Farmakologikebidanan1-141113021638-conversion-gate02.pdf

  • Uploaded by: fathul jannah
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Farmakologikebidanan1-141113021638-conversion-gate02.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 8,931
  • Pages: 211
SAINAL EDI KAMAL, S.Si., M.Kes., Apt. 1

PENDAHULUAN A. DEFENISI Farmakologi : Pharmacon (Obat) & Logos (Ilmu Pengetahuan) Ilmu yang mempelajari obat dan cara kerjanya pada sistem biologi. Obat : bahan atau sediaan yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau kondisi patologi dalam rangka penetapan diagnosi, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dari sakit, gejala sakit atau penyakit untuk meningkatkan kesehatan dan kontrasepsi.

B. PERKEMBANGAN OBAT Penggunaan Obat :  Coba – coba  Turun – temurun Efek tidak seragam  Empiris Distandarisasi dan diekstraksi :  Efedrin dari tanaman Efendra vulgaris  Vinblastin dari tanaman Vinca rosea  Digoksin dari tanaman Digitalis lanata

C. PENGGOLONGAN OBAT 1. Berdasarkan Keamanan (Permenkes No. 949/Menkes/Per/VI/2000. a. Obat Bebas : parasetamol, vitamin C, asetosal, antasida daftar obat esensial (DOEN), obat batuk hitam. b. Obat Bebas Terbatas (Waarschuwing) artinya peringatan : klortrimaleas, mebendazol, obat flu kombinasi tablet. c. Obat Keras (Gevaarlijk) artinya berbahaya : amoksisilin, asam mefenamat, semua obat injeksi dan semua obat baru.

d. Psikotropika (obat keras tertentu)  Golongan I : hanya untuk penelitian; metilen dioksi metamfetamin, lisergid acid diathylamine (LSD) dan metamfetamin.  Golongan II, III dan IV : dapat digunakan untuk pengobatan asalkan sudah didaftarkan; diazepam, fenobarbital, lorasepam, dan klordiazepoksid.

e. Narkotika : dapat menimbulkan addiksi (ketergantungan)  Golongan I : hanya untuk penelitian, dilarang produksi; heroin dan kokain  Golongan II dan III : dapat digunakan untuk pengobatan asalkan sudah memiliki ijin edar; morfin, petidin, kodein, doveri dan kodipron.

2. Berdasarkan Cara atau Jalur Pemakaian a. Obat luar : salep, injeksi, lotion, tetes hidung, tetes telinga, suppositotia dan krim. Menggunakan etiket biru. b. Obat dalam : tablet, kapsul, sirup menggunakan etiket putih. 3. Berdasarkan Sumber atau Asalnya a. Tanaman : alkaloid, glikosida, resin, karbohidrat, protein b. Hewan : hormon atau enzim, misalnya insulin c. Mineral : aluminium hidroksida, magnesium trisilat

4. Berdasarkan Bentuk sediaan a. Padat : ekstrak, serbuk, pil, tablet, suppositoria. b. Cair : sirup, larutan, suspensi, linimen, lotion c. Semi Padat : salep, krim, gel dan pasta d. Gas : aerosol, oksigen dan inhaler 5. Berdasarkan Keamanan Selama Kehamilam a. Kategori A : obat yang tidak menimbulkan pengaruh buruk pada janin; parasetamol, penisilin, eritromisin, digoksin, isoniazid dan asam folat

b. Kategori B : obat yang dibatasi penggunaannnya pada wanita hamil. B1 : dari penelitian tidak terbukti menimbulkan kerusakan pada janin; simetidin B2 : data dari penelitian hewan tidak memadai; amfoterisin, dopamin B3 : pada hewan terjadi kerusakan janin tetapi belum tentu bermakna pada manusia; griseofulvin, mebendazol

c. Kategori C : obat memberikan pengaruh buruk pada janin tanpa disertai malformasi anatomi jadi semata-mata efek farmakologi; narkotika, aspirin, diuretik d. Kategori D : obat terbukti meningkatkan malformasi pada janin manusia; androgen, fenitoin, fenobarbital, kinin e. Kategori X : obat yang mempunyai resiko tinggi memberikan pengaruh buruk pada janin yang menetap (irreversibel) jika diminum pada masa kehamilan; dietilstilbestrol.

D. OBAT GENERIK 1. Obat generik, menggunakan nama sesuai zat kimia yang dikandungnya berdasarkan the international nonpropietary names list for pharmaceutical preparation (INN); parasetamol, amoksilin, asam mefenamat 2. Obat Generik dengan nama dagang (branded generic medicines) yaitu diedarkan dengan nama dagang; amoksan, panadol, ponstan 3. Obat Generik Berlogo : obat generik yang diproduksi oleh industri farmasi yang bersertifikat CPOB

POSOLOGI  Bentuk Sediaan Obat  Cara Pemberian Obat  Perhitungan Dosis Obat  Frekuensi Pemberian Obat

Bentuk Sediaan Obat 1.

Sediaan Padat

a. Serbuk 



Pulvis : Campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan ditujukan untuk obat dalam atau obat luar. Pulveres : Serbuk yang dibagi-bagi dalam bobot yang diperkirakan sama, dibungkus dengan pengemas yang cocok untuk sekali minum.

b. Tablet : Sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berat : 50 mg – 2 g c. Kapsul : Sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut gelatin, pati d. Suppositoria : Sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk rektal, vagina, urethal

e. Kaplet : Tablet berbentuk kapsul yang pembuatannya melalui kempa cetak f. Lozenges : Sediaan tablet manis dan baunya enak, penggunaannya dihisap dalam mulut

2. Sediaan Setengah Padat a. Salep : Sediaan setengah padat diloles, obat luar b. Krim : Sediaan setengah padat emulsi air ≥ 60%, pemakaian luar c. Pasta : Sediaan massa lembek, pemakaian luar (terbuat dari serbuk & ≥ 50% vaselin atau paraffin, gliserol

3. Sediaan Cair a. Larutan : Sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut kecuali dinyatakan lain, pelarutnya air suling b. Sirup : Larutan yang mengandung gula sukrosa, kadar gula tidak kurang dari 64% atau tdk lebih dari 66%.

d. Eliksir : Larutan rasa, bau sedap, selain obat mengandung zat pemanis, zat pewarna, pewangi, pengawet. Pelarut etanol. e. Guttae : Larutan, emulsi atau suspensi obat luar & obat dalam. f. Injeksi : Sediaan steril, bebas pirogen Larutan, emulsi, suspensi, serbuk yang dilarutkan.

4. Sediaan Gas a. Aerosol : Sediaan mengandung 1 atau lebih zat berkhasiat dalam wadah yang diberi tekanan b. Gas : berupa oksigen, obat anestesi atau zat yang digunakan untuk sterilisasi.

Rasionalisasi Pemberian Obat 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Tepat Pasien Tepat Obat Tepat Waktu Tepat Dosis Tepat Rute Tepat Dokumentasi

Rute Pemberian Obat  Enteral  Parenteral inhalasi

oral, sublingual, bukal topikal, injeksi, endotrakea,

PERHITUNGAN DOSIS 1.

Berdasarkan LPT KO

Da = Dd 1,73 M2 KO : LPT anak 1,73 M : LPT dewasa

Wagner : LP : 0,09 x W0,73 W = BB dalam Kg

2. Berdasarkan BB Clark : Da =

W...

70

Dd

W = BB (Kg)

3. Berdasarkan Usia

Frekuensi Pemberian Obat Pemberian obat dapat : Tiap 5 menit Sekali sehari tujuan, kinetika obat, t½, Beberapa kali sehari onset dan durasi obat Setiap bulan

Interval Pemakaian Obat Kebiasaan : 3 x sehari pagi, siang dan sore Optimal : 3 x sehari tiap 6 atau 8 jam interval : 24 jam - (6 - 8 jam) 3

ARTI % DALAM OBAT • % berat / berat = gram/gram % misal : Boorzalf 10% = tiap 100 g zalf mengandung 10 g acidum boricum

• % berat / volume = gram / ml % misal : 1% morphine HCl = 1 g morphine HCl dlm 100 ml larutan / injeksi • % vol. / vol = ml / ml % misal : alkohol 70% = tiap 100 ml campuran mengandung 70 ml ethylalkohol murni • % vol / berat = ml / gram % misal : kadar minyak 10% dlm suatu simplisia berarti tdp 10 ml minyak dlm 100 g simplisia

FASe Kerja Obat Efek obat terjadi karna interaksi fisikokimiawi antara obat atau metabolit aktif dengan reseptor atau bagian tertentu dari tubuh. Untuk mencapai tempat kerjanya maka obat harus melalui 3 proses : 1. Fase Farmasetik 2. Fase Farmakokinetik 3. Fase Farmakodinamik

Fase Farmasetika Fase yang dipengaruhi antara lain oleh cara pembuatan obat, bentuk sediaan obat dan zat tambahan yang digunakan. Tablet terdegradasi granul Partikel kecil pelepasan zat aktif Zat aktif terdisolusi absorpsi Larutan ˃ suspensi ˃ serbuk ˃ kapsul ˃ tablet ˃ tablet salut

. . ...................... . .............. ........................ .................. . .... ..... . .. .

TABLET

DISINTEGRASI

DISOLUSI

Fase Farmakokinetik Mempelajari absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat dari dalam tubuh atau mempelajari pengaruh tubuh terhadap obat

1. Absorpsi Adalah proses masuknya obat ke dalam sirkulasi sistemik. a. Kelarutan Kecepatan melarut dari suatu obat akan menentukan kecepatan absorpsi obat

b. pH : derajat keasaman atau kebasahan Obat yang bersifat asam lemah akan mudah menembus membran sel pada suasana asam atau obat relatif tidak terionisasi. Aspirin mudah menembus membran lambung dari pada membran usus Obat yang bersifat basa lemah akan mudah diabsorpsi di usus halus

Lipid bilayer

c. Tempat Absorpsi Obat dapat diabsorpsi pada kulit, membran mukosa, lambung dan usus halus. Absorpsi obat menembus lapisan sel tunggal seperti pada ephitelium intestinal akan lebih cepat dibandingkan membran kulit yang berlapis-lapis

d. Sirkulasi Darah Obat baiknya diberikan pada daerah yang kaya akan sirkulasi darah. Pemberian melalui sublingual lebih cepat diabsorpsi dari sub kutan (sirkulasi darah kurang)

Usus Pasif

Aktif

Pinositosis

MEMBRAN

Sel

2. Distribusi Penyebaran obat dari pembuluh darah ke jaringan atau tempat kerja. Kecepatan distribusi dipengaruhi oleh permeabilitas membran kapiler terhadap molekul obat. Faktor lain yang mempengaruhi distribusi obat adalah fungsi kardiovaskuler, ikatan obat dgn protein plasma

Organ (jantung, ginjal, hati) yang mendapat suplai darah lebih banyak atau cepat akan menerima obat lebih banyak dan cepat dari organ lain (tulang, abses). Pada saat obat masuk ke sirkulasi sistemik , sebagian besar akan terikat oleh protein plasma (albumin), ikatan ini membentuk molekul besar sehingga tdk dapat menembus membran.

Hanya obat bebas yg mencapai sasaran dan mengalami metabolisme sehingga mudah diekskresikan. Berkurangnya obat bebas (tidak terikat) akan menyebabkan pelepasan obat yang terikat oleh protein, jadi terjadi keseimbangan yg dinamis. Perbandingan obat bebas dan obat terikat menentukan durasi obat

Obat lipofil mempunyai afinitas yang tinggi terhadap jaringan, sehingga cenderung terakumulasi, apabila aliran darah sedikit di jaringan, maka distribusi obat terhambat. Pemberian obat yang terlalu cepat berpotensi menimbulkan toksik.

3. Metabolisme Merupakan reaksi perubahan zat kimia dalam jaringan biologis yang dikalisis oleh enzim menjadi metabolitnya. Hati merupakan organ utama tempat metabolisme obat. Kebanyakan metabolisme menggunakan enzim sitokrom P450 (hepar dan GI)

4. Ekskresi Ginjal adalah organ utama dalam ekskresi obat atau metabolitnya. Organ lain tempat ekskresi adalah instestinal (feses), paru-paru, kulit, keringat, air liur dan air susu. Kecepatan ekskresi dilihat dari nilai t½, obat yg panjang t½nya maka frekuensinya pemakaiannya relatif panjang.

Proses ekskresi obat dalam ginjal meliputi : a. Filtrasi glomelurus Obat bebas akan mengalami filtrasi glomelurus masuk ke tubulus. Kelarutan dan pH tidak berpengaruh Dipengaruhi oleh ukuran partikel, jumlah pori di glomelurus.

b. Reabsorpsi tubulus Di tubulus kebanyakan obat mengalami reabsorpsi ke sirkulasi sistemik kembali, terutama zat non polar atau bentuk non ion. c. Sekresi tubulus Obat yang tdk mengalami FG dapat masuk ke tubulus melalui sekresi di tubulus proksimal.

Fase Farmakodinamik Mempelajari efek obat dalam tubuh atau jaringan hidup atau mempelajari pengaruh obat terhadap fisiologi tubuh. a. Berinteraksi dengan reseptor Reseptor dapat berupa protein, asam nukleat, enzim, karbohidrat atau lemak. Semakin banyak reseptor yg diduduki maka intensitas efek semakin meningkat

b. Berinteraksi dgn enzim Obat dapat menimbulkan efek karna mengikat enzim yg dikeluarkan oleh tubuh. Obat DM : memperbanyak insulin c. Kerja non spesifik Obat yang bekerja tanpa mengikat reseptor. Misalnya alkohol mendenaturasi protein, norit mengikat racun atau bakteri

KURVA RESPON OBAT Conc

MEC

To

T1

T2

T3

To - T1 = Mula To – T2 = Puncak, T1 – T3 = Lama Kerja Obat

Waktu

Obat Otonom Susunan sistem saraf manusia tersusun dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Sistem saraf tepi terdiri atas sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom. Sistem saraf otonom terdiri atas sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis.

Obat perangsang simpatik adalah adrenergik, simpatomimetik atau agonis adrenergik Obat penghambat simpatik adalah simpatolitik atau antiadrenergik Obat perangsang parasimpatik adalah kolinergik, parasimpatomimetik atau agonis kolinergik Obat penghambat parasimpatik adalah parasimpatolitik atau antikolinergik

Sistem Saraf Simpatis Fungsi dari sistem saraf simpatik adalah sebagai berikut. • Mempercepat denyut jantung • Memperlebar pembuluh darah • Relaksasi bronkus • Mempertinggi tekanan darah • Memperlambat gerak peristaltis • Memperlebar pupil • Menurunkan sekresi ludah

Sistem Saraf Parasimpatis Sistem saraf parasimpatik memiliki fungsi yang berkebalikan dengan fungsi sistem saraf simpatik. Misalnya pada sistem saraf simpatik berfungsi mempercepat denyut jantung, sedangkan pada sistem saraf parasimpatik akan memperlambat denyut jantung

Sel Saraf (Neuron) dan Impuls Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron bergabung membentuk suatu jaringan untuk mengantarkan impuls (rangsangan). Satu sel saraf tersusun dari badan sel, dendrit, dan akson.

1. Badan sel Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf Badan sel berfungsi untuk menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke akson. Pada badan sel saraf terdapat inti sel, sitoplasma, mitokondria, sentrosom, badan golgi, lisosom, dan badan nisel. Badan sel merupakan kumpulan retikulum endoplasma tempat transportasi sintesis protein.

2. Dendrit Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang-cabang. Dendrit merupakan perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima dan menghantarkan rangsangan ke badan sel.

3. Akson Akson disebut neurit. Neurit adalah serabut sel saraf panjang yang merupakan perjuluran sitoplasma badan sel. Di dalam neurit terdapat benang-benang halus yang disebut neurofibril. Neurofibril dibungkus oleh beberapa lapis selaput mielin yang banyak mengandung zat lemak dan berfungsi untuk mempercepat jalannya rangsangan

Impuls adalah rangsangan atau pesan yang diterima oleh reseptor dari lingkungan luar, kemudian dibawa oleh neuron. Impuls dapat juga dikatakan sebagai serangkaian pulsa elektrik yang menjalari serabut saraf. Contoh rangsangan adalah sebagai berikut. a. Perubahan dari dingin menjadi panas. b. Perubahan dari tidak ada tekanan pada kulit menjadi ada tekanan. c. Berbagai macam aroma yang tercium oleh hidung.

Neurotransmitter ada dua macam : 1. NT untuk saraf simpatik adalah norepinefrin (NE) 2. NT untuk saraf parasimpatik adalah asetilkholin (Ach)

1. Adrenergik a. Bekerja Langsung Obat Fenileprin Klonidin Dobutamin Isoproterenol Albuterenol Terbutelin Metoproteronol

Khasiat Dekongestan Penurun Tekanan Darah Meningkatkan Kerja Jantung Meningkatkan Kerja Jantung & Bronkodilator Bronkodilator Bronkodilator Bronkodilator

b. Bekerja tidak Langsung Mendorong pengeluaran NE dari tempat penyimpanannya seperti amfetamin dan metilphenidat (keduanya sebagai antidefresan) 2. Obat Antiadrenergik Berkerja melalui penghambatan terhadap reseptor adrenergik. a. α 1 bloker : terapi hipertensi (vasodilatasi pembuluh darah) ; prazosin, terazosin dan doxazosin

b. ß bloker untuk terapi hipertensi (mengurangi frekuensi dan kekuatan denyut jantung) ; atenolol, metoprolol, propanolol, nadolol dan pindolol

3. Kolinergik a. Bekerja Langsung Langsung berinteraksi dgn reseptor muskarinik untuk menghasilkan efek kolinergik. Contohnya : bethanekol (terapi retensi urin akibat tindakan pembedahan atau gangguan neurogenik kandung kemih)

b. Bekerja tidak Langsung Tidak menduduki reseptor tetapi mengikat Asetilkolinesterase sehingga Ach meningkat. Contoh : neostigmin (miastenia gravis) 4. Antikolinergik Menghambat reseptor muskarinik sehingga efeknya berlawanan dgn obat kolinergik. Contoh : atropin (mengurangi sekresi sal. Pernapasan pd tindakan operasi), scopolamin (mabuk perjalanan), ipatropium (asma)

Obat sal. pernapasan Sistem pernapasan terdiri dari : 1. Trakea 2. Bronkus 3. Bronkiolus 4. Alveolus 5. Paru-Paru

Fungsi sistem pernapasan : 1. Menyediakan oksigen untuk sel tubuh 2. Membuang karbon dioksida dari sel tubuh 3. Pertahanan tubuh melawan senyawa asing 4. Menghasilkan suara untuk bicara

rhinitis Merupakan radang membran mukosa hidung (bersin, gatal, hidung berlendir dan kongesti) Penyebab : a. Menghirup elergen (debu, bulu binatang, serbuk sari, asap rokok, polutan) b. Zat berinteraksi dgn sel mast melepaskan histamin, leukotrin

Terapi : a. Antihistamin (CTM, difenhidramin) b. Dekongestan (fenileprin, pseudoefedrin) Side Effect : a. Insomnia b. Aritmia

bronkodilator Obat ini digunakan pd penderita asma. Penyebab bronkokontriksi : a. Perangsangan parasimpatis b. Penghambatan simpatis Asma biasa terjadi karna bronkus terlalu sensitif terhadap rangsangan

Pengobatan asma : 1. Agonis ß2 (salbutamol, terbutalin,fenoterol) 2. Metil Xantin (teofilin) cAMP, LD50/ED50 sempit 3. Antikolinergik (ipatropium bromid) 4. Kortikosteroid (prednison, deksametason, triamsinolon) antiinflamasi di sal. pernapasan

mukolitik Asma, bronkitis produksi mukus (glikoprotein polisakarida, eksudat infeksi) Sekret yg banyak sukar bernapas sehingga diperlukan pemberian mukolitik

Pengobatan : 1. Bromheksin (memutuskan mukopolisakarida) 2. Asetilsistein (memecah glikoprotein)

ikatan

antitusif Atau batuk kering tenggorokan gatal, suara serat atau hilang. Penyebab : a. Inhalasi partikel makanan b. Bahan iritan c. Asap rokok d. Perubahan suhu

Pengobatan : 1. Kodein 2. Dekstrometorfan (L-isomer opioid) 3. Uap Mentol ( sensitifitas faring dan laring)

Obat Saluran Pencernaan Obat yang bekerja mulai dari mulut sampai kolon, misalnya : 1. Obat untuk terapi Ulcer 2. Antidiare 3. Pencahar atau Laksantif 4. Antispasmodik 5. Dsb

Obat Ulcer Penyebab : 1. Infeksi Helicobacter pylori 2. Peningkatan sekresi asam lambung 3. Kerentanan mukosa sal. Percernaan terhadap HCl dan gastrin 4. Side effect obat AINS

1. Penghambat sekresi asam Sekresi asam lambung berlangsung di sel parietal yg dikontrol oleh Ach, histamin, prostaglandin dan gastrin. Ach, histamin dan gastrin bila berikatan dgn reseptor akan mengaktifkan pompa proton (H+) yg akan meningkatkan sekresi HCl, sedangkan prostaglandin malah mengurangi HCl lambung.

Obat penghambat sekresi asam lambung : a. H2-antagonis (antihistamin) Yaitu simetidin, ranitidin, famotidin dan nizatidin. Jika asam lambung disebabkan oleh histamin dan gastrin maka sekresi HCl akan dihambat secara lengkap tapi parsial bila penyebabnya oleh Ach.

Efek samping : a. Diare b. Sakit kepala c. Kelelahan d. Mialgia e. Konstipasi

b. Penghambat Pompa Proton Absorpsi obat ini sangat dipengaruhi oleh adanya makanan dan bioavailabilitasnya dapat berkurang sampai 50%. Sebaiknya diminum sebelum makan atau 1 jam setelah makan. Obat : omeprazol, landsoprazol

Obat ini diberikan sebagai sediaan kapsul enterik dan akan terurai menjadi bentuk yg lebih aktif (pro drug) . Obat akan dikonversi menjadi senyawa sulfonamid yg akan berikatan dgn enzim H+/K+-ATPase yg akan menginaktifasi enzim. Efek samping : diare, sakit kepala, nyeri abdomen

2. Antasida Untuk mengurangi nyeri dan rasa terbakar di ulu hati karna hiperasiditas dan gastritis. Berasal dari basa lemah, jika masuk lambung akan bereaksi dgn asam membentuk air dan garam. pH lambung akan naik (4-5) aktifitas pepsin terhambat dan akan mengurangi iritasi mukosa.

Konstipasi merupakan efek samping antasida yg mengandung Al dan Ca karna dapat menghambat absorpsi air dan fosfat. Sedangkan diare merupakan efek samping Mg. Untuk menangani masalah ini maka kebanyakan antasida ditambahkan Al dan Mg untuk saling menetralisasi.

3. Pelindung Mukosa Sukralfat merupakan senyawa kompleks yg akan berikatan dgn protein, membentuk kompleks dgn mukus (gel) yg akan melapisi mukosa shg terhindar dari kerusakan oleh gastrin.

Antidiare 1.

Diare spesifik Memerlukan antimikroba 2. Diare non spesifik Diare terjadi karna meningkatnya peristaltik atau motilitas GI.

a. Penghambat motilitas Bekerja menghambat Ach (antikolinergik) yg akan mengurangi motilitas GI. Contoh obatnya : loperamid HCl dan defenoksilat. Obat ini tdk boleh diberikan pada diare akut pd anak-anak karna dapat terjadi paralisis. Efek samping : kram GI.

b. Absorpben Cara kerja : mengabsorpsi toksin, mikroorganisme atau melindungi mukosa dari rangsangan zat yg dapat meningkatkan peristaltik GI. Contoh : kaolin, pektin, metil selulosa, atalpulgit, arang aktif dan norit (semua merupakan obat keras).

Pencahar atau Laksantif Obat yg digunakan untuk memudahkan pengeluaran tinja dari kolon dan rektum. Selain itu digunakan pula untuk : a. Kombinasi dgn obat cacing b. Pengosongan sal. Pencernaan (pembedahan atau rontegen) c. Konstipasi

a. Pencahar pembentuk massa Membentuk massa gel di usus besar yg menyebabkan retensi air. Massa besar dan encer di usus besar akan merangsang peningkatan peristaltik dan memacu BAB keluar. Obat ini khusus konstipasi dgn tinja sedikit dan keras. Jenis pencahar : agar, metilselulosa, psilium

b. Pencahar stimulan Menyebabkan iritasi yg memacu peningkatan peristaltik, peristaltik relatif kuat shg dapat menimbulkan kram abdomen. Obat : bisakodil, natrium dokusat, dioktil sulfosuksinat dan gliserol.

c. Pelunak tinja Membentuk emulsi dgn tinja shg tinja menjadi lebih lunak. Obat : Na-dokusat, minyak mineral dan gliserin

d. Pencahar osmotik Membentuk massa dgn menarik air dalam usus sehingga tinja menjadi lebih encer. Contoh : garam enggris, laktulosa. Obat ini bekerja sangat cepat dan kuat (MgSO4) shg umumnya digunakan untuk pengosogan perut dan untuk terapi konstipasi.

Antispasmodik Untuk merelaksasi otot polos GI. Obat golongan ini digunakan pula pada nyeri GI karna kontraksi yg berlebihan. Contoh : ekstrak belladon, atropin sulfat, propantalin, propantalin bromida dan hiosin butil bromida.

ANTIMIKROBA

94

Antimikroba harus memiliki sifat toksisitas selektif artinya bahwa antimikroba tersebut harus bersifat toksik untuk mikroba tetapi tidak toksik terhadap hospes. - Bakteriostatik - Bakterisid

Spektrum Aktivitas AM Spektrum Sempit Obat yang termasuk dalam golongan ini adalah isoniazid yang hanya aktif pada mikobakteria. 2. Spektrum Sedang Ampisilin efektif pada bakteri gram positif dan beberapa gram negatif. 3. Spektrum Luas Kloramfenikol dan Tetrasiklin efektif pada spesias mikroba secara luas. Pemberian AM ini dapat merubah flora normal bakteri dan menimbulkan superinfeksi, contohnya kandida yang perkembangannya dipengaruhi oleh adanya mikroorganisme lainnya. 1.

Mekanisme Kerja AM 1. Mengganggu Metabolisme Sel Mikroba AM: Sulfonamid, Trimetoprin, Asam paminosalisilat (PAS) dan sulfon. 2. Menghambat Sintesis Dinding Sel Mikroba AM: Penisilin, Sefalosporin, Basitrasin, Vankomisin dan Sikloserin. 3. Mengganggu Permeabilitas Membran Sel Mikroba AM: Polikmisin, Golongan Polien dan AM kemoterapeutik.

Mekanisme Kerja AM 4. Menghambat Sintesis Protein Sel Mikroba AM: Aminoglikosida, Makrolaid, Linkomisin, Tetrasiklin dan Kloramfenikol. 5. Menghambat Sintesis atau Merusak Asam Nukleat Sel mikroba AM: Rifampisin dan Golongan Kuinolon.

Resistensi Antimikroba Resisten dapat diartikan sebagai tidak berpengaruhnya AM terhadap pertumbuhan mikroba pada kadar maksimum. 1. Resistensi Genetik a. Mutasi Spontan Pada keadaan ini sel hasil mutasi dapat bereplikasi dan mentransmisikan sifat-sifat pada sel anaknya sehingga timbul strain yang resisten, contohnya strain Mycobacterium tuberculosis resisten terhadap rifampisin (tunggal).

b. Resistensi Obat Karena Transfer DNA Kondisi ini ditandai dengan adanya transfer DNA dari satu organisme ke organisme lainnya. Faktor R ekstrakromosomal ini masuk ke dalam sel melalui proses transformasi , transduksi dan konyugasi bakteri. 2. Mekanisme Resistensi a. Modifikasi Tempat Target Perubahan tempat target melalui mutasi dapat menimbulkan resistensi misalnya pada pengikatan protein oleh penisilin pada S. aureus yang resisten terhadap metisilin.

b. Menurunkan Akumulasi Hal ini terjadi karena adanya penurunan penetrasi AB sehingga obat tersebut tidak sampai pada tempat terget karena adanya lapisan lipopolisakarida atau dengan adanya siklus efluks sehingga organisme terlindungi. c. Inaktivasi Oleh Enzim Adanya enzim –laktamase akan menghancurkan penisilin dan sefalosporin serta asetiltransferase dapat mengubah kloramfenikol menjadi lebih aktif.

Farmakodinamik dan Farmakokinetik A. Umur Neonatus dan manula untuk pemberian AM harus disesuaikan dengan keadaannya masing-masing. Ini disebabkan pada neonatus organ tua system tubuhnya belum berkembang sempurna dan pada manula terjadi kemunduran fungsi organ sehingga dapat timbul efek toksik. B. Kehamilan Pada ibu hamil pemberian obat AM harus melalui pertimbangan yang seksama karena kemungkinan timbulnya efek pada fetus tergantung pada daya obat menembus sawar uri serta usia janin. Pemberian streptomisin pada kehamilan tua dapat berefek ketulian pada bayi dan pada trisemester pertama dapat menimbulkan teratogenik.

C. Genetik Faktor genetik dapat menimbulkan efek berbeda terhadap obat. Contohnya defesiensi enzim G6PD dapat menimbulkan hemolisis pada pemberian sulfonamide, kloramfenikol, dapson dan nitrofurantoin. D. Keadaan Patologik Tubuh Hospes Pemberian AM harus selalu memperhatikan kemungkinnan adanya gangguan fungsi dan sistem organ terutama hati dan ginjal. Sirosis hati dapat meningkatkan toksisitas tetrasiklin, memperpanjang waktu paruh eliminasi linkomisin sehingga menimbulkan bahaya toksik sedangkan pada insufisiensi ginjal dapat menimbulkan intoksikasi terutama pada streptomisin dan kanamisin.

Efek Samping 1.

2.

3.

Reaksi Alergi Reaksi ini sangat berkaitan dengan sistem imun individu, dimana penentuan reaksi alergi sukar ditentukan karena orang yang pernah mengalami reaksi alergi dengan penisilin tidak selalu reaksi ini pada pemberian berulang sebaliknya orang tidak memiliki riwayat alergi dapat terserang alergi pada pemberian berulang. Reaksi Idiosinkrasi Gejala ini adalah reaksi abnormal yang diturunkan secara genetik pada AM tertentu. Sekitar 10% orang kulit hitam mengalami anemia hemolitik berat bila mendapat primakuin (kekurangan enzim G6PD) Reaksi Toksik Efek toksik dapat ditimbulkan oleh semua jenis AM terhadap hospes. Misalnya golongan tetrasiklin yang dapat mengganggu pertumbuhan jaringan tulang, termasuk gigi akibat deposisi kompleks tetrasiklin kalsium-ortofosfat.

Kegagalan Terapi a. Dosis Kurang Dosis Penisilin G untuk pengobatan meningitis oleh pneumokokus jauh lebih tinggi di bandingkan dosis untuk pengobatan infeksi saluran napas bawah walaupun oleh kuman yang sama. b. Masa Terapi Kurang Para ahli kebanyakan melakukan individualisasi masa terapi yang disesuaikan dengan tercapainya respon klinik yang di kehendaki.Tetapi untuk penyakit faringitis (S. pyogenes),osteomielitis,endokarditis,lepra dan tuberculosis paru tetap di pertahankan masa terapi yang walau efek klinis cepat terlihat

c. Kesalahan Penetapan Etilogi. Pemberian AM pada peningkatkan suhu badan tidaklah bermanfaat karena bukanlah keharusan bahwa demam disebabkan oleh kuman,virus,jamur dan lain-lain. d. Faktor Farmakokinetik Bagian tubuh ada yang bisa ditembus oleh AM dan ada yang tidak bisa di tembus AM.Antiseptik traktus urinarus (nitrofurantion, asam nalidiksat ) hanya efektif untuk infeksi saluran kemih dan tidak mencapai kadar terapeutik pada infeksi pada organ lain.

e. AM Kurang Tepat Seorang klinikus harus dapat mengetahui jenis AM yang secara klinik efektif pada suatu kuman tertentu, misalnya infeksi oleh S. Faecalis ialah ampisilin, walaupun secara in vitro kuman tsb sensitive juga pada Gentamisin dan Sefamandol. f. Faktor Pasien Buruknya pertahanan tubuh pasien adalah salah satu penyebab AM, contohnya AIDS yang dapat mengganggu mekanisme pertahanan badan.

Indikasi Klinik Penggunaan AM di tentukan berdasarkan indikasinya dengan beberapa pertimbangan : A Efek yang di timbulkan oleh adanya mikroba dalam tubuh hospes dan bukan semata karena kehadiran mikroba tersebut. B Efek terapi AM karena kerja AM terhadap biomekanisme dan bukan pada tubuh hospes. C. AM bukan obat penyembuh tetapi hanya menyingkatkan waktu hospes untuk sembuh dari penyakit infeksi. Infeksi ringan tidak perlu segera mendapatkan AM karena menunda pemberian AM akan merangsang mekanisme kekebalan tubuh tetapi pada infeksi berat bila telah berlangsung dalam beberapa waktu lamanya maka perlu mendapatkan terapi AM.

Kombinasi AM 1. Pengobatan Infeksi Campuran infeksi pascabedah abdominal sering disebabkan oleh kuman anaerob (AM metronidazol, klindamisin) dan kuman aerob (AM gentamisin) 2. Pengobatan Awal Infeksi Berat infeksi septisemia, meningitis purulenta, dll. kombinasi diperlukan dgn segera karna keterlambatan dapat membahayakan pasien sedangkan kuman penyebab belum diketahui

3.

Mendapatkan efek sinergi sinergisme terjadi bila kombinasi menghasilkan efek yg lebih besar dari kedua AM, infeksi Pseudomonas pd pasien neutropenia diberikan : aminoglikosida & karbenisilin 4. Memperlambat resistensi bila mutasi merupakan mekanisme timbulnya resistensi maka kombinasi AM merupakan cara memperlambat resistensi

Kombinasi tetap AM : 1. Sulfonamid & trimetoprim (kotrimoksazol) 2. Sulfadoksi & pirimetamin 3. Asam klavulanat & amoksisilin 4. Sulbaktan & ampisilin

Pilihan AM Jenis Infeksi Faringitis Bronkitis akut Herpes genital

Penyebab

AM

Virus, Strp. Pyogenes Penisilin V, eritromisin, penisilin G Strep. Pneumoniae Amoksisilin/ampisilin, eritromisin Virus herpes simpleks Asiklovir

Sifilis

T. Pallidum

Kandidiasis oral

C. Albicans

Meningitis bakterial Otitis medis & sinusitis

Strep. Pneumoniae Strep. Pneumonia S. Aureus

Penisilin G prokain, seftriakson, tetrasiklin Nistatin

Ampisilin+kloramfenikol Amoksisilin/ampisilin, kotrimoksasol Amoksisillin, asam klavulanat

ANTIDIABETIK 

GOLONGAN SULFONILUREA Turunan dari golongan sulfonorea adalah Glibenklamid, Klorpropamid, Glikazid, Glipizid, Glikuidon, Glimepirid, dan Tolbutamid 

SEJARAH Golongan obat ini ditemukan pada tahun 1954, dan diperkenalkan sebagai obat diabetes oral pertama.

 FARMAKODINAMIK Merangsang sekresi insulin pada sel β pankreas  KEGUNAAN KLINIK Digunakan pada penderita Diabetes tipe 2  EFEK SAMPING Gejala saluran cerna, dan sakit kepala. Hipoglikemia dapat terjadi bila dosis tidak tepat atau diet terlalu ketat; juga pada gangguan fungsi hati/ginjal atau pada orang usia lanjut  KONTRAINDIKASI Diabetes tipe I, Asidosis, Ketoasidosis, wanita hamil dan menyusui  INTERAKSI OBAT Efek diperkuat oleh sulfonamid, asam salisilat, tetrasiklin, dll

 GOLONGAN BIGUANIDA Turunan golongan obat biguanida adalah Metformin  SEJARAH Pada tahun 1959 ditemukan senyawa golongan biguanida dengan daya antidiabetes.  FARMAKODINAMIK Perlambatan absorbsi glukosa di duodenum, menghambat glikoneogenesis dan meningkatkan penggunaan glukosa di jaringan

 KEGUNAAN KLINIK Diabetes tipe 2 yang gagal dikendalikan oleh diet dan sulfonilurea, terutama pada pasien yang gemuk  EFEK SAMPING Mual, muntah, anoreksia  KONTRAINDIKASI Gangguan fungsi ginjal atau hati, gagal jantung, dehidrasi wanita hamil, dan menyusui  INTERAKSI OBAT Efek laktat asidosis diperkuat oleh alkohol, propanolol, tetrasiklin, asam asetilsalisilat dan simetidin

 GOLONGAN PENGHAMBAT α-glukosidase Turunan dari golongan penghambat α-glukosidase adalah Akarbose dan Maglitol  SEJARAH Pada tahun 1990 dipasarkan golongan obat ini yang cara kerjanya berlainan dengan dua jenis lainnya  FARMAKODINAMIK Menghambat α-glukosidase sehingga mencegah penguraian sukrosa dan karbohidrat kompleks dalam usus halus dengan demikian memperlambat dan menghambat penyerapan karbohidrat

 KEGUNAAN KLINIK Sebagai tambahan terhadap sulfonilurea dan biguanida pada DM yang tidak dapat dikendalikan oleh obat dan diet  EFEK SAMPING Flatulensi, diare, perut kembung dan nyeri, hepatitis  KONTRAINDIKASI Pasien dibawah 12 tahun, penyakit usus kronis dengan gangguan pencernaan dan absorpsi yang jelas, wanita hamil dan menyusui  INTERAKSI OBAT Konsentrasi serum digoksin menurun, efek terapeutik digoksin menurun

 GOLONGAN TIAZOLIDINDION Turunan dari golongan tiazolidindion adalah Pioglitazon dan Rosiglitazon  SEJARAH Pada pertengahan tahun 90-an dilancarkan senyawa obat golongan Tiazolidindion dengan daya peningkatan sensitivitas insulin.  FARMAKODINAMIK Meningkatkan sensitivitas insulin pada otot dan jaringan adiposa dan menghambat glukoneogenesis hepatik  KEGUNAAN KLINIK Untuk penderita hiperglikemia

 EFEK SAMPING Sakit kepala, hipoglikemia, faringitis, gangguan gigi, dan infeksi saluran pernapasan atas  KONTRAINDIKASI Hipersensitivitas terhadap pioglitazon  INTERAKSI OBAT Ketokonazol mempengaruhi Pioglitazon dan Pioglitazon

INSULIN • Sejarah Insulin ditemukan pada tahun 1921, oleh Dr. Frederik Banting dan Prof. Charles Best yang berasal dari Inggris. Insulin yang pertama kali ditemukan dan yang digunakan adalah insulin dari hewan yaitu sapi (bovine insulin) dan babi (porsi insulin). Sekarang insulin yang dipakai adalah insulin manusia. • FARMAKODINAMIK Insulin yang diberikan, setelah masuk kedalam pembuluh darah akan mengangkut glukosa yang ada dalam darah untuk masuk kedalam sel-sel atau jaringan-jaringan tubuh yang mana glukosa tersebut akan diubah menjadi energi dan juga insulin dapat menghambat produksi glukosa hepatik

• KEGUNAAN KLINIK Preparat insulin digunakan sebagai pengganti insulin di dalam tubuh yang tidak dapat dihasilkan oleh pankreas. • TOKSISITAS Kelebihan insulin dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya hipoglikemik yaitu berkurangnya kadar glukosa dalam darah. • EFEK SAMPING Insulin dapat menyebabkan reaksi alergi berupa eritem (warna merah pada kulit yang disebabkan oleh vasodilatasi) dan indurasi (pengerasan suatu jaringan) ditempat suntikan yang terjadi dalam beberapa menit atau jam dan berlangsung selama beberapa hari.

• KONTRAINDIKASI Hipersensitivitas terhadap suatu jenis insulin tertentu, koma diabetikum, dan keadaan metabolisme yang labil • INTERAKSI OBAT Sejumlah obat dapat meningkatkan atau menurunkan efek hipoglikemik, dimana obat yang menurunkan efek hipoglikemik insulin yaitu kontrasepsi oral, kotrikosteroid dan obat-obat diuretik. Sedangkan obat yang meningkatkan efek hipoglisemik insulin yaitu antidiabetik oral, fenilbutasol, peridoksin, dan betabloker.

ESTROGEN, PROGESTIN, DAN KONTRASEPSI ORAL

12 4

ESTROGEN Estrogen adalah sekelompok senyawa steroid yang berfungsi terutama sebagai hormon seks wanita. Hormon ini menyebabkan perkembangan dan mempertahankan tanda-tanda kelamin sekunder pada wanita, seperti payudara, dan juga terlibat dalam penebalan endometrium maupun dalam pengaturan siklus haid.

Tiga jenis estrogen utama yang terdapat secara alami dalam tubuh wanita adalah estradiol, estriol, dan estron.

STRUKTUR KIMIA

Estriol

Estradiol

Estron

Secara Umum sediaan estrogen sebagai terapi sulih hormon Estrogen digunakan sebagai bahan pil kontrasepsi dan juga terapi bagi wanita menopause. Pemberian hormon estrogen sebagai terapi sulih hormon, untuk menggantikan hormon estrogen yang kurang,. Estrogen bekerja dengan cara mempengaruhi ovulasi, perjalanan ovum, atau implantasi. Ovulasi dihambat melalui pengaruh estrogen terhadap hipotalamus dan selanjutnya menghambat FSH dan LH. Implantasi telur yang sudah dibuahi dihambat oleh estrogen yang diberikan pada pertengahan siklus haid.

Farmakodinamik Hormon steroid berdifusi melalui membran sel dan terikat dengan afinitas tinggi pada reseptor protein sitoplasmik spesifik. afinitas terhadap reseptor berfariasi dengan estrogen spesifik

Kegunaan Klinis Penggunaan estrogen yang paling sering adalah untuk kontrasepsi oral. Terapi estrogen yang dikombinasi dengan progestin digunakan untuk memblok ovulasi dan mencegah kehamilan. Pada perempuan pascamenopase, estrogen digunakan untuk mengurangi gejala-gejala menopause dan mengurangi osteoporosis.

EFEK SAMPING Reaksi yang sering timbul adalah gangguan siklus haid, mual atau bahkan muntah, rasa kembung, adema, berat badan bertambah yang lebih serius pusing, migren kloasma terutama pada kulit muka, peningkatan tekanan darah, trombosis, ploriferasi endometrium atau farises.

KONTRAINDIKASI Wanita hamil atau menyusui, gangguan fungsi hepar, riwayat trombosis atau emboli, hipertensi, penyakit jantung perdarahan vagina yang belum jelas penyebabnya, adenoma mamma atau adanya tumor pada alat reproduksi

INTERAKSI Estradiol sebagian dimetabolisme oleh isozim CYP3A4. penggunaan obat yang dapat merangsang isozim misalnya fenobarbital, karbamazepin, rifampisin dapat mempercepat metabolisme sehingga dapat menurunkan efek terapinya atau mempengaruhi profil siklus haid yang normal. Inhibitor isozim 3A4, seperti Eritromisin, Klaritromisin, Ketokonazol, Itrakonazol dan Jus Anggur dapat meningkatkan kadar estrogen darah dan menyebabkan timbulnya efek samping.

PROGESTIN Progestin merupakan beberapa senyawa sintetik yang berefek progestogenik dan beberapa diantaranya juga berefek androgenik atau estrogenik. Progesteron adalah hormon wanita lain dalam tubuh dengan efek progestogenik. Progesterone bertanggung jawab pada perubahan endometrium pada paruh kedua siklus mestruasi. Progesterone menyiapkan lapisan uterus (endometrium) untuk penempatan telur yang telah dibuahi dan perkembangannya, dan mempertahankan uterus selama kehamilan.

Rumus Kimia Progestin

Penggunaan progesteron sebagai kontrasepsi Hormonal digunakan dalam bentuk progestin. Progestin merupakan derivat progesteron (yang natural) yang dapat diberikan secara per oral. Sediaan ini disebut progestin sintetik. Progestin sintetik ada yang bersifat lebih androgenic atau bersifat lebih estrogenic. Untuk kepentingan diagnostik, progestin dapat digunakan untuk menguji sekresi estrogen (apabila terjadi hiperplasi dan bleeding menandakan sekresi estrogen meningkat). Fungsi progesteron adalah menyiapkan endometrium untuk implantasi dan mempertahankan kehamilan. FARMAKODINAMIK

Hormon steroid berdifusi melalui membran sel dan terikat dengan afinitas tinggi pada reseptor protein sitoplasmik spesifik. afinitas terhadap reseptor berfariasi dengan progesteron spesifik.

KEGUNAAN KLINIS

Penggunaan progestin yang paling sering adalah untuk kontrasepsi oral.

EFEK SAMPING

Efek samping utama yang berhubungan dengan penggunaan progestin adalah; Edema dan depresi. Progestin mirip androgen dapat meningkatkan rasio kolesterol LDL atau HDL, menyebabkan tromboflebitis dan emboli paru serta akne dan bertambahnya berat badan

KONTRAINDIKASI 1.

2. 3. 4.

Penyakit hati berat atau riwayat keadaan inijika hasil tes fungsi hati gagal untuk kembali normal, ikterus kolestatik, riwayat ikterus kehamilan atau ikterus karena penggunaan steroid, sindroma rotor dan sindroma DubinJohnson. Perdarahan vagina yang tidak terdiagnosa. Riwayat dari kehamilan tuba atau salpingitis. Riwayat sebelum atau selama kehamilan menggunakan steroid dari pruritus berat atau herpes gestation.

INTERAKSI 1. 2. 3. 4.

meningkatkan efek anti koagulan (17Alfa-Alkil androgen) sehingga dosis obat antikoagulan perlu diturunkan untuk mencegah terjadinya perdarahan Metandrostenolon menurunkan metabolisme oksifenbutazon sehingga efeknya menjadi lebih lama, lebih kuat dan sulit diduga Metandrostenolon juga meninggkatkan efektifitas dan efek toksik kortikosteroid. Steroid anabolik dapat menurunkan kadar gula darah penderita diabetes melitus sehingga kebutuhan akan obat anti-diabetik menurun.

KONTRASEPSI ORAL Kontrasepsi adalah pencegahan kehamilan atau pencegahan konsepsi. Untuk mencapai tujuan tersebut, berbagai cara dapat dilakukan, antara lain penggunaan pil KB/ kontrasepsi oral, suntikan atau intravaginal, penggunaan alat dalam saluran reproduksi (kondom, alat kontrasepsi dalam rahim/implan), operasi (tubektomi, vasektomi) atau dengan obat topikal intravaginal yang bersifat spermisid. Kontrasepsi oral (pil KB) mengandung hormon, baik dalam bentuk kombinasi progestin dengan estrogen atau progestin dan estrogen saja. Pil KB mencegah kehamilan dengan cara menghentikan ovulasi (pelepasan sel telur oleh ovarium) dan menjaga kekentalan lendir servikal sehingga tidak dapat dilalui oleh sperma.

Penggunaan oral kontrasepsi memberikan manfaat tambahan selain efek kontrasepsi yakni: mengurangi nyeri haid, menurunkan jumlah pendarahan saat menstruasi, bisa menyebabkan siklus haid menjadi teratur, dan juga mengurangi resiko penyakit inflamasi pelvis.

Ada 4 macam pil KB untuk kontrasepsi oral :

Pil KB / kontrasepsi oral tipe kombinasi Pil KB / kontrasepsi oral tipe sekuensial Pil KB / kontrasepsi oral tipe pil mini Pil KB / kontrasepsi oral tipe pil pascasanggama (morning after pil)

FARMAKODINAMIK

Penggunaan estrogen dan progestin terus menerus terjadi penghambatan sekresi GnRH dan gonadotropin sedemikian rupa hingga tidak terjadi perkembangan poligel dan tidak terjadi ovulasi KEGUNAAN KLINIS

Sediaan kontrasepsi oral menggunakan pil KB yang digunakan untuk mencegah kehamilan ataupun pengganti hormon estrogen dan progesteron bagi wanita menopause.

EFEK SAMPING Efek samping yang sering terjadi adalah gangguan haid, mual mungkin timbul pada awal penggunaan, peningkatan tekanan darah, rasa sakit di kelenjar mamae, gangguan toleransi glukosa pada diabetes, tromboemboli. Kompeonen progestin dapat menyebabkan sakit kepala. Gangguan kardiovaskular umunya lebih sering terjadi pada wanita usia lebih dari 35 tahun, perokok atau mempunyai faktor risiko misal obesitas, diabetes yang terapinya kurang baik atau hipertensi. INTERAKSI OBAT

bila digunakan bersama antikonvulsan, barbiturat, rifampisin, tetrasiklin, actifated charcoal, dapat terjadi perdarahan atau kegagalan kontrasepsi. Pada diabetis mellitus,dapat menurunkan test toleransi glukosa, dan meningkatkan kebutuhan insulin atau antidaibetik oral

KONTRAINDIKASI

Trombosis atau emboli, penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular, hipertensi, gangguan fungsi hepar, ikterus kolestatik, hiperplasia endometrium, porfiria, hiperlipoproteinemia, suspek atau sudah ada tumor astrogen-dependent, perdarahan vagina yang tidak diketahui sebabnya, varises, sering menderita migren.

OKSITOSIK

13 9

KONTRAKTILITAS UTERUS 1. Hormon Oksitosin ; sangat berperan pada kontraktilitas uterus dan meningkat selama persalinan (jumlah reseptor oksitosin uterus miningkat 100 kali) 2. Sistem Saraf Simpatik; Stimulasi reseptor alfa-1 mengeksitasi uterus, Stimulasi reseptor beta-2 menghambat kontraksi uterus 3. Hormon efinefrin (adrenalin) endogenous; dapat mengurangi kontraksi uterus. Dipicu oleh rasa takut dan cemas (berhubungan dengan SSS) 4. Hormon steroid, Progesteron ; mempertahankan kehamilan dengan menurunkan kontraksi uterus, berkebalikan dengan estrogen (Progesteron turun pada masa persalinan, sensitivitas reseptor oksitosin meningkat)

KONTRAKTILITAS UTERUS 5. Relaksin ; menghambat aktifitas uterus sepanjang kehamilan 6. Prostaglandin ; regulator penting pada masa persalinan (meningkat menjelang persalinan) 7. Serotonin ; Neorotransmiter penting bagi otot polos, kontaksi uterus meningkat 8. Peregangan Uterus ; meningkatkan jumlah reseptor oksitosin 9. Stimulasi mekanis membran janin/serviks; menginduksi persalinan

Obat Oksitosik • Digunakan untuk ; – Induksi serta penguatan persalinan – Pencegahan serta penanganan perdarahan postpartum – Pengendalian perdarahan akibat abortus inkompletus

• Obat-obat ; – Prostaglandin E dan F – Oksitosin (keduanya didaerah eksternal miometrium) – Ergometrin (di daerah internal miometrium)

(1) Prostaglandin Endogenus • Komponen esensial persalinan : – Pematangan servix (prostaglandin) – Kontraksi uterus (oksitosin + prostaglandin)

• Tipe prostaglandin yang berperan ; – PGE1 ; mematangkan serviks – PGE2 ; menimbulkan kontaksi uterus dari trimester 2 lanjut dan mematangkan serviks – PGI2 ; memastikan aliran darah dari ibu kedalam janin – PGI2α ; menimbulkan kontraksi uterus pada segala waktu (berbeda dengan oksitosin)

Prostaglandin sintetik yang diresepkan • Dinoproston (PGE2) – Pematangan servikx dan induksi persalinan, diberikan pervaginal (jeli)

• Carboprost (15 metil PGF2α suatu derivat sintetik) – Pada perdarahan post partum, lewat suntikan yang dalam

• Gemeprost (analog PGE1) – Membantu evakuasi uterus, diberikan pervaginal

• Misoprostol (analog PGE1) – Induksi dan penguatan persalinan penatalaksanaan kala tiga persalinan (peroral) – Belum mendapat lisesnsi untuk obstetri, baik oral maupun vaginal (jeli) karena ketidak jelasan takaran, jalur dan keamanannya (Ingris)

EFEK SAMPING PROSTAGLANDIN • Karena bekerja pada sejumlah reseptor yang berlainan; mempengaruhi beberap efek samping ; – Kontraksi otot polos – usus, uterus, pembuluh darah, bronkiolus – Vasodilatasi dan hipotensi – Inflamasi – Sensitasi terhadap rasa nyeri – Diuresis + kehilangan elektrolit – Efek tremor (SSP) – Pelepasan hormon hipofise, renin dan steroid adrenal – Inhibisi respon sso – Peningkatan tekanan intraokuler

PENYIMPANAN PROSTAGLANDIN • Dalam lemari es • Misoprostol dapat disimpan diluar lemari es dalam waktu yang lama

(2) OKSITOSIN • Berperan penting dalam persalinan dan ejeksi ASI • Bekerja pada reseptor oksitosik, menyebabkan : – Kontraksi uterus pada kehamilan aterm melalui kerja langsung pada otot polos maupun peningkatan produksi prostaglandin – Konstriksi pembuluh darah umbilikus – Kontraksi sel-sel mioepitel (refleksi ejeksi ASI)

• Pada reseptor hormon antidiuretik (ADH) – Peningkatan/penurunan mendadak tekanan darah (diastolik) karena vasodilatasi – Retensi air – Oksitosin dan hormon diuretik memiliki rumus kimia mirip

SEDIAAN • Karbopros Trometin • Dino Proston Dosis 250 ug/ml Dosis awal 1 ml IM, 1,5-3,5 jam ulangi Dosis dapat diberikan sampai 500 ug

SINTESIS dan PELEPASAN OKSITOSIN • Hipotalamus • Kelenjar gonad • Plasenta dan uterus (mulai kehamilan 32 minggu) dan seterusnya • Pelepasan endogenous meningkat bila; – – – – – –

Persalinan Stimulasi serviks, vagina atau payudara Estrogen darah Peningkatan osmolitas plasma Volume cairan sirkulasi darah rendah Stress dalam persalinan

• Supresi oleh “ – – – –

Alkohol Relaksin Penurunan osmolalitas plasma Volume cairan sirkulasi darah tinggi

OKSITOSIN SINTETIK • SYNTOCINON® – Tidak mensupresi sekresi oksitosin endogenous – Kombinasi dengan alami dapat menyebabkan hiperstimulasi uterus (waspada) – Dapat diberikan; • • • •

Intra muskular Intra vena Sub lingual (mempertahankan pemberian ASI) Intra nasal (dapat menyimpang, jadi tidak direkomendasi)

– Bekerja cepat; 1 menit setalah pemberian iv, menjadi satabol 15-60 menit – Setelah diberhentikan infus; kontaksi uterus masih berlangsung 20 menit – Dieliminasi 30-40 menit

EFEK SAMPING • Stimulasi berlebih pada uterus (mengganggu masuknya kepala bayi ke dalam serviks, ruptura uteri) • Kontraksi pembuluh darah tali pusat (menyebabkan hipoksia pada janin, bradikardia, disritmia dll)) • Kerja anti diuretik (pengenceran plasma, hiponatremia, edema) • Kontraksi dan dilatasi pembuluh darah (kenaikan tek. Darah hebat dan mendadak 200/120 mmHg), penurunan darah diastolik yang mendadak, sepintas • Mual dan muntah (memicu pusat muntah di medulla oblongata) • Reaksi hipersensitifitas (anafilaksis) • Mg Sulfat selalu disiapkan untuk relaksasi miometrum karena over dosis oksitosin • Pemantauan terus menerus setelah pemberian (siapkan pemberian oksigen)

KEWASPADAAN/KONTRA INDIKASI

• Jika uterus sudah berkontraksi kuat • Jika pematangan serviks belum siap • Penyimpanan – Ditempat yang tidak terkena cahaya matahari dengan suhu 4-22oC (lemari es)

• Interaksi obat – Obat vasopressor (simpatomimetik) – Obat golongan opiod dan fenotiazin

SEDIAAN • Suntikan oksitosin (Pitocin) : 10 unit USP/ml : IM dan IV • Semprot Hidung : 40 unit USP/ml • Sublingual : 200 mg unit/ml

(3) ERGOMETRIN • Adalah alkaloid ergot yang diperoleh dari jamur (fungus) yang tumbuh pada tanaman rye (gandum hitam) • Berperan mengurangi mortalitas maternal karena perdarahan post-partum dan pasca abortus. • Diberikan intra-muskular dan oral (oral, tidak bisa diandalkan karena bioavailabilitasnya) • Awitan kerjanya 1 menit setelah penyuntikan iv, 3-7 menit setelah im, dan 10 menit setelah pemberian oral. • Waktu paruh 3 jam dengan lama kerja obat 3-8 jam • Ekskresi melalui ginjal

KERJA ERGOMETRIN • Berinteraksi dengan reseptor Serotoninergik (alfa), dan dopaminergik. • Kerjanya pada reseptor serotonin serta alfa berkaitan dengan kontraktilitas uterus dan usus • Memilki efek stimulan cepat pada uterus, khususnya pada saat aterm • Kontraksi uterus tidak terkoordinasi dan berturutan dengan cepat • Kontraksi (his) menyebabkan sakit dan rasa kram sehingga memerlukan analgesia post partum • Menyebabkan resiko retensi plasenta karena kontraksi segmen bawah uterus sehingga pelepasan plasenta terhalang

EFEK SAMPING • Diare dan muntah; karena menyerupai kerja dopamin • Vasokonstriksi; karena bekerja di reseptor alfa (noradrenergik) dalam pembuluh darah anteriole dan vena sehingga bmenaikkan tekanan darah (diastolik > 95 mmHg) dan menyebabkan : – – – –

Refleks bradikardia Krisis hipertensi dan pendarahan otak Serangan eklampsia post-partum Spasme arteri koronaria

• Inhibisi prolaktin (retensi laktasi) post partum • Hipertermia, peningkatan ketegangan otot, masalah respirasi dan konvulsi pada neonatus • Hipersensitifitas (syok anafilaksis, denyut nadi yang lemah dan cepat)

KEWASPADAAN DAN KONTRA INDIKASI • Sifat vasokonstriktor tidak cocok digunakan bagi pasien dengan : – Kelainan paru, jantung atau vaskuler (asma) – Eklampsia, pre eklampsia, migrain – Kegagalan renal atau hepatik

• Obat disimpan di tempat yang sejuk dan gelap (lemari es) • Perhatian waktu “expired date”, kehilangan potensi 90% setelah disimpan setahun • Tidak dianjurkan merokok 3 jam sebelum pemberian

SEDIAAN • Tablet 1 ,g • Sublingual 2 mg • Suntik 0,5 mg/1 ampul/1 ml

OBAT TOKOLITIK Menurunkan kontraktilitas Uterus

15 9

OBAT TOKOLITIK • Meliputi : – – – –

Agonis adrenoreseptor beta (Ritodrin)* Magnesium Sulfat Penyekat saluran Kalsium (Nifedipin)* Inhibitor sintetase prostaglandin (Indometisin, sulindac)* – Antagonis oksitosin (Atosiban) – Alkohol dan gliserol trinitrat – * banyak digunakan

Persalinan Prematur Terjadi Karena Malformasi Janin • Obat-obat tokolitik hanya untuk ; – Menunda persalinan untuk memindahkan pasien ke Rumah Sakit khusus untuk pembedahan jika timbul emerjensi; prolapsus tali pusat, prsentasi bokong atau solusio plasenta parsial – Tersedia waktu (48 jam) untuk pemberian Kortikosteroid mempercepat maturasi paruparu janin

(1) Agonis Adrenoreseptor Beta2 • Golongan simpatomimetik, meliputi; – – – –

Ritodrin Terbutalin Salbutamol Adrenalin

• Diberikan ; iv, im, sub cutan atau jalur oral • Dilakukan dalam larutan dextrosa 5% dengan volume minimal, menghindari edema paru-paru • Dihindari pemberian dengan larutan salin • Mula kerja obat efektif 5 menit • Lama kerja 4 jam, sehingga pemberian setiap 4 jam atau kurang tergantung aktifitas uterus • Melintasi plasenta ; ada efek samping janin

EFEK SAMPING • 0,5 % ibu hamil menggunakan terbutalin terusmenerus melalui infus mengalami problem kardiopulminer serius. • Stimulasi adrenoreseptor beta2 mempengaruhi : – Sistem cardiovascular (Vasodilatasi) – Sistem renin-angiotensin (edema paru, retensi cairan) – Sistem saraf pusat (tremor, gugup, sakit kepala) – Otot polos pada banyak organ (GI, stasis lambung) – Kelenjar yang mensekresikan mukus (mulut kering) – Proses metabolisme

EFEK SAMPING • Berhubungan dengan hormon yang menggerakkan sistem kardiovaskuler; – Meningkatkan frekwensi jantung (20-40 kali) – Tekanan nadi dan kontraktilitas jantung • TD sistolik naik sekitar 10 mmHg • TD diastolik turun sekitar 10-15 mmHg

– Takikardia neonatal (pemeberian ritodrin) – Potensi memicu serangan stroke (Cerebrovacular accident)

Kewaspadaan dan Kontraindikasi • Penggunaan obat dalam trimester pertama dan kedua (kontraindikasi) • Berbahaya bagi ibu hamil dengan riwayat kelainan jantung dan hipertiroidisme • Berbahaya pada Diabetes, hipokalemia atau glaukoma. • Obat disimpan ditempat sejuk terlindung cahaya

(2) Penyekat Saluran Kalsium (terutama nifedipin/antagonis kalsium) • Diresepkan untuk keperluan tokolitas dan penanganan hipertensi • Menghambat kontraksi uterus yang prematur • Memiliki efek samping lebih sedikit pada ibu (dibandingkan ritodrin) • Obat lini pertama; penundaan kelahiran yang lebih lama, dan insiden morbilitas neonatal yang lebih rendah

Ca+2

Masuknya ion Ca+2 yang dihambat Oleh preparat penyekat saluran Kalsium misalnya nifedipin

Pengaruh reseptor lain Membran sel

Ca+2 + kalmodulin

Aktivasi enzim

miosin

Miosin + aktin

kontraksi

NIFEDIPIN •Diberikan per-oral (berbeda dgn obat tokolitik lainnya) •Bekerja dalam 30-60 menit setelah pemberian oral (Tablet atau Kapsul) •Makanan meningkatkan absorbsi tablet tapi tidak pada kapsul •Waktu paruh pendek (1,2 – 3,8 Jam) •Untuk mencegah fluktuasi TD, diberikan dalam bentuk “Sustain release” •Metabolisme di hati, perlu cermat /dosis rendah untuk penderita gangguan hati

KERJA & EFEK SAMPING

• Menghambat perlintasan ion kalsium kedalam sel otot polos & jantung; mengurangi kontraktilitas (TD turun) • Menekan kerja jantung (tdk begitu kuat) • Menurunkan kontraktilitas uterus (menghambat proses persalinan)

EFEK HIPOTENSI & ISKEMIA • Menimbulkan dilatasi arteriole, sementara frekuensi jantung meningkat (timbul nyeri dada, palpitasi karena iskemia miokard) • Penurunan perfusi plasenta; menimbulkan hipoksia, asidosis dan kematian janin • Hipotensi simptomatik; perlu preparat tokolitik yang lain

EFEK-EFEK LAIN • Edema paru; karena pengenceran palsma • Vasodilatasi; karena relaksasi otot polos • Gastrointestinal; mual, refluks, sakit ulu hati, karena relaksasi otot polos usus • SSP; depresi, insomnia dan agitasi • Hipersensitivitas; ruam, hepetotoksisitas • Efek pada janin; gangguan aliran darah ke plasma • Pemberian ASI; agar dihindari

KEWASPADAAN NIFEDIPIN • Penghentian mendadak; memicu infark miokard, nyeri dada (berangsurangsur) • Interaksi dengan antihipertensi lain; garam Mg, antagonis reseptor alfa (labetolol), alkohol, • Juise jeruk/asam, erytromisin, simetidin dan anti jamur meningkatkan eliminasi nifedipin.

(3) Atosiban (Antagonis oksitosin) • Pemberian hanya dibatasi sampai 48 jam • Efek samping ; muntah, sakit kepala, hiperglikemia, hipertensi, • Pada umumnya dapat ditoleransi dengan baik

RINGKASAN • Obat tokolitik yang paling banyak digunakan; – Ritodin, tetapi terbutalin, salbutamol memiliki efek yg serupa – Diberikan secara i.v pada situasi akut, untuk menghambat persalinan

• Jika persalinan tetap berlangsung sebelum waktunya, pemberian dihentikan dan perlu perawatan neonatus

KORTIKOSTEROID & TOKOLISIS

• Kortikosteroid dapat mengurangi insiden sindrom gawat nafas neonatus setelah pemberian tokolisis. (dexametason dan betametason) • Produksi surfaktan pada permukaan dalam paru-paru menyebabkan pernafasan efektif pada bayi neo-natus • Pemberian dexametason 4 X 6mg i.m setiap 12 jam , 24 jam sebelum melahirkan.

KERJA DAN EFEK SAMPING KORTIKOSTEROID

• Dexametason dan betametason bekerja sebagai preparat endogen • Efek samping : – Masalah kardiovaskuler – Gangguan metabolik-hiperglikemia – Masalah SSP

• Efek samping jangka panjang ; – Kerja anti-inflamasi-infeksi – Gangguan metabolik – Supresi adrenal

PEREDA NYERI DALAM PERSALINAN

17 7

PATOFISIOLOGI NYERI • Perasaan sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dengan disertai potensi kerusakan jaringan yang aktual. • Skor nyeri adalah alat komunikasi untuk menilai diperlukannya terapi analgesia (Visual analogues scale) • Pengalaman nyeri menjadi determinan yang menentukan persepsi nyeri

NYERI & PERSALINAN • Banyak ibu hamil meminta kepada dokter untuk mengurangi rasa nyeri selama persalinan • Tindakan farmakologis maupun nonfarmakologis harus dibicarakan dengan ibu hamil pada saat pemeriksaan antenatal • Bidan harus mampu membicarakan kelebihan dan kekurangan pada semua pilihan farmakologis • Nyeri hebat dapat memberi pengalaman melahirkan yang sangat negatif dan menimbulkan konsekuensi fisiologis yang merugikan

JARAS NYERI • Meningkatkan tingkat kesadaran dan kesiagaan • Meningkatkan respirasi • Meningkatkan frekuensi jantung • Meningkatkan tekanan darah • Menyebabkan emesis • Meningkatkan pengeluaran keringat

Analgesia Inhalasi • Dicapai melalui penggunaan gas anestesi dengan konsentrasi sub-anestetik • Memerlukan pengawasan yang ketat (dapat menimbulkan stadium anestesi yang tidak dikehendaki) • Di Inggris secara rutin banyak dipakai gas N20 (Entonox), dicampur dengan 50% O2 • Dianjurkan pemberiannya pada; masa transisi, kala dua persalinan, penjahitan perineum dan sementara menunggu analgesia epidural

KERJA GAS ANALGESIA INHALASI • Meningkatkan potensi kerja neurotransmitter penghambat • Sistem aktifasi retikuler dalam batang otak menghasilkan 4 tahap kedalaman anestesi; Analgesia, delirium, anestesi bedah, dan depresi pusat-pusat vital dalam medula oblongata

POINT PRAKTIS 1. Respirasi pada semua ibu hamil yang mendapatkan terapi analgesia inhalasi harus terus diawasi (pasien diminta bernafas perlahan tapi mendalam) 2. Tetani biasanya dimulai dalam bentuk spasme involunter otot-otot tangan dan kaki dan dapat berlanjut menjadi spasme larings yang menyumbat pernafasan. 3. Penggunaan gas N20 yang lama dan sudah diberikan sejak awal persalinan harus dihindari 4. Ibu hamil dengan kelainan saraf dan otot mungkin tidak bermanfaat untuk terapi analgesia inhalasi

IDEALNYA • Gas N20 harus sudah dihirup sekitar 20 detik sebelum timbulnya kontraksi rahim • Ada interval 15 detik diantara saat timbulnya kontraksi yang teraba oleh bidan dan awitan rasa nyeri • Palpilasi akan membantu menentukan saat pemberian Gas N20

ELIMINASI GAS ANESTESI • Karena larut lemak, maka dapat melintasi plasenta dan tertimbun dalam tubuh janin. • Dieliminasi melalui paru-paru sesudah proses melahirkan selesai • Efek pada ibu hamil dan neonatus akan habis setelah 2 hingga 3 menit

EFEK SAMPING • Menghasilkan sedasi pada ibu • Mual • Hipoksia

OPIOID • Meperidin (petidin) digunakan secara luas pada persalinan • Selain itu, Meptazinol (Meptid), Diamorfin, dan Nalokson (Narcan) • Opioid adalah istilah yang diberikan kepada semua obat yang bekerja pada reseptor opioid tubuh yang normalnya akan bereaksi terhadap endofrin dan enkefalin (morfin, diamorfin, meperidin, meptazinol, kodein dll)

PENGGUNAAN OPIOID • • • • •

Persalinan Prabedah Intrabedah Pascabedah Perawatan intensif untuk menghasilkan analgesia, sedasi serta pengurangan rasa cemas. • Mengurangi hiperventilasi yang ditimbulkan oleh rasa nyeri dan mempertahankan kadar CO2 mendekati normal

EFEK ANALGESIA & PENANGANAN TUBUH • Peredaan rasa nyeri dalam persalinan • Tidak diberikan peroral karena absorbsi dan metabolismenya yang lambat, jadi pemakaian intramuskuler. • Diangkut dengan cepat melewati plasenta • Metabolisme dihati dan ekskresi melalui urine dan empedu. • Pada neonatus ekskresi lebih lambat (jadi sirkulasi pada janin lebih tinggi dari pada ibu), mengakibatkan depresi pernafasan, rewel dan sulit disusui

EFEK ANALGESIA & PENANGANAN TUBUH • Kelahiran 1 jam setelah pemberian meperidin, mungkin tidak sempat melintas plasenta. • Kelahiran 6 jam setelah pemberian meperidin, sebagian besar dalam sirkulasi neonatus (efek samping) • Meperidin dimetabolisme menjadi normeperidin (toksik), dengan waktu paruh 20 jam dalam tubuh ibu dan 60 jam dalan tubuh neonatus shg metabolisme memerlukan beberapa hari. • Meperidin juga melintas kedalam ASI

TAKARAN DOSIS MEPERIDIN • Di Inggris ditetapkan kebijakan antara 50 hingga 100 mg • Setiap RS menetukan takaran maksimal yang dibolehkan (BNF menyatakan bhw pemberian 400 mg dalam 24 jam adalah terlalu banyak bagi ibu hamil) • Perhatiakn batas dosis yang ditetapkan di RS anda bekerja.

EFEK SAMPING OPIOID • Depresi dan penumpulan sistem saraf pusat (ngantuk, euforia, sedasi) • Menurunkan tonus otot dan depresi pernafasan neonatus (sulit menyusui, rewel) • Bradikardia (penurunan frekuensi jantung) • Hipotensi • Retensi urin dan disuria • Traktur GI (motilitas lambung dan usus halus)

ANTI EMETIK

19 3

MUAL DAN MUNTAH • Dalam kebidanan ; – Pada kehamilan dini – Persalinan – Periode Pasca bedah

• hiperemisis gravidarum ; Muntah yang menyebabkan kekurangan cairan, elektrolit, atau gizi

MUNTAH (Emesis) • Penyebab : – Mabuk kendaraan, infeksi bakteri atau virus, intoleransi makanan, bedah, kehamilan, nyeri, shok, obat-obatan, radiasi, gangguan telinga tengah.

• Perhatikan !!: – Anti emesis sebaiknya tidak diberikan sebelum penyebab diketahui.

• AKIBAT : – Dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit.

MEKANISME • PUSAT MUNTAH (PM) terletak pada MEDULA dan dirangsang oleh CTZ (Chemoreceptor Trigger Zone) yang terletak pada serebral dekat Medula. • PM menerima rangsang berupa bau/penciuman dan rasa. • CTZ menerima rangsang dari obat, toksin, dan pusat vestibular pada telinga melalui suatu neuotransmiter (DOPAMIN) ke pusat muntah. • LEVODOPA obat menyerupai dopamine untuk merangsang CTZ muntah. • Asaetilkolin juga dapat memberikan rangsangan ke pusat munta. • PM memberikan respon dengan neuron motor menyebabkan kontraksi diagfragma, otot abdomen anterior dan lambung. Glotis menutup, didnding abdomen bergerak keatas dan terjadilah muntah.

EMESIS PADA KEHAMILAN • Peranan fisiologis untuk mendorong ibu hamil makan lebih banyak • Kehamilan tanpa mual, resiko terjadinya abortus spontan atau partus prematurus lebih tinggi • Pendekatan non-farmakologis lebih disukai dari pada penggunaan obat • Berlangsung pada usia kehamilan 12 hingga 14 minggu

TINDAKAN NON-FARMAKOLOGIK • Pemberian teh encer, (tanin), perlu dibatasi karena pengaruhnya pada kehamilan belum jelas • Minuman bercarbon, (absorber) • Istirahat dan makan makanan sumber karbohidrat sederhana seperti sereal, biskuit • Makan makanan sedehana (tanpa bumbu) • Ibu hamil menghindari; gerakan yang mendadak, makan malam terlambat, menelan makanan tanpa mengunyah • Pemberian pipermint, gelatin, gatrorade, (serat) • Pedialyte untuk anak-anak, (pengganti cairan tubuh)

ANTIEMETIK • ANTI EMETIK (Tanpa resep dokter) – Untuk pencegahan mabuk kendaran. – Antiemetik anti histamine tertentu mis : • • • •

Dimenhidrinat (Dramamine) Siklizin HCl (Marezine) Meklizin HCl (Antivert) Difenhidramin HCl (Benadryl)

– Bismut subsalisilat (Pepto-Bismol) Tablet kunyah/cairan yang langsung menekan lambung. – Karbohidrat berfosfor (Emetrol) mengubah pH lambung dan menurunkan kontraksi otot polos lambung.

ANTIEMETIK •

ANTI EMETIK (Diresepkan) Ada 5 golongan : 1. 2. 3. 4. 5. –

Antihistamin Antikolinergik Fenotiazin Kanabinoid Lain-lain Umumnya antagonis dari histamine, asetilkolin dan dopamine, yang berkaitan dengan muntah. – Yang lainnya bekerja pada CTZ (Chemoreseptor Trigger Zone) pada korteks serebri.

ANTIEMETIK • ANTIHISTAMIN & ANTI KOLINERGIK – FENOTIAZIN (Kelompok terbesar yang digunakan sebagai anti emetik) – Untuk muntah berat akibat dari; Pembedahan, anastetik, terapi antineoplastik, dan radiasi. – Mekanisme ; menghambat CTZ

ANTIEMETIK • Contoh; – Promatazin (Phenergan) bekerja sebagai antihistamin juga – Klorpromazin (Thorazine) – Proklorperazin (Compazine), keduanya sebagai tranquilizer psikosis dan muntah – Perfenazin (Trilafon) – Flufenazin (Prolixine) – Tietilperazin (Torecan) – Triflupromazin (Vesprin), keempatnya sebagai perfenazin baru.

PENATALAKSANAAN FARMAKOLOGIS EMESIS • Pertimbangan: – Banyak jenis obat yang sering digunakan, baik pada masa persalinan maupun pada hiperemesis gravidarum – Jika muntah terjadi dengan hebat, pengunaan satu jenis anti emetik kurang efektif – Neurotransmitter yang terlibat dan dapat dipengaruhi oleh obat adalah; • • • • • •

Dopamin Asetilkolin Histamin Serotonin Benzodiazepin Kanabinoid

Preparat antiemetik pada persalinan 1. ANTAGONIS (penyekat dopamin)/D2 – Metoklopramid – Proklorperazin

2. ANTAGONIS histamin/ (H2) – Siklizin – Prometazin •

Efek samping masing-masing tergantung pada neurotransmitter yang terkena.

ANTAGONIS DOPAMIN (D2) • • • •

Metoklopramid (Maxalon) Haloperidol Domperidon Fenotiazin – Klorpromazin dan Proklorperazin (Stemetil)

ANTAGONIS DOPAMIN (D2) (Tidak terlalu efektif untuk mabuk perjalanan)

Untuk mengatasi emesis pada berbagai situasi – Mengimbangi efek emetogenik opioid dan ergotamin – Mengimbangi efek emesis kehamilan – Sebelum anestesi – Emesis pasca bedh – Statis lambung pada persalinan – Hiperemesis gravidarum

FENOTIAZIN dan PROKLORPERAZIN • Bekerja dalam waktu 10-20 menit (iv) • Kerja antiemetiknya 12 jam • Melintasi placenta dan menimbulkan kelainan gerakan pada neonatus • Metabolisme oleh hati dan ekskresi oleh ginjal • Memasuli ASI dalam jumlah kecil menimbulkan daya ngantuk pada bayi • Waktu paruh bervariasi dari 2 hinga 30 jam

METOKLOPRAMID

(Perhatikan efek samping) • Bekerja dalam beberapa menit (iv) dan 1 jam per-oral • Dieliminasi agak cepat (waktu paruh 4-8 jam) • Paling efektif melalui infus kontinu • Menghambat dopamin sehingga; – Mengurangi emesis dan meningkat selera makan – Mengubah motilitas gastrointestinal – Mendepresi SSP – Mengganggu postur dan gerakan tubuh

Antagonis Reseptor H1 Antihistamin • Antihistamin yang menimbulkan sedasi – – – –

Bronfeniramin Prometazin (Phenergan) Siklizin Klorfeniramin

• Antihistamin tidak menimbulkan sedasi – – – –

Setirizin Terfenadin Akrivastin Loratadin

Penggunaan Antihistamin • Pengobatan emetik yang menyertai opioid, anestesi, dan mabuk perjalanan • Peredaan pruritus karena terapi analgesia intraspinal • Hipersensitifitas, alergi obat • Peredaan batuk dan selesma

More Documents from "fathul jannah"