MAKALAH “PEMBELAJARAN BERNUANSA BIMBINGAN YANG BERORIENTASI PADA PERUBAHAN PRILAKU”
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Bimbingan Konseling Dosen pengampu HJ. Fikriyah, MA
Disusun oleh: Kelompok 4 1. Debi Meidawati 2. Faradha Nisa Nurjanah 3. Robiatul Adawiyah
160641225 160641 160641223
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON CIREBON
2018
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat taufik dan hidayahNya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “pembelajaran bernuansa bimbingan yang berorientasi pada perubahan prilaku” Berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, tidak lupa penyusun makalah mengucapkan terima kasih kepada :
1. 2. 3.
Hj. Fikriyah, MA selaku dosen pengampu mata kuliah Bimbingan Konseling Kedua orang tua kami yang selalu memberikan bimbingan dan do’a restu. Rekan-rekan seperjuangan yang telah memberikan masukan dan saran dalam menyelesaikan makalah ini. Namun demikian, makalah ini tidak lepas dari segala kekurangan karena penyusun
menyadari bahwa keterbatasan pemikiran penyusun dan materi makalah ini dapat disusun. Untuk itu kami memerlukan kritik dan saran yangb bersifat membangun agar makalah ini bersifat baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Cirebon, November 2018
Penulis
i DAFTAR ISI COVER KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1 Latar belakang ............................................................................................................................. 1 Rumusan masalah ............................................................................................................................. 1 Tujuan ............................................................................................................................. 2 BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................... 3 Pengertian Pembelajaran ................................................................................................................................................ 3 Pengertian dari Bimbingan ................................................................................................................................................ 3 Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Bimbingan ................................................................................................................................................ 4
Pembelajaran Bernuansa Bimbingan Dan Berorientasi Perubahan Perilaku ................................................................................................................................................ 4 Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan ................................................................................................................................................ 5 Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan konseling ................................................................................................................................................ 9 Strategi Pembelajaran Bernuansa Bimbingan ................................................................................................................................................ 12 BAB III PENUTUP............................................................................................................. 18 Kesimpulan ............................................................................................................................. 18 Saran ............................................................................................................................. 19
1
ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Berangkat dari sebuah fenomena, fakta serta realita yang terjadi di dunia pendidikan. fakta yang menyaratkan adanya sebuah kesenjangan antara system pembelajaran serta metode dengan pribadi seorang siswa secara psikologi. Kondisi Psikologi siswa merupakan factor penting yang mempengaruhi proses dan hasil pembelajaran sedangkan pada kenyataanya hal itu seringkali diabaikan karena terikat pada suatu kurikulim dan system yang berlaku. System serta model pembelajaran seperti itulah yang sudah seharusnya kita kritisi,
system
serta
model
pembelajaran
yang
tidak
mensyaratkan
keberpihakannya terhadap kondisi psikologi siswa. Karena system itu sudah jelas-jelas tidak sesuai dengan kondisi kemanusian saat ini. Kondisi kemanusiaan yang saat ini menjadi lebih komplek dan dihadapakan pada permasalahan sosial yang begitu kompleks pula. Permasalahan-permasalahan itu akan berdampak besar pada ketercapaian tujuan dari pendidikan, sehingga kita tidak bisa menunggu lama untuk dapat mengatasi kemungkinan-kemungkinan terburuk yang akan terjadi sebagai dampak dari model pembelajaran yang saat ini dirasakan kurang tepat untuk digunakan. Pribadi siswa lebih banyak diagaikan, dan hanya mementingkan kemampuan kognitifnya saja. System pembelajaran ini tentunya harus terdapat embaharuan agar kepribadian siswa dapat berkembang lebih baik. Dari latar belakang tersebut maka kami akan membahas tentang “Pembelajaran bernuansa Mimbingan yang Berorientasi Pada perubahan Prilaku” pada makalah ini. B. Rumusan Masalah 1. Apa itu Pengertian Pembelajaran? 2. Apa Pengertian dari Bimbingan? 3. Apa saja Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Bimbingan?
2
4. Apa yang di maksud Pembelajaran Bernuansa Bimbingan Dan Berorientasi Perubahan Perilaku? 5. Apa saja Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan? 6. Apa Saja Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan konseling 7. Apa saja Strategi Pembelajaran Bernuansa Bimbingan? C. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui Pengertian Pembelajaran 2. Memahami Pengertian dari Bimbingan 3. Mengetahui Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Bimbingan 4. Memahami Pembelajaran Bernuansa Bimbingan Dan Berorientasi Perubahan Perilaku 5. Mengetahui Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan yang sesuai. 6. Mengetahui Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan konseling yang tepat 7. Mengetahui Strategi Pembelajaran Bernuansa Bimbingan dengan benar
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari serangkaian aktivitas pendidik dan peserta didik yang telah direncanakan yang memiliki tujuan untuk mengefektifkan kegiatan belajar. Pembelajaran merupakan terjemahan dari “learning” yang berasal dari kata belajar atau “to learn”. Pembelajaran menggambarkan suatu proses yang dinamis karena pada hakikatnya perilaku belajar diwujudkan dalam suatu proses yang dinamis dan bukan sesuatu yang diam atau pasif. Secara umum pembelajaran merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan perilaku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Menurut Gagne (dalam Udin 2008, hlm. 19) Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar peserta didik. Sedangkan Smith dan Ragan (Rusmono 2012, hlm. 6) mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan aktifitas penyampaian informasi dalam membantu peserta didik mencapai tujuan, khususnya tujuantujuan belajar, tujuan peserta didik dalam belajar. Menurut Miarso (dalam Ratna Willis, 2011, hlm. 7) pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan, dan terkendali agar orang lain belajar atau terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri orang lain. Dan dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari pendidik untuk membuat peserta didik belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri peserta didik yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama dan karena adanya usaha.
B. Pengertian Bimbingan Crow & Crow (dalam Prayitno & Erman Amti, 1999) menyatakan bahwa: “Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, lkai-laki atau
3
4
perempuan yang memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usia untuk membantunya mengatur kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri, dan menanggungnya sendiri”. C. Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Bimbingan Secara filosofiis, manusia memiliki potensi untuk dikembangkan seoptimal mungkin. Potensi itu sendiri adalah laten Power, yakni kekuatan, kemampuan, keunggulan, keunikan yang belum tampak, belum menjadi prestasi, belum me#ujud dalam bentuk perilaku. Sedangkan perkembangan optimal adalah perkembangan yang sesuai dengan potensi yang dimiliki. Prestasi (Achievment) sesuai dengan yang diprediksikan. Secara psikologis manusia itu bersifat unik, memiliki kebebasan, kemerdekaan untuk mengembangkan keunikannya. Dilihat dari segi manusia sebagai makhluk sosial, dalam kehidupan sosial budaya akan terjadi perubahan sistem nilai dalam kehidupan sosial budaya. nilai menjadi hal yang penting, oleh karenanya
bimbingan
dan
konseling
membantu
individu
memelihara,
menginternalisasikan, memperhalus, dan memaknai nilai sebagai landasan dan arah mengembangkan diri. Hal lain yang menjadi alasan perlunya bimbingan adalah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Peserta didik memerlukan bantuan dari pembimbing untuk menyesuaikan minat dan kemampuan mereka terhadap kesempatan dunia 5 kerja yang cenderung semakin berubah dan meluas.
D. Pembelajaran Bernuansa Bimbingan Dan Berorientasi Perubahan Perilaku Pembelajarjaran akan berhasil apabila seorang guru menerapkan dalam mengajarnya itu dengan suasana bimbingan. Dimana anak tidak akan merasa
jenuh, seorang guru harus mampu menciptakan suasan yang mnyenangkan di dalam kelas. Karena seorang anak akan merasa nyaman dikelas ketika suasana pembelajaranya itu tidak menegangkan, selama proses pembelajaran serius terus. Oleh karena itu diharapkan seorang guru menciptakan pembelajaran yang bernuansa bimbingan dan berorentasi pada perubahan prilaku muridnya. Secara umum bimbingan yang dapat diberikan oleh seorang guru/dosenpada saat mengajar diantaranya: 1.
Mengenal dan memahami individu secara mendalam.
2.
Memberikan perlakuan dengan memperhatikan perbedaan individual.
3.
Memperlakukan individu pastinya secara manusiawi, karena mereka manusia.
4.
Memberikan kemudahan untuk mengembangkan diri secara optimal, dan
5.
Menciptakan suasana kelas yang menyenangkan. Suasana kelas dan proses belajar dan mengajar yang menerapkan prinsip
bernuansa bimbingan konseling akan terlihat dari, suasana kelas yang permisisf, yaitu suasana kelas yang bebas dari ketegangan dan menempatakan individu tersebut ditempatkan sebagai subjek pengajaran. Selain itu adanya arahan atau orientasi agar terselenggaranya proses belajar dengan efektif, baik itu dalam bidang studi yang diajarkan, maupun dalam keseluruhan diberbagai aspek. E. Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan 1. Koperatif (CL, Cooperative Learning) Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan meman'aatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi dan sharingpengetahuan,
pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih beinteraksi, komunikasi, sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing. Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak dan partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4-5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan vasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi. Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan dan strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan. 2.
Kontekstual (TCL, contektual Teaching and Learning) Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif, nyaman dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi. Ada tujuh indikator pembelajaran kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu a.
Modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi dan tujuan, pengarahan dan petunjuk, rambu, contoh)
6
b.
Guestioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi),
c.
learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok
atau
individual,
minds-on,
hands-on,
mencoba,
mengerjakan) d.
inquiry (identi'ikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan)
e.
constructivisme (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis)
f.
revlection (reviu, rangkuman, tindak lanjut)
g.
authentic
assessment
(penilaian
selama
proses
dan
sesudah
pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya dari berbagai aspek dengan berbagai cara) 3. Pembelajaran Langsung (DL, Direct Learning) Pengetahuan yang bersifat in'ormasi dan prosedural yang menjurus pada keterampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung. Sintaknya adalah menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing, refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi. -ara ini sering disebut dengan metode ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi) 4. Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning) Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran
ini
melatih
dan
mengembangkan
kemampuan
untuk
menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat
7
tinggi. Kondisi yang tetap hatrus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal. Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis) interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri 5. Problem Solving Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian menemukan pola, aturan, .atau algoritma. Sintaknya adalah sajian permasalahan yang memenuhi kriteria di atas, siswa berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau aturan
yang
disajikan,
siswa
mengidentifikasi,
mengeksplorasi,
menginvestigasi, menduga, dan akhirnya menemukan solusi. 6. Problem Posing Bentuk lain dari problem posing adalah problem posing, yaitu pemecahan masalah dengan melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simple sehingga dipahami. Sintaknya
adalah
pemahaman,
jalan
keluar,
identifikasi
kekeliruan,
menimalisasi tulisan dan hitungan, cari alternative, menyusun soal dan pertanyaan. 7. Problem Terbuka (OE, Open Ended) Pembelajaran
dengan
problem
8 (masalah)
terbuka
artinya
pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flesibility) dan solusinya juga bisa beragam (multi jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas,
kognitif tinggi, kritis, komunikasi dan interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa dituntut untuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban, jawaban siswa beragam. Selanjutnya sis#a juga diminta untuk menjelaskan proses mencapai jawaban tersebut. Dengan demikian model pembelajaran ini lebih mementingkan proses dari pada produk yang akan membentuk pola pikir, keterpasuan keterbukaan, dan ragam berpikir. Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna secara matematik (gunakan gambar, diagram,table), kembangkan permasalahan sesuai dengan kemampuan berpikir siswa, kaitkan dengan materi selanjutnya, siapkan rencana bimibingan (sedikit demi sedikit dilepas mandiri). Sintaknya
adalah
menyajikan
masalah,
pengorganisasian
pembelajaran, perhatikan dan catat respon siswa, bimbingan dan pengarahan, membuat kesimpulan. 8. Probing-prompting Teknik probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang si'atnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. 9 Selanjutnya siswa mengkonstruksi konsep –prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan. Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap sis#a mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari proses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab.
Kemungkinan akan terjadi suasana tegang, namun demikian bisa dibiasakan. untuk mengurangi kondisi tersebut, guru hendaknya serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, nada lembut. ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipasi. F. Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan konseling Berikut ini ada bebrapa prinsip&prinsip bimbingan yang harus diketahui oleh guru sebagai pengajar sekaligus pembimbing. 1. Proses membantu individu 2. Bertitik tolak pada individu yang dibimbing 3. Didasarkan pada pemahaman atas keragaman individu yang dibimbing 4. Pada batas tertentu perlu ada referral 5. Dimulai dengan identifikasi atas kebutuhan individu 6. Diselenggarakan secara luwes dan fleksibel 7. Sejalan dengan visi dan misi lembaga 8. Dikelola oleh orang yang memiliki keahlian di bidang bimbingan 9. Ada sistem evaluasi yang digunakan Dalam memberikan bimbingan belajar, guru hendaknya memperhatikan beberapa hal berikut ini: 1. Bimbingan belajar diberikan kepada semua siswa. semua siswa baik yang pandai cukup ataupun kurang membutuhkan bimbingan dari guru sebab secara potensial semua siswa bisa mempunyai masalah.
10 2. Sebelum memberikan bantuan guru terlebih dahulu harus berusaha memahami kesulitan yang dihadapi siswa meneliti faktor-faktor yang melatar belakangi kesulitan tersebut. 3. Bimbingan belajar yang diberikan guru hendaknya disesuaikan dengan masalah serta faktor-faktor yang melatar belakanginnya bantuan hendaknya disesuaikan dengan jenis masalah serta tingkat kerumitan masalah. 4. Bimbingan belajar hendaknya menggunakan teknik yang bervariasi. Karena perbedaan individual siswa perbedaan jenis dan kerumitan masalah yang dihadapi siswa perbedaan individual guru serta kondisi sesaat maka dalam memberikan bimbingan belajar guru hendaknya menggunakan teknik bimbingan yang bervariasi. 5. Dalam memberikan bimbingan belajar hendaknya guru bekerja sama dengan staf sekolah lain. Bimbingan belajar merupakan tanggung jawab semua guru serta staf sekolah lainnya. Agar bimbingan berjalan efektif dan efisien diperlukan kerjasama yang harmonis antara staf sekolah dalam membantu mengatasi kesulitan siswa. 6. Orang tua adalah pembimbing belajar siswa dirumah. Penanggung jawab utama siswa adalah orang tuanya. Karena keterbatasan kemampuannya orang tua melimpahkan sebagian dari tanggung jawabnya kepada sekolah tetapi tidak berarti mereka lepas sama sekali dari tanggung jawab tersebut. Orang tua dituntut untuk memberikan bimbingan belajar di rumah. Agar ada keserasian antara bimbingan belajar yang diberikan guru disekolah dengan orang tua dirumah maka diperlukan kerjasama antara kedua belah pihak.
7. Bimbingan belajar dapat diberikan dalam situasi belajar di kelas di laboratorium ataupun dalam situasi-situasi khusus (konsultasi) baik di sekolah ataupun di luar sekolah. Bimbingan belajar diberikan pada saat pelajaran berlangsung yaitu saat mengerjakan tugas-tugas atau latihan saat diskusi kelas praktikum dan lain-lain. Bimbingan juga dapat diberikan diluar jam pelajaran sebelum pelajaran dimulai setelah pelajaran selesai atau sore hari disekolah ataupun di rumah. Seorang guru yang menerapkan prinsip-prinsip atau suasana bernuansa bimbingan di kelas dalam proses belajar mengajar akan tampak kondisi sebagai berikut:
1. Tercipta iklim kelas yang permisi bebas dari ketegangan dan menempatkan siswa sebagai subjek pengajaran
2. Adanya arahan atau oientasi agar terselenggaranya belajar yang efektif baik dalam bidang studi yang diajarkannya maupun dalam keseluruhan pembelajaran
3. Menerima dan memperlakukan sis!a sebagai individu yang mempunyai harga diri dengan memahami kekurangan kelebihan dan masalahmasalahnya
4. Mempersiapkan serta menyelenggarakan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan individu
5. Membina hubungan yang dekat dengan siswa menerima siswa yang akan berkonsultasi dan meminta bantuan
11
6. Guru berusaha mempelajari dan memahami siswa untuk menemukan kekuatan, kelemahan, kebiasaan, dan kesulitan yang dihadapinya terutama dalam hubungannya dengan bidang studi yang diajarkannya
7. Memberikan bantuan kepada siswa yang menghadapi kesulitan terutama yang berhubungan dengan bidang studi yang diajarkannya
8. Pemberian informasi tentang masalah pendidikan, pengajaran. dan jabatan atau karier
9. Memberikan bimbingan kelompok di kelas 10.
Membimbing siswa agar mengembangkan kebiasaan belajar yang baik
11.
Memberikan layanan perbaikan bagi siswa yang memerlukannya
12.
Bekerja sama dengan guru, Wali kelas, konselor dan tenaga pendidik
lainnya dalam memberikan bantuan yang dibutuhkan oleh siswa
13.
Memberikan umpan balik atas hasil evaluasi
14.
Memberikan pelayanan rujukan bagi siswa yang memliki kesulitan
yang tidak dapat diselesaikan oleh guru sendiri G. Strategi Pembelajaran Bernuansa Bimbingan Strategi yang dapat digunakan untuk membantu perkembangan peserta didik, meliputi: konseling individual, konsultasi, nasihat, bimbingan kelompok, kelompok konselng, pengajaran remedial, dan mengajar bernuansa bimbingan (Setiawati & Ima, 20K7: 0) Ketujuh strategi tersebut secara perinci dapat dijelaskan sehagai berikut: 1.
Konseling individual
12
Konseling individual merupakan bantuan yang sifatnya terapeutik yang diarahkan untuk mengubah sikap perilaku peserta didik. Konseling dilaksanakan melalui wawancara langsung dengan peserta didik. Konseling ditujukan kepada peserta didik yang normal bukan yang mengalami kesulitan kejiwaan melainkan hanya mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dalam pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan sosial. Pada konseling terdapat hubungan yang akrab dan dinamis. Peserta didik merasa diterima dan dimengerti oleh konselor. Pada hubungan konseling, konselor menerima peserta didik secara pribadi dan tidak memberikan penilaian. Peserta didik merasakan ada orang yang mengerti masalah pribadinya, mau mendengarkan keluhan dan curahan perasaannya. Dalam konseling, berisi proses belajar yang ditujukan agar peserta didik dapat mengenal, menerima, mengarahkan, dan menyesuaikan diri secera realistis dalam kehidupannya di sekolah maupun di rumah. Pada konseling tercipta hubungan pribadi yang unik dan khas, dengan hubungan tersebut peserta didik diarahkan agar dapat membuat keputusan, pemilihan, dan rencana yang bijaksana, serta dapat berkembang dan berperan lebih baik di lingkungannya. Konseling membantu peserta didik agar lebih mengerti dirinya sendiri, mampu mengeksplorasi dan memimpin dirinya sediri, serta menyelesaikannya tugas-tugas kehidupannya. Proses konseling lebih bersifat emosional diarahkan pada perubahan sikap, pola-pola hidup sebab hanya dengan perubahan-perubahan tersebut memungkinkan terjadi perubahan perilaku dan penyelesaian masalah. 2. Konsultasi Konsultasi merupakan salah satu teknik bimbingan yang penting, sebab banyak masalah yang dapat berhasil jika ditangani secara tidak langsung oleh konselor, Konsultasi dalam pengertian umum dipandang sebagai nasihat dari seorang profesional. Pengertian konsultasi dalam
13
program bimbingan dipandang sebagai suatu proses menyediakan bantuan teknis untuk guru, orangtua, administrator, dan konselor lainnya dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi efektivitas peserta didik atau sekolah. Adapun yang menjadi tujuan konsultasi sebagai berikut: a) Mengembangkan dan menyempurnakan lingkungan belajar bagi peserta didik, orangtua, dan administrasi sekolah b) Menyempurnakan komunikasi dengan mengembangkan informasi di antara orang yang penting c) Mengajak hersama pribadi yang memiliki peranan dan fungsi yang bermacam-macam untuk menyempurnakan lingkungan belajar, d) Memperluas layanan dari para ahli e) Memperluas layanan pendidikan dari guru dan administrator f) Membantu orang lain bagaimana belajar tentang perilaku g) Menciptakan suatu lingkungan yang berisi semua komponen lingkungan belajar yang baik h) Menggerakkan organisasi yang mandiri. Ada lima langkah proses konsultasi, yaitu: a) Menumbuhkan hubungan berdasarkan komunikasi dan perhatian pada murid b) Menentukan diagnosis atau sebuah hipotesis kerja sebagai rencana kegiatan c) Mengembangkan motivasi untuk melaksanakan kegiatan d) Melakukan pemecahan masalah e) Melakukan alternatif lain apabila masalah belum terpecahkan. 3. Nasihat Nasihat merupakan salah satu teknik bimbingan yang dapat diberikan oleh guru. Pemberian nasihat hendaknya memperhatikan halhal sebagai berikut:
14
a)
Berdasarkan masalah atau kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik
b)
Diawali denganmenghimpun data yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi
c)
Nasihat yang diberikan bersifat alternatif yang dapat dipilih oleh peserta didik. disertai kemungkinan keberhasilan dan kegagalan
d)
Penerimaan keputusan diserahkan kepada peserta didik, alternatif mana yang akan diambil, serta
e)
Hendaknya peserta didik mau dan mampu menanggungjawabkan keputusan yang diambilnya.
4. Bimbingan kelompok Bimbingan kelompak merupakan bantuan terhadap peserta didik yang dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri peserta didik. Isi kegiatan bimbingan kelompok terdiri atas penyampaian informasi ataupun aktivitas kelompok yang berkenaan dengan masalah pendidikan, pekerjaan pribadi, dan sosial yang tidak disajikan dalam bentuk pelajaran. Bimbingan kelompok dilaksanakan dalam tiga kelompok yaitu kelompok kecil, sedang, dan besar ataupun kelas. Pemberian informasi dalam bimbingan kelompok terutama dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman tentang kenyataan, aturan-aturan dalam kehidupan, dan cara-cara yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan tugas, serta meraih masa depan dalam studi, karier, ataupun kehidupan. Aktivitas kelompok diarahkan untuk memperbaiki, mengembangkan pemahaman diri dan pemahaman lingkungan, penyesuaian diri, serta pengembangan diri. Pemberian informasi banyak menggunakan alat-alat dan media pendidikan seperti OHP, kaset, audio-video, film, buletin, brosur, majalah dan buku. Kadang-kadang konselor mendatangkan ahli
tertentu untuk memberikan ceramah informasi tentang hal-hal tertentu. Bimbingan kelompok menggunakan prinsip dan proses dinamika kelompok. Teknik-teknik yang biasa digunakan yaitu kegiatan diskusi, sosiodrama, bermain peran (role playng), dan simulasi. Bimbingan melalui aktivitas kelompok lebih efektif karena selain peran individu lebih aktif, juga memungkinkan terjadinya petukaan pemikiran, pengalaman, rencana, dan penyelesaian masalah. 5. Konseling kelompok Konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada peserta didik dalam rangka memberikan kemudahan dalam perkembangan dan
pertumbuhannya.
Selain
bersifat
pencegahan,
konseling
kelompok dapat pula bersifat penyembuhan (kuratif). Konseling kelompok adalah suatu upaya bantuan kepada peseta didik dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhannya. Konseling kclompok bersifat pencegahan, dalam arti peserta didik yang bersangkutan mempunyai kemampuan untuk berfungsi secara wajar dalam masyarakat, tetapi mungkin memilki suatu titik lemah dalam kehidupannya sehingga mengganggu kelancaran berkomunikasi dengan orang lain. Konseling kelompok bersifat pemberian kemudahan dalam pertumbuhan dan perkembangan peseta didik dalam arti bahwa konseling kelompok menyajikan dan memberikan dorongan kepada peserta didik yang bersangkutan untuk merubah dirinya selaras dengan minatnya sendiri. Dalam konseling kelompok, pesera didik didorong untuk melakukan tindakan yang selaras dengan kemampuannya semaksimal mungkin melalui perilaku perwujudan diri. Konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang
15
sadar dan melibatkan fungsi-fungsi terapi sifat permisif, orientasi pada kenyataan, katarsis, saling mepercayai, saling menerima dan saling mendukung. Fungsi-fungsi terapi diciptakan dan dikembangkan dalam suatu kelompok kecil melalui cara saling meperdulikan di antara peserta konseling kelompok. Konseli dalam konseling kelompok pada dasarnya adalah murid-murid normal yang memiliki berbagai kepedulian dan persoalan yang tidak memerlukan perubahan kepribadian
dalam
penanganannya.
Konseli
dalam
konseling
kelompok dapat menggunakan intereksi dalam kelompok untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan terentu, untuk mempelajari atau menghilangkan sikap-sikap dan perilaku tertentu. Prosedur konseling kelompok sama dengan bimbingan kelompok yaitu terdiri atas: a)
Tahap pembetukan
b)
Tahap peralihan
c)
Tahap kegiatan
d)
Tahap pengakhiran Tahap pembentukan temanya pengenalan, pelibatan, dan
pemasukan sendiri. Tahap peralihan temanya pembangunan jembatan antara tahap pertama dengan tahap ketiga.Tahap kegiatan temanya kegiatan pencapaian tujuan, dan tahap pengakhiran temanya penilaian dan tindak lanjut. 6.
Pengajaran remedial Pengajaran remedial adalah pengajaran tambahan mengulang materi yang telah diajarkan kepada siswa namun siswa tersebut belum menguasai apa yang diajarkan tersebut. Pengajaran remedial dimaksudkan untuk menciptakan suatu situasi yang memungkinkan peserta didik atau kelompok peserta didik tertentu lebih mampu
16
mengembangkan
dirinya
seoptimal
mungkin
sehingga
dapat
memelihara kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan dengan melalui proses interaksi yang terencana, terorganisasi, terarah, terkoordinasi,
terkontrol
dengan
lebih
memperhatikan
taraf
kesesuaiannya terhadap keragaman kondisi objektif individu dan, atau kelompok peserta didik yang bersangkutan serta daya dukung sarana dan lingkungannya. Pengajaran remedial merupakan salah satu kegiatan utama dalam keseluruhan kerangka pola layanan bimbingan belajar, serta merupakan rangkaian kegiatan lanjutan logis dari usaha diagnostik kesulitan belajar mengajar. Strategi dan teknik pengajaran dapat dilakukan secara preventif, kuratif, dan pembangunan. Tindakan pengajaran remedial dikatakan bersifat kuratif jika setelah program pembelajaran utama selesai diselenggarakan. Pendekatan preventif ditujukan kepada peserta didik tertentu yang diperkirakan akan mengalami hambatan terhadap pengajaran yang akan dipenuhinya. Pendekatan pengembangan merupakan tindak lanjut dari upaya diagnostik yang dilakukan guru selama berlansung pembelajaran. Selain dengan pengajaran remedial, bimbingan belajar juga dapat dilakukan oleh guru selama mengajar. Penerapan program bimbingan waktu mengajar yang dilakukan oleh guru adalah upaya bimbingan lain dalam bentuk membimbing peserta didik menentukan tujuan yang hendak dicapainya, membimbing peserta didik dalam mencapai 17 keberhasilannya untuk mencapai tujuan. 7.
Mengajar benuansa bimbingan Penerapan
mengajar
yang
bernuansa
bimbingan
sangat
diperlukan bagi guru agar peserta didik berhasil dalam mengajarnya. Peserta didik akan berhasil dalam belajar apabila guru menerapkan prinsip-prinsip dan memberikan bimbingan waktu mengajar. Lehih jelas bimbingan pada waktu mengajar yang dapat dilakukan oleh guru menjelaskan tujuan dan manfaat materi pelajaran, cara belajar,
karakteristik mata pelajaran yang diberikan, dorongan untuk berprestasi, membantu mengatasi kesulitan yang dihadapi individu, penyelesaian tugas, merencanakan masa depan, memberikan fasilitas belajar, memberi kesempatan untuk berprestasi, dan lain-lain Secara umum bimbingan yang dapat diberikan guru sambil mengajar sebagai berikut: 1)
Menganal dan memahami peserta didik secara mendalam
2)
Memberikan perlakuan dengan memperhatikan perbedaan individual
3)
Memperlakukan peserta didik dengan manusiawi
4)
Memberi kemudahan untuk mengembangkan diri secara optimal
5)
Menciptakan suasana kelas yang menyenangkan
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari serangkaian aktivitas pendidik dan peserta didik yang telah direncanakan yang memiliki tujuan untuk mengefektifkan kegiatan belajar. Pembelajaran merupakan terjemahan dari “learning” yang berasal dari kata belajar atau “to learn”. Secara umum bimbingan yang dapat diberikan oleh seorang guru pada saat mengajar diantaranya. 1. Mengenal dan memahami individu secara mendalam. 2. Memberikan perlakuan dengan memperhatikan perbedaan individual. 3. Memperlakukan individu pastinya secara manusiawi, karena mereka manusia. 4. Memberikan kemudahan untuk mengembangkan diri secara optimal, dan 5. Menciptakan suasana kelas yang menyenangkan. B. Saran Dalam proses pembelajaran sebaiknya tidak hanya aspek kognitifnya saja yang ditekankan akan tetapi perkembangan prilaku siswa juga harus disesuaikan dengan etika yang sesuai dengan kaidahnya. Perilaku siswa akan mencerminkan kepribadiannya. Dalam proses pembelajaran kepribadian guru juga harus memperhatikan model atau metode yang akan digunakan agar dapat sesuai dengan apa yang diharapkan.
18 DAFTAR PUSTAKA
Arif. Faujan. (2002) Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan Dan Konseling.
Online:.
tersedia
https2//fingeridea.wordpress.com/2015/05/23/modelpembelajaran-berbasis-bimbingan-dan-konseling/ Susanto, Ahmad. (2018). Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Prenadamedia Grup Tohirin. (2007). Bimbingan Dan Konseling di sekolah Dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta: Raja Grafindo Persada. Yusuf dan Nurihsan. (2011). Landasan Bimbingan Dan Konseling. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offse.
19