MAKALAH Uang dalam Makro Ekonomi Islam Diajukan untuk Memenuhi Tugas Terstruktur dalam Mata Kuliah Ekonomi Makro Syariah
Disusun Oleh Kelompok 4: Velia Devisa
(3417051)
Mira Septiani
(3417056)
Nikita Santia
(3417062)
Dosen Pembimbing : Febby Irfayunita
JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BUKITTINGGI 2019
1
A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Uang adalah suatu alat pembayaran terhadap suatu barang dan atau jasa, sehingga dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, baik yang primer sampai dengan yang tersier, manusia sangat membutuhkan uang karena pada masa ini sistem barter
memamg jarang sekali dilakukan
dalam suatu lingkungan masyarakat. Uang merupakan salah satu hal penting dalam kegiatan perekonomian di seluruh indonesia. Salah satu fungsi uang adalah sebagasi alat tukar. Mata uang umumnya akan berlaku sebagai alat pembayaran dalam wilayah tertentu. Sebagai contoh uang rupiah merupakan alat pembayaran yang sah di Indonesia. Pertukaran antara dua mata uang yang berbeda disebut kurs atau nilai tukar. Nilai tukar mata uang mencerminkan keseimbangan permintaan dan penawaran terhadap mata uang dalam negeri maupun mata uang asing. Nilai tukar mata uang cenderung berubah seiring waktu, sehingga harus diperhatikan dalam melakukan investasi. Sadar akan pentingnya uang tersebut, banyak sekali pihak yang dengan niat baiknya mencoba untuk menjadi fasilitator dalam hal keuangan dengan maksud untuk mempermudah masyarakat dalam memperoleh maupun mengelola keuangan. Salah satu hasil dari karya tangan dan otak manusia diaplikasikan dalam suatu produk yang bisa disebut dengan bank. Defenisi bank menurut undang – undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan (selanjutnya disebut dengan undangundang perbankan) adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sebagaimana disebutkan dalam defenisi diatas, bank mempunyai kewajiban untuk menyalurkan dana masyarakat kepada yang membutuhkan dalam berbagai macam cara, salah satunya yaitu dalam bentuk kredit. Kredit sendiri juga mempunyai pengertian yang telah diatur dalam ketentuan Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998, yaitu
2
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dangan itu, berdasarkan persetujuan atas kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberi bunga.
B. Pembahasan 1. Pengertian Uang Dalam buku-buku ekonomi para ahli mendefinisikan uang antara lain: a. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia uang adalah alat penukar atau standar pengukur nilai yang dikeluarkan oleh pemerintah suatu negara berupa kertas, emas, perak, atau logam lain yang dicetak dan gambar tertentu. b. Kasmir mendefinisikan uang secara luas sebagai sesuatu yang dapat diterima secara umum sebagai alat pembayaran dalam suatu wilayah tertentu atau sebagai alat pembayaran utang atau sebagai alat untuk melakukan pembelian barang dan jasa. c. Sedangkan dalam fikih Islam istilah uang bisa disebut dengan nuqud atau tsaman. Secara umum, uang dalam Islam adalah alat tukar atau transaksi dan pengukur nilai barang dan jasa untuk memperlancar transaksi perekonomian.1 Uang dalam ilmu ekonomi tradisional didefinisikan sebagai alat tukar yang dapat diterima secara umum. Sedangkan dalam ilmu ekonomi modern, uang didefinisikan sebagai sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran bagi pembelian barang-barang dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya serta untuk pembayaran utang.2 Uang didefinisikan sebagai alat tukar yang diterima oleh masyarakat sebagai alat pembayaran yang sah atas kesatuan hitungnya. Uang yang 1
Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012),
hlm. 23. 2
Erlina Rufaidah, Ilmu Ekonomi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015), hlm. 137.
3
digunakan dalam permainan monopoli, bukanlah uang yang sah karena benda tersebut hanya digunakan sebagai alat permainan. Untuk itu sebuah benda dapat disebut sebagai uang, bila telah memenuhi berbagai kriteria yang sudah ditentukan. Kriteria tersebut adalah: a. Acceptability and Cognizatibility b. Stability of Value c. Portability d. Durability e. Divisibility 2. Sejarah Uang Pada awalnya manusia memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri, mereka memperoleh makanan atau berburu untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Karena kebutuhannya masih sangat sederhana, mereka belum membutuhkan orang lain. Dalam periode awal ini, manusia belum mengenal transaksi perdagangan atau kegiatan jual beli. Ketika jumlah manusia semakin bertambah dan semakin majunya peradaban, kegiatan serta interaksi antar sesama manusia semakin meningkat. Jumlah dan jenis kebutuhan manusia juga semakin beragam. Satu sama lain mulai saling membutuhkan, karena tidak ada individu yang secara sempurna mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Pada tahapan manusia yang masih sangat sederhana mereka dapat menyelenggarakan tukar menukar kebutuhan dengan cara barter. Namun seiring dengan semakin kompleksnya kebutuhan sehingga menimbulkan suatu kendala utama dalam melakukan pertukaran yaitu sulit untuk memperoleh barang dan jasa yang diinginkan dengan jenis barang dan jasa yang dibutuhkan oleh orang lain atau kesulitan mencari kesamaan permintaan. Selain itu, kesulitan melakukan pertukaran adalah masalah menentukan nilai yang tepat bagi barang dan jasa yang dipertukarkan. Untuk mengatasi segala kendala yang muncul akibat sistem barter akhirnya dipikirkanlah sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat tukar yang lebih efisien dan efektif. Alat tukar tersebut akhirnya kita kenal
4
dengan nama “uang” seperti sekarang ini. Dengan dimunculkannya uang, segala kendala akibat sistem barter dapat diatasi bahkan fungsi uang tidak hanya sebagai alat tukar saja, melainkan beralih ke fungsi-fungsi yang jauh lebih luas.3 Meskipun dewasa ini banyak masyarakat terutama di kota-kota besar yang menggunakan kartu plastik (kartu debit atau kredit), untuk kegiatan transaksi ekonomi, namun uang tetap mempunyai peran yang besar dalam perekonomian. Penggunaan kartu plastik yang sekarang begitu marak, karena tuntutan kehidupan modern yang menginginkan kepraktisan dan efisiensi. Sebelum kita mengenal dan menggunakan uang seperti yang sekarang ini, berdasarkan sejarah sudah banyak barang yang telah digunakan sebagai uang. Pada saat perang Dunia ke II orang menggunakan rokok sebagai uang, di Afrika Barat kulit kerang yang digunakan sebagai uang, sedangkan di Amerika Utara orang-orang menggunakan manikmanik untuk kegiatan transaksinya. Secara umum apa pun jenis barang yang digunakan sebagai uang, dapat dibagi menjadi dua kelompok yakni uang komoditas dan uang fiat. Yang dimaksud dengan uang komoditas adalah barang-barang yang digunakan sebagai uang yang memiliki nilai intrinsik dalam beberapa penggunaan lain. Contoh: rokok dan emas. Pada waktu itu rokok tidak hanya diisap, tetapi juga menjadi salah satu aset kekayaan dan untuk menetapkan harga barang lain dengan menggunakan hitungan rokok. Demikian pula emas, selain digunakan untuk alat pembayaran, emas juga tetap berfungsi sebagai perhiasan. Uang fiat atau uang kepercayaan (token money) adalah uang yang tidak bernilai secara intrinsik. Nilai aktual uang seratus, limaratus, seribu, seratus ribu pada dasarnya nol, karena tidak memberikan manfaat lain dalam penggunaan alternatif. Uang fiat diterima secara luas, karena 3
hlm. 24.
Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012),
5
dinyatakan oleh pemerintah/berdasarkan undang-undang sebagai alat pembayaran yang sah dan sebagai alat untuk menyelesaikan masalah utang piutang (karena itu disebut dengan fiat).4 3. Fungsi Uang dalam Ekonomi Islam dan Kovensional a. Sebagai Alat Tukar (Medium of Exchange) Sebelumnya, pada jaman dahulu sebelum muncul uang, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya masyarakat melakukan “barter”, yaitu dengan cara menukarkan langsung barang yang dimiliki dengan barang yang dibutuhkan. Berjalannya waktu cara barter menjadi tidak efisien, karena masyarakat mengalami berbagai kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh sebab itu, hadirnya uang sebagai alat tukar, dapat mengatasi kelemahan sistem “barter”. Masyarakat dapat melakukan kegiatan produksi apa saja yang menghasilkan uang, kemudian uang tersebut dapat digunakan untuk membeli barang yang diinginkan dari orang lain. b. Sebagai Alat Penyimpanan Nilai (Store of Value) Bila kita tidak menggunakan uang untuk transaksi sekarang, uang dapat digunakan untuk transaksi yang akan datang. Memegang uang tunai mempunyai keunggulan dibandingkan memegang barang, karena uang tunai dapat segera ditukar dengan barang yang dinginkan. Untuk menjadi alat penyimpanan nilai yang baik, nilai uang harus relatif stabil. Bila nilai berfluktuasi sangat tajam, kegunaan uang sebagai alat penyimpanan nilai akan menurun. c. Sebagai Satuan Hitung (Unit of Account) Dalam suatu transaksi ekonomi, terdapat ribuan barang dan jasa yang diperjualbelikan baik di wilayah domestik ataupun dengan negara lain. Dalam aturan pembukuan atau secara akuntansi uang dapat digunakan untuk menghitung transaksi, tanpa harus menghadirkan barang yang dihitung secara fisik. 4
Tri Kunawangsih Pracoyo dan Antyo Pracoyo, Aspek Dasar Ekonomi Makro di Indonesia, (Jakarta: PT Grasindo, 2005), hlm. 138.
6
d. Sebagai Alat Pembayar yang Tertunda (Standard of Defered Payment) Pembayaran yang dilakukan dimasa yang akan datang untuk transaksi jangka panjang dapat dipandang sebagai uang. Dengan menggunakan uang kita dapat menyelesaikan masalah utang piutang dengan lebih mudah. 4. Uang Sebagai Flow Concept Uang adalah flow concept dan capital adalah stock concept. Semakin cepat perputaran uang, akan semakin baik. Misalnya, Seperti contoh pada aliran air masuk dan aliran air keluar. Sewaktu air mengalir, disebut sebagai uang, sedangkan apabila air tersebut mengendap, maka disebut sebagai capital. Wadah tempatnya mengendap adalah private goods, sedangkan air adalah public goods. Uang seperti air, apabila air (uang) dialirkan, maka air (uang) tersebut akan bersih dan sehat (bagi ekonomi). Apabila air (uang) dibiarkan menggenang dalam suatu tempat (menimbun uang), maka air tersebut keruh atau kotor. Saving harus di investasikan ke sektor riil. Apabila tidak, maka saving bukan saja tidak mendapat return, tetapi juga dikenakan zakat. 5. Uang Sebagai Public Good Ciri dari public goods adalah barang tersebut dapat digunakan oleh masyarakat tanpa menghalangi orang lain untuk menggunakannya. Sebagai contoh: jalan raya. Jalan raya dapat digunakan oleh siapa saja tanpa terkecuali, akan tetapi masyarakat yang mempunyai kendaraan berpeluang
lebih
besar
dalam
pemanfaatan
jalan
raya
tersebut
dibandingkan dengan masyrakat yang tidak mempunyai kendaraan. Begitu pula dengan uang. Sebagai public goods, uang dimanfaatkan oleh masyarakat yang lebih kaya. Hal ini bukan karena simpanan mereka di bank, tetapi karena aset mereka, seperti rumah, mobil, saham, dll. Yang digunakan di sektor produksi sehingga memberikan peluang yang lebih besar kepada orang tersebut untuk memperoleh banyak uang. Jadi, semakin tinggi tingkat produksi, akan semakin besar kesempatan untuk dapat memperoleh keuntungan dari public goods (uang) tersebut. Oleh
7
karena itu, penimbunan (hoarding) dilarang karena menghalangi yang lain untuk menggunakan public goods tersebut. Jadi, jika dan hanya jika private goods dimanfaatkan pada sektor produksi, maka kita akan memperoleh keuntungan.5 6. Modal Sebagai Privat Good Modal merupakan private good artinya barang / harta milik pribadi. Artinya ketika uang itu masih beredar di masyarakat dan belum mengendap pada masyarakat itu berarti bisa dikatakan public good. Dan ketika sampai ke tangan masyarakat dan mengendap itu dikatakan modal atau private good. Untuk lebih jelasnya konsep private good dan public good dapat diilustrasikan dengan mobil dan jalan tol. Mobil adalah private good dan jalan tol adalah public good. Apabila mobil tersebut menggunakan jalan tol baru kita dapat menikmati jalan tol. Namun, apabila mobil tersebut tidak menggunakan jalan tol, maka kita tidak akan dapat menikmati jalan tol tersebut. Dengan kata lain jika uang diinvestasikan dalam proses produksi, maka kita baru akan mendapatkan lebih banyak uang. Sedangkan dalam konsep konvensional uang capital dapat menjadi private goods. Maka bagi mereka jika mobil di parkir digarasi ataupun digunakan di jalan til, maka akan tetap menikmati manfaat dari jalan tol tersebut. Apaka uang diinvestasikan pada proses tersebut maka mereka akan mendapatkan uang yang lebih banyak. Disinilah letak keanehan bunga yang dikemukakan oleh para ekonom konvensional. 7. Pendapat Al-Ghazali dan Ibnu Taimiyah tentang Uang a. Pemikiran Al-Ghazali tentang Uang 1) Evolusi Uang dan Fungsi Uang Al-Ghazali
Menjelaskan
bagaimana
uang
mengatasi
permasalahan yang timbul dari suatu perdagangan barter. Perdagangan barter mengandung banyak kelemahan diantaranya: 5
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014), hlm. 88-89.
8
a) Kurang memiliki angka penyebut yang sama. b) Barang yang diperdagangkan sulit untuk dibagi-bagi. c) Keharusan adanya dua keinginan yang sama antara penjual dan pembeli. Dengan
berbagai
keterbatasan
barter
tersebut,
maka
diperlukan suatu alat yang mampu berperan lebih baik dalam transaksi jual beli. Itulah yang menurutnya mendasari munculnya kebutuhan akan uang di masyarakat. Uang berfungsi memperlancar pertukaran dan menetapkan nilai yang wajar dalam pertukaran tersebut. Al-Ghazali mengisyaratkan bahwa uang sebagai unit hitungan yang digunakan untuk mengukur nilai harga komoditas dan jasa. Kemudian uang juga sebagai alat yang berfungsi sebagai penengah antara kepentingan penjual dan pembeli, yang membantu kelancaran proses pertukaran komoditas dan jasa. Selain itu diisyaratkan juga bahwa uang sebagai alat simpanan, karena itu dibuat dari jenis harta yang bertahan lama karena kebutuhan akan keberlanjutan sehingga benar-benar bersifat cair mudah diuangkan kembali, dapat digunakan pada waktu yang dibutuhkan, dan cenderung mempunyai nilai harga yang stabil. 2) Menimbun dan Melebur Uang Al-Ghazali
mengecam
para
penimbun
uang
yang
dianggapnya sebagai penjahat. Uang yang ditimbun tidak akan memberi manfaat bagi masyarakat luas. Kegiatan menimbun uang berarti menarik uang dari peredaran untuk sementara, artinya uang yang ditimbun tersebut masih berwujud uang dan suatu ketika dimungkinkan masih dapat beredar kembali ke masyarakat berfungsi sebagai uang. Sedangkan melebur uang berarti menarik uang dari peredaran untuk selamanya, karena wujud uang telah berubah bentuk, sehingga tidak lagi dapat berfungsi sebagai uang. 3) Pemalsuan Uang
9
Menurut Al-Ghazali, mencetak atau mengedarkan uang palsu lebih berbahaya daripada mencuri 1000 Dirham. Perbuatan mencuri adalah satu dosa, sedangkan mencetak dan mengedarkan uang palsu adalah dosa yang terus berlipat setiap kali uang itu dipergunakan. Dengan beredarnya uang palsu maka tidak hanya satu pihak yang dirugikan, tetapi banyak pihak dan terus bertambah dari waktu ke waktu seiring dengan terus bergulirnya uang palsu tersebut pindah dari satu tangan ke tangan berikutnya. Implikasi makro beredarnya uang palsu ini juga akan dapat mendorong tingkat inflasi, karena akan menambah jumlah uang beredar di masyarakat di luar uang resmi yang dikeluarkan pemerintah. 4) Perdagangan Uang Al-Ghazali berpendapat bahwa semakin banyak uang diperdagangkan, maka semakin sedikit yang dapat berfungsi sebagai alat tukar. 6 b. Pemikiran Ibnu Taimiyah tentang Uang Konsep uang menurut Ibnu Taimiyah. Pembahasan tentang uang adalah hal yang paling bermakna karena ia beredar dalam perekonomian. Uang ibarat darah dalam tubuh manusia, jika tekanannya terlalu tinggi atau terlalu rendah akan membahayakan tubuh. Begitu pula dengan uang jika terlalu banyak atau terlalu sedikit akan mengakibatkan inflasi atau deflasi. Ibnu Taimiyah hidup pada masa kerajaan Mamluk, yang mana saat itu beredar tiga jenis mata uang yaitu, mata uang dinar, dirham dan fulus. Peredaran dinar sangat terbatas, peredaran dirham berfluktuasi kadang-kadang malah menghilang, sedangkan yang beredar luas adalah fullus. Fenomena inilah yang dirumuskan oleh Ibnu Taimiyah bahwa uang dengan kualitas rendah akan menendang keluar uang
6
Naf’an, Ekonomi Makro, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), hlm. 73-81.
10
kualitas baik. Pernyataan Ibnu Taimiyah inipun diikuti dalam ekonomi konvensional “bad money driven outs good money”.7 Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa uang berfungsi sebagai media pertukaran (medium of exchange), pengukur nilai (unit of value), dan bersifat mengalir (flow concept). Uang digunakan untuk membiayai transaksi riil saja, sehingga segala sesuatu yang menghambat dan mengalihkan tujuan dan fungsi uang dilarang. Mengenai kewajiban mencetak uang hanya dengan nilai riil-nya saja (full bodied money) ini berarti bahwa pemerintah wajib menjaga nilai uang tersebut. Mengutip sabda Rasulullah SAW yang memperingatkan agar setiap muslim jangan merusak nilai mata uang tanpa alasan yang kuat. Negara harus sedapat mungkin menghindari anggaran keuangan defisit dan ekspansi mata uang yang tak terbatas, sebab akan mengakibatkan terjadinya inflasi dan menciptakan ketidakpercayaan publik atas mata uang bersangkutan. Secara garis besar, Ibnu Taimiyah menyampaikan lima poin penting. Pertama, perdagangan uang akan memicu inflasi. Kedua, hilangnya kepercayaan orang akan stabilitas nilai uang dan akan mencegah orang melakukan kontrak jangka panjang dan menzalimi golongan masyarakat yang berpenghasilan tetap seperti pegawai. Ketiga, perdagangan domestik akan menurun karena kekhawatiran stabilitas nilai uang. Keempat, perdagangan internasional akan menurun. Kelima, logam berharga akan mengalir keluar negara.8
C. Penutup 1. Kesimpulan Uang dalam ilmu ekonomi tradisional didefinisikan sebagai alat tukar yang dapat diterima secara umum. Sedangkan dalam ilmu ekonomi 7
Nur Rianto al Arif, Teori Makroekonomi Islam, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 56-57. Adiwarman A. Karim, Ekonomi Islam: Suatu Kajian Kontemporer, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hlm. 61. 8
11
modern, uang didefinisikan sebagai sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran bagi pembelian barang-barang dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya serta untuk pembayaran utang. Sebelum kita mengenal dan menggunakan uang seperti yang sekarang ini, berdasarkan sejarah sudah banyak barang yang telah digunakan sebagai uang. Pada saat perang Dunia ke II orang menggunakan rokok sebagai uang, di Afrika Barat kulit kerang yang digunakan sebagai uang, sedangkan di Amerika Utara orang-orang menggunakan manikmanik untuk kegiatan transaksinya. Secara umum apa pun jenis barang yang digunakan sebagai uang, dapat dibagi menjadi dua kelompok yakni uang komoditas dan uang fiat. Fungsi uang adalah sebagai Alat Tukar (Medium of Exchange), sebagai Alat Penyimpanan Nilai (Store of Value), sebagai Satuan Hitung (Unit of Account), sebagai Alat Pembayar yang Tertunda (Standard of Defered Payment). Uang adalah flow concept dan capital adalah stock concept. Semakin cepat perputaran uang, akan semakin baik. Ciri dari public goods adalah barang tersebut dapat digunakan oleh masyarakat tanpa menghalangi orang lain untuk menggunakannya. Modal merupakan private good artinya barang / harta milik pribadi. Artinya ketika uang itu masih beredar di masyarakat dan belum mengendap pada masyarakat itu berarti bisa dikatakan public good. Dan ketika sampai ke tangan masyarakat dan mengendap itu dikatakan modal atau private good. Al-Ghazali mengisyaratkan bahwa uang sebagai unit hitungan yang digunakan untuk mengukur nilai harga komoditas dan jasa. Kemudian uang juga sebagai alat yang berfungsi sebagai penengah antara kepentingan penjual dan pembeli, yang membantu kelancaran proses pertukaran komoditas dan jasa. Sedangkan Konsep uang menurut Ibnu Taimiyah. Pembahasan tentang uang adalah hal yang paling bermakna karena ia beredar dalam perekonomian. Uang ibarat darah dalam tubuh
12
manusia, jika tekanannya terlalu tinggi atau terlalu rendah akan membahayakan tubuh. Begitu pula dengan uang jika terlalu banyak atau terlalu sedikit akan mengakibatkan inflasi atau deflasi. 2. Saran Penulis menyadari makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangatlah penulis harapkan demi perbaikan makalah ini. Dan semoga makalah ini dapat menjadi khazanah pengetahuan khususnya bagi penulis dan juga kita semua.
DAFTAR KEPUSTAKAAN A. Karim, Adiwarman. 2001. Ekonomi Islam: Suatu Kajian Kontemporer. Jakarta: Gema Insani Press. A. Karim, Adiwarman. 2014. Ekonomi Makro Islami. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Al Arif, Nur Rianto. 2010. Teori Makroekonomi Islam. Bandung: Alfabeta. Al Arif, Nur Rianto. 2012. Lembaga Keuangan Syariah. Bandung: CV Pustaka Setia. Naf’an. 2014. Ekonomi Makro. Yogyakarta: Graha Ilmu. Pracoyo, Tri Kunawangsih, dkk. 2005. Aspek Dasar Ekonomi Makro di Indonesia. Jakarta: PT Grasindo. Rufaidah, Erlina. 2015. Ilmu Ekonomi. Yogyakarta: Graha Ilmu.