Etika Bisnis Dalam Islam Salah satu kajian dalam Islam adalah persoalan etika bisnis. Pengertian etika adalah a code or set of principles which people live (kaidah atau seperangkat prinsip yang mengatur hidup manusia). Etika adalah bagian dari filsafat yang membahas secara rasional dan kritis tentang nilai, norma, atau moralitas. Dengan emikian moral berbeda dengan etika. Norma adalah suatu pranata dan nilai mengenai baik dan buruk, sedangkan etika adalah refleksi kritis dan penjelasan rasional mengapa sesuatu itu baik dan buruk.1 Bagi seorang muslim kemapanan paradigma konvensional akal arti manusia sebagai ‘homo economicus` (pelaku ekonomi yang mencari keuntungan bagi dirinya tanpa mengindahkan kepentingan orang lain) tidak sepenuhnya sesuai dengan nilai-nilai etika Islam. Qur`an dan Hadist sebagai sumber adalah dengan menggabungkan antara kajian fiqih klasik dengan apa yang sudah dilahirkan dari konvensi pengalaman hidup manusia diluar islam. Titik sentral etika Islam adalah menentukan kebebasan manusia untuk bertindak dan bertanggung jawab karena kepercayaannya terhadap kemahakuasaan Tuhan. Hanya saja kebebasan itu tidaklah mutlak, dalam arti, kebebaan yang terbatas. Dengan kata lain, manusia akan mempertanggung jawabkan pilihanpilihan yang diambilnya dalam kapasitasnya sebagai individu. Perlu disadari bahwa manusia disamping sebagai makhluk individu, juga sebagai makhluk sosial (homo socius), yang berarti, ia tidak akan mampu bertahan hidup tanpa hidup bersama dan bantuan orang lain. Selain itu sebagai makhluk hidup ia membutuhkan sarana dan fasilitas untuk hidup yang banyak tersedia di alam lingkungannya. Fasilitas itu telah dipersiapkan oleh Tuhan sebagai karuna bagi manusia yang telah mendapat tugas sebagai wakil-Nya dibumi. 1. Kesatuan (Tauhud) Maksudnya adalah sumber utama etika adalah kepercayaan total dan murn terhadap kesatuan (keesaan) Tuhan. Kenyataan ini secara khusus menunjukan dimensi vertikal Islam yang menghubungkan institusi-institusi sosial yang terbatas dan tidak sempurna dengan Dzat yang sempurna dan tidak terbatas. 2. Keseimbangan/ kesejajaran (al-`Adl wa al-Ihsan) Berkaitan dengan konsep tauhid ang mewajibkan manusia agar percaya pada Dzat Yang Maha Tunggal, melakukan konsep al-`Adl wa al-Ihsan merupakan salah satu bagian ketundukan hanya kepada-Nya. Pada dataran ekonomi, konsep keseimbangan/kesejajaran menentukan konfigurasi aktivitasaktivitas distribusi, konsumsi serta produksi yang terbaik, dengan pemahaman yang jelas bahwa kebutuhan seluruh angota masyarakat yang kurang beruntung dalam masyarakat Isam didahulukan atas umber daya riil masyarakat. 3. Kehendak bebas ( Ikhtiyar-freewil) Dalam pandangan Islam, manusia dianugrahi potensi untuk berkehendak dan memilih di antara pilihan-pilihan yang beragam, kendati kebebasan itu tidak terbatas sebagaimana kebebasan yang dimiliki Tuhan. Dengan kehendak bebasnya yang relatif, manusia bisa saja menjatuhkan pilihan yang “benar” dan pada saat yang lain pada pilihan yang “salah”. Hanya saja, dalam islam, anugerah Tuhan bergantung pada pilihan awal manusia terhadap yang “benar”. Inilah dasar etika yang sangat dijunjung tinggi dalam Islam.2
1 2
Muhammad Djakfar,Etika Eisnis. Jakarta;Penebar plus+.2002.h,22-25.
4. Tanggung jawab (Fardh) Islam sangat menekankan pada konsep tanggung jawab, walaupun tidaklah berarti mengabaikan kebebasan individu. Ini berarti bahwa yang dikehendaki ajaran Islam adalah kebebasab yang bertanggung jawab. Manusia harus berani mempertanggungjawabkan segala pilihannya tidak saja dihadapan manusia, bahkan yang paling penting adalah kelak dihadapan Tuhan. Konsep tanggung jawab dalam islam, paling tidak karena dua aspek fundamental. 1) Tanggung jawab menyatu dengan kekhalifahan dimuka bumi. Dengan predikat yang disandangnya ini, manusia dapat melindungi kebebasannya sendiri dengan melaksanakan tanggung jawabnya terhadap orang lain, khususnya orang miskin dalam masyarakat. Dengan tidak menunaikan tanggung jawab dalam artian ini, tentu bertentangan dengan keimanan. 2)