UJI EFEKTIVITAS SEDIAAN SIRUP KOMBINASI KELOPAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn.) DAN HERBA SELEDRI (Apium graveolens Linn.) SEBAGAI ANTIHIPERTENSI TERHADAP TIKUS PUTIH JANTAN (Sprague-Dawley) Dwi Nur Hardiyanto1, Moerfiah2 dan Erni Rustiani3 Program Studi Farmasi, FMIPA, Universitas Pakuan, Bogor.
1&2
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektifitas, mengetahui khasiat yang efektif dari sediaan sirup kombinasi kelopak bunga Rosella dan herba seledri dalam menurunkan tekanan darah tinggi (hipertensi) pada tikus Sprague-Dawley jantan yang telah diinduksi Nacl 5%. Hewan uji yang digunakan sejumlah 20 ekor tikus putih jantan yang dibagi dalam 4 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5 ekor tikus. Kelompok I sebagai kontrol positif diberi peroral tensigard (yang mengandung seledri dan kumis kucing) dengan dosis 14,3 mg/200 g BB tikus, kelompok II diberi sediaan sirup kombinasi kelopak bunga Rosella dan herba seledri dengan dosis (0,45 ml/200 g BB), kelompok III dengan dosis (0.225 ml/200 g BB) dan kelompok IV diberi Aquadest sebagai kontrol negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian sediaan sirup kombinasi kelopak bunga Rosella dan herba seledri mempunyai efek sebagai antihipertensi dengan dosis yang paling efektif adalah dosis 0,45 ml/200 g BB dengan pengobatan yang paling efektif adalah hari ke 10. Kata Kunci : Antihipertensi, Herba seledri, Kelopak bunga rosella. SUMMARY This study aims to test the effectiveness, efficacy of dosage syrup effective combination Rosella flower petals and herbs celery in lowering high blood pressure (hypertension) in male SpragueDawley rats that had been induced NaCl 5%. Animal testing used a number of 20 male white rats were divided into 4 groups. Each group consisted of 5 rats. I as a positive control group was given orally Tensigard (containing celery and cat whiskers) at a dose of 14.3 mg / 200 g BB rats, group II was given syrup dosage combination Rosella flower petals and herbs celery with dose (0.45 ml / 200 g BB), group III with dose (0.225 ml / 200 g BW) and the fourth group was given distilled water as a negative control. The results showed that administration of a combination of syrup dosage Rosella flower petals and herbs celery has antihypertensive effect as the most effective dose is the dose of 0.45 ml / 200 g BW with the most effective treatment is a day to 10. Keywords: Antihypertensive, Herba celery, roselle petals.
PENDAHULUAN Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan nama penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan di mana terjadi peningkatan tekanan darah di atas ambang batas normal yaitu 120/80mmHg. Menurut World Health Organization (WHO), batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg. Bila tekanan darah sudah lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan hipertensi (batasan tersebut untuk orang dewasa di atas 18 tahun). Penyakit ini disebut sebagai the silent killer karena penyakit mematikan ini sering sekali tidak menunjukkan gejala atau tersembunyi (Dekker, 1996). Rosella mengandung senyawa kimia diantaranya senyawa gossypetin, antosianin, antioksidan dan glukosida hibiscin. Senyawa antioksidan alami tumbuhan umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid. Antioksidan yang terkandung dalam rosella dapat dimanfaatkan dengan cara mengolah rosella menjadi suatu produk. Produk olahan dari rosella harus diolah dengan cara yang tepat agar antioksidan yang terkandung di dalamnya tidak rusak. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengolah menjadi produk minuman bunga rosella (Hartati et al., 2009). Dalam pengobatan hipertensi ringan selain rosella digunakan juga Herba seledri dari tanaman Apium graveolens. Aktivitas apigenin dalam herba seledri telah dilaporkan sebagai penurun tekanan darah pada hewan uji dengan hipertensi esensial. Percobaan perfusi pembuluh darah meyakinkan bahwa apigenin juga mempunyai efek sebagai vasodilator perifer yang berhubungan dengan efek hipotensifnya. Herba seledri juga bekerja sebagai diuretik. Berdasarkan kesamaan khasiat antara rosella dengan herba seledri dalam menurunkan
tekanan darah tinggi, peneliti akan membuat formula campuran dari kedua bahan tersebut untuk dijadikan Sirup ( Ditjen POM. 2001). Berdasarkan saran penelitian (Amalia, 2013) perlu pengujian efektivitas sediaan sirup kombinasi kelopak bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dan herba seledri (Apium graveolens L.) secara in vivo pada tikus Sprague-Dawley jantan sebagai anti hipertensi. Adapun dosis yang digunakan Menurut (Mun’im et al., 2008), sediaan diminum sekali pakai 25 ml, maka dosis ekstrak kelopak bunga rosella adalah sebesar 8% dan ekstrak herba seledri sebesar 2%.
METODE PENELITIAN Pengumpulan Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sirup kombinasi kelopak bunga Rosella dan herba seledri yang berasal dari hasil penelitian Amalia (2013) yan telah dilakukan di Laboratorium Farmasi Universitas Pakuan. Pemeliharaan Hewan Coba (Aklimatisasi) Sebanyak 20 ekor tikus putih jantan galur Sprague Dawley berumur 3 – 3,5 bulan dengan bobot sekitar 200 – 300 g dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan masing- masing 5 ekor. Kedua puluh ekor tikus hewan percobaan tersebut dikandangkan secara terpisah di dalam bak plastik berukuran 30cm X 20cm X 12cm dengan tutup kawat yang mudah dibuka tutup. Alas kandang dialasi dengan sekam yang harus diganti tiap hari agar kondisi kandang tetap bersih. Selama penelitian semua kelompok tikus diberi pakan pelet BR- 12 sebanyak 10% dari berat badan. Pemberian minum dilakukan secara ad libitum. Pencucian bak kandang dilakukan 3 hari sekali. Semua hewan coba diaklimatisasi selama 7 hari. Induksi NaCl 5% pada Hewan Coba Hewan coba diinduksi dengan NaCl 5% secara peroral selama 10 hari berturut- turut. Tikus yang telah diinduksi selama 10 hari diukur Tekanan Darahnya. Pengukuran tekanan darah dengan cara Tail Cuff method menggunakan alat blood pressure analyzer. diharapkan tekanan darah sistol tikus setelah induksi 10 hari ≥ 140- 159 mmHg atau diastole 90-99 mmHg (Hipertensi tingkat 1). Pembuatan Sirup kombinasi kelopak bunga Rosella dan herba seledri Berdasarkan penelitian (Amalia, 2013) Sirup dibuat sebanyak 500 ml. Sirup dibuat dengan cara menyiapkan serbuk simplisia kelopak bunga rosella 8% dan herba seledri 2%, masing-masing masukan kedalam kain batis. Rebus dalam air 200 ml dengan suhu 70-80°C selama 15 menit (larutan 1). Siapkan larutan dasar sirup (larutan sirup) dengan cara
melarutkan pemanis (sukrosa 0,06% dan stevia 3,8%) masing-masing didalam air panas (100°C) 200 ml hingga larut (larutan 2), kemudian saring dan masukkan kedalam tangki pencampur. Larutkan Na benzoat 0,26% didalam air panas sebanyak 50 ml, kemudian dicampur dengan larutan 1 dan larutan 2, diaduk hingga homogen, air ditambahkan hingga volume 500 ml. Pemberian Pembuatan Sirup Kombinasi Kelopak Bunga Rosella dan Herba Seledri pada Hewan Coba Berdasarkan uji pendahuluan yang dilakukan sebelumnya diketahui bahwa pemberian dosis sediaan sirup kombinasi kelopak bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dan herba seledri (Apium graveolens L.) dengan dosis 0,45ml/200g BB dapat mengembalikan tekanan darah menjadi normal dalam waktu 7 hari. Untuk mendapatkan pengobatan yang lebih tepat maka dosis akan dikurangi sebesar 0,5 kali. Setelah hewan coba diinduksi dan tekanan darahnya mencapai ≥150mmHg. hewan coba dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan, masingmasing kelompok terdiri dari 4 tikus: 1. Kelompok I :Kelompok kontrol positif yang diberi tensigard dengan dosis 14,3 mg/200 g BB tikus secara oral 2. Kelompok II : sirup kombinasi kelopak bunga Rosella dan Herba Seledri dengan dosis 0,45ml/200g BB secara oral 3. Kelompok III : sirup kombinasi kelopak bunga Rosella dan Herba Seledri dengan dosis 0,225ml/200g BB secara oral 4. Kelompok IV :Kelompok kontrol negatif yang hanya diberikan pakan dan air minum tanpa diberikan perlakuan apapun. Pemberian sirup kombinasi kelopak bunga Rosella dan Herba Seledri pada tikus dilakukan selama 19 hari berturut-turut dimulai dari terlihat adanya peningkatan tekanan darah tikus yang diinduksi. Pegukuran Tekanan Darah dengan Metode Rat Tail Blood pressure Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan pada tikus hipertensi spontan atau hipertensi buatan. Pengukuran tekanan darah dengan cara Tail Cuff method menggunakan alat blood pressure analyzer. Metode ini memungkinkan peneliti untuk mengetahui tekanan darah sistolik dan diastolik. Prinsip kerja pengukuran tekanan darah adalah Cuff digelembungkan sampai mencapai tekanan darah di atas tekanan darah sistolik, tekanan darah normal tikus yaitu ≥ 129 (sistolik) / 91 (diastolik) mmHg, sehingga nadi menghilang kemudian tekanan cuff dikurangi perlahan-lahan. Pada saat tekanan darah mencapai di bawah tekanan sistolik nadi akan muncul kembali, cara pengukuran ini
sesuai dengan cara pengukuran tekanan darah menggunakan sphigmomanometer pada manusia. Rancangan Penelitian Untuk memperoleh suatu kesimpulan mengenai antihipertensi dari Sirup Kombinasi Kelopak Bunga Rosella dan Herba Seledri pada tikus putih jantan maka data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam untuk Rancangan Acak Lengkap Faktorial.
HASIL DAN PEMBAHASAN Peningkatan Tekanan Darah yang Telah Diinduksi NaCl 5% Pemberian NaCl 5% secara oral pada tikus selama 10 hari mengakibatkan Tekanan Darah (TD) meningkat dari sebelumnya. Kondisi hipertensi dikarenakan konsumsi NaCl berlebih sehingga menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraselular meningkat, untuk menormalkannya cairan intraselular ditarik keluar, sehingga volume cairan ekstraselular meningkat yang mengakibatkan peningkatan volume darah. Konsumsi garam dalam jumlah yang tinggi dapat mengecilkan diameter arteri, sehingga jantung harus memompa lebih keras lagi untuk mendorong volume darah yang meningkat melalui ruang yang semakin sempit yang mengakibatkan terjadinya hipertensi (Brunton et al., 2008). Tabel 1. Rata-rata hasil pengukuran TDS dan TDD tikus sebelum dan setelah induksi dengan larutan NaCl 5% Sebelum Induksi (mmHg)
Setelah Induksi (mmHg)
Sistol
Diastol
Sistol
Diastol
Kontrol Positif
129.2
88.0
144.2
94.2
Dosis I
129.4
88.0
147.8
97.4
Dosis II
130.2
89.6
150.6
95.8
Kontrol Negatif
123.8
87.8
142.6
94.0
Rata – rata
128.15
88.35
146.3
95.35
Kelompok Perlakuan
Tekanan Darah Sistol (TDS) dan Tekanan Darah Diastol (TDD) rata-rata tikus sebelum induksi adalah 128,15±5,67 mmHg dan 88,35±5,97 mmHg. Setelah induksi, TDS dan TDD rata-rata menjadi 146,3±5,48 mmHg dan 95,35±2,94 mmHg. Histogram rata-rata hasil pengukuran TDS dan TDD tikus sebelum dan setelah induksi dengan larutan NaCl 5%.
Pengaruh Perlakuan Sirup Kombinasi Kelopak Bunga Rosella dan Herba Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tikus Perlakuan dilakukan terhadap tikus hipertensi yang tekanan darahnya ≥140 mmHg setelah diinduksi NaCl 5%. Pemberian sirup dilakukan per oral setiap hari dan tekanan darahnya di ukur pada hari ke-0, 4, 7, 10, 13, 16 dan 19. Selama perlakuan tikus tetap diinduksi NaCl 5% untuk memastikan bahwa penurunan tekanan darah disebabkan oleh perlakuan bukan karena kondisi fisiologis tikus yang masih normal. Data rata-rata hasil pengukuran TDS selama perlakuan pemberian sirup seledri dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rataan TD Sistolik tikus setelah perlakuan Perlakuan Kontrol Positif Dosis I
Dosis II Kontrol negatif
Hari 4 135,4 c ± 3,36 137,4 c ± 2,88 142,8 b ± 4,08 153,0 a ± 5,83
Hari 7 128,4 c ± 2,96 130,8 c ± 2,58 136,0 b ± 3,67 151,0 a ± 4,63
Hari 10 125,4 c ± 1,67 127,4 c ± 1,67 131,2 b ± 2,38 155,0 a ± 5,83
Hari 13 123,6 c ± 2,12 125,0 c ± 2,91 128,4 b ± 2,60 155,4 a ± 7,43
Hari 16 123,0 c ± 4,00 124,0 c ± 4,18 126,8 b ± 1,78 155,8 a ± 5,63
Hari 19 121,8 c ± 4,65 122,8 c ± 5,35 125,4 b ± 2,70 155,2 a ± 8,55
Berdasarkan data rataan TD Sistolik di atas waktu pemberian mempengaruhi penurunan TDS pada tikus. Menurut (Tista, 2011) tekanan darah normal tikus yaitu ≤ 129 (sistolik) / 91 (diastolik) mmHg. Penurunan TDS pada kontrol positif telah mengalami penurunan pada hari 7 pengukuran, penurunan TDS mulai stabil pada pengukuran hari ke 7 sampai hari 19. Sedangkan penurunan TDS pada dosis I dan dosis II terjadi pada hari pengukuran ke 10 dan ke 13, penurunan TDS mulai stabil pada pengukuran hari ke 10 dan 13 sampai hari 19. Untuk kontrol negatif tidak terjadi penurunan TDS normal sampai pengukuran hari ke 19. Data rata-rata hasil pengukuran TDD selama perlakuan pemberian sirup kelopak bunga rosella dan herba seledri dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rataan TD Diastolik tikus setelah perlakuan Perlakuan Kontrol Positif Dosis I
Dosis II
Kontrol (-)
Hari 4 94,0 c ± 2,34 93,2 c ± 1,64 96,8 b ± 1,92 95,6 a ± 2,96
Hari 7 91,2 c ± 1,92 91,8 c ± 1,48 93,8 b ± 0,83 95,0 a ± 2,00
Hari 10 88,8 c ± 2,16 88,4 c ± 2,70 91,6 b ± 1,14 95,0 a ± 1,00
Hari 13 87,8 c ± 3,11 87,6 c ± 2,60 89,4 b ± 1,94 97,0 a ± 1,87
Hari 16 87,0 c ± 2,54 86,4 c ± 2,88 87,8 b ± 3,11 96,4 a ± 3,50
Hari 19 86,4 c ± 2,79 85,8 c ± 3,70 87,0 b ± 4,06 97,2 a ± 6,53
Berdasarkan data rataan TD Diastolik di atas waktu pemberian mempengaruhi penurunan TDD pada tikus. Dimana penurunan TDD pada kontrol positif dan dosis I telah mengalami penurunan pada hari 10 pengukuran, penurunan TDD mulai stabil pada pengukuran hari ke 10 sampai hari 19. Sedangkan penurunan TDD pada dosis II terjadi pada hari pengukuran ke 13, penurunan TDD mulai stabil pada pengukuran hari ke 13 sampai hari 19. Untuk kontrol negatif tidak terjadi penurunan TDD normal sampai pengukuran hari ke 19, bahkan cenderung naik. Peningkatan dan Penurunan Tekanan Darah Sebelum dan Setelah Perlakuan (%) Peningkatan persentase TD sebelum perlakuan dilihat dari hari ke-1 dan hari ke-10. Data dapat dilihat pada (Tabel 8). Sedangkan Penurunan persentase TD setelah perlakuan dilihat dari hari ke-4 sampai hari ke-19. Data dapat dilihat pada (Tabel 4). Tabel 4. Persentase Rata- rata Peningkatan Tekanan Darah Setelah Induksi Aloksan(%). TD Awal
Kelompok
(%) peningkatan
TD ind
S
D
kontrol Positif
S
D
S
D
129,20
88,00
142,60
94,00
10,37
6,82
dosis I
129,40
dosis II kontrol negative
130,20
88,00
144,20
94,20
11,44
7,05
89,60
147,80
97,40
13,52
8,71
123,80
87,80
150,60
95,80
21,65
9,11
Tabel 5. Persentase Rata- rata Tekanan Darah Setelah Pemberian Sirup (perlakuan) (%)
S
D
S
D
S
D
-9,96
-2,98
-12,06
-5,53
-13,04
-6,60
-13,74
-7,45
-14,59
-8,09
0,00
-7,98
-3,70
-11,23
-5,95
-13,13
-8,21
-14,21
-9,86
-15,16
-10,68
+0,27
0,84
21,65
+2,92
+3,19
+1,36
+3,45
+0,63
+3,05
+1,46
-1,06 -0,62 -0,21
-3,38 +1,59
-4,72
dosis II Ket
-8,92
D
-14,84
S
-8,28
D
-14,01
S
D
-7,01
S
-13,31
hari 19
-6,16
hari 16
-11,65
hari 13
-2,55
hari 10
-9,29
hari 7
-5,05
hari 4
kontrol negative
dosis I
kontrol Positif
Kelompok
Rata- rata TD (%)/ Hari ke
: - : penurunan + : peningkatan
Pada dosis I dan II penurunan paling tinggi adalah pada dosis I(mulai hari 10), sedangkan mulai hari 10 – 19 penurunan dosis paling tinggi adalah pada dosis II. Secara keseluruhan penurunan tekanan darah untuk kontrol positif, dosis I dan dosis II setelah hari ke 19 adalah sama. Hal tersebut menunjukkan bahwa sirup bahan alam yang dibuat mempunyai efektifitas yang sama dengan obat X. Pengaruh Perlakuan Sirup Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tikus Aktifitas penurunan TDS dan TDD tikus yang diberi perlakuan sirup kombinasi kelopak bunga rosella dan herba seledri karena adanya kandungan apigenin pada seledri yang dapat mencegah penyempitan pembuluh darah. Efek tersebut akan menjadi lebih besar dengan adanya komponen pthalide yang dapat merilekskan pembuluh darah. Apigenin yang terkandung dalam ekstrak seledri bekerja memperlambat detak jantung dan menurunkan kontraksi jantung sehingga tekanan darah menjadi berkurang. Manitol dan Apiin yang terkandung dalam ekstrak seledri bersifat sebagai diuretik yaitu membantu ginjal mengeluarkan kelebihan cairan dan garam dari dalam tubuh, sehingga berkurangnya cairan dalam darah akan menurunkan tekanan darah. Disisi lain seledri juga mengandung fitosterol, yang sangat berkhasiat untuk menurunkan kadar kolesterol darah ( DepKes RI, 1985). Sedagkan pada Pemberian ekstrak kelopak bunga rosella mengandung antosianin mampu menurunkan tekanan darah tinggi, yang tidak berbeda nyata dengan pemberian captopril 50 mg/hari (Tarkhani, 1999). Rosella mengandung senyawa kimia diantaranya senyawa gossypetin, antosianin, antioksidan dan glukosida hibiscin. Senyawa antioksidan alami tumbuhan umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid.Penggunaan obat atau tanaman obat yang berfungsi sebagai inhibitor ACE (Angiotensin I Converting Enzyme) merupakan salah satu cara penanganan hipertensi. Pada umumnya senyawa bioaktif tanaman obat yang memiliki kemampuan penghambatan aktivitas ACE adalah senyawa golongan flavonoid. ACE diketahui memegang peranan penting dalam pembentukan angiotensin II yang merupakan salah satu penyebab hipertensi. Angiotensin II menyebabkan pembuluh darah menyempit, yang dapat menaikkan tekanan darah. ACE inhibitor menyebabkan pembuluh darah melebar sehingga menurunkan tekanan darah (Depkes, 2006 dalam Ismarani, 2011).
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Sirup Kelopak Bunga Rosella dan Herba Seledri terbukti efektif menurunkan tekanan darah pada hewan coba tikus Sprague Dawley jantan dengan dosis (0,45ml/200 g BB tikus) mulai hari ke 10 yang setara dengan kontrol positif.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1985. Materi Medika Indonesia, Jilid I. P.14. Jakarta
Saran Berdasarkan sirup yang dibuat dosis manusia sekali minum adalah 25 ml. Untuk mempercepat pengobatan, dosis ditingkatkan menjadi 1,5-2x dosis minimal. Untuk perawatan dosis diturunkan ½ X dosis normal. Perlu dilakukan uji toksisitas untuk pengguna sirup sebagai perawatan hipertensi (maintenance).
Hartati A., S. Mulyani., N. M. D. Pusparini. 2009. Agrotekno, Vol. 15, No. 1, Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana. Hal 20-24.
DAFTAR PUSTAKA Amalia, I .2013. Formulasi Sediaan Sirup Kombinasi Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa) dan Herba Seledri (Apium graveolens). Universitas Pakuan. Bogor. Brunton, L., K. Parker, D. Blumenthal, I. Buxton, 2008. Goodman & Gilman’s Manual of Pharmacology and Therapeutics. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc. Dekker,E,(1996).Hidup dengan tekanan darah tinggi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Ditjen POM. 2001. Acuan Sediaan Herbal. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 1-5, 89-92.
Haji FM, Tarkhani, AH Haji. 1999. The effect of sour tea (Hibiscus sabdariffa) on essential hypertension. J Ethnopharmacol, 65 (3), 231-236. Ismarani, D.I. Pradono, L.K. Darusman, 2011. Mikroenkapsulasi Ekstrak Formula Pegagan-Kumis Kucing-Sambiloto Sebagai Inhibitor Angiotensin I Converting Enzyme Secara In Vitro. CEFARS : Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah Vol. 3 No. 1 Desember 2011. Mutschler, E., 1991, Dinamika Obat Edisi Kelima. Bandung: Penerbit ITB.