Drama Naskah Si Pitung
Alan permana Anggiyuda P Mahdi Saprudin YogieShandy Agung Sri rahayu Febrianademario Wahyu Aditya RizkyDermawan Putri Sri rahayu Ella Susilawati Syafiqdzufar Rikipedro Ryan alvarezy Muhammad Azhar FikriFauzi Rizkyadi Timothy ryan Ranggapradana M. fiqih Caturgarwono Aditya risky Karmila Mia ambarwati
as as as as as as as as as as as as as as as as as as as as as as as as
Haji Naipin (Protagonis) Pitung (Pemeran Utama) Abang Pitung (Protagonis) Baba Hong (Protagonis) Ji’I (Protagonis) Lala (Protagonis) Menir Belanda (Antagonis) Dudung (Protagonis, Penghianat) Penceng (Antagonis) Maria (Protagonis) Emak Pitung (Protagonis) Rais (Protagonis, Penghianat) Pengawal Menir 1(Antagonis) Pengawal Menir 2 (Antagonis) Pengawal Menir 3 (Antagonis) Pengawal menir 4 (Antagonis) Penjaga Desa (Protagonis) Anak buah Baba Hong (Protagonis) Pengemis (Protagonis) Bang Jampang (Antagonis) Tukang Asongan (Protagonis) Petani 1(Protagonis) Petani 3(Protagonis) Petani 2 (Protagonis)
SI PITUNG JAGOAN BETAWI @1 Alker_Plains Prolog: Legenda yang menceritakan perjuangan seorang anak Betawi. Ia bernama Pitung. Ia tinggal di sebuah kampung bernama Bojong Kenyot. Di kampungnya ia terkenal sebagai jagoan silat. Tak segan ia membantu banyak tetangganya yang membutuhkan bantuan, seperti pada saat kampungnya di datangi oleh Belanda. Semenjak kedatangan Belanda, sering terjadi bentrok antara penduduk kampung Bojong Kenyot dengan Belanda. Babak I Seperti biasa, di pagi hari Pitung dkk sedang berlatih silat dengan Haji Naipin. Sudah bertahun-tahun lamanya Pitung dkk menjadi murid Haji Naipin, Namun Pitung menjadi murid yang paling hebat dan tekun diantara yang lain. Dan karena ketekunannya ia menjadi seorang yang sakti. @1 Alker_Plains
@2 The Professionals LATIHAN SILAT @2 The Professionals
Haji Naipin : “Pitung, ente adalah seorang murid yang paling sangat hebat dan tekun. Ane sangat bangga denganmu.” Pitung : “Iya dong siapa dulu, Pitung!” Haji Naipin : “Dasar narsis banget kau, biasa aja kali!” Pitung : “He he he…..” Rais : “Tau nih pede bener ente Tung.” Ji’I : “Aye juga jago silatnye kong.. Lawan Bang Jampang aje aye menang hehehe…” Bang Jampang : “Eitsss Jangan sombong ente Ji’I, mau lawan gua lg luh?” Pitung : “Udeh… Udeh… Jangan berantem lu pade.” Haji Naipin : “Udeh udeh, ngomong-ngomong, ane cuma mau pesen sama ente Pitung..” Pitung : “Pesen apa Kong? Rendang? Semur jengkol? Sayur lodeh? Tempe bacem?..” Haji Naipin : “Bukan Tung, bukan pesen makanan emak lu. Maksud ane gini.. Ente jangan berhenti latihan silat. Walau nanti Engkong udah gak ada, ente kudu terus latihan. Kalau bisa ente ajarin semua pemuda di kampung ini buat jaga-jaga nanti biar kampung kita aman. Apalagi sekarang Belanda udah banyak tinggal di mari..” Pitung : “Baik babe Haji, Insya Allah Pitung siap. Do’ain Pitung terus ya kong haji.” Haji Naipin : “Selalu itu mah, Tung.”
Selagi Pitung latihan dengan Haji Naipin, Baba Hong melihat dari kejauhan. Baba Hong kagum namun juga gentar terhadap Pitung Baba Hong : “Haiyaaaa…. Pitung jago benel aaa beladili nya Oweee halus hati” aa sama si Pitung, Mending owe cari cwe aja aaaa…” Lalu Baba Hong pergi untuk menggoda perempuan desa Bojong Kenyot. Setelah latihan Rais & Ji’i pulang sementara Pitung & Bang Jampang menemui emak di kedai makan.”
Babak II Backsound : Ondel-ondel Betawi @3 Town of Wishes Di siang hari, di sebuah jalan. Menir Belanda dengan dua orang anak perempuan dan para pengawal Menir pergi mencari makan di sekitar kampung Bojong Kenyot. Menir : “Ayo kita mengisi perut di kedai itu!” (menunjuk sebuah kedai di pinggir jalan) Maria : “Yuk, Pih..” Lala : “Asiik, yuk cepat!” Menir : “Pengawal you pada jaga I and anak-anak I.” Para Pengawal: (Hormat) “Siap laksanakan!!” (Di luar kedai makan Mak Pitung) Pengawal 1 : “Kita kesini jadi laper juga” Pengawal 2 : “Iya gua juga jadi laper” Pengawal 3 : “Iya mending makan disono aje yuk?” Pengawal 4 : “Ayo, tapi kita laporan ke penceng dulu.” Lalu para pengawal pun masuk ke kedai untuk laporan kepada penceng. Pengawal 4 : “Penceng ane dan kawan-kawan mau makan sekalian istirahat.” Penceng :“Heuhhh… Kalian itu kan tugasnya jagain menir dan anak-anak di luar jadi tidak boleh.” Pengawal 2 :”Yahhh apesssss…” (Di dalam kedai makan Mak Pitung) Menir : “Di sini orang pada makan apa?” Emak : “Di sini cuma ada makanan biasa, Tuan.” Maria : (mengangguk) “Okee, I pesan makan yang itu, itu, dan itu!” (menunjuk makanan yang diingikan) Emak : “Sebentar ye saya ambilkan.” (mengambil makanan kemudian memberikan ke Menir dan dua putrinya) Setelah makan Menir keluar dengan seenaknya tanpa membayar, maka terjadilah keributan antara Menir dan Emak. (Menir, dua orang putrinya, dan para pengawal pergi meninggalkan kedai) Emak : “Eeeehh.., Tuan mau kemana? Makananya belum dibayar!”
@3 Town of Wishes @4 Decline And Fall
Menir : “You memerintah I? Apa You tidak tahu I ini siapa?” (mengacungkan jari telunjuk ke arah emak) Emak : “Maaf Tuan, bukannya saya memerintah Tuan, tapi memang begitu peraturannya.” Sewaktu Menir dan Emak sedang berselisih, Pitung dan Bang Jampang melihat keributan tersebut dari jauh. Menir : “You tidak menghormati I!” (menggebrak meja) Bang Jampang : “Tung, itu ade ape si ribut-ribut” Pitung : “Heehh Kompeni!!! (Datang dengan emosi kepada Menir dan langsung menggebrak meja) Menir : “Maksud You apa? Kurang ajar You! Pitung : “Emang lu siapa? Beraninya ganggu emak gue ame penduduk sini!” Menir : “I yang berkuasa disini!” Pitung : “Lu yang berkuasa di daerah ini? Eh, dengerin aye, asal lu tahu, walaupun elu yang berkuasa, tapi ini tanah kelahiran gue!” Bang Jampang : “Jangan sok berkuasa ente! Emang ente siape?” Menir : “You orang terlalu banyak bicara. Penceng, habisi mereka!” (menunjuk ke arah Pitung dan Bang Jampang, menir pun meninggalkan kedai emak) Penceng : (hormat) “Baik, Tuan.” @4 Decline And Fall @5 Battle Lines Perkelahian pun dimulai.... Backsound: I’m Not Okay (instrument). @5 Battle Lines
Dan akhirnya Penceng berhasil dikalahkan oleh si Pitung dan Bang Jampang. Menir pun pulang dengan Penceng nya. Pitung : “Rasain lu! Lu gak tahu siapa gua? Jagoan Betawi nih! (Berkacak pinggang) Emak : “Makasih ya Tung, udah nolongin aye. Untung ada elu sama Jampang, coba kalau gak ada, udah abis emak di gebugin si Penceng entuh..” (menghampiri Pitung dan Jampang ) Bang Jampang : “Iye, mak. Same-same.” Emak : (Masuk kembali kedalam kedai) Setelah Menir dan Penceng Keluar dari kedai makan emak, Bang Jampang pun pulang. Bang Jampang : “Tung, mak, aye balik dulu ye ” Emak : “Yaudeh ati ati yee” Bang Jampang : “Iye mak, assalamualaikum” Pitung & Emak: “waalaikumsalam” Maria & Lala : (menghampiri Menir dan Penceng dengan raut wajah yang bertanya-tanya) Maria : “Papih.. what happened?” Penceng : “Non, aye dihajar sama orang Betawi entuh!” Lala : “Memang siapa orang itu?
Penceng Maria Lala Penceng
: “Katanya sih, namanya si Pitung.” : “Siapa Pitung?” : “Yeah, who’s that?” : “Banyak yang bilang, dia jagoan Betawi.”
Babak III Sewaktu kedua anaknya bertanya kepada Menir dan Penceng, Dudung datang dan melihat pitung lalu bertanya sesuatu kepada Pitung Pitung : (Keluar kedai dan bertemu dengan Dudung) Dudung : “Eh, Tung, lo gak liat orang lagi pada ngumpul itu?” Pitung : “Ooh, itu yang tadi abis ngajak ribut sama gue dan Bang Jampang.” Pitung dan Dudung pun menghampiri Menir. Pitung : “Eh, Menir! Ngapain lo masih disini?” Pitung pun tidak sengaja Pitung bertatap muka dengan Maria @6 Pandangan Pertama
Menir
Karena Menir melihat Pitung yang tak sengaja melihat Maria, Menir menegur Pitung. : “Heh, heh, you orang ngapain liat-liat anak I?”
@6 Pandangan Pertama
(dengan tangan yang hampir memukul Pitung dan Pitung pun menangkis dengan silatnya.) Pitung : “Whetss.. ngapain lo?!” Dudung : “Udahlah Tung, gak ada gunanya lu berantem sama tuh bule.” (menarik lengan Pitung) Lalu mereka semua berpisah dan kembali ke rumahnya masing-masing. . Babak IV Keesokan harinya, Maria dan Lala sedang berjalan-jalan di taman. Dalam pejalanan mereka berpapasan dengan Pitung dan tak sengaja Maria dan Pitung bertatap muka, pada saat itulah benih-benih cintapun tertanam di hati masing-masing. Backsound: Slank-Pandangan Pertama. Pitung : “Hey nona-nona, ngapain disini?” @7 Romeo and Juliet Love Theme Maria : “Sedang jalan-jalan” (tersipu malu) Lala : “Iya, kita orang lagi cari udara segar. Sist, I mau kesana dulu ya, cari angin.” (meninggalkan Pitung dan Maria) Maria : “Iya, jangan jauh-jauh” Pitung : “Kalau boleh tahu, nama nona siapa?” (sambil menyodorkan tangan. Sampaisampai Pitung lupa kalau dia bukan mahromnya). Pitung : “Astagfirulah, maaf non.”
Maria : “Nama I Maria, and nama you siapa?” Pitung : “Nama aye Pitung Ma’ruf. Biasa di panggil Pitung, tapi kalau mau panggil Ma’ruf juga boleh.. he he” Maria : “Pitung, apakah you mau menemani I untuk berjalan-jalan keliling kampung ini?” Pitung : “Baiklah, dengan senang hati.” Tukang Asongan: “Yang aus yang aus, minumnya abang mpok” Pitung :”Non mau minum? Minum taukan minum drink…” Maria :”Ohh.. I paham maksud you, boleh boleh.” Backsound: U Smile (Akustik) – Justin Bieber. Akhirnya mereka pun berjalan-jalan. Dalam perjalanan Maria memperlihatkan sebuah kalung kepada Pitung. Tak di sangka, pada waktu yang sama Penceng melihat mereka berdua dan langsung melaporkan ke Menir. @7 Romeo and Juliet Love Theme Penceng : (mengintip dari balik pohon) “Itu kan nona Maria, ngapain berduaan sama si @8 Spy Story Pitung. Menir)
Wah, gak bisa di biarin nih, Menir harus tahu sekarang juga.” (pergi menemui
Alhasil Menir pun marah dan menyuruh Penceng untuk membawa Maria pulang. Penceng : “Menir, nona Maria sedang berjalan-jalan di kampung bersama si Pitung.” Menir : “What over dongkrak?! Suruh pulang anak itu kalau perlu seret aja dia!” Penceng : (hormat) “Ready Menir!” (meninggalkan Menir) Lalu Penceng menghampiri Pitung dan Maria untuk menyuruhnya pulang. Penceng : “Nona Maria, Tuan Menir menyuruh saya untuk menyeret nona pulang.” Maria : “What? I don’t want to go home.” Penceng : (menarik Maria). Maria : “Pituuuuung, help me.....” Pitung : “Gue berjanji kalau gue akan kembalikan ni kalung punya Maria.” Sementara itu di rumah Menir, Maria menangis karena di marahi oleh papinya. @9 Last Stand Maria Menir Maria Lala Menir
: “Papi apa-apaan sih nyuruh Penceng seret Maria?” (menangis) : “Banyak omong you, go to room now!” : (berlari ke kamarnya sambil menangis) : “Papi jangan kejam sama sister, kasihan dia..” : “you juga masuk kamar!”
Babak V Keeseokan harinya, Pitung datang ke rumah Menir dengan emosi bersama Dudung. Karena Menir mendengar teriakan Pitung dan Dudung, ia menyuruh Penceng untuk melihatnya.
Pitung : “heh Menir, keluar lo!” Menir : “hey you penceng, coba liat siapa yang berteriak teriak!” Penceng : ”Oke tuan.” (melihat orang ke depan rumah) Penceng : ”heh. Ngapain lo terik teriak di rumah Menir gue?” Pitung : ”Panggil tuh Bos lu!” Penceng : (masuk ke dalam rumah dan memberitahu ke Menir) Menir : (ke depan rumah) “Eh, ngapain you kesini?” Pitung : “Ngapain lu kemarin suruh anak buah lo seret Maria pulang ? apa itu sikap BAPAK yang BAIK?” Menir : ”ah, you terlalu banyak omong, Penceng, hajar dia!” Backsound : Cannon Penceng : (mendekati Pitung dan siap untuk berkelahi) Pitung : (menghampiri Penceng) Dudung : ”Tunggu dulu Tung, buat apa kalau kita ada disini, ya ga? (menarik tangan Pitung) Pitung : ”Maksud lo?” Dudung : ”Dah.. biar gue yang lawan tuh anak buahnya.” Pitung : ”oke, terserah lo.” @9 Last Stand
@10 Temple_Of_Greed Dan perkelahianpun terjadi antara Dudung dengan Penceng. Namun fakta berkata lain, Dudung dapat dikalahkan oleh Penceng karena memakai senjata. Pitung yang tak terima temannya terluka, melihat hal itu ia menggantikan perkelahian dengan Penceng. Pitung : ”Eh, lo udah lukain teman gue, sini lo!” @10 Temple_Of_Greed
@11 Battle6 Dan Pitung memenangi pertarungan kali ini. Ia lalu bertanya terhadap Menir dimana Maria, ternyata setidak pengetahuannya, Maria di kunci di kamar bersama dengan adiknya. @11 Battle6 Pitung Menir
: ”Mana Maria?” : ”Ia tak ada disini!”
Karena tidak bertemu dengan Maria dia langsung pulang, diam-diam Baba Hong dan anak buahnya melihat keributan tersebut dan merasa kasian terhadap Dudung lalu mengobati Dudung.
@12 Koi Baba Hong : “haiyaaaa…. Lu olang kasian benel aaa sini owe obati luka lu.” Anak buah Baba Hong:”Biar saya aja baba Hong yang obatin.” Pitung : “Ente siape? Tiba-tiba mau nolongin kite.” Baba Hong : “Owe Baba Hong dan anak buah owe, kita beldua tukang obat dari kampong sebelah cmn owe sering ngeliat elu pade latihan silat.” Dudung : “Yaudah Tung gapape, dia kan niat bae ini gapape lah.” Pitung : “Yaudah Baba Hong tolong obatin temen aye si Dudung.” Baba Hong : “Elu aja yang obatin ya anak buah yang baik.’ Anak buah Baba Hong:”Oke deh Baba Hong saya yang obatin Dudung.”
@12 Koi Babak VI Lalu keesokan harinya, karena Menir kesal telah 2 kali kalah terhadap Pitung, ia mengadakan sayembara untuk menangkap Si Pitung dan membawanya terhadap Menir untuk dibunuh. Barang siapa yang bisa menangkap si Pitung akan mendapat hadiah yang sangat besar dan berharga. Sayembara itu terdengar hingga ke telinga Dudung & Bang Jampang, ia langsung tergiur dengan hadiah yang ditaruhkan. (di kedai Emak) Bang Jampang : ”wah, lumayan juga nih hadiah sayembarannya. Gimana kalo gue jebak tuh Pitung.” (duduk seenaknya) @13 Spy Story Emak : ”Apa lu bilang? Pitung kan udah baik sama kita semua, masa mau lo jebak? Teman apaan lo?” Dudung : ”Halah, nggak usah ikut campur deh mak! Jadi gimana? Emak mau nggak bantuin aye?” Emak : ”nggak lah, dasar lo, pitung kan anak gua!” Bang Jampang : “Yaudah mak kalo gamau bantu emak jangan berisik jangan kasih tau siapesiape ye mak.’ Dudung & Bang Jampang: (keluar kedai) Backsound : suara burung berkicau @13 Spy Story
@14 MorninG With Birds Dudung & Bang Jampang pun jalan ke rumah si Menir dan mengasih tahu kelemahan si Pitung. Sedangkan Emak yang mengetahui hal itu langsung memperingatkan si Pitung yang sedang tidur. Emak : ”Pitung bangun! Lo kudu ati ati sama si Menir, si Dudung, Jampang ada rencana mau ngejebak elo tuh demi hadiah!” (sambil membangunkan Pitung)
Pitung : ”kagak mungkin Dudung ame Jampang kan sohib aye dari piyik mak (menhiraukan dan kembali tidur) Emak : ”Yee, dasar di peringatin kage percaye semoga ini anak aye kagak sampe kenape-kenape deh ya Allah.” (dirumah Menir) Dudung : ”Menir!!!” Menir : ”Heh Penceng lihat siapa orang yang ada di depan rumah itu!” Penceng : ”Siap Menir!” (menuju keluar rumah) “Eh..Ngapain lu di rumah bos gua ha?” Bang Jampang : ”Eh jangan ngotot dulu doong… bilangin tuh sama si Bos lu, gua tau dimana si Pitung sama kelemahannya.” Penceng : (Masuk ke rumah) “Menir, kata orang yang ada di luar dia tau dimana Si Pitung sama apa kelamahannya si Pitung.” Menir : ”WHAAAT?? Ayo keluar!” (keluar rumah). @14 MorninG With Birds @15 Decline And Fall_2 Menir : ”Sini sini, duduk dulu.” (sambil duduk) “Heh, emangnya you orang tau apa kelemahan si Pitung?” Dudung : (mengikuti Menir) ”Wetss, tar dulu dong bos hadiahnya dulu manaa?” Menir : ”Okedeh, Penceeng, ambilkan hadiah itu untuknya.” Penceng : ”Baik tuan!!” (mengambil hadiah dan memberikan ke si Dudung & Bang Jampang) Penceng : ”Ini hadiahnya.” Menir : ”Ya sudah, apa kelemahan si Pitung?” Dudung : ”Oke, dia bisa mati jika ditembak dengan peluru emas.” Menir : ”Owh, peluru emas ya? OK, baiklah akan I coba saranmu ini.” @15 Decline And Fall_2 @16 MorninG With Birds Babak VII Keesokan harinya. Menir menyuruh Dudung & Bang Jampang untuk membawa si Pitung kepadanya. Dalam setengah perjalanan, Dudung bertemu Rais di sebuah pos ronda. Kemudian Dudung menghampiri Rais. (di pos ronda) Rais : “Tumben lu, Dung. Ada apa kemari?” Bang Jampang: “Ngomong-ngomong Pitung kemana, is? Kok gak keliatan? Biasanya kan sama elu terus?” Dudung : “Shhuutt.. jangan keras-keras ngobrol nya.” Rais : “Kenapa sih lu berdua? Serius amat kayak nya?” Bang Jampang : “Kite butuh bantuan lu sekarang. Ini penting.” Dudung : “Iye is , kita butuh bantuan lu” Rais : “Oke. Jadi lu pade ngutang berapa lagi ke warung Emak? Biar gue bayarin sekarang.”
Bang Jampang: “Lah, bukan ngutang. Gini nih, kite butuh lu buat nangkep si Pitung, terus lu bawa dia ke si Menir.” Rais : “Hah? Seriusan? Lu pade sakit?!” Dudung : “Alhamdulillah, sehat. eh. is, seriusan nih. Nanti gue kasih hadiah” Rais : (memotong pembicaraan Dudung) “Apaan hadiah nya?” Dudung : “Emas dua kilo. Nanti lu gue kasih satu kilo.” Rais : “Tapi Dung, si Pitung kaan..” Bang Jampang : (memberikan hadiah) “Nih! Cepet, sekarang lu tangkep si Pitung.” Rais pun bersama Dudung dan Bang Jampang lalu bergegas pergi menuju kedai Emak. (Kedai Emak) Pitung : ”Ini hari kedai emak sepi aja, pade kemana orang-orang?” Rais : (berdiri di bibir pintu) “Lu berdua, apa yakin?” Dudung : “Kalau lu gak mau, sini emasnya gua tarik balik!” Rais : “Eeh, enak aja.” Bang Jampang : “Assalamualaikum, Tung? Ada yang butuh bantuan lu tuh.” Pitung : “Waalaikumusalam warahmatulloh..” Rais : “Katanya lu di suru ke rumahnya Menir.” Pitung : “Maria? Dia butuh gue?” Dudung : “Betul banget. Cepet gih, di tungguin tuh.” @16 MorninG With Birds
Pitung bergegas pergi ke rumah Menir lalu dijalan dia bertemu dengan Ji’I. Dan di perjalanan mereka melihat petani sedang diperas hasil panennya oleh kompeni @17 Tangisan Biola Petani : “Saya mohon jangan ambil hasil panen saya, nanti saya dan keluarga makan apa?” Pengawal 1 :”Sudah jangan banyak omong, mana hasil panennya?” Petani :”Jangan pak saya mohon.” Pengawal 2 :”Kasih atau kita tembak!?” Tiba-tiba tukang asongan datang dengan santainya Tukang Asongan:”Ciieee, ada yang mau nembak” Pengawal 1 : “Banyak omong kalian!!” (Suara tembakan) Pitung : “I, kayanye tuh petani ditembak sama kompeni, ayo I kita tolong” Ji’I : “Ayo kita minta bantuan warga, panggil Penjaga Desa” Pitung :”Mpok mia Tolong panggil penjaga desa, mpok Mila tolong panggilin abang aye Petani (mia) :”Oke deh aye panggilin penjaga desa.” Petani (Mila) :”Aye juga mau manggil Abang lu dulu Tung.” Setelah mengetahui ada pitung dan warga petani para pengawal kompeni pun lari kerumah menir, lalu warga petani memanggil Penjaga Desa dan Abang Pitung sedangkan Pitung & Ji’I bergegas mengejar pengawal kompeni kerumah menir. Petani (Mia) :”Penjaga tolong ada yang tertembak di sawah sama pengawal kompeni.” Penjaga Desa :”Ayo kita ke sawah kita bantu yang kena luka tembak.”
(rumah Pitung) Petani (Mila) :”Abang, kata Pitung dia minta tolong bantu ada petani yang kena tembak sama pengawal kompeni.” Abang Pitung :”Yaudah ayo kite bantu, trus dimane si Pitung?” Petani (Mila) :”Katanye die sama Ji’I kerumah si menir.” (dirumah Menir) Setelah sampai dirumah Menir, Pitung & Ji’I melihat pengemis sedang meminta-minta dirumah menir, lalu pengemis itu di siksa Menir : “Ngapain you orang miskin kerumah I?” Pengemis : “Saya dengar menir adalah orang yang paing kaya, jadi saya mau minta uang ke tuan untuk makan.” Menir : “Apa kata you?” (sambil menendang sipengemis) Pengemis : “Tolong lah bantu saya” Menir : “Pengawal…..! bawa dia ke penjara” Pengawal 3&4: “(Hormat) siap tuan” (Lalu Pitung dan Ji’i mendekat) @17 Tangisan Biola Pitung
: (teriak di depan pintu rumah Menir) “Menir!”
@18 Sounds Of War - Petteri Sainio (Epic Instrumental) Menir :”Eh pitung, gara-gara you sudah bikin I marah, I akan bunuh you dengan tangan I.” Maria : ”No papih No!” (sambil menangis dan memohon terhadap papihnya untuk tidak bunuh Pitung) Pitung : “Maria? Bukankah kamu meminta aye buat ke sini?” Menir : “I yang meminta you datang kemari. Ha ha ha ha!. Sebentar lagi you bakal mati di tangan I, Pitung!” Ji’I : “Gawat, Kite dijebak nih tung sama si menir” Pitung : “Iya Ji’I kita dijebak, tapi jangan gentar kita lawan die” Maria : “No Papih, jangan...” (menangis) Pitung : ”Sudahlah Maria, lu gak usah ada di situ.” Lala : (Menarik Maria) ” Sudahlah sister, ayo dengarkan Pitung, eh you tolong bantu I untuk menarik Maria.” (Melihat ke Penceng) Penceng : ” yadeehh.” Maria : ”HELP ME PLEASE, NOOW!!” @18 Sounds Of War - Petteri Sainio (Epic Instrumental) @19 03_Battle_to_the_Max Menir : (mengokang pistolnya dan mengarahkan ke Pitung) Pitung : ”Ayo tembak gue.” Menir : “Rasain nih.” (menembak peluru) SFX PELURU
Backsound : battle 31, battle 38 Pitung : (menangkap peluru dengan mulutnya) “Hahaha, nggak kena kan? Lu nggak tau apa ni jurus cicak menangkap mangsanya.” Menir pun kesal dan ia mengganti peluru pistolnya menjadi peluru emas, dan dia mengokang lagi pistolnya dan mengarahkan kepada si Pitung. Namun pada akhirnya pitung tidak dapat menangkis peluru emas itu dan tepat terkena di dadanya. Menir : ”Nih, I kasih you peluru emas I. Mati lo pitung.” (mengarahkan pistolnya ke arah Pitung) Maria : ”NOOOO, PITUUUUNG.” @19 03_Battle_to_the_Max Pitung : (memegang dada nya dan merasakan kesakitan yang amat sangat sakit lalu jatuh tersungkur ke tanah) Backsound : Butiran debu – Rumor Maria : ” PITUUNGGG!” (BERLARI MANGHAPIRI Pitung sambil menangis.” @20 Sadness and Sorrow (Violin) Pitung : “Maria, ini kalungmu.” (merasakan kesakitan) Maria : (mengambil kalung itu) Backsound : Gugur Bunga Saat Pitung sedang merasakan kesakitan, Ji’i sangat kesal dan Dia langsung merebut pistol dari genggaman Penceng lalu dia langsung menembak ke arah Menir. SFX PELURU Dan pada akhirnya peluru itu menancap di dada Menir, dan akhirnya Pitung dan Menir tidak bisa diselamatkan lagi. Maria tetap duduk di sebelah Pitung lalu akhirnya Lala membawa Maria untuk pulang dan menenangkan diri. Lala : ”Ayo sister.” Epilog: Dan pada akhirnya berkat perjuangan Pitung mereka semua hidup dengan tentram dan tidak bentrok lagi antara Belanda dengan Batavia. Maria memutuskan untuk tinggal di Batavia sedangkan Lala kembali ke Belanda.
Tamat