Draft Radiofarmaka Nuklir.docx

  • Uploaded by: humala prika
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Draft Radiofarmaka Nuklir.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 620
  • Pages: 3
Pemanfaatan radionuklida dalam bidang kedokteran nuklir dapat digunakan untuk tujuan diagnostik in‐vivo, invitro dan terapi.

Thyroid Scintigraphy Radiofarmaka yang dapat digunakan pada scintigrafi tiroid, adalah : Radioiodine : I-131, I-123 Tc-99m pertechnetate

Indikasi umum dilakukannya radionuclide thyroid imaging adalah untuk dapat membedakan berbagai jenis hiperfungsi kelenjar tiroid (Grave disease, toxic multinodular goiter, atau adenoma otonom) dan untuk menilai nodul (dingin atau panas) dan jaringan ektopik. Terdapat beberapa jenis radiofarmaka yang dapat digunakan untuk pemeriksaan nuklir pada kelenjar tiroid, antara lain Tc-99m pertechnetate, I-123 dan I-131. Tc99m pertechnetate diadministrasikan secara intravena, dan pemindaian dapat dilakukan 15-30 menit post injeksi. Sedangkan Iodine-123 dan 131 diadministrasikan secara oral dan pemindaian baru bisa dalam 4 – 24 jam.

Sebagian besar teknik pencitraan tiroid berdasarkan pada fase-fase sintesis hormon pada kelenjar tiroid. Analog iodin secara aktif dibawa ke kelenjar tiroid, preses tersebut disebut trapping. Iodin tersebut kemudian dioksidasi olek thyroid peroxidase dan berikatan dengan tyrosyl moieties, disebut juga organifikasi, untuk membentuk mono- dan di-iodinated tyrose (MIT dan DIT). Kedua hal tersebut kemudian berpasangan untuk membentuk T3 dan T4. Technetium-99m (99mTc) pertechnetate tidak mengalami organifikasi untuk menmbentuk hormon tiroid, melainkan, setelah trapping, akan dibersihkan dari kelenjar secara perlahan. Radiofarmaka yang dapat digunakan pada pemindaian kelenjar tiroid adalah iodine (123I dan 131I) dan technetium (99mTc). Iodine-131

131

I merupakan radioiodin yang dapat luruh oleh emisi beta dan memiliki waktu

paruh 8.04 hari. 131I memiliki energi foton sebesar 364 keV, yang dinilai melebihi batas ideal untuk pencitraan dengan kamera gamma. Keuntungan dari

131

I adalah

harganya yang murah dan mudah tersedia. Kekurangannya yang utama adalah waktu paruhnya yang lama dan emisi beta yang tinggi, yang menyebabkan dosis radiasi yang diterima kelenjar tiroid relatif tinggi, walaupun masih dalam batasan dosis seluruh tubuh. Dosis radiasi tiroid yang tinggi tersebut membuat

131

I tidak

begitu dipilih untuk pencitraan tiroid rutin. Namun, dosis radiasi tiroid yang tinggi dan dosis radiasi seluruh tubuh yang rendah justru membuat 131I ideal sebagai agen radioterapi untuk mengobati beberapa kelinan tiroid. Selain itu, waktu paruhnya yang lama juga bisa manjadi sebuah keuntungan dalam pemindaian untuk mendeteksi metastasis tiroid carcinoma fungsional karena pencitraan dapat dilakukan selama beberapa hari untuk mendapatkan konsentrasi yang optimal pada metastatic deposits.

Iodine-123 123

I memiliki karakteristik yang sangat baik untuk pencitraan. Iodine-123 luruh

dengan penangkapan elektron, dengan energi foton sebesar 159 keV dan waktu paruh 13 jam. Emisi gamma 123I dapat membuat suatu pencitraan yang sangat baik (efisiensinya sekitar 80%) dengan background activity yang rendah. Hal tersebut memberikan dosis radiasi yang lebih rendah kepada tiroid dengan aktivitas yang serupa dengan 131I. Oleh karena itu, 123I merupakan iodin pilihan untuk pencitraan tiroid.

Technetium-99m 99m

Tc-pertechnetate ditangkap kelenjar tiroid sama seperti iodin, tetapi tidak

terorganifikasi, sehingga nantinya akan dilepaskan sebagai ion pertechnetate (99mTcO4-) yang tidak berubah. Technetium-99m memiliki waktu paruh yang singkat, hanya 6 jam dan memiliki energi gamma 140 keV, sehingga ideal untuk pencitraan kamera gamma (efisiensi > 90%). Technetium-99m pertechnetate

diadministrasikan secara intravena, dan pemindaian dapat dilakukan 15-30 menit post injeksi. Selain itu, dosis terabsorbsi yang rendah pada tiroid memungkinkan untuk diadministrasikan dosis yang lebih besar, sehingga dapat menghasilkan gambaran kelenjar tiroid dengan waktu yang lebih cepat dengan motion artifact yang minimal. Normalnya, hanya 1 – 5% dari Technetium-99m yang diadministrasikan akan ditangkap oleh kelenjar tiroid, sehingga image background level lebih tinggi dibandingkan radioiodin. Pada pemindaian denga Technetium99m, selain kelenjar tiroid, kelenjar saliva biasanya juga dapat tervisualisasi dengan baik. Oleh karena itu, pemindaian

99m

Tc dapat dibedakan dari pemindaian

123

I

dengan adanya gambaran kelenjar saliva yang sangat baik, kecuali pada pasien dengan hipertiroid. Technetium-99m pertechnetate akan menjadi pilihan dibandingkan radioiodin ketika pasien ada riwayat konsumsi agen thyroidblocking, misalnya agen kontras iodium, atau pada pasien yang tidak dapat mengkonsumsi obat secara oral, atau ketika pemeriksaan harus dilakukan dalam waktu kurang dari 2 jam.

Related Documents

Radiofarmaka (1).docx
April 2020 12
Draft
May 2020 17
Draft
November 2019 35
Draft
May 2020 31
Draft
May 2020 32

More Documents from ""