktu berhenti, biarkan kami bahagia seperti ini. Biarkan kami tetap seperti ini. Aku tau permintaanku ini mustahil dikabulkan. Demo... TOK TOK TOK "Ah, okyakusan da... ada tamu..." aku mau berdiri, tapi Jaejung-senpai berdiri duluan. "Aku saja," kata senpai. Aku menunggu. Siapa sih siang-siang begini? Kami kan capek, baru datang dari Izu. "OMAE?!" aku mendengar suara senpai yang kedengarannya sangat terkejut sekali. Aku berdiri dan menghampiri senpai. "Doushite yo, senpai?" tanyaku. Lalu aku melihat perempuan itu. Perempuan yang menabrak kami di kolam renang. "Jae-chan, mada oboetenai? Masih tidak ingat?" tanya perempuan itu dengan gaya yang dibuat-buat imut. "Kono kanojo te dare? Siapa dia?" tanyaku penasaran. "Dakara, oboetenai!!! Sudah kubilang aku lupa!!!" kata Jaejung-senpai sedikit tidak sabar. "Jaaa, bagaimana dengan ini?" tanya si cewek sambil menunjukkan bekas luka di lengannya. Jaejungsenpai tersentak kaget. "Lina?!" "Hahaha, akhirnya kamu ingat juga..." kata si cewek sambil melepas sepatu hak tingginya yang kelihatannya harganya melebihi harga gabungan semua sepatu yang ada di rumahku. "Ojamashimasuuu... maaf menggangguuu, aku masuk ya..." kata cewek yang bernama Lina itu TANPA MEMANDANGKU SAMA SEKALI. Aku melirik Jaejung-senpai. Ekspresinya tidak bisa ditebak. Seperti marah, bingung, terkejut, dan sedih campur jadi satu. Ada apa lagi ini?!
Aku ke dapur dan membuat minum untuk mereka berdua. Hum, siapa ya perempuan itu? Kelihatannya elit sekali. Apa anak teman ojisan di perusahaannya ya? Tapi sepertinya dia kenal sekali dengan senpai. Siapa tadi namanya? Lina? Hm, dia cantik—tinggi, lagi—kalau dibandingkan denganku sih tidak ada apa-apanya. "Ini minumannya," kataku sambil meletakkan minuman di meja ruang keluarga. "Arigato, Boa-chan," kata Lina padaku. Aaa, dia lebih ramah dari yang aku kira. Aku tersenyum membalas ucapannya. "Kenapa kamu ke sini? Kenapa kamu bisa tahu aku di sini?" tanya Jaejung-senpai dingin.
スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
"Eee? Memangnya aku tidak boleh bertemu kamu? Kita kan sudah lama tidak bertemu, masa' kamu bicara seperti itu, Jae-chan?" balas Lina dengan gayanya yang dibuat imut—sebenarnya tidak cocok karena wajahnya sangat dewasa. "Kamu sengaja kan ke sini? Disuruh otoosama?" tanya Jaejung-senpai. Ya ampuuun, aku tidak nyaman duduk di sini. Walaupun aku juga ingin mendengar lebih jauh, tapi siapa tahu mereka hanya ingin berdua. Siapa tau pribadi. "A, anooo..." untuk pertama kalinya mereka berdua menatapku. "Aku ke dalam dulu, aku tidak mau mengganggu," kataku sambil berdiri. "Iie, kamu di sini saja. Ini kan rumahmu," kata senpai. "Demo, senpai..." "Duduklah," suruh senpai. Aku tidak berani membantah lagi. Senpai kelihatan menyeramkan. "Araaa... kamu memanggilnya "senpai", Boa-chan?" tanya Lina padaku. Aku mengangguk salah tingkah. "Yokatta... syukurlah... aku pikir kamu dan Jae-chan benar-benar dekat," kata Lina. "Lina!!!" tegur senpai. Kenapa? Kenapa Lina berbicara seakan-akan dia mengenal senpai sejak lama? Dia memang kelihatannya baik, tapi kata-katanya menusukku. Dia pikir aku dan senpai benar-benar dekat, lalu begitu tahu aku memanggilnya "senpai" dia menyimpulkan kalau kami tidak benar-benar dekat. "Dou iu imi? Apa maksudmu?" tanyaku ke Lina. "Eh? Bukannya sudah jelas? Aku pikir kamu dekat dengan Jae-chan—dengan adanya gosip-gosip di majalah itu—tapi ternyata yang boleh memanggilnya Jae-chan masih tetap aku saja," kata Lina semangat. Yappari... ada yang aneh dengan hubungan senpai dengan Lina. Aku menoleh ke senpai yang dari tadi mengernyitkan dahinya. "Anata te... dare?" tanyaku memecah keheningan. "Atashi??? Lina desu. 16 sai. Tunangan Jae-chan." Aku tersentak kaget dan menoleh reflek pada Lina. TUNANGAN??? Kenapa aku tidak pernah dengar sebelumnya? Aku menoleh ke senpai. Tidak ada tanda-tanda penyangkalan. Apa benar dia tunangan senpai? Lalu kenapa senpai bersikeras mau pacaran denganku, mau membantuku? Kenapa? Padahal dia sudah punya tunangan. "Keluarlah..." untuk pertama kalinya setelah sekian menit, senpai berbicara. "E?" tanya Lina. "Keluar dari rumah ini. Nanti kita bertemu di Duklyon jam 7. Sekarang keluarlah dari rumah ini," kata senpai tenang. "Duklyon jam 7? Wakatta," kata Lina sambil tersenyum, tanpa menyadari perubahan atmosfer di ruangan ini. Aku terdiam di tempat dudukku. Senpai mengantar Lina ke depan. スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
Doushite? Kenapa? Kenapa senpai tidak pernah bicara tentang hal itu? Apa sudah lama mereka tunangan? Atau baru akhir-akhir ini? Apakah ini yang dimaksud ojisama dengan "pasangan yang sederajat"? Lina memang kelihatan elit dan sederajat dengan senpai. Tapi... tapi... "Boa..." aku merasakan sebuah tangan yang hangat menyentuh tanganku. "Nande? Kenapa? Kenapa senpai tidak pernah bilang?" tanyaku pelan. "Boa, jangan salah paham. Ano kanojo wa ore no osana najimi. Cewek itu adalah teman masa kecilku," kata Jaejung-senpai. Perlahan aku menoleh padanya. "Benarkah dia tunangan senpai?" tanyaku, tak bisa meniadakan nada cemburu dalam ucapanku. "Betsu ni... tidak tepat begitu sih... itu keputusan sepihak," kata senpai. "Dulu kami bertetangga. Ayahnya adalah bawahan ayahku. Orangtua kami bersahabat, dan kamu tahu sendiri kan ayahku seperti apa? Otoosama adalah orang yang menjunjung tinggi reputasi. Kalau ada yang membuatnya malu, sebisa mungkin dia akan langsung menyingkirkannya. Kamu tahu sendiri waktu itu dia mengatakan kalau dia ingin aku memmiliki pacar yang sederajat. Hhh... itulah yang dia maksud. Tapi sudah lama aku tidak bertemu dengannya karena saat umur 12 dia pindah ke luar kota. Aku sendiri tidak pernah menganggap pertunangan itu serius," cerita senpai panjang lebar. "Lalu kenapa senpai tidak pernah bilang padaku?" "Aku kan sudah bilang, aku tidak pernah menganggap itu serius," kata senpai. "Usotsuki... pembohong..." tanpa bisa kukontrol, aku mengatakannya. Jaejung-senpai menyernyit, menunggu. "Tadi ekspresi senpai tidak menunjukkan kalau senpai tidak menganggapnya serius. Tidak ada penyangkalan di wajah senpai." Senpai hanya diam. Aku memberanikan diri memandangnya. Seketika semua perasaan jengkelku langsung hilang. Baru kali ini... baru kali ini aku melihat senpai begini kelelahan. Senpai terlihat jauh lebih dewasa dari umurnya, jauh lebih dewasa dari 17 tahun. "Senpai, gomen..." kataku sambil memegang tangan senpai. "Gomen, pasti banyak sekali yang dipikirkan senpai. Kata-kataku tadi tolong lupakan, jangan dipikirkan." "Boa kamu terlalu baik... karena itulah aku suka kamu. Karena itulah aku takut meninggalkanmu. Karena itulah aku sangat bingung ketika Lina muncul lagi dalam kehidupanku. Kalau misalnya orangtuaku memaksaku tunangan secara resmi dengan Lina bagaimana? Kalau mereka mengancamku dengan bisnis keluargamu bagaimana? Lalu aku disuruh memilih pacaran denganmu tapi bisnis keluargamu hancur, atau tunangan dengan Lina tapi keluargamu selamat. Bagaimana?" baru kali ini aku mendengar nada cemas dalam suaranya.
Senpai yang aku kenal selalu tenang dan dingin, selalu menghadapi semua masalah dengan kepala dingin dan dengan caranya sendiri, cara yang dianggapnya paling benar, dan terbukti cara senpai selalu benar. Tapi kini... senpai terlihat sangat khawatir. Aku tidak mau menghancurkan bisnis keluarga, dan di sisi lain aku juga tidak mau berpisah dengan senpai. Kalau begini sih... sama saja aku pacaran dengan Top dulu. Iia'... chigau. sebenarnya berbeda. Dalam hal ini aku tidak dirugikan, dan スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
senpai bilang senpai senang pacaran denganku. Jadi masalah kali ini, bukan aku yang menanggung beban, tapi senpai. Senpai masih 17 tahun, tapi dia sudah dituntut orangtuanya sampai seperti itu. Sampai-sampai aku tidak menyangka bahwa orang sedewasa itu baru 17 tahun.
"Ittekimasu," pamit senpai saat jam 7. Dia ada janji dengan Lina, aku ingat. "Itterasshai... ki o tsukete ne, hati-hati di jalan," aku mengantar sampai depan pintu. Aku menunggu di kamar sambil melihat kalender. Ah, sudah minggu kedua. Di sekolah sekarang ini pasti ada remidial untuk nilai-nilai yang belum kompeten. Untungnya sampai sekarang aku tidak pernah ikut remidial. Tapi aku ingin sekali kembali ke sekolah secepat mungkin. aku tidak mau di rumah, memikirkan hal-hal seperti ini membuatku stres. Aku ingin ke sekolah, menjadi siswa biasa yang hanya mengkhawatirkan PR dan pelajaran. Tiba-tiba aku ingin berbicara dengan keempat teman senpai. Aku mengambil cellphone-ku dan mengirim mail ke senpai-tachi.
Senpai, genki ka? Apa kabar? Apa senpai ikut remidial?
Message sent. Yosh! Dengan begini aku bisa mengalihkan pikiran untuk sementara dari masalah tadi. Ah, jawaban mereka cepat sekali.
Changmin-senpai : Ah, Boa-chan!!! Genki, genki... aku tidak ikut remidial. Si Jaejung juga tidak ikut ya? Nilai dia bagus-bagus sih. Atashi : Jaejung-senpai wa koko ni. Jaejung-senpai ada di sini lho. Changmin-senpai : Uso!!! Kenapa dia di sana? Pasti kabur dari rumah Atashi : Heee? Naze wakatteru? Bagaimana senpai bisa tahu? Changmin-senpai : Dia dulu juga sering kabur dari rumah dan menginap di rumah Yunho Atashi : LOL XD
Yuchun-senpai : Genki da... anata? Ah aku ikut beberapa remidial. Menyebalkan sekali, padahal sedang liburan musim panas. Atashi : Mou genki desu. Ganbatte ne, senpai^^. Aku juga besok ingin ke sekolah. Yuchun-senpai : Kalau begitu ke sekolah saja besok, toh di rumah tidak ada apa-apa Atashi : OK, besok aku akan ke sekolah^^
Junsu-senpai : BOA-CHAN!!! Baru kali ini kamu mengirim mail. Ore wa genki da. Huh, aku ikut semua remidial. Mendokusai!!! Menyebalkan!!! Gara-gara Jaejung gak mau nyontekin aku sih. Atashi : Jangan salahkan Jaejung-senpai dong XD Junsu-senpai : Ah, Boa-chan daijoubu? Gosip-gosip di media massa pasti sangat mengganggumu スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
Atashi : Daijoubu^^. Shinpai shinai de... tidak perlu khawatir
Yunho-senpai : Ara, Boa-chan... genki, genki. Aku ikut beberapa remidial. Kamu pasti tidak ikut remidial ya? Atashi : Hai ^^; Yunho-senpai : Yappari. Sudah kuduga. Tapi besok ikut ke sekolah yuk. Daripada di rumah nggak ngapa-ngapain Atashi : Hai, besok aku memang mau ke sekolah^^ Yunho-senpai : Ja, mata ashita. Sampai jumpa besok Atashi : Mata ashita
Rasanya senang sekali bisa berhubungan dengan mereka, serasa kembali ke sekolah. Aku tidak begitu punya banyak teman perempuan, jadi aku senang berteman dengan teman-teman senpai. Yosh! Besok aku akan ke sekolah, walaupun hanya melihat-lihat. AH!!! Kenapa aku tidak tanya pada senpai-tachi saja ya?
Senpai, apa kalian tahu Jaejung-senpai punya tunangan?
Aku menunggu dengan berdebar-debar. Jawaban kali ini sangat cepat.
Changmin-senpai : Tunangan??? Iie, shitenai. Kamu ini ada-ada saja. Mana mungkin dia mau tunangan selain sama kamu? Yuchun-senpai : E? Tunangan? Apa kalian sudah mau bertunangan? Cepat sekali... Junsu-senpai : OMIAI??? Sama siapa??? Biar saja! Kalau dia tunangan, aku akan gantikan dia jadi pacarmu. Hehehe... Yunho-senpai : Ngawur kamu. Mana mungkin Jaejung sudah tunangan?
Apa??? Jadi mereka juga tidak tahu kalau Jaejung-senpai punya tunangan??? Jadi ini artinya Jaejungsenpai tidak bohong? Jaejung-senpai ga uso janakatta. Jaejung-senpai tidak menganggap serius pertunangan itu. Fuh, aku jadi sedikit tenang sekarang. "Tadaimaaa," aku mendengar suara Jaejung-senpai dari bawah. "Okaerinasai, Jaejung-kun," balas okaasan. Aku buru-buru turun ke bawah. Jaejung-senpai terlihat sangat letih, tapi dia tetap tersenyum padaku. "Boa, aku mau bicara sebentar denganmu," kata senpai. Aku melirik Soonhwon-niichan yang menyipitkan mata, mengawasi Jaejung-senpai. Aku mengikuti senpai ke kamar tamu yang ditempati senpai. Ini kedua kalinya aku berdua di kamar bersama senpai, tapi bedanya ini di rumahku. スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
"Gomen ne... maaf soal Lina. Dia dari dulu memang begitu. Dia selalu menganggap aku pacarnya atau tunangannya. Aku tadi sudah bilang kalau aku sudah pacaran denganmu dan aku tidak mau dia mengganggumu lagi," kata senpai. "Iie, senpai... Lina tidak menggangguku kok," dustaku. Sebenarnya pikiranku sangat terganggu dengan datangnya Lina. "Dia... dia mau bertemu denganmu," kata senpai. "Eee? Atashi? Aku?" tanyaku kaget. Untuk apa dia bertemu denganku? "Yokattara, ashita? Besok bisa tidak?" tanya senpai. "Ng, besok aku mau ke sekolah dengan teman-teman senpai," kataku jujur. "Eh? Junsu-tachi wa?" tanya senpai sambil mengangkat alisnya. Aku mengangguk. "Hm, kalau begitu aku akan bilang pada Lina untuk menemui kita di sekolah," kata senpai sambil mengambil cellphone-nya dan mengetik mail. Aku memandangnya. Dia kelihatan berbeda dari senpai yang kutemui pertama kali. Dia kelihatan lebih dewasa. "Boa, gomen ne..." kata senpai lagi. Aku menahan diri untuk memutar mata. "Ayamaru janai teba, sudah kubilang jangan minta maaf," kataku sebal. "Atashi daijoubu dakara. Aku tidak apa-apa kok." Senpai tersenyum lalu menarikku duduk di sampingnya di atas tempat tidur. Gyaaa, apaan nih? Ternyata senpai mengambil lagi cellphone-nya dan memotret kami berdua. "Kalau dipikir-pikir, aku jarang foto berdua denganmu lho," kata senpai sambil memandang hasil foto di cellphone-nya. "Iya, selalu senpai yang memotretku, lagipula terlalu banyak masalah sejak kita pacaran," kataku. "Aku terlalu banyak menyusahkanmu," kata senpai. "Iie, aku juga menyusahkan senpai," balasku sambil menggeleng pelan.
Malam ini berlalu dengan cukup tenang. Aku sudah tidak lagi memikirkan bagaimana hubungan Lina dengan senpai, tapi bagaimana kelanjutan hubunganku dengan senpai. Aku akan berhenti cemas. Aku tidak akan mencemaskan orang lain lagi sebelum masalahku sendiri terselesaikan. Seperti kata senpai, aku selama ini terlalu mencemaskan senpai atau mencemaskan orang-orang di sekitarku.
スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
CHAPTER 07 Don't Cry My Lover >Jae PoV<
Pagi ini aku sudah di depan gerbang bersama Boa, menunggu Junsu-tachi. "Oi, Jaejung, Boa... ohayo... selamat pagi..." salam Yuchun yang baru muncul. "Osh," balasku singkat. "Ohayo, senpai..." balas Boa. "Langsung masuk yuk," ajak Yuchun. "Tapi yang lainnya?" tanya Boa sambil mengikutiku dan Yuchun masuk ke dalam. "Tinggal saja," kata Yuchun. " Oh iya, aku ada kelas Fisika baru jam 10 nanti. kita ke perpustakaan dulu yuk. Di sana sepi," ajak Yuchun. Kami pun pergi ke perpustakaan. Selain fotografi, aku juga suka mambaca. Aku langsung menuju bagian fotografi. "Ah!!! JAEJUNG, BOA!!! MITE TE!!! Lihat ini!" teriak Yuchun dari suatu tempat. Aku mengambil satu buku fotografi dan membawanya ke tempat Yuchun. "Nani?" tanyaku sambil menghampiri Boa dan Yuchun yang sedang mengelilingi sesuatu. Aku mendekat dan melihat sebuah koran bertanggal hari ini. Ada fotoku dan Lina sedang duduk berhadapan. "Oh, itu... kemarin memang kami bertemu di Duklyon. Boa tau kok. Ne? Iya kan?" aku menoleh ke Boa. Dia menatap kosong lembar koran itu. Eee, doushite? "Baca beritanya dulu dong," kata Yuchun. Aku mulai membaca.
Jaejung-san, anak tunggal direktur perusahaan elektronik Aoba kemarin dipergoki sedang duduk dengan seorang perempuan, tapi bukan Boa-san yang selama ini digosipkan pacaran dengannya.
Lina-san adalah putri dari wakil direktur di perusahaan yang sama, dan diduga mempunyai hubungan khusus dengan Jaejung-san.
Dikabarkan dari kecil mereka sudah bertunangan akibat hubungan kedua orangtua mereka. "Kami dari kecil sangat akrab, dan orangtua kami memutuskan untuk menikahkan kami suatu hari nanti," kata Lina-san.
Lalu bagaimana hubungan Jaejung-san dengan Boa-san?
スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
Aku menggebrak meja itu dan segera berlari ke luar sekolah dan menunggu Lina. Kusooo!!! Kenapa dia bisa bicara seperti itu? Kenapa Lina malah mau bersuara kepada wartawan seperti itu? Apa dia tidak perpikir bagaimana perasaan Boa?! bukannya dia tau kalau aku sudah memilih Boa? Aku sudah mengatakannya kalau aku lebih memilih Boa, dan hubunganku dan Lina tidak lebih dari "osana najimi". Tidak lebih dari teman sepermainan.
"Ohayo, Jae-chan..." sapa Lina. Aku hanya memandangnya dengan tajam walaupun aku tahu tidak akan mempan. Tanpa berkata apa-apa, aku menarik tangannya dan masuk ke sekolah. "Nanda yo, Jae-chan? Kowai yo... kamu kenapa sih? Menakutkan..." tanya Lina. Aku tidak menjawabnya dan terus berjalan menuju perpustakaan. Saat aku masuk perpustakaan, keadaan sudah jauh lebih ramai daripada saat kutinggal tadi. Di meja resepsionis sudah ada penjaga perpustakaan. Lalu di meja besar ada Boa, Changmin, Yunho, dan Yuchun. "Araaa... minna, ohayou... selamat pagi, semua..." sapa Lina. Mereka hanya mengangguk canggung. "Lina..." panggilku. "Kenapa kamu mau diwawancara?" tanyaku sambil menunjuk koran di meja. Lina melihat koran itu dan mengambilnya. "Araaa... ternyata sudah terbit ya? Kemarin waktu salah satu report—" "Kamu sengaja kan?" selaku. Kini semua yang ada di perpustakaan memandangiku. "Jae-chan, atashi wa shitto yo... aku kan cemburu..." kata Lina. "Omae wa dare? Osana najimi darou? Nani "shiitto" te?! Kamu siapa sih? Cuma teman sepermainanku kan?! Untuk apa kamu cemburu," tanyaku. "Hidoi yo Jae-chan! Kamu jahat. Kita kan tunangan," kata Lina sok imut. Aku hanya memandangnya dengan marah. Aku tau dia bukan orang yang bisa digertak. Aku sampai heran setengah mati kenapa ada cewek seperti itu. Kini Boa dan Yuchun-tachi berdiri dengan cemas. Hanya Lina yang tidak terpengaruh keadaan dan malah membaca-baca koran itu. "Ayamaru yo... minta maaflah..." suruhku ke Lina. "Eee? Nanda atashi... kenapa aku harus..." "Kamu nggak merasa bersalah?! Kamu sudah menyusahkan—tidak hanya aku dan keluargaku—tapi juga Boa dan keluarganya. Lalu kamu juga menyakiti hati Boa. Apa kamu sama sekali nggak merasa bersalah?" tanyaku. "Betsu ni... nggak juga..." kata Lina santai. Kini kesabaranku sudah habis. "AYAMARU YO, LINA!!!" teriakku. Semua yang ada di perpustakaan tersentak kaget dan memandangku, tapi aku sudah tidak peduli lagi. "Shizukani kudasai! Tolong tenang sedikit, ini perpustakaan!" tegur penjaga perpustakaan. "URUSAI!!! CEREWET!!!" sebenarnya aku tidak bermaksud membentaknya juga. "HAYAKU AYAMARU!!!" "Senpai, mo ii..." kata Boa sambil memegang lenganku. スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
"Iie, dia harus minta maaf..." kataku tanpa memandang Boa. Wajahku pasti sangat menyeramkan. Aku tidak mau dia melihatku seperti ini, dan aku tidak mau melihatnya begitu cemas seperti biasa. Lina mengerucutkan mulutnnya, lalu membungkuk ke arah Boa. "Gomenasai..." kata Lina, lalu dia cepat-cepat berdiri tegak lagi. Dia dari dulu memang seperti itu, dia paling susah kalau disuruh minta maaf. Tapi dulu dia jauh lebih lembut dari ini. "Jaaa, kami pergi dulu...' kata Yuchun dan Yunho. "He, doko?" tanyaku. "Remidi da yo... Junsu dapat semua remidi, jadi dia dari pagi sudah harus di kelas," kata Yuchun sambil mengambil tasnya. "Boa-chan, chotto ii? Boleh bicara sebentar?" aku mendengar suara Lina. Aku langsung menoleh. Boa mengangguk, lalu berjalan mengikuti Lina. Aku mau menahannya, tapi Boa berbalik dulu dan berkata tanpa suara, "daijoubu"
Aku dan Changmin menunggu di atap sekolah seperti biasa. Changmin dari tadi hanya memandangku dengan cemas seakan aku bisa meledak kapan saja. "Aku benar-benar frustasi..." akhirnya mulutku mengeluarkan suara. "Nande?" tanya Changmin, walaupun aku yakin dia pasti tau jawabannya. "Otoosama to Lina... mereka membuatku benar-benar frustasi. Padahal masalahku dengan otoosama saja belum selesai, sudah muncul Lina. Kamisama wa fukouhei da... Tuhan tidak adil..." kataku sambil memandang langit. "Jaejung-kun..." "Changmin, ore hontou ni ureshii na... aku benar-benar senang..." "E???" "Boa no kareshi ni naru hontou ni ureshii... demo otoosama ga chigau. Aku senang jadi pacarnya Boa, tapi tidak dengan otoosama. Dia tidak pernah menyetujui apa yang aku inginkan. Baginya yang paling penting adalah kedudukan. Dia tidak peduli apakah Boa cantik, pintar, dan kaya... hidoi yo ne... kejam kan..." ceritaku sambil tersenyum miris. "Jaejung-kun ojitsuite... tenanglah... di dunia ini tidak ada yang sempurna kan..." "Demo..." "Hai, hai... iya, iya, sudahlah... lalu bagaimana hubunganmu dengan Lina?" tanya Changmin mengalihkan topik. "Ano aitsu... cewek itu... dia dulu tidak begitu. Dulu dia sangat pendiam. Dulu aku menganggapnya sebagai adikku, tapi dia... dia selalu bergantung padaku. Entah apa yang dilakukan orang tuanya beberapa tahun terakhir ini. Dia jadi rusak seperti itu," ceritaku. Kenangan masa lalu pun terkuak kembali. Aku ingat betapa dulu aku menyayanginya sebagai saudara, tapi sekarang ini aku tidak mau bertemu dengannya. Tidak sewaktu aku bermasalah dengan otoosama, tidak sewaktu aku sudah memiliki Boa. スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
"Jaejung-kuuuun!!!" aku mendengar suara Junsu, Yunho, dan Yuchun. Aku menoleh ke arah pintu. Ah ternyata benar mereka. "Dou? Bagaimana? Remidinya?" tanyaku. "Karena aku ngantuk, tadi waktu guru menjelaskan, aku hanya tidur..." kata Junsu sambil memakan roti yang dari tadi dipegangnya. (note : setahuku, remidi di Jepang tuh berupa tambahan kelas dan bukan ujian ulang^^; gomen kalau salah) "Junsu wa Junsu da yo... Junsu tetap saja Junsu... kamu tetap tidak berubah..." kataku sambil mencuil rotinya. Perasaanku mulai tenang begitu kami berkumpul seperti ini. Mereka selalu membuatku tertawa dan melepaskan beban-bebanku. "Boa-chan wa?" tanya Junsu. "Boa masih ngobrol sama Lina..." "Lina te dare? Siapa Lina?" "Hanashi wa nagai n daaa... ceritanya panjang..." kataku sambil duduk dan bersandar. Aku diam untuk beberapa saat dan hanya mendengarkan mereka ngobrol tanpa aku. Beberapa menit kemudian Changmin berkata, "Hora, Jaejung-kun! Boa-chan te..." Changmin menunjuk ke halaman depan. Boa memandangi punggung Lina yang berjalan meninggalkan gerbang sekolah. "Kita tunggu saja di sini," kataku santai. Padahal... padahal dalam hatiku, aku benar-benar penasaran apa yang dikatakannya pada Boa.
Tidak sampai lima menit, Boa sudah sampai di atap. "Dia bicara apa denganmu?" tanyaku pelan. "Nandemonai... tidak bicara apa-apa..." kata Boa tanpa memandangku. Entah mengapa dia memandang ke arah langit. Aku berdiri dan menghampirinya, tapi dia memunggungiku. Saat itu aku hanya fokus pada Boa sampai-sampai aku tidak sadar Junsu-tachi sudah keluar. "Dia menyuruhmu melakukan sesuatu? Dia cerita sesuatu?" tanyaku sambil memegang tangannya dan memaksanya berbalik. "Do, doushite... kenapa kamu menangis?" tanyaku saat melihat matanya yang merah dan berkacakaca. "Hanase... lepaskan..." kata Boa sambil melepas peganganku. Aku mau mengusap matanya, tapi Boa malah menghempaskan tanganku. "A, aku... aku cuma mau bilang... jangan dekati aku lagi. Onegai... kumohon..." kata Boa sambil berjalan memunggungiku. Aku hanya terpaku di tempat memikirkan apa yang terjadi. Ketika aku membuka pintu atap, Junsu-tachi menunggu. "Dou? Bagaimana?" tanya mereka serempak. Aku hanya mengibaskan tanganku dan terus berjalan. Mereka berempat mengikutiku. スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
Mereka terus mengikutiku, padahal aku tidak tahu kemana kakiku akan membawaku. Begitu aku sadar, kami sudah ada di jembatan. "Jaejung-kun, genki? Kamu nggak pa-pa?" tanya Yuchun. "Ck... Lina bicara apa sih? Dia bicara apa ke Boa sampai Boa seperti itu?" gumamku. "Heee, mana kita tahu... kenapa tanya ke kita..." celetuk Junsu polos. Pandangan Changmin-tachi seperti mau membunuhnya. Aku hanya tersenyum. Junsu dari dulu memang tidak peka. Mereka hanya bersandar di jembatan dan memandang langit. Iia'!!! aku tidak boleh diam saja. Aku harus bertindak. Aku mengambil cellphone-ku. "Moshi-moshi, Lina?" tanyaku. "Aaa, Jae-chan ka? Ada apa?" tanya Lina. "Kamu tadi bicara apa ke Boa?" tanyaku. "Heee... aku tidak bicara apa-apa. Aku cuma cerita tentang masa kecil kita, supaya dia lebih bisa mengerti kamu," kata Lina tidak meyakinkan. Aku tidak tahu mau bicara apa lagi, dan langsung menutup cellphone-ku. "Oi, aku menginap di rumahmu..." kataku pada Yunho. "Aaa," jawab Yunho singkat. Aku berjalan lagi dan mereka berempat membuntutiku.
"Zenzen wakara... aku sama sekali tidak mengerti..." kataku sambil mengacak-acak rambut. "Nani?" tanya Yunho sambil membaca majalah dewasa. "Onna no kimochi... zenzen wakaranai... perasaan perempuan... aku sama sekali tidak mengerti," jawabku. "Aa, sama, aku juga..." jawab Yuchun yang juga ikut membaca bersama Yunho. Aku memandang sebal keempat temanku yang sekarang berdesakan di kamar Yunho. Changmin memang dari tadi mendengarkan, tapi dia kelihatannya berpikir terus. Yunho sama Yuchun malah baca majalah "seperti itu". Junsu juga hanya main game di komputer Yunho. "Aaah!!! Mukatsuita!!! Menyebalkan! Ja, oyasumi..." kataku sambil berbaring miring dan menutup mataku. "Hooo, 'yasumi..." jawab mereka malas-malasan. Mou... hara heta na... aku lapar... ibu dan ayah Yunho sedang keluar kota, jadi kami dari tadi tidak makan. Kalau aku di rumah Boa pasti sekarang aku sedang makan-makan bersama keluarganya, mencuci piring bersama, bahkan main kartu dengan Soonhwon-niichan. Demo... demo... gara-gara Lina!!! Ciiih, dia bicara apa sih ke Boa sampai membuat Boa menangis seperti itu?!
BRAK!!! "JAEJUNG WA KOKO??? JAEJUNG DI SINI???" seseorang mendobrak pintu dan berteriak. スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
Aku langsung terbangun, dan begitu juga keempat temanku. "Ee, Jaejung-niichan wa koko ni iru yo. Ya, dia di sini. Anata wa dare? Anda siapa?" tanya suara adik perempuan Yunho. Aku dan Yunho-tachi bergegas bangkit dan keluar kamar. Aku langsung berlari ke arah pintu depan. "Ah, Jaejung-niichan... kono kowai hito wa Jaejung-nii ga motomeru yo... orang yang menakutkan ini mencarimu..." kata adik Yunho, lalu dia masuk ke dalam. Aku memandang wajahnya. "Soonhwon-nii—"
BUGH!!! Sebelum aku selesai menyebut namanya, aku sudah mendapat pukulan. Rasanya aku tahu ini tentang apa. "Daijoubu?" tanya Yunho sambil mengangkatku. "Nani?" tanyaku pelan, tanpa memandang wajah Soonhwon-niichan. "'NANI' JANAI!!! AKU SUDAH BILANG KAN?! KALAU KAMU MEMBUAT BOA MENANGIS, AKU AKAN MEMBUNUHMU!!!" teriak Soonhwon-nii yang sepertinya sudah siap mau memberiku pukulan lagi, tapi kedua tangannya ditahan oleh Junsu dan Changmin. "Gomen..." kataku sambil membungkuk. "KAMU PIKIR AKU KE SINI CUMA UNTUK MENDENGARMU BERKATA 'GOMEN'???" teriak Soonhwonnii. Dia lalu melepas pegangan Junsu dan Changmin, lalu berbalik. "Bicaralah dengannya. Jangan main kabur dulu, pengecut..." kata Soonhwon-nii, lalu dia pergi.
"Oi, Jaejung, daijoubu ka?" tanya Yuchun sambil mengelus lenganku. Ingin aku menjawab "daijoubu", tapi tidak ada suara yang keluar dari mulutku. Aku benar-benar frustasi. Aku harus mencari tahu apa yang dikatakan Lina. Tanpa banyak pikir lagi, aku lengsung menyambar jaket. "Oi, Jaejung doko iku? Mau kemana? Ini kan sudah malam sekali," kata Changmin. "Boa no ie. Rumah Boa," jawabku singkat. Entah mereka bicara apa lagi, aku tidak peduli. Aku hanya ingin bertemu dengannya dan bicara yang sebenarnya. Aku benar-benar mau memperjelas semuanya. Semua gara-gara Lina!!!
Aku mengetuk pintu. "Sumimaseeen... permisiii..." salamku. Aku melihat jam tanganku. Aaa, pantas saja tidak ada yang membukakan. Ini sudah jam 12 malam. Aku sudah mau pulang ketika seseorang membuka pintu. Aku langsung berbalik... dan melihat Boa di depanku. "Aku mau bicara sebentar..." kataku. スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
Boa tidak berkata apa-apa, tapi menutup pintu di belakangnya. "Nani?" tanya Boa dingin. Aku memandang wajahnya yang putih itu. Malam ini benar-benar terang, aku bisa melihatnya dengan jelas. "Genki?" tanyaku. Boa menunduk. "Heiki... nggak pa-pa," jawab Boa. "Heiki janai... apanya yang nggak pa-pa?" tanyaku sambil mengangkat wajah Boa. "Hora... lihat, wajahmu berantakan. Kamu baru menangis?" tanyaku. "Iie... tidak..." kata Boa sambil melepas tanganku. "Lina tadi bicara apa sama kamu?" tanyaku santai. "Mou yamete yo, senpai... sudahlah, senpai... jangan dekati aku lagi. Urus saja bekas luka Lina dan janji kalian untuk menikah!" seru Boa. lalu dia berbalik dan menggebrak pintu. Aku masih terpaku di tempat memikirkan kata-katanya. "Ah, senpai! Barang-barangmu aku antar ke rumah Yunho-senpai. Ja!" teriak Boa dari dalam rumah.
Nani??? Boa tadi bilang apa? Bekas luka? Janji? Pasti Lina yang menceritakannya!!! Iya, memang aku mengakui kalau bekas luka itu aku yang membuatnya. Dulu waktu bermain di lapangan, Lina selalu mengikutiku. Suatu hari ada bola yang melambung ke arahnya dan aku menangkap bola itu, tapi aku menabrak Lina sampai lengannya tergores tanaman berduri dan darahnya tidak mau berhenti. Ano toki... waktu itu... aku benar-benar merasa bersalah, tapi Lina hanya tersenyum padaku dan berterima kasih karena sudah menangkap bola itu sebelum mengenai kepalanya. Huf... dia dulu sangat baik. Sampai waktu itu aku dengan cerobohnya ingin menikah dengan Lina. Orang tua kami hanya tertawa, tapi mereka menunangkan kami.
Itu sepuluh tahun yang lalu. Keadaannya sudah berbeda, harusnya Lina tahu itu. Aku dan dia sudah bukan anak kecil lagi. Yang ada di pikiranku saat ini hanyalah Boa.
スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
CHAPTER 08 I Did It For Love >Boa PoV<
Aku tidak bisa membendung air mataku. Aku masih sangat menyukai senpai, tapi aku tidak tahu apakah senpai juga memiliki perasaan yang sama denganku. Apakah dia hanya menganggapku hanya sekedar "pacar" yang dibuat untuk bermain-main? Apa aku hanya sebagai pacar saat sekolah, tapi pada akhirnya dia akan menikah dengan Lina? Doushiyo? Padahal aku sudah terlanjur suka padanya. Hontou ni daisuki. Aku menjauhinya karena aku cinta padanya. Aku ingin senpai bahagia sama Lina. Aku bahkan tidak tahu apakah keputusanku ini benar atau salah.
Aku hanya bisa menangis dalam diam dan duduk bersandar di pintu.
journey into space guru guru to... atama no naka mo guru guru NOOTO no yoko no rakugaki... boku no e wa PICASSO wo komeru (Hey! Say! JUMP – School Kakumei)
Cellphone-ku berdering. Dare? Ano jikan ni... siapa sih malam-malam begini... "Hai, moshi-moshi..." jawabku berusaha memantapkan suara. "Boa-chan?" sapa suara di seberang. "Hai" "Yunho desu. Tolong kamu ke rumahku sekarang juga. Jaejung sakit," kata senpai. Nani? Jaejung-senpai sakit? Tapi... tapi... "Iia'," tolakku. "Heee? Naze?" "Aku tidak peduli lagi pada Jajeung-senpai. Sore ja, oyasuminasai," aku langsung memutus pembicaraan. Doushiyo? Doushiyo? Aku benar-benar ingin bertemu senpai. Apa benar senpai sakit? Bagaimana ini? Apa gara-gara aku? Apa gara-gara dia baru saja menemuiku dan aku mengatakan hal itu? Demo... aku sudah berjanji pada Lina. Aku sudah berjanji akan menjauhi Jaejung-senpai. Bagaimana ini?
Begitu aku sadar, aku sudah ada di kamar dan Soonuk-niichan sedang membuka korden. "Boa, daijoubu?" tanya niichan.
スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
"Daijoubu... " jawabku sambil bangkit dari tempat tidur dan duduk. "Kenapa aku bisa di sini?" tanyaku. "Tadi malam kamu tertidur di pintu depan, jadi Soonhwon-nii menggendongmu ke kamar," kata Soonuk-nii. "Boa..." panggil Soonuk-nii tiba-tiba. "Hm?" "Are wa anata no nakama? Itu temanmu?" tanya Soonuk-nii sambil menunjuk ke jendela. Aku berdiri dan menghampirinya. "Yuchun-senpai..." gumamku. "Heee, Boa no senpai ka..." lalu Soonuk-nii turun ke bawah. Yuchun-senpai pasti mencariku. Pasti mau bicara dengan Jaejung-senpai. Haruskah aku menemuinya? "Ah... niichan..." aku melihat Soonuk-niichan menghampiri Yuchun senpai dan berbicara serius. Yuchun senpai memakai seragam sekolah. Setelah mereka selesai, Yuchun-senpai membungkuk dan berbalik pergi. Sebelum pergi, aku punya perasaan dia menoleh ke arahku. Apa Jaejung-senpai benarbenar tidak apa-apa?
"Niichan, nani ga hanashi? Tadi kalian ngobrol apa?" tanyaku pada Soonuk-nii. "Ah, bukan apa-apa. Dia cuma minta barang-barang Jaejung dikirim ke rumah Yunho. Tapi karena dia dan teman-temannya sedang sibuk, dia minta pihak sini yang mengantarkan. Kamu antar gih barangbarangnya," suruh niichan. Apa? Aku disuruh mengantar barang-barang senpai? Apa itu hanya untuk membuatku pergi bertemu Jaejung-senpai?
Aku berjalan menuju kamar tamu yang dipinjamkan kepada Jaejung-senpai. Heee, mechakucha da... berantakan sekali. Yappa otoko da. Dasar cowok. Ah, shikatanai... apa boleh buat, aku akan merapikannya. Areee, senpai no kamera wa inai... kamera senpai tidak ada... Apa dia bawa? Tidak heran sih kalau dia bawa. Dia kan cinta banget sama kameranya, kemana-mana dibawa. Aku pun melanjutkan mengepak barang senpai. Yosh, semua sudah masuk tas. Ja doushiyo? Apa aku harus ke rumah Yunho-senpai sekarang?
Aku melihat jam tanganku. Hm, jam 10. Pasti sekarang senpai-tachi ada di sekolah, ikut remidial, jadi aku tidak perlu bertemu mereka. Yosh! Aku akan meletakkan barang-barang senpai, lalu langsung pulang. Aku bergegas ke kamar dan memakai topi. "Niichan, aku ke rumah Yunho-senpai dulu, mau mengantar barang," pamitku. "Itterasshai..." "Ittekimasu. Ki o tsukete..."
スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
Aku mengetuk pintu tiga kali. Hhh, apakah aku ke sini sebenarnya karena aku ingin melihat Jaejungsenpai? Aku mengetuk lagi. "Haaai," respon suara dari dalam. Beberapa detik kemudian pintu dibuka. "Ah, Yunho-senpai no imouto? Adik Yunho-senpai?" tanyaku pada anak kecil itu. Dia mengangguk. "Ada perlu apa?" tanyanya. "Anooo, aku boleh titip sesuatu?" tanyaku. Dia mengangguk lagi. "E tooo... Jaejung-senpai wa koko ni, desho? Dia ada di sini kan? Aku titip barang-barangnya, ya." Aku menyerahkan tas Jaejung-senpai. "Tidak masuk dulu? Tapi Jaejung-niichan sedang sakit, dari tadi malam tidak bangun," kata adik Yunho-senpai. "Ah, iie. Aku buru-buru," kataku sambil tersenyum. Dia mengangguk-angguk. "Ano, Boa-neesan..." panggilnya. Aku tidak heran mengapa dia tahu namaku. "Apa benar neesan bertengkar dengan Lina-san dan Jaejung-niichan?" "OI!" panggil Yunho-senpai dari dalam. "Anak kecil tidak boleh ikut campur. Sudah masuk sana!" "Senpai?! Kenapa senpai di sini? Bukankan senpai ada remidi?" tanyaku. "Masuklah," suruhnya tanpa ekspresi. "Demo..." "Sudahlah masuk saja," kata Yunho senpai. Aku melepas sepatu dan masuk mengikutinya. Uh, harusnya aku tadi segera pulang. Bagaimana ini? Aku tidak siap bertemu Jaejung-senpai. Karena kalau aku melhatnya, aku pasti menginginkannya kembali. Doushiyo?
Aku masuk sebuah kamar mengikuti Yunho-senpai. "Ah, Boa-chan... hora, anata no kareshi... lihat tuh pacarmu..." kata Yuchun-senpai sambil mengedikkan kepalanya ke arah Jaejung-senpai yang tidak sadarkan diri. "Se, senpai..." aku mendekatinya, tapi dihadang oleh Changmin-senpai. "Bukankah kamu bilang kamu sudah tidak mau bertemu dengannya lagi?" tanya Changmin-senpai. Aku menangis lagi. Kenapa akhir-akhir ini aku begitu sering menangis? "Boa..." gumam Jaejung-senpai. Aku menoleh kaget. "Dari tadi malam dia begitu terus..." kata Junsu-senpai. Aku ingin memegang tangannya, dan merawatnya di saat dia sakit seperti ini. Demo... demo... Iia da! Aku tidak boleh di sini. Kalau aku di sini aku pasti ingin jadi pacar senpai lagi. Senpai sebenarnya bukan milikku, dia milik Lina dari kecil sampai sekarang. Aku hanya menjadi penghalang antara keduanya. Aku membungkuk pada senpai-tachi, lalu pulang.
スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
Di malam yang panas ini aku hanya duduk di latar sambil mengelus-elus Sara, kucing kesayanganku. Ah, aku belum cerita, ne? Sejak aku punya Jaejung-senpai, aku jadi lupa pada kucingku. Sebenarnya yang merawatnya selama ini adalah Soonuk-nii. "Atsui ne? Panas ya..." kataku pada Sara. Aku tersenyum. Aku tahu Sara tidak mungkin mengerti, tapi aku butuh teman. Selama ini aku tidak punya sahabat yang bisa mendengarkan keluhanku. Semua anak perempuan tidak ada yang mau dekat denganku lebih dari sekedar "teman". Aku sendiri tidak tahu apa yang membuat mereka seperti itu. Jadi waktu aku bertemu Jaejung-senpai, aku baru merasakan hadirnya seseorang yang mengerti dan mau mendampingiku. Apalagi ada Junsu-senpai-tachi.
Sekarang semuanya meninggalkanku. Aku kembali tidak punya teman. Iie!!! Kamulah yang meninggalkan mereka!!! Tapi mereka marah padaku Itu karena kamu yang mulai duluan Jaejung-senpai milik Lina Tapi Jaejung-senpai memilihmu. Dia suka kamu Dia sudah berjanji akan menikahi Lina Itu waktu mereka masih kecil
Aku pusing. Aku benar-benar butuh teman untuk berbagi. Dari awal aku memang tidak ditakdirkan untuk pacaran dengan Jaejung-senpai. Dari awal kami sudah menemui banyak rintangan. Memang aku selamat dari masalah Top, tapi setelah itu ada masalah lagi. Ayah Jaejung-senpai tidak suka aku jadi pacarnya, lalu masalah artikel itu, lalu sekarang ditambah masalah Lina. Kamisama wa fukouhei desu... Tuhan sungguh tidak adil...
"Boa-chan..." panggil seseorang di luar pagar. "Y, Yuchun-senpai!!!" seruku. Aku membiarkan Sara berlari masuk ke dalam. "Nanda?" "Ikut aku," ajak Yuchun-senpai. "Doko? Kemana?" "Onegai... " aku mengamati ekspresi Yuchun-senpai. Dia kelihatan lelah dan pasrah. Mou, ada apa lagi ini? Tuhan, biarkan aku hidup tenang. "Onegai," ulangnya. Aku tidak tega melihatnya lalu aku masuk ke dalam dan mengambil jaket, lalu pergi bersama Yuchunsenpai.
Kami tidak berjalan jauh. Tapi aku sangat terkejut ketika kami masuk Night Club. Naniii??? "Senpai, nani—" スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
"Ssst, ikuti saja," kata Yuchun senpai. Aku masuk dan hanya mengekor Yuchun-senpai. Dia terus berjalan sampai akhirnya dia berhenti di pojok ruangan yang sedikit sepi. "Hora... lihat itu... lihat yang sudah kau lakukan padanya..." kata Yuchun-senpai sambil memandang ke sebuah sofa. "Yamete yo, Jaejung-kun! Hentikan!" kata Junsu-senpai sambil menarik botol wine dari Jaejungsenpai. "Urusai!!! Cerewet!" kata Jaejung-senpai yang sudah mabuk. Dia merebut kembali botol wine-nya dan menuangkan di gelas kecil. "Jaejung. Boa-chan wa kuru yo... dia datang..." kata Yuchun-senpai. Aku hanya terpaku di tempat, sama sekali tidak bisa bergerak. Benarkah itu Jaejung-senpai? Sore wa uso, darou? Ini bohong kan? "Dari tadi dia tidak mau berhenti..." kata Junsu-senpai mengeluh. Akhirnya kukuatkan diriku untuk bergerak mendekati Jaejung-senpai. "Yamete kudasai!!! Tolong hentikan! Senpai kan masih sakit!!!" kataku sambil mengambil botol dan gelas dari tangan senpai. Dia memandangku. Sesaat aku lupa kalau saat itu dia mabuk. Pandangannya padaku sama seperti pandangan orang normal. "B, Boa-chan..." panggilnya pelan. Sebelum ini aku belum pernah berhadapan langsung dengan orang mabuk, tapi saat ini senpai terlihat sangat tenang dan normal. Senpai merebut lagi botol dan gelasnya. "Yamete ku—" "Boa-chan... kau belum pernah minum kan?" tanya senpai tanpa memandangku. "He?" "Kamu belum pernah merasakannya. Kamu tidak akan tahu. Wine adalah cara yang sangat efektif untuk menghilangkan stres," kata senpai sambil memegang botol wine dan memandanginya. "Iie!!! Tidak! Ini namanya senpai kabur dari masalah. Ketenangan yang senpai dapat hanya sesaat, tapi mau tidak mau—" "Sudahlah Boa-chan. Dia tidak akan mendengarkanmu. Dia sedang mabuk berat..." kata Changminsenpai. Aku mendesah. Doushiyo? Aku tidak menyangka masalahnya akan jadi serumit ini. Ah, aku harus menghubungi Lina. Dia akan ke sini dan menghibur Jaejung-senpai.
Aku mengambil cellphone dari tasku, lalu mencari nomor cellphone Lina. Ketika aku akan menekan tombol "call", tangan Jaejung-senpai menahanku. Tanpa peringatan Jaejung-senpai memelukku. "S, senpai..." "Jangan hubungi Lina... onegai... aku cuma ingin kamu," bisik senpai di telingaku. "D, demo—" スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
BRUK!!! Jaejung-senpai pingsan. Keempat teman senpai langsung menarik senpai dan mendudukkannya. "Daijoubu?" tanya Yunho-senpai. Aku mengangguk dan masih shock. Yunho senpai langsung menggendong Jaejung-senpai di punggungnya. Aku berjalan di belakang bersama Yuchun-senpai. "Boa-chan... apa hanya karena Lina, kamu jadi menyerahkan Jaejung padanya?" tanya Yuchun-senpai. Aku menggeleng, "Sonna koto janai. Bukan begitu. Jaejung-senpai itu tunangan Lina. Jadi aku yang merebutnya dari Lina." "Boa-chan, coba pikir. Di sini yang paling penting adalah perasaan Jaejung. Dia lebih memilih kamu daripada Lina. Harusnya itu memperjelas keadaan," kata Yuchun-senpai. Aku tahu. Aku sudah merenungkannya berulang kali. Demo... Jaejung-senpai lebih cocok dengan Lina dibandingkan denganku. Lagipula ayah senpai tidak menyetujui hubunganku dengan senpai. "Boa-chan..." "Hai?" "Kimi wa Jaejung ga suki, darou? Kamu suka Jaejung kan?" tanya Yuchun-senpai. Aku mengangguk kaku. "Kalau begitu jalanmu ke depan akan jelas. Kamu harus berani berbicara pada ayah Jaejung dan pada Lina kalau kamu benar-benar menyukai Jaejung dan dia juga menyukaimu. Aku heran kenapa hubungan kalian rumit sekali. Hubungan kalian itu kurang ketegasan," kata Yuchun-senpai. Aku memandangnya. Benar juga. Selama ini sebenarnya tidak ada yang menghalangi hubungan kami, tapi kami sendiri yang mempersulit masalah yang sebenarnya sepele. "Yuchun-senpai... arigato..." ucapku sambil tersenyum. Kami sampai di rumah Yunho-senpai. Aku menghubungi keluarga kalau aku menginap di rumah salah satu teman perempuanku (Soonhwon-niichan akan meledak kalau tahu aku menginap di rumah Yunho-senpai). Aku tidur bersama adik perempuan Yunho-senpai.
Walaupun aku merasa sangat lelah, tapi malam ini tidurku kurang nyenyak. Aku hanya bergulingguling saja dari tadi. Rasanya kepalaku mau pecah. Terlalu banyak yang aku pikirkan. Semua ini akan berakhir kalau aku putus dengan senpai. Atashi wa senpai ga suki. Aku suka senpai. Dan aku melakukan ini karena aku suka senpai. Masalahnya memang tidak ada yang setuju aku pacaran dengan Jaejung-senpai, terutama ojisama. Belum juga masalah itu selesai, Lina datang. Mungkin memang hanya beberpa bulan, tapi aku akan mengingat saat-saat menyenangkan itu. Baiklah, aku sudah memutuskan, aku besok akan memutuskan senpai. Paling tidak aku bisa menjadi temannya.
Setelah larut malam, aku baru bisa memejamkan mata, setelah merencanakan apa yang akan aku katakan besok. Walaupun aku tidak tahu apa yang akan menungguku, walaupun aku tidak tahu apakah rencanaku akan berjalan dengan lancar. スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
Asa wa kita. Dan pagi puun datang. Waktu aku membuka mata, sinar matahari menembus jendela kamar. Aku melompat bangun ketiika melihat jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Aku langsung menyisir rambutku, cuci muka, sikat gigi, lalu keluar kamar. Aku mengintip kamar yang tadi malam ditempati Jaejung-senpai. Eh? Inai? Tidak ada? Kalau begitu pasti mereka di ruang keluarga. "Ohayo!" salamku sambil memasuki ruang keluarga. Yappari... sudah kuduga senpai-tachi ada di sini. "Ohayo..." jawab mereka pelan. Eh? Kenapa? Ada yang aneh dengan suasana ini. Aku memandang mereka satu-satu. Yunho senpai memandangi Jaejung-senpai dengan tatapan cemas. Yuchun senpai dari tadi menyembunyikan mukanya dengan satu tangan yang sikunya ia sanggakan di meja. Junsu-senpai menatap kosong televisi yang menyala. Hanya Changmin-senpai yang berani memandangku. "Doushita n desu ka? Ada apa?" tanyaku pelan. Aku menghampiri mereka dan ikut duduk dan bersila. Aku melihat Jaejung-senpai. Tidak ada yang aneh. "Jaejung-senpai daijoubu desu ka? Dia baik-baik saja kan?" tanyaku pada Changmin-senpai, satu-satunya yang mau memandangku. "Daijoubu, demo... tapi..." Aku mendengar isak tangis. Aku memandang mereka lagi satu persatu. Yuchun senpai menangis. "Ne..." akhirnya Jaejung-senpai angkat bicara. Aku reflek menoleh padanya. "Ano kanojo te dare? Cewek itu siapa?" Kalau mulut Jaejung-senpai tidak bergerak, aku tidak akan tahu kalau dia yang bicara. Tangis Yuchun-senpai makin keras. "Amnesia..." satu kata dari Yunho-senpai menjelaskan semuanya. Kepalaku langsung kosong. Sepenuhnya berharap ini hanya mimpi. Berharap ketika aku bangun nanti akan ada Jaejung-senpai yang memanggil namaku dan mengucapkan "Ohayo". Demo... "Boa-chan, daijoubu?" tanya Yunho-senpai. "A, aku akan menghubungi orangtuanya dan juga Lina," kataku sambil berdiri. Tanpa memandang siapa-siapa, aku keluar ruangan dan menangis. Aku mengangkat cellphone-ku, tapi tanganku bergetar hebat. Tanganku mau memencet tombol tapi rasanya aku tidak cukup kuat untuk melakukannya. Lalu Changmin-senpai datang. "Biar aku saja," dia mengambil cellphone-ku dan menelepon ojisama dan Lina. Aku terduduk di koridor. Setelah selesai menelepon, Changmin-senpai mengangkatku dan membawaku kembali ke ruang keluarga. "A, apa dia benar-benar lupa segalanya?" tanyaku tercekat. "Iie. Aku sudah bertanya berbagai macam hal," kata Yunho-senpai. "Dia ingat semua pengetahuan umum, tapi tentang kehidupan dan orang di sekitarnya..." Yunho-senpai menggelengkan kepalanya. "Sepertinya amnesia Jaejung ini karena shock." DOK DOK DOK "Ojamashimasu!!!" seru seseorang yang kedengarannya seperti suara Lina. Baru saja aku mau berdiri, dia sudah masuk ke ruang keluarga. スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
"Jae-chan!!!" seru Lina yang tampangnya sudah pucat. Memandang Jaejung-senpai yang tersenyum sopan padanya, tidak mengerti apa-apa. "GOMENASAI... GOMENSASAI..." teriak Lina sambil bersujud di depan kami berenam. Aku berdiri dan menariknya, tapi Lina tidak mau melepas tangannya dari lantai. "GOMENASAI... KONO ATASHI NO SEI DESU... INI SEMUA SALAHKU..." serunya sambil menangis. Lalu dia duduk. "Aku tidak menyangka semua akan jadi seperti ini. Sebenarnya aku tidak sungguh-sungguh menyuruhmu menjauhi Jaejung," kata Lina padaku. "Aku hanya mengetesmu apakah kamu benarbenar cinta pada Jaejung, karena aku tidak akan melepaskannya ke perempuan sembarangan. Sebenarnya pagi ini aku mau ke sini dan mengakui semuanya. TAPI.... TAPI..." Lina menangis histeris. Kali ini kepalaku benar-benar serasa terbelah. Mou ii!!! Sudahlah! Aku sudah tidak sanggup menyimpan semua masalah ini di kepalaku sendiri. "Boa, daijoubu?" aku menoleh ke asal suara. "Soonhwon-niichan!!! Naze koko ni? Kenapa ada di sini?" tanyaku. "Changmin menghubungiku," kata niichan. "Naze ano kouzo? Kenapa bocah itu? Amnesia?" tanya Soonhwon-niichan tenang. Mendadak ruangan menjadi sangat ramai. Yunho-senpai kebingungan. Bergantian memandangku, Lina, Jaejung, dan Soonhwon-niichan. Kemudian suasana menjadi hening dan hanya terdengar suara isakan Lina. Yunho dan Yuchun-senpai ke dapur untuk membuatkan minuman untuk semuanya. Kami tenggelam dalam pikiran masingmasing. Aku bersandar di bahu Soonhwon-niichan dan memandang kosong asbak di meja.
Beberapa menit kemudian ojisama datang. "Jaejung!!!" dia langsung menghambur ke ruang keluarga dan menarik Jaejung berdiri. Kami semua ikut berdiri. "Apa benar kamu—" "Moushiwake arimasen, donata deshita? Maaf, Anda siapa?" tanya Jaejung-senpai sambil melepas cengkeraman ojisama. "KISAMAAA!!!" (note : kisama=kamu, tapi amat sangat kasar) seru ojisama sambil menunjukku. "PASTI GARA-GARA KAMU KAN?! JAEJUNG AMNESIA PASTI GARA-GARA KAMU KAN!!!" teriak ojisama. Aku menutup wajahku yang penuh air mata dengan kedua telapak tanganku. Aku merasakan Soonhwon-niichan maju ke depanku dan mereka saling berteriak entah apa.
MOU II!!! Aku sudah tidak mau dengar apapun lagi. Aku tidak mau mendapat masalah lagi. Aku tidak peduli lagi apa yang diteriakkan Soonhwon-niichan pada ojisama. "IKE, BOA!!! AYO!" aku merasakan tangan Soonhwon-niichan merangkulku dan membawaku pergi dari tempat itu. Membawaku pergi dari masalah untuk sementara. Ataukah ini untuk selamanya?
スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
CHAPTER 09 STILL >Boa PoV<
Aku tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan. Aku mencoba menghubungi cellphone senpai, tapi tidak tersambung. Tiap aku melewati rumahnya, aku tidak melihat siapapun. Bahkan aku berhubungan dengan senpai-tachi dan Lina, tapi tidak ada yang mengetahui kabar Jaejung-senpai.
Sore de… natsu yasumi wa owatta… liburan musim panas berakhir. Aku pikir aku akan melewati liburan dengan gembira. Melewatkan musim panas dan menciptakan kenangan indah bersama Jaejung-senpai. Siapa sangka semua akan jadi seperti ini. Bahkan hubungan kami belum ada satu tahun.
Walaupun aku pergi ke sekolah seperti biasa, reaksi keluargaku tidak seperti biasanya. Mereka memandangku lebih sering. Doushite? Kenapa? Apa mereka takut aku akan pingsan? Apa mereka takut aku akan amnesia juga? Mereka tidak perlu khawatir, aku sudah terlalu banyak menghadapi masalah seperti ini. Ini hanyalah masalah berat yang lain. Bedanya masalah kali ini adalah masalah terberat yang pernah kualami.
Hubungan kami saja belum mendapat kejelasan. Ayah Jaejung-senpai jelas-jelas tidak setuju dengan hubungan kami. Lalu muncul Lina. Ya, hanya ini masalah yang terselesaikan. Lina selama ini hanya mengujiku. Walaupun awalnya aku pikir itu keterlaluan, tapi itu adalah hal yang wajar, mengingat Jaejung-senpai juga pernah berjanji padanya seperti itu. Kalau aku adalah Lina, mungkin aku juga akan melakukan hal yang sama dengannya.
Sebenarnya aku tidak mau mengatakan hal ini, tapi kalau saja ayah senpai tidak mengekang senpai seperti itu, senpai tidak akan frustasi, senpai tidak akan tertekan, bahkan mungkin senpai tidak akan amnesia.
“Ohayou, Boa-chan!” sapa Yunho senpai sambil menepuk punggungku. Aku menoleh. Ah, aku tidak sadar sudah hampir sampai di sekolah. “Ohayou gozaimasu…” jawabku pelan. “Oi, daijoubu ka? Kao awai yo. Kamu tidak apa-apa? Wajahmu pucat sekali,” kata Yunho senpai sambil memandangku. “Daijoubu desu… tidak apa-apa. Hanya kurang tidur,” dustaku.
スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
Rupanya berita Jaejung-senpai amnesia sudah menyebar. Tentu saja aku jadi bahan tontonan lagi, tapi untuk alasan yang sama sekali berbeda. Kemanapun aku berjalan mereka memandangku dengan pandangan kasihan. Cukup. Aku tidak perlu dikasihani. Kalau kalian mau mengasihani seseorang, kasihanilah Jaejung-senpai. Hanya karena aku adalah pacar senpai, bukan berarti aku saja yang menderita kan?
Seperti itulah suasana sekolah selama satu minggu setelah liburan musim panas berakhir. Jaejungsenpai tidak masuk sekolah sejak saat itu. Doushite? Kenapa? Padahal kalau saja dia masuk sekolah, ingatannya akan kembali dalam sekejap. Tapi kenapa dia tidak datang ke sekolah? “BOA-CHAN, YABAI!!!! YABAI!!! YABAI!!!!GAWAT!!!” Junsu senpai-tachi berlari di sepanjang koridor dan menghampiriku yang sedang bersandar di depan kelas sambil membaca buku. “Ojitsuite, senpai. Doukashita? Tenanglah. Ada apa?” tanyaku sambil menutup buku yang sedang kubaca. “JAEJUNG PINDAH KE AMERIKA!!!” teriak mereka bersamaan. Semua yang mendengar langsung menoleh ke arah kami. “Baru saja Lina mengirim mail ke— BOA-CHAN!!!” Yunho-senpai menghentikan bicaranya saat melihatku terhuyung lemas. Junsu-senpai membantuku berdiri. Pandanganku kosong dan aku tak sanggup lagi berpikir apapun. “Bawa ke ruang kesehatan…” suruh Changmin-senpai. Bahkan aku tidak melawan saat mereka membawaku ke ruang kesehatan. Sampai di ruang kesehatan, aku meminum teh yang dibuatkan Yuchun-senpai. “Saki… tadi Lina meneleponku dan mengatakan kalau Jaejung sekarang ada di Amerika. Lina tahu dari ayahnya yang menelepon ayah Jaejung, katanya ayah Jaejung dan keluarganya pindah ke Amerika,” cerita Yunho-senpai. “Boa-chan, daijoubu?” “Daijoubu kedo… tapi… kenapa ayah Jaejung-senpai tidak memberitahu kita? Kalau tidak memberitahuku, paling tidak memberitahu kalian, sahabat senpai,” tanyaku. “Jangankan kami. Lina saja tidak diberitahu. Lina tahu saat menguping pembicaraan ayahnya kan?” kata Junsu-senpai. “Yoku wakaranai… aku benar-benar tidak mengerti…” gumamku. “Masa ka… tidak mungkin kan, kalau ojisan sengaja memindahkan Jaejung ke Amerika agar dia lupa dengan kita?” kata Changmin-senpai. “Tabun na… mungkin…” balas Yuchun-senpai. “OI OMAETACHI!!! Kelas sudah dimulai dari tadi. Kenapa kalian masih di sini? AYO KELUAR! KELUAR!!!” suruh Tablo-sensei yang kebetulan lewat. Junsu-senpai tachi langsung kabur begitu melihat Tablo senpai marah-marah. Aku masih lemas dan duduk di tempat tidur. “Doushite, Boa-san? Ada apa? Kamu sakit?” tanya Tablo-sensei. “Chotto… begitulah…” kataku sambil meletakkan gelas teh di meja samping tempat tidur. スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
“Ah, sou ka… baiklah kalau begitu istirahatlah. Ja!” dan Tablo-sensei pun pergi. Aku berbaring di tempat tidur sambil menunggu Matsuura-sensei datang. Dia adalah dokter sekolah kami. Aku akan mengatakan padanya kalau aku tidak enak badan. Padahal secara fisik, aku sehatsehat saja.
Sebenarnya… untuk apa aku memikirkan semua ini? Bukannya sombong, tapi kalau mau aku bisa mendapatkan cowok lain. Aku bisa mendapatkan cowok yang sebaik atau bahkan lebih baik dari Jaejung-senpai. Sayangnya aku terlalu cinta pada Jaejung-senpai. Bagaimana caranya agar aku bisa melupakannya? “Boa-chan…” panggil seseorang dari luar pintu ruang kesehatan. Aku menoleh. Ternyata salah satu teman sekelasku, Dana. “Nani? Ada apa?” “Ketua kelas memanggilmu. Katanya kalau kau sudah baik-baik saja kau harus segera ke kelas,” katanya sambil menghampiriku. Untuk apa ketua kelas memanggilku? “Daijoubu ka? Kamu baik-baik saja?” tanya Dana. “Daijoubu. Goshinpainaku. Tidak apa-apa. Tidak usah khawatir,” kataku sambil tersenyum. Lalu aku mengajaknya kembali ke kelas. Yosh! Ganbatte! Berjuanglah, Boa! Kau harus melupakan Jaejungsenpai! Ini adalah langkah pertama, menyibukkan diri dengan sekolah!
Sampai kelas, aku pikir mereka akan memberiku pandangan kasihan lagi. Ternyata mereka biasa saja, seperti tidak terjadi apa-apa padaku. Teman sekelasku memang sangat pengertian. “Ada apa, Steph? Kau perlu aku?” tanyaku pada Stephanie yang sedang berdiri di depan kelas. Sedangkan di papan tulis ada pengumuman kalau jam ini kosong. Ah, Stepahnie adalah ketua kelas kami. “Apa kamu sudah dengar kalau sebentar lagi akan ada bunkasai1?” tanya Stephanie. Aku tahu benar sifat Steph karena aku sudah satu sekolah dengannya sejak di shogakkou2. Dia sangat tegas dalam hal apapun, dan aku sudah mengira apa yang akan dia bicarakan. “Kikita yo. Doushite? Aku dengar. Memangnya kenapa?” “Kami tahu kalau kau baru saja dapat masalah dengan Jaejung-senpai, tapi bukan berarti kamu boleh tidak ikut ambil bagian di Bunkasai nanti. Wakatta? Mengerti?” kata Steph. Semua memandangiku tegang. Apa mereka pikir aku akan tersinggung? Iie. Tidak. Inilah suatu awal melupakan senpai. “Mochiron da! Tentu saja! Aku kan masuk sini karena katanya Bunkasai di sini seru sekali. Tentu saja aku bantu. Memangnya aku dimasukkan bagian apa?” tanyaku berusaha seceria mungkin. Semua memandangku dengan lega. Bagaimanapun aku tidak mau mengecewakan dan mengkhawatirkan mereka. Mereka selama ini sudah begitu baik padaku. 1 2
Festival kebudayaan Sekolah dasar スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
“Yosh! Kalau begitu duduklah, akan aku jelaskan!” suruh Steph. Aku menurut dan duduk di bangkuku. “Tahun ini diadakan seperti tahun-tahun sebelumnya, tiap kelas membuka stand di kelas masingmasing dan terserah mau membuka apa. Jadi, ada usul?” tanya Steph sambil mengarahkan gulungan buku ke arah kami, seakan-akan itu mikrofon. “HAAAI’!!!” salah satu temanku mengangkat tangan. “Band!!!” “Pameran lukisan!!!” “Café!!!” “Pameran foto!!!” “Fotobox!!!” Sementara teman-teman menyebutkan keinginan mereka, ketua kelas laki-laki menulisnya di papan. Sudah lama aku tidak menikmati masa-masa seperti ini. Selama ini di pikiranku hanya pelajaran dan Jaejung-senpai. Sudah lama aku tidak merasakan kesenangan seperti ini.
Setelah diadakan voting, akhirnya kami sekelas memutuskan untuk membuka café. Sebenarnya itu bukan ide yang terlalu bagus mengingat café sudah sangat sering digunakan saat bunkasai. Tapi mau bagaimana lagi, karena kelas kami adalah kelas unggulan, jadi kami tidak begitu mempunyai banyak ide akibat ditekan oleh pelajaran yang lain. Aku sih setuju saja. Menyibukkan diri adalah hal yang baik untuk melupakan sesuatu.
Pulang sekolah, tidak seperti biasa, semua masih di sekolah, membicarakan Bunkasai nanti. Aku di duduk di kantin bersama Yuchun-senpai. “Hai’,” kata Yuchun senpai sambil menyodorkan es krim ke arahku. “Arigatou,” kataku sambil menerimanya. “Minna wa? Yang lain mana?” “Yunho-tachi? Sibuk kegiatan klub. Kelasku masih istirahat, sebentar rapat bunkasai,” kata Yuchun senpai sambil menjilat es krimnya. “Te iu ka, Boa-chan dou suru? Bagaimana selanjutnya?” “Aku… aku mencoba melupakan senpai,” kataku sambil menunduk. “DAME!!! JANGAN!!!” kata Yuchun-senpai keras sampai seluruh kantin memandang kami. “Eh?” “Akirameja dame yo!!! Jangan menyerah!” kata Yuchun senpai mengepalkan tangan menyemangatiku. “Muda da. Percuma. Dia bahkan tidak ingat aku,” kataku. “Itu bukan alasan untuk menyerah begitu saja. Kita masih bisa bertemu dengannya, kita masih bisa mengembalikan ingatannya,” paksa Yuchun-sepai. Aku hanya menggelang, tak bisa berkata apa-apa. “Boa-chan, jitsu wa… ore wa omae no koto ga suki da. Sebenarnya aku suka kamu.” Kepalaku langsung terangkat. Sama sekali tidak menyangka Yuchun-senpai akan berkata seperti itu. “Yunho mou. Aitsu wa anata ga suki. Yunho juga suka kamu. Tapi kami lebih suka melihatmu bersama Jaejung. Itu sebabnya kami menyerah. Alasan kami jelas, karena kalian saling menyukai. Tapi スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
alasanmu sama sekali tidak masuk akal. Akiramenai, ne? Tolong jangan menyerah,” kata Yuchunsenpai. “Demo… atashi wa kurushii desu, sabishii desu… tapi aku perasaanku sakit, kesepian…” aku hampir menangis. “Jaejung motto kurushii yo, motto sabishii yo. Tapi Jaejung lebih sakit, lebih kesepian. Hhh. Mou ii. Sudahlah, terserah. Aku tidak akan memaksa lagi. Lupakan saja dia kalau kamu bisa. Ja!” Yuchunsenpai bangkit dari duduknya, meninggalkanku.
Lupakan saja dia kalau kamu bisa… Kata-kata Yuchun-senpai tanpa kusadari menusuk hatiku. Apa aku bisa melupakannya? Apa aku bisa melupakan Jaejung-senpai?
Minggu berikutnya sibuk dengan persiapan bunkasai. Karena kelas kami membuat kafe, aku akan memakai kostum maid. Nanka hazukashii. Aku malu sekali. Baru kali ini aku memakai kostum sekawaii ini. “Boa-chan dou? Bagaimana? Ukurannya sudah pas?” tanya temanku bagian kostum. “Hm-hm, pas sekali,” kataku sambil berputar di depan cermin. Hari ini kostum sudah datang, dan kami mencobanya. “Boa-chan, anooo… hanashi ga aru n dakedo. Aku mau bicara sebentar,” kata salah seorang cowok menghampiriku. “Ah, demo… aku belum ganti baju,” kataku sambil melihat kostum maid yang kupakai. “Ii kara,” paksa cowok itu. “Ii yo. Tidak apa-apa, nanti saja gantinya,” kata Stephanie. Aku menyerah dan ikut cowok itu. Waktu keluar kelas, aku langsung jadi pusat perhatian. Hazukashii. Aku malu sekali. Dasar Stephanie! Awas nanti kalau aku kembali! Cowok itu—yang aku belum tahu namanya—mengajakku ke okujou (atap), tempat biasa aku menghabiskan waktu bersama Jaejung-senpai. Huf, kenapa aku jadi ingat dia terus? “Ano, Boa-chan… ore wa sannen kara, aku anak kelas 3, Ikuta Toma desu,” kata si cowok memperkenalkan diri. Aku tidak tahu harus berkata apa, hanya mengangguk pelan. Suasana menjadi canggung. Aku berjalan ke arah pagar, dan tiba-tiba Ikuta-senpai…. “Ore ga Boa-chan ga suki da!!! Aku suka Boa-chan!” teriaknya. Aku terpeleset saking kagetnya. Naniii??? Nande ikinari? Kenapa tiba-tiba bicara seperti itu? Ikuta-senpai membantuku berdiri. “Daijoubu?” tanya Ikuta-senpai. “Da, daijoubu dakedo… anooo, gomenasai!!!” kataku sambil membungkuk. “Eh?” “Atashi wa kareshi ga iru n da. Aku sudah punya cowok,” kataku sambil bangkit lagi. スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
“Jaejung, darou? Minna shitteru yo. Semua sudah tahu. Tapi dia sekarang tidak di sini kan? Dia di Amerika kan? Siapa tau dia juga punya pacar lagi di sana,” kata Ikuta-senpai “Sou dakedo, atashi matteru kara. Aku akan menunggunya,” kataku yakin. Yuchun-senpai benar. Aku tidak bisa melupakan Jaejung-senpai. Begitu melihat tempat ini aku sadar, aku tidak bisa melupakannya. “Gomen ne. Ja!” aku meninggalkan Ikuta-senpai di atap. Saat perjalanan ke kelas pun banyak senpai yang menyorakiku. Kyaaa, hazukashii. Aku ingin cepatcepat sampai kelas.
Tinggal 2 hari lagi sebelum bunkasai dimulai. Aku semakin sibuk dan tidak ada waktu untuk memikirkan kesedihanku. Walaupun ketika sendirian aku masih memikirkan Jaejung-senpai. Aaah, Meitantei Conan mitai da ne? Seperti cerita Detective Conan saja. Aku menunggu Shinichi-ku kembali, walaupun aku tidak tahu kapan dia akan kembali.
Yang membuatku sedikit sebal, berita Jaejung-senpai di Amerika sudah menyebar. Banyak cowok yang menembakku dengan alasan itu. Mereka bilang Jaejung-senpai mungkin juga akan punya pacar lagi di sana. Demo, atashi wa Jaejung-senpai ga shinjimasu. Aku percaya Jaejung-senpai. “Gomenasai,” maafku untuk yang kesekian kalinya. Huf, tsukareta. Aku capek. Sebenarnya tidak enak juga sih menolak mereka. Tapi bagaimana lagi, aku harus menunggu Jaejung-senpai.
Hari ini bunkasai. Aku memakai baju maid dan menyambut tamu di depan pintu. “Irasshaimase… selamat datang…” aku tersenyum lebar menyambut rombongan dari kelas 2. “BOA-CHAN KAWAIII…” teriak Yunho-senpaitachi. “Senpai-tachi! Nanka… hazukashii desu. Aku malu pakai baju seperti ini,” kataku. “Boa! Jangan blokir pintu!” tegur Stephanie. “Ah, gomenasai,” kemudian aku mengantar senpai-tachi ke tempat duduk yang masih kosong. Junsu-senpai dari tadi tidak henti-hentinya memotretku. “Oi, Junsu, yamete yo! Hentikan!” seru Yunho-senpai. Aku hanya tersenyum geli. “Kita kan harus memotret sebanyak-banyaknya untuk Jaejung!” kata Junsu-senpai sambil melihatlihat hasil potretannya. Yuchun-senpai menyenggol sikunyam menyuruhnya diam. “Daijoubu. Aku sudah tidak sedih lagi. Aku sudah memutuskan akan menunggu Jaejung-senpai,” kataku yakin. “Aa, oretachi mou. Kami juga memutuskan untuk menunggunya. Lina sendiri sekarang sedang mencari tahu dimana Jaejung tinggal,” kata Yunho-senpai. “Sou desu ka? Benarkah? Lina-san yasashii na. Dia baik sekali,” kataku. “Jadi… tunggu saja Jaejung. Dia pasti kembali,” kata Yuchun-senpai. Aku mengangguk.
スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
Aku pikir aku tidak akan sedih lagi kalau aku bisa melupakan senpai. Aku pikir aku tidak akan sedih lagi kalau aku melepaskannya. Baka da ne? Bahkan aku sama sekali tidak berpikir kalau aku tidak bisa melupakan senpai. Jaejung-senpai e3, Genki desu ka? Apa senpai baik-baik saja? Aku tidak tahu kapan kamu akan kembali ke sini, tapi aku akan menunggumu. Jadi cepatlah ingat aku, cepatlah ingat sahabat-sahabatmu. Atau paling tidak, kembalilah, aku akan membuatmu mengingat semuanya. Atashi wa mada aishite iru kara. Aku masih mencintaimu. Walaupun senpai tidak ingat aku, aku akan tetap mencintai senpai. Eien ni. Selamanya.
3
Dear Jaejung-senpai スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
BoA – STILL.
sayonara wa watashi kara wa iwanai datte sonna kyuu ni I won't say goodbye but that doesn't mean omoide ni dekiru wake ga nai desho ima mo ai shite iru I can make you into a memory so quickly I still love you now
masaka konna fuu ni owacchau nante I never imagined that it'd end like this yosou mo shite inakatta kara ne omotte ita yori itami toka nakute It hurt less than I thought it would reisei ni uketomeru jibun ga ita and I was able to take it calmly
furiyamanai tsumetai ame mado wo nurashite yuku no The cold rain falls ceaselessly Soaking the window yake ni nijinde mieru unadareta kimi no sugata ga Your figure, hanging your head looks terribly blurry
sayonara wa watashi kara wa iwanai zuruku nanka nai yo I wont say goodbye I'm not that smart PIRIODO wo uteru wake ga nai desho ima mo ai shite iru I doubt I can write a period I still love you
honto ni ai shite ita nara If you really love me doushite moshiwake nasasou na kao shite TAROTTO mitai ni jijitsu narabeta no? why you laid down the facts like tarot cards with such a apologetic face? sore yori yasashii uso ga hoshikatta I would have preffered a gentle lie
moshi watashi ga kuyamu no nara ai shita koto yori mo... ne If there's one thing I regret it's not that I loved you mou futari no ashita ga konai koto ga sabishii dake no it's just that there'll never be another tomorrow for the two of us
sayonara wa watashi kara wa iwanai datte sonna kyuu ni スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
I won't say goodbye but that doesn't mean omoide ni dekiru wake ga nai desho ima mo ai shite iru I can make you into a memory so quickly I still love you now
omoide toka ni suru yori mo kirai ni naru hou ga raku da to omotta kedo I thought hating you would make me feel better than making you a memory yappari muri da yo... "STILL" but of course it's impossible... "STILL"
sayonara wa kimi wo wasureru tame no kotoba nanka ja nai goodbye isn't a word I'll say so that I'll forget you wakaretemo omoide wa kono mune de kitto iroasenai even if we're apart, the memories surely won't fade in my heart
(translate source : http://lyricwiki.org/BoA:Still)
スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
CHAPTER 10 Hello Again >Jae PoV<
Koridor ini... rasanya aku ingat tempat ini. Aku memandang sekeliling tapi tidak ada siapa-siapa. Aku mendekati sebuah jendela dan mengintip dari luar, namun tiba-tiba aku sudah di dalamnya, memakai seragam yang sama dengan mereka. Di sekelilingku ada 4 orang. Kono te... gakko? Apa ini sekolah? Mereka tertawa-tawa ketika salah seorang yang paling tinggi membacakan sesuatu dari majalah. Aku memandang sekeliling. "Jaejung-kun," panggil seseorang. "Yonderu yooo!!!" dia menunjuk anak perempuan bertubuh kecil sedang berdiri di depan pintu sambil melambai padaku. Sebelum aku melihat wajahnya dengan jelas... aku terbangun.
Kuso, mata kono yume ka… lagi-lagi mimpi ini. Sudah beberapa bulan terakhir ini aku memimpikan hal yang sama. Koridor. Kelas. 4 laki-laki. Seorang perempuan. Siapa mereka? Aku memaksakan diri bangun, lalu ke kamar mandi.
Sudah setahun ini aku tinggal di Amerika. Sudah selama itu pula setelah aku mengalami amnesia. Sampai sekarang kenanganku belum kembali. Otoosan memutuskan untuk membawaku ke Amerika dan membiarkan kenanganku tertinggal begitu saja di Jepang. Aku masih belum bisa ingat apa-apa. Bagaimana mau ingat kalau tempat aku mengalami semua kenangan itu kini ada ribuan kilometer dari tempatku berada sekarang. Ketika aku berusaha megingat masa laluku, otoosama selalu berkata "Mou ii! Sudahlah tidak usah dipikirkan. Pikirkan saja dirimu yang sekarang dan dirimu yang akan datang." Otoosama bilang aku adalah satu-satunya pewaris perusahaannya, dan dia bilang aku adalah anak yang bertanggung jawab. Baiklah aku menerima semua yang dia katakan, tapi aku ingin masa laluku kembali. Apakah aku dulu punya banyak teman? Di mana aku sekolah? Apakah nilai-nilaiku di sekolah bagus? Aku ingin mengingat semuanya.
Karena waktu aku bangun satu tahun yang lalu, yang ada di kepalaku hanya pengetahuan umum, bahkan aku tidak ingat namaku. Ya, satu tahun yang lalu di rumah seseorang yang tidak aku kenal. Aku ingat waktu dia menyebutkan namanya dan teman-temannya. Yunho, Yuchun, Changmin, dan Junsu. Lalu... dua perempuan itu... dare? Siapa mereka? "Aku mau pergi ke rumah nenekmu di Korea selama 2 minggu. Genki de ne! Jaga diri baik-baik," kata otoosama sambil membetulkan dasinya di depan pintu kamarku yang terbuka lebar. "Hai"
スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
Aku memandang mobil otoosama meninggalkan rumah. Setelah sudah cukup jauh, aku segera mengepak barang-barangku dalam koper kecil. CHANSU DA!!! Ini kesempatanku untuk pergi. Aku akan ke Jepang. Aku akan mengembalikan memoriku yang hilang dalam waktu 2 minggu. “Jaejung-sama, Anda tidak boleh keluar rumah,” cegah salah seorang pelayan. “Ne, apa kamu tidak kasihan melihatku terkurung terus di negeri ini? Apa kamu tega melihatku tidak mengingat apa-apa? Coba pikirkan perasaanku. Apa kamu tidak punya perasaan?” kataku panjang lebar. Selagi dia berpikir, aku sudah masuk ke dalam taksi dan melesat ke bandara. Aku sudah merencanakan ini berminggu-minggu. Selama setahun ini otoosama tidak memberiku kesempatan sama sekali untuk pergi selangkahpun dari Amerika. Kalau tidak sekarang kapan lagi aku bisa ke Jepang.
Mimpi ini lagi. Aku memandang koridor itu. Dan seperti biasa, aku tiba-tiba sudah berada di dalam kelas, memakai seragam yang sama dengan 4 orang itu. Mereka tertawa-tawa ketika salah seorang yang paling tinggi membacakan sesuatu dari majalah. Aku memandang sekeliling. "Jaejung-kun," panggil seseorang. "Yonderu yooo!!!" dia menunjuk anak perempuan bertubuh kecil sedang berdiri di depan pintu sambil melambai padaku. Kitaaa!!! Datang juga! Selama ini aku belum berhasil melihat wajahnya. Kali ini aku harus melihatnya dengan jelas. Tapi bahkan sebelum aku menoleh... DUK!!! "Ano sumimaseeen," kata seorang ibu setengah baya yang sedang mendiamkan anaknya. Siku ibu itu menyenggol lenganku. Mataku masih setengah terpejam. "Ah, iie..." balasku pelan. Aku membetulkan posisi dudukku. Chotto! Tunggu! Tadi aku mimpi tentang sekolah itu lagi. Huf, kenapa aku selalu gagal melihat perempuan itu? Tapi… kali ini berbeda. Empat orang di dalam mimpiku terlihat lebih jelas. Bukankah… bukankah mereka orang-orang yang ada di depanku ketika aku amnesia? Apa mereka teman-temanku?
Aku sudah keluar dari airport, tapi pikiranku masih belum meninggalkan mimpi tadi. Jaejung, sadarlah! Tujuanmu ke sini adalah untuk mengingat semua itu. Dakara... "Higa gakuen ka?" aku membaca secarik kertas yang memuat tempat-tempat aku sekolah. Aku mendapatkannya dari internet. Daftar siswa di sekolah yang ada di Tokyo. Aku tinggal menginputkan namaku, dan aku mendapat daftar sekolah yang aku tempati. Huf, untung saja otoosama tidak mengganti namaku waktu aku amnesia. Aku mencegat taksi dan menuju ke Higa gakuen. Aku memilih ke SMA dulu daripada SD atau SMP. Entah mengapa aku merasa di sanalah tempat yang paling berpengaruh. スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
Aku melihat jam besar yang ada di depan gedung besar itu. Pukul 9. Itu berarti sekolah sudah dimulai. Hm, kalau aku masih bersekolah di sini, aku pasti sekarang sedang duduk di salah satu bangku di gedung itu, dengan memori yang sudah sepenuhnya kembali. "Amnesia de ii yo! Aku akan membawanya ke Amerika dan membiarkannya membentuk kehidupan yang baru" Aku masih ingat kata-kata otoosama saat bertengkar dengan okaasama di depanku. Kenapa otoosama tidak mau membuatku mengingat semuanya? "Ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang satpam menghampiriku. Ah, pasti aku kelihatan mencurigakan. Aku menunduk. "I, iie..." aku berbalik dan pergi. Doushite? Kenapa kamu malah pergi, Jaejung?! Sou, mungkin aku takut. Mungkin aku takut memoriku akan kembali. Tapi... bukankah ini yang aku inginkan? Bukankah aku ingin memoriku kembali?
Aku berbaring di tempat tidurku di hotel. Aku mencoba memejamkan mata, tapi tak kunjung bisa. Aku berdiri dan duduk di samping jendela besar itu. "Gakko te... tanoshii ssu ka? Apakah sekolah itu menyenangkan?" gumamku entah pada siapa. Aku memang melanjutkan sekolahku di Amerika. Aku memang mendapatkan pendidikan. Aku juga masih mengingat pelajaran yang diberikan waktu aku sekolah di Jepang. Tapi apa artinya itu kalau aku tidak mengingat siapa yang mengajarkannya? Apa artinya kalau aku tidak mengingat teman yang sudah menemaniku menerima semua pelajaran itu? Yosh! Besok aku akan kembali ke Higa Gakuen! Are wa ore no gakko dakara... bagaimanapun juga itu sekolahku. Mustahil kalau aku tidak menemukan secuil memori pun di sana.
Pukul 8.30 pagi. Yosh! Ikusou! Begitu bis datang, aku langsung menaikinya. Heee, aku jadi ingat masa-masa sekolah dulu...
Chotto...
Tadi aku bilang apa? Mengingatkanku masa-masa sekolah? Ini dia. Ini dia yang aku cari. Aku tidak menyangka memori akan datang secepat ini. Mungkin inilah pertanda memoriku akan kembali sepenuhnya. Hora Jaejung, ganbatte!
Aku berjalan menuju sekolah itu. Aku bahkan tidak melihat peta. Kakiku berjalan sendiri seakan setiap hari aku melewatinya. Sekarang tepat jam 9. Sekolah sudah mulai. "Ada yang bisa saya bantu?" tanya satpam yang kemarin menegurku. Kali ini aku tidak akan menunduk. "Saya alumni sekolah ini. Jaejung tomoushimasu," aku membungkukkan badan. スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
"Aaa, Jaejung-san. Ogenki desu ka???" kata satpam itu sambil menepuk bahuku. He? Apa aku dulu kenal dia? "Ingat aku? Dulu aku menghabiskan hari dengan mengejar-ngejarmu dan teman-temanmu karena kalian membolos acara-acara sekolah dan sering melanggar peraturan. Aku juga dulu sering memergoki kalian duduk-duduk di atap, padahal sudah lama tempat itu terlarang,," satpam itu bercerita panjang lebar. Aku hanya terdiam. Berpikir. Berusaha mengingat-ingat. "A, anooo... tomodachi te... dare? Siapa teman-temanku?" tanyaku. Ini dia salah satu jalan untuk mengingat semuanya. "Aaaah, sou da. Jaejung-san… apa benar kamu amnesia?” tanya satpam itu sambil mempersilakan aku duduk di sebelahnya. “Hai,” Aku duduk dan mengangguk. Si satpam tersenyum. "Yunho-san, Yuchun-san..." katanya sambil melipat jarinya satu persatu. "Changmin-san, Junsu-san... ah sore wa... Boa-san." "Boa..." aku mengucapkan nama itu pelan. "Ano sumimaseen..." seorang ibu setengah baya masuk gerbang dan memanggil satpam. Si satpam menggumamkan sesuatu. Entahlah aku tidak dengar. Saat ini di kepalaku hanya ada satu nama itu. Boa.
Tiba-tiba sekelebat aku melihat sebuah lapangan. Rouka. Koridor. Okujou. Atap sekolah. Ie. Rumah.
Aku membuka mataku dan langsung berdiri, masuk ke dalam sekolah. Aku belum ingat. Semakin aku berusaha mengingatnya, kepalaku semakin sakit. Tapi koridor itu... tidak salah lagi, itu koridor yang aku lihat dalam mimpi.
Ini dia.
Seperti dalam mimpi, koridor ini kosong. Hm, atari mae da, Jaejung. Sekolah kan sudah dimulai. Lagipula, apa yang bisa kamu dapat di koridor ini. Tanpa berharap sesuatu akan terjadi, aku mengintip salah satu kelas. Sama seperti kelas-kelas biasa. Guru yang menerangkan materi, siswa yang mendengarkan pelajaran. Ah, ini tidak membantu. Aku kembali berjalan menyusuri koridor. TAP TAP TAP Dare? TAP TAP TAP TAP スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
Urusai! Apa dia tidak tahu pelajaran sudah dimulai? TAP TAP TAP TAP BRUK!!! Seorang cewek bertubuh mungil menabrakku. Dan yang paling mengejutkan, bibir kami bertemu! Cewek yang menabrakku langsung bangkit dan merapikan barang-barangnya. Aku juga bangkit dan memandangnya dengan marah. “GOMENASAI, GOMENASAI!!!” kata cewek itu sambil membungkuk. Cewek itu langsung berlari pergi, tapi aku memegang pergelangan tangannya. “Hoi, chotto! Tunggu! Enak aja langsung pergi,” kataku. “Gomenasaaai…” kata cewek itu pelan. Dia lalu menoleh padaku dan terlihat sangat terkejut.
Dèja vu
Aku pernah mengalaminya. Aku pernah berciuman dengan seorang cewek di koridor. Dia menabrakku, dan tanpa sengaja kami berciuman. "J, jaejung-senpai da yo ne? Kamu Jaejung-senpai kan?" tanya gadis itu sambil menutup mulut dengan kedua tangannya. Dia menunggu jawaban dariku, tapi aku masih berpikir. Biarkan aku mengingatnya. "Oboetenai? Yappa wasureteta... sudah kuduga senpai tidak ingat aku..." gumamnya. Aku terpaku di tempat dan memandang gadis di depanku.
Yatto… Akhirnya... Semua kenanganku terkuak. Kali ini lapangan itu terlihat lebih jelas. Itu adalah tempat dia membolos pertama kali, bersamaku. Di atap sekolah itu kami sempat bertengkar. Di rumahnya lah aku menghabiskan musim panas. Gadis itu kini di depanku. Terduduk dan menangis.
"Boa..." panggilku.
Tangisnya semakin keras. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku memeluk gadis di depanku dengan erat, seakan kalau tidak dia akan menghilang. Di koridor ini, koridor tempat pertama kali aku bertemu dengan Boa, aku memeluknya setelah setahun tidak mengenalinya. Aku memeluknya setelah setahun tidak memeluknya.
Aku tidak menyangka akan mendapatkan kenanganku secepat ini. Kalau tahu seperti ini, aku tidak akan pernah mau ke Amerika. Kini… aku sudah bertemu dengan Boa. Rasanya seperti kembali ke masa-masa sekolah yang hilang dulu. Sebentar lagi aku akan memulainya. Aku akan mengisi kembali masa-masa yang dulu hilang. スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)
Masa-masa sekolah yang tidak lagi seperti sekolah, aku akan menebusnya sekarang. Masih banyak waktu. Berhari-hari lagi, berbulan-bulan lagi, atau bahkan bertahun-tahun lagi. Aku akan menghabiskan waktu bersama teman-temanku. Aku akan menghubungi Yunho, Yuchun, Junsu, Changmin, dan bahkan Lina.
Otoosama, gomen. Aku tidak akan kembali ke Amerika. Boku wa anata no omocha janai. Aku bukan mainanmu. Aku bukan bonekamu. Aku punya hidup sendiri dan kau punya hidup sendiri. "Senpai... okaeri4…" “Tadaima5...” "So ie ba, omong-omong… gara-gara senpai aku jadi ketinggalan jam pertama." "Sudahlah, bolos saja. Ini kan hari spesial. Saa, ikou!" Aku menggandeng tangannya dan kami pergi. Meninggalkan semua masalah dan kenangan di masa lalu. Kami akan membicarakannya. Kami akan menyelesaikannya. Sehingga kami bisa menginggalkannya dengan senyuman. Dan kami akan membuat kenangan yang lebih indah.
おしまい —END—
4 5
Selamat datang Aku pulang スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)