Universal sesuai dengan Universalitas Agama Islam.
1. Setiap Pelaku Ekonomi Bertujuan untuk Mendapatkan Maslahah. Berdasarkan keperluan yang diinginkan secara konsisten namun setiap waktu mungkin pilihannya tersebut dapat berubah sesuai dengan kebutuhan yang ingin dicapainya atau yang lebih diperlukannya. Maka dari itu saya akan memberikan contoh kasus yang mengenai pembelian barang yang lebih diperlukan. Misalnya,saya dihadapkan pada 5 pilihan barang yang ingin saya beli, dan uang yang saya punya senilai Rp 350.000. Diketahui saya ingin membeli mungkena atau alat shalat dengan harga Rp 200.000 karena mungkena yang saya miliki sudah kekecilan. Lalu berkeinginan untuk membeli 2 sepatu dengan harga Rp 150.000 untuk bisa ganti-ganti sepatu. Setelah itu, saya juga ingin membeli 3 buku dengan harga Rp 300.000 karena ada tugas dan akan mengahadapi ujian akhir semester. Kemudian saya juga ingin membeli 4 baju gamis dengan harga Rp 350.000 untuk bisa ganti-ganti pakaian. Dan yang terakhir saya juga berkeinginan untuk membeli 5 kerudung dengan harga Rp 250.000 karena si penjual tersebut menjual kerudungnya dengan harga yang murah dan berhadiah. Berdasarkan hal tersebut, asumsi rasional yang menentukan contoh kasus tersebut adalah jumlah barang yang dibeli dan harga. Jika perbedaan harga tidak signifikan, maka jumlah barang yang dibeli merupakan faktor yang menentukan atau pilih jumlah barang yang sedikit walaupun harganya mahal. Kemudian, jika perbedaan harga lebih signifikan maka hargalah faktor yang menentukan atau pilih harga yang lebih murah walaupun jumlah barang yang dibeli banyak. Maka secara spesifik, saya merumuskan preferensinya sebagai berikut: 1. Jika perbedaan harga tidak signifikan, yakni < Rp 50.000, maka jumlah barang yang dibeli merupakan faktor yang menentukan. 2. Jika perbedaan harga signifikan, yakni ≥ Rp 50.000, maka harga merupakan faktor yang menentukan.
Di bawah ini adalah tabel untuk skor barang yang diinginkan, sebagai berikut: Nama Barang
Jumlah Yang Dibeli
Harga
1
Rp 200.000
2
Rp 150.000
3
Rp 300.000
4
Rp 350.000
Mungkena atau alat shalat
Sepatu
Buku Pelajaran
Baju Gamis
5
Rp 250.000
Kerudung
Berdasarkan tabel diatas, maka untuk alternatifnya sebagai berikut: Pilihan
Perbedaan
Faktor
Pilihan
Antara
Harga
Penentu
Saya
Mungkena & Sepatu
Rp 50.000
Sepatu & Buku
Rp 150.000
Pelajaran
Jumlah yang dibeli
Mungkena
& Baju
Rp 50.000
Buku Pelajaran
dibeli
Pelajaran
daripada Sepatu
Harga
Buku Pelajaran
Baju Rp 100.000
daripada Baju Gamis
Harga
Kerudung
daripada Baju Gamis
Kerudung
Mungkena
Buku Pelajaran
Kerudung
Kerudung
&
daripada Sepatu
Buku
Gamis
Gamis &
Mungkena
Jumlah yang
Buku Pelajaran
Preferensi
Rp 50.000
Jumlah Yang Dibeli
Mungkena Mungkena
daripada Kerudung
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat, bahwa apabila saya dihadapkan pada 5 barang yang diinginkan maka saya harus memilih yang sangat diperlukan pada saat itu agar tidak terjadinya pemubadziran. Sebagaimana dalam konsep rasionalitas
dalam ekonomi Islam tidak hanya didasarkan kepada pemuasan nilai guna (material) di dunia tetapi mempertimbangkan beberapa aspek atau aturan yang telah ditetapkan oleh syari’at Islam seperti usaha untuk mencapai falah yang bertujuan untuk mendapatkan maslahah. Dalam hal ini, setiap pelaku ekonomi selalu berusaha untuk tidak melakukan kemubadziran dan untuk mencapai suatu tujuan maka diperlukan suatu pengorbanan agar tidak menurunkan maslahah yang diterima. Dalam contoh kasus tersebut apabila saya dihadapkan pada 5 barang tadi, maka saya lebih memilih 3 buku pelajaran dibandingkan barang yang lain, karena saya lebih membutuhkannya sebab ada tugas perkuliahan dan akan ada ujian akhir semester yang mengharuskan untuk membelinya. Disisi lain, uang yang saya punya senilai Rp 350.000 dapat membeli buku tersebut. Dan disisi lain, juga dapat sisa uang belanja tersebut sehingga dapat saya tabungkan. Maka dapat disimpulkan, bahwa : 1. Apabila saya dihadapkan pada 2 pilihan barang antara “mungkena” dengan “sepatu”, maka saya lebih memilih “mungkena” untuk dibeli daripada “sepatu” karena mungkena yang saya miliki sudah kekecilan dan jumlah barang yang dibeli sedikit dibandingkan “sepatu”. 2. Apabila saya dihadapkan pada 2 pilihan barang antara “sepatu” dengan “buku pelajaran”, maka saya lebih memilih “buku pelajaran” untuk dibeli daripada “sepatu” karena saya lebih membutuhkannya sebab ada tugas perkuliahan dan akan ada ujian akhir semester yang mengharuskan untuk membelinya, dan jumlah barang yang dibeli juga banyak. 3. Apabila saya dihadapkan pada 2 pilihan barang antara “buku pelajaran” dengan “baju gamis”, maka saya lebih memilih “buku pelajaran” untuk dibeli daripada “baju gamis” karena saya lebih membutuhkannya sebab ada tugas perkuliahan dan akan ada ujian akhir semester yang mengharuskan untuk membelinya, perbedaan harga signifikan sebesar Rp 50.000. 4. Apabila saya dihadapkan pada 2 pilihan barang antara “baju gamis” dengan “kerudung” maka saya lebih memilih “kerudung” untuk dibeli daripada “baju gamis” karena harga nya yang murah dan berhadiah
dibandingkan baju gamis, perbedaan harga yang tidak signifikan sebesar Rp 100.000. Terakhir, 5. Apabila saya dihadapkan pada 2 pilahan barang antara “kerudung” dengan “mungkena” maka saya lebih memilih “mungkena” untuk dibeli daripada “kerudung” karena mungkena yang saya miliki sudah kekecilan dan jumlah barang yang dibeli sedikit dibandingkan “kerudung”.
2. Setiap Pelaku Ekonomi Selalu Berusaha untuk Tidak Melakukan Kemubaziran (Non-wasting) Setiap pelaku ekonomi selalu berusaha untuk tidak melakkan kemubaziran. Maka dari itu, saya akan memberikan contoh kasus yang mengenai pembelian gas elpiji 3 kg. Berdasarkan hal ini, saya telah menelusuri toko-toko yang menjual gas elpiji 3 kg namun beberapa toko tersebut berbeda-beda dalam menentukan harga. Misalnya, toko “Hasanah” menjual gas elpiji 3 kg dengan harga Rp 23.000 dengan jarak 3 km dari rumah dan ada jasa pengiriman + pemasangan gas. Kemudian toko “Barokah” diketahui menjual gas elpiji 3 kg dengan harga Rp 25.000 dengan jarak 1 km dari rumah dan si penjual adalah orang yang kenal saya akan tetapi tidak ada jasa pengiriman.. Selanjutnya toko “Khoiri” menjual gas elpiji 3 kg dengan harga Rp. 26.000 dengan jarak 400 meter dari rumah. Namun setelah itu, toko “anugerah” diketahui menjual gas elpiji 3 kg dengan harga Rp 27.000 dengan jarak 200 meter dari rumah. Dan yang terakhir toko “Elsa” diketahui menjual gas elpiji 3 kg dengan harga Rp 28.000 dengan jarak 50 meter dari rumah namun terbatasnya kesediaan barang. Maka dalam hal ini, asumsi rasional yang menentukan contoh kasus tersebut adalah harga dan jarak. Jika perbedaan harga tidak signifikan, maka jarak merupakan faktor yang menentukan atau pilih toko yang jaraknya lebih dekat dari rumah walaupun harga barangnya lebih mahal ketimbang yang lain. Kemudian, jika perbedaan harga lebih signifikan maka hargalah faktor yang menentukan atau pilih toko dengan harga barang yang lebih murah walaupun jaraknya jauh. Maka secara spesifik, saya merumuskan preferensinya sebagai berikut:
1. Jika perbedaan harga tidak signifikan, yakni < Rp 2000, maka jarak merupakan faktor yang menentukan. 2. Jika perbedaan harga signifikan, yakni ≥ Rp 2000, maka harga merupakan faktor yang menentukan. Di bawah ini adalah tabel untuk skor barang gas elpiji 3 kg, sebagai berikut: Nama Toko
Harga
Jarak
Hasanah
Rp 23.000
3 km
Barokah
Rp 25.000
1 km
Khoiri
Rp 26.000
400 m
anugerah
Rp 27.000
200 m
Elsa
Rp 28.000
50 m
Selanjutnya, untuk table alternatifnya, sebagai berikut: Pilihan
Perbedaan
Faktor
Pilihan
Antara
Harga
Penentu
Saya
Toko Hasanah & Barokah
Toko Barokah & Khoiri
Toko khoiri & Anugerah Toko Anugerah & Elsa Toko E & A
Rp 2000
Rp 1000
Rp 1000
Harga
Harga
Jarak
Toko Hasanah
Toko Barokah
Toko Anugerah
Rp 1000
Jarak
Toko Elsa
Rp 5000
Harga
Toko A
Preferensi Hasanah daripada Barokah Barokah daripada Khoiri Anugerah daripada Khoiri Elsa daripada Anugerah Hasanah daripada Elsa
Berdasarkan tabel-tebel diatas, dapat disimpulkan bahwa apabila dihadapkan beberapa pilihan saya lebih memilih menggunakan konsep asumsi rasional dalam perspektif islam karena dalam konsep tersebut rasionalitas kepentingan pribadi itu tidak hanya mengejar atau meraih keuntungan pribadi namun juga memberikan kemaslahatan atau kebaikan pada diri sendiri maupun orang banyak. Oleh karena itu, saya memiliki sifat transitivitas atau konsisten dalam menentukan beberapa pilihan seperti contoh kasus tersebut. Saya lebih memilih toko “Hasanah” karena harga barangnya yang murah dan memilki jasa pengiriman + jasa pemasangan gas tersebut. Jasa pemasangan gas yang dilakukan oleh ahlinya ini dapat menghidari kekhawatiran terhadap terjadinya kerusakan atau bocorannya gas dan dapat juga menghidari musibah kebakaran yang bisa mengakibatkan orang lain ketakutan akan itu, maka dari itu saya lebih memilih harga yang murah walaupun jaraknya yang jauh namun jasa pengiriman + jasa pemasangan gas ada. Sehingga demi kemaslahatan saya lebih memilih yang ada jasa pemasangan gas agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Kemudian disisi lain, jarak toko “Hasanah” lebih jauh ketimbang dengan jarak toko “Barokah”, “Khoiri”, “Anugerah”, ataupun toko “Elsa”. 1. Jika saya dihadapkan pada pilihan toko “Hasanah” dengang toko “Barokah” maka saya akan lebih memilih toko “Hasanah” daripada toko “Barokah” karena toko “Hasanah” harganya lebih murah dan memiliki jasa pengiriman + jasa pemasangan walaupun jaraknya jauh, dibandingkan toko “barokah” yang memiliki harga lebih mahal dari toko “Hasanah”. 2. Jika saya dihadapkan pada pilihan toko “Barokah” dengan toko “Khoiri” maka saya akan lebih memilih toko “Barokah” daripada toko “Khoiri” karena toko “Barokah” adalah orang yang saya kenal dan jika ada kecacatan pada gas saya dapat mengembalikannya dan harganya pun lebih murah daripada toko “Khoiri”.. 3. Jika saya dihadapkan pada pilihan toko “Khoiri” dengan toko “Anugerah” maka saya akan lebih memilih toko “Anugerah” karena jaraknya yang lebih dekat daripada toko “Khoiri” dan perbedaan harga yang tidak signifikan sebesar Rp 1000.
4. Jika saya dihadapkan pada pilihan toko “Anugerah” dengan toko “Elsa”, maka saya lebih memilih toko “Elsa” daripada toko “Anugerah” karena jaraknya yang lebih dekat daripada toko “Anugerah” dan perbedaan harga yang tidak signifikan sebesar Rp 1000. 5. Jika saya dihadapkan pada pilihan antara toko “Elsa” dengan toko “Hasanah”, maka saya lebih memilih toko “Hasanah” daripada toko “Elsa” karena toko “Hasanah” harganya lebih murah dan memiliki jasa pengiriman + jasa pemasangan walaupun jaraknya jauh, dibandingkan toko “Elsa” yang harganya cukup terjangkau namun jaraknya yang dekat tapi memiliki keterbatasan barang.
3.
Setiap Pelaku Ekonomi Selalu Berusaha untuk Meminimumkan Resiko (Risk Aversion) Setiap pelaku ekonomi selalu berusaha untuk meminimalkan resiko. Maka dari
itu, saya akan memberikan contoh ksus yang mengenai pembelian peralatan dapur dari kaca. Namun beberapa kota berbeda dalam menentukan harga. Misalnya di kota “A” menjual peralatan dapur dari kaca seharga Rp.1.000.000 dengan jarak 300 km dengan bergaransi. Kemudian di kota “B” menjual peralatan dapur dari kaca seharga Rp.1.200.000 dengan jarak 150 km dan si penjual adalah teman baik saya akan tetapi tidak ada bergaransi. Selanjutnya, di kota “C” menjual peralatan dapur dengan harga Rp.1.700.000 dengan jarak 120km. Setelah itu, di kota “D” menjual peralatan dapur dari kaca seharga Rp.1.900.000 dengan jarak 100km. Dan yang terakhir di kota “E” menjual peralatan dapur dari kaca seharga 2.500.000 dengan jarak 90 km, namun seringkali barang yang ada di.kota itu tidak banyak variasi. Maka dalam hal ini, asumsi rasional yang menentukan contoh kasus tersebut adalah harga dan jarak. Jika perbedaan harga tidak signifikan, maka jarak merupakan faktor yang menentukan atau pilih kota yang jaraknya lebih dekat dari rumah walaupun harga barangnya lebih mahal ketimbang yang lain. Kemudian, jika perbedaan harga lebih signifikan maka hargalah faktor yang menentukan atau pilih kota dengan harga barang yang lebih murah walaupun jaraknya jauh. Maka secara spesifik, saya merumuskan preferensinya sebagai berikut: 1. Jika perbedaan harga tidak signifikan, yakni < Rp 2000, maka jarak merupakan faktor yang menentukan.
2. Jika perbedaan harga signifikan, yakni ≥ Rp 2000, maka harga merupakan faktor yang menentukan. Dibawah ini adalah tabel untuk skor barang peralatan dapur dari kaca, sebagai berikut : Nama Kota
Harga
Jarak
A
Rp.1.000.000
300 km
B
Rp.1.200.000
150 km
C
Rp.1.700.000
120 km
D
Rp.1.900.000
100 km
E
Rp.2.000.000
90 km
Selanjutnta, untuk table alternatifnya sebagai berikut :
Pilihan
Perbedaan
Faktor
Pilihan
Antara
Harga
Penentu
Saya
Toko A & B
Rp 300.000
Harga
Toko A
A daripada B
Toko B & C
Rp 200.000
Harga
Toko B
B daripada C
Toko C & D
Rp 200.000
Jarak
Toko D
D daripada C
Toko D & E
Rp 100.000
Jarak
Toko E
E daripada D
Toko E & A
Rp 1000.000
Harga
Toko A
A daripada E
Preferensi
Berdasarkan tabel-tebel diatas, dapat disimpulkan bahwa apabila dihadapkan beberapa pilihan saya lebih memilih menggunakan konsep asumsi rasional dalam perspektif islam karena dalam konsep tersebut rasionalitas kepentingan pribadi itu tidak hanya mengejar atau meraih keuntungan pribadi namun juga memberikan
kemaslahatan atau kebaikan pada diri sendiri maupun orang banyak. Oleh karena itu, saya memiliki sifat transitivitas atau konsisten dalam menentukan beberapa pilihan seperti contoh kasus tersebut. Saya lebih memilih toko “A” karena harga barangnya yang murah dan memilki garansi penjualan dapat menghindari kekhawatiran terhadap terjadinya kerusakan.