KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah tentang “EKONOMI POLITIK STRUKTURALISME DAN DEPENDENSIA” dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan kami ucapkan terima kasih kepada Bapak ZULHAM BA.,MA yang telah membimbing dan memberikan tugas ini. Kami sangat berharap dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat untuk memberikan pembelajaraan yang bermanfaat kepada para pembaca khususnya bagi kelmpok kami sendri. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan makalah kami dimasa yang akan datang. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua. kami yakin dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan, Saran dan kritik dari pembaca sangat kami butuhkan untuk memperbaiki makalah ini nantinya. Bukit Indah 06 Oktober 2018 Penyusun,
Kelompok 9
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 1 DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2 BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 3 1.1
Latar Belakang ......................................................................................... 3
1.2
Rumusan Masalah .................................................................................... 4
1.3
Tujuan Penulisan ...................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 5 2.1.
Deifinisi Ekonomi Politik Radikal ........................................................... 5
2.2.
Ekonomi Politik Strukturalisme ............................................................... 5
2.3.
Ekonomi Politik Pendekatan Dependensia ............................................. 10
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 15 3.1
Kesimpulan ............................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16
2
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dilihat dari latar belakang sejarah, negara negara Amerika Latin tidak begitu berbeda dengan negara Amerika Serikat, sebab keduanya merupakan koloni dari negara negara Eropa Barat. Bedanya kalau Amerika Serikat lebih di dominasi oleh Inggris, Perancis, Italia,dan Jerman sedangkan negara Amerika Latin lebih di dominasi oleh bangsa Spanyol dan Portugis. Setelah Amerika Serikat memerdekan diri dari negara negarainduknya pada akhir abad ke 18, negara negara Amerika Latin pada awal abad ke 19. Yang menjadi pertanyaan mengapa negara Amerika Latin relatif terbelakang dibanding Amerika Serikat. Persepsi awal tentang keterbelakangan yang dialami negara negara Amerika Latin lebih disebabkan oleh faktor kelemahan diri, seperti kemalasan, kesedihan dan keangkuhan.Selanjutnya kecenderungan dari yang semula menyalahkan diri sendiri berubah dengan mencari penyebab dari faktor luar. Kebetulan mereka menemukan kambing hitam, bahwa terbelakangnya negara negara Amerika Latin karena sudah sejak lama dieksploitasi oleh negara negara industri maju terutama oleh Amerika Serikat. Untuk
mencari
faktor
faktor
yang
menyebabkan
terbelakangnya
perekonomian negara negara Amerika Latin, sesudah perang dunia II, Komisi Ekonomi PBB untuk Amerika Latin disingkat ECLA (sekarang ECLAC) melakukan serangkaian penelitian. Penelitian ini dipimpin oleh seorang ahli ekonomi dari Argentina, Prebisch. Terungkap bahwa perkembangan di Amerika Latin yang sejak abad ke 19 telah mengekspor produk produk primer berupa bahan baku dan makanan ke negara maju, ternyata mempunyai hubungan yang sangat erat dengan perkembangan yang terjadi di Barat. Prebisch melihat ada hubungan yang tidak menguntungkan bagi negara negara berkembang untuk bekerja sama dengan negara maju. Negara berkembang
3
dipaksa menghasilkan komoditas primer untuk diekspor,yang cenderung lebih menguntungkan negara pengimpor. Hal ini terjadi karena pasar untuk komoditas komoditas primer sangat kompetitif, dan harga lebih ditentukan pembeli. Semua yang diproduk negara berkembang mempunyai nilai harga yang rendah. Kemudian diolah negara maju dan dibeli dengan harga tinggi sehingga produsen negara maju memperoleh keuntungan monopoli. Menurut teori ekonomi konvensional Klasik maupun Neoklasik, tiap negara harus fokus menghasilkan barang barang yang biaya produksinya rendah jika dihasilkan di dalam negeri dan mengekspor surplus produksi keluar negeri,dan sebaliknya. Sesuai prinsip keunggulan absolut dan komparatif yang dikembangkan kaum klasik kedua negara yang terlibat perdagangan bebas akan menguntungkan. Namun apa yang dialami oleh negara Amerika Latin sungguh berbeda dengan teori tersebut akibatnya hubungan dagang menimbulkan banyak persoalan, karena memposisikan negara berkembang pada keterbelakangan dan ketergantungan.
1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah yang dimaksud ekonomi politik Radikal? 2. Bagaimanakah pendekatan ekonomi politik strukturalisme? 3. Bagaimanakah pendekatan ekonomi politik Dependensia?
1.3 Tujuan Penulisan 1. Agar Mengetahui yang dimaksud ekonomi politik Radikal? 2. Mengetahui pendekatan ekonomi politik strukturalisme? 3. Mengetahui pendekatan ekonomi politik Dependensia?
4
BAB II PEMBAHASAN 2.1. Deifinisi Ekonomi Politik Radikal Hasil penelitian ECLA yang dipimpin Prebisch membawa dampak dengan muncul berbagai kritik terhadap teori teori yang berasal dari Barat, yang paling terasa di negara Amerika Latin. Kritik kritik tersebut kemudian membawa paradigma
baru
ekonomi
politik
radikal,
yang
mencakup
pendekatan
strukturalisme dan Dependensia. Kelompok radikal di Amerika Latin yang dipermasalahkan tentang keterbelakangan dan yang dibahas adalah berbagai faktor yang menyebabkan keterbelakangan dan ketergantungan yang dialami Amerika Latin. Dalam
kelompok
strukturalisme
memanfaatkan
perjuangan
kelas
internasional antara para pemilik modal dan kaum buruh. Untuk memperbaiki nasib dan kedudukan mereka, kaum buruh dunia perlu mengambil inisiatif untuk mengembangkan kekuasaan golongan kelas pemerintah yang hanya menjadi alat dari pusat metropolitan. Sedangkan teori dependensia menganut aliran Non Marxis, kelompok ini lebih melihat ketergantungan dari perspektifnasional dengan melihat keadaan di dalam dan di luar negara. Stuktur dan kondisi internsebagai faktor endogen, walau struktur intern ini baik di masa lalu maupun sekarang dipengaruhi oleh faktor faktor eksternal. Kelompok Non Marxis lebih melihat masalah nasional yang perlu diperhatikan adalah bangsa rakyat yang terhimpun dalam suatu wilayah.
2.2. Ekonomi Politik Strukturalisme Perspektif ini berkembang dari pemikiran para pengkritik liberalisme. Perspektif strukturalis berkembang sebagai reaksi terhadap meluasnya liberalisme di abad 19. Aliran strukturalis telah banyak mempengaruhi berbagai tafsiran historis tentang masalah masalah yang dihadapi oleh negara Amerika Latin. Pertama struktur perdagangan luar negeri Amerika Latin yang hanya berperan sebagai pengekspor komoditas bahan mentah ke negara maju. Kedua, dalam
5
pertanian disebabkan struktu kepemilikan dan penguasaan tanah, perilaku non ekonomis yang memiliki lahan luas untuk gengsi sosial untuk melindungi diri dari inflasi. Ketiga, pendapatan yang timpang kekayaan dan kekuasaan politik golongan elit akan menghambat mobilitas sosial (Thee Kian Wie, 1987). Menurut Swasono (2003), strukturalis adalah paham yang menolak ketimpangan-ketimpangan structural sebagai sumber ketidak adilan social ekonomi, sebagaimana dianut oleh neoklasik yang dilandaskan pada prinsip kepentingan pribadi, mekanisme pasar bebas, persaingan ketat, dan pengutamaan pertumbuhan pemerataan. Strukturalisme beroirentasi pada strukturisasi dan restrukturisasi ekonomi disertaiu intervensi dan pengontrolan mekanisme pasar sehingga tidak saja menghasilkan nilai tambah ekonomi, tetapi juga nilai tambah sosiokultural yang menjangkau makna partisipasi danemansipasi kemartabatan. Kaum strukturalis pada umumnya menolak mekanisme pasar, karena mereka menilai mekanisme pasar bebas tersebut secara inheren cenderung menimbulkan ketidak adilan social ekonomi.. Selain menolak pasar bebas, kaum strukturalis juga menolak teori invisible hand yang dikemukakan oleh kaum neoklasik. Bagi kaum strukturalis, ekonomi pasar bebas dunia lebih banyak menimbulkan
kemiskinan
daripada
kemakmuran,
meningkatkan
angka
pendapatan daripada penciptaan lapangan kerja, menimbulkan ketimpangan dibanding
pemerataan,
mengakibatkan
ketidakpastian
daripada
stabilitas,
mengakibatkan kerusakan budaya ketimbang kemajuan. Kaum strukturalis banyak mengejek ekonomi pasar bebas Neoklasik dan Neoliberalisme serta globalisasi capital, produksi, dan perdagangan. Sayang, mereka tidak (belum) mampu menyusun sibulus dan materi secara rapi untuk diajarkan di kelas seperti yang sudah dikembangkan oleh pakar-pakar ekonomi neoklasik. Ini yang menyebabkan pandangan mereka kurang diperhatikan, dan makin lama makin diabaikan.
6
Sedangkan menurut Swasono (2003) berpendapat bahwa strukturalisme paham yang menolak ketimpangan struktural sebagai sumber ketidakadilan soaial ekonomi. Pengikut aliran strukturalis berusaha mengungkapkan sekaligus mengusut ketimpangan ketimpangan struktural yang diakibatkan pemusatan penguasaan dan pemilikan aset ekonomi, ketimpangan distribusi pendapatan, roduksi dan kesempatan ekonomi. Kaum strukturalis menolak mekanisme pasar bebas karena mereka menilai ketidakadilan soaial ekonomi yang korbannya golongan kelas bawah.
Mekanisme pasar diartikan suatu mekanisme dimana kelompok masyarakat yang tidak cukup memiliki tenaga beli akan tersisih oleh arus pasar. Pasar bebas tidak mampu mengatasi ketimpangan struktural justru mendorong ketimpangan struktural serta memperenggang persatuan nasional. Dari ajaran Neo klasik percaya bahwa kompetisi akan membawa masyarakat pada kemakmuran dari pada kerjasama, namun kaum strukturalis lebih mengutamakan kerjasama. Bagi kaum strukturalis ekonomi pasar bebas dunia lebih banyak menimbulkan kemiskinan dari pada kemakmuran, meningkatkan angka pengangguran dari pada menciptakan lapangan kerja, menimbulkan ketimpangan dari pada pemerataan. Pendukung strukturalis sepakat bahwa internasionalisasi kapital, produksi dan perdagangan bebas hanya akan memberdayakan (ekonomi dan politik) kelompok kaya dan daya beli tinggi serta menyengsarakan kaum golongan bawah. Kaum struktural membuat beberapa asumsi berikut. Pertama, bahwa kelas sosial (kelas transnasional menurut neo Marxis) adalah aktor dominan dalam ekonomi politik dan merupakan unit analisis pokok. Dalam masyarakat kapitalis, kelas kapitalislah yang menentukan kebijaksanaan publik termasuk politik luar negeri. Kedua, bahwa kelas-kelas itu bertindak berdasar kepentingan materiil mereka. Seperti halnya kaum liberal yang menganggap bahwa individu bertindak secara rasional demi memaksimalkan perolehan, kaum struktural berasumsi bahwa masing-masing kelas sosial itu bertindak demi memaksimalkan kemakmuran ekonomi kelasnya secara keseluruhan. Ketiga, bahwa basis dari ekonomi kapitalis adalah eksploitasi kelas buruh oleh kelas kapitalis.
7
Analisis Marx mulai dari nilai berdasar tenaga kerja yang menyatakan bahwa nilai suatu produk ditentukan oleh jumlah tenaga kerja di masa lalu dan di masa kini yang dipergunakan untuk menghasilkannya. Marx percaya bahwa di bawah kapitalisme nilai suatu produk bisa dipilih kedalam tiga komponen : “Kapital konstan”, yaitu hasil tenaga kerja di masa lalu yang mewujud dalam pabrik dan peralatan atau bahan dasar yang diperlukan untuk menghasilkan bahan dasar itu ;”capital variable”, yaitu upah yang dibayarkan untuk tenaga kerja masa kini untuk menghasilkan barang itu dan nilai lebih yang didefinisikan sebagai keuntungan, dan bunga uang yang diambil atau dibayarkan kepada kapitalis. Pengambilan nilai lebih oleh kapitalis itu, menurut Marx membuat buruh tidak bisa memperoleh hasil kerjanya sepenuhnya. Asumsi ketiga ini menyebabkan kaum strukturalis itu berkesimpulan bahwa ekonomi politik bersifat konfliktual, karena hubungan antara kapitalis dengan buruh itu pada dasarnya antagonistik. Nilai lebih itu bukan hak sah bagi kapitalis karena infestasinya tetapi dirampas dari kaum buruh. Karena sarana produksi dikendalikan oleh suatu minoritas dalam masyarakat, yaitu kaum kapitalis, kaum buruh tidak dapat genjatan yang jadi haknya sepenuhnya dan dengan demikian konflik antar kelas akan terjadi karena eksploitasi ini. Bagi Marxis, hubungan antara kaum kapitalis dengan kaum buruh bersifat zero-sum, yaitu keuntungan yang diperoleh kapitalis berarti kerugian bagi kaum buruh, begitupun sebaliknya. Sementara Marx terutama menulis tentang ekonomi politik domestik, atau dinamika dan bentuk perubahan ekonomi di dalam satu Negara, Lenin memperluas gagasan Marx ke bidang ekonomi politik internasional untuk menjelaskan terjadinya imperialisme dan perang. Menurut argument Lenin, imperialisme bersifat endemik dalam kapitalisme modern. Ketika kapitalisme merosot di Negara maju, kaum kapitalis berusaha memecahkan masalah itu dengan mengekspor modalnya keluar negeri. Karena modal ini memerlukan perlindungan menghadapi persaingan dari pesaing lokal maupun dari luar negeri,
8
pemerintah akan mambantu melindungi kepentingan para investornya yang beroperasi di luar negeri itu dengan cara menjajah dan menciptakan koloni itu mulai menyempit, negara-negara kapitalis itu akan bersaing satu sama lain untuk menguasai wilayah-wilayah itu dan
karena itu pada akhirnya perang antara
negara-negara kapitalis akan terjadi. Namun, sejak pertengahan 1960an muncul beberapa pemikir Marxis yang memperbaiki teori Lenin, seperti Paul Baran, Andre Gunder Frank, dan Immanuel Wallerstein. Menurut kelompok yang kemudian dikenal sebagai Neo-Marxis ini, sekarang kaum kapitalis telah menjadi kosmopolitan atau transnasional, berkepentingan dengan kecenderungan global dan sedikit sekali ikatannya dengan pemerintah-pemerintah negara asal mereka. Akibatnya adalah munculnya sebuah kelas kapitalis internasional. Menurut perspektif Neo-Marxis yang transnasionalis ini, hubungan antar kapitalis yang berasal dari negara manapun sekarang semakin harmonis. Sementara Lenin percaya bahwa konflik antar kapitalis dari berbagai Negara dan konflik antara kapitalis dengan kaum buruh akan berlangsung terus, kaum Neo-Marxis transnasionalis menganggap bahwa pertikaian antar kapitalis dari berbagai negara itu telah mereda dan semakin hilang. Yang tinggal dalam politik dunia adalah konflik antara kapitalis dan buruh. Demikianlah pemikiran struktural, Marxis maupun Neo-Marxis, mencoba memperbaiki kesalahan pemikiran liberal. Namun perspektif struktural ini juga tidak terhindar dari kelemahan. Pertama, pemikiran struktural terlalu menekankan kelas sebagai variabel penyebab kegiatan ekonomi. Teoritisi Marx beranggapan seolah-olah di NKB terdapat suatu unit politik tunggal, yang didominasi oleh kelas kapitalis dan didukung oleh PMN maupun pemerintah NIM. Kedua, argumen struktural seringkali juga nampak tidak realistik. Misalnya, anjurannya agar NKB menarik diri dari kegiatan perdagangan internasional. Dinamika hubungan internasional masa kini tidak memungkinkan suatu Negara mengisolasi diri dari kegiatan ekonomi dunia.
9
Terutama sekali bagi NKB yang menghadapi banyak masalah kritis akibat keterbelakangan ekonomi. Berhubung dengan kelangkaan sumber daya produksi di dalam negeri, mau tidak mau mereka harus mencari sumberdaya itu di kalangan anggota-anggota komunitas internasional. Para pengkritik pemikiran struktural ini mengajukan argumen bahwa masih banyak jalan bagi NKB untuk memanfaatkan ekonomi internasional bagi keperluan pembangunannya, tanpa harus berpegang pada liberalisme. Dan dari kalangan pengkritik ini munculah satu perspektif yang bisa disebut reformis.
2.3. Ekonomi Politik Pendekatan Dependensia Teori dependensia sesuai dengan namanya berusaha menjelaskan tentang ketergantungan. Dalam hubungan ketergantungan tersebut ada dua pihak yang terlibat yaitu pihak dominan dan pihak bergantung. Ketergantungan pada suatu komoditas ekspor ternyata sulit diubah dan begitu juga kebutuhan terhadap barang barang impor tidak berkurang. Untuk mencari penyebab keterbelakangan yang sulit dihilangkan, selain aliran pendekatan strukturalis juga muncul pendekatan dependensia. Lahirnya pendekatan dependensia pertama kali dicetuskan Paul Baran. Dalam buku On The Political Economy Of Backwardness (1952). Baran disini berusaha menjelaskan berbagai faktor penyebab keterbelakangan ekonomi di negara negara Dunia ketiga, terutama di Amerika Latin.dengan memusatkan perhatian pada hubungan kelas antara rakyat, elit internal dan investor asing. Baran melihat adanya kontradiksi antara imperialisme, proses industrialisasi dan ekonomi pembangunan umum di negara negara terbelakang. Baran mengakui bahwa investasi yang dilakukan perusahaan perusahaan multinasional dari negara negara maju di negara negara terbelakang di satu sisi dapat meningkatkan pendapatan nasional negara negara dunia ketiga. satellite Pencetus teori dependensia adalah Paul Baran,dengan asumsi dasar pada teori ini adalahbahwa pembagian perekonomian dunia menjadidua golongan yaitu perekonomian negara-negara maju dan perekonomian negara-negaraberkembang.
10
Namun di sisi lain peningkatan pendapatan di negara negara miskin ini tidak menikmati oleh sebagian besar kelompok masyarakat bahwa di negara miskin tersebut karena tingginya ketimpangan dalam distribusi pendapatan. Keuntungan yang dihasilkan oleh investasi perusahaan multinasional melalui eksploitasi sumber daya di negara negara miskin tidak dinikmati secara merata. Keuntungan ini lebih banyak dinikmati oleh segelintir elit politik saja. Baran menyimpulkan bahwa pada dasarnya investasi asing tidak meningkatkan kesejahteraan di negara negar miskin, yang terjadi hanya perubahan kebiasaan sosial masyarakat miskin serta perubahan orientasi dari kecukupan dan pemenuhan pasar dalam negeri menjadi orientasi produksi untuk memenuhi pasar luar negeri. Kapitalisme telah gagal memperbaiki kesejahteraan masyarakat miskin, tetapi sebaliknya sangat berhasil mengintroduksi semua ketimpangan ekonomi dan sosial yang melekat dalam sistem kapitalis. Paul Baran berpendapat bahwa investasi perusahaan multi nasional negara maju di negara miskin akan meningkatkan pendapatan nasional negara miskin. Namun hal ini tidak dapat dinikmati semua masyarakat karena pendistribusian pendapatan tidak merata. Keuntungan itu dinikmati oleh pengusaha asing dan segelintir orang.kekuatan teori
ketergantungan menekankan pada
aspek
internasional, mempersoalkan tentang akibat politik luar negerii dependensia adalah Paul Baran. Sperspektif liberal memandang pasar bisa memungkinkan individu memaksimalkan perolehan, kaum Marxis melihat kapitalisme dan pasar telah menciptakan perbedaan yang ekstrim, yaitu kekayaan untuk kapitalis selalu diredistribusikan secara tidak merata. Walaupun setiap orang mungkin menikmati kehidupan ekonomi lebih baik dari sebelumnya, para kapitalis jelas meningkatkan kekayaan mereka dengan jauh lebih cepat daripada yang lain. Perspektif ini menolak pendapat bahwa pertukaran yang tejadi antar individu pasti memaksimalkan
kemakmuran
seluruh
masyarakat.
Karena
itu,
Marxis
memandang kapitalisme sebagai sistem yang dalam dirinya mengandung bibit
11
konflik dan yang harus dan akhirnya pasti akan dihancurkan dan diganti oleh sosialisme. Dalam hal ini pemikiran Marxis sesuai dengan Merkantilis, yaitu samasama mempersoalkan efek kegiatan ekonomi terhadap distribusi pendapatan. Kedua perspektif ini bahkan menganggap tujuan kegiatan ekonomi (dan politik) adalah redistribusi kekayaan dan kekuasaan. Bagi Marxis, distribusi kekyaan diantara kelas-kelas sosial, bagi Merkantilis yang paling pokok adalah distribusi lapangan kerja, industri, dan kekuatan militer diantara negara-negara, yaitu masalah-masalah yang tidak dipersoalkan oleh kaum liberal. Pendekatan ekonomi politik dependensia menurut pandanan Frank, kaum Neo klasik berpendapat bahwa kapitalisme adalah bentuk akhir dari tahapan pembangunan, kaum Marxis menganggap kapitalisme adalah tahapa antara yang harus dilalui sebelummasuk ke tahap selanjutnya. Teori dependensia berusaha menjelaskan tentang ketergantunganada dua pihak yang terlibat yaitu pihak yang dominan dan yang bergantung. Dalam menjelaskan ini Frank mengelompokkan negara negara di dunia ini atas dua kelompok, yaitu negara negar metropolis maju, negara yang terbelakang. Hubungan ketergantungan seperti ini disebut Frank disebut “Metropolis satelit relationship”. Menurut
Andre
Gunder
Frank
dalam
bukunya
Capitalism
and
Underdevelopment in Latin Amerika menggunakan konsep istilah negara negara metropolis maju dan negara borjuasi di negara negara metropolis bekerja sama dengan pejabat pemerintah dan kaum borjuis di negara negara terbelakang. Fungsi kaum borjuis dan pemerintah negara adalah sebagai payung politik serta memberi kemudahan bagi beroperasinya borjuasi negara metropolis. Karena itu kemakmuran rakyat jelata jadi di nomor duakan. Tiga utama teori Frank : modal asing, pemerintah lokal di negara negara satelit, kaum borjuasi di negara terbelakang. Adanya hubungan ketergantungan antara pihak pihak yang tidak seimbang disebabkan karena pembangunan daerah daerah terbelakang tergantung pada pembangunan metropolis. Hubungan yang timpang dan tidak seimbang ini
12
juga disebabkan karena negara negara metropolis memiliki kekuasaan atas jalannya pembangunan di daerah daerah terbelakang tersebut. Metropolis mempunyai kekuasaan lebih besar karena dapat mengontrol hubungan dengan negara terbelakang. Kerugian yang menimpa negara negara terbelakang dapat dilihat dua segi, yang pertama negara negara yang terbelakang tidak mempunyai kontrol atas pembangunan di negaranya sendiri, kedua secara materi neg`ra negara terbelakang juga tidak menerima manfaat dari hubungan ketergantungan dengan negara negara metropolis. Pandanagan ini sangat bertentangan dengan pendapat kaum Neo klasik yang berpendapat bahwa hubungan dagang antara negara negara maju dan negara negara berkembang akan menguntungkan kedua belah pihak. Bagi Frank hubungan ketergantungan adalah hubungan eksploitatif, dimana negara negara metropolis menyerap negara negara terbelakang. Manfaat yang diterima antara negara metropolis dengan negara terbelakang sangat timpang, investasi asing memungkinkan negara metropolis maju mengeruk sebagian besar sumber daya dan potensi ekonomi yang berada di negara terbelakang. Meskipun ada pihak di negara negara terbelakang yang memperoleh manfaat dari investasi asing hasil yang diterima negara negara terbelakang jauh lebih rendah dibandingkan dengan tingkat keuntungan yang dinikmati investor. Akibatnya metropolis akan semakin maju sedangkan negara terbelakang tetap berada dalam poisisi keterbelakangan, tertinggal dan tidak berkembang. Politik ekonomi menurut Samir Amin (1976) dominasi perekonomian dunia oleh negara negara maju di pusat, merupakan rekayasa eksploitasi mereka, yang menjadik`n negara periferi semakin tergantung pada pusat. Dimana dalam teori pembangunan dimana pusat dan periferi saling beroposisi di dalam sebuah formasi sosial kapitalis dunia. Hubungan antara pusat dan periferi ini meningkatkan pembangunan kapitalis di daerah inti dan memblokir pembangunan di daerah periferi.
13
Sedangkan menurut Dos Santos (1970) berpendapat ketergantungan sebagai situasi dimana perekonomian sekelompok negara dikondisikan oleh pembangunan dan ekspansi dari kelompok negara lain. Menurut teori Theotonio Dos Santos berbeda dengan Frank yang selalu menganggap negara metropolis dan satelit selalu negatif, Dos Santos menganggap positif. Hubungan positif adalah berkembangnya negara satelit mengikuti perkembangan negara induknya. Faktor faktor internal diawali oleh ketergantungan perdagangan pada masa penjajahan hingga ketergantungan industri dan finansial pada era sestelah kemerdekaan. Ada tigajenis ketergantungan menurut Theotonio Dos Santos yaitu: 1. Ketergantungan kolonial, yang ditandai oleh bentuk perdagangan luar negeri era kolonial yang bersifat monopolidan diikuti monopoli sumber daya lainnya oleh pemerintah kolonial. 2. Ketergantungan industrial finansial, ditandai oleh dominasi modal besar di negara negara kolonial melalui investasi produksi bahan mentah untuk tujuan konsumsidi negara negara penjajah. 3. Ketergantungan teknologi penjajah, yang terjadi setelah PD II sebagai dampak operasi perusahaan perusahaan multinasional yang melakukan investasi di negara negara sedang berkembang.
14
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dalam
kelompok
strukturalisme
memanfaatkan
perjuangan
kelas
internasional antara para pemilik modal dan kaum buruh. Untuk memperbaiki nasib dan kedudukan mereka, kaum buruh dunia perlu mengambil inisiatif untuk mengembangkan kekuasaan golongan kelas pemerintah yang hanya menjadi alat dari pusat metropolitan. Sedangkan teori dependensia menganut aliran Non Marxis, kelompok ini lebih melihat ketergantungan dari perspektifnasional dengan melihat keadaan di dalam dan di luar negara. Stuktur dan kondisi internsebagai faktor endogen, walau struktur intern ini baik di masa lalu maupun sekarang dipengaruhi oleh faktor faktor eksternal. Kelompok Non Marxis lebih melihat masalah nasional yang perlu diperhatikan adalah bangsa rakyat yang terhimpun dalam suatu wilayah Teori dependesia cukup bagus dalam mengembangkan hubungan sebab akibat yang menjelaskan keterbelakangan di Negara-negara miskin dan ketergantungan mereka pada Negara-negara kaya. Hanya saja, mereka tidak mampu mencarikan jalan keluar dan solusi bagi masalah-masalah yang dihadapi. Yang ditawarkan adalah memutuskan hubungan dengan Negara-negara maju dan sebaliknya melakukan kerja sama dengan Negara-negara miskin. Pendekatan ekonomi politik dependensia menurut pandanan Frank, kaum Neo klasik berpendapat bahwa kapitalisme adalah bentuk akhir dari tahapan pembangunan, kaum Marxis menganggap kapitalisme adalah tahapa antara yang harus dilalui sebelummasuk ke tahap selanjutnya. Teori dependensia berusaha menjelaskan tentang ketergantunganada dua pihak yang terlibat yaitu pihak yang dominan dan yang bergantung. Dalam menjelaskan ini Frank mengelompokkan negara negara di dunia ini atas dua kelompok, yaitu negara negar metropolis maju, negara yang terbelakang. Hubungan ketergantungan seperti ini disebut Frank disebut Metropolis satelit relationship.
15
DAFTAR PUSTAKA
Deliarnov. 2006. Ekonomi Politik. Jakarta: Erlangga http//perspektif strukturalisme.co.id http//ekonomi politik radikal.co.id http//teory dependensia.ci.id/ http://suka-suka-laurenza.blogspot.com/2012/03/ekonomi-politik-radikalstrukturalisme.html http://kerajaan-semut.blogspot.com/2009/10/2.html
16