Esai Tema Berfikir Kritis.docx

  • Uploaded by: Dwi Sakti Putra
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Esai Tema Berfikir Kritis.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,324
  • Pages: 5
HARMONISASI AKAL DAN QALBU DI KALANGAN MAHASISWA Dwi Sakti Putra Jurusan Teknik Mesin Nim. 17067038

Jangan malu jadi mahasiswa melankolis! Mahasiswa melankolis (menjalankan akal dan qalbunya secara harmonis) merupakan mahasiswa yang memang pantas disebut Maha-Siswa. yang namanya Maha-Siswa itu sudah pasti menduduki tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa. Mereka lebih unggul baik dari segi IQ, EQ maupun SQ (seharusnya) dari siswa-siswa yang masih dibimbing guru dan orang tua untuk berbuat sesuatu. Berbeda dengan siswa, Mahasiswa memiliki wawasan yang jauh lebih luas, baik itu yang ia peroleh lewat dosen, lingkungan sekitar kampus maupun pengalamanpengalaman dalam dan luar organisasi. Karenanya meraih gelar sebagai mahasiswa adalah suatu kebanggaan tersendiri. Akan tetapi meraih gelar sebagai mahasiswa tidak sebatas gelar kebanggaan saja, ada tantangan dan rintangan yang harus dilalui. Karena apa? Karena mahasiswa adalah agen of change yang memiliki tanggung jawab besar terhadap perubahan dunia, bangsa dan Negara. Dengan gelar Maha-siswanya itulah mereka diharapkan mampu menyelaikan masalah di kalangan masyarakat nantinya. Tidak hanya itu mahasiswa juga diharapkan mampu melahirkan inovasi-inovasi baru khususnya dibidang pendidikan. Dunia kampus merupakan dunia dimana mahasiswa dengan bebas memilih jalan yang ia mau, disinilah mahasiswa itu dituntut untuk bertanggungjawab terhadap hidupnya sendiri berupa pertaanggungjawaban perilaku-perilaku yang mereka lakukan. Tidak hanya pertanggungjawaban individual, mahasiswa juga dituntut untuk bertanggung jawab terhadap masyarakat. Mahasiswa yang nantinya terjun ke masyarakat, menyelesaikan masalah-masalah yang ada di masyarakat. Namun kebanyakan mahasiswa tak menyadari hal itu, mereka hanya menganggap pertanggungjawaban hanya untuk dirinya sendiri tidak untuk masyarakat. Mereka bukannya memecahkan masalah yang ada di sekitar masyarakat, justru mereka

menambah masalah di masyarakat. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengasahan spiritual terhadap diri mahasiswa. Paradigma yang salah dikalangan mahasiswa dewasa ini telah merubah mahasiswa-mahasiswa Indonesia berperilaku justru jauh di bawah perilaku siswa. ironisnya, perilaku-perilaku buruk itu timbul di sekitaran kampus-kampus Islam. Mahasiswa kebanyakan berfikir bahwa mahasiswa itu adalah mereka yang berfikir kritis, cerdas memiliki wawasan yang luas atau mereka yang memiliki intelektualitas tinggi. Inilah yang menyebabkan lahirnya mahasiswa-mahasiswa yang liberal, menganggap segala sesuatu itu bisa diselesaikan dengan berfikir, berfikir dan berfikir. Paradigma salah lainnya yang sering kali dilakukan adalah paradigma yang menganggap bahwa mahasiswa itu adalah mereka yang berani, membuat gerakangerakan baru dengan memberontak terhadap keputusan yang berlaku. Hal inilah yang menyebabkan sering terjadinya demo di sekitar kampus. Kebanyakan mahasiswa berfikir mereka hebat, karena berani menentang keputusan pihak kampus, mereka berani memberontak dengan membuat keributan, bahkan mereka membenarkan perilaku mereka tersebut. Demo yang rusuh itu mereka anggap sebagai bentuk keberanian mereka, padahal semua itu tergolong perilaku yang tidak baik. Hal ini juga yang “melebeli” mahasiswa itu tukang demo yang akhirnya paradigma ini turun temurun ke generasi-generasi berikutnya. Dengan begitu mahasiswa tidak lagi lagi menjadi agent of change tetapi agent of demo, hebat bukan? Mengapa semua hal di atas terjadi? Mengapa mahasiswa saat ini telah lari dari tanggung jawab mereka sebagai agent of change serta sebagai insan kamil?. Mahasiswa

sudah

tidak

lagi

memperdulikan

tujuan

tuntutan-tuntutan

pertanggungjawaban tetapi mereka sibuk dengan tuntutan akal yang terus mencari-cari cara agar mereka (mahasiswa) terpandang hebat. Banyak sekali mahasiswa-mahasiwa khususnya mahasiswa muslim yang tak lagi mau tahu tentang nasib agama mereka. Mengapa semua hal ini terjadi? Bahkan hal ini terjadi pada mahasiswa dikalangan muslim, yang seharusnya menjadi contoh yang baik untuk orang lain, yang seharusnya menciptakan kedamaian bukan kerusuhan.

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, perlu diketahui bahwa manusia pada dasarnya terbagi menjadi dua dimensi, yakni dminesi fisik dan non-fisik. Dimensi fisik meliputi seluruh alat indera manusia atau yang berhubungan dengan jasmani. Sedangkan dimensi non-fisik atau non materi yang meliputi akal, qalbu (hati) dan nafs. Yang mana kedua dimensi ini saling mempengaruhi satu sama lain. Akal (al-‘aqlu) adalah pemikiran manusia yang bersifat radikal dan selalu mencari-cari kebenaran, dengan instrumen otak. Hati (Al-qalbu) adalah hati yang paling dalam dan cenderung merujuk kepada kebenaran. Dan Nafs (Al-nafs) berupa pengendalian diri. Ketiga hal ini adalah dimensi ruh manusia yang berperan penting terhadap timbulnya perilaku-perilaku dari manusia itu sendiri baik itu perilaku yang benar ataupun salah. Ketiga hal di atas adalah potensi-potensi ruhiyah manusia yang ada sejak manusia lahir, hal ini dikemukakan dalam Al-Qur’an surah An-Nahl ayat 78 yang artinya: “dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur” Dari ayat tersebut jelaslah bahwa Allah telah menanamkan potensi jasmani dan ruhiyah manusia sejak ia lahir. Dan Allah memerintahkan manusia agar bersyukur dengan kemampuan-kemampuan yang telah diberikan Allah kepada manusia. Ketiga aspek ruhiyah (akal, hati dan nafs) haruslah dijalankan secara harmonis dan sesuai porsinya masing-masing, tidak boleh memberatkan pada satu titik saja tetapi harus seimbang antara penggunaan akal, hati maupun nafs. Ketika akal berfikir mencari suatu keberanan maka hati menunjukkan suatu kebenaran yang pada akhirnya nafs mewujudkan tindakan-tindakan terpuji. Ketika ketiganya berjalan seimbang maka terbentuklah manusia yang insan kamil yang diharapkan oleh Islam. Allah memerintahkan manusia untuk menggunakan fikirannya agar bisa menganalisa penciptaan Allah. Allah juga memerintahkan manusia menggunakan hatinya untuk bisa meneguhkan kebenaran yang ada. Itulah sebabnya akal dan hati bak rantai yang saling terkait dan berjalan beriringan, tidak dapat dipisahkan dan

tidak dapat dilebihkan salah satu di antara keduanya. Apabila akal dan hati dipisahkan atau dilebihkan salah satu di antaranya maka kehidupan manusia tidak akan berjalan dengan semestinya, akan ada hal-hal buruk yang tidak diinginkan terjadi. Saat fikiran manusia berjalan sendiri tanpa menggunakan hati, maka lahirlah manusia-manusia bermazhab liberal yang mengedepankan logika dan berujung pada perilaku-perilaku yang tidak menyukai kebenaran hakiki, contohnya kebenaran Al-Qur’an. Ketika hati berjalan sendiri tanpa menggunakan akal, maka lahirlah manusia-manusia lemah yang gampang terpedaya tipu muslihat lawan. Kembali lagi ke pertanyaan awal mengapa hal-hal buruk terjadi di kalangan mahasiwa khususnya mahasiswa muslim yang belajar di Universitas Islam? Maka jawabannya adalah tidak sesuainya penjalanan fikiran (akal) dan hati (qalbu). Kebanyakan mahasiswa hanya mengedepankan intelektual saja atau sekedar menggunakan akal mereka tanpa menggunakan hati sebagai pengiringnya. Seperti yang sudah dikatakan di awal bahwa mahasiswa berparadigma salah menganggap bahwa sebagai seorang mahasiswa harus berintelektualitas tinggi, mampu berfikir kritis dan berani, namun tanpa didasari dorongan qalbu yang menuntun mereka untuk menghasilkan perilaku-perilaku yang baik. Dengan lahirnya mahasiswa-mahasiswa yang memiliki intelektualitas, unggul dalam aspek kognitif, membuat mereka berperilaku sesuai dengan apa yang mereka fikirkan. Ketidak harmonisasian akal dan hati ini telah menjadikan mahasiswa muslim saat ini sangat gampang dipengaruhi oleh kaum-kaum liberalis yang menuntut mereka untuk bertindak dengan fikiran dan menyalahkan kebenaran yang hakiki yaitu Al-Qur’an yang sebenarnya merupakan pedoman hidup selurus umat manusia bukan hanya ummat muslim saja. Kebenaran yang sudah mutlak bahkan abadi sepanjang hayat ini, oleh kalangan mahasiswa pemikir hanya sebatas ayat yang bisa dilogikakan secara gamblang, yang pada akhirnya menghasilkan perilaku-perilaku menyimpang. Sekali lagi ketidakharmonisan antara akal dan hati dikalangan mahasiswa muslim telah menjerumuskan mereka untuk membenci satu sama lain, bahkan memusuhi muslim lainnya. Menciptakan kerusuhan disekitar kampus yang seharusnya

mendamaikan. Lihatlah mereka yang bersorak-sorak ketika mahasiswa lain belajar, apakah mereka sudah mengaharmonisasikan akal dan hatinya? Tidak! Sekali lagi ditekankan bahwa orang yang menjalankan akal dan hatinya secara beriringan akan berperilaku baik. Ketika akalnya mengatakan bahwa tindakan salah itu benar, maka hati memutuskan bahwa tindakan salah itu tetap salah. Untuk itu perlu sekali dikalangan mahasiswa muslim agar mengharmonisasikan akal dan hatinya, guna tercipta kedamaian tidak hanya disekitar kampus tetapi juga dilingkungan masyarakat. Ketika mahasiswa ingin bertindak gunakanlah akal dan hati, ketika akal menjudge, tanyakan hati, benar ataukah salah dengan begitu tidak akan lagi ada kerusuhan disekitaran kampus yang mencemaskan warga kampus. Atau penolakan-penolakan terhadap kebenaran-kebenaran sejati tidak akan terjadi lagi. Sehingga mahasiswa muslim bisa benar-benar menjadi agent of change dan insan kamil, yang nantinya memajukan kembali peradaban Islam di masa depan. Serta menjadikan mahasiswa yang berguna untuk orang lain yang memiliki kepribadian sehat. Indah bukan? Jangan malu jadi mahasiswa melankolis (menjalankan akal dan qalbu secara harmonis)! Karena mahasiswa yang mampu menyeimbangkan kedua hal tersebut adalah mahasiswa yang unggul, hebat dan tangguh. Jangan menjadi mahasiswa lemah yang hanya bisa menjalankan 1 saja potensi ruhiyahnya, yang bisa di pengaruhi oleh paradigmaparadigma salah yang ujung-ujungnya merusak pemikiran dan perbuatan mahasiswa itu sendiri.

# Salam Satu Perjuangan # Berkarya untuk Bangsa # Membangun Indonesia Lewat Karya # Welcome Kabinet Berirama

Related Documents

Esai
June 2020 21
Kemahiran Berfikir
December 2019 45
Esai Pb.docx
December 2019 30
Esai Industri
May 2020 33
Esai Dy.docx
May 2020 29

More Documents from "Dyah Amrita Prasanti"