BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawat adalah suatu profesi yang mempunyai pohon pengetahuan (Body of knowledge) dan ketrampilan khusus yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan. Pelayanan dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan demi kepentingan pasien/klien serta masyarakat. Sebagai cirri dari profesi, keperawatan memiliki otonomi dalam mengatur dirinya sendiri, dan patuh terhadap kode etik Perawat sebagai profesi secara langsung akan menerima tanggung jawab, kepercayaan dan kewajiban yang melekat pada kode etik itu sendiri, sehingga dalam memberikan asuhan keperawatanya dituntut untuk memahami dan berperilaku sesuai dengan etik keperawatan, serta memegang teguh nilainilai yang mendasari praktik keperawatan yaitu ; perawat membantu klien untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimum; perawat membantu meningkatkan autonomi klien mengekspresikan kebutuhannya; perawat mendukung martabat kemanusiaan dan berlaku sebagai advokat bagi kliennya; perawat menjaga kerahasiaan klien; berorientasi pada akuntabilitas perawat; dan perawat bekerja dalam lingkungan yang kompeten, etik, dan aman (CNA, 2001). Evolusi perkembangan sistem pelayanan kesehatan telah mengubah peran dan tanggungjawab perawat secara signifikan. Dalam perkembangan lebih lanjut, perawat dituntut untuk bertanggungjawab memberikan praktik keperawatan yang aman dan efektif serta bekerja dalam lingkungan yang memiliki standar klinik yang tinggi (Mahlmeister, 1999). Standar klinik akan memberikan pedoman dan petunjuk bagi perawat agar mereka tidak melakukan malpraktik, negligance sehingga menghindarkan klien dari dampak yang buruk. Berdasarkan kondisi tersebut muncul suatu pertanyaan, bagaimanakah seharusnya seorang perawat harus menjalankan fungsinya sehingga terhindar dari masalah etik maupun hukum? Sebagai seorang profesional, perawat menerima tanggung jawab dan mengemban tanggung gugat untuk membuat keputusan dan mengambil
1
2
langkah-langkah tentang asuhan keperawatan yang diberikan. Perawat juga bekerja
diberbagai
tatanan
dan
mengemban
berbagai
peran
yang
membutuhkan interaksi bukan saja dengan klien/pasien, keluarga dan masyarakat tetapi juga dengan tim kesehatan lainnya. Dalam melaksanakan tugasnya perawat akan sering mengalami konflik, baik dengan klien/pasien beserta keluarganya maupun dengan tim kesehatan lain. Di samping itu perawat juga harus mempertahankan dan meningkatkan kompetensinya dalam praktek sesuai dengan perkembangan IPTEK keperawatan dan kesehatan, terutama
yang
berkaitan
dengan
perpanjangan
hidup
yang
sering
menimbulkan dilema etik. Telaah tentang masalah etik dan isu/konflik yang mungkin timbul dalam praktek keperawatan dapat dipakai sebagai landasan kerja bagi perawat dalam pendekatan yang sistematis terhadap perilaku etis. Hal ini juga akan memberikan peningkatan kesadaran tentang beragam masalah etik dan pengambilan keputusan dalam asuhan keperawatan. Perawat dapat menjaga perspektif etis dengan jalan menyadari bahwa semua keputusan yang diambil dalam praktek mempunyai dimensi etis. Perawat merupakan tenaga kesehatan yang mempunyai kontak paling lama dengan pasien. Seharusnya penghargaan besar perawat terhadap pasien diwujudkan dalam pemberian asuhan yang bermutu secara ramah dan penuh perhatian. Kepekaan perawat dituntut untuk dapat menghargai hak pasien/klien untuk menolak teatment dan kapan mengesampingkan hak tersebut. Selain menghargai pasien dan keluarganya, perawat juga harus menghargai rekan-rekan kerjanya seperti dokter, social worker, ahli gizi dan lain-lain. Oleh karena itu perawat seharusnya ikut terlibat dalam memecahkan masalah besar yang menyangkut kesehatan dan kebutuhan pasien, dengan demikian terdapat konsensus di antara anggota tim dalam mengambil keputusan dan menangani informasi yang akan disampaikan kepada pasien dan keluarganya secara realistis dan jujur, dan berpedoman pada nilai-nilai moral dan kode etik..
3
1.2 Rumusan Masalah Bagaimana perawat mengambil keputusan dilemma etis sehubungan dengan malpraktik dokter yang menimbulkan kelumpuhan anak usia 12 tahun pasca injeksi sebelum operasi tonsil ? 1.3 Tujuan 1.3.1 Umum Mengetahui strategy pengambilan keputusan keperawatan dalam menyikapi malpraktik dokter yang menimbulkan kelumpuhan anak usia 12 tahun pasca injeksi sebelum operasi tonsil dengan Application six step’s in EDM 1.3.2 Khusus Menetapkan keputusan setiap tahap dalam Six Step”s in EDM a.
Clarify the ethical dilemma
b.
Gather additional data
c.
Identify options
d.
Make decision
e.
Act
f.
Evaluate
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP ETIKA 2.1.1 Etik Etik adalah norma-norma yang menentukan baik-buruknya tingkah laku manusia, baik secara sendirian maupun bersama-sama dan mengatur hidup ke arah tujuannya ( Pastur scalia, 1971) 2.1.2 Etik Keperawatan Etik keperawatan adalah norma-norma yang di anut oleh perawat dalam bertingkah laku dengan pasien, keluarga, kolega, atau tenaga kesehatan lainnya di suatu pelayanan keperawatan yang bersifat professional. Prilaku etik akan dibentuk oleh nilai-nilai dari pasien, perawat dan interaksi sosial dalam lingkungan. 2.1.3 Kode Etik Keperawatan Kode etik perawat adalah suatu pernyataan atau keyakinan yang mengungkapkan kepedulian moral, nilai dan tujuan keperawatan. Kode etik bertujuan untuk memberikan alas an/dasar terhadap keputusan yang menyangkut masalah etika dengan menggunakan model-model moralitas yang konsekuen dan absolute. Sebagai landasan utama dalam kode etik adalah prinsip penghargaan pada orang lain, diikuti dengan prinsip otonomi yang menempatkan pasien sebagai focus dari keputusan yang rasional. Prinsip-prinsip lain yang perlu diperhatikan adalah : prinsip kemurahan hati atau selalu berbuat baik, menghargai keyakinan atau hak-hak istimewa individu (confidentiality), selalu menepati janji (fidelity) dan memperlakukan individu-individu secara adil. 1. Fungsi Kode Etik Perawat Kode etik perawat yang berlaku saat ini berfungsi sebagai landasan bagi status professional dengan cara sebagai berikut : a.
Kode etik perawat menunjukkan kepada masyarakat bahwa perawat diharuskan memahami dan menerima kepercayaan dan
4
5
tanggung jawab yang diberikan kepada perawat oleh masyarakat b.
Kode etik menjadi pedoman bagi perawat untuk berperilaku dan menjalin hubungan keprofesian sebagai landasan dalam penerapan praktek etikal
c.
Kode
etik
perawat
menetapkan
hubungan-hubungan
professional yang harus dipatuhi yaitu hubungan perawat dengan pasien/klien sebagai advocator, perawat dengan tenaga professional kesehatan lainnya sebagai teman sejawat, dengan profesi keperawatan sebagai seorang contributor dan dengan masyarakat sebagai perwakilan dari asuhan kesehatan d.
Kode etik perawat memberikan sarana pengaturan diri sebagai profesi
2. Maksud kode etik perawat Kode etik perawat mempunyai maksud sebagai berikut : a.
Memberikan landasan bagi pengaturan hubungan antara perawat, pasien/klien, rekan sejawat, masyarakat dan profesi
b.
Mengingatkan perawat tentang tanggung jawab khusus yang mereka emban bila sedang merawat pasien/klien
c.
Memberikan standar sebagai dasar untuk member sanksi pada praktisi keperawatan yang tidak mengindahkan moral dan sebaliknya digunakan untuk membela praktisi keperawatan yang diperlakukan tidak adil
d.
Sebagai landasan pembuatan kurikulum professional dan untuk memberikan orientasi bagi lulusan baru terhadap praktek keperawatan
e.
Membantu masyarakat umum agar dapat mengerti tingkah laku keperawatan professional
f.
Menuntun profesi dalam pengaturan diri
3. Prinsip-nilai dalam kode etik Dalam kode etik perawat terkandung adanya prinsip-prinsip dan nilai-nilai utama yang merupakan focus bagi praktek keperawatan.
6
Prinsip dan nilai bermuara pada interaksi professional dengan pasien serta menunjukkan kepedulian perawat terhadap hubungan yang telah dilakukannya. Kedelapan prinsip utama tersebut meliputi : respect, otonomi, beneficence (kemurahan hati), non-maleficence, veracity (kejujuran), confideciality (kerahasiaan), fidelity dan justice (kesetiaan, keadilan) (PP-PPNI, 2006) a. Respek Respek diartikan sebagai perilaku perawat yang menghormati atau menghargai pasien/klien dan keluarganya. Perawat harus menghargai hak-hak pasien/klien seperti hak untuk pencegahan bahaya dan mendapatkan penjelasan secara benar. Penerapan Informed Consent secara tidak langsung menyatakan suatu trilogy hak pasien yaitu hak untuk dihargai, hak untuk menerima dan menolak treatment. b. Autonomi Autonomi berkaitan dengan hak seseorang untuk mengatur dan membuat keputusannya sendiri meskipun demikian masih terdapat berbagai keterbatasan, terutama yang berkaitan dengan situasi dan kondisi, latar belakang individu, camput tangan hokum dan tenaga kesehatan professional yang ada. Pada prinsipnya otonomi berkaitan dengan hak seseorang untuk memilih bagi diri mereka sendiri, apa yang menurut pemikiran dan pertimbangannya merupakan hal terbaik. Dengan demikian akan melibatkan konsep diri dalam menentukan nasib atau mempertanggungjawabkan dirinya sendiri c. Benefecience Merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan pasien atau tidak menimbulkan bahaya bagi pasien. Kesulitan muncul pada waktu menentukan siapa yang harus memutuskan hal terbaik untuk seseorang. Pada dasarnya diharapkan seseorang dapat membuat keputusan untuk dirinya sendiri kecuali bagi mereka yang tidak dapat melakukannya
7
seperti bayi, orang yang secara mental tidak kompeten dan pasien koma. Permasalahan lain muncul berpusat pada “apa yang disebut baik” dan “apa yang disebut tidak baik” sebagai contohnya adalah suatu keputusan yang harus diambil, apakah lebih baik, menopang dan memperpanjang hidup dalam menghadapi
semua
ketidak
mampuan
atau
lebih
baik
memperbolehkan seseorang untuk meninggal dan mengakhiri penderitaannya. Tentu saja memerlukan pertimbangan yang sangat hati-hati. d. Non-maleficence Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk tidak dengan sengaja menimbulkan kerugian atau cidera. Kerugian atau cidera dapat diartikan adanya kerusakan fisik seperti nyeri, kecacatan, kematian atau adanya gangguan emosi yang antara lain adalah perasaan tidaak berdaya, merasa terisolasi dan adanya kekesalan. Kerugian juga dapat berkaitan dengan ketidak adilan, pelanggaran atau berbuat kesalahan. Beberapa kewajiban yang berasal dari prinsip non-maleficence antara lain adalah suatu larangan seperti : jangan membunuh atau menghilangkan nyawa orang lain, kewajiban perawat untuk menghargai eksistensi kemanusiaan yang mempunyai konsekuensi untuk melindungi dan mempertahankan kehidupan dengan berbagai cara, jangan menyebabkan nyeri atau penderitaan pada orang lain, jangan membuat orang lain tidak berdaya dan jangan melukai perasaan orang lain. e. Veracity Merupakan prinsip moral dimana kita mempunyai suatu kewajiban untuk mengatakan yang sebenarnya atau tidak membohongi orang lain / pasien. Kebenaran merupakan hal yang
fundamental
denganorang
lain.
dalam
membangun
Kewajiban
untuk
suatu
hubungan
mengatakan
yang
sebenarnya didasarkan atau penghargaan terhadap otonomi
8
seseorang dan mereka berhak untuk diberi tahu tentang hal yang sebenarnya. f. Konfidensialitas Prinsip ini berkaitan dengan penghargaan perawat terhadap semua
informasi
tentang
pasien/klien
yang
dirawatnya.
Pasien/klien harus dapat menerima bahwa informasi yang diberikan kepada tenaga professional kesehatan akan dihargai dan tidak disampaikan/diberbagikan kepada pihak lain secara tidak tepat. Perlu dipahami bahwa berbagi informasi tentang pasien/klien dengan anggota kesehatan lain yang ikut merawat pasien/klien tersebut bukan merupakan pembeberan rahasia selama informasi tersebut relevan dengan kasus yang ditangani. Dalam praktek klinik perawat sering menemukan prinsip-prinsip yang bertentangan, sehingga mendapatkan kesulitan dalam menanganinya. Sebagai contoh : adanya seorang pasien yang tidak diberitahu tentang diagnose penyakitnya, sehingga bertanya pada perawat. Jika perawat tidak mempunyai kewenangan untuk menyampaikan informasi tersebut, maka perawat akan mengalami dilemma etik, antara memberitahu pasien sesuai dengan penghargaan terhadap otonomi atau tidak akan menceritakan kebenaran yang berarti melanggar prinsip kejujuran. g. Fedelity Merupakan prinsip moral yang menjelaskan kewajiban perawat untuk
tetap
setia
pada
komitmennya,
yaitu
kewajiban
mempertahankan hubungan saling percaya antara perawat dan pasien. Kewajiban ini meliputi meenepati janji, menyimpan rahasia dan “caring” h. Justice Merupakan prinsip moral untuk bertindak adil bagi semua individu, setiap individu mendapat pperlakuan dan tindakan yang sama. Tindakan yang sama tidak selalu identik tetapi
9
dalam hal ini persamaan berarti mempunyai kontribusi yang relatif sama untuk kebaikan hidup seseorang 2.1.3 Dilema Etik Dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua (atau lebih) landasan moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu kondisi dimana setiap alternatif memiliki landasan moral atau prinsip. Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benara atau salah dan dapat menimbulkan stress pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Dilema etik biasa timbul akibat nilai-nilai perawat, klien atau lingkungan tidak lagi menjadi kohesif sehingga timbul pertentangan dalam mengambil keputusan. Menurut Thompson & Thompson (1985 ) dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau tidak memuaskan sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau yang salah. Untuk membuat keputusan yang etis, seorang perawat tergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan emosional. 1. Kerangka Proses Pemecahan Masalah Dilema Etik Kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh para ahli dan pada dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan / Pemecahan masalah secara ilmiah, antara lain : 2. Model Pemecahan masalah (Megan, 1989) Ada lima langkah-langkah dalam pemecahan masalah dalam dilema etik, yaitu : a. Mengkaji situasi b. Mendiagnosa masalah etik moral c. Membuat tujuan dan rencana pemecahan d. Melaksanakan rencana e. Mengevaluasi hasil 3. Kerangka pemecahan dilema etik (kozier & erb, 1989 ) a. Mengembangkan data dasar.
10
Untuk melakukan ini perawat memerukan pengumpulan informasi sebanyak mungkin meliputi : 1) Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan bagaimana keterlibatannya 2) Apa tindakan yang diusulkan 3) Apa maksud dari tindakan yang diusulkan 4) Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan yang diusulkan. b. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut c. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan
dan
mempertimbangkan
hasil
akhir
atau
konsekuensi tindakan tersebut d. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil keputusan yang tepat e. Mengidentifikasi kewajiban perawat f. Membuat keputusan 4. Model Murphy dan Murphy a. Mengidentifikasi masalah kesehatan b. Mengidentifikasi masalah etik c. Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan d. Mengidentifikasi peran perawat e. Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin dilaksanakan f. Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif keputusan g. Memberi keputusan h. Mempertimbangkan bagaimanan keputusan tersebut hingga sesuai dengan falsafah umum untuk perawatan klien i. Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan menggunakan informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan berikutnya.
11
5. Model Curtin a. Mengumpulkan
berbagai
latar
belakang informasi
yang
menyebabkan masalah b. Identifikasi bagian-bagian etik dari masalah pengambilan keputusan. c. Identifikasi orang-orang yang terlibat dalam pengambilan keputusan. d. Identifikasi semua kemungkinan pilihan dan hasil dari pilihan itu. e. Aplikasi teori, prinsip dan peran etik yang relevan. f. Memecahkan dilema g. Melaksanakan keputusan 6. Model Levine – Ariff dan Gron a. Mendefinisikan dilema b. Identifikasi faktor-faktor pemberi pelayanan c. Identifikasi faktor-faktor bukan pemberi pelayanan d. Pikirkan faktor-faktor tersebut satu persatu e. Identifikasi item-item kebutuhan sesuai klasifikasi f. Identifikasi pengambil keputusan g. Kaji ulang pokok-pokok dari prinsip-prinsip etik h. Tentukan alternatif-alternatif i. Menindaklanjuti 7. Langkah-langkah menurut Purtilo dan Cassel (1981) Purtilo dan cassel menyarankan 4 langkah dalam membuat keputusan etik a. Mengumpulkan data yang relevan b. Mengidentifikasi dilema c. Memutuskan apa yang harus dilakukan d. Melengkapi tindakan 8. Langkah-langkah menurut Thompson & Thompson ( 1981)
12
a. Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan yang diperlukan, komponen etis dan petunjuk individual. b. Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi c. Mengidentifikasi Issue etik d. Menentukan posisi moral pribadi dan professional e. Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait. f. Mengidentifikasi konflik nilai yang ada 2.1.4 Strategi Penyelesaian Masalah Etik Dalam menghadapi dan mengatasi permasalahan etis, antara perawat dan dokter tidak menutup kemungkinan terjadi perbedaan pendapat. Bila ini berlanjut dapat menyebabkan masalah komunikasi dan kerjasama, sehingga menghambat perawatan pada pasien dan kenyamanan kerja. (Mac Phail, 1988) Salah satu cara menyelesaikan permasalahan etis adalah dengan melakukan rounde (Bioetics Rounds) yang melibatkan perawat dengan dokter. Rounde ini tidak difokuskan untuk menyelesaikan masalah etis tetapi untuk melakukan diskusi secara terbuka tentang kemungkinan terdapat permasalahan etis.
2.2 PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL Kelompok kerja Keperawatan Konsorsium Ilmu Kesehatan (1992) mendefinisikan Praktek Keperawatan sebagai berikut : Praktek Keperawatan adalah : Tindakan mandiri perawat professional melalui kerjasama
bersifat kolaboratif dengan pasien/klien dan tenaga
kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya. Malkemes, L.C (1983) mengatakan bahwa praktek keperawtaan professional (professional Nursing Practice) adalah suatu proses dimana Ners terlibat dengan klien, melalui kegiatan ini masalah kesehatan klien diidentifikasi dan di atasi.
13
Karakteristik praktek keperawatan professional : a. Otoritas (authority) : mempengaruhi proses asuhan melalui peran profesiional b. Akontabilitas (accountability) : tanggung jawab kepada klien, diri sendiri, dan profesi, serta mengambil keputusan yang berhubungan dengan asuhan. c. Pengambilan keputusan yang mandiri (Independent decision making) : membuat keputusan pada tiap tahap proses keperawatan dalam menyelesaikan masalah klien d. Kolaborasi (collaboration): mengadakan hubungan kerja dengan berbagai disiplin dalam mengakses masalah klien, dan membantu klien menyelesaikannya e. Pembelaan/dukungan(advocacy)
:
mengadakan
intervensi
untuk
kepentingan atau demi klien, dalam mengatasi masalahnya, serta berhadapan dengan fihak-fihak lain yang lebih luas (system at large) f. Fasilitasi (facilitation) : memaksimalkan potensi dari organisasi dan system klien-keluarga (client-family system) dalam asuhan
2.2.1 Penyelenggaraan Praktik Keperawatan (PerMenKes no: H.K.02.02/MENKES/148/I/2010, bab III, pasal 8, 9, 10, 11, 12) 1. Pasal 8 (1) Praktik keperawatan dilaksanakan pada fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama, tingkat kedua, dan ketiga (2) Praktik keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (3) Praktik keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui kegiatan : a. Pelaksanaan asuhan keperawatan b. Pelaksanaan upaya promotif, preventif, pemulihan dan pemberdayaan masyarakat dan c. Pelaksanaan tindakan keperawatan komplementer
14
(4) Asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a. Meliputi pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi kepoerawatan (5) Implementasi keperawatan sebagaimana dimaksud ayat (4) meliputi penerapan perencanaan dan pelaksanaan tindakan keperawatan (6) Tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) meliputi pelaksanaan prosedur keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan dan konseling kesehatan (7) Perawat dalam menjalankan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat memberikan obat bebas dan/atau obat bebas terbatas 2. Pasal 9 Perawat dalam melakukan praktik harus sesuai dengan kewenangan yang dimiliki 3. Pasal 10 (1) Dalam keadaan darurat untuk penyelematan nyawa seseorang/pasien dan tidak ada dokter di tempat kejadian, perawat dapat melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 (2) Bagi perawat yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter dalam rangka melaksanakan tugas pemerintah, dapat melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 (3) Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat 2, harus mempertimbangkan kompetensi, tingkat kedaruratan dan kemungkinan dirujuk (4) Daerah yang tidak memiliki dokter sebagaimana dimaksud pada ayat 2, adalah kecamatan atau kelurahan/desa yang ditetapkan oleh kepala Dinas Kesehatan Kota/kabupaten
15
(5) Dalam hal daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 4 telah terdapat dokter, kewenangan perawat sebagaimana dimaksud pada ayat 2 tidak berlaku 4. Pasal 11 Dalam menjalankan praktek, perawat mempunyai hak : (1) Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan praktik keperawatan sesuai standard (2) Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari klien dan/atau keluarganya (3) Melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi (4) Menerima imbalan jasa profesi dan (5) Memperoleh jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang berkaitan dengan tugasnya 5. Pasal 12 Dalam melaksanakan praktik, perawat wajib untuk : (1) Menghormati hak pasien (2) Melakukan rujukan (3) Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundangundangan (4) Memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien/klien dan pelayanan yang dibutuhkan (5) Meminta persetujuan tindakan keperawatan yang akan dilakukan (6) Melakukan pencatatan asuhan keperawatan secara sistematis dan (7) Mematuhi standard
2.2.2 Kompetensi Regsiter Nurse Se ASEAN Berdasarkan MRA (WPSEAR Common Competencies for Registered Nurses) Berdasarkan kesepakatan yang tertuang dalam Mutual Recognition Arrangement on Nursing services yang ditanda tangani pada 8 desember 2006 di Cebu-Phillipina, maka ditetapkan Uji proficiency
16
mengacu pada kualifikasi General Registered Nurse yang berpedoman pada Standard Internasional ”18 Core Competencies” bagi negaranegara Asia-Pasific, sehingga mampu melakukan praktik keperawatan yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang yang diakui oleh negara yang bersangkutan (MRA On Nursing Services, 2006 & Workshop APEC, 2006). Dalam uraian kompetensi ini ditekankan sebagai domain yang pertama adalah kompetensi tentang legal ethic. Berikut ini adalah 18 kompetensi yang dimaksud :
17
DOMAIN 1: LEGAL AND ETHICAL FRAMEWORK OF NURSING PRACTICE COMPETENCY UNIT 1 RECOGNISES AND ACCEPTS PERSONAL ACCOUNTABILITY AND RESPONSIBILITY FOR ALL ASPECTS OF PROFESSIONAL PRACTICE Practices in accordance with current competencies and scope of practice. Performs nursing interventions according to recognised standards of practice. Clari.es responsibility for aspects of care with other members of the health team. COMPETENCY UNIT 2 UNDERSTANDS AND DEMONSTRATES KNOWLEDGE OF THE LEGAL AND ETHICAL FRAMEWORK OF THE HEALTH SYSTEM THAT RELATES TO NURSING Recognises and acts upon breaches of law relating to nursing practice and/or professional code of conduct. Practices in accordance with relevant legislation, national and local policies and procedural guidelines. Maintains clear and legible documentation and records. COMPETENCY UNIT 3 UNDERSTANDS AND UTILISES AN ETHICAL DECISION MAKING FRAMEWORK Practices in a manner that conforms with an agreed Code of Ethics. Engages effectively in ethical decision making. Demonstrates an understanding of the challenges to ethical decision making in a broad range of Circumstances and practice settings including con.ict and natural disaster situations. Maintains patient con.dentiality and security of patient information. COMPETENCY UNIT 4 PROVIDES CULTURALLY SENSITIVE CARE Respects the values, customs, spiritual beliefs and practices of individuals and groups (from ICN). Recognises own beliefs and values and how these may in.uence care giving.
DOMAIN 2: MANAGEMENT OF CARE The “Management of Care” domain draws together the areas of ; Professional Practice, Comunication, Consumer Rights, and Professional Advancement and development A) Professional Practice COMPETENCY UNIT 5 CONTRIBUTES TO EFFECTIVE MULTIDISCIPLINARY TEAM WORK BY MAINTAINING COLLABORATIVE RELATIONSHIPS
18
Collaborates with and co-ordinates health and social care teams. Demonstrates critical thinking and decisionmaking skills. Participates with members of the health and social care teams in decision making concerning patients/clients (from ICN). COMPETENCY UNIT 6 ENSURES CONSISTENT, CONTINUOUS HOLISTIC QUALITY OF CARE Undertakes a comprehensive and systematic assessment involving analysis and interpretation of data. Formulates a plan of care in collaboration with the patient/ client and/ or signi.cant other. Implements and documents planned nursing care. Evaluates and documents progress towards expected outcomes and uses evaluation data to modify the plan of care. Utilises well-conducted/evaluated research .ndings in practice as appropriate (practice based on evidence). Makes clinical judgements and provides appropriate nursing therapeutic interventions and procedures for the individual patient, family and community. Teaches patients/families/carers/health professionals aspects of care as appropriate. Ensures that no action or omission on the part of the nurse, or within the nurse’s sphere of responsibility, is detrimental to the patient, family and community. Works collaboratively with nursing colleagues to ensure continuity of quality nursing care. Re.ects on practice outcomes and makes changes to practice when appropriate. Maintains and updates technical skills. COMPETENCY UNIT 7 CREATES AND MAINTAINS A SAFE ENVIRONMENT THROUGH THE USE OF QUALITY ASSURANCE AND RISK MANAGEMENT STRATEGIES Participates in continuous quality improvement and quality assurance activities. Acknowledges limitations in knowledge and competence and declines any duties or responsibilities unless Able to perform them in a safe and skilled manner. Delegates, monitors and supervises work performed by assistants. Provides a safe environment for patient(s) and staff, including implementing infection control procedures.
COMPETENCY UNIT 8 DEMONSTRATES UNDERSTANDING OF TRADITIONAL HEALING PRACTICES WITHIN AN INDIVIDUAL’S, FAMILY’S AND/OR COMMUNITY’S HEALTH BELIEF SYSTEM
19
Seeks out knowledge about speci.c traditional healing practices that are culturally relevant to individuals and communities. Makes changes to practice when appropriate. COMPETENCY UNIT 9 DEMONSTRATES AN UNDERSTANDING OF NATIONAL HEALTH, SOCIAL AND POLITICAL PROCESSES Actively seeks to participate in health policy development and evaluation, and program planning. Accepts leadership responsibility in the delivery of nursing and health care. B) Communication COMPETENCY UNIT 10 ESTABLISHES INTERPERSONAL RELATIONSHIPS BASED ON PUBLIC TRUST AND CONFIDENCE Listens and interacts clearly by verbal, written and electronic means as appropriate, to patients/clients, families, carers and other health professionals. Respects the professional boundaries of therapeutic relationships. COMPETENCY UNIT 11 DISPLAYS CULTURAL AWARENESS AND SENSITIVITY IN RELATION TO VERBAL/NON VERBAL COMMUNICATION Accesses and provides appropriate written resources for patients and their carers when needed. Uses appropriate professional interpreters when needed. Involves an advocate for the patient/client if necessary to ensure effective communication. COMPETENCY UNIT 12 USES HEALTH and INFORMATION TECHNOLOGY EFFECTIVELY AND APPROPRIATELY Communicates and clari.es advances in appropriate technologies to the patient/client. Uses available information technology to access information and new knowledge. Undertakes training in the application of new health technologies as necessary. C) Consumer Rights COMPETENCY UNIT 13 RESPECTS EACH PATIENT/CLIENT IRRESPECTIVE OF THEIR ETHNIC ORIGIN, RELIGION OR OTHER FACTORS Respects the patient’s/client’s rights to access information, privacy, choice and selfdetermination. Responds appropriately to comments or complaints from patients/clients and co-operates with complaints procedures. COMPETENCY UNIT 14
20
PROVIDES AN ADVOCACY ROLE FOR PATIENTS’ RIGHTS AND EMPOWERS PATIENTS/CLIENTS TO MAKE DECISIONS REGARDING THEIR CARE Protects and safeguards the interests and wellbeing of the patients /clients. Recognises and respects patients’/clients’ and carers’ involvement in the planning and delivery of care. Respect patients’/clients’ rights to access information. d) Professional COMPETENCY UNIT 15 MAINTAINS COMPETENCE BY UNDERTAKING ACTIONS FOR PROFESSIONAL DEVELOPMENT AND EDUCATION Applies evidence-based and/or best practice knowledge and technical skills. Participates in and contributes to research. Contributes to the education and professional development of others. Takes steps to remedy any de.cits in skill or personal knowledge.
DOMAIN 3: LEADERSHIP AND NURSING MANAGEMENT COMPETENCY UNIT 16 UNDERSTANDS THE PRINCIPLES OF CONTINUOUS QUALITY IMPROVEMENT (CQI), AND INCORPORATES THIS IN PRACTICE Collects, analyses and utilises data about incidents and trends and implements remedial changes to improve care delivery. Demonstrates an understanding of ef.cient resource utilisation and human resource management. Uses the ability to think proactively, laterally and critically within a problem-solving context. COMPETENCY UNIT 17 HOLDS AND COMMUNICATES A CLEAR VISION OF NURSING WITHIN THE HEALTH STRUCTURE IN WHICH SHE/HE WORKS Promotes and maintains the professional role of the nurse. Initiates and participates in dialogue about new initiatives and change processes in nursing and health care. Demonstrates the ability to make appropriate management decisions. Demonstrates the ability to think laterally and critically within a problem-solving context. Supports, collaborates and co-operates with colleagues. COMPETENCY UNIT 18 PROVIDES A SAFE WORKING ENVIRONMENT Demonstrates knowledge of relevant aspects of occupational health and safety legislation. Recognises the need for rest and diversion activities to prevent burnout. Manages workloads effectively. Acts as a collaborative team member.
BAB III PEMBAHASAN KASUS
3.1 KASUS: Ingin mengambil tindakan tapi diluar otoritas. Saya mengalami situasi ketika tekanan darah pasien turun dan saya ingin segera melakukan tindakan untuk membantu pasien tapi saya tidak dapat melakukannya tanpa melapor ke dokter terlebih dahulu. Saya harus menunggu perintah dari dokter karena hal itu berada di luar tanggung jawab saya. 3.2 PEMBAHASAN KASUS: 1. Clarify the ethical dilemma Dalam kasus ini dilemma ethic yang muncul adalah perawat tidak dapat mengambil keputusan untuk menyelamatkan pasien yang mengalami penurunan tekanan darah secara drastis. Hal tersebut dikarenakan bukan merupakan tanggungjawab perawat. 2. Gather Additional Data Dokter belum memberikan perintah untuk memberikan tindakan penanganan terhadap pasien yang mengalami penurunan tekanan darah secara drastis. 3. Identify Options Prinsip Nilai dalam Kode Etik: (PP-PPNI, 2006) a. Respek Respek diartikan sebagai perilaku perawat yang menghormati atau menghargai pasien/klien dan keluarganya. b. Autonomi Autonomi berkaitan dengan hak seseorang untuk mengatur dan membuat keputusannya sendiri meskipun demikian masih terdapat berbagai keterbatasan, terutama yang berkaitan dengan situasi dan kondisi, latar belakang individu, campur tangan hukum dan tenaga kesehatan professional yang ada. c. Benefecience
21
22
Merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan pasien atau tidak menimbulkan bahaya bagi pasien. Kesulitan muncul pada waktu menentukan siapa yang harus memutuskan hal terbaik untuk seseorang. d. Non-maleficence Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk tidak dengan sengaja menimbulkan kerugian atau cidera. Beberapa kewajiban yang berasal dari prinsip non-maleficence antara lain adalah suatu larangan seperti : jangan membunuh atau menghilangkan nyawa orang lain, kewajiban perawat untuk menghargai eksistensi kemanusiaan yang mempunyai konsekuensi untuk melindungi dan mempertahankan
kehidupan
dengan
berbagai
cara,
jangan
menyebabkan nyeri atau penderitaan pada orang lain, jangan membuat orang lain tidak berdaya dan jangan melukai perasaan orang lain. e. Veracity Merupakan prinsip moral dimana kita mempunyai suatu kewajiban untuk mengatakan yang sebenarnya atau tidak membohongi orang lain / pasien. f. Konfidensialitas Prinsip ini berkaitan dengan penghargaan perawat terhadap semua informasi tentang pasien/klien yang dirawatnya. Pasien/klien harus dapat menerima bahwa informasi yang diberikan kepada tenaga professional
kesehatan
akan
dihargai
dan
tidak
disampaikan/diberbagikan kepada pihak lain secara tidak tepat. g. Fedelity Merupakan prinsip moral yang menjelaskan kewajiban perawat untuk
tetap
setia
pada
komitmennya,
yaitu
kewajiban
mempertahankan hubungan saling percaya antara perawat dan pasien. Kewajiban ini meliputi meenepati janji, menyimpan rahasia dan “caring” h. Justice
23
Merupakan prinsip moral untuk bertindak adil bagi semua individu, setiap individu mendapat pperlakuan dan tindakan yang sama. Jadi pilihan tindakan yang dilakukan oleh perawat harus berdasarkan pada prinsip etik tersebut di atas. Jika tidak ada upaya penyelamatan, maka kasus di atas dapat melanggar prinsip Nonmaleficence dan prinsip beneficence. 4. Make decision Ditinjau dari kasus yang ada, penurunan tekanan darah secara drastis adalah masalah yang harus segera ditangani. Jika tidak segera ditangani, maka dapat menimbulkan beberapa komplikasi yang muncul diantaranya: stroke, serangan jantung, bahkan shock. Dalam hal ini, perawat memiliki 2 keputusan yang harus dilakukan: (Dasar Hukum: Kepmenkes 1239 / 2001 terkait dengan praktik perawat Bab IV Pasal 20) 1) Perawat melakukan tindakan dengan cepat dan tepat. 2) Karena dalam kasus disebutkan bahwa dokter tidak bisa dihubungi, maka tindakan yang perlu dilakukan adalah mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan dan melaporkan segera kepada dokter ketika dokter sudah bisa dihubungi/dokter mendatangi pasien.
24
CLINICAL PATHWAY HIPOTENSION TD tiba-tiba turun saat mengubah posisi dengan cepat. Ex: Dari posisi duduk ke berdiri
Tubuh tidak beradaptasi mengubah TD rendah ke normal
Darah mengumpul pada pembuluh darah vena ekstremitas inferior
Pengisian atrium kanan jantung berkurang maka curah jantung juga berkurang
Hipotensi
Pengisian darah ke otak berkurang
Penurunan tekanan arteri kepala diikuti penurunan PO2 dan kenaikan CO2
Stroke
25
Respon baroreseptor secara reflek berupa:
Peningkatan frekuensi respirasi
Kenaikan frekuensi denyut jantung
Sesak napas
Shock
Sekresi zat-zat vasoaktif
26
5. Act kepada pasien, Perspektif asuhan keperawatan memberikan arah dengan cara
bagaimana
perawat dapat membagi waktu untuk dapat duduk
bersama dengan pasien atau sejawat guna penyelesaian masalah pasien, merupakan suatu kewajaran yang dapat membahagiakan bila diterapkan berdasarkan etika. Karakteristik perspektif dari asuhan meliputi : (1) Berpusat pada hubungan interpersonal dalam asuhan; (2) Meningkatkan penghormatan dan penghargaan terhadap martabat
klien atau
pasien
sebagai manusia; (3) Mau mendengarkan dan mengolah saran-saran dari orang lain sebagai dasar yang mengarah pada tanggung-jawab profesional; (4) Mengingat kembali
arti tanggung-jawab moral yang
meliputi
kebajikan seperti: kebaikan, kepedulian, empati, perasaan kasih-sayang, dan menerima kenyataan. (Taylor,1993). Asuhan juga memiliki tradisi memberikan komitmen utamanya terhadap pasien dan belakangan ini mengklaim bahwa advokasi terhadap pasien merupakan salah satu peran yang sudah dilegimitasi sebagai peran dalam memberikan asuhan keperawatan. Advokasi adalah memberikan saran dalam upaya melindungi dan mendukung hak-hak pasien. Hal tersebut merupakan suatu kewajiban moral bagi perawat, dalam menemukan kepastian tentang dua sistem pendekatan etika yang dilakukan yaitu pendekatan
berdasarkan prinsip dan asuhan. Perawat yang
memiliki
komitmen tinggi dalam mempraktekkan keperawatan profesional dan tradisi tersebut perlu mengingat hal-hal sbb: (1) Pastikan bahwa loyalitas staf atau kolega
agar tetap memegang
teguh
komitmen utamanya
terhadap pasien; (2) berikan prioritas utama terhadap masyarakat pada umumnya; (3) Kepedulian mengevaluasi
pasien dan terhadap
kemungkinan adanya klaim otonomi dalam kesembuhan pasien. Bila menghargai otonomi, perawat harus memberikan informasi yang akurat, menghormati dan mendukung hak pasien dalam mengambil keputusan. Dalam kasus ini, perawat menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa penurunan tekanan darah secara terus menerus dapat membahayakan nyawa pasien. Oleh karenanya, perawat perlu melakukan tindakan penanganan yang cepat dan tepat walaupun tanpa instruksi dokter.
27
Sebelum memulai tindakan, perlu adanya bagi perawat untuk inform consent kepada pasien berupa surat pernyataan kesanggupan pasien untuk dilakukan tindakan dan keluarga menyetujui. 6. Evaluate Implikasi dari setiap tindakan yang dilakukan harus dievaluasi, sehingga perkembangan kesehatan pasien bisa diukur. Evaluasi yang diharapkan dari tindakan keperawatan dalam masalah dilemma etik adalah penanganan terhadap penurunan tekanan darah pasien berhasil dan dokter dapat menerima tindakan penanganan yang telah dilakukan perawat walaupun hal tersebut diluar kewenangannya.
KEPUSTAKAAN Anne-Marie
Ryan,
2002,
Competence
assessment
RN,
http://www.nursingboard.ie/competency/readmore.asp Australian Nursing and Midwifery council, National Competency standard for the registered nurse Canadian Nursses Association, 1993, The Scope of Nursing Practice, a review of issues and trends, Otawa, Ontario, Canada. Carol Taylor,Carol Lillies, Priscilla Le Mone, 1997, Fundamental Of Nursing Care, Third Edition, by Lippicot Philadelpia, New York. Darmadipura S.M,Sukanto H, Farida N, Asnar E, Santoso A.W.M, 2005, Kajian Bioetik, Edisi kedua, Fakultas kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya Danny Wiradharma, SH, M.S., dr, 1996, Hukum Kedokteran, Penuntun kuliah, Bina Rupa Aksara, Jakarta DPD I PPNI Jawa timur, PSIK FK Unair Surabaya, Kumpulan materi Pelatihan Dosen /Staf Pengajar cabang Ilmu Keperawatan Dasar, disampaikan dalam pelatihan Dosen/staf Pengajar cabang Ilmu Keperawatan dasar. Kusnanto, SKp., 2000, Praktek Keperawatan Profesional, kumpulan materi pelatihan dosen/staf pengajar, DPD PPNI Surabaya, tidak dipublikasikan. Majelis kehormatan Etik Keperawatan, PPNI, 2005, Kode Etik Perawat Indonesia, buku I, II, Jakarta, tidak dipublikasikan Mimin Emi, S,,Dra, Hj., Etika Keperawatan : Aplikasi Pada Praktik, EGC, 2004 Nila Ismani, Hj, SKM, 2001, Etika Keperawatan, Widya Medica, Jakarta Panitia rapat Kerja nasional PPNI, 2008, Praktik Mandiri, PPNI Semarang, tidak dipublikasikan. Palestin B, 2006, disalin dari “jurnal keperawatan dan penelitian “, (http://bondanmanajemen.blogspot.com/2006/10/fungsi-perawat-spesialisagar.html) Pengurus Pusat PPNI, 2010, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, nomer HK.02.02/MENKES/148/I2010.. Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PP-PPNI), 2010, Standar Profesi & Kode Etik Perawat Indonesia, Jakarta. Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PP-PPNI), 2006, Kode Etik Perawat Indonesia, Jakarta.
28
29
Praptianingsih, Sri., 2006, Kedudukan hhukum perawat dalam upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Robert Prihardjo, 1995, Praktik Keperawatan Profesional, dasar Dan Hukum, EGC, Jakarta. Tim Redaksi Pustaka Yustisia, 2009, Himpunan Perundangan Anti Malpraktek Kedokteran dan Kesehatan, Pustaka Yustisia, Jakarta Western Pasific And South East Asian Region, 2006, Common Competencies For Registered Nurses, ANMC Australia