EUTHANASIA DALAM RANAH ISLAM MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam Dosen Pengampu
Drs. E. Baehaqi
Oleh: Gina Tazkya R.
A.141.050
Sri Nurlatipah
A.141.053
PROGRAM STUDI S-1 FARMASI SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA BANDUNG 2015
KATA PENGANTAR
Alhamduillah puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Euthanasia Dalam Ranah Islam” ini. Dalam penyusunan makalah ini, dengan kerja keras dan dukungan dari berbagai pihak, kami telah berusaha untuk dapat memberikan hasil yang terbaik dan sesuai dengan harapan. Walaupun dalam pembuatannya kami mendapatkan beberapa kesulitan karena faktor keterbatasan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang kami miliki. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs E. Baehaqi selaku dosen pembina mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan semua yang telah memberikan dukungan dan dorongan kepada kami dalam penyelesaian makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk memperbaiki dan menyempurnakan tugas yang akan datang. Semoga makalah ini dapat berguna bagi rekan-rekan dan semua pihak yang berkepentingan.
Bandung, Maret 2015
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................... i DAFTAR ISI................................................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................................................1 1.1
Latar Belakang ...................................................................................................................1
1.2
Tujuan ................................................................................................................................2
1.3
Rumusan Masalah ..............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................................3 2.1
Pengertian ..........................................................................................................................3
2.2
Penggolongan Euthanasia ..................................................................................................3
2.3
Motivasi Euthanasia ...........................................................................................................4
2.4
Perspektif Agama Terhadap Euthanasia ............................................................................6
2.5
Pandangan Islam Terhadap Euthanasia..............................................................................6
2.6
Beberapa Pendapat Ulama Tentang Euthanasia .................................................................7
BAB III PENUTUP .....................................................................................................................................9 3.1
Kesimpulan ........................................................................................................................9
3.2
Saran ..................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................10
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Seorang penderita yang mengalami suatu penyakit yang sulit untuk disembuhkan atau penyakitnya sangat parah, sehingga rasa sakit yang terus-menerus karena memang peralatan medis yang digunakan sudah tidak dapat berfungsi lagi bagi pasien. Sejak abad ke 19 terminologi euthanasia dipakai untuk penghindaran rasa sakit dan peringatan pada umumnya bagi yang sedang menghadapi kematian dengan pertolongan dokter. Sehingga adanya suatu pengobatan yang disebut dengan euthanasia. Euthanasia artinya membiarkan seseorang mati dengan mudah dan baik atau disebut juga ”pembunuhan dengan belas kasian" terhadap orang sakit, luka-luka atau lumpuh yang tidak memiliki harapan sembuh dan didefinisikan pula sebagai pencabut nyawa sebisa mungkin dengan tidak menimbulkan rasa sakit. Euthanasia dilakukan dengan cara pemberian obat bius dalam jumlah yang banyak (overdosis) atau penyuntikan cairan yang mematikan dengan tujuan mengakhiri hidup pasien. Dan keputusan untuk menghentikan perawatan yang dapat memperpanjang hidup pasien dengan tujuan mempercepat kematian. Hal ini menjadi suatu permasalahan dalam pandangan islam, karena ajaran agama islam menyatakan bahwa kematian merupakan akhir dalam rangkaian kehidupan di dunia. Sepenuhnya adalah hak Allah SWT, tidak ada seorangpun di dunia ini yang berhak untuk menunda sedikitpun waktu kematian, termasuk mempercepat waktu kematian. Orang yang melakukan euthanasia berarti dapat dikatagorikan putus asa dan orang putus asa tidak diperbolehkan dalam aturan agama islam. Maka dari itu, makalah ini akan membahas bagaimana euthanasia dalam ranah islam. Dan cara-cara untuk menghadapi permasalahan ini, untuk menjawab apa yang seharusnya dilakukan agar diberikan jalan yang terbaik bagi pasien yang mengalami rasa sakit yang terus-menerus tersebut.
1
1.2 Tujuan Makalah ini selain untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Pendidikan Agama Islam, juga memiliki tujuan lain yang ditujukan kepada pembaca khususnya kaum muslimin, yaitu: 1.
Mengetahui Pengertian Euthanasia
2.
Menjelaskan Penggolongan Euthanasia
3.
Motivasi Euthanasia
4.
Perspektif Agama Terhadap Euthanasia
5.
Pandangan Islam Terhadap Euthanasia
1.3 Rumusan Masalah 1.
Apa Pengertian Euthanasia?
2.
Apa saja Penggolongan Euthanasia?
3.
Apa Motivasi Euthanasia?
4.
Bagaimana Perspektif Agama Terhadap Euthanasia?
5.
Bagaimana Pandangan Islam Terhadap Euthanasia?
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Euthanasia berasal dari kata Yunani "euthanatos", yang terbentuk dari kata "eu" dan "thanatos" yang masing-masing berarti "baik" dan "mati". Jadi euthanasia artinya membiarkan seseorang mati dengan mudah dan baik. Kata ini. Juga didefinisikan sebagai "pembunuhan dengan belas kasian" terhadap orang sakit, luka-luka atau lumpuh yang tidak memiliki harapan sembuh dan didefinisikan pula sebagai pencabut nyawa sebisa mungkin dengan tidak menimbulkan rasa sakit. Euthanasia dilakukan dengan cara: a. Kematian dengan cara pemberian obat bius dalam jumlah yang banyak (overdosis) atau penyuntikan cairan yang mematikan dengan tujuan mengakhiri hidup pasien. b. Keputusan untuk menghentikan perawatan yang dapat memperpanjang hidup pasien dengan tujuan mempercepat kematian.
Sejak abad ke 19 terminologi euthanasia dipakai untuk penghindaran rasa sakit dan peringatan pada umumnya bagi yang sedang menghadapi kematian dengan pertolongan dokter. (Abdul Fadl Mohsin Ebrahim. Telaah Fiqh dan Biotika Islam, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. 2001, hal. 148)
2.2 Penggolongan Euthanasia Secara umum euthanasia dapat dikelompokkan menjadi dua katagori : a. Euthanasia Pasif/Negatif Yaitu tindakan membiarkan pasien yang berada dalam keadaan tidak sadar (koma). Karena berdasarkan usulan medis sudah tidak ada harapan hidup (tidak ada tanda-tanda kehidupan) yang disebabkan karena rusaknya salah satu organ, tidak berfungsinya jantung dan lain-lain. Dengan kata lain tenaga medis tidak lagi melanjutkan bantuan atau menghentikan proses pengobatan. Contohnya:
3
Seseorang penderita kanker ganas dengan rasa sakit yang luar biasa. Hingga penderita pingsan, menurut pengetahuan medis orang yang sakit ini tidak ada harapan untuk bisa hidup normal lagi (tidak ada harapan hidup). Sehingga si sakit tersebut dibiarkan mati secara alamiah, karena walaupun peralatan medis digunakan sudah tidak berfungsi lagi bagi pasien. Firman Allah dalam surat Ali Imran 156: َ ّللاُ يُحْ يِي َوي ُِميتُ َو َ و..... ۗ َصير ِب َما ت َ ْع َملُون ِ َّللاُ ب َ “....Allah menghidupkan dan mematikan. Dan Allah melihat apa yang kamu kerjakan”. (QS. Ali Imran:156) b. Euthanasia Aktif Yaitu tindakan mempercepat proses kematian, baik dengan memberikan suntikan atau polesan alat-alat bantu pengobatan. Seperti: saluran oksigen, alat pembantu
jantung
dan
lain-lain.
Sementara
pasien
sebenarnya
masih
menunjukkan adanya harapan hidup berdasarkan usulan medis. Firman Allah dalam surat An-Nisaa ayat 29: ۚ س ُك ْم ِإ َن ﷲ َكانَ بِ ُك ْم َر ِحيم َ ُو َل ت َ ْقتُلُوا أَ ْنف..... َ ".....Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang Kepadamu". (QS. An Nisaa:29)
2.3 Motivasi Euthanasia Pasien yang melakukan euthanasia dengan memperhatikan beberapa alasan: a. Faktor Ekonomi Yaitu salah satu sebab bagi seseorang untuk melakukan euthanasia, dikarenakan biaya yang dibutuhkan untuk pengobatan yang sangat mahal, sehingga pasien dibiarkan dengan peratan medis yang seadanya, padahal pasien tersebut membutuhkan pengobatan yang maksimal untuk mengobati penyakit itu. Faktor ekonomi ini sangat berpengaruh dalam pengobatan pasien, apalagi pada 4
zaman sekarang ini, semua peralatan medis sulit dijangkau oleh masyarakat biasa (miskin). b. Pertimbangan Sarana dan Petugas Medis Argumen pemikiran ini didasarkan atas pengutamaan seseorang individu diatas individu yang lain, dengan alasan apabila ada pasien yang masih muda dan diprediksikan lebih berpeluang untuk sembuh. Dengan alasan semacam ini, petugas medis lebih mengutamakan pasien yang lebih muda tersebut. Namun bagi seorang muslim, masalah seperti ini tidak diindahkan, hal ini di tegaskan di dalam Al-Quran surat Ali Imran ayat 145: َ ُم َؤ َجل ِكتَابا ....ّللاِ ِبإِذْ ِن ِإ َل تَ ُموتَ أ َ ْن ِلنَ ْفس َكانَ َو َما "Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang Telah ditentukan waktunya". (QS. Ali Imran:145)
Dengan demikian tidak ada jaminan bahwa pasien yang sakit ringan mampu hidup lebih lama ketimbang pasien yang sakit parah. Padahal kematian seseorang tidak akan terjadi kecuali atas kehendak-Nya. c. Mati Dengan Layak Artinya bagi pasien yang sekarat yang diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk menikmati apa yang mereka inginkan daripada terbaring ditempat tidur, yaitu dengan memberikan obat dalam dosis yang mematikan, sehingga si pasien dengan cepat mengakhiri hidupnya, padahal tindakan semacam ini sama saja dengan bunuh diri dan merupakan dosa besar dalam pandangan Islam. Hadits Rasulullah dari Anas bin Malik yang artinya: "Janganlah seseorang diantara kamu mengharapkan mati dikarenakan oleh musibah yang menimpanya: tetapi jika ia mengharapkan mati, hendaknya ia mengatakan: "ŷₐ Allah, panjangkanlah umurku jika itu yang terbaik bagiku dan matikanlah aku jika kematian adalah yang terbaik untukku" Karena itu, seseorang muslim harus selalu berserah diri (tawakal) kepada Allah dan kesedihan tidak boleh dibiarkan melanda selama masa-masa buruk yang
5
dialaminya, kendati harus pasrah menerima datangnya kematian, seseorang tidak boleh kehilangan harapan akan kasih sayang Allah. (Abdul Fadl Mohsin Ebrahim. Telaah Fiqh dan Biotika Islam, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. 2001, hal. 154 )
2.4 Perspektif Agama Terhadap Euthanasia Sebagian besar agama-agama yang ada tidak menyetujui euthanasia, karena beberapa alasan: a. Ajaran agama pada umumnya menyatakan bahwa kematian, merupakan akhir dalam rangkaian kehidupan di dunia. Sepenuhnya adalah hak Tuhan, tidak ada seorangpun di dunia ini yang berhak untuk menunda sedikitpun waktu kematian, termasuk mempercepat waktu kematian. Orang yang melakukan euthanasia berarti dapat dikatagorikan putus asa dan orang putus asa tidak diperbolehkan oleh setiap agama. b. Semua agama mempunyai perintah/larangan dalam kitab suci masing-masing yaitu larangan membunuh, baik itu diri sendiri maupun orang lain. Karena setiap ada perintah/larangan pasti ada balasan yang diberikan. c. Kehidupan manusia adalah sesuatu yang suci, karena itu kehidupan manusia harus dilindungi dan dipelihara sebagai hak istimewa yang diberikan kepada setiap manusia
2.5 Pandangan Islam Terhadap Euthanasia Ajaran Islam memberi petunjuk yang pasti tentang kematian. Dalam Islam ditegaskan bahwa semua bentuk kehidupan ciptaan Allah akan mengalami kebinasaan, kecuali Allah sendiri sebagai sang pencipta. Firman Allah: “Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nyalah segala penentuan,
dan
hanya
kepada-Nyalah
kamu
dikembalikan”
(Q.S Ar-Rahman) Islam mengajarkan bahwa kematian datang tidak seorang pun yang dapat memperlambat atau mempercepatnya. Allah menyatakan bahwa kematian hanya terjadi dengan izin-Nya dan kapan saat kematian itu tiba telah ditentukan
6
waktunya oleh Allah. Dalam Islam, kematian adalah sebuah gerbang menuju kehidupan
abadi
(akhirat)
dimana
setiap
manusia
harus
mempertanggungjawabkan perbuatannya selama hidup didunia dihadapan Allah SWT. Kode etik kedokteran Islami yang disahkan oleh Konferensi Internasional Pengobatan Islam yang Pertama (The First International Conference of Islamic Medical) menyatakan bahwa: “Euthanasia aktif sama halnya dengan bunuh diri (tidak dibenarkan)” Sesuai dengan frman Allah: “Dan janganlahkamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah maha penyayang kepadamu.” Kesabaran dan ketabahan terhadap rasa sakit dan penderitaan sangat dihargai dan mendapat pahala yang besar dalam Islam. Sabda Rasulullah SAW, “Tidaklah menimpa kepada seseorang muslim suatu musibah, baik kesulitan, sakit, kesedihan, kesusahan maupun penyakit, bahkan dari yang menusuknya, kecuali Allah menghapuskan kesalahan atau dosanya dengan musibah yang dicobakannya itu.” (HR. Bukhari Muslim)
2.6 Beberapa Pendapat Ulama Tentang Euthanasia Diantara masalah yang sudah terkenal dikalangan Ulama syara’ ialah bahwa mengobati atau berobat dari penyakit tidak wajib hukumnya, pendapat ini dikemukakan menurut Jumhur Fuqaha dan Imam-Imam mazhab. Bahkan menurut mereka, mengobati atau berobat ini hanya segolongan kecil yang mewajibkannya. Sahabat-sahabat Imam syafi’i, Imam Ahmad dan sebagian Ulama menganggap bahwa mengobati itu sunnat. Para Ulama berbeda pendapat mengenai mana yang lebih utama. Berobat ataukah bersabar? Diantara mereka ada yang berpendapat bahwa bersabar (tidak berobat) itu lebih utama, berdasarkan hadits Ibnu Abbas yang diriwayatkan dalam kitab sahih dari seorang wanita yang ditimpa penyakit, wanita itu meminta kepada Nabi SAW agar mendoakannya, lalu beliau menjawab “Jika engkau mau bersabar (maka bersabarlah) engkau akan mendapat surga; jika engkau mau, maka saya doakan kepada Allah agar Dia menyembuhkanmu. Wanita itu menjawab aku akan bersabar. Sebenarnya saya tadi ingin dihilangkan penyakit 7
saja, oleh karena itu doakanlah kepada Allah agar saya tidak minta dihilangkan penyakit saya. Lalu Nabi mendoakan orang itu agar tidak meminta dihilangkan penyakitnya”. Dalam kaitan ini, Imam Abu Hamid Al-Ghazali membantah orang yang berpendapat bahwa tidak berobat itu lebih utama dalam keadaan apapun. Pendapat fuqaha yang lebih popular mengenai masalah berobat atau tidak bagi orang sakit adalah sebagian besar diantara mereka berpendapat mubah, sebagian kecil menganggapnya sunat, dan sebagian kecil lagi (lebih sedikit) berpendapat wajib. Jadi pendapat dari sejumlah fuqaha, para ahli (dokter) dan ahli fiqh lainnya memperbolehkan euthanasia pasif (negatif).
8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan Jadi pendapat dari sejumlah fuqaha, para ahli (dokter) dan ahli fiqh lainnya memperbolehkan euthanasia pasif (negatif) yaitu tindakan membiarkan pasien yang berada dalam keadaan tidak sadar (koma). Karena berdasarkan usulan medis sudah tidak ada harapan hidup (tidak ada tanda-tanda kehidupan) yang disebabkan karena rusaknya salah satu organ, tidak berfungsinya jantung dan lain-lain. Dengan kata lain tenaga medis tidak lagi melanjutkan bantuan atau menghentikan proses pengobatan..
3.2 Saran Menurut kami, euthanasia ini tidak boleh dilakukan, karena pada dasarnya Allah SWT yang dapat menunda dan menentukan kapan ajal datang pada umatnya. Kita sebagai umat muslim harus dapat bersikap sabar terhadap cobaan yaitu penderitaan terhadap penyakit yang dialami dan mintalah do’a sebanyaknya agar diberikan jalan yang terbaik kepada Allah SWT.
9
DAFTAR PUSTAKA
Ebrahim, Abdul Fadl Mohsin. 2001. ”Telaah Fiqh dan Biotika Islam”. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Diakses pada tanggal: 16 Maret 2015.Melalui: http://aul-al-ghifary.blogspo.com/2013/10/hukumeuthanasia-menurut-islam.html.
10