Dwi Punya.docx

  • Uploaded by: Hadi Faisal
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Dwi Punya.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,928
  • Pages: 16
TUGAS KELOMPOK Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fikih Muamalah 1 “Ijarah dan Syuh’ah”

Dosen Pembimbing: Rio Erismen. Lc, Ma

Disusun Oleh : Dwi Sugiyanto (41703015) Deden Mutasari (41703055) Fadel Mohammad Dafa (41703063)

Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI Jl. Raya Bojongsari, Pondok Rangga, Depok, Sawangan, Kota Depok, Jawa Barat 16517, Indonesia Tahun Akademik 2018/2019

Kata Pengantar Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan banyak nikmat, nikmat sehat, sempat, dan yang paling utama adalah nikmat iman dan islam, sehingga kami bisa membuat tugas makalah dari mata kuliah fikih muamalah 1. Sholawat serta salam selalu kami curahkan kepada tauladan bagi umat islam di seluruh dunia yakni Nabi Muhammad SAW, dengan ketegaran beliau bisa menghadapi segala rintangan dan halangan di saat menyebarkan dakwah islam, dan semoga kita semua mendapat syafaat dari beliau di yaumul kiamah. Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Asgaft Asysyad Rasyid, SEI, M.Si, yang telah membimbing kami dalam menyusun dan mengerjakan tugas makalah ini.

Depok , 25 Februari 2019

Penyusun

i

Daftar Isi

Kata Pengantar......................................................................................................................................... i Daftar Isi .................................................................................................................................................. ii BAB.1 PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 1 1.1. Latar Belakang.............................................................................................................................. 1 1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................................................ 1 1.3. Tujuan Makalah............................................................................................................................ 2 BAB.2 PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 3 2.1. Ijarah ............................................................................................................................................ 3 2.1.i. Pengertian Ijarah .................................................................................................................... 3 2.1.ii. Syarat dan Rukun Ijarah ........................................................................................................ 3 2.1.iii. Landasan Hukum Ijarah ........................................................................................................ 4 2.1.iv. Ijma Ulama ........................................................................................................................... 5 2.1.v. Praktik Dalam Bank Syariah................................................................................................... 5 2.2. Syuf’ah.......................................................................................................................................... 6 2.2.i. Pengertian Syuf’ah ................................................................................................................. 6 2.2.ii. Rukun Syuf’ah........................................................................................................................ 7 2.2.iii. Syarat Syuf’ah ....................................................................................................................... 9 2.2.iv. Landasan Hukum dan Dalil ................................................................................................... 9 2.2.v. Hikmah syuf’ah .................................................................................................................... 10 BAB.3 PENUTUP .................................................................................................................................... 11 3.1. Kesimpulan................................................................................................................................. 11 3.2. Kritik dan Saran .......................................................................................................................... 12 Daftar Pustaka....................................................................................................................................... 13

ii

BAB.1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ijarah merupakan salah satu pokok pembahasan yang masuk dalam wilawah fiqh muamalah yaitu mengatur hubungan antar orang dengan orang laindalam pergaulah hidup didunia. Seiring denganperkembangan zaman, transaksi muamalah tidak terdapat miniatur dari ulama klasik, transaksi tersebut merupakan terobosan baru dalam dunia modern. Dalam hal ini kita harus cermat apakah transaksi modrn ini memiliki pertentangan tidak dengan kaidah fiqh? Jika tidak maka transaksi dapat dikatakan mubah Sejak masyarakat jahiliyah, sudah sering dikenal adanya kerja sama dalam lapangan ekonomi. Baik yang bersifat produktif atau bentuk kerja sama dalam kepemilikan suatu harta oleh dua orang atau lebih. Kemudian bagaimana jika salalh stu dari orang yang ikut dalam perkongsian tersebut ingin menjual haknya kepada pihak lain yang juga ikut prsekutuan itu? Bolehkah salah seorang melakukan hal tersebut kepada pihak yang tidak ikut dalam perkongsian tersebut?. Menurut ketentuan agama, pihak-pihak yang termasuk dalam perekutuan itu tidak boleh menjual haknya kepada orang lain secara sendiri-sendiri tanpa persetujuan anggota persekutuan.Jika Hal tersebut terjadi, maka anggota lain yang dalam persekutuna itu dapat meminta secara paksakepada pihak mpembeli. 1.2. Rumusan Masalah 1. Apa itu Ijarah dan Syuf’ah? 2. Apa saja rukun dan syaratnya? 3. Hal apa saja yang dapat membatalkan akadnya? 4. Apa saja dalil Ijarah dan Syuf’ah

1

2

1.3. Tujuan Makalah 1. Mengetahui dan memahami definisi Ijarah dan Syuh’ah. 2. Memenuhi tugas. 3. Mengetahui dalil – dalilnya. 4. Mengetahui rukun dan syarat Ijarah dan syuf’ah

BAB.2 PEMBAHASAN 2.1. Ijarah 2.1.i. Pengertian Ijarah Ijarah dalam kamus bahasa arab memiliki arti sewa, upah, jasa, dan imbalan. Ijarah atau yang biasa disebut sewa menyewa banyak dilakukan oleh orang-orang dalam berbagai keperluan atau kebutuhan mereka yang biasanya dipakai dalam jangka waktu harian, bulanan, dan tahunan. Menurut pendapat malikiyah, ijarah adalah suatu akad yang memberikan hak milik atas manfaat barang atau benda yang mubah untuk masa tertentu dengan imbalan yang bukan berasal dari manfaat. Sedangkan menurut pendapat hanafiyah ijarah adalah suatu akad atas manfaat dengan imbalan berupa harta. Jadi kesimpulan dari pengertian ijarah adalah pemindahan suatu akad hak guna (kemanfaatan) atas suatu benda atau barang tertentu, dengan pembayaran sewa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan benda atau barang yang di sewakan serta akad atas manfaat dengan imbalan yang disepakati antara kedua belah pihak. 2.1.ii. Syarat dan Rukun Ijarah Menurut jumhur ulama, rukun ijarah ada 4 yaitu: 

Aqid (orang yang akad )



Shigat akad ( ijab dan qobul )



Ujrah ( upah )



Manfaat

Menurut ulama hanafiyah, rukun ijarah adalah

ijab dan qobul, antara lain dengan

menggunakan beberapa kalimat : al-ijarah, al-isti'jar,al-iktira' dan al-ikra'.

3

4

Syarat akad ijarah antara lain : 

Syarat bagi kedua orang yang berakad yaitu telah baligh dan berakal.



Kedua belah pihak yang melakukan akad menyatakan suatu kerelaannya untuk melakukan akad ijarah tersebut.



Manfaat yang menjadi objek ijarah harus diketahui secara terang dan jelas.



Obyek ijarah dapat diserahkan dan digunakan secara langsung.



Obyek ijarah haruslah sesuatu yang dihalalkan oleh syara'.



Pembatalan Ijarah (sewa-menyewa)

Diantara beberapa hal yang dapat menyebabkan batal nya ijarah (sewa-menyewa) ialah disebabkan oleh beberapa hal-hal sebagai berikut : 

Rusaknya obyek disewakan.



Terjadinya aib pada barang sewaan



Berakhir nya masa sewa-menyewa



Adanya uzur



Berakhirnya dan pengembalian obyek ijarah (sewa-menyewa)

Sewa-menyewa sebagai akad akan berakhir sesuai dengan kata sepakat dalam perjanjian. Dengan berakhirnya sewa menyewa ada kewajiban bagi si penyewa untuk menyerahkan barang yang disewanya. 2.1.iii. Landasan Hukum Ijarah 1. Al-Qur`an : “Kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu, maka berikanlah kepada mereka upahnya.” (QS Ath-Thaalaq: 6). “Salah seorang dari kedua wanita itu berkata, Ya Bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang peling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.” (QS Al-Qashash: 26). “Kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidr menegakkan dinding itu, Musa berkata, Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu.”(QS Al-Kahfi: 77).

5

2. Hadits : Dari Aisyah ra, dia berkata “Rasulullah bersama Abu Bakar ra pernah mengupah seorang laki-laki dari Bani Dail sebagai penunjuk jalan yang mahir. Al-Khirrit ialah penunjuk jalan yang mahir.” (Shahih: Irwa-ul Ghalil no: 1409 dan Fathul Bari IV: 442 no: 2263). Dari Ibnu Umar, bahwa Rasullah bersabda : “Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering” (HR. Ibnu Majah). Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah bersabda : “Berbekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang bekam itu”. (HR. Bukhari dan Muslim) Dari Saad bin Abi Waqqash, bahwa Rasulullah Bersabada : “Kami pernah menyewakan tanah dengan (bayaran) hasil pertaniannya, maka Rasulullah melarang kami melakukan hal tersebut dan memerintahkan agar kami menyewakannya dengan emas atau perak”. (HR. Abu Dawud) Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah. Bersabada : “Barangsiapa yang mempekerjakan pekerja, beritahukanlah upahnya”. (HR. Abd. Razaq) 2.1.iv. Ijma Ulama Ulama telah sepakat atas kebolehan akad ijarah ini, dengan Kaidah : “Pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalilyang mengharamkannya dan Menghindarkan

mafsadat

(kerusakan/bahaya)

harusdidahulukan

atas

mendatangkan

kemaslahatan”. 2.1.v. Praktik Dalam Bank Syariah IMBT dalam islam, terdapat dua bagian ijarah, yaitu barang dan jasa. a) Berikut ini contoh dari IMBT yang bagian Barang: Andi ingin membeli sebuah Ruko untuk membuka usaha Toko Baju, dengan harga Ruko Tesebut adalah 60.000.000, tetapi Andi hanya memiliki uang Rp-15.000.000, Andi mendatangi Bank syariah untuk pembiayaan usahanya tersebut dengan melakukan transaksi Ijarah IMBT. setelah dievakuasi usaha Andi tersebut disetujui oleh Bank syariah, dan Bank syariah akan membeli Ruko tersebut, kemudian Bank syariah menyewa Ruko tersebut kepada

6

Andi. jadi, Andi harus membayar sewa Ruko kepada Bank syariah sebesar Rp5.500.000/bulannya. jadi total biaya sewa yang harus dibayarkan oleh Andi selama satu Tahun adalah Rp-66.000.000. pada masa sewa itu sudah habis, Ruko tersebut beralih kepemilikannya menjadi milik Adi. Keterangan: -Harga satu Ruko : Rp-60.000.000 -Biaya sewa 1 bulan: Rp-5.500.000 x 12 (Bulan) = Rp-66.000.000 -jadi, Total sewa selama 1 tahun : 66.000.000 (6.000.000 tersebut adalah keuntungan sewa yang dari Bank syariah) b) Contoh IMBT yang bagian Jasa: Budi ingin membuat resepsi pernikahannya, yang biaya resepsinya sebesar Rp40.000.000, budi hanya memiliki uang Rp-15.000.000, Budi mendatangi dan mengajukan permohonan kepada Bank syariah untuk pembiayaan resepsi pernikahannya tersebut, dengan melakukan transaksi IMBT. setelah dievakuasi, Bank syariah menyetujui permintaan Budi, dan Bank syariah akan menyewa tempat resepsi pernikahan yang dibutuhkan oleh Andi. jadi, Andi akan membayar sewa tersebut kepada Bank syariah sebesar Rp- 3.700.000/bulan, jadi total sewa yang harus dibayar Andi selama satu tahun adalah Rp- 44.400.000 Keterangan: -Biaya sewa resepsi: Rp- 40.000.000 -Biaya sewa 1 bulan :Rp- 3.700.000 -Total pembiayaan sewa 1 tahun: Rp- 44.400.000 (4.400.000 merupakan keuntungan hasil sewa yang didapatkan oleh Bank syariah selama satu tahun) 2.2. Syuf’ah 2.2.i. Pengertian Syuf’ah Asy-Syuf’ah

berasal

dari

kata

Asy-Syaf’u

yang

berarti

Adh-Dhammu

(menggabungkan), hal ini dikenal di kalangan orang-orang Arab. Pada zaman jahiliyah, seseorang yang akan menjual rumah atau kebun didatangi oleh tetangga, Partner (mitra usaha) dan sahabat untuk meminta Syuf’ah (penggabungan) dari apa yang dijual. Kemudian ia

7

menjualkannya, dengan memprioritaskan yang lebih dekat hubungannya daripada yang lebih jauh. Pemohonnya disebut sebagai Syafi’. Sedangkan menurut syara’ Syuf’ah adalah, pemilikan barang Syuf’ah oleh Syafi’ sebagai pengganti dari pembeli dengan membayar harga barang kepada pemiliknya, sesuai dengan nilai yang biasa dibayar oleh pembeli lain. Berbeda dengan para ulama menafsirkan al-syuf’ah adalah sebagai berikut : 1. Menurut Syaikh Ibrahim al-Bajuri bahwa yang dimaksud dengan al-syuf’ah ialah : “Hak memiliki sesuatu secara paksa ditetapkan untuk syarik terdahulu atas syarik yang baru disebabkan adanya syirkah dengan penggantian (i’wadh) yang dimilikinya, disyariatkan untuk mencegah kemudharatan.” 2. Menurut Sayyid sabiq, Asy-syuf’ah ialah pemilika benda-benda syuf’ah oleh syafi’i sebagai pengganti dan pembeli denan membayar harga brang kepada pemiliknya sesuai dengan nilai yang biasa dibayar oleh pembeli lain. 3. Menurut Idris ahmad, Asy-syuf’ah ialah hak yang tetap secara paksa bagi syarikat lama atas syarikat barudengan jalan ganti kerugian pada benda yang menjadi milik bersama. Setelah diketahui ta’rif-tar’rif yang dikkemukakan oleh para ulama beserta contohnya, kiranya dapat dipahami bahwa al-syuf’ah ialah pemilikan oleh seorang syar’riq dan dua orang atau pihak yang berserikat dengan paksaan terhadap benda syirkah. Dari pengertian para ulama- ulama tersebut dapat di ambil kesimpulan bahwa asysyuf’ah adalah penggabungan secara paksa atas suatu hak yang sudah dijual ke pihak lain supaya dijual kembali kepada pihak yang lebih berhak, yakni anggota perserikatan (syarikah). Dalam kerangka inilah, syuf’ah berarti pemilikan barang yang diperkongsikan (al-masyfu’) oleh pihak yang bergabung pada suatu persekutuan milik secara paksa dari pihak yang membeli dengan cara mengganti nilai harga jual yang sudah dilakukan. 2.2.ii. Rukun Syuf’ah a) Pihak yang mempunyai hak beli paksa (Syafi’) Yaitu angota yang berserikat atas pemilikan barang yang sudah dijual. jika sudah ditentukan bagian masing-masing, maka syuf’ah tidak bisa dilakukan.

8

َ ‫ض كَا ْلع َق ِار َو‬ ,ِ‫غي ِْره‬ ُّ ‫صلٌ) َوال‬ ِ َ‫س ُم د ُْون ما َ الَ يَ ْنق‬ ِ َ‫ فِيْما يَ ْنق‬,‫الج َو ِار‬ ْ َ‫(ف‬ ِ ‫ وفِى ك ُِل ماالَ يُ ْنقَ ُل ِمنَ األ َ ْر‬,‫س ُم‬ ِ َ‫اجبَة ِبال ُخ ْل َط ِة د ُْون‬ ِ ‫ش ْف َعةُ َو‬ ْ‫ ف ِإ ْن أَ َّخ َر َها َم َع القُد َْر ِة علَ ْيهَا َب َطلَت‬.‫ِبالث َّ َم ِن الذِى َوقَ َع عَل ْي ِه ال َب ْي ُع‬ Artinya: “(pasal) Syuf’ah itu wajib lantaran percampuran, bukan pergandengan, dalam hal yang terbagi, bukan yang tidak terbagi, juga dalam setiap yang tidak dapat dipindah dari bumi, seperti rumah dan lainnya, dengan harga yang terjadi saat penjualan.” Dasar ketentuan tersebut adalah hadits riwayat Bukhori dan Muslim dari Jbir RA, katanya: ‫ت ال ُحد ُْو ِد‬ ُّ ‫سلم ِبال‬ ِ ‫ض أ َ ْو رب ٍْع أ َ ْو حَا ئِطٍ َف ِإذَا َوقَ َع‬ ِ ‫ش ْف َع ِة فِى ك ُِل مال ْم يُ ْق‬ َ َ‫ق‬ ٍ ‫أر‬ ْ ‫ َو ِع ْندض ُم‬.‫س ْم‬ َ ‫س ُُلهللِ صلَّى هللاُ عل ْي ِه َو‬ ُ ‫ضر‬ ْ ‫ فِى‬:‫س ِل ٍم‬ .ٌ‫ش ْفعَة‬ ُ ‫ق فَ َُل‬ ُ ‫َو‬ ِ ‫ص ِرفَ ِتال ُّط ُر‬ Artinya: “Rasulullah saw memutuskan dengan syuf’ah terhadap setiap yang tidak dapat dibagi. Menurut riwayat Muslim: terhada tanah, rumah atau kebun, oleh sebab itu, apabila dibuatkan batas dan disendirikan jalan maka tidak ada syuf’ah.” b) Objek syuf’ah Adalah barang yang berhak dibeliu secara paksa (Al-masyfu’ ‘alaih). Ada sebagian yang berpendapat megenai harta bendanya. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, Ibnu majah, Abu daud, Nasaiy, Ahmad bin hanbal dalam kitab hadits merka masing-masing. ‫ش ْي ٍئ حَا ٍل‬ َ ‫ش ْفعَ ِة ِفى ك ُِل‬ ُّ ‫سلم بِال‬ َ ‫س ُُلهللِ صلَّى هللاُ عل ْي ِه َو‬ ُ ‫جعَ َل ر‬ Artinya:”Rosulullah saw, sudah menentukan bahwa hak syuf’ah itu bisa beraku atas segala jenis harta. ” c) Orang yang harus menjual kembali harta syuf’ah kepada anggota persero (Al-masyfu’ fih). Para ulama’ sepakat bahwa orang yang harus menjual kembali barang syuf’ah kepada anggota persekutuan adalah orang yang menerima pemindahan milik anggota persekutuan melalui jual beli atau dari tetangga, bagi yang mengakui adanya hak syuf’ah bagi tetangga. Adapun pemindahan hak milik yang bukan dengan cara jual beli, diperselisihkan oleh para fukaha. d) Cara melakukan syuf’ah Syuf’ah harus dilakukan secepat mungkin, dalam arti, bila syafi’ hendak melakukan syuf’ah maka ia mestilah melaksanakannya setelah ia mengetahui adanya pemindahan hak milikoleh anggota persekutuannya. Bila ia memperlambat pelaksanaan syuf’ah tanpa suatu halangan yang bisa diterima, maka hak syuf’ah akan menjadi gugur.

9

Ibnu majah meriwayatkan dari hadits Ibnu Umar, katanya: ) ‫ش ْفعَةُ كح َِل ال ِع َقا ِل (عن ابى ماجد عن ابى عمر رضى هللا عنهما‬ ُّ ‫ ال‬: ‫سلم‬ َ ‫س ُُلهللِ ص َّلى هللاُ عل ْي ِه َو‬ ُ ‫قَا َل ر‬ Artinya: “Rasulullah saw bersabda: “Syuf’ah itu seperrti melepas tali pengikat”.” Makssudnya, Syuf’ah itu akan hilang kalau tidak segera diminta, seperti halnya onta ketika lepas dari tali pengikatnuya akan lari menghilang kalau tidak segera didahului. 2.2.iii. Syarat Syuf’ah 

Perpindahan hak melalui akad jual beli dan tanpa diketahui oleh rekannya



Properti, rumah dan pohon menurut sebagian pendapat



Kepemilikan bersama belum dibagi, belum dikavling



Mengambil alih seluruh hak, bukan sebagian



Kemampuan membayar hak rekannya



Segera menuntut hak saat mengetahui

2.2.iv. Landasan Hukum dan Dalil Dalil yang dijadikan argument yang berkaitan dengan syuf’ah adalah hadits Nabi Muhammad saw, yang berbunyi: ٌ ِ‫س ْم ُر ْبعَةٌ أ َ ْوحَائ‬ ُ‫ط الَ يَ ِح ُّل له‬ ُّ ‫سلم بِال‬ ِ ‫ش ْفعَ ِة فِى ك ُِل‬ َ ‫ش ْر َك ٍة لَ ْم ت ُ ْق‬ َ ‫س ُل هللاَ ص َّلى هللاُ عل ْي ِه َو‬ ُ ‫قَضى رض‬ ‫ق بِ ِه‬ َ ‫تركَ َف ِإذَا بَا‬ َّ ‫ع َولَ ْم يُؤْ ِذنُهُ فَ ُه َو ا َ َح‬ َ ‫ا َ ْن يبِع َحتَّى يُؤْ ذِن ش َِر ْي ُكهُ فَ ِإ ْنشَا َء أَخذَ وإِ ْنشَاء‬ Artinya: “Rosulullah saw, telah menetapkan adanya hak syuf’ah atas setiap perkongsian, terhadap rumah atau kebun. Tidaklah dihalalkan seseorang diantara anggota persekutuan itu menjual barang yang mereka miliki sebelum izin persekutuannya. Jika seorang anggota perkongsian itu ingin (membeli hak-hak yanga akan dijual oleh patnernya) maka ia boleh mengambil dan bila ia tidak berminat, iapun boleh meninggalkannya. Jika penjual itu berlangsung tanpa izin para kolegannya dalam pemilikan itu, maka para anggota perkongsian itulah yang paling berhak atas bagian yang dijual tersebut.” Pada riwayat lain disebutkan bahwa rosulullah saw bersabda: ‫ْس لَهُ ا َ ْن يَبِ ْي َع حَتَّ يُؤْ ذِن ش َِر ْي ُكهُ فَ ِإ ْن َر ِض َى ا َ َخذُ َوا ِْن ك َِر َه تَرك‬ ِ ُ‫َم ْن كَانض له‬ َ ‫ش ْركٌ ِفى نَ ْخ ِل ا َ ْو ُر ْعبَ ٍة فَلَي‬

10

Artinya: “Barang siapa yang mengadakan persekutuan dlam kepemilikan kebun atau rumah, maka salah seorang diantara mereka tidak boleh menjual haknya, sebelum mendapat izin dari semua pihak uyang ikut dalam persekutuan itu. Bila ia ingin juga menjualnya, sedangkan para anggota persekutuan tersebut ada yang berminat kepada bagian yang dijual tersebut, maka orang yang berminat itu berhak mengambil (membelinya), dan bila ia tidak berminat, maka ia berhak untul meninggalkannya.” 2.2.v. Hikmah syuf’ah Islam mensyari’atkan Syuf’ah untuk mencegah kemadharatan dan menghindari permusuhan. Karena hak kepemilikan Syafi’ dari pembelian orang lain (pihak lain) akan dapat mencegah kemungkinan adanya kemudharatan dari orang lainyang baru saja ikut serta. Imam Syafi’i memilih pendapat bahwa yang di maksud dengan madharat (bahaya) adalah kerugian biaya pembagian, risiko adanya pihak baruyang ikut serta dan lainnya. Ada juga ulama yang berpendapat bahwa maksud kemadharatan adalah risiko persekutuan

BAB.3 PENUTUP 3.1. Kesimpulan Syuf’ah berarti penggabungan secara paksa atas sesuatu hak yang sudah dijual kepihak lain supaya dijual kembali kepada pihak yang lebih berhak, yakni anggota perserikatan. Maka syuf’ah berarti pemilikan barang-barang yang diperkongsikan (Al-masyfu’) oleh pihak yang bergabung pada persekutuan milik secara paksa dari pihak yang membeli dengan cara mengganti nilai harga jualyang sudah dilakukan. Untuk bisa terwujud syuf’ah ada empat unsur yang mesti ada, yaitu; pihak yang mempunyai hak beli paksa, ada objek, ada orang yang harus menjual, dan cara melakukan syuf’ah. Dan hikmah syuf’ah yaitu untuk memelihara ketenangan dan keutuhan para pemilikharta bersama itu dari berbagai gangguan, agar tercipta ketentraman, dan kedamaian. Salah satu bentuk kegiatan manusia dalam muamalah adalah ijarah atau sewa-menyewa, kontrak, menjual jasa, upah-mengupah dan lain-lain. Al Ijarah berasal dari kata Al Ajru yang berarti Al ‘Iwaḍu (ganti).Ijarah menurut arti bahasa adalah nama upah. Menurut pengertian syara’, Al Ijarah ialah: Suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian. Menurut Amir Syarifuddin Ijarah secara sederhana diartikan dengan “transaksi manfaat atau jasa dengan imbalan tertentu”. Bila yang menjadi objek transaksi adalah manfaat atau jasa dari suatu benda disebut ijarat al-‘ain (sewa menyewa), seperti menyewa rumah untuk ditempati. Bila yang menjadi objek transaksi adalah manfaat atau jasa dari tenaga seseorang disebut ijarat al- ẓimmah.

11

12

3.2. Kritik dan Saran Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini tetapi kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan ke depannya.

Daftar Pustaka

Hasan, B. M. (1984). Fiqih Islam. Yogyakarta: Sumbangsih Offset. hilmi, k. (2002). fiqih mu'amalah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. suhendi, h. (2005). fiqih mu'amalah. jakarta: PT. Rajagrafindo persada. syyid, s. (1987). fiqih sunah 3. bandung: al-ma'rif.

13

Related Documents

Dwi
July 2020 46
Dwi
June 2020 30
Dwi Punya.docx
October 2019 32
Case Dwi Oct Pv.docx
June 2020 11
By Dwi Sunarto,s.pd
May 2020 35

More Documents from "Anonymous cMlgMun"

Dwi Punya.docx
October 2019 32
Gyro.2
December 2019 56
1 (7).pdf
December 2019 55
1 (6).pdf
December 2019 52
Gyro Compass Service Manual
December 2019 50